Nutrisi Parentral
Nutrisi Parentral
Nutrisi Parentral
Apabila dukungan nutrisi tidak sepenuhnya dapat diberikan lewat tube enteral,
pemberian nutrisi secara intravena dapat digunakan sebagai jalur nutrisi tambahan
ataupun sebagai pengganti nutrisi enteral. Bab ini akan menjelaskan tentang
bentuk dasar dari nutrisi intravena dan penjelasan tentang bagaimana cara
membuat regimen nutrisi parenteral total (TPN) yang sesuai dengan kebutuhan
pasien.
LARUTAN NUTRISI INTRAVENA
Larutan Dekstrosa
Sebagaimana disebutkan dalam bab 45 dan 46, regimen nutrisi yang standar
menggunakan karbohidrat untuk mensuplai kurang lebih 70% dari kebutuhan
kalori harian (non protein). Hal ini dapat diperoleh dari larutan dekstrosa
(glukosa), yang tertera pada tabel 47.1. Karena dekstrosa bukan merupakan
sumber metabolik yang poten (lihat tabel 45.1), larutan dekstrosa harus
dikonsentrasikan agar mendapat kalori yang cukup, yang sesuai dengan kebutuhan
harian. Akibatnya larutan dekstrosa yang digunakan untuk TPN adalah yang
hiperosmolar dan sebaiknya diberikan secara infus melalui vena sentral yang
besar.
Larutan asam amino
Larutan asam amin dicampurkan bersama dengan larutan dekstrosa untuk
mencukupi kebutuhan protein harian. Sejumlah larutan asam amino yang tersedia
untuk keadaan klinis tertentu, dapat dilihat pada tabel 47.2. Larutan asam amino
standar mengandung kurang lebih 50% asam amino esensial (N=9) serta 50%
asam amino non esensial (N=10) dan semi esensial (N=4). Nitrogen dalam asam
amino esensial sebagian didaur ulang untuk menghasilkan asam amino non
esensial, maka metabolisme asam amino esensial menghasilkan sedikit
peningkatan konsentrasi nitrogen urea darah dibanding metabolisme asam amino
non esensial. Untuk alasan tersebut, larutan asam amino dibuat untuk digunakan
1
pada gagal ginjal yang kaya akan asam amino esensial (lihat aminosyn RF pada
tabel 47.2). Pada akhirnya, untuk alasan yang dikemukakan dalam bab 46,
formula nutrisi pada keadaan hiperkatabolik (contohnya trauma) dan kerusakan
hati dapat ditambahkan dengan cabang dari rantai asam amino (isoleusin, leusin,
dan valin), dan 2 larutan amino yang khusus untuk setiap keadaan itu terdapat
pada tabel 47.2. hal ini penting untuk menentukan bahwa tidak satupun dari
formula nutrien khusus dapat memperbaiki prognosis penyakit dimana larutan
tersebut diberikan.
Tabel 47.1. Larutan Dekstrosa Intravena
Kekuatan
Konsentrasi
Energi*
Osmolalitas
5%
(gr/L)
50
(kkal/L)*
170
(mOsm/L)
253
10%
100
340
505
20%
200
680
1010
50%
500
1700
2525
70%
700
2380
3530
Glutamin
Sebagaimana disebutkan dalam bab 46, glutamin merupakan sumber energi
metabolik yang utama untuk sel epitel intestinal, dan TPN suplemen-glutamin
berperan penting dalam mempertahankan fungsi mukosa usus dan mencegah
perpindahan bakteri. Meskipun glutamin tidak termasuk asam amino esensial
(karena dihasilkan di otot skelet), kadar glutamin dalam darah dan jaringan
menurun pada keadaan akut, hiperkatabolik (misalnya trauma), maka glutamin
merupakan asam amino esensial yang dikondisikan. Asam amino yang
mengandung asam glutamat dapat dilihat pada tabel 47.3. Glutamin dibentuk pada
saat asam glutamat bergabung dengan amonia dalam sintesa enzim glutamin,
maka asam glutamat dapat menjadi sumber glutamin eksogen.
Indikasi
Aminosyn
Aminosyn-HBC
Aminosyn-
HepatAmine
7%,
7%, (Abbott)
RF 5,2%,
8%
Hiperkatabolism
(Abbott)
Gagal ginjal
(Abbott)
TPN Standar
e
Konsentrasi
70 g/L
Kandungan
11
nitrogen
(McGaw)
Kerusakan
Hati
70 g/L
52 g/L
80 g/L
7,7
12
89%
52%
33%
36%
475
785
11,2
(g/L)
AAS esensial
48%
(total %)
Rantai AAS
68%
25%
(total %)
Osmolalitas
(mOsm/L)
51%
700
665
Borgsdorf LR. Cada DJ. Cirigliano M, et al. Drug Facts and Comparisons. 60th ed. St Louis, MO:
Wolters Kluwer, 2006.
