Analisis Penerapan Reformasi Birokrasi Terhahadap Kinerja Pegawai

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 178

42705.

pdf

TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER (TAPM)

ANALISIS PENERAPAN REFORMASI BIROKRASI


TERHADAPPENINGKATANKINERJAPEGAWAIPADA
KEJAKSAAN TINGGI GORONTALO
(Studi Kasus Pada Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus)

UNIVERSITAS TERBUKA

TAPM Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Magister Sains Dalam Ilmu Administrasi
Bidang Minat Administrasi Publik

Disusun Oleh :

NURIZAL NURDIN

NIM. 017094937

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TERBUKA
JAKARTA
2015

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

ABSTRACT
ANALYSIS OF THE IMPLIMENTATION OF BUREACRATIC REFORM
ON APPARATUS' PERFORMANCE AT OFFICE OF PROVINCIAL
ATTORNEY GENERAL OF GORONTALO
(A Case Study at Office of Assistant Provincial Attorney General for Special
Criminal Actions of Gorontalo)

N urizal N urdin
NIM. 017094937
nurizalnurdin@pnsmail .go. id

One of the main factors that contribute in creating a clean government and good
governance is bureaucracy. It is the urge of the public to reform the bureaucracy.
Bureaucratic reform is carried out to attain the social welfare through excellent
bureaucratic services in order to satisfy the public. Taking into account the
Presidential Regulation No. 81 Year 2010 on the Grand Design of Bureaucratic
Reforms that requires each ministry and department including the office of
Attorney General of the Republic of Indonesia to reform the bureaucracy, to
provide excellent services that prioritize public satisfaction as a positive outcome
of professional and high quality standards of bureaucratic services. This study
aimed to analyze the implementation of bureaucratic reform on the apparatus'
performance at the office of provincial attorney general of Gorontalo, factors
impeding apparatus' performance, as well as solutions to the factors impeding the
apparatus' performance. This study employed descriptive qualitative method. The
object of this study was the apparatus' performance at the office of assistant
provincial attorney general for special criminal actions of Gorontalo and executive
officials there as the source of information. The results of this study revealed that
apparatus' performance at the office of assistant provincial attorney general for
special criminal actions of Gorontalo, taking into account .several factors, namely
the rule of law, justice, professionalism, and accountability, were good enough.
The main factor contributed to its success was leadership of the provincial
attorney general of Gorontalo supported by the apparatus at the office of
provincial attorney general of Gorontalo who had high integrity, professionalism
and morality in doing the job .as a prosecutor.

Keywords: implementation, bureaucracy, performance, accountable

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

ABSTRAK

ANALISIS PENERAP AN REFORMASI BIROKRASI DALAM KINERJA


PEGA WAIAN PADA KEJAKSAAN TINGGI GORONT ALO
(Studi Kasus Pada Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus)

Nurizal Nurdin NIM. 017094937


Nurizal [email protected]

Salah satu faktor utama yang turut berperan dalam perwujudan Pemerintahan yang
bersih (Clean Government) dan Kepemerintahan yang baik (good government) adalah
birokrasi. Hal ini juga yang menjadi tuntutan masyarakat agar birokrasi mereformasi diri,
reformasi birokrasi diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui layanan
birokrasi prima yang berujung pada kepuasan layanan birokrasi bagi masyarakat. Bertolak
pada Peraturan Presiden nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
mengharuskan setiap Kementerian /Lembaga tidak terkecuali Kejaksaan Republik Indonesia
untuk melaksanakan reformasi birokrasi, Kemampuan memberikan pelayanan yang prima
dengan mengutamakan kepuasan yang dirasakan oleh publik sebagai dampak positif dari hasil
kerja birokrasi yang profesional dan memiliki standard nilai moral yang tinggi, maka
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana Implementasi
pelaksanaan reformasi birokrasi pada Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi
Gorontalo, faktor - faktor yang menyebabkan terhambatnya kinerja aparatur, dan bagaimana
upaya mengatasi faktor penghambat kinerja aparatur tersebut Penelitian ini menggunakan
methode deskriptif dengan pendekatan kwalitatif. Objek Penelitian adalah Kinerja Aparatur
pada Assisten Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalodan Pejabat
Stuktural pada Assisten Tindak Pidana Khusus sebagai Informan. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa kinerja aparatur pada Assisten Tindak Pidana Khusus yang dinilai dari
beberapa indikator yaitu kepastian hukum, keadilan, propesional dan akuntabel telah cukup
baik. Faktor yang mempengaruhi adalah kepemimpinan kepala Kejaksaan Tinggi Gorontalo
dengan didukung oleh Aparatur Kejaksaan Tinggi Gorontalo yang memiliki Integritas tinggi
dalam berkerja, menjaga sikap porfesional serta menjunjung tinggi nilai moralitas sebagai
seorang j aksa.

Kata Kunci: Implementasi, Birokrasi, kinerja, akuntable

iii

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

UNIVERSITAS TERBUKA
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK

PENGESAHAN
Nama : NURIZAL NURDIN
NIM : 0709493 7
Program Studi : Magister Administrasi Publik
Judul TAPM : Analisis Penerapan Reformasi Birokrasi Terhadap Peningkatan
Kinerja Pegawai Pada Kejaksaan Tinggi Gorontalo (Studi Kasus
Pada Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus)

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Penguji TAPM Program


Pascasarjana, Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Universitas Terbuka pada:

Hari/ Tanggal : Kamis, 5 Nopember 2015

Waktu : 09.00 - 11.00 WIB.

Dan telah dinyatakan

PANITIA PENGUJI TAPM


Ketua Komisi Penguji : Dr. Sri Listyarini, M.Ed

Penguji Ahli : Prof. Dr. Aziz Sanapiah, MP A

Pembimbing I : Dr. Sofjan Aripin, M.Si

Pembimbing II Dr. Tri Darmayanti, MA

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

LEMBAR PERSETUJUAN TAPM

Judul TAPM : Analisis Penerapan Reformasi Birokrasi Terhadap Peningkatan


Kinerja Pegawai Pada Kejaksaan Tinggi Gorontalo (Studi
Kasus Pada Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus)

Penyusun T APM : NURIZAL NURDIN


NIM : 017094937
Program Studi : Magister Administrasi Publik
Hari/Tanggal : 5 Nopember 2015

Menyetujui:

Dr. Tri Darmayanti, MA

Mengetahui,

Kepala Bidang Ilmu Program


Administrasi Publik,

'
\
\
Dr. Darmanto, M.Ed
NIP. 195910271986031003

IV

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis Nurizal Nurdin, dilahirkan pada tanggal 02

September 1965 di Jakarta Provinsi DKI Jakarta. Penulis adalah anak Kedua dari

Delapan bersaudara, dari pasangan suami I istri Drs. Nurdin dan Tji Chomsyah.

Pada tahun 2008 penulis menikah dengan Yusmayar A Nazar dikaruniai 3

orang anak, Rima Meanti Nurizal, Dita Melati Nurizal dan 1 orang Cucu Calista

Salsabila Armina.

Tahun 1977 penulis tamat Sekolah Dasar (SD) Cideng Timur 15 Pagi

Jakarta Pusat, kemudian melanjutkan studi di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Negeri LX Jakarta Pusat dan tamat pada tahun 1981, melanjutkan studi di

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 24 Jakarta dan tamat pada tahun 1984.

Tahun 1984 penulis melanjutkan studi pada Universitas Tujuh Belas

Agustus 1945 (UNTAG Jakarta) dan tamat pada tahunl 989 dengan menyandang

gelar akademik Sarjana Hukum (SH).

Tahun 1993 penulis diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada

Kejaksaan Republik Indonesia selanjutnya pada tahun 1997 penulis mengikuti

pendidikan Jaksa di Pusat Pendidikan dan Latihan Kejaksaan Republik Indoenesia

selama 6 (enam) bulan dan dilantik serta diambil sumpah sebagai Jaksa pada

bulan November 1997. Pada tahun 1998 Penulis menjadi Kepala Seksi

Penyidikan Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara, Tahun 2003 sebagai Kasi

Pidsus Kejaksaan Negeri Ngawi kemudian tahun 2007 sebagai Kasi Penyidikan

Kejaksaan Tinggi Jawa Timur.

Saat menduduki jabatan Eselon III sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Tuai

dan Maluku Tenggara tahun 2009 penulis merasa perlu untuk memperdalam

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

ilmu Managerial , sehingga pada tahun 2011 penulis melanjutkan studi di Program

Pascasarjana Universitas Terbuka pada Program Studi Management Administrasi

Publik, selanjutnya penulis dinyatakan lulus sebagai Magister Administrasi

Publik pada tahun 2015 pada saat penulis menjabat sebagai Assisten Intelijen

Kejaksaan Tinggi Gorontalo.

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha

Kuasa atas kasih, kemurahan, kebaikan serta tuntutan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan tesis ini.

Tesis yang berjudul "ANALISIS PENERAP AN REFORMASI BIROKRASI

TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI PADA KEJAKSAAN

TINGGI GORONT ALO (Studi Kasus Pada Asisten Bidang Tindak Pidana

Khusus)" dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan akademik untuk

memperoleh gelar Magister Administrasi Publik Program Pascasarjana

Universitas Terbuka. Penyusunan tesis ini membutuhkan kerja keras dan melewati

beberapa kendala, namun atas dorongan dari berbagai pihak maka penulisan tesis

ini dapat diselesaikan.

Berkenaan dengan itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih sebesar-besarnya dan penghormatan yang tinggi kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Tian Belawati selaku Rektor Universitas Terbuka.

2. Suciati, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Terbuka.

3. Supartomo, S.E, MM, selaku Kepala UPBJJ-UT Ambon.

4. Kabid MAP PPs Universitas Terbuka, Dr. Darmanto, M.Ed.

5. Dr. Drs.Sofjan Aripin, M.Si Selaku Pembimbing 1 dan Dr. Dra. Tri

Darmayanti, MA selaku Pembimbing 2 yang telah berkenan membimbing

saya selama proses pembimbingan dan selama proses penelitian ini.

6. Kepala Kejaksaan Tinggi Gorontalo, Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Gorontalo, Para Assisten Kejaksaan Tinggi Gorontalo.

7. Segenap Jaksa dan Staf pada Assisten Bidang Intelijen kejaksaan Tinggi

Gorontalo.

8. Isteri dan anak-anak Ku tersayang yang telah banyak memberikan dorongan

dan motivasi kepada saya.

9. Teman-Teman MAP satu angkatan di UPBJJ-UT Ambon dan seluruh staf

UPBJJ Ambon yang tidak dapat saya sebut satu persaatu, yang telah

membantu penulis selama berada di bangku kuliah.

Akhirnya secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada segenap keluarga, handai tolan, yang selalu memberikan

dorongan dan semangat serta doa selama penulis menempuh studi di Program

Pascasarjana Universitas Terbuka.

Akhir kata penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan

reforrnasi birokrasi dalam bidang hukum.

Gorontalo, September 2015


Penulis

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

DAFTAR ISi

Halaman Judul ................................................................................................ .

Halaman pengesahan .... ... ... ... ... ...... ... ...... ... ...... ... ...... ... ...... ... .... ..... ... ... ... ... ... .. 11

Abstrak............................................................................................................. 111

Riwayat Hidup ................................................................................................. 1v

Surat Pernyataan .. ... ... ..... .... ... ... ... ...... ... ...... ... ...... ...... ... ... ..... .... ...... ... ... ... ... ... .. v

Kata Pengantar.................................... .. ... ... ... ... ...... ... ...... ... .... ..... ... ... .... ... ... ... . v1

Daftar isi........................................................................................................... v11

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... .

B. Rumusan Masalah ..................................................................... I0

C. Tujuan Penelitian....................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian.................................................................... 11

BAB II KAJIAN KEPUST AKAAN

A. KajianTeoritik.......................................................................... 12

1. KajianTerdahulu................................................................. 12

2. Reformasi Birokrasi............................................................. 14

3. Kinerja Pegawai................................................................... 43

B. Kerangka Berpikir ..................................................................... 47

BAB III METODE PENELITIAN

A. Design Penelitian....................................................................... 55

B. Si fat Penelitian .......................................................................... 56

C. Informan Penelitian ................................................................... 57

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

D. Penentuan Data Yang Digunakan.............................................. 60

E. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 60

F. Teknik Analisis Data................................................................. 63

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data...................................... 64

H. Lokasi Penelitian ....................................................................... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Implementasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada Asisten
bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo. ... 67
1. Reformasi Birokrasi Kejaksaan Tinggi Gorontalo .............. 74
2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Reformasi Birokrasi
Kejaksaan ............................................................................ 80
3. Penyelenggaraan Pemerintahan yang baik, bersih, bebas
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)................................ 89
4. Penataan Kelembagaan........................................................ 95
5. Penataan Ketatalaksanaan .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . l0 l

a. Seksi Penyidikan ...... .............. ....... ...... ... .... ......... .... .... .. l 06
b. Seksi Penuntutan ...... ...... .... .......... .... ...... ........ .... ...... ..... l 09
c. Seksi Eksekusi Eksaminasi .. .... ........ .... .. ...... .... .. ...... ..... 110
6. Penataan Sumber Daya Manusia ......................................... 113
7. Akuntabilitas ....................................................................... 120
B. Pengaruh penerapan reformasi birokrasi terhadap peningkatan
kinerja pada Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan
Tinggi Gorontalo .. .... ............ .... .............. .... .. ... ...... .. .... ...... .. .... .. 125
1. Kinerja pegawai pada Asisten Bidang Tindak Pidana
Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo .................................. 125
a. Faktor Eksternal ............................................................ 127
1) Budaya Kerja......................................................... 127
2) Penanganan Kasus ........... ... .... ... .. ...... .... .... .. .......... 131
3) Kepeminpinan ....................................................... 132

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

4) Sumber Daya Manusia . ... ... ... ... ..... .... ....... .. .. .. ... ... . 134
b. FaktorEksternal. ........................................................... 137
1) PerbedaanGeografis .............................................. 137
2) Kesejahteraan ........................................................ 138
3) Tumpang Tindih Kewenangan .............................. 139
4) Optimal isasi Pelayanan ... ...... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... .. 141
2. Pengaruh reformasi birokrasi terhadap kinerja pegawai
Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi
Gorontalo............................................................................. 143
a. Sistim dan Struktur Remunerasi .................................. 143
b. Pola Pikir dan Budaya Kerja........................................ 147
c. Pelayanan Publik.......................................................... 150
BAB V PENUTU P

A. Kesimpulan................................................................................ 154

B. Saran.......................................................................................... 155

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 157


LAMP IRAN . ... .... ..... ... .. .... ... ... ... ...... ...... ... ... ...... ...... ... ...... ... ... ...... ... ... ... ... ... .. 163

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

TESIS

ANALISIS PENERAPAN REFORMASI BIROKRASI TERHADAP


PENINGKATAN KINERJA PEGA WAI P ADA KEJAKSAAN TINGGI
GORONTALO
(Studi Kasus Pada Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus)

Tujuan penyusunan penulisan TAPM sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar magister

Disusun oleh:

Nurizal Nurdin
NIM. 017094937

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSIT AS TERBUKA
2015

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada Asisten bidang


Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo.

Kejaksaan Tinggi Gorontalo berdiri dan dibentuk berdasarkan Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2002 tanggal 14 Maret 2002

tentang Pembentukkan Kejaksaan Tinggi Banten, Kejaksaan Tinggi Kepulauan

Bangka Belitung, dan Kejaksaan Tinggi Gorontalo. Dengan terbentuknya

Kejaksaan Tinggi Gorontalo, maka daerah hukum Kejaksaan Tinggi Gorontalo di

keluarkan dari daerah hukum Kejaksaan Tinggi Sulawesi Utara. Kejaksaan Tinggi

Gorontalo berdasarkan Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia nomor PER-

009/A/JA/0112011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik

Indonesia pasal 492 mempunyai tugas melaksanakan tugas dan wewenang serta

fungsi Kejaksaan di daerah hukum Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh

Jaksa Agung.

Selanjutnya berdasarkan pasal 493, dalam melaksanakan tugasnya

Kejaksaan Tinggi Gorontalo juga menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijaksanaan pelaksanakan dan kebijaksanaan teknis,


pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perijinan sesuai
dengan bidang tugasnya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;

65

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

b. Penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana,


pembinaan manajemen, administrasi, organisasi dan ketatalakssanaan
serta pengelolaan atas milik Negara yang menjadi tanggung jawabnya;
c. Pelaksanaan penegakan hukum baik preventif maupun represif yang
berintikan keadilan di bidang pidana;
d. Pelaksanaan pemberian bantuan di bidang intelijen yustisial, di bidang
ketertiban dan ketentraman umum, pemberian bantuan, pertimbangan,
pelayanan dan penegakan hukum di bidang perdata dan tata usaha
Negara serta tindakan hukum dan tugas lain, untuk menjamin kepastian
hukum, menegakan kewibawaan pemerintah dan penyelamatan kekayaan
Negara, berdasarkan peaturan perundang-undangan dan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;
e. Penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat
perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan
Hakim karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal-hal yang
dapat membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri;
f. Pemberian pertimbangan hukum kepada lembaga negara, instansi
pemerintah, BUMN, BUMD dalam penyusunan peraturan perundang-
undangan serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat;
g. Koordinasi, pemberian bimbingan dan petunjuk teknis serta pengawasan,
baik di dalam maupun dengan instansi terkait atas pelaksanaan tugas dan
fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;
h. Melaksanakan pengelolaan data dan statistik kriminal serta penerapan
dan pengembangan teknologi informasi di lingkungan Kejaksaan Tinggi.
Kejaksaan Tinggi Gorontalo memiliki visi dan misi yang merupakan

panduan dan memberikan pandangan dan arah ke depan sebagai dasar acuan

dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam mencapai sasaran atau target yang

telah ditetapkan. Visi dan misi Kejaksanaan Tinggi Gorontalo tetap mengacu pada

visi dan misi Kejaksaan Agung Republik Indonesia yang isinya sebagai berikut:

Visi:

Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yang bersih, efektif, efisien,

transparan, akuntabel, untuk dapat memberikan pelayanan prima dalam

mewujudkan supremasi hukum secara profesional, proporsional dan bermartabat

yang berlandaskan keadilan, kebenaran, serta nilai-nilai kepatutan.

66

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Misi:

1. Mengoptimalkan pelaksanaan fungsi Kejaksaan dalam pelaksanaan tugas dan

wewenang, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas penanganan perkara

seluruh tindak pidana, penanganan perkara perdata dan Tata Usaha Negera,

serta pengoptimalan kegiatan Intelejen Kejaksaan, secara profesional,

proporsional dan bermartabat melalui penerapan Standard Operating Procedure

(SOP) yang tepat, cermat, terarah, efektif, dan efisien;

2. Mengoptimalkan peranan bidang Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka

mendukung pelaksanaan tugas bidang-bidang lainnya, terutama terkait dengan

upaya penegakan hukum;

3. Mengoptimalkan tugas layanan publik di bidang hukum dengan penuh

tanggung jawab, taat azas, efektif dan efisien, serta penghargaan terhadap hak-

hak publik;

4. Melaksanakan pembenahan dan penataan kembali struktur organisasi

Kejaksaan, pembenahan sistem informasi manaJemen terutama

pengimplementasian program quickwins agar dapat segera diakses oleh

masyarakat, penyusunan cetak biru (blue print) pembangunan sumber daya

manusia Kejaksaan jangka menengah dan jangka panjang tahun 2025,

menerbitkan dan menata kembali manajemen administrasi keuangan,

peningkatan sarana dan prasarana, serta peningkatan kesejahteraan pegawai

melalui tunjangan kinerja atau remunerasi, agar kinerja Kejaksaan dapat

berjalan lebih efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan optimal;

67

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

5. Membentuk aparat Kejaksaan yang handal, tangguh, profesional, bermoral dan

beretika guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokok, fungsi, dan

wewenang, teritama dalam upaya penegakan hukum yang berkeadilan serta

tugas-tugas lainnya yang terkait.

Mengingat tujuan merupakan suatu penjabaran atau implementasi dari

penyataan visi dan misi, maka untuk mencapai visi dan melaksanakan misi

organisasi, perlu ditetapkan tujuan dengan perumusan sasaran dan kebijakan

program kegiatan yang akan dilaksanakan. Tujuan yang ditetapkan harus jelas dan

merupakan jawaban dari prioritas permasalahan yang teridentifikasi dari kajian

lingkungan internal dan eksternal Kejaksaan. Tujuan yang ingin dicapai oleh

Kejaksaan Tinggi Gorontalo yang tetap mengacu pada tujuan yang telah

ditetapkan oleh Kejaksaan Republik Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Terwujudnya optimalisasi fungsi Kejaksaan di segala bidang penegakkan

hukum secara efektif dan efisien;

2. Terwujudnya aparatur Kejaksaan yang kompeten dan kompetitif;

3. Mengoptimalkan tugas Kejaksaan dalam hal pelayanan publik di bidang

hukum sebagai penegak utama reformasi birokrasi di tubuh Kejaksaan

Republik Indonesia.

Dalam upaya untuk pencapman v1s1, misi, dan tujuan organisasi,

Kejaksaan Tinggi Gorontalo telah menetapkan sasaran yang telah disepakati

dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dan performance yang prima. Adapun

yang menjadi sasaran yang akan dicapai berdasarkan tujuan organisasi

68

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

sebagaimana yang tertuang dalam Laporan Kinerja Kejaksaan Tinggi Gorontalo

Tahun 2014, adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan operasional perkantoran, pemeliharaan dan perawatan


kantor, serta pelayanan birokrasi di Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan
Negeri, dan Cabang Kejaksaan Negeri;
2. Meningkatnya pengelolaan sarana dan prasarana yang mendukung
kinerja Kejaksaan, terutama dalam rangka pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi penegakan hukum;
3. Meningkatnya kualitas hasil penyelidikan, pengamanan dan
penggalangan yang komprehensif, dilengkapi dengan data berupa
bukti hukum dan fakta hukum yang falid dan optimal, serta mampu
menciptakan suasanan kondusif;
4. Meningkatnya jumlah penyelesaian penanganan perkara Pidana
Umum secara cepat, tepat, dan akuntabel;
5. Meningkatnya penyelesaian perkara Tindak Pidana Korupsi, Tindak
Pidana Khusus lainnya dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)
yang berat, secara cepat, tepat, dan akuntabel yang dilaksanakan oleh
jajaran Kejaksaan di daerah;
6. Meningkatnya pelaksanaan tugas dan wewenang dalam penanganan
perkara Perdata dan Tata Usaha Negara dengan memberikan bantuan
hukum, pertimbangan hukum lain kepada instansi pemerintah, Badan
Usaha Milik Negara, memberikan pelayanan hukum kepada
masyarakat, serta melakukan penegakan hukum sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
7. Meningkatnya kualitas pengawasan atas pelaksanaan tugas rutin dan
pembangunan semua unsur Kejaksaan berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan yang dtetapkan oleh Jaksa Agung
republik Indonesia.
Kunci utama keberhasilan organisasi adalah meningkatnya kinerja

sumber daya manusia, terutama dalam hal memberikan pelayanan yang prima di

bidang hukum kepada masyarakat, memiliki integritas yang tinggi, dan memiliki

dedikasi dan sikap profesional dalam menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu

dibutuhkan sumber daya manusia aparatur yang profesional dan proporsional di

bidang hukum, agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai aparatur yang

mampu mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, dan keadilan dan

kebenaran berdasarkan hukum.

