Diktat Struktur Baja Jembatan

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 190

PENGENALAN STRUKTUR

JEMBATAN BAJA
BAB

SUB POKOK BAHASAN :


1.1.
1.2.

Jenis-jeins Jembatan
Bagian-bagian Struktur Jembatan

1. Tujuan Pembelajaran Umum :


Mamapu mengenal Jenis-jenis jembatan Baja dan mengidentifikasi bagian-bagian
struktur dari masing-masing Jenis Jembatan baja

2. Tujuan Pembelajaran Khusus :


a. Menjelaskan jenis-jenis struktur jembatan baja
b. Menjelaskan Bentuk-bentuk Struktur dari masing-masing jembatn Baja
c. Mengindentifikasi Bagian-bagian Struktur Jembatan Baja
d. Mengidentifikasi perbedaan Bagian Struktur atas dan Bawah
I L U S T R A S I

1.1. Jenis-jenis Jembatan


Struktur Baja Jembatan
1
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

1.1. Jenis-jenis Jembatan

Jembatan merupakan suatu bangunan yang dipergunakan untuk melintasi


lalulintas dari rintangan yang berupa ; sungai ataupun saluran air, lembah,jurang
danau dan jalan raya ataupun jalan KA, harus direncanakan dengan menggunakan
jenis struktur dan bahan konstruksi yang tepat sehingga dicapai optimalisasi
perencanaan sesuai dengan fungsinya.
Jenis jembatan bermacam-macam dilihat dari bentuk dan fungsi
pemakaiannya, namun secara garis besar jenis jembatan dapat dibedakan atas :

1.1.1. Klasifikasi Jembatan menurut material jembatan,


Klasifikasi jembatan menurut material yang digunakan dibedakan atas bahan yang
dominan dipergunakan, terutama bahan sebagai struktur utama Banguan Atas
(Gelagar Induk), yaitu :
a) Jembatan Kayu :
Jenis jembatan ini bangunan atasnya terbuat dari bahan balok kayu sebagai
gelagar jembatan dan papan sebagai struktur lantai kendaraan. Bahan kayu yang
dgunakan diambil dari kayu jenis kelas awet (A) dan kelas kelas kekuatan (I) yang
biasanya dari jenis kayu Jati, kayu Bengkirai, kayu Ulin, dan kayu-kay jenis lain
yang tahan terhadap air dan cuaca.
Bentuk struktur dari jembatan kayu biasanya berupa ;Jembatan Rangka Batang
Kayu dan Jembatan Gelagar biasa yang basanya digunakan pada jembatan
bentang pendek.Alat sambung yang digunakan untuk sambungan antara elemen
jembatan digunakan Baut Biasa dengan pelat simpul dari pelat baja .

Tampak potongan melintang bentang

Gambar. 1.1.a. (Jembatan Gelagar


Struktur
Baja
Kayu
) Jembatan
2
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

b). Jembatan Pasangan Batu


Jembatan jenis ini seluruh struktur baik struktur bawah (Sub structrure) dan
struktur atas (Super structure) dibuat dari pasangan batu kali atau bata merah
yang merupakan jenis jembatan dengan struktur sistim grafitasi

yang

kekuatannya mengandalkan dari berat struktur. Bentuk dari jembatan ini


sebaian besar berbentuk struktur lengkung dibagian bentang yang harus
menahan beban utama seperti pada gambar berikut

Gambar. 1.1.b. (Jembatan Pasangan


Batu) )))BBBBatu)

c). Jembatan Baja


Jembatan dengan material baja merupakan jembatan yang banyak digunakan
disamping jembatan dengan matrial beton. Jembatan jenis ini bermacammacam tipe dan bentuknya, Seperti Jembatan Gelagar Biasa, Jembatan
Gelagar Box, Jembatan Gelagar Plat Girder, Jembatan Rangka Batang,
Jembatan Gantung yang sangat tergantung dari bentang jembatan, yang aka
dijelaskan pada pasal berikut.
d). Jembatan Beton
Jembatan dengan material beton banyak digunakan dan perkembangan
teknologi jembatan beton sangat pesat baik teknologi strukturnya maupun cara
pelaksanaannya.Jembatan dengan material beton sering dilaksanakan dengan
cara cor ditempat atau dengan beton pracetak. Tipe jembatan beton ini antara
lain : Jembatan Monolit, jembatan Prategang, Jembatan Komposit, yang akan
dijelaskan pada pasal berikut.
Struktur Baja Jembatan
3
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

1.1.2.