Emulsi Lemak
Emulsi lemak intravena mengandung droplet submikro ( 0,45 mm) dari
kolesterol dan fosfolipid disekitar rantai trigliserida yang panjang. Trigliserida
merupakan turunan dari minyak sayuran (minyak kedelai dan safflower) dan
banyak terdapat dalam asam linoleat, suatu asam lemak poliunsaturasi esensial
yang tidak dihasilkan oleh tubuh manusia. Sebagaimana dilihat pada tabel 47.4,
emulsi lemak tersedia pada larutan 10% dan 20% (persentase berdasarkan gram
trigliserida per 100 mL larutan). Emulsi 10% dapat memberikan kira-kira 1
kkal/mL, dan emulsi 20% akan memberikan 2 kkal/mL. Tidak seperti larutan
3
dekstrosa hipertonis, emulsi lemak lebih isotonis terhadap plasma dan dapat
diinfuskan melalui vena perifer. Emulsi lemak tersedia dalam volume 50-500 mL
dan dapat diinfuskan secara terpisah (dengan kecepatan maksimal 50 mL/jam)
atau ditambahkan pada campuran asam amino-dekstrosa. Trigliserida yang
dimasukkan kedalam aliran darah tidak dapat dibersihkan dalam waktu 8-10 jam,
dan infus lemak seringkali menghasilkan suatu transient, plasma lipemik (warna
keputihan).
Tabel 47.3. Larutan Asam Amino dengan Asam Glutamat
Sediaan
Aminosyn-PF 7%
Pabrikan
Abbott
Aminosyn II 10%
Abbott
738
Aminosyn II 15%
Abbott
1107
Novamin 11,4%
Clintec
570
Novamin 15%
Clintec
749
Borgsdorf LR. Cada DJ. Cirigliano M, et al. Drug Facts and Comparisons. 60th ed. St Louis, MO:
Wolters Kluwer, 2006.
Restriksi lemak
Lemak digunakan untuk mencukupi 30% kebutuhan kalori harian (nonprotein).
Namun, karena lemak dapat teroksidasi dan menimbulkan kerusakan sel akibat
oksidan, maka dianjurkan membatasi pemberian lemak pada pasien dengan
penyakit kritis (pasien yang memiliki tingkat oksidasi tinggi). Meskipun infus
lemak
diperlukan
untuk
mencegah
terjadinya
defisiensi
asam
lemak
(kardiomiopati, miopati otot skelet), hal ini dapat dilakukan dengan pemberian
lemak dalam jumlah kecil (lihat catatan kaki pada tabel 47.4).
Intralipid*
Liposyn II
Liposyn III*
(Clintec)
(Hospira)
(Hospira)
10%
20%
10%
20%
10%
20%
Kalori (kkal/mL)
1,1
1,1
1,1
% kalori sebagai
50%
50%
66%
66%
55%
55%
250-300
250-
13-22
13-22
19-21
19-21
EFA
(asam
linoleat)
Kolesterol
300
(mg/dL)
260
260
276
258
284
292
50
50
100
200
100
200
(mL)
100
100
200
500
200
500
250
250
500
500
500
Osmolalitas
(mOsm/L)
500
Liposyn II merupakan turunan dari minyak kedelai (50%) dan minyak safflower (50%).
Asam lemak esensial (EFA) dalam emulsi lemak adalah asam linoleat. Untuk mencegah terjadinya
defisiensi EFA, kira-kira 4% dari total kalori harian dihasilkan oleh aam linoleat (Barr LH, Dunn
GD, Brennan MF. Essential fatty acid deficiency during total parenteral nutrition. Ann Surg
1981;193:304-311).
Diambil dari : Borgsdorf LR. Cada DJ. Cirigliano M, et al. Drug Facts and Comparisons. 60th ed.
St Louis, MO: Wolters Kluwer, 2006.
ADDITIF
Di pasaran tersedia dalam bentuk campuran elektrolit, vitamin, dan elemen trace
yang ditambahkan pada campuran asam amino-dekstrosa.
