PROPOSAL - Kegawatdaruratan Psikiatri
PROPOSAL - Kegawatdaruratan Psikiatri
PROPOSAL - Kegawatdaruratan Psikiatri
KEGAWATDARURATAN
PSIKIATRI
Disusun oleh :
Rika Hendris 2007730104
Indah Kusumo W. P 1102010129
Ristianti Affandi 1102010248
Pembimbing :
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan
Rahmat-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Proposal Penyuluhan yang berjudul
Kegawatdaruratan Psikiatri yang merupakan salah satu pemenuhan syarat kelulusan di
Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.
Terima kasih tim penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu
dalam penyusunan proposal penyuluhan ini, khususnya kepada konsulen bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Islam Klender sebagai pembimbing yang telah
memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Tim
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda sejawat dan semua
pihak yang ikut berkontribusi.
Tim penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal penyuluhan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu tim penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna
menyempurnakan proposal penyuluhan ini. Semoga karya ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan mahasiswa kedokteran pada khususnya.
Sekian dan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Jakarta,
Juli 2015
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN..................................................................................... 4
BAB I : PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 6
I.2. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 6
I.3. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi ................................................................................................................. 8
II.2. Tujuan Rehabilitasi .............................................................................................. 8
II.3. Kriteria Rehabilitan .............................................................................................. 9
II.4. Tim Rehabilitasi ................................................................................................... 9
II.5. Tahap Rehabilitasi ................................................................................................ 9
II.6. Jenis Kegiatan Rehabilitasi................................................................................... 9
BAB III : PENUTUP
III.1. KESIMPULAN .................................................................................................. 13
III.2. SARAN .............................................................................................................. 13
Topik
Sub Topik
Hari/Tanggal
Waktu
Sasaran
: Kegawatdaruratan Psikiatri
: Mengenal lebih dalam tentang Kegawatdaruratan Psikiatri
:
: s/d selesai
: Pasien dan Keluarga pasien rawat jalan di poliklinik dewasa
RS Jiwa Islam, Klender
Jumlah Peserta
: Target Lebih dari 15 orang
Tempat
: RS Jiwa Islam Klender
I.
LATAR BELAKANG
Tindakan bunuh diri, kekerasan dan penyalahgunaan zat merupakan masalahmasalah serius yang perlu intervensi segera. Ketiga kondisi tersebut merupakan
sebagian dari pelbagai kondisi kegawatdaruratan psikiatrik. Pemahaman kesehatan
oleh masyarakat kita yang belum merata bahwa kasus-kasus tersebut merupakan
keadaan yang perlu pertolongan segera, menyebabkan dokter akan lebih banyak
menemui kasus-kasus kegawatdaruratan psikiatrik dalam kondisi yang telah lanjut.
Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang
kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan
kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun
1960, terutama di perkotaan.
II.
III.
IV.
V.
MEDIA
1. Laptop
2. LCD
3. Microphone
4. Leaflet
VI.
METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
Kegiatan
1.
Pembukaan
2.
Isi
3.
Penutup
Penyuluhan
Mengucap salam
Memperkenalkan diri
Penyampaian isi materi
Menyimpulkan materi
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memberi
Aktif bertanya
kesempatan
Audiance
Menjawab salam
Menjawab salam
Waktu
5 menit
15 menit
10 menit
BAB I
PENDAHULUAN
pembaca
dapat
mengetahui
dan
memahami
tentang
gejala
klinis
Kegawatdaruratan Psikiatrik
4. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tindakan pada Kegawatdaruratan
Psikiatrik
5. Sebagai salah satu syarat kelulusan di Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa di
RSIJ Klender.
2.
3.
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. DEFINISI
Kegawatdaruratan psikiatri adalah setiap gangguan dalam pikiran, perasaan, atau
tindakan yang membahayakan diri dan hidup individu bersangkutan yang memerlukan
intervensi teraputik segera.
Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri,
ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan, serangan
panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa kondisi medis
lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatrik umum. Kegawatdaruratan
psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk
mengidentifikasi dan menangani kondisi ini sangatlah penting.
II.2. Kondisi Kegawatdaruratan Psikiatrik
A. Gaduh Gelisah
Keadaan gaduh gelisah bukanlah diagnosis dalam arti kata sebenarnya, tetapi hanya
menunjuk pada suatu keadaan tertentu, suatu sindrom dengan sekelompok gejala tertentu.
