0% found this document useful (0 votes)
31 views8 pages

Jurnal 5

1. The document discusses a study on the experiences of postpartum and breastfeeding mothers with complementary postpartum midwifery care in Banjaranyar Village, Tegal Regency. 2. The study used a qualitative phenomenological research method with in-depth interviews of 10 respondents, including 5 postpartum mothers who received complementary care and 5 husbands. 3. Preliminary results found that postpartum mothers had good experiences and were happy with receiving complementary midwifery care, and found the alternative treatments provided solutions for issues during the postpartum and breastfeeding periods.
Copyright
© © All Rights Reserved
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
Download as pdf or txt
0% found this document useful (0 votes)
31 views8 pages

Jurnal 5

1. The document discusses a study on the experiences of postpartum and breastfeeding mothers with complementary postpartum midwifery care in Banjaranyar Village, Tegal Regency. 2. The study used a qualitative phenomenological research method with in-depth interviews of 10 respondents, including 5 postpartum mothers who received complementary care and 5 husbands. 3. Preliminary results found that postpartum mothers had good experiences and were happy with receiving complementary midwifery care, and found the alternative treatments provided solutions for issues during the postpartum and breastfeeding periods.
Copyright
© © All Rights Reserved
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 8

JURNAL ILMIAH KEBIDANAN IMELDA

Vol. 9, No. 1, Maret 2023, pp. 25-32


ISSN: 2597-7180 (Online), 2442-8116 (Print)
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEBIDANAN  25

PENGALAMAN IBU PASCA PERSALINAN DAN


MENYUSUI DENGAN ASUHAN KEBIDANAN
KOMPLEMENTER

Nora Rahmanindar1, Evi Zulfiana2, Seventina Nurul Hidayah3


1,2,3
Midwifery Study Program, Politeknik Harapan Bersama Tegal, Indonesia

Article Info ABSTRACT


Complementary and alternative medicine in some midwifery
Article history:
communities has become an important part of midwifery practice.
Received Dec 16, 2022 For midwives and women, complementary midwifery services are an
Revised Feb 01, 2023 alternative choice to reduce medical interventions in postpartum and
Accepted Feb 20, 2023 breastfeeding mothers. Complementary therapy is one of the
community's treatment options, especially for postpartum and
breastfeeding mothers. The purpose of this study was to determine
Keywords: the experiences of postpartum and breastfeeding mothers with
Complementary complementary postpartum midwifery care. The research method
Postpartum used is a qualitative research method with a phenomenological
Experience design. Data collection was carried out by way of in-depth
interviews. The sample of this study were 10 respondents consisting
of 5 postpartum and breastfeeding mothers who used complementary
postpartum midwifery care as the main informants and 5 husband
respondents as triangulation informants using purposive sampling
technique. The results of this research are that postpartum and
breastfeeding mothers have good experience and are happy with
providing complementary postpartum midwifery care, the response
of respondents is good, because they can provide alternative
treatments that are given to provide solutions that occur during
postpartum and breastfeeding mothers.
This is an open access article under the CC BY-SA license.

Corresponding Author:
Nora Rahmanindar
Midwifery Study Program,
Politeknik Harapan Bersama,
Jl. Mataram No. 9 Pesurungan Lor Kota Tegal.
Email: [email protected]

1. PENDAHULUAN
Masa nifas merupakan masa yang kritis, karena komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas,
serta kematian ibu dan bayi, sering terjadi pada masa ini. Risiko perdarahan meningkat selama persalinan,
dan sebagian besar perdarahan terjadi selama persalinan. Oleh karena itu, penolong kesehatan harus waspada
dan dapat memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik agar tidak terjadi perdarahan [1].
Asuhan dalam masa nifas pada warga Indonesia sangat ditentukan oleh budaya adat istiadat yang
sangat majemuk di daerah setempat. Tidak semua praktik kesehatan berbasis budaya mempunyai nilai yg
negatif terhadap kesehatan, terdapat tradisi yang bernilai positif terhadap praktik kesehatan khususnya bagi
ibu pada masa nifas [2].

Journal homepage: http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEBIDANAN


26  e-ISSN:2597-7180 – p-ISSN: 2442-8116

Pelayanan kebidanan diberikan pada perempuan sepanjang masa reproduksinya. Bentuk intervensi
dalam pelayanan kebidanan konvensional berdasarkan keilmuan dan menggunakan standar berdasarkan hasil
kajian dan evidence base [3] [4].
Terapi komplementer merupakan terapi yang bersifat melengkapi dan menyempurnakan terapi
konvensional, dengan tujuan untuk melengkapi pengobatan medis konvensional, bersifat rasional dan tidak
bertentangan dengan hukum kesehatan di Indonesia. Penyelenggaraan terapi komplementer telah diatur
dalam Permenkes RI Nomor 1109 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer
Alternatif Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pelayanan kebidanan komplementer merupakan bagian dari
terapi komplementer dalam tatanan pelayanan kebidanan. Bidan dapat mengimplementasikan asuhan pada
ibu dan anak dengan memberikan pelayanan komplementer selain pelayanan kebidanan sesuai standar dan
peraturan yang berlaku [5] [6].
Terapi komplementer merupakan bidang ilmu kesehatan yang berperan dalam menangani berbagai
penyakit dengan teknik tradisional, yang juga dikenal sebagai pengobatan alternatif. Terapi komplementer
telah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvensional medis. Pada pelaksanaannya terapi
komplementer dapat dilakukan bersamaan dengan terapi medis.
Penelitian membuktikan bahwa terapi komplementer dapat menjadi solusi untuk mengurangi rasa
ketidaknyamanan bahkan dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Terapi ini lebih aman dan memiliki
risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan obat modern dengan bahan kimia. namun terkadang terdapat
juga pasien yang menggunakan pengobatan tradisional atau komplementer tetapi tidak mendapatkan
kesembuhan sesuai harapan bahkan menjadikan penyakitnya lebih parah. Untuk itu perlu dipahami tentang
pemanfaatan terapi komplementer karena meskipun pengobatan komplementer relatif lebih aman namun
bukan berarti tidak menimbulkan risiko. Di Indonesia saat ini menggunakan istilah pelayanan kesehatan
tradisional, alternatif dan komplementer, dimana pelayanan kesehatan tradisional merupakan seluruh
pelayanan yang ada di masyarakat, terbagi dalam 2 kelompok besar yaitu pelayanan kesehatan tradisional
ramuan dan pelayanan kesehatan tradisional keterampilan. Hal yang berkembang saat ini adalah pelayanan
kesehatan alternatif dan komplementer dimaksudkan sebagai pelayanan yang sudah dinyatakan aman dan
bermanfaat serta dapat diintegrasikan dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Terapi komplementer dalam masa
nifas merupakan salah satu alternatif non medis yang dapat dimanfaatkan oleh ibu dalam mengatasi keluhan
dan pemulihan selama nifas karena dapat menghindari efek samping dari penggunaan obat-obatan dan bahan
kimia. Tidak sedikit ibu nifas melakukan praktik tradisional yang kurang tepat dan merugikan kesehatannya
karena kurangnya pengetahuan ibu tentang terapi tradisional atau komplementer yang tepat. Pemanfaatan
terapi komplementer pada masa nifas wajib diawasi dan dipastikan aman bagi proses pemulihan ibu serta
produksi ASI sehingga tidak menyebabkan pengaruh negatif baik pada ibu maupun bayi. Sementara fakta
tentang pemanfaatan terapi komplementer yang tepat masih jarang diterima oleh masyarakat, terutama yang
bersumber dari tenaga kesehatan [7] [8] [9]. Di Desa Banjaranyar ada beberapa ibu pasca persalinan dan
menyusui sudah menggunakan asuhan kebidanan komplementer, di Praktik Bidan Mandiri juga menerapkan
pelayanan komplementer sehingga masyarakat sudah terpapar dengan pelayanan tersebut. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengalaman ibu nifas dan menyusui dengan asuhan kebidanan pasca persalinan
komplementer.

2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif fenomenologi. Penelitian kualitatif fenomenologi
adalah penelitian kualitatif yang memandang secara mendalam pemahaman seseorang mengenai
pengalaman-pengalamannya dengan maksud menafsirkan atau mengungkap pengalaman apa saja yang
dihadapi seseorang dalam kehidupannya termasuk hubungannya dengan orang lain. Penelitian dilakukan
pada bulan November 2022 tempat Desa Banjaranyar Kabupaten Tegal, dengan menggunakan wawancara.
Kriteria inkulusi ibu pasca persalinan dan menyusui yang menggunakan pelayanan nifas komplementer, ibu
bersedia menjadi responden penelitian, responden warga Desa Banjaranyar, responden sedang menyusui
bayinya. Kriteria ekslusi adalah responden bukan warga Desa Banjaranyar, responden tidak bersedia menjadi
responden penelitian, responden tidak menggunakan pelayanan nifas komplementer. Informan penelitian
diambil menggunakan teknik sampling purposive sampling. Adapun jumlah informan utama diambil kembali
menggunakan teknik sampling snowballing. Jumlah responden yang diteliti ada 10 responden, yang terdiri
dari 5 responden ibu pasca melahirkan dan menyusui yang menggunakan asuhan kebidanan nifas
komplementer sebagai informan utama dan 5 responden suami sebagai informan triangulasi. Peneliti
melakukan pendekatan dengan calon yang akan menjadi narasumber yang bertujuan memberikan penjelasan
mengenai maksud serta tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, dan melakukan inform
consent atau meminta persetujuan untuk menjadi responden sesuai dengan kriteria serta mengatur

