Konsep Tasawuf Substantif Dalam Muhammadiyah
Konsep Tasawuf Substantif Dalam Muhammadiyah
Konsep Tasawuf Substantif Dalam Muhammadiyah
MUHAMMADIYAH
Imam Masrur
[email protected]
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri
Abstract
This research is exploring Islamic Sufism concept of the Muhammadiyah
Organization. Formally,Muhammadiyah refuses classical sufism like
Naqsabandiyah, Qadiriyah and etc. According to Muhammadiyah, sufism
is often deviated into a tarekat by strict ritual practices, self isolated, and
being unmindful people.Thisview motivates Muhammadiyah to make
another concept of sufism accordingto Islam. The result explains that
achieving spiritual grace are by reciting holy Qur’an, doing more sholat
sunnah, zikir, fasting, and etc that in Islamic’s role. Muhammadiyah
practices sufism in pure religious service and non-pure religious service
according to Quran and hadist; it is called by substantive sufism. Sufism
meant sincere, patient, tawakkal based on Prophet’s guide and only
Allah. It is also meant as a balancing of material and spiritual, worldly
and eschatological matters that based on Al-Qur’an and Sunnah. It is
alsodenySufism that oriented with khalwat and reject the world. Another,
the important of Muhammadiyah’s attitude are faithful, doing religious
service obediently, and being good human in environment. This is the
sufism’ orientation that is not related with negative view like isolated,
doing unusual, having faith by speculation and isolated from environment.
Keywords: Classical Sufism, Muhammadiyah, Substantive Sufism.
Abstrak
Penelitian ini mengeksplorasi konsep tasawuf dari organisasi Islam
Muhammadiyah. Secara formal Muhammadiyah menolak tasawuf
klasik seperti Naqsabandiyah, Qadiriyah dan sejenisnya. Menurut
Muhammadiyah, tasawuf seringkali diselewengkan menjadi tarekat
dengan praktek-praktek ritual yang ketat, mengisolasi diri, dan cenderung
mematikan peran akal. Penolakan terhadap konsep tarekat ini, mendorong
Muhammadiyah untuk bertasawuf dengan cara lain yang dipandang
lebih sesuai dengan ajaran Islam. Hasil penelitian menjelaskan, menurut
Muhammadiyah kenikmatan spiritual bisa dicapai dengan memperbanyak
membaca al-Quran, memperbanyak shalat Sunah, memperbanyak zikir,
P-ISSN:2614-1043 E-ISSN:2654-7554 75
Konsep Tasawuf Substantif dalam Muhammadiyah
Pendahuluan
Spiritualitas (tasawuf) merupakan fenomena yang menarik perhatian,
bahkan banyak yang meramalkan akan menjadi trend di abad XXI. Ramalan
ini cukup beralasan, karena sejak akhir abad ke-20 mulai terjadi kebangkitan
spiritual (spiritual revival) dimana-mana. Munculnya gerakan spiritualitas
ini sebagai reaksi terhadap dunia modern yang terlalu menekankan hal-hal
yang bersifat material profan. Manusia ingin kembali menengok dimensi
spiritualnya yang selama ini dilupakan. Salah satu gerakan yang paling
menonjol di akhir abad ke-20 dan di awal abad ke 21 adalah gerakan new
age (new age movement). Kebangkitan spiritualitas ini terjadi dimana-
mana, baik di barat maupun di dunia Islam. Di dunia Barat, kecenderungan
untuk kembali pada spiritualitas ditandai dengan merebaknya gerakan
fundamentalisme agama dan kerohaniaan, sementara di dunia Islam di tandai
dengan berbagai artikulasi keagamaan seperti fundamentalisme Islam yang
ekstrem dan menakutkan, selain bentuk artikulasi esoterik seperti gerakan
sufisme dan tarekat.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan, mengapa di tengah-tengah
habitat kemajuan ilmu dan teknologi, manusia cenderung lari kepada
pencarian spiritual (tasawuf dan tarekat)? Apa pentingnya tasawuf dalam
dimensi kehidupan manusia modern? Kesimpulan singkat yang bisa di catat
