Analisis Penerapan Reformasi Birokrasi Terhahadap Kinerja Pegawai
Analisis Penerapan Reformasi Birokrasi Terhahadap Kinerja Pegawai
Analisis Penerapan Reformasi Birokrasi Terhahadap Kinerja Pegawai
UNIVERSITAS TERBUKA
Disusun Oleh :
NURIZAL NURDIN
NIM. 017094937
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TERBUKA
JAKARTA
2015
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE IMPLIMENTATION OF BUREACRATIC REFORM
ON APPARATUS' PERFORMANCE AT OFFICE OF PROVINCIAL
ATTORNEY GENERAL OF GORONTALO
(A Case Study at Office of Assistant Provincial Attorney General for Special
Criminal Actions of Gorontalo)
N urizal N urdin
NIM. 017094937
nurizalnurdin@pnsmail .go. id
One of the main factors that contribute in creating a clean government and good
governance is bureaucracy. It is the urge of the public to reform the bureaucracy.
Bureaucratic reform is carried out to attain the social welfare through excellent
bureaucratic services in order to satisfy the public. Taking into account the
Presidential Regulation No. 81 Year 2010 on the Grand Design of Bureaucratic
Reforms that requires each ministry and department including the office of
Attorney General of the Republic of Indonesia to reform the bureaucracy, to
provide excellent services that prioritize public satisfaction as a positive outcome
of professional and high quality standards of bureaucratic services. This study
aimed to analyze the implementation of bureaucratic reform on the apparatus'
performance at the office of provincial attorney general of Gorontalo, factors
impeding apparatus' performance, as well as solutions to the factors impeding the
apparatus' performance. This study employed descriptive qualitative method. The
object of this study was the apparatus' performance at the office of assistant
provincial attorney general for special criminal actions of Gorontalo and executive
officials there as the source of information. The results of this study revealed that
apparatus' performance at the office of assistant provincial attorney general for
special criminal actions of Gorontalo, taking into account .several factors, namely
the rule of law, justice, professionalism, and accountability, were good enough.
The main factor contributed to its success was leadership of the provincial
attorney general of Gorontalo supported by the apparatus at the office of
provincial attorney general of Gorontalo who had high integrity, professionalism
and morality in doing the job .as a prosecutor.
ABSTRAK
Salah satu faktor utama yang turut berperan dalam perwujudan Pemerintahan yang
bersih (Clean Government) dan Kepemerintahan yang baik (good government) adalah
birokrasi. Hal ini juga yang menjadi tuntutan masyarakat agar birokrasi mereformasi diri,
reformasi birokrasi diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui layanan
birokrasi prima yang berujung pada kepuasan layanan birokrasi bagi masyarakat. Bertolak
pada Peraturan Presiden nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
mengharuskan setiap Kementerian /Lembaga tidak terkecuali Kejaksaan Republik Indonesia
untuk melaksanakan reformasi birokrasi, Kemampuan memberikan pelayanan yang prima
dengan mengutamakan kepuasan yang dirasakan oleh publik sebagai dampak positif dari hasil
kerja birokrasi yang profesional dan memiliki standard nilai moral yang tinggi, maka
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana Implementasi
pelaksanaan reformasi birokrasi pada Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi
Gorontalo, faktor - faktor yang menyebabkan terhambatnya kinerja aparatur, dan bagaimana
upaya mengatasi faktor penghambat kinerja aparatur tersebut Penelitian ini menggunakan
methode deskriptif dengan pendekatan kwalitatif. Objek Penelitian adalah Kinerja Aparatur
pada Assisten Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalodan Pejabat
Stuktural pada Assisten Tindak Pidana Khusus sebagai Informan. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa kinerja aparatur pada Assisten Tindak Pidana Khusus yang dinilai dari
beberapa indikator yaitu kepastian hukum, keadilan, propesional dan akuntabel telah cukup
baik. Faktor yang mempengaruhi adalah kepemimpinan kepala Kejaksaan Tinggi Gorontalo
dengan didukung oleh Aparatur Kejaksaan Tinggi Gorontalo yang memiliki Integritas tinggi
dalam berkerja, menjaga sikap porfesional serta menjunjung tinggi nilai moralitas sebagai
seorang j aksa.
iii
UNIVERSITAS TERBUKA
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
PENGESAHAN
Nama : NURIZAL NURDIN
NIM : 0709493 7
Program Studi : Magister Administrasi Publik
Judul TAPM : Analisis Penerapan Reformasi Birokrasi Terhadap Peningkatan
Kinerja Pegawai Pada Kejaksaan Tinggi Gorontalo (Studi Kasus
Pada Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus)
Menyetujui:
Mengetahui,
'
\
\
Dr. Darmanto, M.Ed
NIP. 195910271986031003
IV
RIWAYAT HIDUP
September 1965 di Jakarta Provinsi DKI Jakarta. Penulis adalah anak Kedua dari
Delapan bersaudara, dari pasangan suami I istri Drs. Nurdin dan Tji Chomsyah.
orang anak, Rima Meanti Nurizal, Dita Melati Nurizal dan 1 orang Cucu Calista
Salsabila Armina.
Tahun 1977 penulis tamat Sekolah Dasar (SD) Cideng Timur 15 Pagi
Negeri LX Jakarta Pusat dan tamat pada tahun 1981, melanjutkan studi di
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 24 Jakarta dan tamat pada tahun 1984.
Agustus 1945 (UNTAG Jakarta) dan tamat pada tahunl 989 dengan menyandang
selama 6 (enam) bulan dan dilantik serta diambil sumpah sebagai Jaksa pada
bulan November 1997. Pada tahun 1998 Penulis menjadi Kepala Seksi
Pidsus Kejaksaan Negeri Ngawi kemudian tahun 2007 sebagai Kasi Penyidikan
Saat menduduki jabatan Eselon III sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Tuai
dan Maluku Tenggara tahun 2009 penulis merasa perlu untuk memperdalam
ilmu Managerial , sehingga pada tahun 2011 penulis melanjutkan studi di Program
Publik pada tahun 2015 pada saat penulis menjabat sebagai Assisten Intelijen
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis persembahkan kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha
Kuasa atas kasih, kemurahan, kebaikan serta tuntutan-Nya sehingga penulis dapat
TINGGI GORONT ALO (Studi Kasus Pada Asisten Bidang Tindak Pidana
Universitas Terbuka. Penyusunan tesis ini membutuhkan kerja keras dan melewati
beberapa kendala, namun atas dorongan dari berbagai pihak maka penulisan tesis
Terbuka.
5. Dr. Drs.Sofjan Aripin, M.Si Selaku Pembimbing 1 dan Dr. Dra. Tri
7. Segenap Jaksa dan Staf pada Assisten Bidang Intelijen kejaksaan Tinggi
Gorontalo.
