Teori Konflik Menurut para Ahli
Teori Konflik Menurut para Ahli
Teori Konflik Menurut para Ahli
: Angel Priscilla
NIM
: 1321405026
Jurusan
: Ilmu Komunikasi
dan Demokrasi dibidang politik. Dalam paham liberal, rakyatlah yang menentukan
segalanya. Dan dalam sistem kapitalisme, untuk bisa membawa masyarakat menuju
kemajuandibutuhkanpemodal(pemilikuang)yanghausakankekayaan.
Cirikonkritkemakmuran:tersedianyabarangataukomoditasdalamjumlahbesar
dan terjangkau dari segi harga beli. Tujuan kapitalis adalah keuntungan bukan amal.
Marxmenyalahkansemuaprosesini.Dalamprosesini,Marxmelihatadanyapenindasan
kaum borjuis terhadapkaumburuhdalamrangkamemperbesarmodalnya.Materilisme
sejarah merupakan sebuah teori yang menjelaskan bahwa sejarah umat manusia
ditentukan oleh materi (benda). Material di sini adalah benda yang mempunyai arti
pentingdalammasyarakatyaitualatproduksi(means ofproduction). Halpentingpada
masatersebutadalahsiapayangmenguasaialatproduksimakamerekalahyangakan
menguasai masyarakat. Alat produksi adalah setiap alat yang menghasilkan produk
komoditas.Parapemilikalatproduksiadalahorangkayadanyangtidakmemilikialat
produksiadalahorangyangditindasdandipaksabekerja.Dalammaterialismesejarah
nyaMarxmengungkapkanselaluadanyakonflikantarapemilikdanbukanpemilikalat
produksiyangtiadahentihentinya.
GarisbesarteoriMarxtentangkonflikmencakupbeberapapokokbahasan:penyebab
konflik,siapayangkonflik,intensitaskonflikdanpenyelesaiankonflik.
1.Apapenyebabterjadinyakonflik.
MenurutMarx,sejarahumatmanusiaditentukanolehmateri/bendadalambentukalat
produksi.Alatproduksiiniuntukmenguasaimasyarakat.Alatproduksiadalahsetiapalat
yangmenghasilkankomoditas.Komoditasdiperlukanolehmasyarakatsecarasukarela.
Bagi Marx fakta terpenting adalah materi Ekonomi. Konflik terjadi karena faktor
ekonomi(determinasiekonomi).Yangdimaksuddenganfaktorekonomidisiniadalah
penguasaanterhadapalatproduksi
BerdasarkanalatproduksiMarxmembagiperkembanganmasyarakatmenjadi5
tahap:
a.Tahap1:MasyarakatAgraris/primitif.DalammasyarakatAgrarisalatproduksiberupa
tanah.Dalammasyarakatsepertiinipenindasanakanterjadiantarapemilikalatproduksi
yaitupemiliktanahdenganpenggaraptanah.
b.Tahap2:Masyarakatbudak.Dalammasyarakatbudak,tidakmemilikialatproduksi.
Penindasanterjadiantaramajikandanbudak.
c.Tahap3:Dalammasyarakatfeudal,ditentukanolehkepemilikantanah.
d.Tahap4 :Masyarakatboduis.AlatProduksisebagaiindustri.Konflikterjadiantara
kelas borjuis dengan buruh. Perjuangan kelas adalah perjuangan antara borjuis dan
proletar.
e.Tahap5:Masyarakatkomunis.Dalammasyarakatinikelasproletarakanmenang.
2 .Siapayangkonflik?
Konflikterjadiantaraduakelas(BorjuisdanProretar).Konflikinibersifatmendalam
dansulitdiselesaikan.Perbedaannyabukandalamcarahidupmelainkanperbedaandalam
kesadaran kelas. Dalam teori Marx eksistensi sosial menentukan kesadaran dan
perbedaan kelas (kaya miskin) .Perbedaan ini mencakup dalam materi danpsikologi.
Perbedaanantarakelasborjuisdankelasproletartidakhanyaterdapatpadacarahidup
melainkanjugacaraberfikir.Orangkomunismenganggappentingkesadaran,makanya
merekamementingkansosialisasi,indoktrinasidanBrainwashing.
3.Sejauhmanaintensitaskonfliktersebut?
Intensitas konflik mengakibatkan adanya kelas yang ditindas (proletar ditindas oleh
borjuis).
4.Bagaimanapenyelesaiankonfliktersebut?
Konflik akan mengakibatkan kesadaran para kaum proletar nantinya berada dalam
kondisi yang sama. Penindasan akan mengakibatkan frustrasi, dan frustrasi akan
mengakibatkanrevolusi.Revolusiproletarlahnantinyayangakanmenyelesaikankonflik.
PolaKonflik:KelassosialKonflikRevolusi.
Dalamkonfliksosialkaumproletartidakmaudantidakbisamelepaskandiri.
Merekaterpaksadanditindas.Dalampaksaandanpenindasaninihukumtidakdapat
dijatuhkankepadamajikan.