Elektrolit
Sebagian besar campuran elektrolit mengandung sodium, klorida, potassium, dan
magnesium; yang juga mengandung kalsium dan fosfor. Kebutuhan potassium
harian atau elektrolit tertentu dapat dikelompokkan pada pengaturan TPN. Jika
kebutuhan
elektrolit
dikhususkan,
maka
elektrolit
ditambahkan
untuk
Kebutuhan
Konsentrasi
Konsentrasi
Kromium
Parenteral Harian*
10-15 g
MTE-5
10 g
MTE-6
10 g
Tembaga
300-500 g
1 g
1 g
Iodine
Besi
150 g
75 g
2,5-8 g
Mangan
60-100 g
500 g
500 g
Selenium
20-60 g
60 g
60 g
Zinc (seng)
2,5-5 g
5 g
5 g
*Diambil dari : Mirtallo J, Canada T, Johnson D, et al. Safe practices for parenteral nutrition. J
Parenter Enteral Nutr 2004;28:S39-70.
Borgsdorf LR. Cada DJ. Cirigliano M, et al. Drug Facts and Comparisons. 60th ed. St Louis, MO:
Vitamin
Preparat multivitamin cair ditambahkan pada campuran asam amino-dekstrosa.
Satu vial preparat multivitamin standar akan mencukupi kebutuhan harian
sebagian besar vitamin normal. Kebutuhan vitamin tambahan pada pasien
hipermetabolik yang dirawat di ICU biasanya tidak dibutuhkan. Selanjutnya,
beberapa vitamin dikurangi sebelum diberikan. Contohnya riboflavin dan
piridoksin (yang sedikit dikurangi) dan tiamin (yang dikurangi menggunakan
sulfit yang digunakan sebagai tambahan untuk larutan asam amino.
Elemen Trace
Berbagai macam elemen trace tambahan juga tersedia, dan 2 campuran yang
tersedia di pasaran dapat dilihat pada tabel 47.5. Sebagian besar campuran elemen
trace mengandung kromium, tembaga, dan zinc, tapi tidak mengandung besi dan
iodine. Beberapa campuran mengandung selenium, dan yang lainnya tidak.
Mengingat pentingnya selenium pada proteksi antioksidan endogen (lihat bab 21),
6
= 25 (kkal/kg) x 70 (kg)
= 1750 kkal/hari
Kebutuhan protein
= 1,4 (gr/hari) x 70 kg
= 98 gr/hari
(47.1)
Langkah 2
Langkah selanjutnya adalah mengambil campuran standar asam amino 10% (500
mL) dengan dekstrosa 50% (500 mL) serta menentukan volume dari campuran
tersebut yang diperlukan untuk menentukan perkiraan kebutuhan protein harian.
Meskipun campuran asam amino-dekstrosa ditujukan pada A10-D50, maka
campuran akhirnya menjadi asam amino 5% (50 gram protein per liter) dan
dekstrosa 25% (250 gram dekstrosa per liter). Oleh karena itu, volume campuran
A10-D50 yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan protein harian adalah :
Volume A10-D50 = 98 (gr/hari) / 50 (gr/L) = 1,9 L/hari
(47.2)
Langkah 3
Menggunakan volume total harian dari campuran asam amino-desktrosa yang
tertera pada langkah 2, maka langkah selanjutnya adalah menentukan kalori total
yang dapat dihasilkan oleh desktrosa dalam bentuk campuran tersebut.
Menggunakan energi 3,4 kkal/gr untuk dekstrosa, total kalori dekstrosa adalah
sebagai berikut :
Jumlah dekstrosa = 250 (gr/L) x 1,9 (L/hari) = 475 gr/hari
Kalori desktrosa = 475 (gr/hari) x 3,4 (kkal/gr) = 1615 kkal/hari
(47.3)
pemberian nutrisi yang sederhana dan akan menghemat biaya, terdapat lambatnya
pendapat tentang kompatibilitas (misalnya, preparat multivitamin yang tidak dapat
digabungkan dengan emulsi lemak).
KOMPLIKASI
Terdapat berbagai bentuk komplikasi yang berhubungan dengan nutrisi parenteral.
Beberapa diantaranya akan disebutkan pada paragraf berikut ini.
KOMPLIKASI KATETER
Karena larutan asam amino dan desktrosa adalah hiperosmolar (tabel 47.1 dan
47.2), TPN diberikan melalui vena sentral yang besar, yaitu vena cava superior.
Komplikasi dari kateter vena sentral telah dijelaskan pada bab 6 dan 7. Letak
kateter yang salah, sepertu yang terlihat pada gambar 47.1, sebaiknya tidak
digunakan untuk pemberian TPN karena dapat meningkatkan resiko terjadinya
trombosis vena. Letak kateter yang salah dapat diperbaiki ulang menggunakan
kawat penuntun (mandring) sebagaimana akan dijelaskan berikut ini.