UPBJJ Ambon yang tidak dapat saya sebut satu persaatu, yang telah
dorongan dan semangat serta doa selama penulis menempuh studi di Program
Akhir kata penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
DAFTAR ISi
Halaman pengesahan .... ... ... ... ... ...... ... ...... ... ...... ... ...... ... ...... ... .... ..... ... ... ... ... ... .. 11
Abstrak............................................................................................................. 111
Surat Pernyataan .. ... ... ..... .... ... ... ... ...... ... ...... ... ...... ...... ... ... ..... .... ...... ... ... ... ... ... .. v
Kata Pengantar.................................... .. ... ... ... ... ...... ... ...... ... .... ..... ... ... .... ... ... ... . v1
BABI PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 11
A. KajianTeoritik.......................................................................... 12
1. KajianTerdahulu................................................................. 12
2. Reformasi Birokrasi............................................................. 14
3. Kinerja Pegawai................................................................... 43
A. Design Penelitian....................................................................... 55
a. Seksi Penyidikan ...... .............. ....... ...... ... .... ......... .... .... .. l 06
b. Seksi Penuntutan ...... ...... .... .......... .... ...... ........ .... ...... ..... l 09
c. Seksi Eksekusi Eksaminasi .. .... ........ .... .. ...... .... .. ...... ..... 110
6. Penataan Sumber Daya Manusia ......................................... 113
7. Akuntabilitas ....................................................................... 120
B. Pengaruh penerapan reformasi birokrasi terhadap peningkatan
kinerja pada Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan
Tinggi Gorontalo .. .... ............ .... .............. .... .. ... ...... .. .... ...... .. .... .. 125
1. Kinerja pegawai pada Asisten Bidang Tindak Pidana
Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo .................................. 125
a. Faktor Eksternal ............................................................ 127
1) Budaya Kerja......................................................... 127
2) Penanganan Kasus ........... ... .... ... .. ...... .... .... .. .......... 131
3) Kepeminpinan ....................................................... 132
4) Sumber Daya Manusia . ... ... ... ... ..... .... ....... .. .. .. ... ... . 134
b. FaktorEksternal. ........................................................... 137
1) PerbedaanGeografis .............................................. 137
2) Kesejahteraan ........................................................ 138
3) Tumpang Tindih Kewenangan .............................. 139
4) Optimal isasi Pelayanan ... ...... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... .. 141
2. Pengaruh reformasi birokrasi terhadap kinerja pegawai
Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi
Gorontalo............................................................................. 143
a. Sistim dan Struktur Remunerasi .................................. 143
b. Pola Pikir dan Budaya Kerja........................................ 147
c. Pelayanan Publik.......................................................... 150
BAB V PENUTU P
A. Kesimpulan................................................................................ 154
B. Saran.......................................................................................... 155
TESIS
Disusun oleh:
Nurizal Nurdin
NIM. 017094937
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSIT AS TERBUKA
2015
BAB IV
keluarkan dari daerah hukum Kejaksaan Tinggi Sulawesi Utara. Kejaksaan Tinggi
Indonesia pasal 492 mempunyai tugas melaksanakan tugas dan wewenang serta
Jaksa Agung.
65
panduan dan memberikan pandangan dan arah ke depan sebagai dasar acuan
dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam mencapai sasaran atau target yang
telah ditetapkan. Visi dan misi Kejaksanaan Tinggi Gorontalo tetap mengacu pada
visi dan misi Kejaksaan Agung Republik Indonesia yang isinya sebagai berikut:
Visi:
66
Misi:
seluruh tindak pidana, penanganan perkara perdata dan Tata Usaha Negera,
tanggung jawab, taat azas, efektif dan efisien, serta penghargaan terhadap hak-
hak publik;
67
penyataan visi dan misi, maka untuk mencapai visi dan melaksanakan misi
program kegiatan yang akan dilaksanakan. Tujuan yang ditetapkan harus jelas dan
lingkungan internal dan eksternal Kejaksaan. Tujuan yang ingin dicapai oleh
Kejaksaan Tinggi Gorontalo yang tetap mengacu pada tujuan yang telah
Republik Indonesia.
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dan performance yang prima. Adapun
68
sumber daya manusia, terutama dalam hal memberikan pelayanan yang prima di
bidang hukum kepada masyarakat, memiliki integritas yang tinggi, dan memiliki
dedikasi dan sikap profesional dalam menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu
bidang hukum, agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai aparatur yang
69
yang secara keseluruhan berjumlah 241 orang, yang terdiri dari Jaksa berjumlah
90 orang dan Tata Usaha berjumlah 151 orang. Keseluruhan aparatur tersebut
tersebar pada 7 satuan kerja (Satker), yakni 1 Kejaksaan Tinggi dan 6 Kejaksaan
Negeri. Secara rinci tentang keadaan sumber daya manusia aparatur Kejaksaan
Tinggi Gorontalo tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1
pada Kejaksaan Tinggi Gorontalo dengan jumlah 78 orang atau sebesar 32.37%
dari total jumlah sumber daya manusia aparatur Kejaksaan Tinggi Gorontalo.
berjumlah 37 orang atau sebesar 15.35%. Sedangkan yang paling sedikit jumlah
orang atau sebesar 7.4 7% dari total jumlah sumber daya manusia aparatur di
70
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerj a Kej aksaan Republik Indonesia, yang
terdiri dari:
I. Koordinator; dan
keinginan warga masyarakat. Konsep lama birokrasi kemudian dinilai tidak lagi
71
Birokrasi lama yang didesain untuk bekerja lambat, berhati-hati, dan metodologis
sudah tidak dapat diterima oleh konsumen yang memerlukan pelayanan cepat,
efisien, tepat waktu, dan simpel (sederhana). Apalagi sekarang telah memasuki era
globalisasi yang menuntut segala sesuatunya berjalan serba cepat dan tepat. Oleh
atau menciptakan birokrasi yang lebih baik, kinerja birokrasi dan penyelenggaraan
pemerintahan yang lama harus segera dapat ditinggalkan dan diganti dengan
departemen pemerintahan.
yang baru, yang disebut sebagai Grand Design Reformasi Birokrasi, yang
jangka menengah lima tahun. Untuk mendukung tercapainya tujuan dan sasaran
72
melaksanakan Program Pembaruan pada bulan Juli 2005 yang programnya sama
pada bulan Juni 2008 Jaksa Agung telah melaporkan kepada Presiden Republik
Indonesia. Pada bulan Agustus 2009 Jaksa Agung membentuk Tim Pengarah
73
Adhyaksa 22 Juli 2005. Sebagai hasil dari Program Pembaruan pada tanggal 12
pelatihan, standard minimum profesi Jaksa, pembinaan karir, kode perilaku Jaksa,
telah menjadi panduan bagi Kejaksaan Tinggi Gorontalo dan Kejaksaan Negeri di
diberikan kepada Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri. Hal ini sebagaimana
74
Kejaksaan saat ini adalah adanya reformasi birokrasi yang dikoordinasikan oleh
prioritas pertama pelaksanaannya ada pada lembaga penegak hukum dan lembaga-
faktor utama dalam penataan kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu
yang layak dan tuntutan lain dalam menjalankan profesi dengan integritas tinggi,
akuntabel, dan terhormat. Lebih jauh lagi melalui reformasi birokrasi Kejaksaan
75
Tabel 4.2
Garis Besar Tahapan Reformasi Birokrasi
8
Melanjutkan
8
Meneruskan
8
Meneruskan
B
Meneruskan
hal-hal yang hal-hal yang hal-hal yang hal-hal yang
8 belum dapat
diselesaikan
pada tahun
2010, menjaga
dan memelhara
belum dapat
diselesaikan
padatahun
2011, menjaga/
memelihara apa
belum dapat
diselesaikan
padatahun
2012, menjaga/
memelihara apa
belum dapat
diselesaikan
pada tahun
2014, menjaga/
memelihara
Membangun apa yang sudah yang sudah yang sudah hal-hal yang
landasan kuat berhasil berhasil berhasil sudah
untuk dilaksanakan, dilaksanakan, di laksanakan, dilaksanakan,
menjamin melakukan melakukan melakukan dan melakukan
implementasi monitoring, monitoring, monitoring, monitoring dan
reformasi evaluasi dan evaluasi dan evaluasi dan evaluasi
birokrasi secara penyempurnaan penyempurnaan penyempurnaan menyeluruh
konsisten terhadap hasil- terhadap hasil- terhadap hasil- terhadap
hasil yang hasil yang hasil yang seluruh proses
sudah diperoleh sudah diperoleh sudah diperoleh birokrasi baik
padatahun padatahun pada tahun tingkat nasional
2010 2011 2012 maupun daerah
Dari tabel 4.2 di atas dapat dilihat garis besar tahapan reformasi birokrasi
sampai dengan tahun 2014. Garis besar tahapan reformasi tersebut berisikan
yang telah ditentukan tanpa skenario perubahan dan landasan yang sistematis dan
terarah.
