Makalah Parenkim Fix
Makalah Parenkim Fix
Makalah Parenkim Fix
PARENKIM
disusun oleh:
Aulia Rahma (3415122184)
Bagus Tito Wibisono (3415120260)
Gita Sulistianingrum (3415122170)
Dosen : Dra. Ratna Dewi W., M.Si.
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan makalah anatomi tumbuhan yang berjudul Parenkim dengan
baik.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Ratna Dewi W., M.Sc. selaku
dosen mata kuliah Anatomi Tumbuhan serta pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis tidak menutup segala kemungkinan untuk kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
Jakarta, September 2013
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................................3
Latar Belakang ..................................................................................................................... 3
Rumusan Masalah...................................................................................................................3
Tujuan......................................................................................................................................3
Manfaat....................................................................................................................................3
BAB II : ISI.............................................................................................................................4
Defenisi Parenkim....................................................................................................................4
Ciri-ciri Umum Parenkim.........................................................................................................4
Batasan Parenkim.....................................................................................................................5
Asal-usul Parenkim...................................................................................................................6
Struktur dan Isi Sel Parenkim...................................................................................................7
Bangun dan Tatanan Sel Parenkim..........................................................................................10
BAB 3 : PENUTUP.................................................................................................................15
Kesimpulan...............................................................................................................................15
Saran.........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
LAMPIRAN.............................................................................................................................17
Soal...........................................................................................................................................17
Kunci Jawaban.........................................................................................................................19
Analisis Soal 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Anatomi tumbuhan adalah salah satu disiplin ilmu yang terinci dan merupakan salah
satu bagian botani yang tertua. Ilmu ini mengkaji tentang letak dan fungsi organ dalam pada
tumbuhan. Tak hanya itu, dengan adanya ilmu anatomi tumbuhan ini, sekarang dapat
dipahami dengan lebih baik mengenai struktur, fungsi, dan keuntungan sebuah organ atau
jaringan. Salah satu jaringan yang termasuk dalam bagian anatomi tumbuhan adalah jaringan
parenkim.
Parenkim merupakan bagian utama sistem jaringan dasar dan terdapat pada berbagai
organ sebagai jaringan yang sinambung seperti pada korteks dan empulur batang, korteks
akar, serta jaringan dasar pada tangkai daun dan mesofil daun. Parenkim terdiri dari sel hidup
yang bermacam-macam bentuk sesuai dengan fungsinya yang berbeda-beda pula. Parenkim
biasanya berupa jaringan yang selnya tidak menunjukan spesialisasi dan dapat terlibat dalam
berbagai fungsi fisiologi tumbuhan.Walaupun struktur morfologi dan fisiologinya bermacam-
macam, akan tetapi pada umumnya dapat dinyatakan bahwa parenkim memiliki sifat-sifat
yang sama.
b. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian jaringan parenkim?
2. Bagaimana karakteristik dan struktur jaringan parenkim?
3. Bagaimana klasifikasi jarinagan parenkim berdasarkan letak dan fungsinya?
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian jaringan parenkim
2. Untuk mengetahui karakteristik dan struktur jaringan parenkim
3. Untuk mengetahui klasifikasi jaringan parenkim berdasarkan letak dan fungsinya
d. Manfaat
1. Mengetahui pengertian jaringan parenkim
2. Mengetahui karakteristik dan struktur jaringan parenkim
3. Mengetahui klasifikasi jaringan parenkim berdasarkan letak dan fungsinya
4
BAB II
PEMBAHASAN
a. Definisi Parenkim
Jaringan parenkim atau sering pula disebut jaringan dasar (ground tissue), merupakan
suatu jarinagan yang terbentuk dari sel-sel hidup, dengan struktur morfologi dan fisiologi
yang bervariasai dan masih melakukan proses kehidupannya. Parenkim sering dikatakan
sebagai jaringan dasar, hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa dari aspek morfologi dan
fisiologi jaringan ini mendasari jaringan-jaringan lainnya. Secara filogenetik parenkim juga
merupakan cikal bakal jaringan-jaringan lainnya.
b. Ciri-ciri Umum Parenkim
Jaringan parenkim tersusun dari sel-sel hidup berdinding tipis dan berbangun
polihedral, serta terkait dengan aktivitas vegetatif tumbuhan. Sel-sel individual penyusun
jaringan parenkim disebut sel parenkim.
