Laporan Praktikum Patologi Klinik Urinalisis
Laporan Praktikum Patologi Klinik Urinalisis
Laporan Praktikum Patologi Klinik Urinalisis
: VI B :4 :1 : Anatyara Safitri Ikha Nur Astuti Ira Juhairiah Juni Trianto Novi Adelita
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA 2012
BAB I PENDAHULUAN
1. Mendeteksi gangguan endokrin dan kelainan meta bolisme 2. Mendeteksi kelainan organ: a. Kelainan hati (hepatitis) : Bilirubinuria & urobilinogenuria meningkat b. Saluran empedu : urobilinogenuria menurun c. Pankreas : Glukosuria d. Hemolisis intravascular : Hemoglobinuria meningkat e. Hemolisis ekstravascular : Eksresi urobilinogenuria meningkat
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang di ekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau
cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang
penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. A. Spesimen Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar. Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan gunakan urin yang mengandung antiseptik. Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil. Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain : unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap.
B. Pemeriksaan Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia Urin Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit. a. Pemeriksaan Makroskopik Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin. 1. Volume urin Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri. Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
2. Warna urin Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria). Urin yang baru di kemihkan berwarna jernih. Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
Merah : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna. Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin. Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin. Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik. Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran. Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa. Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol. Seprti susu : Penyebab patologik : fosfat dan urat jumlah besar, getah prostat protein yang membeku.
3. Bau urin Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
b. Pemeriksaan Mikroskopik Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB. Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah ratarata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal. 1. pH urin Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat mempengaruhi pH urine. Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine : pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi. pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman. 2. Pemeriksaan glukosa Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl. Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl. Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi. 3. Berat jenis urin Pemeriksaan berat jenis urin dapat dilakukan dengan cara piknometer, carik celup, dan urinometer. Yang lebih umum di gunakan adalah dengan carik celup, namun pemeriksaan berat jenis urin dengan piknometer lebih teliti. Tingginya berat jenis itu memberi kesan tentang pekatnya urin, jadi bertalian dengan faal pemekat ginjal.
BJ urin 24 jam pada orang normal sekitar 1,016 1,022. Sedangkan BJ urin sewaktu pada orang normal 1,003 1,030. Bila BJ urin sewaktu 1,025 atau lebih sedangkan reduksi urin dan protein negatif, hal ini menunjukan faal pemekatan ginjal baik. Dan bila BJ urin lebih dari 1,030 kemungkinan glukosuria. Urin yang jumlahnya sedikit dapat diencerkan dengan aquadest, sedangkan urin yang sangat sedikit Bjnya dapat ditentukan dengan alat refraktometer.
Gambar refraktometer
4. Pemeriksaan protein urin Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria. Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein tinggi. Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel. Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein. Protein Bence Jones merupakan protein globulin monoclonal yang dapat ditemui di dalam darah dan urin yang berukuran kecil dengan berat molekul antara 22 hingga 24 kDa (kilo Dalton). Pada keadaan normal, protein Bence Jones tidak ditemukan pada urin manusia. Jika protein Bence Jones ditemukan pada urin seseorang, maka hal itu merupakan indikasi bahwa
orang tersebut menderita Multiple Myeloma yang dikenal juga dengan nama Plasma Cell Myeloma atau Kahlers disease. Multiple myeloma merupakan bentuk kanker dari sel-sel plasma dimana sel-sel yang abnormal akan terakumulasi di tulang sehingga menyebabkan terjadinya lesi atau luka pada tulang. Adanya protein Bence Jones yang ditemukan pada urin digunakan sebagai penegakan diagnosis awal atas seseorang yang menderita kegagalan ginjal sebagai manifestasi dari penyakit Multiple Myeloma atau Kahlers disease. Ukurannya yang kecil membuat protein Bence Jones dapat lolos dari proses penyaringan (filtrasi) yang terjadi di ginjal. Keadaan ditemukannya protein di dalam urin disebut proteinuria. Kadar protein yang tinggi di dalam urin atau adanya gejala-gejala yang mengarah pada keadaan multiple myeloma merupakan dasar dilakukannya pengujian (tes kuantitatif) protein Bence Jones. Urine immunofixation adalah metode pengujian terbaik untuk mendeteksi protein Bence Jones. Prinsipnya adalah mendeteksi melalui proses pengendapan yang terjadi sebagai akibat dari terjadinya reaksi spesifik antara Antigen (dalam hal ini adalah protein Bence Jones) dengan Antibodi. Pengendapan dapat dilihat langsung dengan mata telanjang atau mikroskop.
Alat dan Bahan 1. Urin 2. Asam sulfo salisilat 20 % 3. Larutan Benedict 4. Tabung reaksi 5. Glas ukur 6. Carik celup 7. pH indikator 8. Pipet tetes 9. Piknometer
Prosedur Kerja 1. Pemeriksaan warna urin Isilah tabung reaksi dengan urin dan perhatikan warna urin pada sikap miring. 2. Pemeriksaan kejernihan urin Isilah tabung reaksi dengan urin dan perhatikan kejernihan urin pada sikap miring kearah cahaya. Kejernihan dinyatakan dengan : jernih, agak keruh, keruh dan sangat keruh. 3. Pemeriksaan bau urin Siapkan urin dalam wadah, kemudian cium bau urin. 4. Pemeriksaan pH urin Siapkan urin dalam wadah kemudian kemudian celupkan pH indikator dan amati berapa pH urin tersebut. 5. Pemeriksaan berat jenis urin a. Piknometer
Timbang pikno kosong dan catat beratnya. Kemudian timbang pikno yang berisi air dan catat beratnya. Timbang pikno yang berisi urin dan catat berapa beratnya. Setelah di peroleh beratnya masing-masing, hitung berapa BJ urin.