76
1) Birokrasi yang bersih, yaitu birokrasi Kejaksaan yang bekerja atas dasar
aturan dan nilai nilai yang dapat mencegah timbulnya berbagai tindak
77
berangkat dari titik nol. Gagasan, kesadaran dan komitemen untuk melakukan
reformasi telah tumbuh dan berkembang sejak lama dan kemudian memperoleh
78
2005. Fakta sejarah ini memberikan dasar dan fundamen untuk mendorong
1. Kemauan dan komitmen politik yang kuat mulai dari p1mpman tertinggi
Kejaksaan Rl sampai dengan level pimpinan terendah dan diikuti oleh seluruh
pegawai Kejaksaan;
7. Program Percepatan (Quick Wins) yangjelas dan terarah yang terdiri dari:
79
stakeholders Kejaksaan)
Kejaksaan Republik Indonesia juga melakukan hal yang sama. Sejak berdirinya
Kejaksanaan Tinggi Gorontalo pada tahun 2002 di era reformasi, pada tahun 2005
80
bawah ini:
pada konsep dasar reformasi birokrasi Kejaksaan di atas adalah dalam rangka
untuk menciptakan birokrasi yang bersih, efisien, transparan, dan akuntabel dalam
upaya pemberian pelayanan yang maksimal dan prima kepada masyarakat. Hal ini
81
transparan, dan akuntabel hams didukung oleh aparat Kejaksaan yang memiliki
integritas tinggi yaitu perilaku pegawai Kejaksaan yang senantiasa dalam bekerja
Selain itu, aparatur Kejaksaan juga hams memiliki produktivitas yang tinggi dan
bertanggung jawab dalam rangka untuk mencapai hasil yang optimal dalam
program kegiatan yang inovatif, efektif dan efisien dalam mengelola sumber daya
yang ada serta ditunjang oleh dedikasi dan etos kerja yang tinggi dari aparatur.
kepuasan yang dirasakan oleh publik sebagai dampak positif dari hasil kerja
birokrasi yang profesional, berdedikasi dan memiliki standar nilai moral yang
tinggi. Aparatur Kejaksaan dalam menjalankan tugasnya sebagai abdi negara dan
masyarakat hams berpedoman dari konsep dasar reformasi birokrasi yang telah
82
I
PROGRAM PERCEPAT AN (QUICK WllVS)
Gambar 4.2
Arah dan Kebijakan Reformasi Birokrasi Kejaksaan Tahap 1
2.
'MPl.EMENTA9f PERCEPATAU
PlfAAttGAHl\ll PlfRl\AFIA DI 10 K!NATI
WE9$tTE KEJM$AAll;
Junl-SeptO& ll'·!>Alfl PAlA, !fNll>V INfO
3. PERAAAA PSHTINO, l!!fLOLA 1.JIPOU O»LIHE
RESTRUKTURlsAsl ORGANtSASI PEHElt""'All $!HEM 0111.INE PENANGANAN
• Rilllcangan Perpres 4,
Q
o~
l'Uot P....... podo 10 KEJATI
...
lNE t.APDV; Ket.Ol,.A; LAJl(lt.,J Qtft.mE
• Rane:angan Perja
MON:lftlR:JNG OAN £VAlUAS-I 01\.,iAKO.KAff Ol.EH
TIM MIOOUEMEN PERUllAHAN
Gambar 4.3
Arah dan Kebijakan Reformasi Birokrasi Kejaksaan Tahap 2
83
(2010: 1-2), menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan terse but, perlu disepakati
tiga elemen penting dalam menjalankan konstitusi, yakni (1) tentang tujuan dan
nilai bersama dalam kehidupan berbangsa, (2) tentang aturan dasar sebagai
penyelenggaraan negara.
Salah satu faktor dan faktor utama yang turut berperan dalam perwujudan
(good government) adalah birokrasi. Dalam posisi dan perannya yang demikian
penting dalam pengelolaan kebi jakan dan pelayanan publik, birokrasi sangat
Dalam posisi yang stratejik seperti itu, adalah logis apabila pada setiap
84
atau pun memperkuat kekuasaan oleh partai tertentu atau pihak penguasa. Kalau
perilaku birokrasi berkembang dalam pengaruh politik seperti itu dan menjadi
kualitas, efisiensi, dan efektivitas pelayanan secara netral dan optimal kepada
pengabdian pada pihak penguasa atau partai-partai yang berkuasa. Dalam kondisi
seperti itu, korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) akan tumbuh dan birokrasi akan
kehilangan jati dirinya, dari pengemban misi perjuangan negara bangsa, menjadi
sangat mencemaskan, karena telah semakin meluas dan merambah pada lembaga
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Kondisi tersebut telah menjadi salah satu faktor
berarti, maka kondisi tersebut akan sangat membahayakan kesatuan dan persatuan
bangsa.
85
kerugian yang telah ditimbulkan oleh adanya korupsi telah menjadi salah satu
Kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat daerah maupun
oleh jajarannya akan berakibat pada tidak jalannya sistem yang berlaku dalam
birokrasi di daerah. Disisi lain, akibat yang ditimbulkan oleh adanya korupsi
adalah akan makin tidak percayanya masyarakat terhadap para aparatur birokrasi
Tindak pidana korupsi telah terjadi secara meluas, dan dianggap pula
telah menjadi suatu penyakit yang sangat parah yang tidak hanya merugikan
86
kewenangan yang mengakibatkan kerugian keuangan dan asset negara, tetapi juga
setiap kebijakan dan tindakan yang menimbulkan depresiasi nilai publik, baik
Menjadi tugas para Jaksa untuk menindak tegas para pejabat birokrasi
yang melakukan tindak pidana korupsi agar roda birokrasi pemerintahan dapat
berjalan dengan baik. Pemerintahan yang baik dan bersih, bebas dari korupsi akan
menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih, telah melakukan upaya melalui
reformasi birokrasi secara baik dan akuntabel. Program yang telah dijalankan oleh
perkara korupsi atas dasar pengaduan masyarakat. Oleh sebab itu dengan
87
memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya pengaduan masyarakat yang telah dilayani oleh Kejaksaan dan kasus
uang negara. Namun dari semua laporan masyarakat tersebut, hanya kasus tindak
pidana korupsi besar yang menjadi target penanganan oleh pihak Kejaksaan
88
Gorontalo telah berhasil menangani beberapa kasus tindak pidana korupsi yang
berakibat pada kerugian negara. Hampir semua kasus yang ditangani tersebut
berasal dari laporan masyarakat dan pihak Kejaksaan telah melakukan tindakan
atas kasus tindak pidana korupsi tersebut, diantaranya ha! yang telah dilakukan
1. Penyelidikan 7 perkara;
2. Penyidikan 5 perkara;
pidan korupsi dengan kategori besar. Upaya ini dilakukan oleh pihak Kejaksaan
adalah dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih, bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme, agar roda birokrasi pemerintahan dapat berjalan
dengan baik. Pemerintahan yang baik dan bersih, akan dapat memberikan
yang dicintai oleh masyarakat. Peran Kejaksaan dalam upaya untuk menciptakan
89
4. Penataan Kelembagaan
melaksanakan tugas dan fungsinya, pelaksanaan kinerja oleh aparatur pada unit-
unit yang ada pada Asisten Tindak Pidana Khusus, dan pembagian dan
Efisiensi dapat diukur sebagai rasio keluaran terhadap masukan. Organisasi yang
90
jumlahnya lebih sedikit dari yang digunakan organisasi lain, disebut organisasi
efisien.