antara lain: pertama, tasawuf merupakan basis yang bersifat fitri pada setiap
manusia. Ia merupakan potensi ilahiyah yang berfungsi untuk mendesain
P-ISSN:2614-1043 E-ISSN:2654-7554 77
Konsep Tasawuf Substantif dalam Muhammadiyah
TELAAH PUSTAKA
Penelitian terdahulu yang membahas tasawuf organisasi Muhammadiyah
di antaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Novi Maria Ulfah dan Dwi Istiyani dalam
Jurnal Isoterik(2016) dengan judul “Etika Dalam Kehidupan Modern:
Studi Pemikiran Sufistik Hamka”.Pada penelitian tersebut dijelaskan
bahwa terdapat etika di bidang pemerintahan,bisnis dan ekonomi, serta
bidang kedokteran. Hamka menulis etika untuk guru, murid, dokter,
pengacara dan pengarang. Jika seorang muslim dengan beberapa profesi
tersebut dapat mengaplikasikan nilai-nilai Islam, maka ia bisa disebut
sebagai seorang sufi di abad modern. Tasawuf tidak hanya di artikan
zuhud yang menyepi, menjauhi dunia secara normal, tetapi harus aktif
bekerja.5
Novi Maria Ulfah dan Dwi Istiyani, “Etika Dalam Kehidupan Modern: Studi Pemikiran Sufistik
5
P-ISSN:2614-1043 E-ISSN:2654-7554 79
Konsep Tasawuf Substantif dalam Muhammadiyah
tanggal 17 februari 1908, dan oleh ayahnya, pada tahun 1914 dibawa pindah
ke Padang Panjang.
Haji Abdul Malik Karim Amrullah, yang lebih dikenal dengan sebutan
Hamka (Buya Hamka) merupakan salah seorang tokoh Islam. Ia bukan hanya
dikenal sebagai mubaligh atau da’i yang komunikatif, namun juga seorang
sastrawan yang piawai dan produktif menulis soal-soal keislaman.9
Riwayat pendidikannya dimulai dari sekolah di desanya di Padang
Panjang saat usia tujuh tahun. Umur delapan tahun, ia belajar agama di
sekolah-sekolah Diniyah dan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di
antara guru-guru beliau selain ayahanda beliau sendiri yakni Syekh Ibrahim
Musa Parabek, Engku Mudo Abdul Hamid, dan Zainuddin Labay.
Tahun 1924 ia pergi ke Jogjakarta mempelajari pergerakan-pergerakan
Islam. Ia dapat bimbingan langsung dari H.O.S Tjokroaminoto, H.
Fakhruddin, R.M Suryopranoto dan A.R. St. Mansur. Tahun 1935 ia kembali
ke kampung halamannya di Padang Panjang.
Masa hidup beliau banyak digunakan dalam gerakan-gerakan tulisan.
Padatahun 1927 ia menjadi koresponden di harian “Pelita Andalas” di Medan,
penulis di majalah “Seruan Islam” di Tanjung Pura, membantu di majalah
“Bintang Islam” dan “Suara Muhammadiyah” di Jogjakarta. Tahun 1928
menulis buku roman dalam bahasa Minang yang berjudul “Si Sabariyah”.
Pada tahun yang sama ia memimpin majalah “Kemauan Zaman”. Tahun
1929 ia menulis buku, di antaranya “Agama dan Perempuan”, “Pembela
Islam”, “Adat Minagkabau dan Agama Islam”, “ Kepentingan Tabligh”
“Ayat-ayat Mi’raj”. Tahun 1930 ia menerbitkan majalah “Al-Mahdi”.
Tahun 1935 ia menulis buku “Khatibul Ummah”. Tahun 1936 ia memimpin
majalah “Pedoman Masyarakat”. Di antara karya-karya beliau yang lain
adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di bawah Lindungan Ka’bah,
Merantau ke Deli, Terusir, Keadilan Ilahi, Tasawuf Modern, Falsafat Hidup,
Lembaga Hidup, Lembaga Budi, Pedoman Muballigh Islam, Semangat
Islam, Sejarah Islam di Sumatera, Revolusi Pikiran, Revolusi Agama, Adat
Minangkabau Menghadapi Revolusi, Negara Islam, Sesudah Naskah Renville,
Muhammadiyah Melalui Tiga Zaman, Dari Lembah Cita-Cita, Merdeka,
Islam dan Demokrasi, Dilamun Ombak Masyarakat, Menunggu Beduk
Berbunyi, Ayahku, Kenangan-Kenangan Hidup, Perkembangan Tasawuf dari
Abad ke Abad, Urat Tunggang Pancasila, Di Tepi Sungai Nil, Di Tepi Sungai
Dajlah, Mandi Cahaya di Tanah Suci, Empat Bulan di Amerika, Pelajaran
9
Nurcholis Madjid, Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia (Jakarta:
Paramadina, 1997), hlm. 123-124.
