Kelompok 2 Analisis Jurnal
Kelompok 2 Analisis Jurnal
Kelompok 2 Analisis Jurnal
Transstruktural Nursing
Dosen Pengampu :
Ns . Muhammad Fauzi,m.kep
TP 2023/2024
Analisis Jurnal
Masalah yag terkait dengan Transkultural Nursing
A. IDENTITAS JURNAL
1. Nama Jurnal : Faktor Transkultural Persepsi Kesehatan Ibu Dengan Balita ISPA
2. Volume 3
3. Nomor 1
4. Halaman : 1-10
5. Tahun Penerbit 2015
6. Judul Jurnal : Faktor Transkultural Persepsi Kesehatan Ibu Dengan Balita ISPA
7. Nama Penulis : Dina Andriani BR Karo, Bakhtiar Teuku Tahlil
B. ISI JURNAL
1. Masalah Penelitian :
Bagaimana pengaruh faktor-faktor transkultural terhadap persepsi ibu dengan balita ISPA
2. Lokasi Penelitian (jika ada) :
Banda Aceh
3. Metode Penelitian :
a. Penelitian kuantitatif dengan desain korelasional
b. Teknik pengumpulan data: Proportional sampling dengan sampel 100 ibu dengan
balita ISPA
c. Teknik analisis data: Uji regresi logistik
4. Teori yang dipakai :
2
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
1. Kelebihan :
a. Penelitian ini menggunakan desain yang kuat untuk meneliti hubungan antara faktor
transkultural dan persepsi kesehatan ibu dengan balita ISPA.
2. Kekurangan:
b. Penelitian ini tidak meneliti faktor-faktor transkultural lain yang mungkin mempengaruhi
persepsi kesehatan ibu dengan balita ISPA.
D. ANALISIS
Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor transkultural dapat memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap persepsi kesehatan ibu dengan balita ISPA. Temuan ini penting bagi perawat
untuk dipertimbangkan ketika memberikan asuhan keperawatan kepada ibu dengan balita ISPA.
Perawat harus peka terhadap perbedaan budaya dan nilai-nilai yang dimiliki oleh ibu, dan
mereka harus menyesuaikan asuhan keperawatan mereka dengan sesuai.
Beberapa implikasi dari penelitian ini untuk praktik keperawatan transkultural meliputi:
1. Perawat harus melakukan pengkajian budaya yang komprehensif untuk memahami nilai-
nilai, keyakinan, dan praktik budaya ibu.
2. Perawat harus bekerja sama dengan ibu untuk mengembangkan rencana asuhan
keperawatan yang sesuai dengan budaya dan kebutuhan ibu.
3. Perawat harus mendidik ibu tentang ISPA dan bagaimana cara mencegah dan
mengobatinya dengan cara yang sesuai dengan budaya.
Penelitian ini juga memiliki beberapa implikasi untuk penelitian lebih lanjut. Penelitian di
masa depan dapat meneliti faktor-faktor transkultural lain yang mungkin mempengaruhi persepsi
3
kesehatan ibu dengan balita ISPA. Penelitian juga dapat meneliti efektivitas intervensi
keperawatan transkultural dalam meningkatkan persepsi kesehatan ibu dengan balita ISPA.
Secara keseluruhan, penelitian ini merupakan kontribusi yang berharga untuk literatur
tentang keperawatan transkultural. Temuan penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan kepada ibu dengan balita ISPA.
E. KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor transkultural dapat memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap persepsi kesehatan ibu dengan balita ISPA. Perawat harus peka terhadap
perbedaan budaya dan nilai-nilai yang dimiliki oleh ibu, dan mereka harus menyesuaikan asuhan
keperawatan mereka dengan sesuai. Penelitian ini juga memiliki beberapa implikasi untuk
penelitian lebih lanjut.
4
Analisis Jurnal
Masalah yag terkait dengan Transkultural Nursing
A. IDENTITAS JURNAL
1. Nama Jurnal : Pengetahuan perawat dan Penerapan Transcultural Nursing
2. Volume 6
3. Nomor 1
4. Halaman : 8 halaman
5. Tahun Penerbit : Desember 2022
6. Judul Jurnal : Pengetahuan perawat dan Penerapan Transcultural Nursing
7. Nama Penulis : Yellyanda,Ernawati,Mursidah Dewi,Abbasiah,
B. ISI JURNAL
1. Masalah Penelitian :
Bagaimana hubungan Pengetahuan perawat dengan penerapan transcultural
nursing
2. Lokasi Penelitian (jika ada) :
D. Analisi
D. Kesimpulan
Transcultural Nursing berhubungan dengan pengetahuan perawat tentang
komunikasi perawat tentang komunikasi terapeutik di RSUD H.Abdul manap kota
JAMBI.
Analisis Jurnal
Masalah yag terkait dengan Transkultural Nursing
A. IDENTITAS JURNAL
1. Nama Jurnal : jurnal keperawatan galuh
2. Volume : Vol.5
3. Nomor : No.1 (2023)
4. Halaman :4 halaman
5. Tahun Penerbit 2023
6. Judul Jurnal : pendekatan transkultural nursing terhadap persepsi
masyarakat tentang perawatan paliatif di kampung
adat kuta kecamatan tambaksari
B. ISI JURNAL
1. Masalah Penelitian :
masalah yang diangkat adalah tentang persepsi masyarakat Kampung Adat Kuta
di Kecamatan Tambaksari terhadap perawatan paliatif. Masyarakat Kampung
Kuta masih memiliki budaya dan kepercayaan tradisional yang mempengaruhi
cara mereka dalam mengatasi masalah kesehatan, termasuk dalam hal
perawatan paliatif. Mereka lebih memilih merawat pasien dengan penyakit
terminal di rumah daripada di rumah sakit, karena mereka percaya pasien akan
lebih tenang dan damai jika dirawat di lingkungan keluarga. Hal ini
menunjukkan adanya perbedaan persepsi antara masyarakat Kampung Kuta
dengan konsep perawatan paliatif yang umum dipahami. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat pengaruh pendekatan transkultural nursing dalam mengubah
persepsi masyarakat Kampung Kuta tentang perawatan paliatif.
3. Metode Penelitian :
metode penelitian yang digunakan adalah quasi
eksperimen dengan pendekatan one group pre post-test design. Hal ini
dijelaskan dalam paragraf berikut:
"Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pendekatan
one group pre post-test design, yaitu jenis penelitian yang memberikan tes
awal (pest-test) sebelum diberikan perlakuan, setelah diberikan perlakuan
barulah memberikan tes akhir (post-test) (Arikunto, 2010)."