Asisten Tindak Pidana Khusus dalam fungsinya untuk menata kelembagaan dan
91
pengarahan yang digariskan oleh Jaksa Agung atau Kepala Kejaksaan Tinggi
yang bersangkutan.
sesuai dengan perencanaan yang tidak lepas dari semangat reformasi birokrasi
Khusus adalah bagaimana partisipasi segenap unsur Jaksa dan pegawai dalam
upaya penataan kelembagaan itu sendiri. Dalam konteks ini maka kondisi
birokrasi Asisten Tindak Pidana Khusus dinyatakan oleh beberapa pegawai yang
sesuai dengan harapan. Hal ini terlihat setidaknya berdasarkan penilaian sebagian
besar Jaksa dan pegawai yang sepakat dengan pernyataan tersebut, bahwa masing-
sesuai dengan fungsinya, serta saling terjalin koordinasi diantara mereka. Kondisi
ini tentu sangat baik dalam upaya penataan kelembagaan, walaupun masih perlu
92
Jaksa dan pegawai yang memenuhi kualifikasi tugas pokok dan fungsi dari
masing-masing seksi yang ada di Asisten Tindak Pidana Khusus. Terkait hal itu
tertentu sehingga mampu menjalankan tugas pokok dan fungsi organisasi dengan
baik. Jumlah pegawai di masing-masing seksi pada Asisten Tindak Pidana Khusus
yang memenuhi kualifikasi dan telah seimbang sehingga dapat secara optimal
menjalakan tugas dan fungsinya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Asisten
reformasi birokrasi pada Asisten Tindak Pidana Khusus yang dilakukan oleh Tim
dan penataan kelembagaan cukup baik dan bahkan pada tahun 2014, target
93
birokrasi. Untuk itu, proses penataan kelembagaan pada Asisten Tindak Pidana
Khusus bukan hanya berhenti pada pelaksanaan tugas dan fungsi, namun
lingkungan, dan berinovasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan prima
Asisten Tindak Pidana Khusus dalam rangka memberantas korupsi, kolusi, dan
lembaga-lembaga pemerintah.
kondisi yang ingin dicapai oleh Kejaksaan Tinggi Gorontalo, khususnya Asisten
Informan 3 (2015):
94
sasaran berdasarkan tugas dan fungsi Asisten Tindak Pidana Khusus. Dalam
namun upaya penerapan reformasi birokrasi tetap terns berlanjut dan dilaksanakan
95
5. Penataan Ketatalaksanaan
adalah dengan mewujudkan tata laksana yang efektif, efisien, dan transparan serta
dalam rangka memberi pelayanan yang baik dan prima kepada masyarakat.
konsep manajemen modem agar cepat, akurat, singkat, dan pemanfaatan teknologi
pentingnya faktor manusia, serta tanggung jawab sosial oleh Kejaksaan Tinggi
Gorontalo.
baik sesuai dengan tugas dan fungsinya. Berdasarkan data dan hasil observasi
bahwa seluruh seksi melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai standar yang telah
Tinggi Gorontalo, juga terdapat laporan dan informasi yang diperoleh secara
96
informasi dari masyarakat untuk selanjutnya diolah dan diproses sesuai dengan
prosedur baku yang berlaku. Seluruh laporan dan informasi dikelola secara cepat
baik dan prima kepada masyarakat. Pemberian layanan ini didukung oleh
manajemen modern dan pemanfaatan teknologi modern. Terdapat satu hal yang
bagian ini adalah pegawai yang memiliki keahlian khusus di bidang pengolahan
informasi, dan kemudian diteruskan pada bagian yang mengolah dan menganalisis
"Pada Asisten Tindak Pidana Khusus terdapat bagian yang mengolah dan
mengadministrasi laporan dan informasi tentang tindak pidana khusus
dari masyarakat. Pegawai yang ditempatkan pada bagian ini adalah
pegawai yang memiliki keahlian dibidang teknik informasi dan
komunikasi. Mereka mengolah laporan dan informasi dari masyarakat
baik laporan secara langsung maupun laporan secara online. Kemudian
laporan dan informasi tersebut diteruskan ke bagian penyidikan untuk
ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur yang berlaku pada Kejaksaan
Tinggi Gorontalo".
manajemen modern sesuai dengan pembidangan yang ada pada Asisten Tindak
ketatalaksanaa sudah sesuai dan tepat. Keluhan yang ditemukan oleh peneliti
97
mengacu juga pada pemahaman tata kelola administrasi dan manajemen birokrasi.
banyak arti, dan tiga arti utama administrasi adalah 1) administrasi merupakan
sistem pimpinan dari suatu organisasi bidang urusan atau usaha, merupakan
sebagai sistem informasi pengendali keadaan adalah tata usaha yang dikelola oleh
kerjasama antara dua orang atau lebih secara tertentu untuk menyelenggarakan
98
public administration sebagai segala kegiatan atau proses untuk mencapai tujuan
negara yang telah ditentukan, yaitu kegiatan yang dilakukan dalam suatu negara
dari tingkat pemerintahan yang terendah sampai yang tertinggi dalam suatu
negara, oleh karena itu administrasi negara mencakup berbagai aspek kegiatan
mempunyai makna sebagai kegiatan manusia yang saling berkaitan dengan yang
lainnya.
Asisten Tindak Pidana Khusus dikarenakan oleh; 1) mekanisme atau sistem kerja
internal berjalan secara baik dan dikelola dengan system manajemen yang
modern; 2) prosedur kerja yang berlaku adalah prosedur kerja berdasarkan bagian-
secara baik sesuai dengan prosedur baku yang berlaku; 4) pengelolaan sarana dan
untuk beroleh laporan dari masyarakat telah dikelola secara professional oleh
bagian yang memiliki keahlian untuk itu; 7) pengelolaan kearsipan yang handal.