P-ISSN:2614-1043 E-ISSN:2654-7554 81
Konsep Tasawuf Substantif dalam Muhammadiyah
kekayaan, ia tidak melekat dalam hatinya. Mereka semua tidak perlu gelar
sufi atas yang mereka lakukan itu.11
Dari gambaran global tentang sufisme yang Hamka lontarkan, tampak
bahwasannya tasawuf merupakan proses tazkiyatu al-nafsi yang caranya
tidak harus dengan mengisolasi diri. Namun tazkiyatun nafsi dapat dilakukan
dengan cara mematri diri dengan nilai-nilai tasawuf dalam setiap aktivitas.
dua bidang yaitu perseorangan dan masyarakat. Untuk amar ma’ruf nahi
munkar dalam bidang perseorangan diarahkan pada aspek: Islam bersifat
pembaharuan bagi yang telah masuk Islam dan seruan untuk masuk Islam.
Untuk amar ma’ruf nahi munkar dalam bidang kemasyarakatan bersifat
kebaikan dan bimbingan serta peringatan. Kesemuanya ini didasarkan atas
taqwa dan mengharap keridlaan Allah Swt.
Adapun ibadah-ibadah yang dilaksanakan oleh anggota
Muhammadiyahmenurut ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota
Kediri, Prof. Dr. Fauzan Saleh, Ph.D. antara lain:
1. Shalat 5 waktu tepat waktu yang didasarkan pada al- Qur’an dan al-
Sunnah.
2. Shalat sunnah dhuha, tahajud yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-
Sunnah.
3. Majlis Tarjih, memusyawarahkan sampai menetapkan hasil penyelidikan
dan pertimbangan pada dalil al-Qur’an dan al-Sunnah yang mana putusan
majelis tarjih menjaga Muhammadiyah dari perselisihan atau perpecahan
pendapat.
4. Dzikir.
5. Puasa.
6. Zakat, infaq dan shadaqah.
Tidak ada pebedaan khusus amalan-amalan ibadah yang harus dilakukan
oleh para anggota Muhammadiyah, yang jelas semua amalan-amalan ibadah
tidak boleh melenceng dari al-Qur’an dan al-Sunnah serta senantiasa diresapi
dengan melihat dari sudut pandang substansi ibadah itu sendiri.14
Secara terperinci kegiatan kehidupan Muhammadiyah sebagai berikut:15
Kehidupan Pribadi
1. Dalam Aqidah
a. Setiap warga Muhammadiyah harus memiliki prinsip hidup dan
kesadaran imani berupa tauhid kepada Allah Subhanahu Wa Ta’alayang
benar, ikhlas, dan penuh ketundukkan sehingga terpancar sebagai ibad
ar-rahman yang menjalani kehidupan dengan benar-benar menjadi
mukmin, muslim, muttaqin, dan muhsin yang paripurna.
b. Setiap warga Muhammadiyah wajib menjadikan imandan tauhidsebagai
sumber seluruh kegiatan hidup, tidak boleh mengingkari keimanan
berdasarkan tauhid itu, dan tetap menjauhi serta menolak syirk,
Fauzan Saleh, Ketua Pimpinan Muhammadiyah, Kediri November 2018.
14
P-ISSN:2614-1043 E-ISSN:2654-7554 83
Konsep Tasawuf Substantif dalam Muhammadiyah
takhayul, bid’ah, dan khurafat yang menodai iman dan tauhid kepada
Allah Subhanahu Wata’ala.