Bila dipandang dari aspek morfologi, jaringan parenkim mendasari jaringan-jaringan
lainnya, misalnya jaringan buluh angkut tampak terbenam dalam jaringan dasar ini.
Sedangkan dari aspek fisiologi jaringan parenkim ini mendasari pembentukan jaringan-
jaringan lainnya seperti jaringan meristem dan sel-sel reproduktif, lagi pula sel-sel parenkim
juga terlibat dalam penyembuhan luka dan regenerasi.
Pada struktur primer, parenkim berkembang dari meristem dasar, sedangkan yang
berhubungan dengan unsur-unsur vaskular berkembang dari prokambium atau kambium.
Felogen (kambium gabus) pada banyak tumbuhan juga menghasilkan parenkim (feloderm).
Parenkim terdiri atas sel-sel hidup yang dengan berbagai bentuk dan dengan fungsi yang
berbeda.
Parenkim tergolong jaringan sederhana. Sel parenkim hidup, berdiameter kira-kira
sama sehingga sel berbentuk membulat pada tampang melintangnya, berdinding tipis,
mempunyai protoplas, dan berkemampuan membelah bahkan pada waktu sudah dewasa.
Pada banyak tumbuhan parenkim merupakan penyusun sebagian besar organ, misalnya
5
empulur, mesofil daun, dan daging buah. Daerah korteks dan perisikel seluruhnya atau
sebagian besar tersusun dari parenkim, demikian pula halnya di bagian xilem dan floem.
Jarinagan parenkim ini merupakan tempat utama aktivitas esensial tumbuah seperti
fotosintesis, asimilasi, respirasi, penimbunan makanan cadangan, sekresi, ekskresi, atau
dengan kata lain segala aktivitas yang tergantung pada kehadiran protoplas hidup.
c. Batasan Parenkim
Sel parenkim dapat muncul dalam massa berkelanjutan yang luas sebagai jaringan
parenkim. Sel-sel parenkim dapat pula berhimpun dengan tipe-tipe sel lain dalam jaringan
nhheterogen secara morfologis. Empulur dan korteks pada batang dan akar, jaringan
fotosintesis (atau mesofil), daun daging buah, sukulen, endosperma biji itu semua adalah
contoh-contoh bagian tumbuhan yang sebagian besar atau seluruhnya tersusun dari
parenkim.Sebagai komponen jaringan heterogen, sel-sel parenkim membentuk jejari vaskular
dan deretan vertikal sel-sel hidup pada xilem dan floem. Kadang-kadang suatu jaringan
parenkimatis esensial mengandung sel-sel atau kelompok sel-sel parenkimatis atau non
parenkimatis, yang secara morefologis atau fisiologis berbeda dari massa sel yang pokok
dalam suatu jaringan.
Struktur jaringan parenkim yang beragam dan sebaran sel-sel parenkim dalam tubuh
tumbuhan melukiskan dengan jelas masalah yang terkait dengan dan klasifikasi yang tepat
suatu jaringan. Pada satu sisi, parenkim cocok dengan definisi yang terbatas suatu jaringan
yang menyatakan sebagai kelompok sel yang mempunyai asal-usul bersama, yang pada
dasarnya mempunyai kesamaan dalam struktur dan fungsi. Di sisi lain, kehomogenan
jaringan parenkim dipecah oleh kehadiran sejumlah sel nonparenkimatis, atau sel-sel
parenkim muncul sebagai salah satu di antara berbagai tipe sel dalam suatu jaringan yang
heterogen.