Klasifikasi Jembatan menurut kegunaan :

a). Jembatan Jalan Raya :


Jembatan yang digunakan untuk menghubungkan jalan raya yang melintasi
rintangan seperti sungai, jalan lain dan sebagainya, untuk dilewati lalu-lintas
kendaraan darat.

Gambar. 1.1.c. (Jembatan Jalan Raya)

b). Jembatan Kereta Api :


Jembatan yang digunakan untuk menghubungkan jalan Rel yang melintasi
rintangan seperti sungai, jalan lain dan sebagainya, untuk dilewati Kereta
Apai..

Gambar.1.1.d (Jembatan Kerata Api)

c). Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) :


Jembatan yang digunakan untuk penyebrangan Orang

pelajan kaki yang

melintasi rintangan jalan (seperti jalan raya, jalan KA dsb).


Struktur Baja Jembatan
4
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gambar. 1.1.e. (Jembatan Penyebrangan Orang )

d). Jembatan Lain-lain :


Jembatan yang digunakan untuk menghubungkan Saluran Air, Pipa gas, Pipa
minyak, Kabel Aliran Listrik dan sebagainya yang melintasi rintangan. Dan
biasanya jembata ini didekatkan dengan jembatan lintasan lalu-lintas agar
mudah merawatan dan inspeksi dari sarana yang dilintaskan

1.1.3.

Klasifikasi Jembatan menurut bentuk Struktur :

Didasarkan pada bentuk atau tipe stuktur jembatan, jembatan dibedakan dari
bentuk struktur Gelagar induknya yaitu Gelagar yang menopang seluruh elemen
struktur jembatan dan mentransfer seluruh beban struktur yang langsung
berhubungan dengan bangunan bawah. Adapun bentuk struktur jembatan terdiri
atas :
a). Jembatan Balok Gelagar biasa
Jembatan ini digunakan pada jembatan dengan bentang pendek sampai sedang
dan beban hidup yang lewat relative kecil (seperti, Jembatan Penyebrangan
Orang dan sebagainya). Gelagar Induk jembatan ini merupakan struktur balok
biasa yang menumpu pada kedua Abutment dengan susunan struktur ; Gelagar
Induk-Pelat Lantai Kendaraan, dengan dilengkapi Tiang Sandaran (non
struktur), seperti pada jembatan gelagar biasa dengan material kayu.atau baja
seperti pada gambar berikut :

Struktur Baja Jembatan


5
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gambar. 1.1.f (Jembatan Balok Biasa)

b). Jembatan Balok Pelat Girder.


Jenis jembatan ini sering digunakan pada jembatan jalan KA dengan
bentang sedang. Struktur Gelagar Induk jembatan merupakan Balok profil
buatan dari pelat baja dengan tebal tertentu disusun sedemikian rupa
sehinggga merupakan Balok yang profosional dan efektif untuk menehan
beban yang bekerja.yang menopang gelagar meintang dan memanjang
yang dengan bentuk struktur seperti gambar berikut.

Gambar. 1.1.g. (Jembatan Gelagar Pelat Girder)

c). Jembatan Balok Monolit Beton Bertulang


Merupakan Jembatan Beton bertulang yang antara Gelagar Induk dan Pelat
lantai Kendaraan dicor bersamaan dan menyatu sebagai Balok T Seluruh
struktur yang terdiri dari Balok dan pelat lantai, yang juga sering diantara
balok dipasang balok diafragma menopang diatas Abutment , seperti gambar
berikut

Struktur Baja Jembatan


6
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gambar. 1.1.h. (Jembatan Balok Beton Monolit))

d). Jembatan Gelagar Komposit


Jembatan ini Gelagar Induknya merupakan paduan dari dua jenis
material yaitu Balok profil baja dengan pelat lantai beton bertulang yang
dihubungkan dengan penghubung gesar (Shear connector), Jenis iembatan ini
sering digunakan ada jembatan dengan bentang relatif panjang, yang efektif
adalah dari bentang 15 meter sampai dengan 30 meter dan biasanya digunakan
pada struktur dengan balok diatas dua bentang (simple Beam).
Bentuk dan susunan dari Jembatan komposit seperti gambar berikut