Jurnal Ilmiah Kebidanan Imelda, Vol. 9, No. 1, Maret 2023: 25-32


Jurnal Ilmiah Kebidanan Imelda  27

kesepakanan waktu untuk melakukan wawancara mendalam yang dilakukan. Pelaksanaan wawancara
dilakukan di rumah responden. Hasil wawancara terstruktur selama 30-40 menit.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 HASIL
Pengalaman Ibu Pasca Melahirkan Dan Menyusui Dengan Asuhan Kebidanan Nifas Komplementer
Pengalaman Ibu pasca melahirkan dan menyusui dari 5 responden, memberikan respon yang baik,
senang dan mendukung adanya alternative pemecahan masalah dengan asuhan kebidanan nifas
komplementer sehingga mengurangi pemberian terapi medis. Dari hasil wawancara ibu pasca melahirkan dan
menyusui sebagai berikut:
Usia anak aq, 1 bulan, kalau melahirkan di bu bidan enak, bidannya ramah, setelah
melahirkan dapat informasi penting yang di berikan bu bidan, seperti untuk melancarkan ASI bisa
dengan di pijat katanya nama pijatannya pijat oksitosin, saya sudah diajari dan alhamdulilah
dipraktikan dan ASI lancar, terus ada pijet seluruh badan biar badan enak, wong setelah melahirkan
pasti capek, bar di pijet ya seger, badan enak. aq selama masa nifas pakai pilis kata orang tua supaya
tidak pusing dan matanya tidak min (minus), minum jamu-jamuan pasca melahirkan, yak arena sudah
turun menurun minum jamu supaya di badan seger trus buat ASI juga, ben buket, aq pakai bengkung
juga karena perut setelah melahirkan jd tidak singset glambir, biar bagus dan tidak mlorot pakai
bengkung. Alhamdulillah tidak ada pantang makan, semua dimakan, apa saja, buat ASI juga supaya
banyak. Pokoknya lahiran di bu bidan enak banyak menambah ilmu untuk kesehatan ibu setelah
melahirkan dan menyusui, perawatan pada alat kelamin saya cebok dengan daun sirih yang di rebus
sendiri, supaya keset habis bersalin..he..he (Ny. A-IU 1).
Saya yang baru punya anak satu, belum ada pengalaman, rasanya stress, dengan adanya bu
bidan yang memberikan solusi terapi kebidanan komplementer ASI saya jadi lancar dan tidak sakit
lagi, kata bu bidan namanya pijat oksitosin, dirumah juga saya minum jamu uyup-uyup ada orang yang
jualan setiap pagi dan sore minum jamunya, adat budaya keluarga saya masih menggunakan bengkung
setelah melahirkan supaya perut tidak bergelambir. Makan sayuran juga yang untuk ASI lancar, Dan
menggunakan pilis juga setelah melahirkan supaya tidak pusing (Ny. W-IU 2).
Saya suka dengan terapi komplementer karena mengurangi penggunaan obat-obatan, terapi
untuk masa nifas sudah pernah menggunakan terapi ini, diantaranya ada pijat untuk mambah produksi
ASI yaitu pijat oksitosin, kemudian ada massage setelah melahirkan supaya badan tidak pegel-pegel,
sehat dan fit, saya tidak minum jamu karena tidak suka dengan jamu rasanya pahit, padahal ibu saya
menyuruh minum jamu. saya di ajari Yoga post natal yang saya rasakan keluhan fisik pegel-pegel dan
nyeri berkurang setelah melahirkan dan menambah ASI lancar, lebih rileks. Makanan apa saja
dimakan khususnya sayur katuk, sayur kelor, jantung pisang, ya pokoknya yang bisa menambah ASI
lancar (Ny. C-IU3).
Dari anak pertama sampai sekarang anak ke tiga, setelah bersalin saya sudah minum jamu
bersalin selama 40 hari, dan juga pakai pilis di kening. Selama 40 hari juga dipijat di mbah dukun, ada
pengalaman Asi belum keluar terus di anjurkan bu bidan untuk pijat punggung katanya supaya ASI
lancar, terus saya pernah di hipnotis katanya supaya Asi lancar, saya di beri kata-kata positif saya di
suruh konsentrasi (Ny. T-IU 4).
Pengalaman setelah melahirkan yaitu pernah ASI tidak lancar dan jahitan pada alat kelamin
rasanya nyeri sekali. Bu bidan memberikan solusi untuk melakukan pijat oksitosin katanya supaya ASI
deres, saya juga memakan sayuran-sayuran hijau untuk menambah ASI, seperti daun kelor, daun katuk,
untuk jaitan di alat kelamin saya cebok dengan daun sirih. Seluruh badan saya juga di pijet, badan
terasa enak, rileks Alhamdulillah punya bu bidan yang ramah, bisa memberikan solusi-solusi kepada
wanita setelah bersalin, ketakutan pada ibu setelah bersalin yaitu ASI nya sedikt, tidak lancar, tidak
bisa nyusuni…tp dengan adanya solusi bidan memberikan pelayanan komplementer bisa menjadi
pilihan yang baik untuk ibu nifas (Ny N-IU 5).

Tanggapan/Dukungan Suami Terhadap Asuhan Kebidanan Nifas Komplementer


Hasil wawancara terhadap 5 responden terhadap suami semua suami mendukung dan memberi
tanggapan yang positif terhadap pelayanan kebidanan nifas komplementer pada ibu pasca melahirkan dan
menyusui, hasil wawancara sebagai berikut:
Dukung terus lah, merasa senang dengan adanya ilmu yang menurut berguna sekali untuk ibu
setelah melahirkan dan menyusui, sehingga tidak khawatir dengan masalah pemberian ASI yang tidak
lancar (Suami Ny A-, IT 1).
Istri saya pas waktu setelah melahirkan merasa stress karena keluhan ASI tidak lancar, setelah
konsul dengan bu bidan dan bu bidan memberikan saran untuk suami di ajari pijat di punggung supaya

Pengalaman Ibu Pasca Persalinan Dan Menyusui Dengan Asuhan...(Nora Rahmanindar)


28  e-ISSN:2597-7180 – p-ISSN: 2442-8116

ASI lancar, saya mempraktikannya di rumah dan alhamdulilah lancar, istri saya juga meminum jamu-
jamuan setelah bersalin karena sudah tradisi di desa, pakai tempelan yang di batuk (kening)apa ya
namanya…hemmm..oh ya pilis, pakai gerita juga di perut katanya ben singset..he..he… (suami Ny. W-
IT 2).
Alhamdulillah berjalan dengan baik mas nifasnya, sering berkonsultasi dengan bidan, kalau
ada apa-apa jg pasti pergi ke bidan, tukar pikiran, bidan memberikan pelayanan komplementer katanya
supaya ibu bisa ASI nya deras, di pijat juga katanya lara awak (sakit badan) setelah melahirkan, istri
speertinya tidak minum jamu karena dia (istri) tidak suka jamu katanya pait, (suami Ny. C-IT3).
Sejak anak pertama istri minum jamu jamuan, pakai pilis, bengkung karena adat, konsul ke bu
bidan katanya itu bagus, baik ya akhirnya saya nurut, selagi bermanfaat ya…yang anak ke tiga ini ASI
tidak lancar, bu bidan pas kunjungan ngajari saya dan istri untuk dipijat punggungnya, trus di hipnotis
juga kasih kata kata semangat dan bagus-bagus…(Suami Ny. T-IT 4).
Ya dukung sekali, pasti bidan memberikan yang terbaik untuk pasiennya, ASI tidak lancar di
pijet, badan juga dipijet enak wis pokoke (enak rasanya), makan makanan sayur-sayuran…(Suami Ny
N-IT 5).