Dengan demikian penentuan batasan yang pasti bagi parenkim sebagai suatu jaringan
tidak tepat pada tubuh tumbuhan. Lagi pula, sel-sel parenkim tampil sebagai transisi dengan
sel-sel nonparenkimatis yang jelas berbeda. Sel-sel parenkim mungkin memanjang dan
berdinding tebal, suatu kombinasi ciri khas ke arah spesialisasi dengan penguat. Suatu
kategori sel-sel parenkim terdiferensiasi sedemikian nyata sebagai jaringan penguat yang
ditentukan dengan nama khusus kolenkim. Sel-sel parenkim dapat mengembangkan dinding
berlignin tebal dan dianggap sebagai bagian ciri khas sel sklerenkim. Tanin mungkin terdapat
6
dalam sel-sel parenkim biasa dan juga dalam sel-sel yang pada dasarnya parenkimatis namun
dalam bentuk yang demikian berbeda (vesikula, kantung, atau tabung) yang dikenal sebagai
idoblas. Hal yang sama, sel-sel sekretori tertentu berbeda dari sel-sel parenkim lainnya
terutama dalam fungsi; parenkim lainnya lagi termodifikasi yang biasanya dikategorikan
sebagai unsur khusus (yaitu sel getah atau buluh getah)
d. Asal-usul Parenkim
Parenkim tubuh tumbuhan primer berkembang dari meristem dasar, dan yang
berhubungan dengan unsur-unsur vaskular dari prokambium atau kambium. Parenkim pada
korteks dan empulur misalnya, berasal dari meristem dasar yang terdapat di meristem apikal.
Parenkim di dalam berkas vaskular primer, misalnya pada berkas vaskular batang tumbuhan
tangkai daun dan helaian daun berkembang dari prokambium.
Parenkim yang terdapat dalam berkas vaskuklar sekunder, misalnya yang ada pada
berkas vaskular sekunder batang dan akar, adalah hasil perkembangan dari kambium.
Felogen (kambium gabus) pada banyak tumbuhan juga menghasilkan parenkima (feloderm)
Jaringan parenkim tubuh tumbuhan primer yaitu parenkima korteks dan empulur,
mesofil daun, dan bagian-bagian bunga, berdiferensiasi dari meristem dasar. Parenkim yang
terkait dengan jaringan vaskuler primer dibentuk dari prokambium sedangkan yang terkait
dengan jaringan vaskuler sekunder dibentuk dari kambium vaskuler. Parenkim juga dapat
berasal dari kambium gabus (felogen) dalam bentuk feloderm, dan ini dapat bertambah
jumlahnya oleh pertumbuhan sekunder.
Sel-sel parenkim dewasa dapat mengulang kembali aktivitas meristematik apabila
lingkungannya diubah secara buatan. Sekarang dapat dibuktikan bahwa sekelompok sel
parenkim jika dipelihara dalam media kultur yang sesuai, dapat menjadi tumbuhan secara
keseluruhan yang menghasilkan bunga dan biji yang fertil.
Secara filogenetik, parenkima pada tubuh primer dipandang sebagai jaringan primitif
karena tumbuhan multiseluler tingkat paling rendah hanya tersusun dari parenkim, sedangkan
secara ontogenetik, parenkim juga dipandang sebagai jaringan yang primitif karena sel-selnya
secara morfologis sama dengan sel-sel meristem.
7
e. Struktur dan Isi Sel Parenkim
1. Isi Sel Parenkim
Isi dari sel parenkim beraneka ragam bergantung pada fungsi fisiologisnya.
Berdasarkan fungsinya sel parenkim terbagi menjadi :
A . Parenkim Asimilasi
Parenkim asimilasi berfungsi sebagai tempat untuk melakukan proses pembentukan
makanan atau energi. Proses pembentukan energi pada tumbuhan dilakukan dengan proses
fotosintesis, oleh karena itu isi sel parenkim asimilasi umumnya mengandung kloroplas
sehingga jaringan yang terbentuk dari sel ini disebut klorenkim.