Gambar 1.1.i. (Jembatan Komposit Baja-Beton)


Struktur Baja Jembatan
7
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

e). Jembatan Rangka Batang


struktur jembatan baja rangka batang mempunyai tipe rangka yang banyak
jenisnya. Struktur jembatan rangka batang dengan material profil-profil baja
digunakan pada jembatan dengan bentang yang relatif panjang. Susunan dari
struktur jembatan rangka batang ini terdiri dari ; Struktur rangka batang
dipasang di bagian kiri-kanan yang merupakan Gelagar Induk, yang
menopang Gelagar Melintang dan gelagar memanjang yang bekerja menahan
beban kerja dari lantai kendaraan, seperti pada gambar berikut

Gambar. 1.1.j. (Jembatan Gelagar Rangka Batang)

f). Jembatan Gantung


Jembatan Gantung merupakan struktur jembatan yang terdiri dari struktur
Penopang yang berupa Tiang (pilar atau Menara), struktur Jembatan berupa
Gelagar Induk dan gelagar melintang, Lantai Kendaraan, Penjangkar Kabel dan
Kabel Penggantung yang membentang sepanjang bentang sejajar dengan arah
memanjang

jembatan, dimana

kabel

sebagai struktur

utama yang

menstranfer seluruh beban ke bagian bawah jembatan yang berupa Abutmen,


penjangkar kabel dan tiang Penopang . Seluruh kabel diikat dan ditopangkan
pada Penjangkar kabel dan tiang penopang utama, kabel sebagai penopang
seluruh bangunan atas, seperti pada gambar berikut :

Struktur Baja Jembatan


8
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gambar. 1.1.k. (Jembatan Gantung )

g). Jembatan Balok Beton Prategang (Pre Strees)


Gelagar Induk dari jembatan ini merupakan balok beton bertulang yang diberi
pra tegangan dari kabel yang dipasang sedemikian rupa sehingga seluruh
beban hidup jembatan dapat di lawan dengan prategangan yang didapat dari
penarikan kabel dalam tendon yang diletakkan di dalam tubuh balok rsebut.
Embatan ini sering digunakan pada jembatan dengan bentang yang relatif
panjang, seperti yang terlihat pada gambar Jembatan Layang Mono rell

Struktur Baja Jembatan


9
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gambar. 1.1.l (Jemabatan Prategang)

h). Jembatan Tipe Lain


Jembatan tipe dengan jenis struktur yang lain seperti Jembatan Pelengkung
tiga sendi Jembatan Kombinasi dari Struktur yang ada, merupakan jembatan
dengan struktur utama adalah merupakan

jenis struktutr seperti yang

dijelaskan pada pasal-pasal diatas.

1.1.4.

Klasifikasi Jembatan menurut

kelas muatan Bina

Marga :
Didasarkan pada prosentase muatan hidup yang dapat melewati jembatan
dibandingkan dengan kendaraan standar, yaitu terdiri atas :
Jembatan Kelas Standar (A/I) : Merupakan jembatan kelas standar dengan
perencanaan 100 % muatan T dan 100 % muatan D. Dalam hal ini lebar
jembatan adalah (1,00 + 7,00 + 1,00) meter
Jembatan Kelas Sub Standar (B/II) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 70 % muatan T dan 70 % muatan D. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah ( 0,50 + 6,00 + 0,50 ) meter
Jembatan Kelas Low Standar (C/III) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 50 % muatan T dan 50 % muatan D. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah (0,50 + 3,50 + 0,50) meter

Struktur Baja Jembatan


10
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

1.2. Bagian-Bagian Struktur Jembatan


:

Struktur jembatan terbagi atas Konstruksi Bangunan atas (Superstructure) dan


Konstruksi Bangunan Bawah (Substructure), yang terdiri atas bagian-bagian struktur
sebagai berikut