2. Dalam Akhlaq
a. Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk meneladani perilaku
Nabi dalam mempraktikkan akhlaq mulia, sehingga menjadi uswah
hasanahyang diteladani oleh sesama berupa sifat sidiq, amanah,
tabligh, dan fathanah.
b. Setiap warga Muhammadiyah dalam melakukan amal dan kegiatan
hidup harus senantiasa didasarkan kepada niat yang ikhlasdalam wujud
amal-amal shalih dan ihsan, serta menjauhkan diri dari perilaku riya’,
sombong, ishraf, fasad, fahsya, dan kemunkaran.
c. Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk menunjukkan akhlaq
yang mulia (akhlaq al-karimah) sehingga disukai/diteladani dan
menjauhkan diri dari akhlaq yang tercela (akhlaq al-madzmumah)
yang membuat dibenci dan dijauhi sesama.
d. Setiap warga Muhammadiyah di mana pun bekerja dan menunaikan
tugas maupun dalam kehidupan sehari-hari harus benar-benar
menjauhkan diri dari perbuatan korupsi dan kolusi serta praktik-
praktik buruk lainnya yang merugikan hak-hak publik dan membawa
kehancuran dalam kehidupan di dunia ini.
3. Dalam Ibadah
a. Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk senantiasa membersihkan
jiwa/hati ke arah terbentuknya pribadi yang mutaqqin dengan beribadah
yang tekun dan menjauhkan diri dari jiwa/nafsu yang buruk, sehingga
terpancar kepribadian yang shalihyang menghadirkan kedamaian dan
kemanfaatan bagi diri dan sesamanya.
b. Setiap warga Muhammadiyah melaksanakan ibadah mahdhah dengan
sebaik-baiknya dan menghidup suburkan amal nawafil (ibadah sunnah)
sesuai dengan tuntunan Rasulullah serta menghiasi diri dengan iman
yang kokoh, ilmu yang luas, dan amal shalih yang tulus sehingga
tercermin dalam kepribadian dan tingkah laku yang terpuji.
4. Dalam Mu’amalah Duniawiyah
a. Setiap warga Muhammadiyah harus selalu menyadari dirinya sebagai
abdi dan khalifah di muka bumi, sehingga memandang dan menyikapi
kehidupan dunia secara aktif dan positifserta tidak menjauhkan diri
dari pergumulan kehidupandengan landasan iman, Islam, dan ihsan
dalam arti berakhlaq karimah.
b. Setiap warga Muhammadiyah senantiasa berpikir secara burhani,
bayani, dan irfani yang mencerminkan cara berpikir yang Islami
P-ISSN:2614-1043 E-ISSN:2654-7554 85
Konsep Tasawuf Substantif dalam Muhammadiyah
Kehidupan Bermasyarakat
1. Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan kebaikan
dengan sesama seperti dengan tetangga maupun anggota masyarakat
lainnya masing-masing dengan memelihara hak dan kehormatan baik
dengan sesama muslim maupun dengan non-muslim, dalam hubungan
ketetanggaan bahkan Islam memberikan perhatian sampai ke area 40
rumah yang dikategorikan sebagai tetangga yang harus dipelihara hak-
haknya.
2. Setiap keluarga dan anggota keluarga Muhammadiyah harus menunjukkan
keteladanan dalam bersikap baik kepada tetangga, memelihara
kemuliaan dan memuliakan tetangga, bermurah-hati kepada tetangga
yang ingin menitipkan barang atau hartanya, menjenguk bila tetangga
sakit, mengasihi tetangga sebagaimana mengasihi keluarga/diri sendiri,
menyatakan ikut bergembira/senang hati bila tetangga memperoleh
kesuksesan, menghibur dan memberikan perhatian yang simpatik bila
tetangga mengalami musibah atau kesusahan, menjenguk/melayat bila ada
tetangga meninggal dan ikut mengurusi sebagaimana hak-hak tetangga
yang diperlukan, bersikap pemaaf dan lemah lembut bila tetangga salah,
jangan selidik-menyelidiki keburukan-keburukan tetangga, membiasakan
memberikan sesuatu seperti makanan dan oleh-oleh kepada tetangga,
jangan menyakiti tetangga, bersikap kasih sayang dan lapang dada,
menjauhkan diri dari segala sengketa dan sifat tercela, berkunjung dan
saling tolong menolong, dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar dengan
cara yang tepat dan bijaksana.