Jumlah kloroplas dalam sel ini bervariasi. Pada saat tertentu selama siang hari
kloroplas dapat megandung amilum asimilasi. Klorenkim terspesialisasi paling mencolok
diawali dengan mesofil daun, yang lebih dikenal dengan parenkim palisade dan parenkim
spons. Selain ditemukan di daun, kloroplas juga terdapat pada korteks bahkan pada empulur.
Pada beberapa jenis tumbuhan, batangnya difungsikan sebagai tempat fotosintesis karena
daunnya tidak memungkinkan melakukan fotosintesis. Sel yang tidak terkait dengan
fotosintesis tidak mengandung kloroplas, atau mempunyai kloroplas dengan lamelar internal
yang lemah. Sel parenkim yang tanpa kloroplas dapat memiliki leukoplas
B. Parenkim Penimbun
Parenkim penimbun berfungsi menyimpan substansi makanan hasil dari sintesis.
Substansi ini mungkin terlarut dalam vakuola, atau mungkin dalam bentuk badan-badan padat
yang terpisah atau badan-badan cair dalam sitoplasma. Substansi material mungkin terdiri
atas substansi ergastik, misalnya butir tepung, granula atau kristaloid protein, dan globul-
globul lemak dan minyak.
8
Cairan sel dapat menjadi penimbun gula dan karbohidrat terlarut lainnya dan
penyimpan substansi bernitrogen dalam bentuk amida dan protein. Sebagai contoh yang
terkandung dalam cairan sel akar bir berdaging dan sisik umbi lapis bawang merah, juga
terdapat pada umbi kentang dan rizome. Makanan cadangan yang disimpan yang paling luas
penyebarannnya adalah tepung. Tepung terdapat di parenkima korteks dan empulur, jaringan
vasikuler, daun berdaging, rizome, umbi, buah, daun lembaga, dan endosperma biji.
Parenkim penimbun juga mengakumulasi tanin yang mendampingi berkas pengangkut
atau termasuk ke dalam berkas pengangkut itu dan berakumulasi dalam sel terlokalisasi dekat
luka atau infeksi. Selain itu parenkim penimbun juga menimbun kristal dan tetap
mempertahankan protoplasma.
C. Parenkim Air
Air berlimpah pada semua sel parenkim aktif yang bervakuola, sehingga parenkim
berperan utaama pada tandon air. Misalnya pada bambu keragaman isi kebasahan bagian-
bagian batang yang berbeda berhunbungan dengan proporsi sel-sel parenkim dalam sistem
jaringan itu. Parenkim air ini umumnya banyak ditemukan apda tumbuhan sukulen, misalnya
Cactus, Aloe, dan Agave.
Jaringan penyimpan air ini terdiri atas sel hidup terutama berukuran bersar dan
berdinding tipis. Seringkali sel berderet dan mungkin memanjang seperti sel palisade.
Masing-masing sel memiliki satu sitoplasma parietal yang tipis, satu nukleus, dan satu
vakuola besar berisi air atau agak berlendir. Substansi berlendir tampaknya meningkatkan
kemampuan sel mempertahankan air.
Pada organ penimbun di bawah tanah biasanya tanpa jaringan penyimpanan air, tetapi
sel-sel yang berisi tepung dan material makanan lainnya mengandung kandungan air yang
tinggi. Kandungan air yang tinggi ini juga menjadi ciri bagi organ penyimpanan di bawah
9
tanah, tunas, dan bonggolan berdaging pada batang diatas tanah dan difungsikan untuk
memasok air pada bagian tumbuhan saat awal pertunasan.