69

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Kejaksaan Tinggi Gorontalo memiliki sumber daya manusia aparatur

yang secara keseluruhan berjumlah 241 orang, yang terdiri dari Jaksa berjumlah

90 orang dan Tata Usaha berjumlah 151 orang. Keseluruhan aparatur tersebut

tersebar pada 7 satuan kerja (Satker), yakni 1 Kejaksaan Tinggi dan 6 Kejaksaan

Negeri. Secara rinci tentang keadaan sumber daya manusia aparatur Kejaksaan

Tinggi Gorontalo tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1

Keadaan Sumber Daya Manusia Aparatur Kejaksaan Tinggi Gorontalo

Satuan Jaksa Tata Usaha Jumlah


··-·---·--"--·--·-·~·--~-~-·--~-·-····---·-
Kejaksaan Tinggi Gorontalo 35 52 78
Kejaksaan Negeri Gorontalo 11 36 37
Kejaksaan Negeri Limboto 8 21 29
Kejaksaan Negeri Suwawa 9 16 25
Kejaksaan Negeri Tilamuta 7 11 18
Kejaksaan Negeri Marisa 10 11 21
Kejaksaan Negeri Kwandang 10 14 24
Jumlah 90 151 241
Sumber: Laporan Kinerja Kejaksaan Tinggi Gorontalo Tahun 2014

Berdasarkan data tabel tersebut di atas, jumlah aparatur terbanyak berada

pada Kejaksaan Tinggi Gorontalo dengan jumlah 78 orang atau sebesar 32.37%

dari total jumlah sumber daya manusia aparatur Kejaksaan Tinggi Gorontalo.

Jumlah aparatur terbanyak kedua berada di Kejaksaan Negeri Gorontalo, yakni

berjumlah 37 orang atau sebesar 15.35%. Sedangkan yang paling sedikit jumlah

aparatumya adalah berada di Kejaksaan Negeri Tilamuta yakni berjumlah 18

orang atau sebesar 7.4 7% dari total jumlah sumber daya manusia aparatur di

daerah hukum Kejaksaan Tinggi Gorontalo.

70

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun

2010 tentang Organisasi dan Tata Kerj a Kej aksaan Republik Indonesia, yang

ditindaklanjuti dengan Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-

009/A/JA/01/2011 tanggal 24 Januari 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kejaksaan Republik Indonesia, struktur organisasi Kejaksaan Tinggi Gorontalo

terdiri dari:

a. Kepala Kejaksaan Tinggi;

b. Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi;

c. Asisten Bidang Pembinaan;

d. Asisten Bidang Intelijen;

e. Asisten Bidang Tindak Pidana Umum;

f. Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus;

g. Asisten Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara;

h. Asisten Bidang Pengawasan;

I. Koordinator; dan

J. Bagian Tata Usaha.

1. Reformasi Birokrasi Kejaksaan Tinggi Gorontalo

Terjadinya kesan negatif dan krisis kepercayaan terhadap pemerintah

(birokrasi) diakibatkan karena birokrasi selama ini tidak dapat merespon

keinginan warga masyarakat. Konsep lama birokrasi kemudian dinilai tidak lagi

mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat yang sangat pesat

sehingga birokrasi tidak lagi mampu memenuhi tuntutan masyarakat tersebut.

71

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Birokrasi lama yang didesain untuk bekerja lambat, berhati-hati, dan metodologis

sudah tidak dapat diterima oleh konsumen yang memerlukan pelayanan cepat,

efisien, tepat waktu, dan simpel (sederhana). Apalagi sekarang telah memasuki era

globalisasi yang menuntut segala sesuatunya berjalan serba cepat dan tepat. Oleh

karena itulah usaha untuk mereformasi birokrasi Indonesia harus dilakukan.

Gerakan reformasi ini menghendaki birokrasi memiliki netralitas politik,

transparan, responsibel, akuntabel, bersih dan berwibawa. Untuk mencapai tujuan

atau menciptakan birokrasi yang lebih baik, kinerja birokrasi dan penyelenggaraan

pemerintahan yang lama harus segera dapat ditinggalkan dan diganti dengan

paradigma birokrasi yang baru. Untuk menjawab permasalahan tersebut di atas,

maka pemerintah melakukan reformasi birokrasi di seluruh lembaga dan

departemen pemerintahan.

Tahun 2010 pemerintah telah mengeluarkan pedoman reformasi birokrasi

yang baru, yang disebut sebagai Grand Design Reformasi Birokrasi, yang

merupakan garis-garis besar perencanaan jangka panjang 2010-2025 (berdasarkan

Perpres Nomor 81 Tahun 2010). Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi mengeluarkan Peraturan No. 20 tahun 2010 tentang

Roadmap Reformasi Birokrasi 2010 - 2014 yang merupakan j abaran perencanaan

jangka menengah lima tahun. Untuk mendukung tercapainya tujuan dan sasaran

pelaksanaan reformasi birokrasi, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi juga mengeluarkan Peraturan No. 10 Tahun 2011 tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Manajemen Perubahan.

72

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Program reformasi birokrasi pada Kejaksaan Republik Indonesia

pencanangannya diluncurkan pada tanggal 18 September 2008 yang berpedoman

pada ketentuan/peraturan atau juklak yang dikeluarkan oleh Menteri

Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Namun 3 (tiga) tahun

sebelum dilaksanakannya pencanangan reformasi birokrasi, Kejaksaan telah

melaksanakan Program Pembaruan pada bulan Juli 2005 yang programnya sama

dengan reformasi birokrasi. Sebagai persiapan pelaksanaan reformasi birokrasi,

pada bulan Juni 2008 Jaksa Agung telah melaporkan kepada Presiden Republik

Indonesia tentang rencana launching Reformasi Birokrasi Kejaksaan Republik

Indonesia. Pada bulan Agustus 2009 Jaksa Agung membentuk Tim Pengarah

Reformasi Birokrasi Kejaksaan Republik Indonesia dengan menempatkan Wakil

Jaksa Agung sebagai Ketua Tim Pengarah.

Program pembaharuan yang merupakan program reformasi birokrasi

Kejaksaan Republik Indonesia yang diluncurkan pada tahun 2005,

implementasinya pelaksanaannya telah dilaksanakan oleh Kejaksaan Tinggi

Gorontalo. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Informan 1 (2015):

"Program reformasi birokrasi yang dicanangkan pada tahun 2008, oleh


Kejaksaan Republik Indonesia sebenarnya telah dicanangkan pada tahun
2005 dengan nama Program Pembaruan yang penyelenggaraannya sama
dengan program Grand Design Reformasi Birokrasi yang dicanangkan
oleh Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi. Program Pembaruan Kejaksaan ini menjadi acuan bagi seluruh
Kejaksaan Tinggi di seluruh Indonesia termasuk di Gorontalo. Kami
selalu penyelenggara di tingkat Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri
di Gorontalo, juga menyelenggarakan Program Pembaruan Kejaksaan
terse but".

Reformasi birokrasi Kejaksaan pada hakekatnya bukanlah hal yang baru

sama sekali. Jauh sebelum Panduan Reformasi Birokrasi dirampungkan,

73

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Kejaksaan telah mencanangkan program Pembaruan, tepatnya pada hari Bhakti

Adhyaksa 22 Juli 2005. Sebagai hasil dari Program Pembaruan pada tanggal 12

Juli 2007, telah ditandatangani 6 (enam) Peraturan Jaksa Agung Republik

Indonesia yang mencakup pembaruan di bidang rekrutment, pendidikan dan

pelatihan, standard minimum profesi Jaksa, pembinaan karir, kode perilaku Jaksa,

serta pembaruan di bidang pengawasan. Keenam Peraturan Jaksa Agung tersebut

telah menjadi panduan bagi Kejaksaan Tinggi Gorontalo dan Kejaksaan Negeri di

Gorontalo untuk menyelenggarakan penegakan hukum di Gorontalo.

Dilihat dari panduan Reformasi Birokrasi yang dikeluarkan Menteri

Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, maka keenam program

pembaruan ini merupakan modal dasar bagi Kejaksaan untuk melaksanakan

reformasi birokrasi yang pada hakekatnya merupakan reformasi yang sifatnya

lebih menyeluruh dan menyentuh seluruh aspek organisasi Kejaksaan. Walaupun

tidak secara keseluruhan dari keenam peraturan tersebut yang kewenangannya

diberikan kepada Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri. Hal ini sebagaimana

dikemukakan oleh Informan 1 (2015):

"Dari keenam Peraturan Kejaksaan Agung Republik Indonesia pada


tahun 2007, tidak semua kewenangannya diserahkan kepada Kejaksaan
Tinggi dan Kejaksaan Negeri seperti, rekruitmen, pendidikan dan
pelatihan yang masih tetap dilaksanakan di tingkat pusat. Namun untuk
yang lainnya tetap dilaksanakan di tingkat Kejaksaan Tinggi dan
Kejaksanaan Negeri. Seperti pada bidang pengawasan walaupun terdapat
kewenangan pengawasan tingkat pusat, baik Kejaksaan Tinggi maupun
Kejaksaan Negeri tetap menyelenggarakan pengawasan terutama
pengawasan terhadap kinerja pegawai Kejaksaan. Hal tersebut dapat
dipahami sebagai konsekuensi dari sistim management kepegawaian
Republik Indonesia yang bersifat univide (terpusat)".

74

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Faktor lain yang melatarbelakangi dilaksanakannya reformasi birokrasi

Kejaksaan saat ini adalah adanya reformasi birokrasi yang dikoordinasikan oleh

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dengan

prioritas pertama pelaksanaannya ada pada lembaga penegak hukum dan lembaga-

lembaga yang mengelola keuangan Negara. Setelah Mahkamah Agung,

Departemen Keuangan dan Badan Pemeriksa Keuangan, sebagai lembaga

penegak hukum yang melayani kepentingan publik maka Kejaksaan RI

merupakan prioritas selanjutnya dari reformasi birokrasi pemerintah. Hal 1m

sangat waJar mengingat kepastian hukum dan penegakan hukum merupakan

faktor utama dalam penataan kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu

melalui reformasi birokrasi inilah sistem reward dan kesejahteraan aparat

Kejaksaan telah ditingkatkan sehingga sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup

yang layak dan tuntutan lain dalam menjalankan profesi dengan integritas tinggi,

akuntabel, dan terhormat. Lebih jauh lagi melalui reformasi birokrasi Kejaksaan

telah menciptakan suatu organisasi modern yang mengutamakan pelayanan publik

dalam penegakan hukum, melalui perubahan sistem yang mencakup pembenahan

kelembagaan, dan sumber daya manusia.

75

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Tabel 4.2
Garis Besar Tahapan Reformasi Birokrasi

8
Melanjutkan
8
Meneruskan
8
Meneruskan
B
Meneruskan
hal-hal yang hal-hal yang hal-hal yang hal-hal yang

8 belum dapat
diselesaikan
pada tahun
2010, menjaga
dan memelhara
belum dapat
diselesaikan
padatahun
2011, menjaga/
memelihara apa
belum dapat
diselesaikan
padatahun
2012, menjaga/
memelihara apa
belum dapat
diselesaikan
pada tahun
2014, menjaga/
memelihara
Membangun apa yang sudah yang sudah yang sudah hal-hal yang
landasan kuat berhasil berhasil berhasil sudah
untuk dilaksanakan, dilaksanakan, di laksanakan, dilaksanakan,
menjamin melakukan melakukan melakukan dan melakukan
implementasi monitoring, monitoring, monitoring, monitoring dan
reformasi evaluasi dan evaluasi dan evaluasi dan evaluasi
birokrasi secara penyempurnaan penyempurnaan penyempurnaan menyeluruh
konsisten terhadap hasil- terhadap hasil- terhadap hasil- terhadap
hasil yang hasil yang hasil yang seluruh proses
sudah diperoleh sudah diperoleh sudah diperoleh birokrasi baik
padatahun padatahun pada tahun tingkat nasional
2010 2011 2012 maupun daerah

Sumber: Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi No. 20 Tahun 2010

Dari tabel 4.2 di atas dapat dilihat garis besar tahapan reformasi birokrasi

sampai dengan tahun 2014. Garis besar tahapan reformasi tersebut berisikan

langkah umum penataan organisasi, penataan tatalaksana, penataan manaJemen

sumberdaya manusia, penguatan sistem pengawasan, penguatan akuntabilitas dan

peningkatan kualitas pelayanan. Pelaksanaan Reformasi birokrasi bukan sekedar

membuat laporan atas delapan area perubahan berdasarkan format-format laporan

yang telah ditentukan tanpa skenario perubahan dan landasan yang sistematis dan

terarah.

76

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

2. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Reformasi Birokrasi Kejaksaan

a. Visi Reformasi Birokrasi Kejaksaan


Tercapainya aparat Kejaksaan yang profesional dan berintegritas
berlandaskan nilai-nilai luhur Satya Adhi Wicaksana demi terciptanya
kepastian hukum dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik tahun 2025.
b. Misi Reformasi Birokrasi Kejaksaan
l)Membentuk dan atau menyempurnakan peraturan perundang-undangan
sebagai landasan hukum tata kelola Kejaksaan yang baik;
2) Memodernisasi birokrasi kejaksaan dengan optimalisasi penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi;
3)Mengembangkan budaya, nilai kerja dan perilaku pegawai Kejaksaan yang
positif;
4) Mengadakan restrukturisasi organisasi (kelembagaan) Kejaksaan;
5) Mengadakan relokasi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia
termasuk perbaikan sistem remunerasi;
6) Menyederhanakan sistem kerja, prosedur dan mekanisme kerja; dan
7) Mengembangkan mekanisme pengawasan yang efektif.
c. Tujuan Reformasi Birokrasi Kejaksaan
Secara umum, reformasi birokrasi Kejaksaan ditujukan untuk
membangun dan membentuk profil dan perilaku pegawai Kejaksaan
dengan:
1) Integritas tinggi yaitu perilaku pegawai Kejaksaan yang senantiasa dalam
bekerja menjaga sikap profesional dan menjunjung tinggi nilai-nilai
moralitas (kejujuran, kesetiaan, komitmen) serta menjaga keutuhan
pribadi
2) Produktivitas tinggi dan bertanggung jawab yaitu hasil optimal yang
dicapai oleh pegawai Kejaksaan dari serangkaian program kegiatan yang
inovatif, efektif dan efisien dalam mengelola sumber daya yang ada serta
ditunjang oleh dedikasi dan etos kerja yang tinggi
3)Kemampuan memberikan pelayanan yang prima yaitu kepuasan yang
dirasakan oleh publik sebagai dampak positif dari hasil kerja birokrasi
yang profesional, berdedikasi dan memiliki standar nilai moral yang
tinggi pegawai Kejaksaan dalam menjalankan tugasnya sebagai abdi
negara dan masyarakat
Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan reformasi birokrasi Kejaksaan

adalah untuk membangun dan membentuk:

1) Birokrasi yang bersih, yaitu birokrasi Kejaksaan yang bekerja atas dasar
aturan dan nilai nilai yang dapat mencegah timbulnya berbagai tindak

77

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

penyimpangan dan perbuatan tercela (mal-administrasi) seperti korupsi,


kolusi dan nepotisme.
2) Birokrasi yang efisien, efektif dan produktif, yaitu birokrasi Kejaksaan
yang mampu memberikan dampak kerja positif kepada masyarakat dan
mampu menjalankan tugas dengan tepat, cermat, berdayaguna dan tepat
guna (hemat waktu, tenaga dan biaya).
3) Birokrasi yang transparan, yaitu birokrasi Kejaksaan yang membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar dan
tidak diskriminatif dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.
4) Birokrasi yang melayani masyarakat, yaitu birokrasi Kejaksaan yang tidak
minta dilayani masyarakat, tetapi birokrasi yang memberikan pelayanan
prima kepada publik
5) Birokrasi yang akuntabel, yaitu birokrasi Kejaksaan yang
bertanggungjawab dan dapat dipertanggungjawabkan atas setiap proses
dan kinerja atau hasil akhir dari program maupun kegiatannya
sehubungan dengan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan untuk mencapai tujuan sesuai dan berdasarkan
peraturan perundang undangan yang berlaku.

d. Sasaran Reformasi Birokrasi Kejaksaan


Secara umum, sasaran Reformasi Birokrasi Kejaksaan adalah mengubah
pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture set) serta sistem
manajemen. Sedangkan secara khusus, sasaran yang ingin dicapai
mencakup berbagai segi yaitu:
l)Kelembagaan (organisasi), dengan membentuk Organisasi Kejaksaan yang
tepat fungsi dan tepat ukuran (right size);
2) Budaya organsasi, dengan membentuk Birokrasi Kejaksaan yang
profesional dan memilki kinerja yang tinggi;
3) Ketatalaksanaan, dengan membangun sistem, proses dan prosedur kerj a
yang jelas, efektif, efisien, terukur, sesuai dengan prinsip prinsip good
governance;
4) Regulasi dan deregulasi, dengan menciptakan birokrasi Kejaksaan yang
menjalankan regulasi dan deregulasi secara lebih tertib, tidak tumpang
tindih dan kondusif; dan
5) Sumber daya manusia, dengan menciptakan SDM Kejaksaan yang
berintegritas, kompeten, profesionai, berkinerja tinggi, sejahtera dan
terhormat.
Pelaksanaan reformasi birokrasi di Kejaksaan pada dasamya tidak

berangkat dari titik nol. Gagasan, kesadaran dan komitemen untuk melakukan

reformasi telah tumbuh dan berkembang sejak lama dan kemudian memperoleh

penguatan dengan dicanangkannya Agenda Pembaruan Kej aksaan pada tahun

78

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

2005. Fakta sejarah ini memberikan dasar dan fundamen untuk mendorong

keberhasilan percepatan program reformasi birokrasi kejaksaan. Beberapa faktor

penentu yang sangat mempengaruhi keberhasilan reformasi birokrasi kejaksaan,

antara lain adalah :

1. Kemauan dan komitmen politik yang kuat mulai dari p1mpman tertinggi

Kejaksaan Rl sampai dengan level pimpinan terendah dan diikuti oleh seluruh

pegawai Kejaksaan;

2. Rasa kepemilikan terhadap program Pembaruan Kejaksaan semakin kuat;

3. Adanya persamaan persepsi, kepahaman, pandangan, dan cara berpikir setiap

msan Kejaksaan bahwa Reformasi Birokrasi hams dijalankan demi

peningkatan kualitas hidup seluruh pegawai Kejaksaan;

4. Konsistensi dan keberlanjutan pelaksanaan Reformasi Birokrasi hams

dijalankan sesuai dengan rancangan induk Reformasi Birokrasi dan Peraturan

Perundang-undangan yang ada;

5. Tersedianya dukungan dana untuk pelaksanaan seluruh program Reformasi

birokrasi dan peningkatan kesejahteraan pegawai;

6. Dukungan dan partisipasi masyarakat; dan

7. Program Percepatan (Quick Wins) yangjelas dan terarah yang terdiri dari:

a. Percepatan penanganan perkara dalam rangka memberikan pelayanan prima

kepada masyarakat dalam penegakan hukum

b. Ketersediaan akses informasi perkara kepada publik

79

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

c. Transparansi penanganan pengaduan masyarakat

8. Program Komunikasi Terpadu, yang terdiri dari:

a. Program Komunikasi Internal (pembenahan komunikasi internal antar unit)

b. Program Komunikasi Eksternal (pembenahan komunikasi dengan

stakeholders Kejaksaan)

c. Pembenahan sistem informasi publik, website Kejaksaan

Sejalan dengan reformasi yang dilakukan Kejaksaan Republik Indonesia,

Kejaksaan Tinggi Gorontalo sebagai bagian institusi yang berada di bawah

Kejaksaan Republik Indonesia juga melakukan hal yang sama. Sejak berdirinya

Kejaksanaan Tinggi Gorontalo pada tahun 2002 di era reformasi, pada tahun 2005

telah melaksanakan dan menjalankan program pembaruan berdasarkan cetak biru

pembaruan Kejaksaan Republik Inonesia. Pada tahun 2008 juga berdasarkan

penerapan reformasi birokrasi pada KejaksaanRepublik Indonesia, Kejaksaan

Tinggi Gorontalo juga turut serta menjalankan dan melaksanakan reformasi

birokrasi disegala bidang dalam upaya tercapainya aparat Kejaksaan yang

professional dan berintegritas berlandaskan nilai-nilai luhur Satya Adhi

Wicaksana demi tercapainya kepastian hukum dalam rangka mewujudkan tata

kelola pemerintahan yang baik. Reformasi yang dilakukan melalui berbagai

bentuk perubahan dalam upaya pengembangan dan peningkatan integritas dan

kompetensi aparatur Kej aksaan.

Oleh karena itu, Kejaksaan Tinggi Gorontalo selalu melaksanakan dan

mengacu pada konsep dasar reformasi birokrasi Kejaksaan melalui proses

80

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

pencapaian reformasi birokrasi Kejaksaan. Konsep dasar reformasi birokrasi

yangdijalankan oleh Kejaksaan Tinggi Gorontalo berdasarkan gambar 4.1 di

bawah ini:

KONSEP DASAR RB KEJAKSAAN

PROSES PENCAPAIAN SASARAN REfORMASI Blfl.OKRASI


Tahapan, prog1am & aktl'lit~s van!) t1arus dHalVl<an 1<em;omt11aNlemb<>11"

.--'.=====::;--'P_..:.R.:.;:;_O~AM PERCEPATAN (Ql./fCJ(. WINS')

Penilalan KimHla Poslur Kejaksean


OrganlSa.si -saat lni 2025

ORGANISASI SOM 1$UM8ER DAYA MANUSIA)


•Retlertoisl Vis•, mlSi TATALAKSANA l. Assesement loclmptensl lrn:IMdu; 2 Slstem
&.strate11i • BUSIOE1$$ penilaian kinar;a; 3. Pengadaan &. serekSI;
•Restrui<turiSOIS! prot&$$ 4. Pengembaogan & pehlllh3n; 5.Pola promOSl,
•Analisa beban ketja •SOP rotasi t.mutasi; 6. Pota karir; 1. Database pega\1¥!11

Gambar 4.1. Konsep Dasar Reformasi Birokrasi Kejaksaan

Tujuan penyelenggaraan reformasi birokrasi sebagaimana yang termuat

pada konsep dasar reformasi birokrasi Kejaksaan di atas adalah dalam rangka

untuk menciptakan birokrasi yang bersih, efisien, transparan, dan akuntabel dalam

upaya pemberian pelayanan yang maksimal dan prima kepada masyarakat. Hal ini

sebagaimana dikemukakan oleh Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Gorontalo,

sebagai Informan 2 (2015):

"Seluruh jajaran aparat Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri di


Gorontalo bertugas dan berkewajiban untuk menyelenggarakan birokrasi
di Kejaksaan secara baik dan bersih. Aparat Kejaksaan menjadi contoh
bagi penegak hukum lainnya dengan meningkatkan kinerjanya dalam
penegakan hukum di Gorontalo, dan juga dapat memberikan contoh
teladan yang baik kepada masyarakat, baik dalam pelayanan maupun
terhadap penindakan hukum secara adil dan transparan. Kami, pimpinan

81

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Kejaksaan Tinggi Gorontalo selalu melakukan pengawasan terhadap


kinerja aparat Kejaksaan agar mereka dapat menjalankan tugasnya
dengan baik guna terciptanya birokrasi yang bersih, efisien, transparan,
dan akuntabel dalam upaya memberikan pelayanan terbaik dan prima
kepada masyarakat di Gorontalo".

Terselenggaranya penyelenggaraan birokrasi yang baik, bersih, efisien,

transparan, dan akuntabel hams didukung oleh aparat Kejaksaan yang memiliki

integritas tinggi yaitu perilaku pegawai Kejaksaan yang senantiasa dalam bekerja

menjaga sikap profesional dan menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas (kejujuran,

kesetiaan, komitmen) serta menjaga keutuhan pribadinya sebagai seorang Jaksa.