3. Dalam bertetangga dengan yang berlainan agama juga diajarkan
untuk bersikap baik dan adil, mereka berhak memperoleh hak-hak dan
kehormatan sebagai tetangga memberi makanan yang halal dan boleh
pula menerima makanan darimereka berupa makanan yang halal, dan
memelihara toleransi sesuai dengan prinsi-prinsip yang diajarkan Agama
Islam.
4. Dalam hubungan-hubungan sosial yang lebih luas setiap anggota
Muhammadiyah baik sebagai individu, keluarga, maupun jama’ah
(warga) dan jam’iyah (organisasi) haruslah menunjukkan sikap-sikap
sosial yang didasarkan atas prinsip menjunjung-tinggi nilai kehormatan
manusia, memupuk rasa persaudaraan dan kesatuan kemanusiaan,
mewujudkan kerjasama umat manusia menuju masyarakat sejahtera lahir
dan batin, memupuk jiwa toleransi, menghormati kebebasan orang lain,
menegakkan budi baik, menegakkan amanat dan keadilan, perlakuan yang
sama, menepati janji, menanamkan kasihsayang dan mencegah kerusakan,
menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang shalih dan utama,
bertanggungjawab atas baik dan buruknya masyarakat dengan melakukan
amar ma’ruf dan nahi munkar, berusaha untuk menyatu dan berguna/
bermanfaat bagi masyarakat, memakmurkan masjid, menghormati dan
mengasihi antara yang tua dan yang muda, tidak merendahkan sesama,
tidak berprasangka buruk kepada sesama, peduli kepada orang miskin
dan yatim, tidak mengambil hak orang lain, berlomba dalam kebaikan,
dan hubungan-hubungan sosial lainnya yang bersifat ishlah menuju
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
5. Melaksanakan gerakan jamaah dan dakwah jamaah sebagai wujud
dari melaksanakan dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat untuk
perbaikan hidup baik lahir maupun batin sehingga dapat mencapai cita-
cita masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Kehidupan Berorganisasi
1. Persyarikatan Muhammadiyah merupakan amanat umat yang didirikan
dan dirintis oleh K.H. Ahmad Dahlan untuk kepentingan menjunjung
tinggi dan menegakkan Agama Islam sehingga terwujud masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya, karena itu menjadi tanggungjawab seluruh
warga dan lebih-lebih pimpinan Muhammadiyah di berbagai tingkatan
dan bagian untuk benar-benar menjadikan organisasi (Persyarikatan)
P-ISSN:2614-1043 E-ISSN:2654-7554 87
Konsep Tasawuf Substantif dalam Muhammadiyah
ini sebagai gerakan da’wah Islam yang kuat dan unggul dalam berbagai
bidang kehidupan.
2. Setiap anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah berkewajiban
memelihara, melangsungkan, dan menyempurnakan gerak dan langkah
Persyarikatan dengan penuh komitmen yang istiqamah, kepribadian yang
mulia (shidiq, amanah,tabligh, dan fathanah), wawasan pemikiran dan
visi yang luas, keahlian yangtinggi, dan amaliah yang unggul sehingga
Muhammadiyah menjadi gerakan Islam yang benar-benar menjadi
rahmatan lil `alamin.
3. Dalam menyelesaikan masalah-masalah dan konflik-konflik yang timbul
di Persyarikatan hendaknya mengutamakan musyawarah dan mengacu
pada peraturan-peraturan organisasi yang memberikan kemaslahatan dan
kebaikan seraya dijauhkan tindakan-tindakan anggota pimpinan yang
tidak terpuji dan dapat merugikan kepentingan Persyarikatan.
4. Menggairahkan ruh al Islam dan ruh al jihad dalam seluruh gerakan
Persyarikatan dan suasana di lingkungan Persyarikatan sehingga
Muhammadiyah benar-benar tampil sebagai gerakan Islam yang istiqamah
dan memiliki ghirah yang tinggi dalam mengamalkan Islam.
5. Setiap anggota pimpinan Persyarikatan hendaknya menunjukkan
keteladanan dalam bertutur-kata dan bertingkahlaku, beramal dan
berjuang, disiplin dan tanggungjawab, dan memiliki kemauan untuk
belajar dalam segala lapangan kehidupan yang diperlukan.