D. Parenkim Udara
Merupakan susunan sel parenkim yang umumnya rapat dan membentuk pola untai
menyambung namun tidak menutup secara keseluruhan sehingga terdapat rongga antar sel
yang teruntai dan terisi oleh udara. Umumnya parenkim udara ini difungsikan sebagai alat
untuk mengapung seperti pada batang eceng gondok. Adanya parenkim udara ini juga
menimbulkan struktur batang tidak terlalu padat.
Banyak unsur yang tidak dapat digolongkan ke dalam jaringan lainnya dimasukan ke
dalam parenkim meskipun berbeda cirinya. Sel-sel yang demikian ini disarankan untuk
disebut sebagai sel parenkim tersklerifikasi.
2. Dinding Sel
Dinding sel parenkim belum mengalami spesialisasi dan umumnya tipis seperti pada
klorenkim dan parenkim penimbun. Namun, pada beberapa parenkim penimbun
mengembangkan dinding tebal yang jelas. Karbohidrat yang ditimbun pada dinding ini,
10
khususnya hemiselulosa, dipandang sebagai material cadangan. Meskipun sel parenkim
umumnya berdinding primer saja, namun dinding sekunder relatif tebal dan sering berlignin
juga terdapar pada sel parenkim, khususnya sel parenkim xilem sekunder.
f. Bangun dan Tatanan Sel Parenkim
1. Bangun Sel
Dalam kajian-kajian struktur tumbuhan, semua jaringan dibagi atas dasar bangun
umum dan fungsi menjadi parenkima dan prosenkima. Prosenkima dibedakan dari parenkima
terutama karena jaringan ini memanjang, ujung sel meruncing, sel berdinding tebal, dan
fungsinya terspesialisasi sebagai penguat, pelindung dan pengangkut. Pada klasifikasi ini
berarti semua jaringan selain parenkima tergolong prosenkima. Sel parenkima biasanya
dijelaskan memiliki bangun polihedral, dengan berbagai diameter yang relatif kecil
perbedaanya, tetapi ternyata sel-sel parenkima sangat bervariasi bahkan pada tumbuhan yang
sama. Banyak macam sel parenkima yang memanjang dan menjadi mirip sel prosenkima.
Selain itu, sel-sel parenkima di mesofil dan bagian-bagian tumbuhan lainnya ada yang
berlobus, melipat dan berlengan. Bentuk sel polihedral (memiliki 14 sisi) / isodiametris,
membulat (Gambar 1dan 2).
Sel parenkima memanjang terdapat pada jaringan palisade daun, jejari empulur, dsb;
sel-sel berlobus terdapat pada mesofil sponsa dan pada parenkima palisade Lilium; dan pada
mesofil Xanthorrhoeaceae, sel-sel parenkima memiliki lipatan atau tonjolan-tonjolan. Sel-sel
parenkima stelat (bentuk bintang, aktinenkim) terdapat pada batang tumbuhan dengan ruang
udara yang berkembang baik, misalnya pada Juncus dan Scirpus. Tarikan mekanik empulur,
11
yang terutama dengan arah radial sebagai akibat pertumbuhan jaringan-jaringan disekitarnya,
demikian juga penataan khusus ruang-ruang antarsel, menyebabkan perkembangan lengan-
lengan khas sel tersebut.
Sel-sel parenkima dengan tonjolan dinding dalam terdapat pada berbagai struktur
anatomis yang terkait dengan transfer larutan jarak pendek, misalnya pada kelenjar madu,
kelenjar garam dan perenkima vaskular. Sel-sel ini ada yang menyebutnya sebagai sel
transfer.