Pengalaman ibu pasca melahirkan dan menyusui dengan asuhan nifas kebidanan komplementer dari
ke 5 responden, yaitu Informan merasa senang, terbantu dengan pelayanan tersebut, saran terbaik yang bisa
digunakan untuk ibu-ibu pasca melahirkan dan menyusui.

3.2 PEMBAHASAN
Minum Jamu
Dalam hal praktek perawatan selama masa nifas (setelah ibu melahirkan sampai dengan sekitar 35-
40 hari) beberapa data dapat dipaparkan. Minum jamu yang merupakan kebiasaan sebagian masyarakat suku
Jawa juga dilakukan oleh hampir semua responden saat nifas.
Masa nifas merupakan periode dimana terjadi proses pemilihan organ-organ reproduksi seperti
uterus, jalan lahir, maupun pemilihan luka perineum untuk membantu proses pemilihan selama masa nifas,
masyarakat masih banyak yang percaya pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional setiap individu
berbeda, hal ini dipengaruhi oleh pengalaman. Alasan dalam penggunaan jamu sebagai pengobatan
tradisional sangat beragam, namun umumnya mereka mengkonsumsi jamu sebagai upaya preventif
(pencegahan) terjadinya permasalahan kesehatan dikemudian hari. Selain itu dikarenakan jamu berasal dari
bahan alami bahkan dapat diolah sendiri tergantung keterampilan turun menurun seorang individu, jamu
dipandang lebih aman dan ekonomis.
Selain itu alasan masyarakat adalah karena tradisi yang telah berkembang di lingkungannya. Jamu
uyup-uyup jika dilihat dari komposisinya, yaitu kencur, kunyit, lempuyang, temu giring, temulawak dan daun
katuk memiliki manfaat yang cukup baik bagi tubuh ibu. Kencur dan temu giring bermanfaat untuk
menimbulkan rasa tenang, hangat dan segar dalam tubuh. Secara tidak langsung kondisi psikologis ibu
menjadi lebih stabil. Dengan kondisi ibu yang tenang maka akan menstimulasi produksi oksitosin yang mana
oksitosin merupakan salah satu hormon yang memiliki fungsi merangsang prolactin agar terus memproduksi
ASI. Kunyit merupakan bahan lain yang sering digunakan untuk jamu uyup-uyup. Kunyit mengandung
banyak nutrisi yang dibutuhkan ibu nifas seperti curcumin, karbohidrat, protein, vitamin C, kalium, fosfor
serta lemak. Lempuyang memberikan manfaat peningkatan nafsu makan, dengan mengkonsumsi ini sangat
membantu ibu nifas untuk menjaga nutrisinya. Ibu nifas membutuhkan asupan nutrisi 300-500 kkal lebih
banyak atau dalam sehari > 2200 kkal. Protein pada lempuyang dapat merangsang peningkatan sekresi air
susu, begitupula dengan temulawak dan daun katuk dimana memiliki senyawa laktagogum yang mampu
merangsang prolaktin untuk memproduksi ASI [1] [10] [11].

Memakai Pilis
Salah satu budaya jawa yang dilakukan perempuan pada periode postpartum adalah memakai pilis.
Pemakaian pilis dipercaya dapat mencegah darah putih naik ke mata. Berdasarkan kepercayaan responden,
yang diperoleh dari orang tua terdahulu, bila tidak memakai pilis maka mata dapat rusak seperti penglihatan
menjadi kabur. Pilis di pakai dicampur dengan air terlebih dahulu kemudian dioleskan pada dahi. Ramuan
pilis bertujuan mengembalikan kesejukan mata. Adapun komposisi bahan yang terdapat dalam pilis adalah
terdiri dari : temu giring (curcuma hernaena val), bangle (zingiber cassumunar roxb), krangean (Litsea Cuba
Pers), kulit jeruk purut (Citrus Hystric DC), Cengkih (Eugenia Aromatic), dan daun kemukus (piper cubeba
L). Berkhasiat menghangatkan tubuh dan menghilangkan pusing kepala, buah kapulaga (Cardamonfructus)
dan sintok (Sintok cortex), daun kemuning. Cara penggunaan ialah mengoleskan pada dahi. Kalau mata segar
tentunya tidak mengantuk dan dapat menghindarkan tidur siang. Tidur siang yang berlebihan kurang baik
bagi kesehatan dan menjadikan badan gemuk dan berair [11] [12].