Selain itu, aparatur Kejaksaan juga hams memiliki produktivitas yang tinggi dan

bertanggung jawab dalam rangka untuk mencapai hasil yang optimal dalam

penyelenggaraan dan penegakan hukum dengan melaksanakan serangkaian

program kegiatan yang inovatif, efektif dan efisien dalam mengelola sumber daya

yang ada serta ditunjang oleh dedikasi dan etos kerja yang tinggi dari aparatur.

Kemampuan memberikan pelayanan yang prima dengan mengutamakan

kepuasan yang dirasakan oleh publik sebagai dampak positif dari hasil kerja

birokrasi yang profesional, berdedikasi dan memiliki standar nilai moral yang

tinggi. Aparatur Kejaksaan dalam menjalankan tugasnya sebagai abdi negara dan

masyarakat hams berpedoman dari konsep dasar reformasi birokrasi yang telah

dicanangkan dan dibuat oleh Kejaksaan Republik Indonesia.

82

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

ARAH & KEBIJAKAN


REFORMASI BIROKRASI KEJAKSAAN (I)
Sepllember 2008
LAUNCHING RB KEJAKSAAN Oktobtf 200$. OktObet 2009

I
PROGRAM PERCEPAT AN (QUICK WllVS)

kt 2008 -April 2000 1. PERCEPATANPENANGANAN PERKARA


Pl\OflL llEJAKSAAN 2. PEMBENAHANWEBSITE KEJAKSAAN
?925 Cl lllfo Petkilta (350 pefkatll))
Cl PefllN'lmaan lapdu secara on-lino
3. PENERAPAN SISTEM ONUNE PENANGANAN
De sember 2008 -Apr 2009 PERK ARA
A. ANALISAJABATAN o Pilol. llfOjll(:t 4 saucer (2 Kej;idi dart
B. EVALUASI JABATAN 2KejMl)i
C. SISTEM REMUNERASI 4. PENERAPAN SISTEM ON-LINE LAPDU MAYARAKAT

Gambar 4.2
Arah dan Kebijakan Reformasi Birokrasi Kejaksaan Tahap 1

ARAH & KEBIJAKAN


REFORMASI BIROKRASI KEJAKSAAN (TAHAP II)

Mel - Sept 2009


LANJUTAN PROGRAM PERCEPATAN
ANAUSIS BEBAN KERJA
......... (QUICK WINS)
'L

2.
'MPl.EMENTA9f PERCEPATAU
PlfAAttGAHl\ll PlfRl\AFIA DI 10 K!NATI
WE9$tTE KEJM$AAll;
Junl-SeptO& ll'·!>Alfl PAlA, !fNll>V INfO
3. PERAAAA PSHTINO, l!!fLOLA 1.JIPOU O»LIHE
RESTRUKTURlsAsl ORGANtSASI PEHElt""'All $!HEM 0111.INE PENANGANAN
• Rilllcangan Perpres 4,
Q
o~
l'Uot P....... podo 10 KEJATI
...
lNE t.APDV; Ket.Ol,.A; LAJl(lt.,J Qtft.mE
• Rane:angan Perja
MON:lftlR:JNG OAN £VAlUAS-I 01\.,iAKO.KAff Ol.EH
TIM MIOOUEMEN PERUllAHAN

Okt 09 •Mei 2010


MANAJEMEN SOM
- Pola promosl & mutMI
-POIOkMI<
- Oiklat

IMPLEMENTASI SEMUA ASPEK RB


Percontohan di 4 Kejati
Percontohan di 10 Kejati

Gambar 4.3
Arah dan Kebijakan Reformasi Birokrasi Kejaksaan Tahap 2

83

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

3. Penyelenggaraan Pernerintahan yang baik, bersih, bebas korupsi, kolusi,


dan nepotisrne (KKN)

Negara merupakan organisasi tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan

bermasyarakat dalam suatu wilayah. Guna menjalankan dan merealisasikan tujuan

organisasi yang dinamakan negara, maka perlu dibentuk suatu susunan

pemerintahan dan memiliki tugas untuk mensejahterakan rakyatnya. Mahmud MD

(2010: 1-2), menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan terse but, perlu disepakati

dasar-dasar organisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi pilar

dari konstitusi sebagaimana dinyatakan oleh William G. Andrew, bahwa terdapat

tiga elemen penting dalam menjalankan konstitusi, yakni (1) tentang tujuan dan

nilai bersama dalam kehidupan berbangsa, (2) tentang aturan dasar sebagai

landasan penyelenggaraan pemerintahan, dan (3) tentang institusi dan prosedur

penyelenggaraan negara.

Salah satu faktor dan faktor utama yang turut berperan dalam perwujudan

pemerintahan yang bersih (clean government) dan kepemerintahan yang baik

(good government) adalah birokrasi. Dalam posisi dan perannya yang demikian

penting dalam pengelolaan kebi jakan dan pelayanan publik, birokrasi sangat

menentukan efesiensi dan kualitas pelayanan kepada masyarakat, serta efisiensi

dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Birokrasi memegang peranan penting dalam perumusan, pelaksanaan,

dan pengawasan berbagai kebijakan publik, serta dalam evaluasi kinerjanya.

Dalam posisi yang stratejik seperti itu, adalah logis apabila pada setiap

perkembangan politik, selalu terdapat kemungkinan dan upaya menarik birokrasi

84

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

pada partai tertentu; birokrasi dimanfaatkan untuk mencapai, mempertahankan,

atau pun memperkuat kekuasaan oleh partai tertentu atau pihak penguasa. Kalau

perilaku birokrasi berkembang dalam pengaruh politik seperti itu dan menjadi

tidak netral, maka birokrasi yang seharusnya mengemban misi menegakkan

kualitas, efisiensi, dan efektivitas pelayanan secara netral dan optimal kepada

masyarakat, besar kemungkinan akan berorientasi pada kepentingan partai

sehingga terjadi pergeseran keberpihakan dari kepentingan publik kepada

pengabdian pada pihak penguasa atau partai-partai yang berkuasa. Dalam kondisi

seperti itu, korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) akan tumbuh dan birokrasi akan

kehilangan jati dirinya, dari pengemban misi perjuangan negara bangsa, menjadi

partisan kelompok dengan kepentingan yang sempit.

Tindak pidana korupsi diyakini merupakan ancaman senus yang

akibatnya dapat menyerang sendi-sendi perekonomian nasional dan melemahkan

nilai-nilai keadilan bangsa. Korupsi di Indonesia sudah menjadi fenomena yang

sangat mencemaskan, karena telah semakin meluas dan merambah pada lembaga

eksekutif, legislatif dan yudikatif. Kondisi tersebut telah menjadi salah satu faktor

penghambat utama pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Ketidakberhasilan

pemerintah memberantas korupsi juga semakin melemahkan citra pemerintah

dimata masyarakat dalam pelaksanaan pemerintahan yang tercermin dalam bentuk

ketidakpercayaan masyarakat, ketidakpatuhan masyarakat terhadap hukum, dan

bertambahnya jumlah angka kemiskinan. Apabila tidak ada perbaikan yang

berarti, maka kondisi tersebut akan sangat membahayakan kesatuan dan persatuan

bangsa.

85

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Pemberantasan tindak pidana korupsi telah menjadi agenda prioritas

seluruh aktivitas penegakan hukum yang memang telah menjadi agenda

pemerintahan semenjak era reformasi dan apabila memperhatikan besaran

kerugian yang telah ditimbulkan oleh adanya korupsi telah menjadi salah satu

sebab kemiskinan di Indonesia. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Informan

1 (2015) yang menyatakan:

"Pemberantasan tindak pidana korupsi telah menjadi agenda utama kami.


Untuk memaksimalkan pemberantasan korupsi dan berdasarkan program
optimalisasi penanganan perkara tindak pidana korupsi oleh Kejaksaan
Tinggi Gorontalo, kami selalu berupaya untuk melakukan penyelidikan
dan penyidikan terhadap kasus-kasus korupsi yang terjadi di Gorontalo.
Dengan keseriusan kami terhadap penanganan kasus korupsi ini, kami
berharap agar birokrasi pemerintahan di Provinsi Gorontalo dapat
berjalan dengan baik dan dapat memberikan pelayanan yang optimal
kepada masyarakat Gorontalo. Terdapat beberapa kasus korupsi besar
yang telah dapat kami tangani dengan baik dengan tanpa memilah-milah
penanganan kasus korupsi terse but".

Kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat daerah maupun

oleh jajarannya akan berakibat pada tidak jalannya sistem yang berlaku dalam

birokrasi di daerah. Disisi lain, akibat yang ditimbulkan oleh adanya korupsi

adalah akan makin tidak percayanya masyarakat terhadap para aparatur birokrasi

di daerah termasuk aparatur Kejaksaan Tinggi Gorontalo. Oleh sebab itu,

pengentasan kemiskinan akan sia-sia apabila korupsi tidak diberantas, karena

uang negara yang diselewengkan hanya akan dimanfaatkan oleh segelintir

masyarakat yang disebut koruptor.

Tindak pidana korupsi telah terjadi secara meluas, dan dianggap pula

telah menjadi suatu penyakit yang sangat parah yang tidak hanya merugikan

keuangan negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak

86

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

sosial dan ekonomi masyarakat, menggerogoti demokrasi, merusak aturan hukum,

dan memundurkan pembangunan, serta memudarkan masa depan bangsa. Korupsi

tidah hanya mengandung pengertian penyalahgunaan kekuasaan ataupun

kewenangan yang mengakibatkan kerugian keuangan dan asset negara, tetapi juga

setiap kebijakan dan tindakan yang menimbulkan depresiasi nilai publik, baik

tidak sengaja, atau pun terpaksa.

Menjadi tugas para Jaksa untuk menindak tegas para pejabat birokrasi

yang melakukan tindak pidana korupsi agar roda birokrasi pemerintahan dapat

berjalan dengan baik. Pemerintahan yang baik dan bersih, bebas dari korupsi akan

dapat memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat demi terwujudnya

masyarakat yang sejahtera. Kejaksaan Tinggi Gorontalo dalam rangka

menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih, telah melakukan upaya melalui

program quick wins Kejaksaan sebagai upaya membangun dan menjalankan

reformasi birokrasi secara baik dan akuntabel. Program yang telah dijalankan oleh

Kejaksaan Tinggi Gorontalo tersebut adalah, percepatan penanganan perkara

korupsi, penerapan sistem secara online penanganan perkara korupsi, penerapan

sistem secara online pengaduan masyarakat tentang tindak pidana korupsi.

Tujuan diselenggarakannya program quick wins oleh Kejaksaan adalah

dalam upayanya untuk membangun kepercayaan masyarakat, menciptakan

perubahan pola piker, budaya, kinerja, dan perilaku aparatur Kejaksaan,

meningkatkan kinerja penangan perkara korupsi, dan mempercepat penanganan

perkara korupsi atas dasar pengaduan masyarakat. Oleh sebab itu dengan

peningkatan kinerja para aparatur Kejaksaan, Kejaksaan Tinggi Gorontalo telah

87

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan

banyaknya pengaduan masyarakat yang telah dilayani oleh Kejaksaan dan kasus

hasil pengaduan masyarakat tersebut prosesnya telah dilimpahkan ke pengadilan.

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Informan 2 (2015):

"Banyak kasus tindak pidana korupsi yang dilaporkan oleh masyarakat,


baik secara langsung ke kantor Kejaksaan Tinggi maupun secara online
yang telah kita tangani. Keseluruhan laporan masyarakat tersebut, oleh
kami terlebih dahulu dilakukan penyelidikan atas laporan tersebut.
Apabila terdapat bukti atas laporan tersebut kemudian kami melakukan
penyidikan dan setelah berkasnya lengkap, kita limpahkan ke pengadilan
untuk diproses lebih lanjut. Kami sangat terbantu dengan adanya laporan
masyarakat tersebut sehingga kami dapat melakukan tindakan atas
laporan tersebut. Partisipasi masyarakat Gorontalo cukup tinggi dalam
melaporkan kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh oknum
pemerintah daerah".

Banyaknya laporan masyarakat atas kasus tindak pidana korupsi

membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat atas kinerja Kejaksaan Tinggi dan

Kejaksaan Negeri di Gorontalo cukup baik. Pihak Kejaksaan dengan adanya

laporan masyarakat tersebut telah mengoptimalkan upaya penyidikan dan

penuntutan tindak pidana korupsi dengan menghukum pelaku dan menyelamatkan

uang negara. Namun dari semua laporan masyarakat tersebut, hanya kasus tindak

pidana korupsi besar yang menjadi target penanganan oleh pihak Kejaksaan

Tinggi dan Kejaksaan Negeri di Gorontalo. Hal ini sebagaimana dikemukakan

oleh Informan 2 (2015):

"Kami pihak Kejaksaan menangani kasus tindak pidana korupsi hanya


pada kasus dengan kategori besar saja. Hal ini telah menjadi tugas utama
kami karena dengan adanya program optimalisasi kasus tindak pidana
korupsi, maka kami hanya melihat dari sisi kualitas kasus tindak pidana
korupsi tersebut. Hal ini sejalan dengan instruksi yang diberikan oleh
Jaksa Agung, bahwa yang diutamakan dalam penanganan kasus adalah

88

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

kasus yang berkualitas yang menyebabkan kerugian negara dalam jumlah


besar. Kami bukannya memilah-milah penanganan kasus tindak pidana
korupsi, akan tetapi lebih didasarkan oleh besaran kerugian negara".

Pada tahun 2014, Kejaksaan Tinggi Gorontalo dan Kejaksaan Negeri di

Gorontalo telah berhasil menangani beberapa kasus tindak pidana korupsi yang

berakibat pada kerugian negara. Hampir semua kasus yang ditangani tersebut

berasal dari laporan masyarakat dan pihak Kejaksaan telah melakukan tindakan

atas kasus tindak pidana korupsi tersebut, diantaranya ha! yang telah dilakukan

oleh pihak Kejaksaan adalah sebagai berikut:

1. Penyelidikan 7 perkara;

2. Penyidikan 5 perkara;

3. Penuntutan 13 perkara dengan rincian; 8 perkara oleh penyidik Kejaksaan dan

5 perkara oleh penyidik Kepolisian.

Keseluruhan perkara kasus tindak pidana korupsi tersebut adalah tindak

pidan korupsi dengan kategori besar. Upaya ini dilakukan oleh pihak Kejaksaan

adalah dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih, bebas dari

korupsi, kolusi dan nepotisme, agar roda birokrasi pemerintahan dapat berjalan

dengan baik. Pemerintahan yang baik dan bersih, akan dapat memberikan

pelayanan yang prima kepada masyarakat sehingga akan terwujud pemerintahan

yang dicintai oleh masyarakat. Peran Kejaksaan dalam upaya untuk menciptakan

birokrasi pemerintahan yang baik adalah merupakan bagian dari pelaksanaan

reformasi birokrasi Kejaksaan, khususnya Kejaksaan Tinggi Gorontalo.

89

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

4. Penataan Kelembagaan

Terdapat empat indikator dalam penataan kelembagaan Kejaksaan Tinggi

Gorontalo, khususnya pada Asisten Tindak Pidana Khusus. Keempat indikator

tersebut adalah tingkat keberhasilan Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus

mencapai sasaran, kemampuan Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus untuk

melaksanakan tugas dan fungsinya, pelaksanaan kinerja oleh aparatur pada unit-

unit yang ada pada Asisten Tindak Pidana Khusus, dan pembagian dan

pelaksanaan tugas oleh unit-unit pada Asisten Tindak Pidana Khusus.

Penataan kelembagaan diartikan sebagai penataan penyelenggaraan

Pemerintahan Negara dalam mewujudkan Good Governance (kepemerintahan

yang baik). Perubahan atau penataan kelembagaan, ikenal dengan reinvention,

yaitu transformasi dasar sistem pemerintahan dan organisasi pemerintahan untuk

meningkatkan efektifitas, efisiensi, kemampuan beradaptasi, dan berinovasi

(Sedarmayanti, 2009: 323). Reformasi penyelenggaraan pemerintahan Negara

diharapkan dapat mengarah kepada tiga dimensi restrukturisasi, revitalisasi, dan

refungsionalisasi. Reformasi kelembagaan penyelenggaraan pemerintahan

dilakukan untuk membentuk organisasi pemerintahan yang benar-benar dapat

memenuhi ketentuan kebutuhan masyarakat diantaranya pelayanan lebih cepat,

lebih murah dan lebih berkualitas.

Efisiensi organisasi, merupakan konsep yang lebih terbatas, menyangkut

proses internal yang terjadi dalam organisasi. Efisiensi menunjukkan banyaknya

masukan atau sumber yang diperlukan organisasi untuk menghasilkan keluaran.

Efisiensi dapat diukur sebagai rasio keluaran terhadap masukan. Organisasi yang

90

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

mampu menghasilkan satuan keluaran dengan menggunakan sumber yang

jumlahnya lebih sedikit dari yang digunakan organisasi lain, disebut organisasi

efisien.

Dalam upaya melakukan penataan kelembagaan diperlukan suatu

pengembangan organisasi yakni memperbaiki efektivitas orgamsas1 untuk

berfungsi dan menjawab perubahan. Kejaksaan Tinggi Gorontalo, khususnya

Asisten Tindak Pidana Khusus dalam fungsinya untuk menata kelembagaan dan

menjalankan tugasnya telah melakukan beberapa kegiatan guna mewujudkan

penyelenggaraan birokrasi yang baik, antara lain:

1. Penghimpunan laporan dari kejaksaan negeri , pengadministrasian, penelitian

dan pengolahan serta penyiapan laporan kepada pimpinan sesuai dengan

bidang tugasnya Perumusan kebijaksanaan teknis dan adminstratif untuk

kepentingan pemberian bimbingan, pengendalian supervisi kepada eselon

bawahan dalam menyelenggarakan operasi yustisi terhadap perkara tindak

pidana khusus serta penyusunan statistic kriminal dan analisis kriminalitas;

2. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penyidikan penuntutan dan eksekusi

terhadap tindak pidana khusus pengadminstrasian dan pendokumentasian serta

penyusunan statistic kriminil dan analisis kriminalitas yang bertalian dengan

tindak pidana khusus;

3. Penyiapan konsepsi bahan pertimbangan rencana pendapat dan saran untuk

kepentingan penyusunan kebijaksanaan pimpinan mengenai pelaksanaan tugas

Kejasaan dalam melaksanakan operasi yustisi terhadap tindak pidana khusus;

91

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

4. Pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijaksanaan dan

pengarahan yang digariskan oleh Jaksa Agung atau Kepala Kejaksaan Tinggi

yang bersangkutan.

Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokkan tugas,

pengelompokkan fungsi, pengukuran bobot kerja, penetapan wewenang dan

tanggung j awab, penempatan orang, penetapan alat, penetapan hubungan

sedemikian rupa sehingga terbentuk organisasi sebagai kesatuan mekanistik dan

siap digerakkan untuk mencapai tujuan organisasi. Penataan kelembagaan yang

terjadi di Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo berjalan

sesuai dengan perencanaan yang tidak lepas dari semangat reformasi birokrasi

yang tengah digalakkan oleh pemerintah.

Hal yang penting dalam penataan kelembagaan di Asisten Tindak Pidana

Khusus adalah bagaimana partisipasi segenap unsur Jaksa dan pegawai dalam

upaya penataan kelembagaan itu sendiri. Dalam konteks ini maka kondisi

birokrasi Asisten Tindak Pidana Khusus dinyatakan oleh beberapa pegawai yang

diwawancarai oleh peneliti adalah bahwa penataan kelembagaan telah berjalan

sesuai dengan harapan. Hal ini terlihat setidaknya berdasarkan penilaian sebagian

besar Jaksa dan pegawai yang sepakat dengan pernyataan tersebut, bahwa masing-

masing seksi pada Asisten Tindak Pidana Khusus melaksanakan pekerjaannya

sesuai dengan fungsinya, serta saling terjalin koordinasi diantara mereka. Kondisi

ini tentu sangat baik dalam upaya penataan kelembagaan, walaupun masih perlu

perbaikan di berbagai aspek kelembagaan.

92

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Tingkat efektivitas dan efisiensi organisasi tidak terlepas dari dukungan

Jaksa dan pegawai yang memenuhi kualifikasi tugas pokok dan fungsi dari

masing-masing seksi yang ada di Asisten Tindak Pidana Khusus. Terkait hal itu

maka diperlukan jumlah pegawai yang memenuhi kualifikasi kepegawaian

tertentu sehingga mampu menjalankan tugas pokok dan fungsi organisasi dengan

baik. Jumlah pegawai di masing-masing seksi pada Asisten Tindak Pidana Khusus

yang memenuhi kualifikasi dan telah seimbang sehingga dapat secara optimal

menjalakan tugas dan fungsinya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Asisten

Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo, sebagai Informan 3 (2015):

"Masing-masing seksi pada Asisten Tindak Pidana Khusus telah


menjalankan tugas dan fungsinya secara baik. Kerjasama diantara seksi
juga telah terbangun dengan baik. Jalinan kerjasama ini terjadi karena
antara satu seksi dengan seksi lainnya saling berkesinambungan tugas
dan fungsinya sehingga satu kasus tindak pidana korupsi selalu
dikerjakanan secara bersama-sama sesuai dengan tahapan penanganan
kasus korupsi tersebut. Keadaan jumlah Jaksa dan pegawai pada masing-
masing seksi telah memenuhi kualifikasi dan seimbang sehingga dapat
bekerja dengan baik dalam menjalankan tugas dan fungsinya".

Berdasarkan hasil monitoring evaluasi dan quality assurance pelaksanaan

reformasi birokrasi pada Asisten Tindak Pidana Khusus yang dilakukan oleh Tim

Monitoring dan Evaluasi Internal Kejaksaan, menunjukkan bahwa tingkat kinerja

dan penataan kelembagaan cukup baik dan bahkan pada tahun 2014, target

capaian penanganan kasus tindak khusus memperoleh capaian yang sangat

memuaskan, yakni penanganan kasus telah melampaui target yang telah

ditetapkan sebelumnya (Laporan Kinerja Kejaksaan Tinggi Gorontalo, 2014). Ini

menunjukkan bahwa penataan kelembagaan telah menunjukkan arah yang tepat

untuk menunjang reformasi birokrasi.

93

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Penataan kelembagaan pada Asisten Tindak Pidana Khusus dapat juga

diartikan sebagai penataan penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam

mewujudkan Good Governance (kepemerintahan yang baik) di suatu unit kerja

birokrasi. Untuk itu, proses penataan kelembagaan pada Asisten Tindak Pidana

Khusus bukan hanya berhenti pada pelaksanaan tugas dan fungsi, namun

hendaknya berlanjut pada upaya untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan

berbagai kebijakan dan kegiatan kelembagaan; meningkatkan efisiensi

penggunaan berbagai sumber daya kelembagaan terutama sumber daya anggaran;

meningkatkan kemampuan beradaptasi lembaga dalam menyikapi perubahan

lingkungan, dan berinovasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan prima

kepada masyarakat melalui kegiatan sosialisasi tentang pentingnya peranan

Asisten Tindak Pidana Khusus dalam rangka memberantas korupsi, kolusi, dan

nepotisme baik yang terjadi di lingkungan Kejaksaan maupun yang terjadi di

lembaga-lembaga pemerintah.