Gambar 4. Parenkim bintang pada tangkai daun Canna
Gambar 5. Parenkim berlipat pada sayatan melintang daun pinus
Parenkim lipatan
Gambar 3. Parenkim memanjang pada jaringan tiang dan bunga karang
12
Jumlah sisi suatu sel parenkima sekitar 14 sisi terdapat misalnya pada parenkima
berbagai bagian vegetatif tumbuhan monokotil dan dikotil, vesikula daun buah pada jeruk,
dan tangkai daun tumbuhan paku. Kehadiran ruang antarsel, teristimewa ruang antarsel yang
luas, mengurangi jumlah kontak sel. Apabila suatu jaringan tersusun dari sel-sel besar dan
kecil, jumlah permukaan berkorelasi dengan ukuran. Sel yang kecil memiliki kurang dari 14
faset, sedangkan sel yang besar lebih dari 14 faset. Pada sel-sel Elodea, jumlah permukaanya
meningkat sampai mendekati 17 selama persiapan pembelahan, tetapi setiap sel yang baru
pada awalnya mempunyai kurang dari 13 muka.
2. Tatanan sel
Jaringan parenkima dewasa tersusun rapat atau longgar oleh sistem ruang udara yang
kurang lebih besar. Misalnya pada parenkima batang dan daun hidrofit ruang-ruang antarsel
mencapai perkembangan maksimal. Parenkima penimbun organ-organ sumbu yang
berdaging atau buah mempunyai banyak rongga antarsel. Sebaliknya, endosperma
kebanyakan biji mengandung sedikit atau tanpa ruang antarsel. Namun demikian, selama
perkecambahan sel-sel itu terpisah secara berangsur antara yang satu dengan yang lain.
Keistimewaan struktural ini nampaknya memperkuat pernyataan yang mengungkapkan
bahwa mobilisasi cadangan makanan pada endosperma dipengaruhi dan bukan diatur oleh
aktivitas sel-sel penimbun itu sendiri, melainkan oleh embrio (lembaga) dan kemungkinan
oleh lapis-lapis endosperma juga.
Klorenkim adalah contoh yang banyak dikenal mengenai jaringan yang mempunyai
sistem pengudaraan yang berkembang baik. Kejelasan struktural jaringan yang mempunyai
sistem pengudaraan yang menjadi ciri khas terdapat pada mesofil daun. Ruang antarsel
Gambar 6. Sel parenkim pada endosperm biji salak (Salaca indica)
13
berlimpah juga terdapat pada parenkim fotosintesis batang. Secara umum, ruang antarsel
menjadi ciri khas parenkima pada semua kelompok tumbuhan darat dari lumut hati dan lumut
daun sampai tumbuhan biji tertutup. Parenkima yang bebas dari sinar pun, seperti pada
empulur dan akar, juga mempunyai ruang-ruang antarsel yang kurang lebih mencolok.
Berdasar telaah tentang ketertembusan organ tumbuhan oleh gas dibawah tekanan, telah
dilontarkan suatu konsep bahwa tumbuhan mempunyai dua macam sistem ruang antarsel,
yaitu sistem ruang antarsel yang bersinambungan dan yang terpisah.
3. Pembentukan ruang antarsel
Ruang antarsel pada tumbuhan vaskular biasanya terjadi secara sizogen atau lisigen.
Cara sizogen dapat menghasilkan ruang yang sangat luas, teristimewa bila sel-sel membelah
tegak lurus terhadap ruang. Pada batang dan daun Elodea dan tumbuhan monokotil lainnya
sel-sel membelah sejajar dengan sumbu longitudinal batang atau tangkai daun dan tegak lurus
terhadap permukaan ruang udara awal sehingga ruang udara menjadi diselubungi oleh sel-sel
berjumlah banyak yang meningkat. Saluran resin Coniferae, saluran sekretori Compositae,
Umbelliferae, Hedera helix, dibentuk secara sizogen.
Ruang udara besar lainnya mungkin dihasilkan secara lisigen atau reksigen (yaitu
akibat kerusakan secara mekanik, dari bahasa Yunani rhexis berarti pengoyakan). Misalnya
sel-sel kortex hancur pada akar beberapa Gramineae, Cyperaceae, dan suku lainnya yang
meninggalkan lacuna luas yang teratur secara radial atau tangensial. Jaringan parenkima
dengan ruang-ruang udara yang luas dan berlimpah disebut aerenkima.