Jurnal Ilmiah Kebidanan Imelda, Vol. 9, No. 1, Maret 2023: 25-32


Jurnal Ilmiah Kebidanan Imelda  29

Pijet/ Massage
Budaya pijet pada ibu postpartum masih banyak dilakukan oleh responden dengan alasan
menghilangkan rasa lelah setelah bersalin. daerah yang dipijet adalah seluruh bagian tubuh kecuali perut.
Banyaknya bervariasi pada tiap responden. Pijet diserahkan kepada seorang wanita yang sudah ahli dalam
menolong persalinan maupun merawat wanita setelah. bersalin, yang dalam masyarakat jawa dikenal dengan
dukun beranak.
Di masyarakat Bulukumba, keberadaan bekkeng sudah menyatu dengan kehidupan budaya
masyarakat sebagai perawatan pada perut pasca persalinan. Akan tetapi, sebagian masyarakat Bulukumba
terutama yang tinggal di desa Bontonyeleng percaya budaya menggunakan bekkeng dapat membantu dalam
memproduksi ASI selain memperbaiki bentuk tubuh setelah melahirkan. Walau secara teori bekkeng tidak
mempunyai hubungan dengan produksi ASI.

Gerita/ Bengkung/ Stagen


Pada masyarakat suku jawa, pemakaian gurita didaerah perut dianggap bermanfaat untuk
mempercepat proses pengecilan perut dan agar perut tidak melebar. Pemakaian gurita juga bermanfaat bagi
sebagian perempuan yang menapali perutnya dengandaun sirih agar tidak lepas. Berdasarkan penelitian
ilmiah dalam ilmu kesehatan milik Manurung (2009), dinyatakan pemasangan gurita tidak baik bagi
kesehatan ibu serta mengganggu kenyamanan ibu. Disamping itu, pemakaian gurita terlalu ketat dalam
jangka waktu lama akan menyebabakan aliran darah tungkai kurang lancer, sehingga tungkai terasa sakit atau
bengkak. Kerugian lain apabila gurita dipakai dua jam postpartum, maka akan mempersulit pelayan
kesehatan untuk melakukan pemeriksaan fundus uteri, guna memastikan baik tidaknya kontraksi uterus.
Pemakain stagen pada ibu postpartum dilakukan dengan tujuan mengecilkan perut dan menjaga keindahan
tubuh. Manurung (2009) menerangkan selama kehamilan abdomen mengalami peregangan mencapai kira-
kira dua kali lipat dari panjang semula pada akhir minggu masa kehamilan. Seluruh otot abdomen
memerlukan latihan untuk mencapai panjang dan kekuatan semula, namun otot yang terpenting ialah otot
tranversus.Latihan tranversus dapat dimulai kapanpun ibu merasa mampu.Senam teranversus dilakukan
dengan berbaring dan kedua lutut ditekuk dan kaki datar menapak di tempat tidur. Letakkan kedua tangan di
abdomen bawah didepan paha. Tarik nafas pada saat akhir, hembuskan nafas, kencangkan bagian bawah
abdomen dibawah umbilicus dan tahan dalam hitungan sepuluh, lanjutkan dengan bernafas normal, ulangi
sampai sepuluh kali. Penggunaan bengkung secara medis masih pro dan kontra, ada kelompok ahli yang
setuju dengan penggunaan bengkung di masa nifas dan ada pula yang kontra. Beberapa hasil penelitian yang
berhubungan dengan penggunaan bengkung menyebutkan bahwa penggunaan bengkung bermanfaat untuk
memaksimalkan involusi uterus, memulihkan tonus otot abdomen, mengurangi nyeri punggung dan
menyangga punggung ibu nifas sehingga dapat menjaga postur tubuh ibu. Selain itu, penggunaan bengkung
bermanfaat juga pada abdomen dimana ibu akan mendapat kompresi atau tekanan pada perut sehingga
membantu menyangga perut dan daerah lumbopelvic dengan memberikan sedikit tekanan pada otot
tranversus abdominis. Sehingga pada akhirnya akan membantu otot perut bekerja lebih sempurna. Otot perut
yang lemah berpengaruh terhadap adanya keluhan nyeri punggu selama dan setelah hamil. Insiden nyeri
punggung ibu nifas dapat diatasi dengan penggunaan bengkung [13] [14] [15].

Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah tindakan yang dilakukan pada ibu menyusui yang berupa ‘back massage’ pada
punggung ibu dengan tujuan untuk meningkatkan pengeluaran hormone oksitosin. Pijat oksitosin yang
dilakukan akan memberikan kenyamanan pada ibu sehingga akan memberikan kenyamanan pada bayi yang
disusui. Pijat oksitosin merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior (neurohipofise).
Oksitosin masuk pada system peredaran darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel-sel mioepitel)
yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus
tertekan keluar ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini disebut dengan ‘let down refleks’ atau pelepasan.
Pada waktu yang bersamaan merangsang kelenjar adenohypofise sehingga prolactin masuk pada sistem
peredaran darah dan menyebabkan sel-sel acinus dalam alveoleus memproduksi ASI (prolactin reflek).
Frekuensi dilakukan pijat oksitosin akan mempengaruhi produksi kadar hormone prolactin ibu dan ASI. Pijat
oksitosin lebih efektif dilakukan sehari 2 kali pada pagi dan sore. Teori ini didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan oleh Biancuzzo (2003) yang menyatakan bahwa pijat oksitosin yang dilakukan sehari 2 kali
dapat mempengaruhi produksi ASI pada ibu post partum. Pijat oksitosin terbukti dapat meningkatkan
produksi ASI (kadar hormone prolactin) karena meningkatkan rangsangan pada impuls saraf afferent
sehingga hormone oksitosin meningkat (letdown reflex) dengan peningkatan hormone tersebut akan
memberikan umpan balik terhadap peningkatan hormone prolactin (prolactin reflek) [16] [9] [17].