Jadi, metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan
desain one group pre-post test.
"Teori transcultural nursing yang berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan, teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan-
perbedaan cultural yang melekat dalam masyarakat."
5. Hasil Penelitian :
Rata-rata skor persepsi masyarakat sebelum intervensi adalah 3,65.
Rata-rata skor persepsi masyarakat setelah intervensi adalah 10,26.
Hasil uji paired t-test menunjukkan nilai p=0,00 (p<0,05), artinya terdapat
pengaruh signifikan pendekatan transcultural nursing terhadap persepsi
masyarakat tentang perawatan paliatif.
D. Analisi
1. Tujuan Penelitian:
Mengetahui pengaruh pendekatan transcultural nursing terhadap
perubahan persepsi masyarakat tentang perawatan paliatif di Kampung
Adat Kuta, Kecamatan Tambaksari.
2. Metode Penelitian:
Jenis penelitian quasi eksperimen dengan one group pre-post test design.
Sampel penelitian berjumlah 59 orang masyarakat di Kampung Adat Kuta.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk mengukur persepsi
masyarakat tentang perawatan paliatif.
3. Hasil Penelitian:
Abstrak
Keperawatan transkultural merupakan suatu area utama keperawatan yang berfokus pada aspek budaya
dan sub budaya yang berbeda, yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, nilai-nilai,
keyakinan tentang sehat dan sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of
knowledge yang ilmia dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor transkultural terhadap persepsi
tentang kesehatan pada ibu dengan balita ISPA. Penelitian ini bersifat kuantitatif yang menggunakan desain
korelasional dengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengumpulan sampel yang digunakan propotional
sampling terhadap 100 ibu dengan balita ISPA di Kota Banda Aceh.Analisa data dilakukan dengan uji Regresi
Logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor teknologi, nilai budaya dan gaya hidup, peraturan dan
kebijakan, ekonomi dan pendidikan berpengaruh terhadap persepsi ibu dengan balita ISPA (p< 0.05) ,
sedangkan faktor keagamaan dan falsafah hidup, sosial dan kekerabatan tidak berpengaruh terhadap
persepsi ibu dengan balita ISPA (p>0.05). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak
semua faktor transkultural mempengaruhi persepsi ibu dengan Balita ISPA. Direkomendasikan kepada
Puskesmas dan pihak terkait dapat meningkatkan persepsi kesehatan terhadap ibu dalam penanganan ISPA
pada Balita.
Abstract
Transcultural nursing is a main area of nursing that focuses on different cultural and sub-cultural aspects,
that appreciates caring behaviors, nursing services, values, beliefs about health and illnes, and behaviorel
patterns that aim to develop scientific and humanistic body of knowledge, in order to give a nursing
practice in particular cultures. The purpose of this study was to find out the influence of transcultural
factors towards the mother perception of the health of toddlers with Acute Respiratory Disease (ARD). This
study was qualitative study that used correlational design with cross sectional approach. Sampling
technique used was propotional sampling with the number of respondents of 100mothers with toddler
with ARD in Banda Aceh City. Data was analyzed by logistic regression. The results of the study showed that
the technology, cultural value and life style, rules and policies, economic, and education factors influenced
the mother perception of the health toddlers with ARD (p<0.05), while the religion and philosophy of life,
social and kinship factors did not influence the mother perception of the health toddlers with ARD (p>0.05).
Based on this study, it can be conclude that not all transcultural factors influences the mother perception of
the health toddlers with ARD. It is recommended to community health centers and related institutions to
be able to improve the mother perception of the health in handling the ARD of toddlers.
* Korespondensi :
Mariyati, Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh. Email : [email protected]
Jurnal Ilmu Keperawatan (2015) 3:1
ISSN: 2338-6371 Andriani, Bachtiar, Tahlil
pelayanan kesehatan yang ada seperti membantu keluarga untuk merawat balita,
Puskesmas sangat dipengaruhi oleh budaya sehingga memberikan kontribusi untuk
atau kultur masyarakat ditempat keluarga meningkatkan kualitas kesehatan keluarga
tersebut tinggal (Depkes RI, 2002).
Model yang paling tepat untuk memahami
Kondisi seperti yang digambarkan di atas juga pengaruh faktor-faktor dimensi sosial budaya
diperkuat dengan studi pendahuluan melalui terhadap kesehatan khususnya balita dengan
wawancara yang peneliti lakukan terhadap ISPA adalah Sunrise Modelyang dikemukakan
10 orang ibu yang memiliki balita dengan oleh Madeleine Leininger(1981, dikutip
ISPA atau batuk dan pilek diwilayah Tomey & Alligood, 2006). Model ini
KecamatanBanda Raya dan Kecamatan Jaya mengidentifikasi sejumlah faktor sosial
BaruKota Banda Aceh. Hasil wawancara budaya (transkultural) yang dapat
tersebutmengidentifikasikan bahwa 30% mempengaruhi kesehatan dan terjadinya
besar ibu-ibu yang memiliki balita dengan penyakit pada individu, keluarga dan
ISPA atau batuk dan pilek akan membeli obat masyarakat yaitu faktor teknologi, agama dan
sendiri ke toko obat karena mereka filsafat, hubungan kekerabatan dan sosial,
menganggap ISPA merupakan penyakit yang nilai-nilai budaya dan gaya hidup, politik dan
biasa dan ringan. Selanjutnya juga 50% besar hukum, ekonomi dan pendidikan ini penting
ibu-ibu tersebut mengatakan bahwa penyakit terutama dalam perawatan balita dengan
batuk dan pilek menandakan anaknya mau ISPA, karena lingkungan dan budaya secara
bertambah besar, 20% ibu membawa langsung berpengaruh pada standar
anaknya kedokter untuk mengobatan lebih perawatan yang diberikan keluarga kepada
lanjut. balita dengan ISPA (Sagar, 2012).