Namun masih terdapat bagian unsur penunjang yang tidak berjalan secara
maksimal, yakni hubungan kerja eksternal yang masih sering terkendala pada
99
pada Asisten Tindak Pidana Khusus diarahkan pada perubahan sistem manajemen
dengan konsep manajemen modem agar cepat, akurat, pendek jaraknya dengan
Gorontalo. Hal ini ditempuh dalam rangka untuk mencapai tujuan penataan
analisa staf terhadap sistem informasi yang ada melalui pendidikan dan pelatihan
dengan konsep manajemen modem agar cepat, akurat, pendek jaraknya dan
100
serta tanggung jawab sosial manusia dalam organisasi. Manajemen modern juga
masih tetap bersumber pada pemikiran yang terbaik dari manajemen tradisional.
1) Seksi Penyidikan
melibatkan semua potensi yang ada dalam pemerintahan, penegak hukum, dan
masyarakat.
pidana khusus serta penyiapan bahan, telaahan dan pemberian bimbingan teknis
101
dan informasi yang diperoleh dari masyarakat seksi penyidikan juga secara
Gorontalo. Laporan atau lnformasi yang diperoleh diolah dan dianalisis secara
102
menemukan ada tidaknya peristiwa pidana atau bukti permulaan yang cukup
bukti yang diduga digunakan atau diperoleh tersangka untuk melakukan tindak
pidana atau berasal dari hasil dari tindak pidana, terhadap tersangka I pelaku
untuk kemudian diperiksa, dan apabila dalam proses pemeriksaan terdapat bukti
yang kuat dan memadai dari hasil penyitaan barang bukti dan lain-lain untuk
penahanan terhadap pelaku kasus tindak pidana khusus tersebut. Seluruh alat bukti
terhadap pelaku dan agar pelaku tidak menghilangkan bukti atau melarikan diri.
pengolahan, dan penganalisaan hasil penyidikan menjadi berkas perkara. Hal ini
103
yang prima dan berkualitas sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan harapan
2) Seksi Penuntutan
104
menenma barang bukti atau sitaan, untuk selanjutnya meneliti dan mentukan
apakah telah memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak tidak dilimpahkan ke
barang bukti diolah oleh tenaga administrasi yang memiliki keahlian pada bidang
tersebut yang selanjutnya akan diperiksa oleh Jaksa yang menangani kasus tindak
pidana khusus. Seluruh administrasi perkara dan barang bukti menjadi tanggung
jawab Seksi Penuntutan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Seksi
"Seluruh berkas dan barang bukti perkara tindak pidana khusus yang
kami terima dari Seksi Penyidikan kami teliti kembali untuk menentukan
apakah tel ah memenuhi persyaratan hukum. U ntuk dapat atau tidak
dilimpahkan ke Pengadilan Negeri, harus dilakukan pemeriksaan secara
seksama dan teliti sesuai peraturan hukum yang berlaku untuk itu. Oleh
sebab itu, semua perkara kasus tindak pidana khusus sebelum melakukan
penuntutan, berkas administrasinya akan diperiksa oleh pegawai di Seksi
Penuntutan dan kemudian pemeriksanaannya dilakukan oleh Jaksa
apakah telah sesuai untuk kemudian dilakukan penuntutan terhadap
pelaku tindak pidana khusus terse but".
dan penyiapan usul serta pendapat yang berhubungan dengan penuntutan. Seksi
pidana khusus apabila belum terdapat bukti yang cukup. Selain itu, Seksi
berkas perkara yang diterima dan dioleh sesuai dengan prosedur hukum yang
105
Langkah terakhir dari proses hokum tehadap pelaku tindak pidana khusus
pada Asisten Tindak Pidana Khusus adalah upaya hukum, eksekusi, dan
eksaminasi. Pelaku dapat melakukan upaya hukum pada Seksi Upaya Hukum,
4. Pengolahan data perkara tindak pidana khusus dan analisa serta penyaJian
pembelaan atas kasus yang dialaminya. Demikian pula, Jaksa dapat melakukan
urusan perlawanan banding, kasasi, dan peninjauan kembali perkara tindak pidana
khusus melalui Seksi Upaya Hukum, Eksekusi dan Eksaminasi pada Asisten
106
dan hasil perkara tindak pidana khusus kepada pimpinan untuk selanjutnya
diproses sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Pada Kejaksaan Tinggu
dengan prosedur pengelolaan yang baik. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh
Kepala Seksi Upaya Hukum, Eksekusi dan Eksaminasi pada Asisten Tindak
berikut:
Penuntutan, dan Seksi Upaya Hukum, Eksekusi dan Eksaminasi pada Asisten
penyelenggaraan birokrasi yang baik dan teratur sehingga seluru pekerjaan dapat
dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik dan tuntas. Model ketatalaksanaan ini
107
dan profesional. Seluruh aspek yang berada pada Asisten Tindak Pidana Khusus
pemberhentian (UU No. 43/1999 pasal 1). Tujuannya adalah untuk menjamin
jujur, dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi
kerja dan sistem karier yang dititik beratkan pada system prestasi kerja.
Inti penataan sumber daya manusia adalah penerapan sistem merit dalam
pendidikan dan latihan yang efektif; standarisasi dan peningkatan kinerja; pola
karier yang jelas dan terencana. Pada Asisten Tindak Pidana Khusus berdasarkan
pelaksanaan hasil kegiatan dengan tingkat capaian melampaui target yang telah
108
menyatakan bahwa kinerja pegawai dan Jaksa memperoleh nilai dengan mutu
Baik.
telah dilakukan penataan sistem SOM dengan baik. Kekurangan yang terjadi
karena masih kurangnya pembinaan sistem karier khususnya bagi para pegawai
pada Asisten Tindak Pidana Khusus. Hal ini karena belum semua pegawai yang
telah beroleh pendidikan dan pelatihan khusus dalam rangka peningkatan karir
lnforman 2 (2015):
109
ini dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai 1tu sendiri dan juga
dalam upaya meningkatkan efektifitas pelaksanaan fungsi kelembagaan
dan fungsi ketatalaksanaan".
potensi fisik dan spikis yang dimilikinya berfungsi maksimal bagi penacapai
Inti penataan sumber daya manusia yang demikian itulah yang perlu
110
pada consensus, keadilan, efektivitas dan efisiensi, akuntabilitas dan visi strategis.
Dalam konteks ini, menurut penulis perlu ditambahkan satu lagi prinsip good
yakni prinsip amanah. Mengapa prinsip ini perlu dimaksukkan menjadi salah satu
jabatan publik yang dijabat oleh pera pejabat publik itu sesungguhnya adalah
amanah publik yang hams diterima dengan kesadaran, komitmen dan integritas
Dalam konteks itu, jabatan publik apapun yang diterima oleh aparatur
tantangan yang menghendaki agar pejabat publik itu bersikap amanah sesuai
amanah yang tertuang dalam sumpah jabatan serta ketentuan hukum yang
orang yang rendah hati, jujur dan bersikap melayani kepada siapa saja yang
11 I
atasan kepada bawahan untuk meningkatkan kinerja jabatan atau mencapai tujuan
sesungguhnya tidak bergantung hanya pada satu orang saja yang menguasai
jabatan, namun bergantung pada struktur jabatan yang membentuk sekian banyak
setiap individu yang terstruktur dalam fungsi jabatan agar dapat memberikan
konteks yang lebih luas, partisipasi itu juga dapat diartikan sebagai potensi dan
pelaksanaan fungsi jabatan tersebut. Karena itu, salah satu tantangan yang
berhasilguna.