1.2.1. Struktur Bangunan Atas (Superstructure) :


Merupakan struktur yang langsung menerima semua beban termasuk Beban
hidup lalu-lintas dan berat sendiri struktur, bentuk struktur bangunan atas ini
menggambarkan tipe atau jenis strukutur jembatan. Bangunan atas terdiri dari bagianbagian :
a. Pelat Lantai Kendaraan
Merupakan bagian konstruksi jembatan yang langsung menerima beban lalu-lintas
yang berjalan di atasnya, yang di dalam perencanaan diperhitungkan terhadap
beban hidup/muatan T dari tekanan gandar roda kendaraan dan berat konstruksi
yang dipikulnya (termasuk berat sendiri lantai). Lantai kendaraan biasanya
digunakan Balok papan kayu atau yang sering digunakan adalah lantai beton
bertulang. Lantai kendaraan diletakkan

langsung di atas Gelagar Induk atau

Gelagar memanjang pada jembatan Rangka Batang


b. Trotoar
Merupakan bagian layanan jembatan yang digunakan untuk sarana pejalan kaki,
yang berada dibagian pinggir kiri-kanan lantai kendaraan. Ketinggian permukaan
Struktur Baja Jembatan
11
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

lantai Trotoir dibuat lebih tinggi dari pada ketinggian permukaan lapisan aus
lantai kendaraan
c. Tiang Sandaran :
Tiang sandaran yang dilengkapi dengan pipa sandaran merupakan bagian struktur
jembatan

yang

dipasang

dibagian

tepi

luar

lantai

Trotoar

sepanjang

bentangjembatan berfungsi sebagai pengaman untuk pejalan kaki yang lewat


diatas trotoar, juga merupakan konstruksi pelindung bila terjadi kecelakaan lalulintas.
Pelat Lantai Kendaraan
Lantai Trotoir
Pipa Sandaran

Tiang Sandaran
(Jarak as ke as = 2 m)

Gambar. 1.2.a. Konstruksi Trotoar dan Tiang Sandaran

d. Gelagar Memanjang (Balok lantai)


Merupakan bagian konstruksi jembatan yang berfungsi memikul lantai kendaraan
yang kemudian meneruskan beban-beban tersebut kebagian konstruksi di
bawahnya.
e. Gelagar Melintang
Adalah bagian konstruksi yang berada di bawah gelagar memanjang untuk
memikul memikul gelagar memanjang yang kan diteruskan ke gelagar induk.
Gelagar ini akan menahan momen lentur dan momen punteir bila terjadi gayagaya arah melintang jembatan seperti angina dan gempa
f. Gelagar Induk
Merupakan bagian utama konstruksi bangunan atas, yang berfungsi meneruskan
seluruh beban yang diterima bangunan atas dan diteruskan ke bangunan bawah.

Struktur Baja Jembatan


12
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gelagar induk biasanya biasanya berupa Rangka batang atau balok Girder dan
Balok Komposit
g. Tumpuan Jembatan
Sebagai bagian struktur yang diletakkan diatas Abutmen dan Pilar sebagai
landasan Gelagar Induk menumpu di bagian struktur bawah. Bahan yang sering
digunakan
Sebagai Tumpaun ini adalah Basi Cor (Berupa Roll dan Engsel), dan Lempengan
Super Rubber Elasitic yang dilapisi pelat baja.
h. Drainase
Drainase pada Jembatan berfungsi untuk mengalirkan air yang ada di lantai
kendaraan ke saluran pembuang sehingga tidak menggenangi lantai kendaraan
jembatan, yang sangat mengganggu jalannya lalu-lintas yang melewatinya. Letak
dan susunan dari drainase ini ditunjukkan pada gambar berikut :

Lantai Trotoir
Lantai
Kendaraan

Gambar. 1.2.b. Drainase Lantai Kendaraan

Secara keseluruhan susunan dari struktur bangunan atas dari konstruksi jembatan
diicontohkan Jembatan Rangka Batang seperti berikut

Struktur Baja Jembatan


13
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gelagar Induk (Rangka)


Tiang Sandaran
Trotoar
Lantai Kendaraan
Gelagar Memanjang
Gelagar Melintang

Gambar .2.1.c.

(Bagianbagian Struktur

Bangunan

Atas dari jembatan rangka

batang)

Gambar. 2.1.d. (Bangunan Atas Jembatan Rangka Batang)

1.2.2. Struktur Bangunan Bawah


Merupakan struktur yang berhubungan langsung dengan tanah pendukung
atau pondasi jembatan, yang berfungsi meneruskan beban dari seluruh bangunan atas
lewat tumpuan jembatan yang diteruskan ke tanah pendukung /pondasi. Bangunan
bawah ini terdis atas :
a. Abutment
Bagian yang memikul kedua pangkal jembatan yang terletak di ujung bentang
jembatan (di tepi-tepi lebar lintasan) yang berfungsi untuk neneruskan seluruh
Struktur Baja Jembatan
14
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

beban bangunan atas ke pondasi/tanah pendukung, bagian ini dibangun dari bahan
beton bertulang atau pasangan batu kali yang dilengkapi dengan sayap Abutment.