Merujuk pada hasil studi pendahuluan Leininger (1981, dikutip Tomey & Alligood,
tentang penanganan ISPA pada balita oleh 2006) mengatakan bahwa budaya
keluarga di atas, makadirasa perluuntuk mempunyai pengaruh luas terhadap
memperdalam konteks sosial budaya yaitu kehidupan suatu keluarga. Hal ini dapat
memahami kontribusi faktor-faktor sosial memberikan pengaruh terhadap perilaku
budaya dalamperawatanbalita dengan ISPA, kesehatan keluarga tersebut yang meliputi
khususnya di Kota Banda Aceh. Dengan kebiasaan hidup sehari-hari, pekerjaan,
memahamisituasi ini, diharapkan dapat pergaulan sosial, praktik kesehatan,
Jurnal Ilmu Keperawatan (2015) 3:1
ISSN: 2338-6371 Andriani, Bachtiar, Tahlil
balita yang menderita ISPA dari bulan Mei sangat banyak yang berpendidikan SMA
2013 sampai dengan April 2014 untuk (83%) serta bersuku Aceh (89%).
masing-masing Puskesmas di Kota Banda
Tabel 1 - Karakteristik Ibu Dengan Balita ISPA diKota
Aceh adalah 13.042. Penelitian ini Banda Aceh Tahun 2014 (n = 100)
menggunakan perhitungan besar sampel Karakteristik Jumlah
menggunakan rumus Slovin (1960), dalam F %
Usia
Dharma 2011) yang berjumlah 100 ibu, 1. 20-35 Tahun 71 71
Teknik pengambilan menggunakan rumus 2. 36-45 Tahun 17 17
3. 46-60 Tahun 12 12
propotional sampling(Dharma, 2011). Tingkat
Pendidikan
Instrumen dari penelitian ini berbentuk 1. SMP 5 5
lembar kuesioner telah melewati uji validitas 2. SMA 83 83
3. Perguruan 12 12
dan reliabilitas dengan menggunakan Tinggi (PT)
Penghasilan
Cronbach alfa dengan nilai >0,80. perbulan
1. < 1.550.000 10 10
Penelitian ini dilaksanakan di beberapa 2. 1.550.000- 69 69
3.100.000
Puskesmas di Kota Banda Aceh. Penelitian 3. > 3.100.000 21 21
Suku
dilakukan pada bulan Januari sampai
1. Aceh 89 89
Oktober 2014 dimulai penyusunan proposal, 2. Non Aceh 11 11
Baik 60 60
Karakteristik responden penelitian Kurang 40 40
ditunjukkan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel
1 diketahui bahwa dari 100 orang ibu dengan Berdasarkan tabel 2 di atas, maka dapat
balita ISPA yang menjadi responden, diketahui bahwa kebanyakanibu dengan
mayoritas berumur antara 20-35 tahun balita ISPA (60%) mempunyai persepsi
(71%), dan mempunyai pendapatan ibu per kesehatan yang baik.
bulan 1.550.000-3.100.000 ( 69%), dan
Jurnal Ilmu Keperawatan (2015) 3:1
ISSN: 2338-6371 Andriani, Bachtiar, Tahlil
11.48)a. mempunyai
Baik pengaruh
31(51.7) 15 yang signifikan (p ≤ 0.05) terhadap persepsi kesehatan pada ibu
46(46)
(37.5) 0.001
dengan
b. BalitaISPA .
Cukup 20(33.3) 6 (15) 2626)
c. Kurang 9(15) 19 (47).5 28(280
Tabel 5 - Pengaruh Faktor-faktor Transkultural Terhadap Persepsi Tentang Kesehatan Pada Ibu Dengan Balita ISPA Di
4. Nilai budaya dan gaya hidup
Kota Banda Aceh
a. Baik 35(58.3) 3(7.5) 38(38)
0.000 No Variabel B 95% C.I p-
b. Cukup 22(36.7) 10(25) 32(32)
Value
c. Kurang 3(5) 27(67.5) 30(30)
5. Peraturan dan kebijakan
1 Teknologi 1.246 1.28-9.42 0.014
a. Baik 42(70) 16(40) 58(58)
0.011 2 Agama dan 0.282 0.50-3.50 0.569
b. Cukup 9(15) 13(2.5) 22(22)
falsafah hidup
c. Kurang 9(15) 11(27.5) 20(20) 3 Sosial dan 0.497 0.63-4.32 0.313
6. Ekonomi kekerabatan
a. Baik 28(46.7) 6(15) 34(34) 4 Nilai budaya 1.373 1.27-12.21 0.017
0.000
b. Cukup 26(43.3) 4(10) 30(30) dan gaya hidup
c. Kurang 6(10) 30(75) 36(36) 5 Peraturan dan 1.225 1.24-9.32 0.017
7. Pendidikan kebijakan
a. Baik 32(53.3) 10(25) 42(42) 6 Ekonomi 1.283 1.10-11.81 0.034
0.013
b. Cukup 18(30) 16(40) 34(34) 7 Pendidikan 1.349 1.29-11.48 0.015
Pengaruh
c. Kurang faktor-faktor
10(16.7) 14(35) Transkultural
24(24)
ISPA. Adapun penjelasan rinci mengenai berkualitas atau sumber yang tepat dengan
pengaruh faktor-faktor transkultural menggunakan teknologi informasi kesehatan.
terhadap persepsi tentang kesehatan pada Masyarakat bisa mencari informasi kesehatan
ibu dengan balita ISPA untuk setiap melalui media elektronik maupun media
variabelnya adalah sebagai berikut. sosial dan melakukan komunikasi dengan
orang lain bahkan bergabung dalam jejaring
Hasil analisa statistik untuk faktor teknologi
sosial tentang kesehatan. Teknologi informasi
diketahui bahwa sebagian besar ibu balita
memegang peranan penting dalam sektor
dengan ISPA yaitu 61.7%memiliki pandangan
kesehatan sehingga sangatlah penting bagi
yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat untuk peningkatan kemampuan
sebahagian besar ibu balita dengan ISPA
dalam penguasaan teknologi informasi.
sudah memanfaatkan teknologi dengan baik
untuk memperoleh informasi tentang Hasil analisa statistik untuk faktor keagamaan
penyakit ISPA. Hasil penelitian ini sesuai dan falsafah hidup menunjukkan bahwa
dengan hasil penelitian Melo (2011) yang sebahagian besaribu dengan balita ISPA yaitu
menyatakan bahwa faktor teknologi dalam 51.7 memiliki pandangan yang baik untuk
transkultural nursing bermanfaat bagi faktor keagamaan dan falsafah hidup. Hal ini
masyarakat untuk memperoleh akses pada mengidentifikasi bahwa sebahagian besar ibu
teknologi informasi, akses komunikasi, akses balita dengan ISPA memiliki cara pandang
ke media cetak dan elektronik dan akses yang baik terhadap pengobatan dan
kepada teknologi pelayanan kesehatan. penanganan ISPA. Hasil Penelitian ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya (Paul dan
(Depkes RI, 2002) menyatakan bahwa salah
Corolyn, 2007) yang melaporkan bahwa
satu manfaat teknologi dalam bidang
pandangan hidup (falsafah hidup)
kesehatan bagi masyarakat adalah untuk
mempengaruhi kesehatan masyarakat.