kinerja dan pelaksanaan fungsi jabatan agar selalu didasarkan pada aturan hukum
pentingnya ketertiban dan disiplin dalam pelaksanaan tugas. Karena itu, setiap
pejabat tidak hanya dituntut untuk memahami persoalan hukum tetapi sekaligus
112
Transparansi, dapat diartikan sebagai suatu keterbukaan sikap yang jujur dan
jabatan.
sosial yang efektif dengan berbagai pihak yang terkait dan atau berkepentingan
tuntutan yang menjadi konsekuensi dan atau resiko penerimaan dan pelaksanaan
fungsi jabatan. Oreintasi pada consensus, dapat diartikan sebagai kepatuhan pada
dapat diartikan sebagai suatu ungkapan sikap kepemimpinan pejabat publik yang
bijaksana dan kepedulian sosial yang memandang penting kedudukan setiap pihak
yang terkait dengan pelaksanaan fungsi jabatan.Untuk itu setiap pejabat publik
pelaksanaan fungsi jabatan secara optimal, dan penggunaan sumber daya jabatan
secara maksimal. Untuk itu, setiap pejabat publik perlu memahami ukuran-ukuran
secara moral, hukum dan administratif. Dalam konteks ini, seorang pejabat publik
113
optimalisasi pelaksanaan fungsi jabatan. Untuk itu, setiap pejabat publik perlu
jabatannya, maka dengan sendirinya seorang pejabat publik tentu dapat menjadi
sebagian besar pejabat publik juga dapat mengaktualisasikan seluruh prinsip good
governance secara konsisten dan konsekuen, maka tak sulit merealisasikan good
yaitu;
114
yang berkaitan dengan SOM dan unit kerja; meningkatnya disiplin dan kualitas
Informan 1 (2015):
115
7. Akuntabilitas
pelayanan apa, siapa, kepada siapa, milik siapa, yang mana, dan bagaimana.
keputusan, mengacu pada jadwal yang telah ditetapkan dan menerapkan efisiensi
dan mekanisme kerja yang menjamin adanya transparansi dan akuntabilitas kerja,
116
(SIMKARI). Hal ini dalam rangka optimalisasi penanganan perkara lebih terjamin
secara lebih cepat dan tepat, tranparan, dan akuntabel. Akuntabilitas merupakan
hasil dan konsekuensi dari suatu tindakan atau keputusan yang telah dibuat dan
dampak akuntabilitas diukur dari hasil kerja jabatan. Akuntabilitas memiliki tiga
jabatan terhadap hasil akhir (type of impact); dan ketiga, dampak pekerjaan
dikatakan berjalan dengan cukup baik, walaupun masih terdapat beberapa ha!
yang perlu ditingkatkan pelaksanaannya. Perbaikan yang diperlukan dari area ini
terukur. Dalam konteks itu, kinerja organisasi yang terukur mengacu pada
konsisten dan konsekuen. Asas akuntabilitas inilah yang harus dimengerti oleh
setiap pegawai Asisten Tindak Pidana Khusus sebagai aparatur negara. Pasal 7
dengan "Asas Akuntabilitas" adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara Negara harus dapat dipertanggung
117
demokrasi barat. Dalam perspektif yang lebih luas akuntabilitas adalah bagian dari
dipahami oleh dia sendiri. Oleh karena itulah akuntabilitas intern ini disebut juga
tidaknya seseorang bukan hanya dikarenakan dia mencuri atau tidak sensitif
terhadap lingkungannya, akan tetapi lebih jauh dari itu yakni seperti adanya
perasaan malu-malu atas warna kulitnya, tidak bangga menjadi bagian suatu
bangsa, kurang nasionalis dan lain-lain. (LAN RI dan BPKP, 2001 : 25)
118
standar yang tersedia memang sudah jelas. Kontrol dan penilaian eksternal sudah
ada dalam mekanisme yang terbentuk dalam suatu system dan prosedur kerja.
diterima dari birokrasi tidak seperti yang diharapkannya. Dalam konteks inilah,
Selama ini yang menjadi tolok ukur penilaian atas kinerja Kejaksaan
laporan dan informasi dari masyarakat tentang tindak pidana khusus yang terjadi
berasal dari masyarakat yang diterima oleh Kejaksaan Tinggo Gorontalo, maka
119
Gorontalo cukup tinggi. Hal ini terlihat pada tabel 4.2 sebagaimana di bawah ini
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Realisasi Capaian
Data tabel di atas adalah merupakan data capaian penanganan kasus pada
Asisten Tindak Pidana Korupsi Kejaksaan Tinggi Gorontalo tahun 2014. Dari
banyaknya laporan dan informasi masyarakat, hanya sebagian saja yang dapat
tindak pidana khusus. Target capaian ini telah melampaui target yang ditetapkan
ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Gorontalo semakin tinggi. Hal ini terlihat pada
data tabel di atas, dimana penyelesaian kasus pada tahun 2014 hampir tiga kali
Tinggi Gorontalo
120
specified job function or activity during time period" (Prestasi atau kinerja adalah
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
kepadanya".
dapat dinilai dari hasil kerjanya (Sulistiyani & Rosidah, 2003 :223 ). Secara
pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
Sedang kinerja suatu jabatan secara keseluruhan sama dengan jumlah (rata-rata)
dari kinerja fungsi pegawai atau kegiatan yang dilakukan. Pengertian kinerja
121
kinerja terdiri dari factor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai
kinerja jelek disebabkan orang terse but mempunyai kemampuan rendah dan orang
a. Faktor Internal
1) Budaya Kerja
kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku
122
organisasi sebagai sistem internal dan sistem eksternal sosial. Hal itu
tercermin dari isi visi, misi, dan tujuan organisasi. Dengan kata lain,
kepercayaan dan juga sikap para pegawai. Budaya kerja dapat positif,
namun dapat juga negatif. Budaya kerja yang bersifat positif dapat
123
khusus.
pegawai pada Asisten Tindak Pidana Khusus sudah cukup baik. Namun
masih ada pegawai yang bersikap bahwa pekerj aan hanyalan bentuk dari
sesuatu yang biasa saja. Tidak ada rasa kebanggaan dalam menyelesaikan
124
Tinggi Gorontalo. Etos kerja yang menjadi tolok ukur perbedayaan budaya
Gorontalo, berasal dari latar budaya yang berbeda. Perbedaan latar budaya
dari daerah yang tingkat etos kerjanya tinggi, memiliki kinerja yang cukup
baik. Pekerjaan bagi mereka adalah merupakan karir yang harus tetap
pengamatan, baik data maupun aktifitas yang dilakukan oleh pegawai pada
125
2) Penanganan Kasus
126
3) Kepemimpinan
semangat kerja para pegawai sehingga semua tugas yang dikerjakan dapat
selesai secara cepat, cermat dan teliti, dan dilakukan dengan penuh
127
terhampatnya proses penangan kasus tindak pidana khusus. Jika hal ini
tidak ditanggulangi, maka pegawai dengan pola kerja seperti itu akan
dan kepuasan kerja yang lebih baik. Orang-orang yang bekerja untuk gaya
128
dan pola pikir sasaran didik, dimana tingkah laku barn (hasil perubahan)
yang menjadi faktor untuk diperhatikan dan menjadi prioritas utama dalam
129
dengan kecerdasan dan intelektual para pegawai untuk lebih mengenal dan
sistem dan prosedur yang digunakan dalam pelaksanaan tugas organisasi serta
Gorontalo dalam berbagai upaya dikerahkan untuk mencapai kinerja dalam hal
mencapai kinerja sesuai tugas dan fungsi yaitu tercapainya penanganan kasus
Salah satu hambatan yang merupakan kelemahan unit kerja ini adalah
di bidang sumber daya aparatur, yakni kurangnya jumlah aparatur dan masih
pegawai Kejaksaan dalam menjalankan tugas dan fungsinya masih kurang dan
130
hukum. Sebagai pejabat publik seperti kepala seksi tentu membutuhkan ilmu
perkantoran secara baik dan tepat sehingga seluruh pekerjaan dapat berjalan
dengan baik dan profesional. Oleh sebab itu perlu peningkatan pendidikan dan
dan pelatihan sebagai salah satu faktor penting pengembangan sumber daya
pekerjaan yang baik dan profesional sehingga seluruh target program kerja
akan tercapai dengan baik dan bahkan akan melebihi target yang telah
ditetapkan sebelumnya.