Sasaran penataan kelembagaan didefinisikan sebagai keadaan atau

kondisi yang ingin dicapai oleh Kejaksaan Tinggi Gorontalo, khususnya Asisten

Tindak Pidana Khusus. Efektivitas organisasi sebagai tingkat keberhasilan

organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran. Efektivitas

merupakan konsep penting dalam organisasi, karena mampu memberi gambaran

keberhasilan organisasi mencapai sasaran. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh

Informan 3 (2015):

"Keberhasilan penanganan kasus tindak pidana khusus pada bidang kami


karena seluruh komponen turut terlibat secara langsung serta
berkesinambungan antara satu seksi dengan seksi lainnya dalam

94

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

penanganan kasus tindak pidana khusus. Pada Asisten Tindak Pidana


Khusus terdapat tiga seksi yang bertugas berdasarkan fungsi masing-
masing, akan tetapi antara satu dengan lainnya saling terhubung dalam
penanganan kasus. Dalam sebuah kasus tindak pidana khusus, maka yang
pertama-tama melaksanakannya adalah seksi penyidikan, kemudian
ditindak lanjuti oleh seksi penuntutan, dan selanjutnya akan dilanjutkan
oleh seksi upaya hukum eksekusi dan eksaminasi. Ketiga seksi tersebut
dapat pula secara bersama-sama melaksanakan tugas dan fungsinya".

Pengukuran efektivitas organisasi dapat dilakukan sebagai berikut : a)

kemampuan organisasi memanfaatkan lingkungan untuk memperoleh berbagai

jenis sumber dan bernilai tinggi; b) kemampuan pengambil keputusan dalam

orgamsas1 untuk menginterpretasikan sifat lingkungan secara tepat; c)

kemampuan organisasi menghasilkan keluaran tertentu berdasarkan sumber yang

diperoleh; dan d) kemampuan organisasi dalam memelihara kegiatan operasional

sehari-hari guna kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan aparatur Kejaksaan diperoleh suatu

konsep pemahaman bahwa efektivitas merupakan proses pencapaian tujuan dan

sasaran berdasarkan tugas dan fungsi Asisten Tindak Pidana Khusus. Dalam

konteks inilah penataan kelembagaan Asisten Tindak Pidana Khusus hendaknya

dapat diformulasikan dan diimplementasikan untuk mendukung tercapainya

tujuan dan sasaran reformasi birokrasi di lingkungan Kejaksaan Tinggi Gorontalo.

Walaupun masih dijumpai kekurangan pada Asisten Tindak Pidana Khusus

namun upaya penerapan reformasi birokrasi tetap terns berlanjut dan dilaksanakan

secara konsisten dan konsekuen untuk memberikan harapan akan pencapaian

tujuan dan sasaran reformasi birokrasi di lingkungan Kejaksaan Tinggi Gorontalo.

95

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

5. Penataan Ketatalaksanaan

Pendayagunaan ketatalaksanaan pada Asisten Tindak Pidana Khusus

adalah dengan mewujudkan tata laksana yang efektif, efisien, dan transparan serta

dalam rangka memberi pelayanan yang baik dan prima kepada masyarakat.

Kebijakan ketatalaksanaan diarahkan pada pengelolaan sistem manajeman dengan

konsep manajemen modem agar cepat, akurat, singkat, dan pemanfaatan teknologi

modern di lingkungan Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi

Gorontalo. Manajemen modem adalah manajemen dengan bertumpu pada

beberapa landasan pemikiran seperti: konsep sistem, analisis keputusan,

pentingnya faktor manusia, serta tanggung jawab sosial oleh Kejaksaan Tinggi

Gorontalo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketatalaksanaan pada Asisten

Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo telah dilaksanakan dengan

baik sesuai dengan tugas dan fungsinya. Berdasarkan data dan hasil observasi

bahwa seluruh seksi melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai standar yang telah

ditetapkan. Pelayanan terhadap masyarakat merupakan faktor kunci dan utama

dalam pelaksanaan tugas Asisten Tindak Pidana Khusus. Seluruh laporan

informasi dari masyarakat pengadministrasiannya dekelola secara modem. Selain

beroleh laporan dan informasi secara langsung oleh masyarakat ke Kejaksaan

Tinggi Gorontalo, juga terdapat laporan dan informasi yang diperoleh secara

online dari masyarakat. Seluruh laporan dan informasi dikelolan dengan

mengedepankan managemenpengelolaan modem sesuai dengan tahapan-tahapan

pengolahan informasi di Kejaksaan Tinggi Gorontalo

96

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Asisten Tindak Pidana Khusus selalu memprioritaskan laporan dan

informasi dari masyarakat untuk selanjutnya diolah dan diproses sesuai dengan

prosedur baku yang berlaku. Seluruh laporan dan informasi dikelola secara cepat

sebagai upaya Kejaksaan Tinggi Gorontalo untuk memberikan pelayanan yang

baik dan prima kepada masyarakat. Pemberian layanan ini didukung oleh

manajemen modern dan pemanfaatan teknologi modern. Terdapat satu hal yang

membuat penataan ketatalaksanaan relatif mudah karena adanya bagian yang

menanganinya secara modern dan profesional. Pegawai yang ditempatkan pada

bagian ini adalah pegawai yang memiliki keahlian khusus di bidang pengolahan

informasi, dan kemudian diteruskan pada bagian yang mengolah dan menganalisis

informasi yang diperoleh dari masyarakat tersebut. Hal ini sebagaimana

dikemukakan oleh Informan 4 (2015):

"Pada Asisten Tindak Pidana Khusus terdapat bagian yang mengolah dan
mengadministrasi laporan dan informasi tentang tindak pidana khusus
dari masyarakat. Pegawai yang ditempatkan pada bagian ini adalah
pegawai yang memiliki keahlian dibidang teknik informasi dan
komunikasi. Mereka mengolah laporan dan informasi dari masyarakat
baik laporan secara langsung maupun laporan secara online. Kemudian
laporan dan informasi tersebut diteruskan ke bagian penyidikan untuk
ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur yang berlaku pada Kejaksaan
Tinggi Gorontalo".

Berdasarkan hasil monitoring evaluasi dan quality assurance pelaksanaan

reformasi birokrasi menunjukkan bahwa pelaksanaan ketatalaksanaan telah

terlaksana dengan baik dan profesional dengan menggunakan pengelolaan dan

manajemen modern sesuai dengan pembidangan yang ada pada Asisten Tindak

Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo. Ini menunjukkan bahwa penataan

ketatalaksanaa sudah sesuai dan tepat. Keluhan yang ditemukan oleh peneliti

97

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

terjadi ketika pelayanan bersentuhan atau melibatkan instansi lain. Penataan

ketatalaksanaan di Asisten Tindak Pidana Khusus dapat juga diartikan sebagai

penataan cara mengurus (menjalankan, melaksanakan) aktivitas usaha

(perusahaan). Sasaran yang hendak dicapai dari pendayagunaan ketatalaksanaan

adalah menyederhanakan dan menertibkan sistem tatakelola, prosedur dan

mekanisme kerja aparatur Kejaksaan. Dengan demikian penataan ketatalaksanaan

mengacu juga pada pemahaman tata kelola administrasi dan manajemen birokrasi.

Menurut Atmosudirdjo (1990 : 28), administrasi sebenamya mempunyai

banyak arti, dan tiga arti utama administrasi adalah 1) administrasi merupakan

sistem pimpinan dari suatu organisasi bidang urusan atau usaha, merupakan

fungsi utama dari administrator. Intinya adalah management pengelolaan yang

baik dan modem; 2) administrasi merupakan sistem informasi untuk

mengendalikan suatu situasi, keadaan, atau organisasi. Inti daripada administrasi

sebagai sistem informasi pengendali keadaan adalah tata usaha yang dikelola oleh

pegawai yang sesuai dengan bidangnya; 3) administrasi merupakan proses

kerjasama antara dua orang atau lebih secara tertentu untuk menyelenggarakan

tercapainya suatu tujuan bersama yang tertentu pula.

Lebih lanjut menurut Atmosudirdjo bahwa ketiga arti utama dari

administrasi tersebut, mengandung fungsi-fungsi, yakni administrasi Negara

sebagai fungsi Pemerintah untuk mengurus atau menangani urusan-urusan

kenegaraan (publik) secara tertentu; administrasi Negara sebagai suatu organisasi

untuk mengendalikan keadaan pemerintahan negara; dan administrasi Negara

98

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

sebagai proses penyelenggaraan berbagai macam tugas dan urusan pemerintah

secara terorganisasi, sistematis, metodis, dan tehnis.

Suradinata (1998 : 1) mengemukakan bahwa administrasi Negara atau

public administration sebagai segala kegiatan atau proses untuk mencapai tujuan

negara yang telah ditentukan, yaitu kegiatan yang dilakukan dalam suatu negara

dari tingkat pemerintahan yang terendah sampai yang tertinggi dalam suatu

negara, oleh karena itu administrasi negara mencakup berbagai aspek kegiatan

termasuk proses suatu "spesies" dalam lingkungan pemerintahan yang

mempunyai makna sebagai kegiatan manusia yang saling berkaitan dengan yang

lainnya.

Keberhasilan penataan ketatalaksanaan administrasi dan manajemen pada

Asisten Tindak Pidana Khusus dikarenakan oleh; 1) mekanisme atau sistem kerja

internal berjalan secara baik dan dikelola dengan system manajemen yang

modern; 2) prosedur kerja yang berlaku adalah prosedur kerja berdasarkan bagian-

bagian, dimana masing-masing bagian memiliki tugas dan fungsinya; 3);

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pengendalian telah berjalan

secara baik sesuai dengan prosedur baku yang berlaku; 4) pengelolaan sarana dan

prasarana kerja; 5) otomasi administrasi perkantoran karena menggunakan system

informasi yang modern; 6) pengelolaan dan pemantauan teknonolgi informasi

untuk beroleh laporan dari masyarakat telah dikelola secara professional oleh

bagian yang memiliki keahlian untuk itu; 7) pengelolaan kearsipan yang handal.

Namun masih terdapat bagian unsur penunjang yang tidak berjalan secara

maksimal, yakni hubungan kerja eksternal yang masih sering terkendala pada

99

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

prosedur pemrosesan dan pengelolaan. Hal im sebagaimana dikemukakan oleh

Informan 3 (2015) sebagai berikut:

"Seluruh pelaksanaan ketatalaksanaan pada Asisten Tindak Pidana


Khusus telah berjalan dengan baik dengan pengelolaan manajemen yang
modem. Namun ada beberapa hal yang belum dapat berjalan secara
maksimal, yakni pada hubungan kerja ekstemal yang masih terkendala
pada prosedur pengelolaannya. Hal ini dapat dimaklumi karena
perbedaan pelaksanaan prosedur pada lembaga pemerintahan lainnya
sehingga sering mengalami kendala untuk itu. Namun seluruh proses
pelaksanaan tetap berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang
diharapkan oleh semua pihak".

Sementara itu, kebijakan ketatalaksanaan administrasi dan manajemen

pada Asisten Tindak Pidana Khusus diarahkan pada perubahan sistem manajemen

dengan konsep manajemen modem agar cepat, akurat, pendek jaraknya dengan

pemanfaatan teknologi informasi yang modem di lingkungan Kejaksaan Tinggi

Gorontalo. Hal ini ditempuh dalam rangka untuk mencapai tujuan penataan

ketatalaksanaan yang selaras dengan tujuan reformasi birokrasi di lingkungan

Kejaksaan Republik Indonesia. Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan

teknologi informasi, Asisten Tindak Pidana Korupsi mengupayakan peningkatan

analisa staf terhadap sistem informasi yang ada melalui pendidikan dan pelatihan

pada Kejaksaan Republik Indonesia.

Kebijakan ketatalaksanaan diarahkan pada perubahan system manajeman

dengan konsep manajemen modem agar cepat, akurat, pendek jaraknya dan

pemanfaatan teknologi modern di lingkungan Kejaksaan Tinggi Gorontalo.

Manajemen modem adalah manajemen dengan bertumpu pada beberapa landasan

pemikiran seperti: konsep sistem, analisis keputusan, pentingnya faktor manusia,

100

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

serta tanggung jawab sosial manusia dalam organisasi. Manajemen modern juga

masih tetap bersumber pada pemikiran yang terbaik dari manajemen tradisional.

1) Seksi Penyidikan

Sebagian besar masalah korupsi akan berkaitan dengan lingkaran

pemegang kekuasaan dalam pemerintahan ataupun dalam suatu organisasi, karena

pada umumnya orang yang memegang kekuasaan dapat menyimpangkan

kekuasaan yang dimilikinya. Kompleksnya permasalahan korupsi, tindak pidana

korupsi dapat dikategorikan sebagai permasalahan bangsa yang harus dihadapi

secara sungguh-sungguh melalui langkah-langkah yang tegas dan jelas dengan

melibatkan semua potensi yang ada dalam pemerintahan, penegak hukum, dan

masyarakat.

Seksi penyidikan mempunyai tugas melakukan urusan penyidikan tindak

pidana khusus serta penyiapan bahan, telaahan dan pemberian bimbingan teknis

terhadap penyidikan tindak pidana khusus yang dilakukan Kejaksaan Negeri

dalam daerah hukumnya. Dalam melaksanakan tugas Seksi Penyidikan

menyelenggarakan tugas dan fungsinya sebagai berikut:

1. Penerimaan, pencarian, pengolahan, dan penganalisaan informasi, laporan dan

data tindak pidana khusus ;

2. Penyidikan atas perkara tindak pidana khusus dengan melakukan pemanggilan,

pemeriksaan, penahanan, penyitaan dan lain-lain tindakan yang diperlukan

untuk mengungkapkan perkara;

101

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

3. Penyampaian pendapat, pertimbangan dan saran kepada pimpinan mengenai

penyidikan tindak pidana khusus yang dilakukan Kejaksaan Tinggi dan

Kejaksaan Negeri di daerah hukumnya;

4. Penyusunan, pengolahan dan penganalisaan hasil penyidikan menjadi berkas;

5. Penelaahan atas laporan dari Kejaksaan di daerah mengenai kegiatan tersebut

pada huruf 1 sampai 4.

Seksi Penyidikan dalam menjalankan tugas dan fungsinya selalu

berhubungan dengan adanya laporan pengaduan dan penerimaan informasi dari

masyarakat tentang dugaan terjadinya tindak pidana khusus. Selain pengaduan

dan informasi yang diperoleh dari masyarakat seksi penyidikan juga secara

proaktif melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan pembangunan di Propinsi

Gorontalo. Laporan atau lnformasi yang diperoleh diolah dan dianalisis secara

yuridis untuk kemudian dilakukan penyelidikan guna ditingkatkan ke tahap

penyidikan. Cepatnya penyelesaian penanganan laporan pengaduan dan informasi

dari masyarakat tentang dugaan terjadinya tindak pidana khusus telah

meningkatkan kepercayaan masyarakat. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh

Kepala Seksi Penyidikan, sebagai Informan 4 (2015) sebagai berikut:

"Selain menindaklanjuti laporan pengaduan dan informasi dari


masyarakat, seksi penyidikan juga melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan pembangunan di Propinsi Gorontalo. Setiap Laporan dan
Informasi adanya dugaan terjadinya Tindak Pidana Khusus telah
ditindaklanjuti sesuai ketentuan dan telah meningkatkan rasa
kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Jaksa dan pegawai pada
Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus".

Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan dan informasi dari

masyarakat apabila terdapat indikasi maka dilakukan penyelidikan guna

102

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

menemukan ada tidaknya peristiwa pidana atau bukti permulaan yang cukup

untuk bisa ditingkatkan ke tahap penyidikan, selanjutnya perkara tindak pidana

khusus tersebut ditindaklanjuti dengan melakukan pemanggilan saksi-saksi dan

melakukan penelitian dan pemeriksaan terhadap dokumen, surat maupun barang

bukti yang diduga digunakan atau diperoleh tersangka untuk melakukan tindak

pidana atau berasal dari hasil dari tindak pidana, terhadap tersangka I pelaku

untuk kemudian diperiksa, dan apabila dalam proses pemeriksaan terdapat bukti

yang kuat dan memadai dari hasil penyitaan barang bukti dan lain-lain untuk

mengungkap kasus tindak pidana khusus tersebut, maka selanjutnya dilakukan

penahanan terhadap pelaku kasus tindak pidana khusus tersebut. Seluruh alat bukti

yang diperoleh kemudian diolah untuk memperkuat penahanan yang dilakukan

terhadap pelaku dan agar pelaku tidak menghilangkan bukti atau melarikan diri.

Setelah dilakukan, pemanggilan, pemeriksaan, dan penahanan, kemudian

oleh Seksi Penyidikan dilakukan penyampaian pendapat, pertimbangan dan saran

kepada pimipinan mengenai hasil penyidikan tindak pidana khusus yang

dilakukan Kejaksaan Tinggi Gorontalo dan Kejaksaan Negeri di daerah hukum

Kejaksaan Tinggi Gorontalo. Setelah memperoleh pertimbangan dan persetujuan

oleh pimpinan Kejaksaan Tinggi Gorontalo, selanjutnya dilakukan penyusunan,

pengolahan, dan penganalisaan hasil penyidikan menjadi berkas perkara. Hal ini

sebagaimana dikemukakan oleh Informan 4 (2015):

"Kami melakukan pemanggilan terhadap pelaku untuk kemudian


dilakukan pemeriksaan, dan apabila dalam pemeriksaan terdapat bukti
kuat, maka kami akan melakukan penahanan terhadap pelaku oleh karena
pelaku diduga keras melakukan tindak pidana dan agar pelaku tidak
melarikan diri atau tidak menghilangkan barang bukti untuk proses
pemeriksaan lanjut".

103

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Dengan demikian diharapkan bahwa pada akhirnya penerapan reformasi

birokrasi di pada Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo

diharapkan dapat mengembangkan suatu sistem informasi dan sistem manajemen

modern dan profesional dalam penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat

yang prima dan berkualitas sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan harapan

masyarakat dalam upaya penegakan hukum.

2) Seksi Penuntutan

Seksi Penuntutan mempunyai tugas melakukan urusan penuntutan

perkara tindak pidana khusus serta pengadministrasian dan pendokumentasiannya.

Dalam melaksanakan tugasnya Seksi Penuntutan menyelenggarakan fungsi:

1. Penerimaan hasil penyidikan, tanggung jawab tersangka, barang bukti atau

sitaan dari Seksi Penyidikan untuk selanjutnya meneliti dan menentukan

apakah telah memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak dilimpahkan ke

Pengadilan Negeri melalui Kejaksaan setempat;

2. Pengendalian penuntutan, penghentian penuntutan, dan upaya hukum;

3. Pelaksanaan eksaminasi dan penyiapan usul, saran serta pendapat yang

berhubungan dengan penuntutan, penghentian penuntutan dan upaya hukum

sebagai bahan kebijaksanaan tindakan penuntutan;

4. Penyelenggaraan administrasi penerimaan hasil penyidikan, tersangka/tahanan

dan barang bukti atau sitaan.

Seksi Penuntutan melaksanakan tugasnya setelah beroleh berkas

administrasi dari Seksi Penyidikan berupa tanggung jawab terhadap tersangka,

104

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

menenma barang bukti atau sitaan, untuk selanjutnya meneliti dan mentukan

apakah telah memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak tidak dilimpahkan ke

Pengadilan Negeri melalui Kejaksaan Tinggi Gorontalo. Seluruh berkas dan

barang bukti diolah oleh tenaga administrasi yang memiliki keahlian pada bidang

tersebut yang selanjutnya akan diperiksa oleh Jaksa yang menangani kasus tindak

pidana khusus. Seluruh administrasi perkara dan barang bukti menjadi tanggung

jawab Seksi Penuntutan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Seksi

Penuntutan pada Asisten Tindak Pidana Khusus, sebagai Informan 5 (2015):

"Seluruh berkas dan barang bukti perkara tindak pidana khusus yang
kami terima dari Seksi Penyidikan kami teliti kembali untuk menentukan
apakah tel ah memenuhi persyaratan hukum. U ntuk dapat atau tidak
dilimpahkan ke Pengadilan Negeri, harus dilakukan pemeriksaan secara
seksama dan teliti sesuai peraturan hukum yang berlaku untuk itu. Oleh
sebab itu, semua perkara kasus tindak pidana khusus sebelum melakukan
penuntutan, berkas administrasinya akan diperiksa oleh pegawai di Seksi
Penuntutan dan kemudian pemeriksanaannya dilakukan oleh Jaksa
apakah telah sesuai untuk kemudian dilakukan penuntutan terhadap
pelaku tindak pidana khusus terse but".

Seksi Penuntutan juga akan melakukan pengendalian dan atau

penghentian penuntutan serta upaya hukum terhadap kasus yang telah

dilimpahkan kepada Seksi Penuntutan. Selanjutnya akan dilaksanakan ekseminasi

dan penyiapan usul serta pendapat yang berhubungan dengan penuntutan. Seksi

Penuntutan juga dapat menghentikan penuntutan terhadap pelaku kasus tindak

pidana khusus apabila belum terdapat bukti yang cukup. Selain itu, Seksi

Penuntutan juga akan melakukan upaya hukum kepada tersangka berdasarkan

berkas perkara yang diterima dan dioleh sesuai dengan prosedur hukum yang

berlaku untuk kemudian dilimpahkan ke Pengadilan Negeri melalui Kejaksaan

Negeri yang berada di wilayah hukum Kejaksaan Tinggi Gorontalo.

105

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

3) Seksi Eksekusi dan Eksaminasi

Langkah terakhir dari proses hokum tehadap pelaku tindak pidana khusus

pada Asisten Tindak Pidana Khusus adalah upaya hukum, eksekusi, dan

eksaminasi. Pelaku dapat melakukan upaya hukum pada Seksi Upaya Hukum,

Eksekusi dan Eksaminasi Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi

Gorontalo. Secara ketatalaksanaan, Seksi Upaya Hukum, Eksekusi dan

Eksaminasi mempunyai tugas untuk melakukan segala kegiatan yang

berhubungan dengan upaya hukum, eksekusi dan eksaminasi. Dalam

melaksanakan tugas Seksi Upaya Hukum, Eksekusi dan Eksaminasi

menyelenggarakan tugas dan fungsinya sebagai berikut:

1. Pelaksanaan urusan perlawanan banding, kasasi, dan penmJauan kembali

perkara tindak pidana khusus.

2. Penyampaian kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan eksekusi baik

mengenai pemidanaan, penyelesaian barang bukti serta barang rampasan dan

basil perkara tindak pidana khusus.

3. Pelaksanaan eksaminasi terhadap pelaksanaan tugas Jaksa Penuntut Umum atas

penanganan perkara tindak pidana khusus.

4. Pengolahan data perkara tindak pidana khusus dan analisa serta penyaJian

analisa data pada Pimpinan.

Bagi pelaku kasus tindak pidana khusus dapat melakukan upaya

pembelaan atas kasus yang dialaminya. Demikian pula, Jaksa dapat melakukan

urusan perlawanan banding, kasasi, dan peninjauan kembali perkara tindak pidana

khusus melalui Seksi Upaya Hukum, Eksekusi dan Eksaminasi pada Asisten

106

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo. Dalam pelaksanaan

ketatalaksanaan, Seksi Upaya Hukum, Eksekusi dan Eksaminasi selalu

menyampaikan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan eksekusi,

baik mengenai pemindanaan, penyelesaian barang bukti serta barang rampasan

dan hasil perkara tindak pidana khusus kepada pimpinan untuk selanjutnya

diproses sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Pada Kejaksaan Tinggu

Gorontalo, pelaksanaan ketatalaksanaan telah berjalan dan dilaksanakan sesuai

dengan prosedur pengelolaan yang baik. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh

Kepala Seksi Upaya Hukum, Eksekusi dan Eksaminasi pada Asisten Tindak

Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo, sebagai lnforman 6 (2015) sebagai

berikut:

"Tugas kami adalah melakukan urusan perlawanan, banding, kasasi, dan


peninjauan kembali perkara tindak pidana khusus, penyampaian kegiatan
yang berhubungan dengan pelaksanaan eksekusi baik mengenai
pemidanaan, penyelesaian barang bukti serta barang rampasan dan hasil
perkara tindak pidana khusus, pelaksanaan eksaminasi terhadap
pelaksanaan tugas Jaksa Penuntut Umum atas penanganan perkara tindak
pidana khusus, dan pengolahan data perkara tindak pidana khusus dan
analisa serta penyajian analisa data pada Pimpinan, penyelenggaraan
administrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan putusan Tindak
Pidana Khusus.