mendapatkan informasi kesehatan dan
keluarga dengan balita ISPA dalam merawat
pelayanan kesehatan. Saat ini, banyak
dan memanfaatkan pelayanan kesehatan
masyarakat mencari informasi tentang
memperhatikan aspek agama dan falsafah
kesehatan melalui sumber-sumber teknologi
yang diyakini oleh keluarga. Potter dan Perry
seperti media elektronik dan internet. Oleh
(2010) menyatakan bahwa praktik yang
karena itu perawat perlu memfasilitasi pasien
berhubungan dengan pelayanan kesehatan
dalam mencari informasi kesehatan yang
mempunyai makna keagamaan bagi
Jurnal Ilmu Keperawatan (2015) 3:1
ISSN: 2338-6371 Andriani, Bachtiar, Tahlil
Hasil penelitian tentang faktor ekonomi Mubarak dan Chayatin (2009) juga
diketahui bahwa sebahagian besa ribu menyatakan bahwa status ekonomi atau
dengan balita ISPA yaitu 46.7% memiliki tingkat penghasilan keluarga akan
pandangan yang baik tentang faktor mempengaruhi cara hidup/gaya hidup
ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa ibu seseorang dan cara memperoleh pelayanan
dengan balita ISPA memiliki tingkat ekonomi kesehatan bila ada anggota keluarga yang
yang baik untuk mengobati dan merawat menderita sakit. Seseorang yang berasal dari
balita dengan ISPA. Tingkat ekonomi atau keluarga dengan penghasilan tinggi
pendapatan masyarakat akan mempengaruhi cenderung lebih mudah dalam memperoleh
cara masyarakat tersebut memelihara pelayanan dan fasilitas kesehatan,
kesehatannya dan memanfaatkan fasilitas dibandingkan dengan orang yang berasal dari
pelayanan kesehatan. keluarga dengan penghasilan rendah.
keluarga dengan penghasilan tinggi
Lebih lanjut Potter dan Perry (2010)
cenderung mendapatkan kesempatan yang
mengatakan bahwa pendapatan merupakan
lebih tinggi untuk mendapatkan pengetahuan
salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
dan informasi tentang arti kesehatan dan
wawasan masyarakat mengenai sanitasi,
manfaat dari pelayanan kesehatan.
lingkungan dan perumahan. Kemampuan
anggaran rumah tangga juga mempengaruhi Hasil analisa statistik untuk faktor pendidikan
kecepatan untuk meminta pertolongan diketahui bahwa sebahagian besar ibu
Jurnal Ilmu Keperawatan (2015) 3:1
ISSN: 2338-6371 Andriani, Bachtiar, Tahlil
dengan balita ISPA yaitu 53.36% memiliki pendidikan seseorang maka semakin tinggi
pandangan yang baik tentang faktor pula motivasi untuk memanfaatkan fasilitas
pendidikan. Hal ini menggambarkan bahwa kesehatan karena telah memiliki
ibudengan balita ISPA memiliki pemahaman pengetahuan dan wawasan yang lebih luas
dan kesadaran yang baik terkait dengan dibandingkan dengan orang yang
pengobatan dan perawatan balita dengan berpendidikan rendah. Pendidikan seseorang
ISPA. Menurut Edelman dan Mandle (1994, dapat meningkatkan kematangan intelektual
dalam Potter & Perry, 2010), keyakinan sehingga dapat membuat keputusan yang
seseorang terhadap kesehatan sebagian lebih baik dalam bertindak. Tingkat
terbentuk oleh variabel intelektual, yang pendidikan dipercaya mempengaruhi
terdiri dari pengetahuan (atau informasi yang permintaan akan pelayanan kesehatan.
salah) tentang berbagai fungsi tubuh dan Pendidikan yang tinggi akan memungkinkan
penyakit, latar belakang pendidikan dan seseorang untuk mengetahui atau mengenal
pengalaman masa lalu. Variabel-variabel ini gejala awal dari suatu penyakit, sehingga
mempengaruhi pola pikir seseorang. berkeinginan untuk segera mendapatkan
Kemampuan kognitif akan membentuk cara perawatan.
berfikir seseorang, termasuk membentuk
kemampuan untuk memahami faktor-faktor Ukuran pendidikan juga penting untuk
yang berkaitan dengan penyakit dan mewakili kesadaran akan perlunya pelayanan
kesehatan dan penyakit yang dimilikinya lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan
untuk menjaga kesehatan diri sendiri. yang lebih tinggi dibanding orang dengan
Kemampuan kognitif juga berhubungan tingkat pendidikan formal yang lebih rendah,
dengan tahap perkembangan seseorang. karena akan lebih mampu dan mudah
memahami arti dan pentingnya kesehatan
Notoatmodjo (2007), mengatakan bahwa serta pemanfaatan pelayanan kesehatan.
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran
maka semakin tinggi pula kesadaran akan pentingnya arti kesehatan bagi diri dan
terhadap kesehatan, baik untuk dirinya lingkungan yang dapat mendorong
maupun orang lain dan ibu. Latar belakang kebutuhan akan pelayanan kesehatan
pendidikan mempengaruhi seseorang dalam (Mubarak & Chayatin, 2009).
berpikir dan bertindak. Semakin tinggi tingkat
Jurnal Ilmu Keperawatan (2015) 3:1
ISSN: 2338-6371 Andriani, Bachtiar, Tahlil
Latar belakang pendidikan klien adalah dalam keterbatasan dan mencapai kematian
pengalaman klien dalam menempuh jalur dengan damai.
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin
tinggi pendidikan klien maka keyakinannya Leininger (Tomey & Alligood, 2006) meyakini
rasional dan individu tersebut dapat belajar keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai budaya yang digunakan untuk menjaga dan
Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum Hasil analisa multivariat dengan
pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas menggunakan uji regresi logistic di atas
dalam Kota Banda Aceh sudah diketahui bahwa p value = 0,000 yang
dengan yang dikemukakan oleh Leininger keagamaan dan falsafah hidup , faktor sosial
(Tomey & Alligood, 2006) menyatakan bahwa dan kekerabatan, faktor nilai budaya dan
konsep utama yang mendasari terbentuknya gaya hidup, faktor peraturan dan kebijakan,
teori keperawatan transkultural adalah faktor ekonomi dan faktor pendidikan) secara
budaya yaitu norma atau aturan tindakan parsial terdapat pengaruh yang signifikan
dari anggota kelompok masyarakat yang terhadap persepsi sehat pada keluarga balita
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dengan ISPA, namun untuk setiap variabel
dalam berfikir, bertindak dan mengambil faktor-faktor transkultural dilihat dari setiap
keputusan. Selanjutnya juga Cultural Care faktor dengan uji regresi logistic diperoleh
yaitu yang berkenaan dengan kemampuan hasil faktor agama dan sosial tidak
dan pola ekspresi yang digunakan untuk kesehatan pada ibu dengan BalitaISPA. Hal
membimbing, mendukung atau memberi ini menunjukkan bahwa tidak semua hal-hal
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, pada ibu balita dengan ISPA mampu
berkembang dan bertahan hidup, hidup dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
faktor transkultural.