131
Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Rivai (2005) bahwa
dan sikap keperibadian yang dituntut oleh tugas pekerjaannya. Perbaikan dan
b. Faktor Eksternal
1) Perbedaan Geografis
asal mereka atau daerah asal mereka bekerja sebelumnya. Perbedaan geografis
aparatur.
mereka hidup atau berasal. Perbedaan geografis dari sumber daya manusia
132
dari sumber daya manusia dimana mereka tumbuh menyebabkan sikap budaya
menghasilkan tingkat kinerja yang berbeda pula. Oleh karena itu dibutuhkan
penyesuaian atas kondisi geografis yang berimplikasi pada budaya kerja, juga
2) Kesejahteraan
pegawai yang memadai diharapkan dapat lebih fokus dalam melaksanakan dan
menjalankan tugas dan pekerjaannya sebagai pegawai negeri sispil dan tidak
133
fungsi motivasi oleh pemimpin. Oleh karena itu sangat disadari oleh pimpinan
itu sendiri.
Kejaksaan Tinggi Gorontalo dan berakibat pada tidak jelasnya tugas dan
bahwa dalam penanganan kasus tindak pidana khusus terdapat dua unit kerja
134
Khusus masih tetap mengacu pada tugas dan fungsinya sesuai dengan tugas
135
umum, penyelesaian pidana khusus serta perdata dan tata usaha Negara. Tugas
dan fungsi Koordinator pada Kejaksaan Tinggi diatur oleh Jaksa Agung
4) Optimalisasi Pelayanan
korupsi.
136
tindak pidana khusus yang kecil. Optimalisasi penuntasan kasus korupsi yakni
2.398. 721.166,36.
ternyata kasus tersebut masuk dalam ranah Tindak Pidana Umum. Hal ini
137
Birokrasi sejak tahun 2008. Pada tahun 2009 Kejaksaan menyerahkan Laporan
Pada tahap laporan ini, Kemenpan dan RB telah menugaskan Tim Independen
untuk melakukan evaluasi. Pada akhir tahun 2009, Tim Independen menilai
bahwa pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kejaksaan berjalan baik. Oleh karena itu
138
dilakukan dan sederhana atau tidak terlalu kompleks sehingga mudah untuk
dengan sistem penilaian kinerja dan menggunakan berbagai variable anatara lain
insentif atau bonus yang terkait dengan evaluasi pencapaian hasil yang terukur.
analisa kesetaraan internal dan analisa daya saing eksternal. Analisa kesetaraan
internal merupakan standar yang berimbang antara bobot jabatan, tanggung jawab
1. Sekitar 1.6% total populasi berada diluar garis yang dapat disebabkan oleh :
b. Tingkat tunjangan kinerja saat ini tidak dikaitkan dengan bobot jabatan.
2. Terdapat penekanan yang sangat besar pada masa kerja yang dapat
dibayar sama dengan jabatan dengan bobot yang lebih besar atau bahkan
atasannya;
139
3. Tidak ada hubungan yang jelas antara kinerja individual dengan tunjangan
4. Tidak terdapat bukti yang jelas atas hubungan antara kinerja dan kenaikan gaji;
paling signifikan terhadap kinerja lembaga akan sangat ditentukan oleh perubahan
140
mengukur tingkat keberhasilan, namun sangat menentukan. Hal ini sejalan dengan
ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang
memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung
jawabnya. Selanjutnya, dalam Pasal 7 ayat (2) disebutkan bahwa : "Gaji yang
diterima oleh Pegawai Negeri hams mampu memacu produktivitas dan menjamin
dirumuskan melalui hasil evaluasi kinerja, besar penghasilan (gaji) yang diterima
oleh seorang pejabat atau pegawai, akan sangat ditentukan oleh bobot dan harga
dedikasi serta rasa memiliki pegawai terhadap institusinya. Dengan motivasi dan
dedikasi yang baik, maka pegawai akan bersedia untuk melakukan yang terbaik,
paling menonjol adalah disiplin kerja dan motivasi kerja. Sedangkan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi motivasi kerja antara lain adalah gaji yang diterima;
141
dan penempatan pegawai; rasa aman terhadap pekerjaan; dan perhatian terhadap
lingkungan pekerjaan.
eksternal dapat berbentuk sistem promosi, sistem penilaian prestasi kerja, imbalan
gaji, sistem pensiun dan jaminan hari tua dan berbentuk kesejahteraan lain,
dorongan yang bersifat nurani dalam diri pribadi. Ekaprasetya Pancakarsa, nilai-
dan perilaku yang produktif, manfaat dalam karya nyata. Ditinjau dari motivasi
internal bahwa manusia sebagai makhluk hidup akan bersedia memberikan yang
apabila ia diyakinkan bahwa ia akan diberi balas jasa yang setimpal dengan jasa-
menuju governance berwujud pada pergeseran pola pikir dan orientasi yang
142
pada hasil atau outcome (result oriented government) secara efisien dan efektif,
masyarakat.
untuk mengetahui kondisi objektif kinerja Kejaksaan saat ini dalam menerapkan
meliputi:
1. Aspek Kepemimpinan;
3. Aspek Organisasi;
143
dari perubahan sikap dan budaya kerja seluruh aparat kejaksaan karena betapapun
baiknya suatu sistem tidak akan mungkin berjalan tanpa komitmen kuat dan
semangat yang tinggi untuk selalu memenuhi harapan masyarakat. Peran serta
publik juga menjadi faktor penting dalam pengawasan di kejaksaan, publik harus
selalu berperan aktif memberikan masukan dan dorongan yang obyektif untuk
sebelah mata oleh masyarakat yang dinilai; lambat, birokratis, malas, dan biaya
tinggi. Namun di satu pihak ada pula yang berpandangan sebaliknya, bahwa
144
dalam tugas dan fungsinya. Hal ini terbukti dengan banyaknya laporan dan
informasi yang diterima oleh Asisten Tindak Pidana Khusus dari masyarakat
Gorontalo.