Terjalinnya hubungan kerja yang baik antara Seksi Penyidikan, Seksi

Penuntutan, dan Seksi Upaya Hukum, Eksekusi dan Eksaminasi pada Asisten

Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo adalah merupakan gambaran

penyelenggaraan birokrasi yang baik dan teratur sehingga seluru pekerjaan dapat

dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik dan tuntas. Model ketatalaksanaan ini

adalah merupakan gambaran penyelenggaan manajemen birokrasi yang modern

107

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

dan profesional. Seluruh aspek yang berada pada Asisten Tindak Pidana Khusus

memiliki menajemen pengelolaan yang prosedural dan berdasarkan tahapan yang

baku. Namun, walaupun memiliki manajemen pengelolaan yang baik, tanpa

ditunjang kinerja aparatur Kejaksaan yang baik pula, maka manaJemen

pengelolaannya tidak akan berjalan dengan baik pula.

6. Penataan Sumber Daya Manusia

Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah keseluruhan upaya untuk

meningkatkan efektifitas, efisiensi dan derajat profesionalisme penyelenggaraan

tugas, fungsi, dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan,

pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian kesejahteraan dan

pemberhentian (UU No. 43/1999 pasal 1). Tujuannya adalah untuk menjamin

penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdayaguna dan

berhasil guna dengan dukungan pegawai yang professional, bertanggung jawab,

jujur, dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi

kerja dan sistem karier yang dititik beratkan pada system prestasi kerja.

Inti penataan sumber daya manusia adalah penerapan sistem merit dalam

manajemen kepegawaian adalah; perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sistem,

pendidikan dan latihan yang efektif; standarisasi dan peningkatan kinerja; pola

karier yang jelas dan terencana. Pada Asisten Tindak Pidana Khusus berdasarkan

pelaksanaan hasil kegiatan dengan tingkat capaian melampaui target yang telah

ditetapkan, dapat disimpulkan bahwa penataan Sumber Daya Manusia telah

dilaksanakan secara baik dan profesional. Seluruh informan yang diwawancarai

108

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

menyatakan bahwa kinerja pegawai dan Jaksa memperoleh nilai dengan mutu

Baik.

Oalam monitoring dan evaluasi dan quality assurance pelaksanaan

reformasi birokrasi hasil yang diharapkan adalah SOM aparatur yang

berintegritas, netral, kompeten, capable, profesional, berkinerja tinggi dan

sejahtera. Berdasarkan hasil monev yang dilakukan secara internal menunjukkan

telah dilakukan penataan sistem SOM dengan baik. Kekurangan yang terjadi

karena masih kurangnya pembinaan sistem karier khususnya bagi para pegawai

pada Asisten Tindak Pidana Khusus. Hal ini karena belum semua pegawai yang

telah beroleh pendidikan dan pelatihan khusus dalam rangka peningkatan karir

terutama dalam pengelolaan administrasi perkara.

Penataan sumber daya manusia dalam proses penerapan reformasi

birokrasi di lingkungan Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi

Gorontalo dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk pendekatan manajemen

sumber daya manusia untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan fungsi

kelembagaan dan fungsi ketatalaksanaan. Oalam perspektif reformasi birokrasi,

pendekatan ini dilakukan dalam rangka menyikapi, mengatasi dan sekaligus

mengantisipasi permasalahan sumber daya manusia dalam birokrasi. Oengan

demikian, persoalan penerapan reformasi birokrasi mengacu pada tantangan

manajemen sumber daya manusia. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh

lnforman 2 (2015):

"Penataan sumber daya manusia pada Kejaksaan Tinggi Gorontalo


ditujukan dalam mengemban peran pegawai dalam perencanaan,
administrasi kepegawaian, dan sebagai agen perubahan. Peran pegawai

109

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

ini dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai 1tu sendiri dan juga
dalam upaya meningkatkan efektifitas pelaksanaan fungsi kelembagaan
dan fungsi ketatalaksanaan".

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan rangkaian upaya secara

sistematis dan terencana untuk melakukan pembaruan dan perubahan mendasar

terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek

1) Kelembagaan, 2) Ketatalaksanaan, dan 3) S umber Daya Manusia. N awawi

(1998:42) mengemukakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia adalah

proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi, agar

potensi fisik dan spikis yang dimilikinya berfungsi maksimal bagi penacapai

tujuan organisasi. Manajemen Sumber Daya adalah proses pengelolaan sumber

daya individu-individu dalam organisasi yang meliputi penarikan, penyeleksian,

pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manus1a untuk

mencapai tujuan organisasi dan tujuan individu-individu yang berkerja dalam

organisasi. Dari pemahaman konseptual inilah diperoleh pemahaman bahwa salah

satu tahapan penting manajemen sumber daya manusia adalah perencanaan

sumber daya manusia (human resource planning).

Inti penataan sumber daya manusia yang demikian itulah yang perlu

dilakukan oleh pimpinan Kejaksaan Tinggi Gorontalo untuk mewujudkan

efektivitas kelembagaan dan efektivitas ketatalaksanaan administrasi dan

manajemen yang modern serta mampu menerapkan prinsip-prinsip good

governance. Penerapan prinsip-prinsip good governance inilah yang menunjukkan

keberhasilan penerapan reformasi birokrasi.

110

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Secara umum prinsip good governance yang dikenal publik mencakup

desentralisasi, partisipasi, penegakan hukum, transparansi, responsivitas, oreintasi

pada consensus, keadilan, efektivitas dan efisiensi, akuntabilitas dan visi strategis.

Dalam konteks ini, menurut penulis perlu ditambahkan satu lagi prinsip good

governance agar sesuai dengan kebudayaan masyarakat Indonesia yang agamis,

yakni prinsip amanah. Mengapa prinsip ini perlu dimaksukkan menjadi salah satu

elemen good governance untuk mewujudkan good goverment, karena seluruh

jabatan publik yang dijabat oleh pera pejabat publik itu sesungguhnya adalah

amanah publik yang hams diterima dengan kesadaran, komitmen dan integritas

untuk mengaktualisasikannya secara konsisten dan konsekuen menurut ukuran-

ukuran moralitas sebagaimana layaknya pihak yang menerima amanah.

Aktualisasi jabatan publik secara konsisten dan konsekuen menurut ukuran-

ukuran moralitas inilah yang dimaksud sebagai pengejawantahan prinsip amanah.

Dalam konteks itu, jabatan publik apapun yang diterima oleh aparatur

atau pejabat publik sesungguhnya mengandung sederetan tuntutan dan sejumlah

tantangan yang menghendaki agar pejabat publik itu bersikap amanah sesuai

amanah yang tertuang dalam sumpah jabatan serta ketentuan hukum yang

mengatur fungsi jabatan tersebut. Apabila pnns1p amanah m1 dapat

diaktualisasikan secara utuh, konsisten dan konsekuen, apapun resikonya, maka

prinsip-prinsip good governance lainnya menjadi tidak terlalu sulit untuk

diaktualisasikan. Mengapa demikian, karena orang yang bersikap amanah adalah

orang yang rendah hati, jujur dan bersikap melayani kepada siapa saja yang

bersentuhan dengan pelaksanaan fungsi jabatannya. Dalam konteks ini,

11 I

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

desentralisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pendelegasian wewenang

atasan kepada bawahan untuk meningkatkan kinerja jabatan atau mencapai tujuan

pelaksanaan fungsi jabatan. Karena itu pelaksanaan fungsi jabatan itu

sesungguhnya tidak bergantung hanya pada satu orang saja yang menguasai

jabatan, namun bergantung pada struktur jabatan yang membentuk sekian banyak

orang untuk secara bersama-sama menjalin kerjasama dan kebersamaan yang

saling mendukung dan memperlancar.

Partisipasi, dapat diartikan bahwa potensi dan keterlibatan secara aktif

setiap individu yang terstruktur dalam fungsi jabatan agar dapat memberikan

kontribusinya secara efektif dalam pelaksanaan fungsi jabatan tersebut. Dalam

konteks yang lebih luas, partisipasi itu juga dapat diartikan sebagai potensi dan

keterlibatan para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan

pelaksanaan fungsi jabatan tersebut. Karena itu, salah satu tantangan yang

dihadapi para pejabat publik adalah bagaimana mengembangkan sistem partisipasi

yang kontruktif bagi pelaksanaan fungsi jabatan yang berdayaguna dan

berhasilguna.

Penegakan hukum, dapat diartikan sebagai suatu upaya mewujudkan

kinerja dan pelaksanaan fungsi jabatan agar selalu didasarkan pada aturan hukum

dan ketentuan administratif yang berlaku dengan selalu memperhatikan

pentingnya ketertiban dan disiplin dalam pelaksanaan tugas. Karena itu, setiap

pejabat tidak hanya dituntut untuk memahami persoalan hukum tetapi sekaligus

juga dituntut untuk tidak melanggar atau mengabaikan ketentuan hukum,

meskipun ketentuan hukum itu dapat diubah oleh otoritas jabatannya.

112

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Transparansi, dapat diartikan sebagai suatu keterbukaan sikap yang jujur dan

demokratis dalam mengimplementasikan kebijakan publik dan penggunaan

sumberdaya administrasi publik untuk mencapai tujuan pelaksanaan fungsi

jabatan.

Transparansi juga dapat diartikan terbangunnya suatu sistem komunikasi

sosial yang efektif dengan berbagai pihak yang terkait dan atau berkepentingan

dengan pelaksanaan fungsi jabatan. Responsivitas, dapat diartikan sebagai suatu

manifestasi kepekaan dan daya tanggap terhadap segala permasalahan dan

tuntutan yang menjadi konsekuensi dan atau resiko penerimaan dan pelaksanaan

fungsi jabatan. Oreintasi pada consensus, dapat diartikan sebagai kepatuhan pada

kesepakatan dan norma-norma yang mendasari penerimaan jabatan. Keadilan,

dapat diartikan sebagai suatu ungkapan sikap kepemimpinan pejabat publik yang

bijaksana dan kepedulian sosial yang memandang penting kedudukan setiap pihak

yang terkait dengan pelaksanaan fungsi jabatan.Untuk itu setiap pejabat publik

hendaknya dapat menghindari kepentingan subyektif dan desakan ego sektoral.

Efektivitas dan efisiensi, dapat diartikan sebagai proses pencapaian tujuan

pelaksanaan fungsi jabatan secara optimal, dan penggunaan sumber daya jabatan

secara maksimal. Untuk itu, setiap pejabat publik perlu memahami ukuran-ukuran

pencapaian tujuan dan sasaran pelaksanaan fungsi jabatan. Akuntabilitas, dapat

diartikan sebagai suatu pertanggungjawaban atas pelaksanaan fngsi jabatan, baik

secara moral, hukum dan administratif. Dalam konteks ini, seorang pejabat publik

perlu memiliki landasan moral, etika dan norma yang jelas.

113

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Visi strategis, dapat diartikan bahwa seorang pejabat publik perlu

mengembangkan visi dan gaya kepemimpinannya yang selaras dengan dinamika

perubahan lingkungan strategis organisasi, dan menguasai juga strategi-startegi

pendekatan yang tepat untuk mengatasi setiap permasalahan yang menuntut

optimalisasi pelaksanaan fungsi jabatan. Untuk itu, setiap pejabat publik perlu

mengembangkan wawasan dan kompetensinya agar mampu berperan dalam

proses transformasi nilai-nilai yang terkait dengan fungsi jabatannya.

Dengan memahami, menghayati dan mengejawantahkan prinsip-prinsip

good governance yang demikian itu ke dalam dinamika pelaksanaan fungsi

jabatannya, maka dengan sendirinya seorang pejabat publik tentu dapat menjadi

kontributor bagi terbentuknya good government di lingkungan tugasnya. Jika

sebagian besar pejabat publik juga dapat mengaktualisasikan seluruh prinsip good

governance secara konsisten dan konsekuen, maka tak sulit merealisasikan good

government. Pandangan inilah yang telah diaktualisasikan di lingkungan Asisten

Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo.

Penyusunan sistem penilaian kinerja Kejaksaan sejalan dengan agenda

reformasi birokrasi kejaksaan yang telah diluncurkan. Salah satu program

reformasi birokrasi adalah penataan Sistem Manajemen SDM yang kegiatannya

membangun sistem penilaian kinerja dengan keluaran (output) berupa sistem

penilaian kinerja berdasarkan kompetensi, transparan dan user friendly.

Penyusunan penilaian kinerja Kejaksaan menghasilkan tiga instrumen

yaitu;

114

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

1. Program Kerja Pemeriksaan (PKP) untuk menilai kinerja Satuan Kerja;

2. Instrumen Penilaian Kinerja Jaksa (IPKJ) untuk menilai kinerja Jaksa;

3. Instrumen Penilaian Kinerj a Pej ab at Pengawasan Fungsional untuk menilai

kinerja Asisten Pengawasan.

Instrumen penilaian kinerja merupakan dokumen hidup, artinya dokumen

yang dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan Kejaksaan.

Instrumen penilaian kinerja ini juga berlaku di lingkungan Kejaksaan Tinggi

Gorontalo. Tujuan penerapan instrumen penilaian ini adalah untuk menyusun

instrumen penilaian kinerja yang terstandarisasi, obyektif, terukur, dapat

dipertanggungjawabkan dan mudah untuk dipergunakan, menyusun sistem

penilaian kinerja yang mengacu pada rencana strategis Kejaksaan Republik

Indonesia dan terintegrasi dengan seluruh unit organisasi Kejaksaan, merumuskan

instrumen penilaian kinerja untuk menilai satuan kerja, individu pegawai

Kejaksaan dan pejabat struktural.

Sasaran dari penyusunan penilaian kinerja Kejaksaan ini adalah

tersedianya hasil penilaian kinerja sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

yang berkaitan dengan SOM dan unit kerja; meningkatnya disiplin dan kualitas

kinerja seluruh pegawai Kejaksaan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh

Informan 1 (2015):

"Dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai Pegawai Negeri Sipil,


kami dinilai oleh atasan yang lebih tinggi baik dalam posisi kami sebagai
pegawai maupun dalam posisi sebagai pejabat. Kami juga memberikan
penilaian atas kinerja pegawai di Kejaksaan Tinggi Gorontalo. Dari hasil
penilaian kinerja pegawai menjadi dasar bagi kami untuk pengambilan

115

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

keputusan yang berkaitan dengan sumber daya manusia di lingkungan


kejaksaan".

7. Akuntabilitas

Menurut Ghartey dalam Sedarmayanti, (2009: 105), akuntabilitas

ditujukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan

pelayanan apa, siapa, kepada siapa, milik siapa, yang mana, dan bagaimana.

Akuntabilitas juga merupakan instrument untuk kegiatan kontrol terutama dalam

pencapaian hasil pada pelayanan publik. Secara absolute akuntabilitas

memvisualisasikan ketaatan kepada peraturan dan prosedur yang berlaku,

kemampuan untuk melakukan evaluasi kinerja, keterbukaan dalam pembuatan

keputusan, mengacu pada jadwal yang telah ditetapkan dan menerapkan efisiensi

dan efektifitas biaya pelaksanaan tugas-tugasnya.

Dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan

melaporkan segala tindak tanduk dan kegiatan terutama di bidang administrasi

keuangan kepada pihak yang lebih tinggi/atasan. Tolok ukur/indikator mengukur

kinerja adalah kewajiban individu dan organisasi untuk mempertanggung

jawabkan pencapaian kinerja melalui pengukuran seobyektif mungkin.

Akuntabilitas dapat hidup dan berkembang dalam suasana yang transparan,

demokratis, dan adanya kebebasan dalam mengemukakan pendapat.

Salah satu program percepatan reformasi birokrasi Kejaksaan adalah

meningkatkan profesionalitas Jaksa dalam melaksanakan tugas melalui prosedur

dan mekanisme kerja yang menjamin adanya transparansi dan akuntabilitas kerja,

yaitu dengan mengunakan Sistem Informasi Manajemen Kejaksaan RI

116

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

(SIMKARI). Hal ini dalam rangka optimalisasi penanganan perkara lebih terjamin

secara lebih cepat dan tepat, tranparan, dan akuntabel. Akuntabilitas merupakan

hasil dan konsekuensi dari suatu tindakan atau keputusan yang telah dibuat dan

dampak akuntabilitas diukur dari hasil kerja jabatan. Akuntabilitas memiliki tiga

dimensi sesuai dengan tingkat kepentingannya. Tiga dimensi tersebut adalah:

pertama, tingkat kebebasan dalam bertindak (freedom to act); kedua, dampak

jabatan terhadap hasil akhir (type of impact); dan ketiga, dampak pekerjaan

terhadap organisasi (area of impact).

Akuntabilitas kinerja pada Asisten Tindak Pidana Korupsi dapat

dikatakan berjalan dengan cukup baik, walaupun masih terdapat beberapa ha!

yang perlu ditingkatkan pelaksanaannya. Perbaikan yang diperlukan dari area ini

adalah perlunya peningkatan kualitas laporan akuntabilitas kinerja, perlunya

dibangun sistem yang mampu mendorong tercapainya kinerja organisasi yang

terukur. Dalam konteks itu, kinerja organisasi yang terukur mengacu pada

persoalan bagaimana akuntabilitas kinerja itu diaktualisasikan secara transparan,

konsisten dan konsekuen. Asas akuntabilitas inilah yang harus dimengerti oleh

setiap pegawai Asisten Tindak Pidana Khusus sebagai aparatur negara. Pasal 7

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 menjelaskan bahwa yang dimaksud

dengan "Asas Akuntabilitas" adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan

dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara Negara harus dapat dipertanggung

jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi

negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

117

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Akuntabilitas pegawai negeri adalah salah satu nilai-nilai kunci

demokrasi barat. Dalam perspektif yang lebih luas akuntabilitas adalah bagian dari

pada identitas administrasi yang terletak pada administrasi publik nasional,

peradilan, perusahaan swasta, asosiasi atau kelompok. Dalam setiap lingkungan

administrator adalah pelaksana, bukanlah atasan. Identitas ini menciptakan

kewajiban untuk dapat bertanggungjawab dari tindakan seseorang pada pimpinan

s1apapun dia. Pemberdayaan pelaksana administratif bersamaan dengan

perkembangan lembaga administrasi modern telah menciptakan suatu kebutuhan

mempertajam akuntabilitas mereka.

Dari sisi intern seseorang, akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban

orang tersebut kepada Tuhannya. Akuntabilitas ini meliputi pertanggungjawaban

sendiri mengenai segala sesuatu yang dijalankannya, hanya diketahui dan

dipahami oleh dia sendiri. Oleh karena itulah akuntabilitas intern ini disebut juga

sebagai akuntabilitas spiritual. Ledivina V. Carino mengatakan bahwa dengan

disadarinya akuntabilitas spiritual ini, maka pengertian akan accountable atau

tidaknya seseorang bukan hanya dikarenakan dia mencuri atau tidak sensitif

terhadap lingkungannya, akan tetapi lebih jauh dari itu yakni seperti adanya

perasaan malu-malu atas warna kulitnya, tidak bangga menjadi bagian suatu

bangsa, kurang nasionalis dan lain-lain. (LAN RI dan BPKP, 2001 : 25)

Dari sisi ekstern, akuntabilitas seseorang adalah akuntabilitas orang

tersebut kepada lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-bawahan) maupun

lingkungan masyarakat. Kegagalan seseorang memenuhi akuntabilitas ekstern

mencakup pemborosan waktu, pemborosan sumber dana, dan sumber-sumber

118

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

daya pemerintah yang lain, kewenangan, dan kepercayaan masyarakat kepada

pemerintah. Akuntabilitas ekstern lebih mudah diukur mengingat norma dan

standar yang tersedia memang sudah jelas. Kontrol dan penilaian eksternal sudah

ada dalam mekanisme yang terbentuk dalam suatu system dan prosedur kerja.

Seorang atasan akan memantau pekerjaan bawahannya serta memberikan teguran

apabila terjadi penyimpangan. Rekan kerja akan saling mengingatkan dalam

pencapaian akuntabilitas masing-masing. Hal ini dapat terwujud dikarenakan ada

saling ketergantungan diantara mereka.

Masyarakat akan bersuara dengan lantang apabila pelayanan yang

diterima dari birokrasi tidak seperti yang diharapkannya. Dalam konteks inilah,

maka pelaksanaan sistem akuntabilitas di lingkungan Asisten Tindak Pidana

Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo perlu dilakukan secara terintegrasi dengan

menerapkan pola kepemimpinan yang efektif untuk memandu dan mengarahkan

akuntabilitas kinerja individu, akuntabilitas kinerja kelompok dan akuntabilitas

kinerja organisasi, termasuk akuntabilitas publik dalam menyelanggarakan tugas

pokok dan fungsi dibidang penegakan hukum.

Selama ini yang menjadi tolok ukur penilaian atas kinerja Kejaksaan

Tinggi Gorontalo, khususnya Asisten Tindak Pidana Korupsi adalah banyaknya

laporan dan informasi dari masyarakat tentang tindak pidana khusus yang terjadi

di pemerintahan dan masyarakat. Berdasarkan data laporan dan informasi yang

berasal dari masyarakat yang diterima oleh Kejaksaan Tinggo Gorontalo, maka

dapat disimpulkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Kejaksaan

Tinggi Gorontalo dan Kejaksaan Negeri di lingkungan hukum Kejaksaan Tinggi

119

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Gorontalo cukup tinggi. Hal ini terlihat pada tabel 4.2 sebagaimana di bawah ini

sebagai berikut:

Tabel 4.2

Realisasi Capaian

REALI SAS I CAP AIAN


INDIKATOR
2010 2011 2012 2013 2014
Penyidikan 41 37 24 21 21
Penuntutan 24 7 13 24 29
Penye,lesaian 24 31 24 15 43
Sumber: Laporan Kinerja Kejaksaan Tinggi Gorontalo, 2014

Data tabel di atas adalah merupakan data capaian penanganan kasus pada

Asisten Tindak Pidana Korupsi Kejaksaan Tinggi Gorontalo tahun 2014. Dari

banyaknya laporan dan informasi masyarakat, hanya sebagian saja yang dapat

diselesaikan dan dilakukan penindakan, penuntutan, dan penyelesaian atas kasus

tindak pidana khusus. Target capaian ini telah melampaui target yang ditetapkan

sebelumnya. Tingkat kepercayaan masyarakat tehadap penyelesaian kasus yang

ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Gorontalo semakin tinggi. Hal ini terlihat pada

data tabel di atas, dimana penyelesaian kasus pada tahun 2014 hampir tiga kali

lipat besaran jumlahnya jika dibandingkan dengan penyelesaian kasus di tahun

2013 dan penyelamatan kerugian negara mencapai Rp. 2.398.721.166,36.

B. Pengaruh penerapan reformasi birokrasi terhadap peningkatan kinerja


pada Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo

1. Kinerja pegawai pada Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan

Tinggi Gorontalo

120

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Bernardin dan Russel (dalam Ruky, 2002: 15) mengemukakan pengertian

kinerja sebagai: "performance is defined as the record of outcomes produced on a

specified job function or activity during time period" (Prestasi atau kinerja adalah

catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu

atau kegiatan selama kurun waktu). Kemudian pengertian kinerja aparatur

menurut Mangkunegara (2000;67), yaitu "kinerja pegawai adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya".