Jurnal Ilmu Keperawatan (2015) 3:1
ISSN: 2338-6371 Andriani, Bachtiar, Tahlil
Hasil penelitian di atas berbeda dengan perawatanbalita dengan ISPA karena tingkat
pendapat yang dikemukakan oleh Leininger pendidikan yang rendah dan pendapatan
(Tomey & Alligood, 2006), yaitu dimensi keluarga yang rendah sangat terkait dengan
budaya dan struktur sosial dalam sunrise kerentanan anak-anak terhadap ISPA. Selain
model dalam pelayanan kesehatan dan itu, lingkungan rumah dan gaya hidup juga
keperawatan dipengaruhi oleh 7 faktor, yaitu memiliki dampak negatif yang besar
faktor teknologi, faktor keagamaan dan berkaitan dengan perawatan yang diberikan
falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, ibu terhadap balita dengan ISPA.Hasil
faktor nilai budaya dan gaya hidup, faktor penelitianini menemukan beberapa ibu yang
peraturan dan kebijakan, faktor ekonomi dan tidak peduli terhadap paparan pada anak-
faktor pendidikan. anak yang rentan terhadap reaksi alergi,
seperti asma dan rinitis alergi seperti debu,
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan
kutu, dan bulu binatang(Silvadan Reis et al,
penelitian yang dilakukan oleh Silva, dan
2010).
Reis(2010) menunjukkan bahwa dimensi
budaya dan sosial ibu-ibu dengan anak yang Kesimpulan
menderita ISPA dipengaruhi oleh faktor
teknologi, agama, filsafat, kekerabatan, nilai- Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
nilai budaya, gaya hidup, serta faktor sebagian besar faktor transkultural
tersebut juga menggambarkan bahwa faktor pada ibu dengan Balita ISPA.Secara
mendukung ibu-ibu di Distrik Cascadura, Rio pada ibu dengan balita ISPA di Kota Banda
Nelson, W.E. (2000). Ilmu kesehatan anak. WHO (2013).Acute respiratory track infection
Edisi 15, Jakarta : EGC. data.Diakses tanggal 18 November
2013, dari http://www.who.int.
Notoatmodjo,S (2007). Promosi kesehatan
dan ilmu prilaku kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Potter, P.A & Perry, A. G. (2010),
Fundamental keperawatan. Edisi 7,
Jakarta : Salemba Medika.
Prasetyo, B. & Jannah, L. M. (2008). Metode
penelitian kuantitatif : teori dan
aplikasi. Edisi I, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Paul ,S. & Carolyn, W (2007). A Companion to
Art Theory. Libgen. Org. Diakses tanggal
17 November 2014, dari
Libgen.org/book/index.phppmds.
Sagar, P. L. (2012). Transcultural nursing
theory and models : application in
nursing education, practice, and
administration. New York : Springer
Publishing Company.
Silva M.D.B., Silva L.R. da & Reis A.T. (2010).
Socioeconomic and cultural factors of
maternal care in children's respiratory
disease in the district of Cascadura, Rio
de Janeiro, Brazil. Journal of Nursing
UFPE, Octobre 2012, Brazil.
Tahlil,T. Woodman,R.W., Coveny, J.
Ward,P.R (2013). Exploring
Recommendation for an Effective
smoking prevention program for
Indonesian Adolescent. Asian Pacific
Journal Of Cancer Prevention. Vol 14.
diakses 5 Agustus di
http://dx.doi.org/10.7314/APJCP.2013.
14.2.865
Tomey, A.M and Alligood, M.R
(2006).Nursing theorists and their
work. 6th Ed. United States of America :
Mosby, Inc.
Walgito. (2004).Pengantar
ABSTRAK
ABSTRACT
This study aims to analyze the relationship between nurses' knowledge and the
application of transcultural nursing in the Inpatient Room of Abdul Manap Hospital,
Jambi City. This research method is an observational analytic study using a cross-
sectional design. The results showed that of the 13 respondents who had good
knowledge, 12 respondents (92.3%) had good transcultural, and of the 30 respondents
who had poor knowledge, 22 respondents (73.3%) had poor transcultural. In conclusion,
transcultural nursing is related to nurses' knowledge of therapeutic communication at the
H.Abdul Manap Hospital, Jambi City.
PENDAHULUAN
Pelayanan dasar pada rumah sakit berbentuk pelayanan rawat jalan dan inap,
pelayanan gawat darurat,serta pelayanan spesialis bentuk pelayanan yang secara
langsung diberikan pada pasien oleh pelaksanakeperawatan dan anggota keperawatan
lainnya, pelayanan keperawatan yang diberikan yang memberikan pelayanan kepada
pasien sesuai dengan profesi dan standar keperawatan yang telah ditetapkan yang
ditujukan untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan dapat mencapai
harapan pasien.
Pelayanan keperawatan yang dimaksud adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
pelayanan kesehatan dari rumah sakit maupun pelayanan kesehatan lainnya,dimana
keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan, untuk itu pelayanan
keperawatan yang baik dan berkualitas merupakan indikator untuk dapat menilai mutu
pelayanan kesehatan tersebut (Kumajas & Stevi, 2019). Pada standar akreditas rumah
sakit kepuasan pasien menjadi salah satu Indikator Mutu Nasional Kementerian
Kesehatan yang
Jurnal Keperawatan Silampari
593
2022. Jurnal Keperawatan Silampari 6 (1) 593-600
hubungan pengetahuan perawat dengan transcultural nursing di ruang rawat inap Rumah
Sakit Abdul Manap Kota Jambi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian analitik observsional menggunakan desain cross
sectional yang telah dilaksanakan di ruang rawat inap Rumah Sakit Abdul Manap Kota
Jambi pada tanggal 19 Juni-03 Juli 2022 melibatkan 43 perawat dengan kriteria perawat
pelaksana yang berkerja diruang rawat inap di RSU Abdul Manap dan bersedia menjadi
responden.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah transcultural nursing sedangkan
independen variabelnya adalah pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik. Kedua
variabel diukur menggunakan kuesioner, untuk variabel transcultural nursing memiliki
10 point pertanyaan dengan rentang skor 0-10. Sedangkan variabel pengetahuan perawat
memiliki 10 point pertanyaan dengan rentang skor 0-15.