Keadaan gaduh gelisah dipakai sebagai sebutan sementara untuk suatu gambaran
psikopatologis dengan ciri-ciri utama gaduh dan gelisah.
Etiologi :
a.
b.
c.
Bunuh diri
d.
e.
Delirium
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Suiside dapat merupakan usaha untuk mengurangi preokupasi tentang rasa takut akan
kematian. Individu mendapat perasaan seakan-akan ia dapat mengontrol dan dapat
mengetahui bilamana dan bagaimana kematian itu.
2. Kematian sebagai pembunuhan terkedik (ke belakang) (Death as retroflexed murder).
Bagi individu yang mengalami gangguan emosi hebat, suiside dapat mengganti
kemarahan atau kekerasan yang tidak dapat direpresikan. Orang ini cenderung untuk
bertindak kasar dan suiside dapat merupakan penyelesaian mengenai pertentangan
emosi dengan keinginan untuk membunuh.
3. Kematian sebagai penyatuan kembali (Death as reunion).
Kematian dapat mempunyai arti yang menyenangkan, karena individu itu akan
bersatu kembali dengan orang yang telah meninggal (reuni khayalan).
4. Kematian sebagai hukuman buat diri sendiri (Death as self punishment).
Menghukum diri sendiri karena kegagalan dalam pekerjaan jarang terjadi pada
wanita, akan tetapi seorang ibu tidak mampu mencintai, maka keinginan menghukum
dirinya sendiri dapat terjadi. Dalam rumah sakit jiwa, perasaan tak berguna dan
menghukum diri sendiri merupakan hal yang umum. Mula-mula mungkin karena
kegagalan, rasa berdosa karena agresi, individu itu mencoba berbuat lebih baik lagi,
tetapi akhirnya ia menghukum diri sendiri untuk menjauhkan diri dari tujuan itu.
Faktor Risiko
Berikut ini faktor-faktor resiko untuk bunuh diri:
a. Jenis kelamin
Perempuan lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri dibanding laki-laki. Akan
tetapi, keberhasilan bunuh diri lebih tinggi pada laki-laki. Hal ini berkaitan dengan
metode bunuh diri yang dipilih. Laki-laki lebih banyak dengan gantung diri, meloncat
dari tempat tinggi, dengan senjata api. Perempuan lebih banyak dengan overdosis
obat-obatan atau menggunakan racun.
b. Usia
Kasus bunuh diri meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki, angka
bunuh diri tertinggi pada usia di atas 45 tahun sedangkan pada perempuan angka
bunuh diri tertinggi pada usia di atas 55 tahun. Orang yang lebih tua lebih jarang
melakukan percobaan bunuh diri, tetapi lebih sering berhasil.
c. Ras
Di Amerika Serikat ras kulit putih lebih banyak melakukan bunuh diri dibanding ras
kulit hitam.
d. Status perkawinan
Pernikahan menurunkan angka bunuh diri, terutama jika terdapat anak di rumah.
Orang yang tidak pernah menikah dua kali lebih beresiko untuk bunuh diri. Perceraian
13
meningkatkan resiko bunuh diri. Janda atau duda yang pasangannya telah meninggal
juga memiliki angka bunuh diri yang tinggi.
e. Pekerjaan
Semakin tinggi status sosial semakin tinggi resiko bunuh diri, tetapi status sosial yang
rendah juga meningkatkan resiko bunuh diri. Pekerjaan sebagai dokter memiliki
resiko bunuh diri tertinggi dibanding pekerjaan lain. Spesialisasi psikiatri memiliki
resiko tertinggi, disusul spesialis mata dan spesialis anestesi. Pekerjaan lain yang
memiliki resiko tinggi untuk bunuh diri adalah pengacara, artis, dokter gigi, polisi,
montir, agen asuransi. Orang yang tidak memiliki pekerjaan memiliki resiko lebih
tinggi untuk bunuh diri.
f. Kesehatan fisik
Satu dari tiga orang yang melakukan bunuh diri memiliki masalah kesehatan dalam 6
bulan sebelum bunuh diri. Hilangnya mobilitas fisik, nyeri hebat yang kronik, pasien
hemodialisis meningkatkan resiko bunuh diri.