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kinerja merupakan sesuatu

yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, serta kemampuan kerja. Kinerja

seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang

dapat dinilai dari hasil kerjanya (Sulistiyani & Rosidah, 2003 :223 ). Secara

definitif Bernanrdin & Russel (dalam Sulistiyani & Rosidah, 2003:223-224)

menjelaskan kinerja merupakan cacatan outcome yang dihasilkan dari fungsi

pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Sedang kinerja suatu jabatan secara keseluruhan sama dengan jumlah (rata-rata)

dari kinerja fungsi pegawai atau kegiatan yang dilakukan. Pengertian kinerja

disini tidak bermaksud menilai karateristik individu tetapi mengacu pada

serangkaian hasil yang diperoleh selama periode waktu tertentu.

Sedangkan menurut Sedarmayanti (2010:198)


Indikator kinerja merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta
digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja, baik
dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun setelah kegiatan selesai.
Indikator kinerja digunakan untuk meyakinkan bahwa kinerja

121

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

organisasi/unit kerja yang bersangkutan menunjukkan peningkatan


kemampuan dalam rangka menuju tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
Menurut A. Dale Timple (dalam Mangkunegara, 2005:15), faktor-faktor

kinerja terdiri dari factor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

(disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang.

Misalnya kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan

tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai

kinerja jelek disebabkan orang terse but mempunyai kemampuan rendah dan orang

tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya. Faktor

eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal

dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja,

bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.

a. Faktor Internal

1) Budaya Kerja

Budaya kerja merupakan sistem nilai, persepsi, perilaku dan

keyakinan yang dianut oleh tiap individu karyawan dan kelompok

karyawan tentang makna kerja dan refleksinya dalam kegiatan mencapai

tujuan organsiasi dan individual. Budaya kerja penting dikembangkan

karena dampak positifnya terhadap pencapaian perubahan berkelanjutan

ditempat kerja termasuk peningkatan produktivitas atau kinerja. Menurut

Nawawi (2003:65) Budaya kerja adalah kebiasaan yang dilakukan

berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaran terhadap

kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku

122

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut

merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan

pekerjaan untuk mencapai tujuan.

Sedangkan menurut Triguno (2001: 13)


Budaya Kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh
pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat,
kebiasaan, dan kekuatan pendorong, membudaya dalam
kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang
tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita,
pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.
Budaya kerja diturunkan dari budaya organisasi. Budaya

Organisasi itu sendiri merupakan sistem nilai yang mengandung cita-cita

organisasi sebagai sistem internal dan sistem eksternal sosial. Hal itu

tercermin dari isi visi, misi, dan tujuan organisasi. Dengan kata lain,

seharusnya setiap organisasi memiliki identitas budaya tertentu dalam

organisasinya. Dalam perusahaan dikenal sebagai budaya korporat dimana

di dalamnya terdapat budaya kerja.

Kekuatan yang paling mempengaruhi budaya kerj a adalah

kepercayaan dan juga sikap para pegawai. Budaya kerja dapat positif,

namun dapat juga negatif. Budaya kerja yang bersifat positif dapat

meningkatkan produktifitas kerja, sebaliknya yang bersifat negatif akan

merintangi perilaku, menghambat efektivitas perorangan maupun

kelompok dalam organisasi. Perbedaan budaya kerja tercermin dalam

perbedaan perilaku sehingga menyebabkan sikap budaya kerja yang

berbeda dari aparatur pada Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan

123

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Tinggi Gorontalo terutama dalam penanganan perkara tindak pidana

khusus.

Pegawai yang bekerja pada Asisten Tindak Pidana Khusus

memiliki karakteristik budaya kerja yang berbeda dalam menjalan tugas

dan fungsinya. Berdasarkan hasil pengamatan, umumnya sikap kerja

pegawai pada Asisten Tindak Pidana Khusus sudah cukup baik. Namun

masih ada pegawai yang bersikap bahwa pekerj aan hanyalan bentuk dari

keberlangsungan hidup dengan menyikapi hasil pekerjaannya sebagai

sesuatu yang biasa saja. Tidak ada rasa kebanggaan dalam menyelesaikan

pekerj aann ya.

Pegawai tidak termotivasi untuk mengembangkan pekerjaannya

sebagai sebuah karir sehingga dalam bekerja pegawai menjalankan

tugasnya sebagaimana kebiasaan kerja seperti hari-hari sebelumnya dan

yang terpenting dapat menyelesaikan pekerjaannya tersebut secara tuntas.

Demikian juga perilaku dalam bekerja, masih terdapat pegawm yang

terlambat masuk kerja. Berdasarkan hasil observasi terhadap data

kehadiran pegawai pada Asisten Tindak Pidana Khusus, dalam evaluasi

selama sebulan kehadiran pegawai, masih terdapat sebagian yang

terlambat masuk kerja. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Informan

3 (2015) yang mengemukakan bahwa:

"Umumnya kinerja pegawai pada Asisten Tindak Pidana Khusus


Kejaksaan Tinggi Gorontalo sudah baik. Namun masih terdapat
beberapa pegawai yang sering terlambat masuk kerja. Hal ini
berdasarkan hasil rekam secara elektronik tentang kehadiran
pegawai di unit kami. Ada berbagai alasan mengapa mereka

124

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

terlambat masuk kerja, akan tetapi karena sistem rekam kehadiran


menggunakan rekam kehadiran elektronik maka kami tidak dapat
menggunakan alasan keterlambatan mereka sebagai sesuatu yang
manusiawi. Hal ini juga berdampak pada perolehan tunjangan
kinerja pada pegawai yang terlambat tersebut".

Se lain budaya kerj a, perbedayaan budaya asal dari pegawai

tersebut juga mempengaruhi kinerja pegawai di lingkungan Kejaksaan

Tinggi Gorontalo. Etos kerja yang menjadi tolok ukur perbedayaan budaya

tersebut. Pegawai pada Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi

Gorontalo, berasal dari latar budaya yang berbeda. Perbedaan latar budaya

juga menjadi faktor penghambat kinerja pegawai. Pegawai yang berasal

dari daerah yang tingkat etos kerjanya tinggi, memiliki kinerja yang cukup

baik. Pekerjaan bagi mereka adalah merupakan karir yang harus tetap

dijaga dan ditingkatkan guna memperoleh karir yang lebih baik di

Kejaksaan. Namun pegawai yang berasal dari daerah tertentu rata-rata

memiliki etos kerja yang menganggap pekerjaan hanya sebagai

pemenuhan kewajiban. Tidak ada upaya untuk mengembangkan

pekerjaannya agar dapat meningkatkan karirnya. Hal ini sebagaimana hasi

pengamatan, baik data maupun aktifitas yang dilakukan oleh pegawai pada

Asisten Tindak Pidana Khusus.

Pegawai dengan kebiasaan kerja biasa-biasa saja akan menjadi

penghambat upaya reformasi birokrasi yang dilaksanakan oleh Kejaksaan

Tinggi Gorontalo, khususnya pada Asisten Tindak Pidana Khusus. Untuk

menunjang reformasi birokrasi Kejaksaan, dibutuhkan pegawai yang dapat

bekerjasama dengan sesama pegawm lainnya, teliti, cermat dan selalu

125

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

berhati-hati dalam bekerja agar pekerjaannya dapat diselesaikan dengan

baik, berdedikasi tinggi, raj in dan bertanggung jawab.

2) Penanganan Kasus

Penanganan korupsi oleh Aparat Penegak Hukum dalam

pandangan masyarakat terkesan tebang pilih memilah kasus korupsi yang

besar. Hal ini menyebabkan kurangnya aktivitas kinerja aparatur Jaksa

dalam menangani masalah korupsi di Gorontalo. Ditetapkannya pola

kerja penanganan kasus tindak pidana korupsi dengan pola optimalisasi

kasus oleh Kejaksaan Republik Indonesia, sebenarnya dimaksudkan agar

penanganan perkara tindak pidana korupsi menjadi meningkat. Namun

adakalanya kasus-kasus korupsi yang akibat kerugiannya kecil diserahkan

penanganannya kepada Kejaksaan Negeri setempat. Hal ini sebagaimana

diungkapkan oleh informan 4 (2015):

"Kita pihak penyidik kejaksaan tinggi lebih memprioritaskan kasus


Tindak Pidana korupsi yang nilai kerugiannya cukup signifikan.
Kasus-kasus tindak pidana korupsi yang kuantitasnya kecil biasanya
kami serahkan kepada Kejaksaan Negeri Setempat, sehingga pola
optimalisasi dalam penanganan perkara dapat tercapai".

Ini juga berakibat pada pelayanan laporan dan informasi yang

disampaikan masyarakat kepada Kejaksaan Tinggi Gorontalo. Tidak

semua laporan dan informasi dari masyarakat tersebut dapat langsung

ditangani oleh pihak Kejaksaan Tinggi Gorontalo, namun dalam rangka

pola optimalisasi kasus Korupsi ada yang diserahkan ke Kejaksaan Negeri

setempat. Tentunya hal ini mengakibatkan berkurangnya kepercayaan

126

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

masyarakat terhadap pihak Kej aksaan Tinggi Gorontalo karena tidak

merespon laporan yang disampaikan tentang kasus tindak pidana korupsi.

3) Kepemimpinan

Sal ah satu faktor pendukung budaya kerj a pegawai pada Asisten

Tindak Pidana Khusus adalah diperlukannya motivasi pimpinan yang

dapat memotivasi para pegawai dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Pimpinan telah memberikan motivasi kepada para pegawai agar dapat

bekerja dengan baik sehingga dapat meningkatkan karir pegawai tersebut.

Motivasi yang diberikan oleh pimpinan juga berguna untuk meningkatkan

semangat kerja para pegawai sehingga semua tugas yang dikerjakan dapat

selesai secara cepat, cermat dan teliti, dan dilakukan dengan penuh

tanggung jawab. Motivasi pimpinan juga telah menumbuhkan rasa

kebersamaan diantara para pegawai pada Asisten Tindak Pidana Khusus

sehingga semua pekerjaan karena dikerjakan secara bersama-sama

menghasilkan kualitas pekerjaan yang tinggi pula.

Motivasi yang diberikan pimpinan kepada para pegawai juga

dapat mempererat hubungan antara pimpinan dan pegawai menjadi suatu

hubungan yang harmonis. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh

Informan 3 (2015) yang menyatakan bahwa:

"Hubungan antara pimpinan dengan para pegawai pada Asisten


Tindak Pidana Khusus terjalin secara baik dan harmonis. Hubungan
yang baik ini telah menghasilkan budaya kerja yang baik sehingga
segala kasus tindak pidana khusus selalu dapat diselesaikan dengan
cepat dan tepat waktu. Motivasi yang kami berikan dalam bekerja

127

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

telah dapat diimplementasikan oleh para pegawai sesuai dengan


tugas dan fungsinya. Namun terdapat pula pegawai yang masih
selalu tergantung pada perintah pimpinan walau jumlahnya sangat
sedikit. Pegawai tersebut kurang memiliki inisiatif untuk
mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan fungsinya. Pegawai seperti
ini tidak memiliki motivasi dalam dirinya sehingga kurang dapat
mengmbangkan karirnya."

Masih besarnya sifat ketergantungan dari bawahan kepada atasan

terutama dalam hal pengambilan keputusan penanganan perkara tindak

pidana khusus. Walaupun dalam prosedur penanganan perlu adanya

pertimbangan pimpinan atas sebuah kasus tindak pidana khusus, namun

dalam hal-hal lain terutama dalam proses pengadministrasian kasus oleh

pegawai masih terdapat pegawai yang bekerja hanya berdasarkan perintah

pimpinan. Tidak adanya inisiatif pegawai dalam bekerja berakibat pada

terhampatnya proses penangan kasus tindak pidana khusus. Jika hal ini

tidak ditanggulangi, maka pegawai dengan pola kerja seperti itu akan

menghambat capaian kinerj a unit kerj anya.

Kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya

tergantung pada pimpinan dan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan

memiliki hubungan langsung terhadap kinerja karyawan. Pemimpin yang

berorientasi karyawan terkait dengan produktivitas kelompok yang tinggi

dan kepuasan kerja yang lebih baik. Orang-orang yang bekerja untuk gaya

kepemimipinan tertentu, termotivasi untuk bekerja dan berusaha lebih

keras serta karena menyukai dan menghargai pemimpin tersebut, mereka

memiliki kepuasan yang lebih tinggi.

4) Sumber Daya Manusia

128

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Pendidikan pada hakekatnya bertujuan untuk mengubah tingkah laku

dan pola pikir sasaran didik, dimana tingkah laku barn (hasil perubahan)

selanjutnya dirumuskan dalam suatu tujuan pendidikan (educational

objective). Pendidikan adalah suatu deskripsi dari pengetahuan, sikap,

tindakan, penampilan dan sebagainya yang diharapkan akan dimiliki sasaran

pendidikanpada periode tertentu (Soekidja, 1992). Dalam pelaksanaan tugas

dan tanggung jawab pekerjaan di lingkungan Asisten Tindak Pidana Khusus,

yang menjadi faktor untuk diperhatikan dan menjadi prioritas utama dalam

meningkatkan kinerja pegawai adalah faktor pendidikan dan pelatihan.

Pendidikan dan pelatihan yang dikaji dalam penelitian im

berdasarkan faktor yang mempengaruhi mutu sumber daya manusia

dihubungkan dengan kemampuan memahami dan melaksanakan tugas serta

pekerjaannya, dengan indikator; sarjana maupun non sarjana dengan latar

belakang yang sesuai dengan posisi tugas yang diduduki sekarang,

keikutsertaan dalam pelatihan yang bersifat teknis dan berkaitan dengan

bidang tugas. Dilihat dari perspektif teoritik seperti dinyatakan Moekijat

(1976) bahwa pengembangan pegawai terdiri atas pendidikan dan pelatihan.

Pelatihan dalam hal ini menyesuaikan sumber daya manusia dengan

pekerjaan, sedangkan tujuan pendidikan adalah menyesuaikan sumber daya

manusia dengan lingkungannya baik lingkungan luar maupun dalam

pekerjaan. Menurutnya, pendidikan berhubungan dengan peningkatan

pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kerja secara menyeluruh.

129

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Pelatihan merupakan suatu saha meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan seseorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.

Saydam (1996) menjelaskan bahwa pengembangan sumber daya manusia

melalui pendidikan dan pelatihan merupakan kegiatan yang hams dilakukan

organisasi baik instansi pemerintah maupun perusahaan agar pengetahuan,

kemampuan dan keterampilan pegawai sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang

mereka lakukan. Pengembangan pengetahuan sumber daya manusia berkaitan

dengan kecerdasan dan intelektual para pegawai untuk lebih mengenal dan

memahami seluruh bentuk pelaksanaan pekerjaan secara lebih mendalam,

sistem dan prosedur yang digunakan dalam pelaksanaan tugas organisasi serta

kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku dalam organisasi.

Pegawai pada Asisten Tindak Pidana Khusus kejaksaan Tinggi

Gorontalo dalam berbagai upaya dikerahkan untuk mencapai kinerja dalam hal

memaksimalkan penanganan kasus tindak pidana khusus yang ditujukan untuk

mencapai kinerja sesuai tugas dan fungsi yaitu tercapainya penanganan kasus

tindak pidana khusus secara cepat dan profesional.

Salah satu hambatan yang merupakan kelemahan unit kerja ini adalah

di bidang sumber daya aparatur, yakni kurangnya jumlah aparatur dan masih

ada sejumlah aparatur yang kurang terampil dalam teknologi sehingga

pemanfaatan teknologi masih belum optimal. Dengan demikian pemahaman

pegawai Kejaksaan dalam menjalankan tugas dan fungsinya masih kurang dan

ada pula pegawai kurang terampil dalam menggunakan teknologi. Namun,

Kejaksaan Tinggi Gorontalo secara bertahap telah meningkatkan kualitas

130

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

sumber daya aparaturnya dengan kompetensi teknis pengelolaan administrasi

dan penguasaan teknologi di bidang tugas masing-masing dalam bentuk

pendidikan dan pelatihan.

Demikian pula bahwa sebagian besar Jaksa yang berada di Bidang

Tindak Pidana Khusus memiliki pendidikan rata-rata Strata 1 di bidang

hukum. Sebagai pejabat publik seperti kepala seksi tentu membutuhkan ilmu

manajerial dalam memimpin bawahan dan pengolahan administrasi

perkantoran secara baik dan tepat sehingga seluruh pekerjaan dapat berjalan

dengan baik dan profesional. Oleh sebab itu perlu peningkatan pendidikan dan

pelatihan aparatur Jaksa dalam hal manajemen pengelolaan organisasi, baik

melalui pendidikan lanjut, pendidikan karir, maupun dalam pelatihan

pngelolaan manajemen organisasi.

Salah satu tujuan pelatihan dan pengembangan ialah memperbaiki

kinerja, yakni memutahirkan keahlian para pegawai sejalan dengan kemajuan

teknologi. Menurut Simamora (1997) bahwa tujuan yang cukup esensial

dalam pelatihan dan pengembangan yaitu meningkatkan efektivitas dan

efisiensi organisasi. Simanjuntak (1985), mengemukakan bahwa pendidikan

dan pelatihan sebagai salah satu faktor penting pengembangan sumber daya

manusia. Pengembangan sumber daya manusia juga akan melahirkan kualitas

pekerjaan yang baik dan profesional sehingga seluruh target program kerja

akan tercapai dengan baik dan bahkan akan melebihi target yang telah

ditetapkan sebelumnya.

131

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Rivai (2005) bahwa

pendidikan dan pelatihan berfungsi untuk memperbaiki perilaku

(performance) kerja, yang meliputi aspek-aspek: pengetahuan, keterampilan,

dan sikap keperibadian yang dituntut oleh tugas pekerjaannya. Perbaikan dan

peningkatan perilaku kerja diperlukan agar pegawai lebih mampu

melaksanakan tugas-tugas dan diharapkan lebih berhasil dalam upaya

pelaksanaan program kerja Kejaksaan. Sedikit-demi sedikit keterbatasan

pegawai dalam penggunaan dan pengelolaan teknologi telah makin

ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan.

b. Faktor Eksternal

1) Perbedaan Geografis

Aparatur Kejaksaan Tinggi Gorontalo khususnya Jaksa berasal dari

luar Gorontalo saat bekerja di wilayah hukum Kejaksaan Tinggi Gorontalo

mereka harus menyesuaikan kondisi geografis yang berbeda dengan daerah

asal mereka atau daerah asal mereka bekerja sebelumnya. Perbedaan geografis

membutuhkan penyesuaian yang cukup lama sehingga mempengaruhi kinerja

aparatur.

Budaya asal pegawai dipengaruhi oleh lingkungan geografis dimana

mereka hidup atau berasal. Perbedaan geografis dari sumber daya manusia

dimana mereka tumbuh menyebabkan sikap budaya yang berbeda dalam

melaksanakan kegiatan dalam suatu organisasi. Hal ini sebagaimana

dikemukakan oleh Informan 3 (2015) yang menyatakan bahwa:

132

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

"Ketika pindah ke Gorontalo dan menjadi Asisten Tindak Pidana Khusus


Kejaksaan Tinggi Gorontalo, hal pertama yang hams saya lakukan adalah
menyesuaikan diri dengan kondisi geografis daerah Gorontalo. Pada
awalnya hal ini tumt mempengamhi kebiasaan kerja saya, namun setelah
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan geografis Gorontalo, saya dapat
bekerja dengan normal kembali. Hal lain yang berhubungan kondisi
geografis adalah saya hams menyesuaikan dengan budaya kerja yang
berlaku dan terjadi di Kejaksaan Tinggi Gorontalo."

Secara umum perbedaan perilaku dan sikap manusia terhadap kinerja

dalam organisasi dapat diterangkan sebagai berikut : 1) Perbedaan geografis

dari sumber daya manusia dimana mereka tumbuh menyebabkan sikap budaya

yang berbeda dalam melaksanakan kegiatan dalam suatu organisasi; 2)

Perbedaan budaya tercermin dalam perbedaan perilaku (behavior) dan sikap

(attitude) dalam melaksanakan kegiatan dalam orgamsas1, sehingga

menghasilkan tingkat kinerja yang berbeda pula. Oleh karena itu dibutuhkan

penyesuaian atas kondisi geografis yang berimplikasi pada budaya kerja, juga

penyesuaian terhadap perbedaan budaya yang tercermin dalam perbedaan

perilaku dan sikap aparatur Kejaksaan Tinggi Gorontalo.

2) Kesejahteraan

Salah satu faktor yang dapat menghambat kinerja aparatur adalah

faktor kesejahteraan pegawai. Artinya bahwa dengan tingkat kesejahteraan

pegawai yang memadai diharapkan dapat lebih fokus dalam melaksanakan dan

menjalankan tugas dan pekerjaannya sebagai pegawai negeri sispil dan tidak

terpengamh oleh pikiran untuk mencari tambahan penghasilan yang

mengakibatkan terbengkalainya tugas pegawai tersebut, atau terhindarnya

penyimpangan dalam penyalagunaan keuangan negara.

133

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Peningkatan kesejahteraan pegawai merupakan salah satu aspek dari

fungsi motivasi oleh pemimpin. Oleh karena itu sangat disadari oleh pimpinan

pada Kejaksaan Tinggi Gorontalo sehingga untuk meningkatkan kinerja

aparatur, pemerintah telah melakukan langkah-langkah kebijakan berupa

pemberian penghasilan tambahan bagi pegawai sehingga diharapkan nantinya

akan menjadi faktor pendukung atau pendorong peningkatan kinerja aparatur

itu sendiri.

Dalam pola manajemen kinerja pegawai pada Kejaksaan Tinggi

Gorontalo, sistem manajemen kinerja yang terintegrasi antara hasil penilaian

kinerja dengan sistem remunerasi, pemberian sanksi, pembinaan dan

pengembangan. Penilaian kinerja dilakukan menggunakan instrumen yang

memiliki kriteria yang jelas dan terukur, dengan pendekatan penilaian

kualitatif dan didukung analisis kuantitatif, serta menggunakan formulir yang

dimengerti. Informasi kinerja dapat diperoleh dari Eksaminasi perkara dan

dipergunakan dalam proses pengambilan kebijakan. Oleh sebab itu, dalam

pemberian remunerasi guna peningkatan kesejahteraan pegawai tetap

memperhatikan tingkat kinerja pegawai Kejaksaan Tinggi Gorontalo.

3) Tumpang Tindih Kewenangan

Tumpang tindihnya kewenangan antara unit-unit kerja pada

Kejaksaan Tinggi Gorontalo dan berakibat pada tidak jelasnya tugas dan

fungsi dari masing-masing unit kerja tersebut. Berdasarkan hasil penelitian,

bahwa dalam penanganan kasus tindak pidana khusus terdapat dua unit kerja

134

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

pada Kejaksaan Tinggi Gorontalo yang menangani pekerjaan tersebut, yakni

Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus dengan Koordinator Bidang Tindak

Pidana Khusus. Dalam melaksanakan tugasnya, Asisten Tindak Pidana

Khusus masih tetap mengacu pada tugas dan fungsinya sesuai dengan tugas

dan fungsi yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Jaksa Agung RI

Nomor: PER - 009 I A/JA/01/2011 tanggal 24 Januari 2011 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI, Pasal 545.

Dalam menjalankan tugasnya, Asisten Tindak Pidana Khusus

bertugas melakukan kegiatan penyelidikan, penyidikan, pra penuntutan,

pemeriksaan tambahan, penuntutan, pelaksanaan penetapan hakim, putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, upaya hukum,

pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan lepas

bersyarat dan putusan pidana pengawasan, eksaminasi serta tindakan hukum

lainnya dalam perkara tindak pidana khusus. Hal ini sebagaimana

dikemukakan oleh Informan 3 (2015) yang menyatakan bahwa:

"Kami selaku Asisten Tindak Pidana Khusus pada Kejaksaan Tinggi


Gorontalo menjalankan tugas dan fungsi bidang tindak pidana khusus
berdasarkan Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia. Tugas kami
adalah melaksanakan kegiatan penyelidikan, penyidikan, pra penuntutan,
pemeriksaan tambahan, penuntutan, pelaksanaan penetapan hakim,
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, upaya
hukum, pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan lepas bersyarat dan putusan pidana pengawasan, eksaminasi serta
tindakan hukum lainnya dalam perkara tindak pidana khusus".