b. Urinometer Tuang urin kedalam glas ukur 100 ml Masukan urinometer ke dalam gelas ukur tersebut Baca sekala pada urinometer
6. Uji protein Isilah 2 tabung reaksi dengan urin masing-masing sebanyak 2 ml Ambil satu tabung yang berisi urin kemudian tambahkan asam sulfosalicyl 20 % sebanyak 8 tetes Bandingkan urin yang telah di tambahkan asam sulfosalicyl 20 % dengan urin yang tidak di tambahkan asam sulfosalicyl 20 % 7. Uji glukosa Siapkan larutan benedict sebanyak 2 ml ke dalam 2 buah tabung reaksi Ambil satu tabung yang berisi benedict kemudian tambahkan 4 tetes urin Bandingkan benedict yang di tambahkan urin dengan benedict yang tidak di tambahkan urin
A. Hasil Praktikum Makroskopis Urin No 1 2 3 4 5 Nama Mahasiswa Fida Amalia M. Adrian Ari Permana Juni Trianto Fadila Uji Warna Kuning Kuning tua Kuning tua Kuning muda Kuning tua Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Bau Urin Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Protein
pH
1 2 3 4 5
Fida Amalia
15 -
6 6 6 6 6
Perhitungan BJ BJ =
(pikno + urin) (pikno kosong) (pikno + air) (pikno 47,712 22,761 47,600 - 22,761 49,301 22,700 48,556 - 22,700 48,001 22,709 47, 595 - 22,709 47,884 22,688 47,584 - 22,688 48,017 23,014 47,639 - 23,014
BJ urin kelompok 1 =
= 1,0045 g/ml
BJ urin kelompok 2 =
= 1,0288 g/ml
BJ urin kelompok 3 =
= 1,0163 g/ml
BJ urin kelompok 4 =
= 1,0121 g/ml
BJ urin kelompok 5 =
= 1,0131 g/ml
Pembahasan : 1. Pemeriksaan Makroskopis Urin Pemeriksaan makroskopis urin yaitu meliputi pemeriksaan warna, bau, dan kejernihan. Pada uji kejernihan urin, kelima sempel dinyatakan jernih. Urin yang baru di kemihkan berwarna jernih jika terjadi kekeruhan kemungkinan disebabkan oleh adanya bakteri-bakteri, fosfat-fosfat karena makanan banyak karbonat, cylus, atau unsur-unsur sedimen dalam jumlah besar seperti eritrosit, leukosit, sel-sel epitel. Pada pemeriksaan bau urin, kelima sampel tidak ada bau yang abnormal. Jika terjadi bau yang berlainan seperti bau amoniak penyebabnya yaitu karena infeksi kandung kemih sehingga terjadi perombakan ureum oleh bakteri dalam kandung kemih. Dan pada tingkat keganasan bau urin menjadi bau busuk.
Pada pemeriksaan warna urin terjadi beberapa perbedaan warna. Tiga sampel urin berwarna kuning tua, satu sampel berwarna kuning dan satu sampel berwarna kuning muda. Urin yang berwarna kuning disebabkan oleh urobilin, bilirubin, dan obat-obatan seperti santonin, ribovlavin. Urin yang berwarna kuning muda disebabkan oleh besarnya diuresis. Karena pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis, semakin besar diuresis maka semakin muda warna urin tersebut.
2. Pemeriksaan Kimia Urin Pemeriksaan kimia urin yaitu meliputi pemeriksaan Berat jenis urin, uji protein, uji glukosa, dan pemeriksaan pH urin. Pada pemeriksaan pH urin, kelima sampel urin pH-nya adalah 6. pH urin normal dapat berkisar 4,6 8,5. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obatobatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat mempengaruhi pH urine. Pada uji glukosa, kelima sampel hasilnya negatif. Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Jika terdapat glukosa dalam urin kemungkinan orang itu mengalami glukosuria. Pada pemeriksaan BJ urin, kelima sampel urin tersebut BJ-nya bervariasi. BJ dari kelima sampel urin tersebut normal. BJ urin sewaktu pada orang normal 1,003 1,030. jika BJ urin tinggi itu artinya diuresis menurun, begitu juga sebaliknya. Pada uji protein, kelima sampel urin tersebut menunjukan negatif ketika uji benedict. Tetapi pada carik celup ada satu sampel urin yang mengandung protein.
BAB V KESIMPULAN
1. Bj normal pada urin sekitar 1,025 2. pH urin sekitar 4,6 8,5 3. Urin yang baik pada orang normal tidak mengandung glukosa dan protein 4. Pada pemeriksaan urinalisis, kelima sampel urin tersebut normal tidak menunjukan adanya kelainan atau adanya penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/urinalisis-1.html http://www.smallcrab.com/kesehatan/795-penilaian-hasil-pemeriksaan-urine
http://informasitips.com/protein-bence-jones
http://www.ivanhoesada.com/id/artikel/urinalisis http://id.wikipedia.org/wiki/Urin