Pengalaman Ibu Pasca Persalinan Dan Menyusui Dengan Asuhan...(Nora Rahmanindar)


30  e-ISSN:2597-7180 – p-ISSN: 2442-8116

Hypno Breastfeeding
Hypno breastfeeding merupakan upaya alami yang dapat diusahakan oleh ibu pada masa menyusui
dengan menggunakan energy alam bawah sadar agar proses menyusui menjadi nyaman dan lancar, ibu dapat
menghasilkan ASI yang mencukupi untuk kebutuhan tumbuh kembang bayi. Cara yang dapat dilakukan oleh
ibu adalah dengan memasukkan kalimat-kalimat afirmasi positif yang membantu proses menyusui di saat ibu
dalam kondisi rileks atau saat sedang berkonsentrasi penuh pada suatu hal (kondisi hypnotis). Hasil
penelitian tentang hypno breastfeeding, dimana dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
para ibu bekerja menunjukkan terjadi peningkatan produksi ASI 92% setelah ibu melakukan hypno
breastfeeding. Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Armini pada tahun 2016, hypno breastfeeding
dapat meningkatkan produksi ASI dengan cara membangun niat positif dan motivasi dalam menyusui.
Berdasarkan hasil penelitian tentang hypno breastfeeding di atas dapat dikatakan bahwa hypno breastfeeding
mampu memberikan solusi dalam stimulasi produksi ASI dan mampu mengatasi masalah-masalah ibu dalam
menyusui [18] [19] [20].

Booster ASI
Impian besar seorang ibu menyusui adalah produksi ASI yang melimpah sehingga dapat mencukupi
kebutuhan ASI bayinya, dalam beberapa kondisi seorang ibu merasa bahwa dirinya memerlukan nutrisi
tambahan yang dapat meningkatkan produksi ASI salah satunya dengan mengkonsumsi makanan dan
minuman yang dipercaya data menambah produksi ASI (Laktogogum / Booster ASI). Indonesia merupakan
negara terbesar kedua setelah Brazil yang memiliki sumber daya hayati termasuk diantaranya adalah
tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai terapi. Setiap daerah di Indonesia memiliki jenis Laktogogum /
Booster ASI yang berbeda, contohnya orang Batak lebih mengenal daun bangun-bangun dan orang Jawa
lebih mengenal daun katuk, jagung muda, jantung pisang, daun pepaya, daun kelor, dan masih banyak lagi
[21] [22] [23] [24] [25].

Penyembuhan Luka Perineum


Indonesia adalah negara dengan kekayaan aneka ragam flora (tumbuhan) termasuk tumbuhan yang
bermanfaat untuk pengobatan. Pada ibu nifas seringkali ditemukan adanya masalah luka perineum sebagai
akibat dari proses persalinan dengan robekan perineum. Berikut ini merupakan beberapa tanaman yang sering
digunakan dalam praktik komplementer masa nifas khususnya dapat digunakan untuk menyembuhkan luka
perineum [26] [27] [28] [29].

Yoga
Yoga merupakan cara yang bagus untuk membantu tubuh dan pikiran sembuh dari tekanan fisik dan
mental pada masa pasca melahirkan. Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang paling sering
bersinggungan dengan pasien ibu nifas harus senantiasa mengingat prinsip pelayanan pada setiap pasien ibu
nifas sebagai individu secara utuh dari aspek bio, psiko, sosio, kultural yang memiliki karakteristik berbeda
antara satu dengan lainnya. Seorang ibu nifas memiliki waktu pemulihan yang berbeda antara satu dengan
lainnya tergantung pada pengalaman proses melahirkan yang telah dialami, trauma pada perineum, kondisi
fisik sebelum melahirkan dan tipe kelahiran (melahirkan per vaginam atau dengan section secarea). Masa
nifas merupakan masa kebahagiaan bagi seorang ibu karena pada masa ini ibu telah bertemu dengan bayinya
yang selama 40 minggu berada dalam perutnya, ibu merasa terbebas dari ketidak nyamanan kehamilan yang
ia rasakan sepanjang masa kehamilan dengan keluhan yang berganti-ganti sesuai dengan trimester kehamilan
ibu. Namun selain rasa bahagia yang dimiliki ibu, ia juga mengalami masa kebingungan, kelelahan dan rasa
belum sepenuhnya terbebas dari kelelahan [30] [31] [32].

4. KESIMPULAN
Pengalaman ibu pasca melahirkan dan menyusui dengan asuhan nifas kebidanan komplementer dari
ke 5 responden, yaitu Informan merasa senang, terbantu dengan pelayanan tersebut, saran terbaik yang bisa
digunakan untuk ibu-ibu pasca melahirkan dan menyusui. Jenis pelayanan kebidanan komplementer
diantaranya yoga, booster ASI untuk memperlancar produksi ASI, jamu, pilis, bengkung, penyembuhan luka
pada perineum, pijat oksitosin.