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun

2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia

135

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

dinyatakan bahwa Koordinator pada Kejaksaan Tinggi Gorontalo adalah

merupakan Jaksa unsur pembantu dan bertanggung jawab kepada Kepala

Kejaksaan Tinggi. Koordinator Kejaksaan Tinggi mempunyai tugas

melaksanakan kajian operasi intelijen yustisial, penyelesaian perkara pidana

umum, penyelesaian pidana khusus serta perdata dan tata usaha Negara. Tugas

dan fungsi Koordinator pada Kejaksaan Tinggi diatur oleh Jaksa Agung

Republik Indonesia. Koordinator pada Kejaksaan Tinggi melaporkan

pelaksanaan tugas kepada Asisten terkait dan Asisten melaporkan kepada

Kepala Kejaksaan Tinggi.

4) Optimalisasi Pelayanan

Pencapaian tujuan dan sararan Kejaksaan Tinggi Gorontalo

diprioritaskan pada optimalisasi kinerja penanganan perkara seluruh tindak

pidana khusus terutama penanganan perkara tindak pidana yang menarik

perhatian masyarakat dan penanganan perkara tindak pidana korupsi yang

meliputi aspek kuantitas dan kualitas dengan skala prioritas mempercepat

penyelesaian perkara tindak pidana korupsi yang kerugian negaranya relative

cukup besar dan mengoptimalkan pelaksanaan penyitaan untuk pemulihan dan

penyelamatan kekayaan Negara yang telah diselewengkan oleh para pelaku

tindak pidana korupsi, serta melakukan pencegahan timbulnya tindak pidana

korupsi.

Dengan adanya optimalisasi perkara tindak pidana khusus, berakibat

pada kurang diperhatikannya laporan masyarakat dalam ha! kasus-kasus

136

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

tindak pidana khusus yang kecil. Optimalisasi penuntasan kasus korupsi yakni

lebih mengedepankan penyelamatan keuangan negara. Pada tahun 2014,

Kejaksaan Tinggi Gorontalo telah berhasil menyelesaikan 43 kasus tindak

pidana khusus dan dapat menyelematkan keuangan negara sebesar Rp.

2.398. 721.166,36.

Banyaknya laporan dan informasi kasus dugaan tindak pidana

korupsi yang dilaporkan oleh masyarakat ke Kejaksaan Tinggi Gorontalo,

sebagian telah berhasil diselesaikan, sedangkan sebagian lagi dilimpahkan

kepada Kejaksaan Negeri setempat karena indikasi kerugian negara yang

ditimbulkan relatife kecil. Pelimpahan penanganan kasus oleh Kejaksaan

kepada Kepolisian dapat terjadi apabila setelah dilakukan Penyelidikan

ternyata kasus tersebut masuk dalam ranah Tindak Pidana Umum. Hal ini

sebagaimana dikemukakan oleh Informan 3 (2015) sebagai berikut:

"Banyak laporan dari masyarakat yang masuk ke kami, khususnya


laporan tentang kasus yang berhubungan dengan tindak pidana khusus.
Sebelum kami melakukan penyidikan terhadap kasus-kasus tersebut,
biasanya dilakukan analisa data untuk mengetahui apakah kasus yang
dilaporkan terbut menjadi kewenangan Kejaksaan, dan juga untuk
mengetahui besarnya indikasi kerugian negara yang ditimbulkan. Kasus
yang dalam kategori kecil akibatnya pada kerugian negara, kami tindak
lanjuti dengan melimpahkannya kepada Kejaksaan Negeri setempat
untuk dapat di proses lebih lanjut. Jadi apa yang dilaporkan oleh
masyarakat tetap kami tindak lanjuti, akan tetapi penanganannya akan
dilakukan oleh pihak penegak hukum lainnya".

2. Pengaruh reformasi birokrasi terhadap kinerja pegawai Asisten Tindak


Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo

137

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

a. Sistem dan Struktur Remunerasi

Berdasarkan misi Kejaksaan Republik terutama pada misi keempat, berisi

tentang melaksanakan pembenahan dan penataan kembali struktur organisasi

Kejaksaan, pembenahan sistem informasi manaJemen terutama

pengimplementasian program quickwins agar dapat segera diakses oleh

masyarakat, penyusunan cetak biru (blueprint) pembangunan sumber daya

manusia Kejaksaan jangka menengah dan jangka panjang tahun 2025,

menertibkan dan menata kembali manajemen administrasi keuangan, peningkatan

sarana dan prasarana, serta peningkatan kesejahteraan pegawai melalui

remuneras1, agar kinerja Kejaksaan dapat berjalan lebih efektif, efisien,

transparan, akuntabel dan optimal.

Kejaksaan RI mulai melaksanakan Program Nasional Reformasi

Birokrasi sejak tahun 2008. Pada tahun 2009 Kejaksaan menyerahkan Laporan

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kejaksaan Tahap I kepada Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan dan RB).

Pada tahap laporan ini, Kemenpan dan RB telah menugaskan Tim Independen

untuk melakukan evaluasi. Pada akhir tahun 2009, Tim Independen menilai

bahwa pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kejaksaan berjalan baik. Oleh karena itu

Kemenpan dan RB melanjutkan proses persetujuan pemberian tunjangan kinerja

bagi pegawai Kejaksaan. Proses persetujuan dan pemberian tunjangan kinerja

berlangsung cukup lama (sekitar 2 tahun). Tanpa menunggu waktu selesainya

proses persetujuan dan pemberian remunerasi, Kejaksaan terns melanjutkan

pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kejaksaan.

138

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Sistem Remunerasi mencerminkan perlakuan organisasi yang adil dan

proporsional terhadap pegawainya. Keadilan dan proporsi tersebut dirumuskan

melalui hasil evaluasi kinerja. Komponen remunerasi cukup fleksibel sehingga

mampu merespon perubahan dan perkembangan terhadap pekerjaan yang

dilakukan dan sederhana atau tidak terlalu kompleks sehingga mudah untuk

dikelola dan mudah untuk dimengerti. Sistem remunerasi tersebut terintegrasi

dengan sistem penilaian kinerja dan menggunakan berbagai variable anatara lain

insentif atau bonus yang terkait dengan evaluasi pencapaian hasil yang terukur.

Perubahan tunjangan kinerja tersebut dilakukan dengan mengacu pada

analisa kesetaraan internal dan analisa daya saing eksternal. Analisa kesetaraan

internal merupakan standar yang berimbang antara bobot jabatan, tanggung jawab

jabatan dan besarnya tunjangan. Pendekatan analisa kesetaraan internal

menemukan kondisi sebagai berikut:

1. Sekitar 1.6% total populasi berada diluar garis yang dapat disebabkan oleh :

a. Fakta bahwa praktek penentuan besaran tunjangan kinerja saat im

menekankan pada faktor senioritas; dan

b. Tingkat tunjangan kinerja saat ini tidak dikaitkan dengan bobot jabatan.

2. Terdapat penekanan yang sangat besar pada masa kerja yang dapat

menimbulkan ketidaksetaraan internal karena terdapat bobot jabatan yang

dibayar sama dengan jabatan dengan bobot yang lebih besar atau bahkan

atasannya;

139

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

3. Tidak ada hubungan yang jelas antara kinerja individual dengan tunjangan

kinerja yang diterima oleh masing-masing individu;

4. Tidak terdapat bukti yang jelas atas hubungan antara kinerja dan kenaikan gaji;

5. Tidak terdapat komponen tunjangan kinerja variabel. Di pasar, tunjangan

kinerja variabel digunakan untuk memotivasi karyawan dalam mencapai

sasaran individual mereka dan secara jelas membedakan karyawan yang

berkinerj a baik dan buruk.

Tunjangan kinerja diberikan untuk memotivasi kinerja, integritas,

profesionalisme, dan produktivitas pegawai Kejaksaan. Oleh karena itu jumlah

tunjangan kinerja sangat bergantung pada kinerja masing-masing individu.

Sebagai prasyarat untuk layak menerima tunjangan kinerja, pegawai Kejaksaan

nantinya harus menandatangani "Pakta Integritas". Pelanggaran terhadap "Pakta

Integritas" dapat mengakibatkan seorang pegawai kehilangan status

kepegawaiannya. Dengan demikian, besarnya tunjangan kinerja bersifat fluktuatif

tergantung kinerja pegawai yang bersangkutan.

Program remunerasi bermakna sangat strategis terhadap suksesnya

Reformasi Birokrasi di lingkungan Kejaksaan RI, hal ini mengingat dampak

paling signifikan terhadap kinerja lembaga akan sangat ditentukan oleh perubahan

kultur lembaga Kejaksaan RI dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya di

bidang penuntutan dan tugas-tugas lain yang diamanatkan oleh undang-undang.

Sedangkan keberhasilan merubah kultur tersebut, sangat ditentukan oleh tingkat

kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan RI.

140

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Walaupun disadari hal ini bukanlah satu-satunya barometer dalam

mengukur tingkat keberhasilan, namun sangat menentukan. Hal ini sejalan dengan

ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian yang mengatur : "Setiap Pegawai Negeri berhak

memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung

jawabnya. Selanjutnya, dalam Pasal 7 ayat (2) disebutkan bahwa : "Gaji yang

diterima oleh Pegawai Negeri hams mampu memacu produktivitas dan menjamin

kesej ahteraann ya."

Sistem Remunerasi mencerminkan perlakuan organisasi yang adil dan

proporsional terhadap pegawamya. Keadilan dan proporsional tersebut

dirumuskan melalui hasil evaluasi kinerja, besar penghasilan (gaji) yang diterima

oleh seorang pejabat atau pegawai, akan sangat ditentukan oleh bobot dan harga

jabatan yang dijabatnya dan bobot pekerjaan. Komponen remunerasi cukup

fleksibel telah mampu merespon perubahan dan perkembangan terhadap

pekerjaan yang dilakukan sehingga akan mampu memotivasi dan meningkatkan

dedikasi serta rasa memiliki pegawai terhadap institusinya. Dengan motivasi dan

dedikasi yang baik, maka pegawai akan bersedia untuk melakukan yang terbaik,

bahkan diluar tanggungjawabnya demi kemajuan institusi.

Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja, antara lain yang

paling menonjol adalah disiplin kerja dan motivasi kerja. Sedangkan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi motivasi kerja antara lain adalah gaji yang diterima;

insentif; perhatian harga diri pegawai; pemenuhan kebutuhan rohani; partisipasi

141

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

dan penempatan pegawai; rasa aman terhadap pekerjaan; dan perhatian terhadap

lingkungan pekerjaan.

Pemberian motivasi ini memang dirasa penting karena dapat memberikan

daya pendorong bagi pegawai dalam menjalankan pekerjaannya. Motivasi

eksternal dapat berbentuk sistem promosi, sistem penilaian prestasi kerja, imbalan

gaji, sistem pensiun dan jaminan hari tua dan berbentuk kesejahteraan lain,

sedangkan motivasi adalah motivasi berdasar rangsangan dalam, yaitu dorongan-

dorongan yang bersifat nurani dalam diri pribadi. Ekaprasetya Pancakarsa, nilai-

nilai agama, nilai-nilai luhur bangsa, pengamalannya dapat membentuk motivasi

dan perilaku yang produktif, manfaat dalam karya nyata. Ditinjau dari motivasi

internal bahwa manusia sebagai makhluk hidup akan bersedia memberikan yang

terbaik pada dirinya, waktunya, tenaganya, keahliannya dan keterampilannya

apabila ia diyakinkan bahwa ia akan diberi balas jasa yang setimpal dengan jasa-

jasa yang diberikannya.

Remunerasi untuk kepentingan organisasi mempunyai arti penting dan

mendapat perhatian serius karena remunerasi merupakan suatu dorongan motivasi

dalam meningkatkan semangat kerja karyawan yang dengan sendirinya

meningkatkan kinerja organisasi.

b. Pola Pikir dan Budaya Kerja

Pelaksanaan reformasi birokrasi salah satunya untuk mewujudkan

kepemerintahan yang baik, secara ontologism perubahan paradigma government

menuju governance berwujud pada pergeseran pola pikir dan orientasi yang

142

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

semula melayani kepentingan kekuasaan menjadi peningkatan kualitas pelayanan

publik. (Sedarmayanti 2009: 115).

Reformasi Birokrasi Kejaksaan pada dasarnya merupakan upaya untuk

melakukan pembaruan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan

birokrasi di lingkungan Kejaksaan. Salah satu tujuan Reformasi Birokrasi

Kejaksaan ini adalah untuk mewujudkan organisasi Kejaksaan yang berorientasi

pada hasil atau outcome (result oriented government) secara efisien dan efektif,

sehingga keberadaan Kejaksaan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh

masyarakat.

Dalam rangka mendorong tercapainya reformasi birokrasi Kejaksaan,

khususnya dalam mewujudkan result oriented goverment inilah maka

dilaksanakan evaluasi kinerja Kejaksaan. Evaluasi kinerja Kejaksaan ini bertujuan

untuk mengetahui kondisi objektif kinerja Kejaksaan saat ini dalam menerapkan

berbagai prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya manusia dan pencapaian hasil-

hasil organisasi Kejaksaan.

Berdasarkan Pedoman Umum Evaluasi Kinerja Organisasi Pemerintah

yang dikeluarkan oleh Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara, Evaluasi Kinerja

Kejaksaan ini dilakukan dengan melakukan penilaian evaluasi dalam 8 aspek

meliputi:

1. Aspek Kepemimpinan;

2. Aspek Perencanaan Kinerja;

3. Aspek Organisasi;

143

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

4. Aspek Manajemen SDM;

5. Aspek Penganggaran berbasis kinerja;

6. Aspek Pengukuran, Analisis dan Manajemen lnformasi;

7. Aspek Manajemen Proses; dan

8. Aspek Pencapaian Hasil.

Pembaharuan sistem pengawasan di Kejaksaan juga sangat tergantung

dari perubahan sikap dan budaya kerja seluruh aparat kejaksaan karena betapapun

baiknya suatu sistem tidak akan mungkin berjalan tanpa komitmen kuat dan

semangat yang tinggi untuk selalu memenuhi harapan masyarakat. Peran serta

publik juga menjadi faktor penting dalam pengawasan di kejaksaan, publik harus

selalu berperan aktif memberikan masukan dan dorongan yang obyektif untuk

bersama-sama menciptakan kejaksaan seperti yang selalu kita cita-citakan.

Penulisan ini bertujuan untuk menguraikan beberapa masalah yang dihadapi

kejaksaan dalam menyelenggarakan fungsi pengawasan, yaitu dengan melakukan

pemetaan awal terhadap permasalahan ketidakefektifan pengawasan internal yang

ada, seperti pengaturan yang tidak mengakomodir pengawasan khusus untuk

jaksa, permasalahan sumber daya manusia yang tersedia dalam menjalankan

fungsi tersebut hingga permasalahan kultur dan budaya personil Kejaksaan.

Budaya kerja Pegawai Negeri Sipil pada Kejaksaan masih dipandang

sebelah mata oleh masyarakat yang dinilai; lambat, birokratis, malas, dan biaya

tinggi. Namun di satu pihak ada pula yang berpandangan sebaliknya, bahwa

budaya kerja aparatur Kejaksaan sudah berangsur membaik, ditandai dengan

144

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

membaiknya pelayanan kepada masyarakat. Bagi Asisten Tindak Pidana Khusus

Kejaksaan Tinggi Gorontalo, pelayanan yang prima kepada masyarakat telah

menjadi prioritas yang dituangkannya dalam program kerja dan diimplementasi ke

dalam tugas dan fungsinya. Hal ini terbukti dengan banyaknya laporan dan

informasi yang diterima oleh Asisten Tindak Pidana Khusus dari masyarakat

Gorontalo.

Di setiap laporan yang masuk, oleh pihak Asisten Tindak Pidana Khusus

kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan penyidikan terhadap kasus yang

dilaporkan oleh masyarakat tersebut. Seluruh aparat Asisten Tindak Pidana

Korupsi melayani dan memeriksa laporan masyarakat dan kemudian diolah baik

secara administrasi maupun secara penindakan. Pelayanan yang baik terhadapan

laporan dan informasi yang diterima, kemudian secara profesional diolah dan

kemudian dilakukan penyidikan terhadap kasus tindak pidana khusus tersebut. Hal

ini membuktikan bahwa pegawai pada Asisten Tindak Pidana Khusus memiliki

pola pikir dan budaya kerja yang tinggi dan tanggap terhadap semua laporan

masyarakat yang masuk ke Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi

Gorontalo.

c. Pelayanan Publik

Ratminto dan Atik Septi Winarsih (dalam Hardiyansyah 2011 :11)

mendefinisikan Pelayanan publik atau pelayanan umum sebagai bentuk jasa

pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada

perinsipnya menjadi tangungjawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di

145

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

pusat, di daerah, dan di lingkungan BUMN atau BUMD, dalam upaya pemenuhan

kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pelayanan publik merupakan produk birokrasi publik yang diterima oleh

warga pengguna maupun masyarakat secara luas. Karena itu, pelayanan publik

dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukanoleh birokrasi

publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna (Dwiyanto 2006 : 136).

Menurut perspektif teoritik, telah terjadi pergeseran paradigm pelayanan

publik dari model publik tradisional (old public administration) ke model

manajemen publik baru (new public management), dan akhirnya menuju model

pelayanan publik baru (new public service) Denhardt and Denhardt (2000). Dalam

model new public service, pelayana publik berlandaskan teori demokrasi yang

mengajarkan adanya egaliter dan persamaan hak diantara warga Negara. Dalam

model ini, kepentingan publik dirumuskan sebagai hasil dialog dari berbagai nilai-

nilai yang ada di dalam masyarakat. Kepentingan publik bukan dirumuskan oleh

elite politik seperti yang tertera dalam aturan.

Birokrasi yang memberikan pelayanan publik harus bertanggung jawab

kepada masyarakat secara keseluruhan. Peran pemerintah adalah melakukan

negosiasi dan menggali berbagi kepentingan dari warga Negara dan berbagai

kelompok komunitas yang ada. Pelayanan publik harus responsive terhadap

berbagai kepentingan dan nilai-nilai publik. Satu hal yang harus dipahami bahwa

pengguna jasa selalu mempunyai keinginan dan harapan yang terns meningkat

dalam hal kecepatan, biaya, kenyamanan.

146

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Pada Kejaksaan Tinggi Gorontalo, khususnya pada Asisten Tindak

Pidana Khusus, dalarn rangka rneningkatkan pelayanan public, terns berusaha

rnernberikan pelayanan yang adil, transparant, responsif terhadap rnasyarakat.

Asisten Tindak Pidana Khusus telah rnernberikan pelayanan yang rnaksirnal

dengan rnernberi pelayanan yang adil, cepat dan tepat, tentunya dengan rnelihat

keterbatasan dan peraturan yang berlaku, narnun apa yang telah dilakukan pasti

berada dibawah keinginan dan harapan rnasyarakat yang selalu rnenginginkan

agar dilayani lebih baik dan lebih cepat.

Kepuasan penerirna layanan sangat berkaitan dengan kualitas pelayanan

yang diberikan. Antara Asisten Tindak Pidana Khusus dengan rnasyarakat

terdapat hubungan yang saling rnenguntungkan dan saling rnernbantu dalarn upaya

pernberantasan tindak pidana khusus di Gorontalo. Hal ini sebagairnana

dikernukakan oleh Inforrnan 3 (2015) yang rnenyatakan:

"Kami sangat rnernbutuhkan laporan dan inforrnasi dari rnasyarakat


tentang terjadinya kasus tindak pidana khusus. Harnpir sebagian besar
kasus tindak pidana khusus yang karni tangani berasal dari laporan
rnasyarakat. Untuk itu karni harus rnelakukan pelayanan terbaik dan
prirna kepada rnasyarakat karena telah turut rnernbantu karni
rnengentaskan kasus tindak pidana khusus di Gorontalo. Oleh sebab itu,
setelah karni rnenerirna laporan dan inforrnasi dari rnasyarakat, karni
segera rnenindaklanjuti laporan tersebut untuk diolah secara adrninistrasi
dan kernudian dilakukan penyidikan dan penindakan terhadap kasus
terse but."

Kotler (dalam Tjiptono, 1996: 147) rnengatakan bahwa kepuasan

pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah rnernbandingkan kinerja atau

hasil yang dia rasakan dibanding dengan harapannya. Setiap pelanggan atau

penerirna layanan tentu rnenghendaki kepuasan dalarn rnenerirna suatu layanan.

147

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Menurut Ratminto dan Atik (2005 :28), ukuran keberhasilan penyelenggaraan

pelayanan ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima layanan. Kepuasan

penerima layanan dicapai apabila penerima layanan memperoleh pelayanan sesuai

dengan yang dibutuhkan dan diharapkan. Dengan demikian kebutuhan para

penerima layanan harus dipenuhi oleh pihak penyelenggara pelayanan agar para

penerima layanan tersebut memperoleh kepuasan. Untuk itulah diperlukan suatu

pemahaman tentang konsepsi kualitas pelayanan.

Tuntutan para penerima layanan untuk mendapatkan pelayanan yang

lebih baik (service excellence) tidak dapat dihindari oleh penyelenggara jasa

pelayanan. Tuntutan para penerima layanan untuk memperoleh pelayanan yang

lebih baik harus disikapi sebagai upaya untuk memberikan kepuasan kepada

penerima layanan. Pelayanan yang berkualitas seringkali mengalami kesulitan

untuk dapat dicapai karena para pegawai tidak selalu memahami bagaimana cara

memberikan pelayanan yang berkualitas.

Dalam konteks inilah, maka segenap aparatur pada Asisten Tindak

Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo dituntut untuk mampu memberikan

pelayanan yang prima yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.

Keberhasilan mewujudkan kinerja pelayanan yang prima tentu tidak hanya

mengangkat citra Kejaksaan Tinggi Gorontalo tetapi sekaligus juga akan

mengangkat citra pelayanan publik oleh Kejaksaan secara nasional.

BABV

148

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, rnaka peneliti rnenyirnpulkan sebagai

berikut:

1. Bahwa irnplernentasi pelaksanaan reforrnasi birokrasi pada Asisten Tindak

Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo sebagairnana ditetapkan oleh

Kejaksaan Republik Indonesia yakni pernbenahan dan penataan kernbali

struktur organisasi Kejaksaan, peningkatan surnber daya rnanusia dan

percepatan penyelesaian pengananan perkara serta pernbenahan sistirn

pelayanan inforrnasi telah diterapkan dilaksanakan oleh Jajaran Kejaksaan

Tinggi Gorontalo khusus pada Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus dan

rnendapatkan respon yang baik dan dari seluruh pegawai pada Asisten

Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo

2. Bahwa pengaruh penerapan reforrnasi birokrasi pada Asisten Bidang Tindak

Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo rnelalui pernbenahan sistem

inforrnasi, penataan pernbangunan sumber daya manusia Kejaksaan,

penertibkan administrasi keuangan, peningkatan sarana dan prasarana, system

reward serta peningkatan kesejahteraan pegawai rnelalui remunerasi telah

rneningkatkan kenerja pegawai Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus yakni

telah mempengaruhi dan mengubah pola pikir, budaya kerja serta kinerja pegawai

pada Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Gorontalo yang senantiasa

dalam bekerja menjaga sikap profesional dan rnenjunjung tinggi nilai-nilai

149

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

moralitas (kejujuran, kesetiaan, komitmen), menjaga keutuhan pribadinya

sebagai seorang Jaksa maupun Tata Usaha; memiliki produktivitas yang

tinggi serta bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penegakan hukum

dengan melaksanakan serangkaian program kegiatan yang inovatif, efektif

dan efisien dalam mengelola sumber daya yang ada serta ditunjang oleh

dedikasi dan etas kerja yang tinggi dari aparatur serta mampu memberikan

pelayanan yang prima yang langsung dirasakan oleh publik .

