127-Article Text-340-1-10-20210305
127-Article Text-340-1-10-20210305
127-Article Text-340-1-10-20210305
Pendahuluan
Pendidikan adalah sebuah usaha memosisikan manusia pada posisi
kemanusiaannya, yaitu manusia yang tumbuh dan berkembang menuju
sistempendidikan Nasional, bab 2 pasal 3 yang menyebutkan, bahwa tujuan
pendidikan adalah “mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif mandiri, edn menjadi waraga Negara yang demokratis serta
bertangung jawab”.1
Sementara itu, pendidikan Islam sebagai mana yang diungkap
Athiyah al-Abrasyi mengatakan pendidikan adalah usaha sadar unutuk
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan seagala
potensi yang telah diberikan Allah kepadanya agar mampu
mengembangkan amanah dan tangung jawab sebagai khalifah dimuka
bumi.2
Sejak awal lahirnya islam telah memberikan perhatianya terhadap
pendidikan dan pengajaran. Secara normatif-teologis, sumber ajarn Islam
Al-quran dan As-Sunnah yang diakui sebagai pedoman hidup yang dapat
menjamin keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Al-quran melihat
pendidikan sebagai sarana yang strategis dan ampuh dalam meningkatkan
harkat martabat manusia dari keterpurukan sebagaimana ketika Al-quran
turun pada abad jahiliyah. Hal ini dapat dipahami dengan pendidikan
seseorang akan memiliki bekal unutuk memasuki lapangan kerja,
mendapatkan berbagai kesempatan dan peluang yang menjanjikan masa
depan, penuh percaya diri, dan tidak mudah diperalat.
Sejalan dengan adanya hal itu, Al-quran menegaskan tentang
pentingnya tanggungjawab intelektual dalam melakukan berbagai kegiatan.
Dalam katanya ini, Al-quran selain mengajarkan manusia untuk belajar
dalam arti seluas-luasnya hingga akhir hayat, mengharuskan seseorang agar
bekerja dengan dukungan ilmu pengetahuan. Untuk itu penulis tertarik
membahas tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Surat Al-
Kahfi ayat 66-68. Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini akan
membahas, 1) Bagaimana penafsiran Surat Al-Kahfi ayat 66-68 dalam Tafsir
Al-Misbah & Al-Maraghi, 2) Apa nilai-nilai pendidikan yang terkandung
Surat Al-Kahfi ayat 66-68.
Landasan Teori
1. Metode Muqarin (Komparatif)
Muqarin dari kata qarana-yuqarinu-qornan yang artinya
membandingkan, kalau dalam bentuk masdar artinya perbandingan.
Sedangkan menurut istilah, metode muqarin adalah mengemukakan
penafsiran ayat-ayat Alquran yang ditulis oleh sejumlah para mufassir.
Metode ini mencoba untuk membandingkan ayatayat Alquran antara yang
satu dengan yang lain atau membandingkan ayat Alquran dengan hadis
Nabi serta membandingkan pendapat ulama menyangkut penafsiran ayat-
ayat Alquran.3
hlm. 381
Adapun manfaat yang dapat diambil dari metode ini ada manfaat
umum dan manfaat khusus, manfaat umum dari metode ini adalah
memperoleh pengertian yang paling tepat dan lengkap mengenai masalah
yang dibahas, dengan melihat perbedaan-perbedaan di antara berbagai
unsur yang diperbandingkan.4
Perbandingan adalah ciri utama bagi metode komparatif. Di sinilah
letak salah satu perbedaan yang prinsipal antara metode ini dengan metode-
metode yang lainnya. Hal itu disebabkan karena yang dijadikan bahan
dalam memperbandingkan ayat dengan ayat atau ayat dengan hadis adalah
pendapat para ulama tersebut.5
Metode muqarin (metode komparatif) para ahli tidak berbeda
pendapat mengenai definisi metode muqarin. Sebagai mana yang dijelaskan
oleh Nasruddin Baidan, yang dimaksud dengan metode komparatif adalah:6
a) Membandingkan teks (nash) ayat-ayat Alquran yang memiliki
persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih dan
memiliki redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama. Seperti
contoh dalam surat al-Hadid ayat 20 :
ۡ ۡ
ۡٱعلَ ُمٓواْ أَمَّنَا ٱۡلَيَ ٰوةُ ٱلدُّن يَا لَعِب َوََلۡو
Kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau7
Pada potongan dua ayat diatas kata لَعِبdidahulukan dari
َ
pada لهۡ وTetapi pada surat al-A’raf ayat 51 dan al-Ankabut ayat 64,
kata لَهۡ وdidahulukan dari pada . لَعِبSurat-surat itu berbunyi:
ۚ
الم ِذيْ َن ماَّتَ ُذ ْوا ِديْنَ ُه ْم ََلًْوا مولَعِبًا مو َغمرْْتُ ُم ا ْۡلَٰيوةُ الدُّنْيَا فَالْيَ ْوَم
ۙ ۤ
نَْن ٰس ُىه ْم َك َما نَ ُس ْوا لَِقاءَ يَ ْوِم ِه ْم ٰه َذا َوَما َكانُ ْوا ِِبٰيٰتِنَا
(51)ن َ ََْي َح ُد ْو
Yaitu orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai
senda gurau dan permainan, dan mereka telah tertipu oleh
kehidupan dunia. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan
mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan
hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat
kami.8
2002).hlm 166-167.