Gambar. 2.1.e. (Abutment)

b. Pilar
Merupakan bagian lain dari bangunan bawah yang terletak di bentang jembatan
diantara pangkal jembatan, berfungsi seperti Abutment yang membagi beban dan
memperpendek bentang jembatan. Biasanya dibangun dari Beton bertulang atau
tiang panjang (beton atau Pipa baja) dan di atasnya terdapat kepala pilar.

Gambar. 2.1.f (Pilar Jembatan Rangka Batang)

c. Pondasi
Pondasi berfungsi menyalurkan dan meratakan beban dari abutment ke tanah
pendukung. Penggunaan jenis pondasi tergantung dari kondisi tanah pendukung

Struktur Baja Jembatan


15
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gambar. 2.1.g. Struktur Bangunan Bawah (Pilar dan Pondasi Jembatan)

Struktur Baja Jembatan


16
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

1.3. Rangkuman
A. Jenis Jembatan diklasifikasikan menurut :
1. Material yang digunakan :
a Jembatan Kayu
b Jembatan Pasangan Batu/Bata
c Jembatan Beton
d Jembatan Baja
e Jembatan Komposit Baja dan Beton
2. Kegunaan Lalu-lintas yang dilewatkan :
a Jembatan Kereta Api
b Jembatan Lalu-lintas Jalan Raya
c Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
d Jembatan Pelintasan Instalasi (Pipa, Saluran Air, Kabel
dll)
3. Bentuk Struktur :
a . Jembatan dengan Balok Biasa

Struktur Baja Jembatan


17
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Terdiri dari : Gelagar Induk (Balok Kayu, beton , Baja )


Pelat Lantai Kendaraan (Pelat Beton,
Papan )
Tiang Sandaran (Non Struktur)

b . Jembatan Beton Monolit

Bagian Gelagar Induk dari Balok beton bertulang menyatu dengan Pelat
lantai kendaraan dan Tiang sandaran.
c . Jembatan Komposit

Struktur Baja Jembatan


18
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gelagar Induk dari Profil Baja dengan diberi Penghubung Geser


(shear connector) Pelat lantai dicor diatasnya, sehingg kekuatan
Balok dapat dihitung sebagai Balok T komposit baja Beton

d. Jembatan Prategang
Pelat Lantai Kendaraan
Gelagar Induk Balok Beton

Kabel Prategang
Setengah Bentang

Terdiri dari :
Gelagar Induk Balok Beton Bertulang dengan Kabel Prategang
Kabel Prategang (Kabel Inti dan Tendon)
Blok Pengunci Kabel (End Block)
Pelat Lantai Kendaraan (biasanya pracetak )
e . Jembatan Balok Pelat Girder (Jalan Kerata Api)
Balok Profil Girder (Bisa berbentuk BOX
Lantai Kendaraan (Jalan KA)
Gelagar Melintang
Struktur Baja Jembatan
19
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Pada Jembatan Jalan Raya . Balok Girder bisa berupa Box Girder (Contoh di
Jembatan Layang Tomang Jakarta)

f . Jemabatan Ranga Batang

Gelagar Induk merupakan struktur rangka batang Yang menahan semua


beban kerja melalui Gelgar Melintang (Cross Girder) dan memanjang .

g. Jembatan Gantung
Pilar Utama
Kabel Utama
Tali Penggantung
Struktur Atas Jembatan
Struktur Baja Jembatan
20
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Penjangkar Kabel

4. Kelas Muatan
Jembatan Kelas Standar (A/I) : Merupakan jembatan kelas standar dengan
perencanaan 100 % muatan T dan 100 % muatan D. Dalam hal ini lebar
jembatan adalah (1,00 + 7,00 + 1,00) meter
Jembatan Kelas Sub Standar (B/II) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 70 % muatan T dan 70 % muatan D. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah ( 0,50 + 6,00 + 0,50 ) meter
Jembatan Kelas Low Standar (C/III) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 50 % muatan T dan 50 % muatan D. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah (0,50 + 3,50 + 0,50) meter