6. Dalam lingkungan Persyarikatan hendaknya dikembangkan disiplin tepat
waktu baik dalam menyelenggarakan rapat-rapat, pertemuan-pertemuan,
dan kegiatan-kegiatan lainnya yang selama ini menjadi ciri khas dari etos
kerja dan disiplin Muhammadiyah.
7. Dalam acara-acara rapat dan pertemuan-pertemuan di lingkungan
persyarikatan hendaknya ditumbuhkan kembali pengajian-pengajian
singkat (seperti Kuliah Tujuh Menit) dan selalu mengindahkan
waktu shalat dan menunaikan shalat jama’ah sehingga tumbuh gairah
keberagamaan yang tinggi yang menjadi bangunan bagi pembentukan
kesalihan dan ketaqwaan dalam mengelola Persyarikatan.
8. Para pimpinan Muhammadiyah hendaknya gemar mengikuti dan
menyelenggarakan kajian-kajian keislaman, memakmurkan masjid dan
menggiatkan peribadahan sesuai ajaran al-Quran dan Sunnah Nabi, dan
amalan-amalan Islam lainnya.
9. Wajib menumbuhkan dan menggairahkan perilaku amanat dalam memimpin
dan mengelola organisasi dengan segala urusannya, sehingga milik dan
kepentingan Persyarikatan dapat dipelihara dan dipergunakan subesar-
P-ISSN:2614-1043 E-ISSN:2654-7554 89
Konsep Tasawuf Substantif dalam Muhammadiyah
P-ISSN:2614-1043 E-ISSN:2654-7554 91
Konsep Tasawuf Substantif dalam Muhammadiyah
P-ISSN:2614-1043 E-ISSN:2654-7554 93
Konsep Tasawuf Substantif dalam Muhammadiyah
lebih baik, pelayanan pada pelanggan yang lebih ramah dan mudah,
pelayanan purna jual yang lebih terjamin, atau kesediaan menerima
keluhan dari pelanggan. Dalam persaingan ini tetap berlaku prinsip
umum kesukarelaan, keadilan dan kejujuran, dan dapat dimasukkan pada
pengertian fastabiiq al khairat sehingga tercapai bisnis yang mabrur.
8. Keinginan manusia untuk memperoleh dan memiliki harta dengan
menjalankan usaha bisnis-ekonomi ini kadangkala memperoleh hasil
dengan sukses yang merupakan rejeki yang harus disyukuri. Di pihak lain,
ada orang atau organisasi yang belum meraih sukses dalam usaha bisnis-
ekonomi yang dijalankannya. Harus diingat bahwa tolong-menolong
selalu dianjurkan agama dan ini dijalankan dalam kerangka berlomba-
lomba dalam kebaikan. Tidaklah benar membiarkan orang lain dalam
kesusahan sementara kita bersenang-senang. Mereka yang sedang gembira
dianjurkan menolong mereka yang kesusahan, mereka yang sukses
didorong untuk menolong mereka yang gagal, mereka yang memperoleh
keuntungan dianjurkan untuk menolong orang yang merugi. Kesuksesan
janganlah mendorong untuk berlaku sombong78dan inkar akan nikmat
Tuhan, sedangkan kegagalan atau bila belum berhasil janganlah membuat
diri putus asa dari rahmat Allah.
9. Harta dari hasil usaha bisnis-ekonomi tidak boleh dihambur-hamburkan
dengan cara yang mubazir dan boros. Perilaku boros di samping tidak
terpuji juga merugikan usaha pengembangan bisnis lebih lanjut, yang
pada gilirannya merugikan seluruh orang yang bekerja untuk bisnis
tersebut. Anjuran untuk berlaku tidak boros itu juga berarti anjuran
untuk menjalankan usaha dengan cermat, penuh perhitungan, dan
tidak sembrono. Untuk bisa menjalankan bisnis dengan cara demikian,
dianjurkan selalu melakukan pencatatan-pencatatan seperlunya, baik
yang menyangkut keuangan maupun administrasi lainnya, sehingga dapat
dilakukan pengelolaan usaha yang lebih baik.
10. Kinerja bisnis saat ini sedapat mungkin harus selalu lebih baik dari
masa lalu dan kinerja bisnis pada masa mendatang harus diikhtiarkan
untuk lebih baik dari masa sekarang. Islam mengajarkan bahwa hari ini
harus lebih baik dari kemarin, dan besok harus lebih baik dari hari ini.