REFERENCES
[1] Ratih sakti prastiwi, “Pengobatan Tradisional (Jamu) Dalam Perawatan Kesehatan Ibu Nifas Dan
Menyusui Di Kabupaten Tegal,” Siklus J. Res. Midwifery Politek. Tegal, vol. 7, no. 1, pp. 263–267,
2018, doi: 10.30591/siklus.v7i1.745.
[2] G. Kostania Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surakarta, K. Kunci, pelayanan kebidanan,
and komplementer A. Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan PENDAHULUAN, “Pelaksanaan Pelayanan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Imelda, Vol. 9, No. 1, Maret 2023: 25-32


Jurnal Ilmiah Kebidanan Imelda  31

Kebidanan Komplementer Pada Bidan Praktek Mandiri Di Kabupaten Klaten,” Gaster, vol. XII, no. 1,
2015.
[3] J. Jumiatun and S. A. Nani, “Analisis Kesiapan Bidan dalam Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan
Komplementer,” J. SMART Kebidanan, vol. 7, no. 2, p. 71, 2020, doi: 10.34310/sjkb.v7i2.400.
[4] R. Widaryanti, “Pengetahuan dan Penerimaan Terapi Komplementer pada Ibu Nifas Berbasis Kearifan
Lokal,” Med. Respati J. Ilm. Kesehat., vol. 15, no. 4, pp. 267–272, 2020.
[5] I. Arimurti, R. Aini, and Rosmilawati, “Asuhan Umum Kebidanan Komplementer Complementary
General Midwifery Care,” J. Abdi Masy., vol. 1, no. 1, pp. 80–85, 2020.
[6] Republik Indonesia Menteri Kesehatan, “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1109/MENKES/PER/IX/2007 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.” pp. 1–29, 2007. [Online]. Available: www.persi.or.id
[7] F. Hayati, “Pendidikan Kesehatan tentang Terapi Komplementer pada Masa Nifas,” J. Abdimas
Kesehat., vol. 4, no. 1, p. 21, 2022, doi: 10.36565/jak.v4i1.178.
[8] Si. Altika and U. Kasanah, “Survei Implementasi Pelayanan Kebidanan Komplementer Dalam
Mengurangi Intervensi Medis,” Coping Community Publ. Nurs., vol. 9, no. 1, p. 15, 2021, doi:
10.24843/coping.2021.v09.i01.p03.
[9] Sarin Purboyekti, “Gambaran persepsi masyarakat terhadap pengobatan komplementer dan alternatif di
wilayah kelurahan pondok benda rw 013 pamulang 2,” Skripsi, pp. 1–118, 2017.
[10] C. Suryawati, “Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan, Persalinan, dan Pasca
Persalinan (Studi di Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara),” J. Promosi Kesehat. Indones., vol. 2, no.
1, pp. 21-31–31, 2007, doi: 10.14710/jpki.2.1.21-31.
[11] S. Sugita and N. H. Widiastuti, “Budaya Jawa Ibu Postpartum Di Desa Candirejo Kecamatan Ngawen
Kabupaten Klaten,” J. Kebidanan dan Kesehat. Tradis., vol. 1, no. 1, pp. 25–34, 2016, doi:
10.37341/jkkt.v1i1.42.
[12] Wahidin, “Analisis Pengembangan Layanan Kebidanan Komplementer Terintegrasi Di Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten,” Pros. Semin. Nas. Penguatan Ris. dan Luarannya sebagai Budaya Akad.
di Perguru. Tinggi memasuki Era 5.0, pp. 232–248, 2020.
[13] Nurhayati, R. Widowati, and D. Kurniati, “Analysis of the Use of Bengkung and Herbaldrinks in Post
Partum Mother in Rancabango Village Patokbeusi Subang in 2020,” Asian Res. Midwifery Basic Sci. J.,
vol. 1, no. 1, pp. 131–140, 2020.
[14] M. Kamaruddin, A. D. T. Rawe, A. Asra, and I. Marzuki, “Trust in the ability of Bengkung Culture to
Increase Breast Milk Production in the Bulukumba Community,” Explor. Indones. Nat. Resour. Based
Entrep. Era Ind. Revolut. 4.0, pp. 476–479, 2019.
[15] Dewi Taurisiawati, “Efektivitas Bengkung dan Gurita Terhadap Involusi Uterus dan Pengeluaran
Lochea di Puskesmas Kediri,” J. Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, vol. III, no. 4, pp. 197–254, 2018,
[Online]. Available: http://182.253.197.100/e-journal/index.php/jikk/article/viewFile/734/723
[16] N. Noviyana et al., “Efektifitas Pijat Oksitosin dalam Pengeluaran ASI,” J. Ilmu Keperawatan Matern.,
vol. 5, no. 1, pp. 23–33, 2022, doi: 10.32584/jikm.v5i1.1437.
[17] R. Julianti and Y. Susanti, “Pengaruh Pijat Punggung Yang Dilakukan Oleh Suami Terhadap
Percepatan Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum Hari I Dan Ke II Di Puskesmas Sebrang Padang,”
Menara Ilmu, vol. XIII, no. 10, pp. 61–67, 2019.
[18] N. Risna Sumawati, N. Mira Yanti, and P. Studi DIII Kebidanan STIKES Bina Usada Bali, “Penerapan
Hypnobreastfeeding Dan Hypnoparenting Pada Ibu 2 Jam Post Partum,” J. Dunia Kesehat., vol. 5, no.
2, pp. 5–10, 2015.
[19] Y. Asih, “Hypnobreastfeeding dan Motivasi Pemberian ASI Hypnobreastfeeding and Motivation for
Breastfeeding,” J. kebidanan, vol. 11, no. pemberian ASI eksklusif, p. 17, 2020.
[20] N. Handayani, E. P. Rahayu, and S. N. Hasina, “Hypnobreastfeeding sebagai Upaya Meningkatkan
Motivasi Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif pada Masa Pandemi Covid-19,” J. Keperawatan Jiwa,
vol. 9, no. 4, pp. 809–816, 2021, [Online]. Available: https://www.researchgate.net/profile/Siti-Nur-
Hasina/publication/356604711_HYPNOBREASTFEEDING_SEBAGAI_UPAYA_MENINGKATKA
N_MOTIVASI_IBU_DALAM_MEMBERIKAN_ASI_EKSLUSIF_PADA_MASA_PANDEMI_COVI
D_19/links/61a4b1b2acc0bc46c1206a01/HYPNOBREASTFEEDING-SEBAGAI-UPAYA-
[21] J. Juliastuti, “Efektivitas Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap Kecukupan Asi Pada Ibu
Menyusui Di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar,” Indones. J. Heal. Sci., vol. 3, no. 1, p. 1, 2019, doi:
10.24269/ijhs.v3i1.1600.
[22] E. Suwanti, “PENGARUH KONSUMSI EKSTRAK DAUN KATUK TERHADAP KECUKUPAN
ASI PADA IBU MENYUSUI DI KLATEN Endang Suwanti, Kuswati,” Kementeri. Kesehat. Politek.
Kesehat. Surakarta Jur. Kebidanan, vol. 5, no. 2, pp. 132–135, 2016.
[23] S. S. Nasution, Perawatan Ibu Nipas, Dengan Meningkatkan Produksi Asi Melalui Konsumsi Tanaman