5 Nashruddin Baidan....82
6Ibid, 56
7 Departemen Agama, Mushaf AlQuran Terjemah, (Jakarta: Pena Ilmu dan
kepada utusan itu, “Tanyakan pada Muhammad tentang tiga hal, kalau dia
dapat menjawab pertanyaan itu, maka dia benar-benar nabi yang diutus,
jika tidak berarti dia berbohong. Pertama, tentang pemuda yang pergi
dizaman dahulu, bagaimana keadaan mereka dan mengalami kejadian yang
hebat. Kedua, tentang seorang laki-laki yang melakuakn perjalanan
mengelilingi bumi, Bagaimana ceritanya. Ketiga, tentang roh dan tanyakan
roh itu, apakah roh itu?.
An-Nadhar dan Uqbah kemudian kembali dan menemui orang
Quraisy, mereka berkata, “Wahai penduduk Quraisy, kami datang
membawa hal-hal yang membedakan antara kamu dan Muhammad. Para
yahudi itu telah memerinthkan kami agar bertanya pada Muhammad
tentang tiga hal”, keduanya lalu menceritakan hal-hal itu, Rasulluah saw
berkata, “Akan kukatakan apa yang kamu tanyakan besok” kemudian, ia
pergi tanpa mengucap Insya Allah. Kemudian Rasullah saw berdiam diri
selama lima belas malam, tetapi Allah tidak mengirimkan wahyu, dan Jibril
pun tidak mendatanginya. Kemudian penduduk mekah mulai menyebarkan
gossip, disisilan Rasulluah saw bersedih karena tidak turunnya wahyu dan
merasa gelisah atas gossip yang tersebar di Makkah.
Pada akhirnya jibril datang denga membawa surat al-Kahfi, yang
mampu mengobati kesedihan Rasulluah saw dan menjawab pertanyaan
mereka tentang pemuda dan lelaki yang melakukan perjalana, dan firman
Allah. Sebelumnya Orang-orang musyrik dan Yahudi telah sepakat untuk
menguji Rasulullah saw, dengan mengajukan tiga pertanyaan yang harus
dijawab. Surat al-Kahfi akhirnya hanya menjawab dua dari pertanyaan
mereka, yaitu tentang ashabuk kahfi dan Dzulqarnain. Adapun jawaban
dari pertanyaan ketiga, yaitu tentang roh, surat al-Isra’ yang berisikan
bahwa roh itu adalah urusan Allah, tidak seorang pin yang mengetahui
hakikat dan bentuknya, karenanya tidak ada jawaban mengenai hal itu.
Asbabun nuzul ayat ini sebagaimana disebutkan di atas masih
berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya yaitu kisah ashabul kahfi. Dimana
tujuan penuturan kisah Musa AS dan Khidhir ini untuk memperkuat
jawaban nabi kepada orang Yahudi dan kafir makkah yang bertanya tentang
ashabul kahfi. Kendati Yahudi dan kuffar makkah tidak menanyakan kisah
Musa AS (karena memang tidak tahu) namun Allah SWT menerangkannya
kepada nabi sebagai penguat jawaban. Adapun tujuan penuturan kisah
Musa AS sesudah kisah ashabul kahfi adalah untuk menunjukkan bahwa
sikap tawadhu’ itu lebih utama dari pada sifat takabbur walaupun pada
aslinya dia termasuk orang yang berilmu tinggi, sebagaimana Musa AS
yang berguru pada Khidhir.11
batiniah yang cukup tentang apa yang akan engkau lihat dan alami
bersamaku itu.14
Lafal ( ) ُخ ۡب ٗراkhubran yang memiliki makna pengetahuan yang
mendalam, yang berasal dari kata ( )خَ بِيْرkhabir yang memiliki makna
pakar yang sangat dalam pengetahuannya. Dalam lafal ini yang
terdapat dalam ayat tersebut, dikatakan bahwa Nabi Musa.,
memiliki ilmu lahiriah dan menilai sesuatu berdasar hal-hal yang
bersifat lahiriah. Tetapi perlu diketahui bahwa setiap hal-hal yang
lahir ada juga sisi batiniyahnya, yang mempunyai peran yang tidak
kecil bagi lahirnya hal-hal lahiriyah. Sisi batiniah ini yang tidak
terjangkau oleh Nabi Musa. Dalam tafsir Al-Misbah disini
diceritakan bahwa hamba Allah yang saleh ( Nabi Khidhir)
mengatakan bahwa Nabi Musa kamu tidak akan sabar, bukan
karena Nabi Musa memiliki kepribadian yang tegas dan keras,
tetapi lebih-lebih mengenai peristiwa yang akan dia lihat
bertentangan dengan hukum-hukum yang bersifat lahiriah yang
dipegang teguh oleh Nabi Musa.