Di setiap laporan yang masuk, oleh pihak Asisten Tindak Pidana Khusus
Korupsi melayani dan memeriksa laporan masyarakat dan kemudian diolah baik
laporan dan informasi yang diterima, kemudian secara profesional diolah dan
kemudian dilakukan penyidikan terhadap kasus tindak pidana khusus tersebut. Hal
ini membuktikan bahwa pegawai pada Asisten Tindak Pidana Khusus memiliki
pola pikir dan budaya kerja yang tinggi dan tanggap terhadap semua laporan
Gorontalo.
c. Pelayanan Publik
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada
145
pusat, di daerah, dan di lingkungan BUMN atau BUMD, dalam upaya pemenuhan
perundang-undangan.
warga pengguna maupun masyarakat secara luas. Karena itu, pelayanan publik
manajemen publik baru (new public management), dan akhirnya menuju model
pelayanan publik baru (new public service) Denhardt and Denhardt (2000). Dalam
model new public service, pelayana publik berlandaskan teori demokrasi yang
mengajarkan adanya egaliter dan persamaan hak diantara warga Negara. Dalam
model ini, kepentingan publik dirumuskan sebagai hasil dialog dari berbagai nilai-
nilai yang ada di dalam masyarakat. Kepentingan publik bukan dirumuskan oleh
negosiasi dan menggali berbagi kepentingan dari warga Negara dan berbagai
berbagai kepentingan dan nilai-nilai publik. Satu hal yang harus dipahami bahwa
pengguna jasa selalu mempunyai keinginan dan harapan yang terns meningkat
146
dengan rnernberi pelayanan yang adil, cepat dan tepat, tentunya dengan rnelihat
keterbatasan dan peraturan yang berlaku, narnun apa yang telah dilakukan pasti
terdapat hubungan yang saling rnenguntungkan dan saling rnernbantu dalarn upaya
hasil yang dia rasakan dibanding dengan harapannya. Setiap pelanggan atau
147
penerima layanan harus dipenuhi oleh pihak penyelenggara pelayanan agar para
lebih baik (service excellence) tidak dapat dihindari oleh penyelenggara jasa
lebih baik harus disikapi sebagai upaya untuk memberikan kepuasan kepada
untuk dapat dicapai karena para pegawai tidak selalu memahami bagaimana cara
pelayanan yang prima yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.
BABV
148
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut:
Tinggi Gorontalo khusus pada Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus dan
rnendapatkan respon yang baik dan dari seluruh pegawai pada Asisten
telah mempengaruhi dan mengubah pola pikir, budaya kerja serta kinerja pegawai
pada Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo yang senantiasa
149
dan efisien dalam mengelola sumber daya yang ada serta ditunjang oleh
dedikasi dan etas kerja yang tinggi dari aparatur serta mampu memberikan
B. Saran
mengubah pola pikir, budaya kerja sumber daya manusia, kinerja pegawai maka
Pidana Khusus pada Kejaksaan Tinggi se-Indonesia pada khususnya dan pada
pelaksanaan Rapat Kerja Teknis dan Rapat Kerja Nasional Kejaksaan RI.
150
Case, Karl E. 2008. Musgrave's Vision on the Public Sector: the complex
relationship between individual, society and state in public good
theory. J Econ Finan 32: 348-355
Center Study for Living Standard. 1998. Productivity: Keyfor Economic Success.
Otawa: Center Study for Living Standard
151
Danandjaja, James. 1994. Folk/or Indonesia: Ilmu, Gosip, Dongeng, dan lain-lain.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Djoko Prakoso, 1988, Surat Dakwaan, Tuntutan Pidana dan Eksaminasi Perkara
di Dalam Proses Pidana, Liberty, Yogyakarta
Gibson, James L., Ivancevich, John M., and H. Donnely Jr. James H. 1992.
Organisasi dan Manajemen. Alih Bahasa Jorban Wahid. Jakarta.
Erlangga
152
-----
1990. Pengatur Hukum Acara Pidana Indonesia. Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Handler, Heinz et.al. 2005. The Size and Performance of Public Sector Activities
in Europe. Austrian Economics oflnstistute Research: Austria
153
Kontras. 2010. Duabelas Tahun KontraS, " Human Loves Human : Politik
Kewargaan : Sebuah Harapan Kemanusiaan Indonesia" oleh F. Budi
Hardiman, Jakarta : Penerbit KontraS
Kusnendi. 2007. Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Alam. Penerbit Universitas
Terbuka: Jakarta
Manan, Bagir. 2004, Hukum Positif Indonesia: Satu Kajian Teoritik, FH UII
Press, Yogyakarta.
Mangkuprawira, Sjafri & Aida Vitayala Hubeis. 2007. Manajemen Mutu Sumber
Daya Manusia, Ghalia Indonesia. Bogor.
154
Murti, Bhisma. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif di Bidang Kesehatan edisi ke-2. Yogyakarta: UGM
press.
Ours, Jan C. van dan Lenny Stoeldraijer. 2010. Age, Wage and Productivity.
Discussion Paper No.4765, February. Bonn, Germany: The Institute
for the Study of Labor (IZA)
155
Ridwan, HR. 2006. Hukum Administrasi Negara. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Romli, Lili, 2007. Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal :
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Said, Sudirman & Suhendra, Nizar. 2002. Korupsi dan masyarakat Indonesia.
Dalam Hamid Basyaib, Richard Holloway, & Nono Anwar Makarim
(Ed.). Mencuri uang rakyat: 16 kaj ian korupsi di Indonesia (Buku 1).
Jakarta: Aksara Foundation.
Santosa, Pandji. 2008. Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi Good Governance
Cetakan. Pertama, PT. Refika Aditama, Bandung.
156
Seno Adji, Indriyanto, 2001. Arah Sistem Peradilan Pidana. Kantor pengacara
dan Konsultan Hukum Prof. Oemar Seno Adji dan Rekan. Jakarta.
Sharma, Kanhaiya L. 2008. Public Sector Downsizing in the Cook Islands: Some
Experience andLesson. South Pasific Studies Vol.28, No.2
Stevens, Philip dan Martin Weale. 2003. Education and Economic Growth.
London: National Institute of Economic and Social Research
Subagio, Rahmat. 2012. Tes is, Analisis Penerapan Reformasi Birokrasi Pada
Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tanjung Priok, Universitas
Indonesia, Jakarta.
157
Tan, Mely G. 1984. Segi-Segi Sosial Budaya Kebiasaan Pangan di Indonesia, dalam:
Maluku dan Jrian Jaya, Jakarta: Buletin Leknas, Vol. III. No. I.
Timasheff, Nicholas. 1967. Social Change in The Twentieth Century, New York :
Random House Pub.
158
Utomo, Warsito dan Zaenal Abidin, 2000, Hand Out Analisis Organisasi Publik,
Program Magister Administrasi Publik, UGM Yogyakarta.
Widodo, Joko. 2011. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Kebijakan
Publik, Bayumedia, Malang
Winarno, Budi. 2004. Teori dan Proses Kebijakan Publik, Media Pressindo,
Y ogyakarta.
Yin, Robert K. Case Study Research: Design and Methods (Applied Social
Research Methods), Illionois, Sage Publication, Inc.
Zeithmal, Valarie A., Parasuraman, A., and Leonard L. Berry, 1990. Delivering
Quality Service: Balancing Customer Perception and Expectation.
Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: IIP.
PERUNDANG-UNDANGAN
159
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu
Pelayanan Aparat Pemerintah kepada masyarakat.
DOKUMEN
160
161
162
Lampiran:
DAFT AR INFORMAN
Pedoman wawancara
163