Pengalaman Ibu Pasca Persalinan Dan Menyusui Dengan Asuhan...(Nora Rahmanindar)


32  e-ISSN:2597-7180 – p-ISSN: 2442-8116

Herbal (Daun Katuk, Daun Kelor Daun Bangun-Bangun). 2021.


[24] N. N. Kristina and F. S. Siti, “Pemanfaatan tanaman kelor (Moringa oleifera) untuk meningkatkan
produksi air susu ibu,” Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, vol. 20, no. 3. p. 27,
2014.
[25] D. Dahliana and M. Maisura, “Efektivitas Daun Kelor Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Menyusui di
Puskesmas Simpang Mamplam Bireuen,” J. Sos. Sains, vol. 1, no. 6, pp. 545–551, 2021, doi:
10.36418/sosains.v1i6.135.
[26] S. A. Sitepu, V. Hutabarat, and K. Natalia, “Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Sirih Hijau Terhadap
Penyembuhan Luka Perinium Pada Ibu Post Partum Di Klinik Pera Simalingkar B Kecamatan Medan
Tuntungan Kota Medan Tahun 2019,” J. Kebidanan Kestra, vol. 2, no. 2, pp. 186–193, 2020, doi:
10.35451/jkk.v2i2.384.
[27] T. Rostika, R. Choirunissa, and A. J. Rifiana, “Pemberian Penggunaan Air Rebusan Daun Sirih Merah
Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Perineum Derajat I Dan II di Klinik Aster Kabupaten Karawang,”
J. Ilm. Kesehat., vol. 12, no. 2, pp. 196–204, 2020, doi: 10.37012/jik.v12i2.269.
[28] A. Christina and M. A. Kurniyanti, “Efektifitas Air Rebusan Daun Sirih Dalam Mempercepat
Penyembuhan Luka Perineum,” J. Ilm. Kesehat. Media Husada, vol. 2, no. 2, pp. 1–6, 2014, doi:
10.33475/jikmh.v2i2.115.
[29] S. Damarini, Eliana, and Mariati, “Efektivitas Sirih Merah dalam Perawatan Luka Perineum di Bidan
Praktik Mandiri The Effectiveness of Red Betel in Healing Perineal Wound in Independent,” J.
Kesehat. Masy. Nas., vol. 8, no. 3, pp. 39–44, 2013.
[30] P. Sengupta, “Health impacts of yoga and pranayama: A state-of-the-art review,” Int. J. Prev. Med., vol.
3, no. 7, pp. 444–458, 2012.
[31] A. Aprina, R. Rilyani, and M. Parosaliantika, “Pengaruh Postnatal Yoga Terhadap Kualitas Tidur Ibu
Postnatal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara,” Malahayati Nurs. J.,
vol. 3, no. 3, pp. 318–329, 2021, doi: 10.33024/mnj.v3i3.3115.
[32] A. Rakhshani, R. Nagarathna, R. Mhaskar, A. Mhaskar, A. Thomas, and S. Gunasheela, “Effects of
Yoga on Utero-Fetal-Placental Circulation in High-Risk Pregnancy: A Randomized Controlled Trial,”
Adv. Prev. Med., vol. 2015, pp. 1–10, 2015, doi: 10.1155/2015/373041.

BIOGRAPHIES OF AUTHORS

Nora Rahmanindar, S.SiT. M.Keb. lahir di Tegal tahun 1985. Bekerja sebagai dosen tetap di
Prodi DIII Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Tegal. Peneliti Lulus pendidikan DIV
Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran dan melanjutkan pendidikan S2 Kebidanan di
Universitas Padjajaran Bandung.

Evi Zulfiana, S.SiT. MH, lahir di Tegal tahun 1989. Bekerja sebagai dosen tetap di Prodi DIII
Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Tegal. Peneliti lulus pendidikan DIV Kebidanan
Universitas Ngudi Waluyo Ungaran dan melanjutkan pendidikan S2 Kebidanan di Universitas
Uswagati Cirebon.

Seventina Nurul Hidayah, S.SiT. M.Kes, lahir di Tegal tahun 1986. Bekerja sebagai dosen tetap
di Prodi DIII Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Tegal. Peneliti lulus pendidikan DIV
Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran dan melanjutkan pendidikan S2 Kebidanan di
Universitas Diponegoro.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Imelda, Vol. 9, No. 1, Maret 2023: 25-32

You might also like