Dalam pengumpulan data penelitian dibantu oleh 2 mahasiswa yang sebelumnya
tidak pernah bertemu dengan perawat yang menjadi responden penelitian. Dalam penelitian
ini partisipan tidak mendapatkan reward berupa hadiah.
Data penelitian dianalisis menggunakan uji chi square, dimana jika hasil uji
statistic menunjukkan P-value < 0,05, maka dianggap signifikan. Dalam pengolahan dan
analisis data menggunakan aplikasi SPSS versi 16.0.
HASIL PENELITIAN
Tabel. 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
595
2022. Jurnal Keperawatan Silampari 6 (1) 593-600
Tabel. 2
Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian
Transcultural nursing
Pengetahuan Baik Kurang baik P-value
N % N %
Baik 12 92,3 1 7,7 0,000
Kurang baik 8 26,7 22 73,33
Total 20 46,5 23 53,5
terapeutik yang baik serta dipengaruhi oleh persepsi, nilai, lingkungan, peran,
hubungan, budaya dan faktor ekonomi.
Pengetahuan yang baik tentang komunikasi terapeutik akan berdampak positif
pada perilaku perawat. Perawat yang komunikatif akan lebih disukai daripada perawat
yang terampil namun mengabaikan aspek komunikasi. Pelaksanaan komunikasi
terapeutik sesungguhnya akanberdampak pada peningkatan kepuasan klien terhadap
pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pentingnya menerapkan komunikasi terapeutik
karena pada dasarnya setiap individu selalu berharap untuk mendapatkan perlakuan
yang hangat dan ramah terutama ketika berada dalam keadaan lemah akibat kondisi
sakit (Enestvedt et al., 2018).
Berdasarkan hasil penelitian sebagagian besar pengetahuan perawat tentang
komunikasi terapeutik kurang baik didukung oleh data tingkat pendidikan perawat yang
dominan adalah pendidikan D3 dan berdasarkan penelitian dilakukan juga dipengaruhi
jumlah perawat yang kurang sehingga beban kerja perawat bertambah. Maka dari itu
Pengetahuan perawat pelaksana yang kurang baik dalam menerapkan komunikasi
terapeutik pada pasien akan tidak efesien begitu pula pengetahuan perawat yang Baik
akan berpengaruh pada komunikasi terapeutik yang diterapkan baik dan lebih efesien
pula. Untuk meningkatkan pengetahuan perawat di Rumah Sakit H.Abdul Manap Kota
Jambi, maka solusi atau cara yang baik dapat dilakukan adalah dengan dengan
diadakannya penyuluhan yang ditujukan untuk bimbingan, dan meningkatkan
pengetahuan hal ini dapat dilakukan berupa pelatihan, seminar, diskusi kelompok dan
penyebaran leaflet. Dalam melakukan kegiatan ini baiknya dilakukan oleh perawat yang
lebih memahami tentang komunikasi terapeutik agar dapat meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan yang lebih baik.
Hasil penelitian dapat dilaporkan perawat dengan transcultural yang baik
sebanyak 20 orang (46.5%) dan transcultural kurang baik sebanyak 23 orang (53.5%).
Hal ini dapat dilihat dari wawancara yang terjalin saat pengisian kuesioner perawat
mengatakan bahwa mayoritas pasien di rawat inap adalah suku budaya melayu begitu
juga mayoritas perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Abdul Manap, yang sesuai
hasil data adalah suku budaya Melayu sebanyak 28 orang (65.1%), suku jawa sebanyak
9 orang (20.9%), suku batak sebanyak 3 orang (7.0%), dan suku minang sebanyak 3 orang
(7.0%). Namun perawat mengatakan, meskipun pasien rawat inap banyak ditemui adalah
suku melayu akan tetapi perawat merasa sulit untuk memahami keluhan yang diberikan
pasien atau keluarga dari segi mengartikan bahasa, logat dan cara pasien menghadapi
penyakit sesuai budaya yang dianut karena sebagian pasien yang berasal dari Jambi
bagian dalam seperti daerah Kumpeh, Sarolangun, Merangin, dll yang masih
menggunakan bahasa daerah itu sendiri.
Temuan yang sama Yuarsa & Jamalullail (2022) melaporkan bahwa untuk
mencapai pelayanan keperawatan yang holistik, perawat harus mampu menerapkan
pelayanan keperawatan yang peka budaya. Budaya setiap orang berbeda tergantung
daerahnya masing-masing dan Setiap daerah memiliki karakteristiknya masing-masing
yang dapat mempengaruhi komunikasi yang ada antar individu. Adanya perbedaan
budaya yang dirasakan oleh separuh dari informan dapat menimbulkan kesalahpahaman
saat mereka berkomunikasi dengan keluarga pasien, hasil penelitian dari 10 responden 5
responden menyatakan bahwa perbedaan intonasi sering menimbulkan perbedaan
persepsi dan kesalahpahaman. Seperti pada suku batak yang memiliki khas berbicara
dengan lantang dan terjadi kesalapahaman yang ditangkap oleh perawat menjadi terkesan
marah-marah,hal ini lah yang harus dipahami perawat untuk meningkatkan transkultural
terhadap beberapa budaya yang berbeda.
597
2022. Jurnal Keperawatan Silampari 6 (1) 593-600
598
2022. Jurnal Keperawatan Silampari 6 (1) 593-600
SIMPULAN
Transcultural nursing berhubungan dengan pengetahuan perawat tentang komunikasi
terapeutik di RSUD H.Abdul Manap Kota Jambi.
SARAN
Sebagai masukan bagi petugas kesehatan perlunya untuk menambah wawasan dan
memahami mengenai pengetahuan serta sikap yang diambil saat mengatasi perbedaan
budaya pada pasien yang menghambat proses komunikasi terapeutik yang berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Chichirez, C. M., & Purcărea, V. L. (2018). Interpersonal Communication in Healthcare.