g. Gangguan mental
Sekitar 95% dari semua orang yang mencoba atau melakukan bunuh diri memiliki
gangguan mental. Gangguan mental tersebut terdiri dari depresi 80%, skizofrenia
10%, dan demensia atau delirium 5%. Di antara semua pasien dengan gangguan
mental, 25% kecanduan juga kepada alkohol.
h. Kecanduan alkohol
Sekitar 15% pasien kecanduan alkohol melakukan bunuh diri. Sekitar 80% pasien
bunuh diri akibat kecanduan alkohol adalah laki-laki. Sekitar 50% dari pasien
kecanduan alkohol yang bunuh diri mengalami kehilangan anggota keluarga atau
pasangan dalam satu tahun terakhir.
i. Gangguan kepribadian
Sebagian besar orang yang bunuh diri memiliki gangguan kepribadian. Gangguan
kepribadian merupakan faktor predisposisi untuk gangguan depresi. Selain itu juga
merupakan faktor predisposisi untuk kecanduan alkohol. Gangguan kepribadian juga
dapat menyebabkan konflik dengan keluarga dan orang lain.
Kemungkinan bunuh diri dapat terjadi apabila:
a. Pasien pernah mencoba bunuh diri
b. Keinginan bunuh diri dinyatakan secara terang-terangan maupun tidak, atau berupa
ancaman: kamu tidak akan saya ganggu lebih lama lagi (sering dikatakan pada
keluarga)
c. Secara objektif terlihat adanya mood yang depresif atau cemas
d. Baru mengalami kehilangan yang bermakna (pasangan, pekerjaan, harga diri, dan
lain-lain)
14
dapat memenuhi komitmen ini, maka perawatan di rumah sakit menjadi indikasi yang harus
diambil. Rawat inap jangka panjang diperlukan bagi pasien yang cenderung dan mempunyai
kebiasaan melukai diri sendiri serta parasuicides. Parasuicides yaitu mereka yang
berulangkali melakukan hal-hal berbahaya tetapi menyangkal adanya ide-ide bunuh diri.
Ketika sedang mengevaluasi pasien dengan kecendrungan bunuh diri, jangan tinggalkan
mereka sendiri di ruangan. Singkirkan benda-benda yang dapat membahayakan dari ruang
tersebut.
Adapun indikasi rawat inap antara lain adalah:
a. Bila pasien membahayakan diri sendiri atau orang lain,
b. Bila perawatan di rumah tidak memadai, dan
c. Perlu observasi lebih lanjut.
Lima hal yang harus ditentukan sebelum menangani pasien selanjutnya:
a. Keamanan pasien
b. Sebelum mengevaluasi pasien, dokter harus dapat memastikan bahwa situasi di UGD,
jumlah pasien di ruangan tersebut aman bagi pasien. Jika intervensi verbal tidak cukup
c.
d.
e.
seberapa
jauh
ketidakmampuannya dalam menilai realita dan buruknya tilikan. Hal ini dapat
mempengaruhi sikapnya terhadap pertolongan yang kita berikan serta kepatuhannya
f.
dalam berobat.
Suicidal atau homicidal
Semua pasien dengan kecenderungan bunuh diri harus dobservasi secara ketat. Perasaanperasaan yang berkaitan dengan tindak kekerasan atau pikiran bunuh diri harus selalu
g.
16
BAB III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
Kegawatdaruratan psikiatri adalah setiap gangguan dalam pikiran, perasaan, atau
tindakan yang membahayakan diri dan hidup individu bersangkutan yang memerlukan
intervensi teraputik segera. Kondisi kegawatdaruratan meliputi; gaduh gelisah, tindak
kekerasan (violence), bunuh diri (suicide)/ tentamen suicidum, dan sindroma
neuroleptik maligna. Tindakan yang harus dilakukan saat terjadi kegawatdaruratan
psikiatri diantaranya adalah membawa ke pelayanan kesehatan tanpa meninggalkan
pasien sendirian dan petugas harus memiliki kewaspadaan.
III.2. SARAN
1. Dokter pelayanan primer harus mengerti dan memahami tatalaksana pada
kegawatdaruratan psikiatri
2. Keluarga dengan anggota keluarga yang memiliki kecenderungan gangguan psikis
harus hati-hati dan tanggap terhadap tanda-tanda kegawatdaruratan medis
17