B. Bagian Struktur Jembatan Terdiri dari


1. Struktur Jembatan dibagi menjadi dua (2) bagian :
a

Struktur Bagian Atas (Super Structure)

Struktur Bagian Bawah (Sub Structure)

2. Struktur Bagian Atas terdiri :


a

Pelat Lantai Kendaraan

Lantai Trotoir

Tiang Sandaran

Gelagar Memanjang

Gelagar Melintang

Gelagar Induk

Tumpuan Jembatan

Drainase

3. Struktur Bagian Bawah terdiri dari :


a

Abutment

Struktur Baja Jembatan


21
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Pilar Jembatan

Pondari

1.4. LEMBAR SOAL


1.4.1. Pre Test
Pertanyaan :
1.

Apa yang saudara ketehaui tentang jembatan

2.

Gambarkan Bentuk Jembatan Baja yang pernah saudara lihat

3.

Sebutkan beberapa bentuk jembatan baja yang saudara ketahui

4.

Sebutkan Bagian struktur Jembatan

Jawaban :
1. ..........................................................................................
2. ...........................
3. .............................
4. .............................

1.4.2. Latihan Soal


(Bentuk Tanya jawab langsung saat perkuliahan)
1.4.3. Post Test
1. Ada berapa klasifikasikan Jembatan yang anda ketahui ?
2. Apa maksud dari Klasifikasi Jembatan menurut Kelas muatan ?
Jelaskan ada berapa Kelas matan ?
Struktur Baja Jembatan
22
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

3. Ditinjau dari bentuk struktur jembatan, ada berapa bentuk struktur ?


4. Jelaskan fungsi masing-masing bagian struktur jembatan ?
5. Ada berapa jenis struktur jembatan baja yang saudara ketahui ?
6. Gambarkan sket dari struktur jembatan Rangka Batang, jelaskan elemenelemen strukturnya ?
7. Ada berapa bagian struktur Jembatan
8. Sebutkan Bagian-bagian yang termasuk Struktur Atas jembatan
9. Sebutkan Bagian-bagian yang termasuk Struktur Bawah jembatan
10. Gambarkan Susunan elemen struktur dengan benar dari Struktur Atas
jembatan
11. Apa Fungsi dari Drainase yang ada di bagian Struktur Atas Jembatan
12. Apa fungsi dari Abutment Jembatan

Struktur Baja Jembatan


23
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

PEMBEBANAN PADA JEMBATAN


BAB

SUB POKOK BAHASAN (UNIT) :


2.1. Jenis & Sifat Pembebanan
2.2. Beban Rencana
2.3. Aplikasi Pembebanan Pada Jembatan Rangka
Batang

3. Tujuan Pembelajaran Umum :


Mampu mengaplikasikan jenis-jenis pembeban pada perhitungan beban rencana
dalam perencanaan Jembatan Rangka Batang

4. Tujuan Pemeblajara Khusus :


e. Menjelaskan Jenis dan Sifat-sifat Pembebanan Pada Jembatan
f. Menjelaskan teori dan Persyaratan pembebanan pada perencanaan jembatan
g. Menjelaskan Konvigurasi pembebanan pada masing-masing elemen struktur
jembatan
h. Menghitung Besarnya Beban rencana pada masing-masing elemen struktur
jembatan akibat beban kerja

ILUSTRASI

Struktur Baja Jembatan


24
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

2.1. Jenis dan Sifat Pembebanan

2.1.1. Pendahuluan
Analisis

pembebanan

dalam

perencanaan

struktur

jembatan,

guna

mendapatkan besarnya beban bekerja yang optimum dalam perencanaan seluruh


penampang elemen struktur jembatan, seluruh ketentuan dan besaran pembebanan
harus

disesuaikan

dengan Peraturan Pembebanan Jembatan

SNI. T.02 2005.