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dalam kesempatan ini peneliti memberikan

saran sebagai berikut :

1. Oleh karena pelaksanaan reformasi birokrasi ternyata telah mempengaruhi dan

mengubah pola pikir, budaya kerja sumber daya manusia, kinerja pegawai maka

seharusnya Reformasi birokrasi pada Asisten Tindak Pidana Khusus pada

Kejaksaan Tinggi se-Indonesia pada khususnya dan pada jajaran Kejaksaan

Republik Indonesia pada umumnya wajib diterapkan dan dilaksanakan secara

maksimal guna memberi pelayanan yang prima kepada masyarakat demi

tercapainya pemerintahan yang baik (Good Government).

2. Perlu dilakukan pengawasan secara berjenjang dan menyeluruh serta evaluasi

kinerja pegawai dalam pelaksanaan refomasi birokrasi pada Asisten Tindak

Pidana Khusus pada Kejaksaan Tinggi se-Indonesia pada khususnya dan pada

jajaran Kejaksaan Republik Indonesia pada umumnya dalam setiap

pelaksanaan Rapat Kerja Teknis dan Rapat Kerja Nasional Kejaksaan RI.

150

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

DAFT AR PUST AKA

Ardilafiza, 2010, Independensi Kejaksaan Sebagai Pelaksana Kekuasaan


Penuntutan Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Jurnal
Konstitusi Edisi Pusat Kajian Konstitusi Fakultas Hukum Univeristas
Bengkulu Volume III Nomor 2 November 2010

Arens and Loebbecke. 2000. Auditing. Salemba Empat. Jakarta.

Atmosudirdjo, Prajudi. 1990. Dasar-dasar Administrasi Negara, Jakarta : Ghalia


Indonesia.

Baharuddin Lapa dan Moch. Yamin. 1987. Undang-Undang Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi. Alumni. Bandung.

Barda Nawawi Arief, 2008, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan


Penggulangan Kejahatan, Prenanda Media Grup, Jakarta,

Batley, Richard. 2004. Development and Change 35 (1): 31-56. Blackwell


Publishing, Oxford, UK.

Bogman, Robert dan Steven J. Taylor, 1993, Kualitatif Dasar-dasar Penelitian,


(Diterjemahkan oleh A. Khozin Afandi), Usaha Nasional, Surabaya.

Boyle, Richard. 2006. Public Sector Productivity Measurement: An Impossible


Task? (Chapter 5). Dublin: Institute of Publik Administration

Cameron, Kim S. 1994. Strategies for Succesfull Organizational Downsizing.


Journal of Human Resource Management, 33: 189-211

Cascio, W.F. et.al. 1997. Financial Concequences of Employment Change


Decisions in Major US Corporation. Academy of Management
Journal, 40: 1175-1189

Cascio, Wayne. 2009. Employment Downsizing and Its Alternatives: Strategies


for Long Term Succes. SHRM Fondation: Amerika Serikat

Case, Karl E. 2008. Musgrave's Vision on the Public Sector: the complex
relationship between individual, society and state in public good
theory. J Econ Finan 32: 348-355

Center Study for Living Standard. 1998. Productivity: Keyfor Economic Success.
Otawa: Center Study for Living Standard

151

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Danandjaja, James. 1994. Folk/or Indonesia: Ilmu, Gosip, Dongeng, dan lain-lain.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

David Keith dan Newstrom.J.W, Terjemahan Arif Dharma Perilaku Dalam


Organisasi, Erlangga, Jakarta.

Djoko Prakoso, 1988, Surat Dakwaan, Tuntutan Pidana dan Eksaminasi Perkara
di Dalam Proses Pidana, Liberty, Yogyakarta

Dwiyanto, Agus, 1999, Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik, Maka/ah


Seminar Kinerja Organisasi Sektor Publik Kebijakan dan
Persiapannya, Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fisipol UGM,
Yogyakarta.

------------ 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Pusat Studi


Kependudukan dan Kebijakan, UGM, Yogyakarta.

Dessler, Gary. 2009. Manajemen SDM: Buku 1. Jakarta: Indeks

Effendi, Marwan, 2005. Kejaksaan RI Posisi dan Fungsinya dari Perspektif


HUkum. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Freeman, Rebecca. 2008. Labour Productivity Indicators: Comparison of Two


Databases Productivity Differentials & The Balassa-Samuelson
Effect. OECD: Organisation for Economic Co-Operation and
Development

Freeman, S.J. 1993. Organizational Downsizing: A Convergence and


Reorientation Framework. Organization Science, 4: 10-29

Garna, Judistira K. 1999. Metoda Penelitian: Pendekatan Kualitatif, Bandung: Primaco


Akademika.

Gedeian, Arthur G. 1991. Organization Theory and Design. University of


Colorado at Denver

Gelderblom. 2005. The Relationship of Age with Productivity and Wages: A


literature review for the study 'Ageing and Employment'. Rotterdam:
SEOR, Erasmus Universiteit Rotterdam

Gibson, James L., Ivancevich, John M., and H. Donnely Jr. James H. 1992.
Organisasi dan Manajemen. Alih Bahasa Jorban Wahid. Jakarta.
Erlangga

152

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Giddens, Anthony . 1986. Capitalism and Social Modern Theory : An Analysis of


Writing of Mark, Durkheim and Max Weber, atau Kapitalisme dan
Teori Sosial Klasik dan Modern : Suatu Karya Tulis Marx, Durkheim
dan Max Weber, terjemahan Soeheba K., Jakarta: UI Press.

Gillet, Catherine, Douglas Obura, et.al.2010. Globalization : Social Cost and


Benefits for the Third World. " Communication Technology and the
Problems of Developing Countries" oleh Eko Harry Susanto.
Surakarta : Penerbit UNS Press.

Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi,


Yogyakarta

Gujarati, Damodar. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika. Buku I, Edisi 5.


Terjemahan Eugenia Mardanugraha, dkk. Jakarta: Salemba Empat

Gunarjo, Nursodiq. 2011. Reformasi Birokrasi, Syarat Mutlak Pembangunan


Ekonomi. Jurnal Dialog Kebijakan Publik, Edisi 5 September 2011:
45-62

Hamzah, Andi, 1984. Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya. PT.


Gramedia. Jakarta.

-----
1990. Pengatur Hukum Acara Pidana Indonesia. Ghalia Indonesia.
Jakarta.

Handler, Heinz et.al. 2005. The Size and Performance of Public Sector Activities
in Europe. Austrian Economics oflnstistute Research: Austria

Harahap, M. Yah ya, 1985. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP.


Pustaka Kartini. Jakarta.

2000. Pembahasan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan


Penuntutan. Cetakan II. Sinar Grafika. Jakarta.

Hamn M. Husein. 1991. Penyidikan dan Penuntutan Dalam Proses Pidana.


Rineka Cipta. Jakarta.

Hoffman, Dennis. 2005. The Productivity and Prosperity Project: An Analysis of


Economics Competitiveness. Arizona: WP Carey School of Business
Hoogvelt, Ankie M .1976. The Sociology of Developing Societes, The Mac
Millan Press Ltd.

Keban, T. Yeremia, 1998, Cara Pengukuran Variabel Penelitian, UGM


Yogyakarta.

153

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Koentjaraningrat. "Beberapa Dasar metode Statistik dan Sampling Dalam Penelitian


Masyarakat" dalam Koentjaraningrat (Redaksi). 1997. Metode-Metode
Penelitian Masyarakat. Edisi ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Kontras. 2010. Duabelas Tahun KontraS, " Human Loves Human : Politik
Kewargaan : Sebuah Harapan Kemanusiaan Indonesia" oleh F. Budi
Hardiman, Jakarta : Penerbit KontraS

Koontz, Harold J and Cyril O'Donnel, 1984. Management. Eigth Edition.

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:


Pembaruan.

Kusnendi. 2007. Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Alam. Penerbit Universitas
Terbuka: Jakarta

Labolo, Muhadam. 2011. Reformasi Birokrasi dan Implementasi Good


Governance. Jurnal Dialog Kebijakan Publik, Edisi 5 September
2011: 19-43.

LAN RI, 1997, Modul Pembelajaran Akuntabilitas Kinerja lnstansi Pemerintah,


Jakarta :LembagaAdministrasi Negara.

LAN-BPKP, 2000, Akuntabilitas dan Good Governance, Jakarta: LAN RI


Monitoring dan Evaluasiv Dan Quality Assurance Reformasi
Birokrasi Nasional

Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: STIM YKPN

Manan, Bagir. 2004, Hukum Positif Indonesia: Satu Kajian Teoritik, FH UII
Press, Yogyakarta.

Mangkuprawira, Sjafri & Aida Vitayala Hubeis. 2007. Manajemen Mutu Sumber
Daya Manusia, Ghalia Indonesia. Bogor.

Mankiw, Gregory. 2011. Principle of Economics. Sixth Edition. Mason, USA:


South-Western Cencage Learning

Mark, Turner and David Hulme, 1997, Governance, Administration and


Development, London, Macmillian Press LTD

Massnaoui, Khalid El dan Mhamed Biygautane. 2011. Downsizing Marocco 's


Public Sector: Lesson from the Voluntary Program. Dubai: Dubai
School of Government, World Bank.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Penerbit ANDI

154

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

McGraw-Hill, Kogakusha, Ltd. Lenvine, Charles H., 1990, Public


Administration: Challenges, Choices, Consequences, Scott
Foreman/Litle Brown Higher Education : Glenview, Illianos.
Miles, M.B dan Huberman, A.M, 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press

Moleong, Lexy J., 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Karya,


Bandung.

Muhammad, Fadel. Reinventing Local Government: Pengalaman Dari Daerah,


PT Gramedia, Jakarta.

Mulyana, Deddy. 200 I. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu


Komunikasi dan !!mu Sosial Lainnya, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Murti, Bhisma. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif di Bidang Kesehatan edisi ke-2. Yogyakarta: UGM
press.

Nasution. 2003. Metode Research, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nazir, M. 1985. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ngutor, Ikyannyon Darius. 2011. The Impact of Downsizing on


Competetitiveness of Banks in Nigeria: A Study of Selected Banks in
Makurdi Metropolis. International Journal of Business &
Management Tomorrow Vol. I, No.3: 1-6

Osborne, David dan Ted Gaebler, 1996. Mewirausahakan Birokrasi, terjemahan:


Abdul Rasyid, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Ours, Jan C. van dan Lenny Stoeldraijer. 2010. Age, Wage and Productivity.
Discussion Paper No.4765, February. Bonn, Germany: The Institute
for the Study of Labor (IZA)

Pamudji S. 1993, Kepemimpinan Pemerintahan di ldonesia, Bumi Aksara,


Bandung.

Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik, Alfabeta. Jakarta.

Prawirosentono, S ., 1999, Kebijakan Kiner}a Karyawan, BPFE Y ogyakarta.

Priyodarminto Soegeng (1994) ; Disiplin Kiat Menuju Sukses, Jakarta, Paradnya


Parmita.
Purwanto, Erwan Agus dan Wahyudi Kumorotomo. 2005. Birokrasi Publik
Dalam Sistem Politik Semi-Parlementer, Gava Media, Yogyakarta.

155

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Rabin, Jack. 1999. Organizational Downsizing: An Introduction. M@n@gement


Vol.2, No.3: 30-43

Rama, Martin. 1999. Public Sector Downsizing: An Introduction. The World


Bank Economic Review, Vol. 11, No. 1: 1-22

Ridwan, HR. 2006. Hukum Administrasi Negara. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Robbins, Stephen P (2002), Organizatioonal Behaviour, New Jersey : Prentice


Hall Publishing Inc.

Rochman, Meuthia Ganie, 2000. Artikel: Good Governance: Prinsip, Komponen


dan Penerapannya, Komnas HAM, Jakarta.

Rogers, Everett M and Lynne Svenning . 1969. Modernization Among Peasant,


New York : Holt, Rinehart and Winston.

Rogers, Everett M.1986. Communication Technology The New Media m


Society, New York: The Free Press.

Romli, Lili, 2007. Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal :
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Rusidi, 2000. Metodologi Penelitian Masyarakat (Kumpulan Materi Kuliah). Bandung:


Program Pascasarjana Unpad

Said, Mas'ud, 2007, Birokrasi di Negara Birokratis, UMM Press, Malang.

Said, Sudirman & Suhendra, Nizar. 2002. Korupsi dan masyarakat Indonesia.
Dalam Hamid Basyaib, Richard Holloway, & Nono Anwar Makarim
(Ed.). Mencuri uang rakyat: 16 kaj ian korupsi di Indonesia (Buku 1).
Jakarta: Aksara Foundation.

Samovar, Larry A and Richard E. Porter and Edwin R. McDaniel. 2005.


Communication Between Cultures, Sixth Edition, Australia : thomson
Wadsworth

Santosa, Pandji. 2008. Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi Good Governance
Cetakan. Pertama, PT. Refika Aditama, Bandung.

Sedarmayanti, 2003. Good Governance: Dalam Rangka Otonomi Daerah Upaya


Membangun Organisasi Efektif dan Efisien melalui Restrukturisasi
dan Pemberdayaan, Ed 1, Mandar Maju, Bandung.

156

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Seno Adji, Indriyanto, 2001. Arah Sistem Peradilan Pidana. Kantor pengacara
dan Konsultan Hukum Prof. Oemar Seno Adji dan Rekan. Jakarta.

Setiyono, Budi, 2004, Birokrasi Dalam Perspektif Politik dan Administrasi,


Puskodak Undip, Semarang.

Sharma, Kanhaiya L. 2008. Public Sector Downsizing in the Cook Islands: Some
Experience andLesson. South Pasific Studies Vol.28, No.2

Siagian, Sondang P. 2005. Manajemen Stratejik. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial, PT Refika Aditama, Bandung.

Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kerja. Lembaga


Penerbit FEUI, Jakarta.

Singarimbun, M, dan S. Effendi, 1995. Methode Penelitian Survey, Cetakan II,


Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia,

Soekarno, K. 1986. Dasar-Dasar Manajemen, Miswar, Jakarta.

Soewartojo, Juniadi. (1995). Korupsi: Pola Kegiatan dan Penindakannya serta


Peran Pengawasan dalam Penanggulangannya. Jakarta: Restu Agung

Stair, Ralph, and Reynolds, George. 2006. Fundamentals of Information Systems,


3rd/4th Edition, Thomson

Steers, Richard M. Terjemahan Yamin Magdalena, 1997. Ejfektivitas Organisasi,


Jakarta, Erlangga.

Stevens, Philip dan Martin Weale. 2003. Education and Economic Growth.
London: National Institute of Economic and Social Research

Subagio, Rahmat. 2012. Tes is, Analisis Penerapan Reformasi Birokrasi Pada
Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tanjung Priok, Universitas
Indonesia, Jakarta.

Subrata, Gatot. 2009. Automasi Perpustakaan, Universitas Negeri Malang,


Malang.

Suderajat, Herry. Pengembangan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia


Aparatur Pemerintah Daerah. Jurnal. Unas.ac.id. 2012.

Sudjarwo. 2001. Metodologi Penelitian Sosial, Bandung: Mandar Maju.

Sugiyono, 1992, Methode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

157

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit


Alfabeta: Bandung

Sujarwa, (2000), Manusia Dan Fenomena Budaya, Yogyakarta, Universitas


Ahmad Dahlan.

Suprayogo, Imam dan Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Suradinata, Ermaya. 1998. Manajemen Pemerintahan dan Otonomi Daerah,


Ramadan, Bandung.

Suranto, AW. 2005. Komunikasi Perkantoran; Prinsip Komunikasi untuk


Meningkatkan Kinerja Perkantoran, Cetakan I. Media Wacana,
Yogyakarta.

Susilo L Nining (2000) ; Reformasi Pembangunan, Jakarta, MEP UI.

Tan, Mely G. 1984. Segi-Segi Sosial Budaya Kebiasaan Pangan di Indonesia, dalam:
Maluku dan Jrian Jaya, Jakarta: Buletin Leknas, Vol. III. No. I.

Thoha, Miftha, 2001, Pemimpin Dan kepemimpinan, Raja Gravindo Persada,


Jakarta.

Timasheff, Nicholas. 1967. Social Change in The Twentieth Century, New York :
Random House Pub.

Tjiptoherijanto, Prijono. 2001. Proyeksi Penduduk, Angkatan Kerja, Tenaga


Kerja, dan Peran Serikat Pekerja dalam Peningkatan Kesejahteraan.
Majalah Perencanaan Pembangunan. Edisi 23.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1995. Pengantar Administrasi Pembangunan. LP3S.


Jakarta

Tome, Abdul Hamid, Jurnal Hukum; Reformasi Birokrasi Dalam Rangka


Mewujudkan Good Governance Ditinjau dari Peraturan Menteri
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20
Tahun 2010, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Transparency International. (2007). Global corruption report 2007: Corruption in


judicial systems. Cambridge University Press

Triandayani, Luh Nyoman Dewi (penyunting). (2002). Budaya Korupsi ala


Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Pengembangan Kawasan.

158

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan


Republik Indonesia

Utomo, Warsito dan Zaenal Abidin, 2000, Hand Out Analisis Organisasi Publik,
Program Magister Administrasi Publik, UGM Yogyakarta.

Vredenbregt, J. 1984. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia.

W. J. S. Poerwadarminta. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN. Balai


Pustaka. Jakarta.

Wasistiono, Sadu. 2003. Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah, CV


Fokusmedia, Bandung.

Wibowo. 2008. Manajemen Kinerja, Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Wicaksono, Kristian Widaya. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintahan.


Y ogyakarta: Graha Ilmu.

Widodo, Joko. 2011. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Kebijakan
Publik, Bayumedia, Malang

Winarno, Budi. 2004. Teori dan Proses Kebijakan Publik, Media Pressindo,
Y ogyakarta.

Yin, Robert K. Case Study Research: Design and Methods (Applied Social
Research Methods), Illionois, Sage Publication, Inc.

Zeithmal, Valarie A., Parasuraman, A., and Leonard L. Berry, 1990. Delivering
Quality Service: Balancing Customer Perception and Expectation.
Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: IIP.

Zainudin. 2003. Analisis Faktor-faktor yang Memperngaruhi Produktivitas Kerja


pada Badan Pusat Statistik di Kabupaten Semarang. Tesis: Universitas
Diponegoro Semarang

PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin


Pegawai Negeri Sipil

159

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010, tentang Grand


Design Reformasi Birokrasi 2010 - 2025

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2002 tanggal 14 Maret


2002 tentang Pembentukkan Kejaksaan Tinggi Banten, Kejaksaan
Tinggi Kepulauan Bangka Belitung, dan Kejaksaan Tinggi Gorontalo

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu
Pelayanan Aparat Pemerintah kepada masyarakat.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : Kep/25/M/PAN/


2/2004 tanggal 24 Februari 2004 tentang Pedoman Umum
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi
Pemerintah

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Reformasi Birokrasi.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


Nomor 20 tahun 2010 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi 2010 -
2014.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
Manajemen Perubahan

Kemenpan, Pelaksanaan Program Reformasi Kejaksaan berpedoman pada


ketentuan/ peraturan/ juklak yang dikeluarkan oleh MENPAN yaitu
Peraturan MENPAN No. 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum
Reformasi Birokrasi

Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia nomor PER-009/A/JA/0112011


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia

Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-009/A/JA/01/2011


tanggal 24 Januari 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia

DOKUMEN

Azis, Abdul, Pemantauan Terhadap Kinerja Kejaksaan Terhadap Proses


Peradilan Pidana. Tulisan disampaikan pada Workshop Pemantauan
Kejaksaan diselenggarakan oleh MaPPI dan Yayasan TIFA di Jakarta.
28-30 Juni 2004.

160

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Badan Kepegawaian Negara. 2013. Distribusi Jumlah PNS Dirinci Menurut


Tingkat Pendidikan dan dan Jenis Kelamin Januari 2013.
(www.bkn.go.id)

Daniel, Wahyu. 2012. Birokrasi 'Gemuk', Pekerjaan 3 Orang Ditangani 20


Orang. (http://finance.detik.com/)

Effendi, S. 2000. Maka/ah: Reformasi Administrasi, Ceramah Pada Re-entry


Workshop StrategicManagement of Local Authorities tanggal 21 Juli
2000, Diselenggarakan oleh Badan Diklat Depdagri, Jakarta.

Effendi, Taufiq, Agenda Strategis Reformasi Birokrasi menu.Ju Good Governance,


www.setneg.go.id

Harkristuti Harkrisnowo. Membangun Strategi Kinerja Kejaksaan bagi


Peningkatan Produktivitas, Profesionalisme, dan Akuntabilitas Publik:
Suatu Usulan Pemikiran. Maka/ah disampaikan pada Seminar Strategi
Peningkatan Kinerja Kejaksaan dalam Rangka Mewujudkan
Supermasi HUkum. Diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kejaksaan Agung di Jakarta. 22 Agustus 2001.

Harkristuti Harkrisnowo, "Kejaksaan Agung dalam Tatanan Kelembagaan:


Beberapa catatan Awal", Maka/ah disampaikan pada Seminar Hukum
dalam Konteks Perubahan ke Dua UUD 1945 yang deselenggarakan
oleh MPR dan Fakulktas Hukum Universitas Indonesia. Jakarta 24-26
Maret 2000

Hernadi Affandi, Membenahi Birokrasi Luar Dalam, Pikiran Rakyat, Edisi 18


Januari, 2008. Bandung

Kejaksaan Tinggi Gorontalo, Laporan Kinerja Kejaksaan Tinggi Gorontalo Tahun


2014, Gorontalo.

Mustopadidjaja.2003. Reformasi Birokrasi Sebagai Syarat Pemberantasan KKN.


Maka/ah disajikan dalam Seminar Pembangunan Nasional VIII,
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Denpasar, 14-18
Juli.

Prijono. Reformasi Birokrasi di Indonesia, Maka/ah, pada seminar di Universitas


Indonesia tanggal 16 September 2009. Reformasi Birokrasi Barn
Tahap Rencana. Suara Merdeka, 5 juni 2009.

Suhadibroto. Kualitas Aparat Kejaksaan dalam Upaya Melasanakan Penegakan


Hukum. Maka/ah disampaikan pada Lokakarya Pemantauan
Kejaksaan diselenggarakan oleh MaPPI FHUI dan Yayasan TIF A di
Jakarta. 28-30 Juni 2004.

161

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Supandji, Hendarman, Peningkatan Peran Masyarakat Melalui Program


Pemantauan Guna Penguatan Fungsi Pengawasan Internal Kejaksaan.
Makalah disampaikan pada Lokakarya Pemantauan Kejaksaan
diselenggarakan oleh MaPPI FHUI dan Yayasan TIF A di Jakarta. 28-
309 Juni 2004.

162

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka


42705.pdf

Lampiran:
DAFT AR INFORMAN

Informan 1 Kepala Kejaksaan Tinggi Gorontalo: Herman Koedoeboen

Informan 2 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Gorontalo: Tedjolekmono

Informan 3 Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus: Meran Djeman

Informan 4 Kepala Seksi Penyidikan: Dadang M. Djafar

Informan 5 Kepala Seksi Penuntutan: Abraham J. Batoek

Informan 6 Kepala Seksi Upaya Hukum, Eksekusi, dan Eksaminasi: Petrus J.


Sumelang.

Pedoman wawancara

163

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka

You might also like