Ruang udara mencapai perkembangan tinggi yang mencolok pada tumbuhan biji
tertutup akuatik, baik ukuran secara individual maupun dalam volume gabungan. Pada
Gambar 7. Parenkim penyimpan udara pada tangkai daun
14
tumbuhan ini aerenkima tersebut membentuk suatu sistem elaborasi yang tampak menjadi
berlanjut dari daun ke akar. Keberlanjutan sistem tersebut menyebabkan tumbuhan dapat
terapung.
Tipe ruang antarsel lainnya terjadi melalui peleburan sel-sel secara keseluruhan,
karena itu disebut ruang antar sel lisigen. Sebagai contoh ialah ruang udara yang luas pada
tumbuhan air dan beberapa akar tumbuhan monokotil (misalnya Zea), dan ruang sekretori
pada Eucalyptus, Citrus, dan Gossypium. Pada ruang sekretori, sel-sel yang pecah
melepaskan sekresi kedalam ruang akan tetap disekeliling tepi ruang, sebagian pada tingkat
reruntuhan atau tercerai berai. Ruang udara luas lainnya terjadi secara reksigen, yaitu
perusakan secara mekanik.
Meskipun sel-sel di jaringan meristematik umumnya tertata rapat, selama diferensiasi
jaringan hubungan yang erat antara dinding-dinding sel yang berdekatan dapat terpisahkan
sebagian, sehingga muncul ruang antarsel. Paling banyak ruang antarsel sebagai akibat
pemisahan dinding sel antara yang satu dengan lainnya sepanjang daerah perlekatannya.
Ruang antar sel yang terbentuk seperti itu disebut ruang antarsel sizogen.
Beberapa ruang antarsel membentuk struktur terspesialisasi, yaitu saluran sekretori.
Salura-saluran ini terbentuk seperti halnya pembentukan saluran udara pada tumbuhan air
tersebut, tetapi karena banyak sel yang berderet secara longitudinal dan melintang
membentuk ruang pada posisi yang sama, maka ruang-ruang ini membangun saluran-saluran
antarsel panjang yang saling berhubungan menjadi suatu sistem yang saling berkomunikasi.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Parenkim merupakan bagian utama jaringan dasar dan terdapat pula pada berbagi
organ sebagai jaringan yang bersinambungan pada organ tumbuhan. Jaringan parenkim
disebut sebagai jaringan dasar karena hampir setiap organ tumbuhan terdapat jaringan
parenkim sebagai jaringan dasar hidupnya. Parenkim terdiri atas sel hidup yang bermacam-
macam bentuk sesuai dengan fungsinya yang berbeda-beda. Parenkim umumnya berupa
jaringan yang selnya tidak banyak menunjukan spesialisasi dan dapat terlibat dalam berbagai
fungsi fisiologi tumbuhan. Struktur, bagun, isi, dan tatanan sel parenkim akan disesuaikan
dengan fungsimya di tiap organ tumbuhan.
Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang
dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
16
DAFTAR ISI
Hidayat, Estiti B.1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Penerbit ITB
Kartasapoetra, A. G.. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan. Jakarta : Rineka Cipta
Setjo, Susetyoadi. 1994. Anatomi Tumbuhan. Jakarta : JICA
17
LAMPIRAN
Soal
1.Berikut ini merupakan ciri-ciri jaringan parenkim, kecuali.....
a. Berbentuk polihedral
b. Berdinding tebal
c. Berkemampuan membelah
d. Terdiri atas sel hidup
e. Terdapat protoplas
2. Parenkim pada korteks dan empulur berasal dari.....
a. Kambium
b. Prokambium
c. Meristem apikal
d. Felogen
e. Feloderm
3.Umumnya setiap jaringan terdapat sel-sel parenkim yang menyusunnya, hal ini
disebabkan......
