2842 5267 2 PB
2842 5267 2 PB
2842 5267 2 PB
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam
Ratulangi, Manado
*e-mail: [email protected]
Main purpose of this study were to know the community structure of coral and its
associate organism as well as coral cover percentage. Data of coral cover percentage had
been gathered by using LIT (Line Intercept Transect), whereas a quadrant had been used for
associate organism. The study sites were at two locations, Minanga Village of Malalayang II
District and Mokupa Village of Tombariri District waters. The result shown that coral cover
percentage at two locations were very low. The diversity of marine organism in Minanga Village
and Mokupa Village have the moderate diversity. Similarity of Ascidiacea and Algae organism
communities were equal whereas Sponge, Echinoderm, Mollusc and Fish were unequal.
Frequency of Mollusc and Crustacean have been shown as highest value, but Algae was the
lowest value. Density of Ascidiacea, Sponge and mollusc organism have been shown highest
value, whereas Echinoderm, Crustacean and Algae shown the lowest value at Minanga Village
whereas at Mokupa Village Mollusc organism have been shown the highest density, while the
Ascidiacea, Sponge, Algae and Polichaetes have the lowest value.
Keywords : Coral reef, Associations organism, Structure communities.
Tujuan studi yaitu untuk mengetahui struktur komunitas biota karang dan biota asosiasi
di kawasan terumbu karang. Data tutupan karang diperoleh dengan menggunakan metode LIT
(Line Intercept Transect) sedangkan untuk biota asosiasi diperoleh dengan menggunakan
kuadran. Penelitian dilakukan pada dua lokasi yaitu di Desa Minanga Kecamatan Malalayang II
dan Desa Mokupa Kecamatan Tombariri Provinsi Sulawesi Utara. Hasil yang diperoleh pada
dua lokasi menunjukkan persentase tutupan karang yang sangat rendah. Biota pada Desa
Minanga dan Desa Mokupa memiliki keanekaragaman sedang. Untuk kesamaan komunitas
Ascidian dan Alga ditemukan sama, sedangkan Spons, Ekinodermata, Moluska serta Ikan
berbeda pada kedua lokasi. Nilai Frekuensi biota pada Desa Minanga memiliki nilai tertinggi
yaitu Ascidian yang terendah yaitu Krustasea dan Alga sedangkan nilai frekuensi pada Desa
Mokupa memiliki nilai tertinggi yaitu Ascidian dan yang terendah yaitu Polikaeta dan Alga.
Kepadatan Ascidian, Spons dan Moluska memiliki nilai tertinggi, sedangkan nilai terendah yaitu
Ekinodermata, Krustasea dan Alga di Desa Minanga, sedangkan kepadatan Moluska memiliki
nilai tertinggi sedangkan Ascidian, Spons, Alga dan Polikaeta memiliki nilai terendah di Desa
Mokupa.
Kata Kunci : Terumbu karang, Organisme asosiasi, struktur komunitas.
PENDAHULUAN
Terumbu karang adalah stukrur
bawah air yang tersusun dari endapan
kalsium karbonat
(CaCO3),
yang
dihasilkan oleh fauna karang yang pada
umumnya dijumpai di perairan tropis
(Razak
dan
Simatupang,
2005).
Menurut Veron (1986), terumbu karang
masuk dalam filum Cnidaria, kelas
Anthozoa,
ordo
Scleractinia
dan
memiliki 15 famili. Adapula faktor-faktor
fisika dan ekologi yang menjadi
pembatas kehidupan terumbu karang
yaitu
suhu,
salinitas,
cahaya,
sedimentasi,
gelombang
dan
kedalaman.
Faktor
ekologi
yaitu
persaingan, pemangsaan dan grazing
(Nybakken, 1988). Di daerah terumbu
karang
hidup
organisme
yang
berasosiasi yaitu Alga, Krustasea,
Moluska, Ekinodermata dan Ikan (Nontji,
2002).
Menurut Romimohtarto dan
Juwana
(2007),
terumbu
karang
merupakan ekosistem yang subur dan
kaya akan makanan. Struktur fisiknya
yang rumit, bercabang-cabang, berguagua dan berlorong-lorong membuat
ekosistem ini habitatnya sangat menarik
bagi banyak jenis biota laut baik flora
maupun fauna. Struktur komunitas
karang dan biota asosiasi pada
kawasan terumbu karang di perairan
Desa Minanga dan Desa Mokupa belum
pernah diteliti. Tujuan penelitian ini
untuk
mendeskripsikan
struktur
komunitas fauna karang dan biota
asosiasi
melalui
analisis
bentuk
kepadatan dan kepadatan relatif,
frekuensi
dan
frekuensi
relatif,
persentase tutupan karang, kesamaan
komunitas dan keanekaragaman.
Lokasi Penelitian
Gambar 1. Peta lokasi penelitian di
Desa
Minanga
Kecamatan
Malalayang II dan Desa Mokupa
Kecamatan Tombariri (Sumber :
Diinsert dari peta LPI
BAKOSURTANAL 1995).
Keterangan :
Desa Minanga
Desa Mokupa
b.
Prosedur Kerja
METODE PENELITIAN
a.
2417-05
c.
Analisa Data
Kesamaan Komunitas
IS (%) =
Fi = Pi/P
Dimana :
Fi : Frekuensi Jenis
Pi :Jumlah plot yang ditemukan jenis i
P: Jumlah semua plot
Indeks Keanekaragaman
Indeks keanekaragaman spesies
adalah ukuran kekayaan komunitas
dilihat dari jumlah spesies dalam suatu
kawasan, berikut jumlah individu dalam
tiap spesies. Indeks keanekaragaman
spesies dianalisis dengan menggunakan
formula Shannon-Wiener dalam Ludwig
dan Reynolds (1988).