Journal of Medicine and Life, 11(2), 119.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6101690/
Djala, F. L. (2021). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap Kepuasan
Pasien Rawat Inap di Ruangan Interna Rumah Sakit Umum Daerah Poso. Journal
of Islamic Medicine, 5(1), 41–47. https://doi.org/10.18860/jim.v5i1.11818
Enestvedt, R. C., Clark, K. M., Freborg, K., Miller, J. P., Leuning, C. J., Schuhmacher,
D. K., McHale, K. M., Baumgartner, K. A., & Loushin, S. L. (2018). Caring in the
Margins: A Scholarship of Accompaniment for Advanced Transcultural nursing
Practice. Advances in Nursing Science, 41(3), 230–242.
https://doi.org/10.1097/ANS.0000000000000201
Hidayatullah, M. S. (2020). Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Kepuasan Pasien
Rawat Inap Puskesmas Tapen Kabupaten Bondowoso. Jurnal Keperawatan
Profesional, 8(1), 62–73. https://doi.org/10.33650/jkp.v8i1.1022
Im, E.. O., & Lee, Y. (2018). Transcultural nursing : Current Trends in Theoretical Works.
Asian Nursing Research, 12(3), 157–165. https://doi.org/10.1016/j.anr.2018.08.006
Kumajas, & Stevi, S. (2019). Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Komunikasi
Terapeutik dengan Kepuasan Pasien di Ruang Cendana Rumah Sakit Tingkat III
Wolter Mongisidi. Nursing Inside Community, 2(1), 34–41.
https://doi.org/10.35892/nic.v2i1.270
Larsen, R., Mangrio, E., & Persson, K. (2021). Interpersonal Communication In
Transcultural nursing Care in India: A Descriptive Qualitative Study. Journal of
Transcultural nursing , 32(4), 310–317. https://doi.org/10.1177/1043659620920693
Lestari, Y. D., Widuri, W., & Sari, D. A. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik Perawat di Ruang Rawat Inap Anak
Rumah Sakit JIH Yogyakarta. Mikki: Majalah Ilmu Keperawatan dan kesehatan
Indonesia, 10(1).
https://jurnal.stikeswirahusada.ac.id/mikki/article/download/338/245
Lin, M. H., Wu, C. Y., & Hsu, H. C. (2019). Exploring the Experiences of Cultural
Competence among Clinical Nurses in Taiwan. Applied Nursing Research, 45, 6–
11. https://doi.org/10.1016/j.apnr.2018.11.001
Listerfelt, S., Fridh, I., & Lindahl, B. (2019). Facing the Unfamiliar: Nurses’
Transcultural Care in Intensive Care–A Focus Group Study. Intensive and Critical
Care Nursing, 55, 102752. https://doi.org/10.1016/j.iccn.2019.08.002
Narayan, M. C., & Mallinson, R. K. (2022). Transcultural Nurse Views On Culture-
Sensitive/Patient-Centered Assessment And Care Planning: A Descriptive Study.
Journal of Transcultural nursing , 33(2), 150–160.
https://doi.org/10.1177/10436596211046986
599
2022. Jurnal Keperawatan Silampari 6 (1) 593-600
Raya, N. A. J., Winarta, I. W., Rosdiana, I. W., Purnata, I. W., & Widiari, N. K. (2021).
Pengalaman Perawat Kamar Bedah dalam Penerapan Keperawatan Transkultural di
Bali, Indonesia: Studi Deskriptif Analisis Kualitatif-Kuantitatif. Jurnal
Keperawatan, 13(2), 147–158. https://doi.org/10.32583/keperawatan.v13i2.1490
Sagar, P. L., & Sagar, D. Y. (2018). Current State of Transcultural nursing Theories,
Models, and Approaches. Annual Review of Nursing Research, 37(1), 25–41.
https://doi.org/10.1891/0739-6686.37.1.25
San, E. O. (2019). Effect of The Diverse Standardized Patient Simulation (DSPS)
Cultural Competence Education Strategy on Nursing Students’ Transcultural Self-
Efficacy Perceptions. Journal of Transcultural nursing , 30(3), 291–302.
https://doi.org/10.1177/1043659618817599
Sasmito, P., Majadanlipah, M., Raihan, R., & Ernawati, E. (2019). Penerapan Teknik
Komunikasi Terapeutik oleh Perawat pada Pasien. Jurnal Kesehatan Poltekkes
Ternate, 11(2), 58. https://doi.org/10.32763/juke.v11i2.87
Tosun, B., & Sinan, Ö. (2020). Knowledge, Attitudes and Prejudices of Nursing
Students about the Provision of Transcultural nursing Care to Refugees: A
Comparative Descriptive Study. Nurse Education Today,
85(2), 104294.
https://doi.org/10.1016/j.nedt.2019.104294
Viken, B., Solum, E. M., & Lyberg, A. (2018). Foreign Educated Nurses’ Work
Experiences and Patient Safety—A Systematic Review of Qualitative Studies.
Nursing Open, 5(4), 455–468. https://doi.org/10.1002/nop2.146
Yuarsa, T. A., & Jamalullail, J. (2022). Komunikasi Terapeutik Pada Pasien dan
Keluarga Pasien COVID-19. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(1), 1473–
1481. https://doi.org/10.36418/syntax-literate.v7i1.6120
600
Jurnal Keperawatan Galuh, Vol.5 No.1 (2023)
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/JKG/
ABSTRAK
Perkembangan masyarakat menuntut adanya peningkatan pelayanan kepada masyarakat, khususnya
akan pelayanan kesehatan termasuk tuntutan asuhan keperawatan yang berkualitas. Dinamika globalisasi
yang terjadi menyebabkan perpindahan penduduk baik antar daerah maupun antar negara (migrasi)
dimungkinkan dapat terjadi dan mampu menimbulkan pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki keragaman budaya yang sangat kaya menyebabkan ada
beberapa kebiasaan kultur yang terpengaruh dalam kehidupan sehari-hari khususnya bidang kesehatan.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pendekatan transcultural nursing terhadap perubahan persepsi
masyarakat tentang perawatan paliatif di Kampung Adat Kuta Kecamatan Tambaksari. Jenis penelitian yang
digunakan adalah quasi eksperimen dengan pendekatan one group pre post-test design, yaitu jenis penelitian
yang memberikan tes awal (pre-test) sebelum diberikan perlakuan, setelah diberikan perlakuan barulah
memberikan tes akhir (post-test). sampel dalam penelitian ini yaitu 59 orang. Hasil penelitian menunjukan
rata rata persepsi masyarakat sebelum dilaksanakan pendekatan transcultural nursing yaitu 3,65 dan setelah
dilaksanakan pendekatan transcultural nursing yaitu 10.26, hasil uji paired t-test didapatkan nilai p=0,00,
karena p-value < 0,05 maka disimpulkan hipotesis diterima atau ada pengaruh pendekatan transcultural
nursing terhadap persepsi masyarakat tentang perawatan paliatif di Kampung Adat Kuta Kecamatan
Tambaksari Kabupaten Ciamis.