Asumsi
Asumsi yang dipakai dalam mengembangkan teori sosial konflik adalah bertolak
belakang dengan asumsi yang mendasari teori strukturalfungsionalisme (Megawangi,
2005),yaitu:
a.Walaupunrelasisosialmenggambarkankarakteristikyangsistemik,polarelasiyang
adasebenarnyapenuhdengankepentingankepentinganpribadiatausekelompokorang.Halini
membuktikanbahwasistemsosialsecarasistematismenghasilkankonflik.
b,Makakonflikadalahsuatuyangtakterhindarkandalamsemuasistemsosial.Konflik
akanterjadidalamaspekpendistribusiansumberdayayangterbatas,terutamakekuasaan.
c.Konflikadalahsumberutamaterjadinyaperubahandalammasyarakat.
2. Ralf Dahrendorf
Selain kemunculan teoretisi neo-marxis, pergulatan antar kelas ekonomi menjadi inspirasi
pula bagi lahirnya teori konflik. Sosiolog Jerman, Ralf Dahrendorf, menerangkan konflik kelas
dalam masyarakat industrial pada tahun 1959. Teori ini sangat berbeda dari teori Marx
karena ia menganalisis konflik tanpa memperhitungkan politik ekonomi yang ada (apakah
kapitalisme atau sosialisme).
Asumsi
Pendekatan teoritis Dahendrof adalah teori pemaksaan yang berasumsi bahwa dimana pun bisa
terjadi perubahan sosial, konflik sosial, pemaksaan dan kontribusi tiap-tiap elemen itu terhadap
perubahan dan disintegrasi masyarakat. Asumsi itu merupakan dasar paradigma konflik
masyarakat. Dengan menerima model realitas sosial ini, Dahendrof berasumsi bahwa
kelompok dalam masyarakat perlu dikoordinasikan (seperti hubungan antar anggota
masyarakat) dan dibentuk oleh dua agregat posisi dominasi dan kepatuhan.
3. Jonathan Turner
Teori konflik dari Jonathan Turner, dia mengemukan 3 persoalan utama dalam teori konflik
yaitu,
a. Tidak ada definisi yang jelas mengenai konflik atau apa yang bukan konflik.
b. Teori konflik dilihat mengambang karena tidak menjelaskan unit analisis secara jelas,
apakah itu konflik individu, kelompok, institusi, organisasi atau konflik antar bangsa.
c. Teori konflik ini merupakan reaksi dari teori fungsionalisme struktural maka sulit
dipisahkan dari teori tersebut.
Turner memusatkan pada konflik sebagai suatu proses dari peristiwa-peristiwa atau
fenomena yang mengarah pada interaksi yang disertai kekerasan antara dua pihak atau lebih dan
Turner juga menjelaskan konflik yang terbuka, singkatnya adalah system sosial terdiri dari unitunit yang saling berhubungan satu sama lainnya dan didalamnya terdapat ketidakkeseimbangan
atas pembagian kekuasan dan kelompok-kelompok yang tidak memiliki kekuasan mulai
mempertanyakan legistimasi, pertanyaan tersebut mengubah kesadaran untuk mengubah sistem
alokasi kekuasan.
lainnya, rakyat tidak cukup mengetahui realitas atau kebenaran sehingga begitu mudah
menjadi salah satu pendukung dari isu atau informasi yang disebarkan elit melalui media
massa. Mills nenyebut mereka sebagai masyarakat massa (mass society). Masyarakat
massa seperti kerbau yang dicocok hidungnya karena tidak memiliki pengetahuan dan
kesadaran yang sejati tentang isi dari informasi atau isu-isu para elit.
Kita bisa menyaksikan di Indonesia elit-elit kekuasaan yang disebutkan Mills,
dari golongan politisi, militer, dan pengusaha ekonomi mempunyai karakter dan gerakan
yang serupa. Elit-elit kekuasaan di Indonesia menciptakan hubungan dominatif antara
mereka dan rakyat. Mereka juga bergerak mencapai posisi yang tinggi ke posisi (lebih)
tinggi lainnya. Pada pemilihan presiden tahun 2004 dapat ditemukan dua orang elit dari
militer berusaha mencapai posisi yang lebih tinggi dari yang sebelumnya, yaitu presiden
atau wakil presiden. Ada dua orang calon wakil presiden yang sebelumnya merupakan
elit pengusaha dan pejabat pemerintahan. Ada juga yang dulunya hanya aktifis politik dan
bersuami pengusaha bahkan tetah menjadi presiden. Tampaknya jelas sekali bahwa para
elit kekuasaan pada saat ini tengah melakukan pergerakan mendapatkan posisi yang lebih
tinggi dari sebelumnya untuk mobilitas vertikal secara ekonomi maupun politik.
Analisis kritis Mills sesungguhnya tidak langsung disebutkan sebagai bangunan
teori konflik. Tetapi ciri-ciri penting dalam analisisnya menunjukkan hubungan dominatif
dalam stuktur sosial antara kelompok-kelompok elit yang berusaha menambah
kekayaannya dengan masyarakat. Sampai di sini, secara singkat, dapat ditemukan bahwa
teori Mills tentang elit adalah pembuktian terhadap teorinya sebagai bagian dari teori
konflik beraliran kritis. Menurut C. Wright Mills (1959) keluarga struktural
fungsionalisme (Parsonian), justru telah menimbulkan konflik peran karena kedudukan
para wanita dianggap sebagai "budak kecil tercinta".