Menurtu Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah ayat ini
menjelaskan tentang ucapan Nabi Musa dengan Nabi Khidhir,
dalam ََ أَتَّبِعُكattabi’uka yang asalnya (َ )تَّبِ ُعtabi’a, yang memiliki makna
mengikuti. Penambahan huruf ( )تpada kalimat tersebut
mengandung makna kesunguhan dalam upaya mengikuti (upaya
Nabi Musa dala mengikuti Nabi Khidhr). Memang, demikian itu
keharusan seorang pelajar dalam menuntut ilmu, harus bertekad
bersungguh-sungguh mencurahkan perhatian, bahkan tenaganya,
terhadap apa yang dia akan pelajari.
Kata ( )تُحِ ۡطtubith terambil dari kata ahatha-yuhithu, yakni
melingkari. Kata ini digunakan untuk mengambarkan penguasaan
dan kemantpan dari segala segi dan sudutnya bagaikan sesuatu yang
melingkari sudut yang lain.
Thahir Ibn Asyur memahami jawaban hamba Allah bukan
dalam arti memberi tahu Musa, tentang ketidak sanggupannya,
tetapi menuntunnya unutk berhati-hati. Ucapan yang hamba Allah
(Nabi Khidir) memberikan isarat bahwa seorang pendidik
hendaknya menuntun anak didiknya dan memberitahu kesulitan-
kesulitan yang dia hadapi dalam menuntut ilmu, bahkan
mengarahkan untuk tidak mempelajari sesuatu jika sang pendidik
mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai dengan apa
yang dia akan pelajari.15
Hamba yang saleh berkata (Nabi Khidir) “Sesunguhnya
engkau sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku”. Kata (ِي َ ) َمعMa’
Pelajar, 2000).hlm. 31
18 Abdul Djalal, Tafsir al-Maraghi dan an-Nur: Suatu Studi Perbandingan, hlm.
15.
19 Muhammad Husain al-Zahabi, al-Tafsir wa al-Munfasir, Jilid II (Kairo: Dar
Analisa Pembahasan
1. Perbandingan Penafsiran M.Quraish Shihab dan Al-Maragh
a. Persamaan
M.Quraish Shihab Al-Maraghi
Mengunakan metode Metode Tahlili yang
penulisan tafsir tahlili dan didasarkan pada
maudhui (tematik). gabungan antara bi al-
Mejelaskan kandungan ma’sur dan bi al-ra’yi. Kitab
dalam ayat dengan redaksi tafsir al-maraghi
yang indah dan merupakan salah satu
memperhatikan kosakata kitab tafsir yang muncul
atau bahasa untuk pada masa moderen yang
a. Metode Tafsir menonjolkan al-quran dalam mengunakan metode
kehidupan manusia. Selain campuran, beliau
itu corak maudhui terlihad berangapan untuk
dari cara menghipun ayat menghadapi masa
yang tersebar dalam berbagai moderen diperlukan akal
surat yang membahas dalam menafsirkan suatu
masalah yang sama, ayat dalam menjawab
kemudian menjelaskan permasalahan.
pengertian yang menyeluruh
dari ayat tersebut.
b. Penjelasan Sebelum menjelaskan isi Dalam penafsiran Al-
Isi kandungan ayat terlebih Maraghi menjelaskan
Kandungan dahulu mengulas secara secara detail kejadian dan
ayat. global isi kandungan surat peristiwa per ayat. Pada
secara umum dengan penafsiranya, beliau juga
mengaitkan ayat lain yang sering mengaitkan
berkaitan yang memiliki peristiwa atau kata dalam
tema yang sama. Dan dalam ayat secara logis sehinga
menafsirkan ayat banyak kisah dalam ayat terlihat
melibatkan pendapat runtun dan detail.
munfasir terkait ayat
tersebut.
b. Persamaan
M.Quraish Shihab Al-Maraghi
Penjelasan Nama Keduanya mengawali penulisan dengan
Surat dan Asbab menjelaskan nama surat, asbab al-Nuzul dari Surat al-
al-Nuzul kahfi dan mengolongkan ayat makiyah atau
madaniyah
Gaya Bahasa dan Dalam menafsirkan ayat keduanya memiliki corak
Corak penafiran dan gaya bahasa al-Adabi al-Ijtima’I yaitu
menampilkan pola penafsiran berdasarkan rasio
kultural masarakat.
Dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir yang tercantum dalam
Surat Al-kahfi. Dapat dikaji dan diambil beberapa nilai-nilai
pendidikan. Kaitannya dalam hal ini, Khidir diposisikan sebagai guru
dan Musa sebagai murid, dari kisah ini ada nilai pendidikan yang bisa
disimpulkan, yaitu pendidikan secara umum, nilai pendidikan untuk
guru, dan nilai pendidikan untuk murid.
Daftar Pustaka