ABSTRACT
Community development demands an increase in service to the community, especially health services,
including demands for quality mental care. The dynamics that occur cause population locking both between
regions and between countries (migration) to occur and can cause a shift in orphanages. Indonesia as an
archipelagic country and has a very rich cultural diversity causes several cultural habits that are affected in
daily life, especially in the health sector. The purpose of this study was to determine the transcultural nursing
approach to changing people's perceptions of palliative care in the Traditional Village of Kuta, Tambaksari
District. The type of research used is quasi-experimental with a one group pre post-test design approach,
namely a type of research that gives an initial test (pest-test) before being given treatment, after being given
treatment then gives a final test (post-test). the sample in this study were 59 people. The results showed that
the average public perception before the transcultural nursing approach was implemented was 3.65 and after
the transcultural nursing approach was implemented, namely 10.26, the results of the paired t-test obtained a
value of p = 0.00, because the p-value < 0.05, the best hope accepted or there is an influence of the
transcultural nursing approach on people's perceptions of palliative care in the Traditional Village of Kuta,
Tambaksari District, Ciamis Regency.
Alamat Korespondensi:
Universitas Galuh, Ciamis, eISSN: 2656-4122 13
Indonesia Email:
[email protected]
Jurnal Keperawatan Galuh, Vol.5 No.1 (2023) 13
– 16
PENDAHULUAN
Perkembangan masyarakat menuntut Masyarakat Kampung Kuta merupakan
adanya peningkatan pelayanan kepada salah satu masyarakat adat yang berada di
masyarakat, khususnya akan pelayanan Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis
kesehatan termasuk tuntutan asuhan yang masih memegang dan menjalankan
keperawatan yang berkualitas. Dinamika tradisinya yang memenuhi amanat leluhur
globalisasi yang terjadi menyebabkan dengan pengawasan kuncen dan ketua adat.
perpindahan penduduk baik antar daerah Masyarakat Kampung Kuta mengaku mereka
maupun antar negara (migrasi) dimungkinkan sebagai pemeluk agama islam yang taat,
dapat terjadi dan mampu menimbulkan namun dalam kehidupan sehari-hari
pergeseran terhadap tuntutan asuhan kepercayaan religi mereka masih diwarnai oleh
keperawatan. Indonesia sebagai negara mitos dan animisme. Menurut masyarakat
kepulauan dan memiliki keragaman budaya Kuta, penyakit muncul karena melanggar
yang sangat kaya menyebabkan ada beberapa pantangan atau adat istiadat yang
kebiasaan kultur yang terpengaruh dalam menyebabkan munculnya suatu penyakit.
kehidupan sehari-hari khususnya bidang Dalam kesehariannya masyarakat Kuta
kesehatan. telah mempunyai mekanisme sendiri dalam
Perawat memandang pasien sebagai mengatasi kondisi sakit yang sedang mereka
makhluk bio-psikososio-kultural dan spiritual hadapi. Ketika mereka sakit biasanya
yang berespon secara holistik dan unik masyarakat kuta mencoba mengobati sendiri
terhadap perubahan kesehatan. Asuhan dulu,berbekal informasi dari leluhurnya
keperawatan yang diberikan oleh perawat mereka akan mencari tanaman obat yang bisa
tidak bisa terlepas dari aspek kultural yang mengobati penyakitnya. Jika dengan tanaman
merupakan bagian integral dari interaksi obat tidak memberikan perubahan mereka
perawat dengan pasien. Perawat berupaya akan datang kepada kokolot atau orang yang
memberikan pemahaman terhadap pasien dituakan untuk di obati. Kebanyakan dari
sebagai bagian kebutuhan menyeluruh pasien proses pengobatan berhenti pada tahap ini,
dalam kaitannya dengan kesehatannya. karena berdasarkan pengakuan warga, setelah
Teori transcultural nursing yang berasal diobati oleh kokolot atau orang yang dituakan
dari disiplin ilmu antropologi dan biasanya mereka merasa sembuh kembali.
dikembangkan dalam konteks keperawatan, Akan tetapi pada beberapa penyakit akan
teori ini menjabarkan konsep keperawatan dilanjutkan ke pengobatan ke sarana kesehatan
yang didasari oleh pemahaman tentang adanya seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. Pada
perbedaan-perbedaan cultural yang melekat beberapa kasus, proses pengobatan sampai ke
dalam masyarakat. Leinginer beranggapan tingkat Rumah sakit biasanya pada kondisi
bahwa sangatlah penting memperhatikan gawat darurat seperti kecelakaan dan pasien
keanekaragamn budaya dan nilai-nilai dala dengan diagnosa penyakit terminal.
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Budaya yang masih melekat pada
Bila hal tersebut diabaikan maka akan terjadi masyarakat Kampung Kuta pada pasien
cultural shock. Pendekatan trasnkultural dengan penyakit terminal atau pada pasien
merupakan suatu perspektif yang unik karena dengan perawatan paliatif yaitu mereka lebih
bersifat kompleks dan sistematis secara ilmiah, memilih merawat keluarga mereka di rumah
yang secara konstektal melibatkan banyak hal, dibandingkan dirawat di Rumah Sakit,
seperti bahasa yang digunakan tradisi, nilai sedangkan pasien tersebut memerlukan
historis yang teraktualisasikan, serta ekonomi. tindakan medis yang berkelanjutan. Mereka
meyakini jika pasien dengan penyakit terminal
14
Asri Aprilia Rohman, Yoga Ginanjar, Irfan Permana & Asep Wahyudin / Pendekatan Transkultural
Nursing Terhadap Persepsi Masyarakat Tentang Perawatan Paliatif di Kampung Adat Kuta
Kecamatan Tambaksari
lebih tenang jika mereka dirawat di rumah perlakuan barulah memberikan tes akhir (post-
karena mereka ingin meninggal dengan damai test) (Arikunto, 2010). Sampel dalam
ditengah tengah keluarga. penelitian ini ini adalah masyarakat di
Kampung dengan jumlah 59 orang.
METODE PENELITIAN Instrumen dalam penelitian ini
Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner ini
quasi eksperimen dengan pendekatan one dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar
group pre post-test design, yaitu jenis pertanyaan tentang persepsi masyarakat
penelitian yang memberikan tes awal (pest- tentang perawatan paliatif.
test) sebelum diberikan perlakuan, setelah
diberikan
16