a.karena protoplasmanya melarutkan banyak materi-materi organik
b.karena selnya bersifat meristematik
c. karena fungsi sel parenkim pada jaringan sebagai penyokong
d. karena terletak antara episdermis dan endodermis
e. karena dinding selnya satu lapis
18
4. Pada tanaman eceng gondok, jika dilakukan penyayatan secara membujur pada bagian
daun maka akan terlihat jaringan parenkim. Jaringan parenkim ini berfungsi untuk....
a. menyimpan udara ketika proses transpirasi
b. menimbun zat makanan dan mengurangi proses penguapan
c. mengubah zat anorganik menjadi organik
d. menyimpan air agar kandungan air dalam tubuh tidak berkurang
e. menyimpan udara untuk membantu mengapung dalam air
5. Bentuk parenkim lipatan dapat ditemukan pada daun
a. Pinus
b. Scirpus
c. Juncus
d. Canna
e. Lilium
6. Peristiwa pemisahan dinding sel antara yang satu dengan yang lainnya disepanjang daerah
perlekatannya sehingga terbentuk ruangan di antara sel-selnya disebut
a. Lisigen
b. Sizogen
c. Reksigen
d. Skisolisigen
e. Schizolyzigen
19
Kunci Jawaban
1. b. Berdinding tebal
2. c. Meristem apikal
3. b.karena selnya bersifat meristematik
4. c. mengubah zat anorganik menjadi organik
5. a. Pinus
6. b. Sizogen
20
Analisis Soal
No Nama 1 2 3 4 5 6
1. Lukman A. N. 0 0 0 0 1 1
2 Nares Wari 1 1 1 0 1 1
3 Kartika A. 1 1 1 0 1 1
4 Angela Maria 1 1 1 0 1 1
5 Achmad Ramadani P. 1 1 1 0 1 1
6 Ayu Indraswari 1 1 1 0 1 1
7 Dewi Kusumawati 1 1 0 0 1 1
8 Sri Supardi W. 1 1 1 0 1 1
9 Dea Hermadianti 1 1 1 0 1 1
10 Ni Wayan E. 1 1 1 0 1 1
11 Nurnawati 1 0 1 0 1 1
12 Resti Octaviani 1 1 0 0 1 1
13 Suci Rahmawati 1 0 1 0 1 1
14 Yuli Sartika 1 0 1 0 1 1
15 Sabrina Hasanah 1 0 1 0 1 1
16 Meilani Puji 1 1 1 0 1 1
17 Diana A. W. 1 0 1 0 1 1
18 Rizkia Handayani 1 0 1 0 1 1
19 Melia 1 0 1 0 1 1
20 Arina 0 0 0 0 1 1
21 M. Hartadi 1 0 1 0 1 1
22 Indeka D. P. 1 0 0 1 1 1
23 Izmi Prihatini 1 0 1 0 1 1
24 Tania Putri 1 0 1 0 1 1
25 Robliana A. R. 1 0 1 0 1 1
26 Siti Adilah 1 0 1 0 1 1
27 Santi Rizkiani 1 0 1 0 1 1
28 Diana D. L. 1 0 1 0 1 1
29 Melani Wulandari 1 0 0 0 1 1
30 Amalia 1 0 1 0 1 1
21
31 Helen Theresia 1 0 1 0 1 1
32 Yulinda Nurfit 1 0 1 0 1 1
33 Yunitasari 1 1 1 0 1 1
34 Izmania Shaharani 1 1 1 0 1 1
35 Rizka Anugerahyanti 1 1 1 0 1 1
36 Yunida Wulandari 1 1 1 0 1 1
37 Helda Dumayanti 1 1 1 0 1 1
38 Tasya Bonita I. 1 0 1 0 1 1
39 Claudia Sulfitania 1 1 1 0 1 1
40 M. Nurhadi 1 0 1 0 1 1
41 Anggi Anggraini 1 0 1 0 1 1