Memperbaiki Letak Kateter
Apabila letak kateter salah yang sampai ke leher, pasien sebaiknya diposisikan
semirecumbent atau posisi upright jika memungkinkan dan kateter sebaiknya
dicabut ulang beberapa sentimeter dari ujung kateter yang masih terpasang.
Mandring yang fleksibel dimasukkan sepanjang kateter dan ditambah sejauh 10
cm. Kateter dilepaskan dari mandril, dan masukkan kateter yang baru dan
ditambah sampai sejauh 15 cm. Mandring dicabut dan probe Doppler (salah satu
yang digunakan oleh perawat untuk mencari pedal nadi) ditempatkan pada vena
jugularis interna di leher. Bolus saline dimasukkan melalui kateter. Jika kateter
terancam akan naik sampai ke leher, injeksi bolus akan menimbulkan suara bising
pada probe doppler. Jika hal ini terjadi, maka perlu dimasukkan kateter yang baru
kedalam vena jugularis interna pada sis yang sama. Jika tidak terdengar suara
bising, maka dapat dilakukan pemeriksaan x-ray untuk menentukan apakah letak
kateter telah berada didalam vena cava superior.
9
Gambar 47.1. Gambaran X-ray dari kateter vena sentral yang salah posisi masuk kedalam leher.
Gambar diperbesar secara digital.
INFUS KARBOHIDRAT
Hiperglikemi
Intoleransi glukosa merupakan salah satu komplikasi yang paling sering
ditemukan pada TPN. Meskipun masalah ini dapat diatasi dengan memberikan
sedikit kalori nonprotein seperti glukosa (dan yang lebih adalah lemak),
hiperglikemi persisten membutuhkan pemberian tambahan insulin dalam larutan
TPN. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa insulin dapat diabsorbsi kedalam
seluruh plastik maupun bahan kaca yang digunakan pada perangkat infsu
intravena. Terdapat sejumlah absorbsi yang hilang dengan penambahan insulin,
tapi diperkirakan sekitar 20%-30% kehilangan yang terjadi. Albumin digunakan
untuk mengurangi ikatan insulin terhadap perangkat infus intravena, tapi hal ini
akan menghemat biaya. Dalam hal ini, dosis yang digunakan berperan untuk
mencapai kontrol glikemi yang diinginkan. Apabila TPN dihentikan, kebutuhan
insulin akan berkurang dibanding yang dibutuhkan selama TPN.
Hipofosfatemia
10
Efek TPN terhadap kadar fosfat serum dapat dilihat pada gambar 35.2. Efek ini
disebabkan oleh tambahan asupan fosfat kedalam sel yang berhubungan dengan
asupan glukosa kedalam sel. Fosfat selanjutnya digunakan untuk membentuk
tiamin pirofosfat, yang merupakan cofaktor yang penting pada metabolisme
karbohidrat.
Lemak Hati
Apabila kalori glukosa akan menambah kebutuhan kalori harian, maka terjadi
lipogenesis di hati dan hal ini akan menimbulkan infiltrasi lemak hati dan
meningkatkan kadar enzim transamin dalam darah. Tetapi belum jelas apakah
poses ini memiliki akibat patologis atau apakah keadaan ini merupakan petanda
berlebihnya kalori karbohidrat.
Hiperkapnia
Kelebihan karbohidrat akan menibulkan retensi CO2 pada pasien yang mengalami
insufisiensi respirasi. Meskipun hal ini ditujukan pada tingkat respirasi yang
tinggi yang berhubungan dengan metabolisme karbohidrat (lihat tabel 45.1), hal
ini bisa merupakan gambaran intake yang berlebihan pada umumnya dan tidak
terkhusus hanya pada kelebihan intake karbohidrat.
INFUS LEMAK
Salah satu toksisitas utama (dan seringkali terlupakan) yang berhubungan dengan
infus lemak adalah meningkatnya resiko terjadinya kerusakan sel akibat oksidasi.
Formula lemak yang digunakan pada TPN adalah yang banyak mengandung
lemak yang dapat dioksidasi, dan infsu dari beberapa lemak dapat menimbulkan
kerusakan organ yang sama terlihat pada pasien dengan penyakit kritis.
Contohnya, infus asam oleat, suatu asam lemak yang berlebihan dalam emulsi
lemak yang digunakan pada TPN, yaitu suatu cara standar untuk menghasilkan
acute respiratory distress syndrome (ARDS) pada hewan coba (Am Rev Respir
Dis 1994;149:245-260), dan hal ini dapat menjelaskan mengapa infus lemak pada
formula TPN berhubungan dengan terganggunya oksigenasi dan kerusakan
11
12
13