H = - (n/N ln ni/N)
Dimana :
H : Indeks keanekaragaman spesies
ni : Jumlah individu dalam spesies ke-i
N : Jumlah total individu
Keterangan :
H< 1 : Keanekaragaman rendah dan
keadaan komunitas rendah
1<H<3: Keanekaragaman sedang dan
keadaan komunitas sedang
H>3 : Keanekaragaman tinggi dan
keadaan komunitas tinggi.
Nilai
persentase
penutupan
terumbu karang diperoleh dari hasil
pengukuran life form karang dengan
menggunakan formula (Gomez dan Yap
1988) :
Li
L (%) =
x 100
N
Dimana :
L = Persentase penutupan karang (%)
Li
2C
X 100
A+B
Dimana,
IS = Indeks Sorensen
C = Jumlah spesies yang sama dan
terdapat pada kedua stasiun
A = Jumlah spesies dalam stasiun A
B = Jumlah spesies dalam stasiun B
Dengan kriteria keputusan: dua
stasiun tidak berbeda jika nilai IS > 50.
Dimana :
RFi
Fi
F
= Panjang
lifeform
(intercept
koloni) jenis kategori ke-i
Hasil
perhitungan
indeks
kepadatan dan kepadatan relatif biota
asosiasi pada Desa Minanga dan Desa
Mokupa berkisar antara 0,01 3 ind/m2
dan nilai kepadatan relatif berkisar
antara 0,72-14,3%.
Hal ini diduga
akibat substrat dari jenis biota yang ada
pada dua lokasi penelitian yang
berbeda. Menurut Abrar dan Menuputty
(2008) bahwa, kehadiran dan sebaran
Ascidian berada pada daerah yang
didominasi oleh substrat keras dan
patahan karang. Spons berada pada
daerah yang keras yaitu seperti di
daerah terumbu karang (Hadi, 2010).
Ekinodermata memiliki tempat hidup
pada daerah terumbu karang karena
terdapat banyak makanan. Xanthidae
sp memiliki tempat hidup pada daerah
yang berbatu dan celah-celah karang
hidup dan mati (Edmonson, 1962).
Spirobranchus
gigantheus terdapat
pada daerah yang asin dan tidak ada
pada habitat yang lainnya (Pamungkas,
2011).
Menurut Romimohtarto dan
Juwana (2007), alga hijau terdapat
terutama di mintakat litoral bagian atas,
khususnya di bagian bawah dari
mintakat pasut. Moluska yang lebih
umum dikenal dengan keong laut yang
biasa dijumpai pada di berbagai jenis
lingkungan dan menyesuaikan dengan
bentuk lingkungannya (Nonjti, 2002).
Ikan karang pada umumnya dipengaruhi
oleh oleh kondisi terumbu karang yang
baik dan jaringan makanan yang cukup
tinggi sehingga keanekaragaman ikan
sangat tinggi.
b.
c.
Persentase
Karang
Tutupan
Terumbu
Hasil
perhitungan
indeks
frekuensi dan frekuensi relatif biota
asosiasi pada Desa Minanga dan Desa
Mokupa berkisar antara 0,2- 1,3 dan
Indeks Keanekaragaman
Asosiasi
Biota
e.
Nilai
Koefisien
Kesamaan
Komunitas Biota Asosiasi
Nilai
koefisien
kesamaan
komunitas pada lokasi penelitian
memiliki nilai yang berbeda.
Biota
Ascidian pada dua lokasi sama yaitu
Alga dan Ascidian.
Hal ini diduga
karena substrat dari biota tersebut yang
cocok bagi biota-biota ini. Pernyataan ini
didukung oleh pernyataan dari Abrar
dan Manuputty (2008) bahwa, Ascidian
akan banyak tumbuh pada substrat
yang keras dan patahan terumbu karang
yang ditumbuhi oleh Alga. Ditambahkan
oleh Nontji (2002) bahwa, Alga yang
dapat hidup di dasar laut banyak
terdapat di sepanjang pantai mulai dari
zona pasang-surut sampai sedalamnya
sinar
matahari
dapat
tembus.
Sedangkan biota yang tidak sama
antara dua lokasi penelitian yaitu Spons,
Ekinodermata, Moluska dan Ikan. Hal
ini diduga terjadi karena substat, fauna
pemangsa dan aktifitas manusia.
Menurut Hadi (2010) bahwa, fauna
pemangsa Spons pada perairan air laut
diantaranya yaitu dari jenis penyu sisik,
10
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil
dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu
:
1. Kepadatan
Biota
asosiasi
Ascidian, spons dan moluska di
Desa Minanga tinggi, sedangkan
ekinodermata, krustasea dan
alga rendah.
Sedangkan
kepadatan biota asosiasi di Desa
Mokupa tinggi yaitu moluska,
sedangkan yang rendah yaitu
Ascidian, spons, ekinodermata,
alga dan polikaeta,
2. Frekuensi
kehadiran
Biota
asosiasi di Desa Minanga
memiliki nilai rata-rata yaitu 0,51
dan nilai frekuensi relatif yaitu
10,34%.
Frekuensi kehadiran
Biota asosiasi di Desa Mokupa
memiliki nilai 0,43 dan nilai
frekuensi relatifnya yaitu 10,34%,
3. Tutupan karang pada Desa
Minanga sangat rendah dan
pada Desa Mokupa memiliki
tutupan terumbu karang yang
rendah,
11
A., 2002.
Laut Nusantara.
Djambatan, Jakarta. 367 hal.
12