Pandangan seperti itu harus diartikan bahwa evaluasi dan perencanaan-
bisnis merupakan suatu anjuran yang harus diperhatikan.
11. Seandainya pengelololaan bisnis harus diserahkan pada orang lain,
maka seharusnya diserahkan kepada orang yang mau dan mampu untuk
menjalankan amanah yang diberikan. Kemauan dan kemampuan ini
penting karena pekerjaan apapun kalau diserahkan pada orang yang tidak
P-ISSN:2614-1043 E-ISSN:2654-7554 95
Konsep Tasawuf Substantif dalam Muhammadiyah
P-ISSN:2614-1043 E-ISSN:2654-7554 97
Konsep Tasawuf Substantif dalam Muhammadiyah
P-ISSN:2614-1043 E-ISSN:2654-7554 99
Konsep Tasawuf Substantif dalam Muhammadiyah
18
Armyn Hasibuan, “Neo-sufisme, Ragam dan Perkembangannya: Mampukah Membangun
Konstruksi Baru”Hikmah, 7 (2013), hlm. 1.
19
Imam Ghazali, “Ihya’ Ulumiddin”,(CD-ROM: Maktabah Syamilah), I: hlm. 121.
KESIMPULAN
Menurut Muhammadiyah kenikmatan spiritual bisa dicapai dengan
memperbanyak membaca al-Quran, memperbanyak sholat Sunah,
memperbanyak zikir, puasa, dan sebagainya, yang diajarkan agama Islam.
Adanya pengajian bertujuan untuk meningkatkan spiritual anggota (jama’ah).
Dengan begitu kenikmatan spiritual bisa diraih tanpa melalui tarekat yang
bersifat khusus. Begitulah tasawuf dalam Muhammadiyah.
Muhammadiyah secara formal menolak tasawuf klasik yang ada pada
umumnya, seperti Naqsbandiyah, Qadiriyah, Samaniyah dan sejenisnya.
Muhammadiyah menjalankan tasawuf substantif dengan mengambil nilai-
nilai tasawuf yang sesuai dengan ajaran dasar al-Qur’an dan as-Sunnah dalam
praktek ibadah mahd{ah atau ghairu mahd{ah. Tasawuf substantif ini dapat
dijumpai dalam beberapa landasan dasar Muhammadiyah yaitu bahwa Islam
secara substansial adalah untuk mendapatkan bahagia. Tasawuf dalam hal
ini dimaknai sebagai sikap ikhlas, sabar, tawakal sesuai tuntunan Nabi dan
hanya terorientasikan kepada AllahSWT.Tasawuf dalam Muhammadiyah
dimaknai sebagai keseimbangan material dan spiritual, duniawi dan ukhrawi,
yang didasarkan pada al-Qur’an dan Sunnah, dan menafikan tasawuf yang
terorientasi pada khalwat dan penyingkiran terhadap kehidupan dunia.Selain
itu, inti dari kepribadian warga Muhammadiyah adalah beriman teguh, taat
beribadah, berakhlak mulia, dan menjadi teladan yang baik di tengah-tengah
masyarakat. Inilah orientasi dari tasawuf yang tidak disandingkan dengan
hal-hal yang dipandang negatif seperti menyendiri, berkebiasaan aneh-aneh,
berteologi secara spekulatif dan mengasingkan diri di tengah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
al-Mannawî, ‘Abdu al-Ra’ûf. al-Kawâkib al-Durrîyah fî Tarâjim al-Sâʻah
al-S}ûfîyah. Kairo: Zâwîyah al-Tijânîyah, t.th.
Fauzan Saleh, Ketua Pimpinan Muhammadiyah, Kediri November 2018.
Hamka, Tasauf Moderen.Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998.
Hasibuan, Armyn. “Neo-sufisme, Ragam dan Perkembangannya: Mampukah
Membangun Konstruksi Baru”Hikmah, 7 (2013).
Ilham, Muh. “Konsep Zuhud dalam Pemikiran Tasawuf Hamka”.Tesis tidak
diterbitkan. Makassar: Universitas Islam Alauddin Makassar,2014.
Imam Ghazali, “Ihya’ Ulumiddin”,(CD-ROM: Maktabah Syamilah).