Peraturan ini membahas masalah beban dan aksi-aksi lainnya yang akan digunakan
dalam perencanaan pembebanan jembatan jalan raya yang termasuk juga pelajan
kaki. Dengan jenis-jenis aksi-aksi sebagai berikut :

Struktur Baja Jembatan


25
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Dimana seluruh aksi aksi pembebanan yang digunakan untuk menghitung


aksi rencana, harus dikalikan dengan FAKTOR BEBAN seperti yang sudah
ditetapkan dalam SNI, dikarenakan :
-

Adanya perbedaan yang tidak diinginkan

Ketidak tepatan dalam memperkirakan pengaruh pembebanan

Adanya perbedaan ketepatan dimensi yang dicapai dalam pelaksanaan


Dalam analisis pembebanan aksi-aksi beban perpindahan dan pengaruh lain

dikelompokkan dalam :
a Beban Mati
b Beban Hidup
c Beban Angin
d Beban Gempa
e Beban Lainnya.
Struktur Baja Jembatan
26
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

2.1.2. Beban Mati


Merupakan Aksi dan beban Tetap dari berat sendiri semua bagian struktur
dihitung sebesar masa dikalikan dengan percepatan grafitasi (g) sebesar g = 9,8 m/dt 2.
Besar masa dan kerapatan isi ditabelkan dalam Tabel.21.a.

Beban mati jembatan

terdiri dari berat masing-masing bagian struktur dan elemen-elemen non struktur yang
harus dikalikan dengan nilai Faktor beban yang ditetapkan dalam Tabel.21.a. sebagai
berikut :

TABEL. 2.1.a Besar Faktor Beban Mati

Berat sendiri dari tiap bagian struktur adalah berat dari elemen struktur tersebut dan
elemen-elemen struktur yang dipikulnya. Berikut adalah berat isi dan Kerapatan
masa untuk berat sendiri :

Struktur Baja Jembatan


27
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

TABEL. 2.1.b Besar Berat Isi dan Kerapatan masa Beban Mati

Beban mati tambahan


Jangka Waktu

Tetap

Faktor Beban

KSMA
Keadaan Umum 1,0
Keadaan Khusus 1,0

KUMA
Biasa
Terkurangi
2,0
0,70
1,4
0,80

TABEL. 2.1.c Besar Faktor Beban Mati Tambahan

2.1.3. Beban Lalu-lintas


Struktur Baja Jembatan
28
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur "D" dan
beban truk "T". Beban lajur "D" bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan
menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iring-iringan
kendaraan yang sebenarnya.
Jumlah total beban lajur "D" yang bekerja tergantung pada

lebar jalur

kendaraan itu sendiri. Beban truk "T" adalah satu kendaraan berat dengan 3 as yang
ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana. Tiap as terdiri dari
dua bidang kontak pembebanan yang dimaksud sebagai simulasi pengaruh roda
kendaraan berat. Hanya satu truk "T" diterapkan per lajur lalu lintas rencana.
Secara umum, beban "D" akan menjadi beban penentu dalam perhitungan
jembatan yang mempunyai bentang sedang sampai panjang, sedangkan beban "T"
digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan.
Lebar Lajur lalu lintas Rencana harus mempunyai lebar 2,75 m. Jumlah
maksimum lajur lalu lintas yang digunakan untuk berbagai lebar jembatan bisa dilihat
dalam Tabel. 2.1.d.
Lajur lalu lintas rencana harus disusun sejajar dengan sumbu memanjang
jembatan.
Tabel. 2.1.d. JUMLAH LAJUR LALULINTAS RENCANA

a. Beban jalur D terdiri dari beban jalur Terbagi merata (BRT)


Uniformly Distributed Load (UDL) yang digabungkan dengan beban jalur
Struktur Baja Jembatan
29
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Garis (BGT) Knife-edge Load (KEL) dengan

posisi pembebanan

melintang dengan bentang jembatan seperti pada gambar berikut


BebanGaris
(KEL) kN/m
Beban merata (UDL) kpa

Gambar. 2.1.a (Susunan Beban D)

Besar Beban Jalur Merata (BRT) dengan intensitas q kpa yang besarnya
ditentukan dari bentang elemen Jembatan yang ditinjau, yaitu :

L 30 m q = 8,0 kpa

L > 30m q = 8,0 (0,5 + 15/L) kpa

Sedangkan besar beban jalur Garis (KEL) dengan intensitas P KN/m adalah
sebesar P = 44,0 KN/m
Besarnya beban merata jalue UDL untuk berbagai bentang dapat ditetapkan dari
Grafik beban UDL sebagai berikut :

Besar UDL (kN/m2)

10
8
6
4
2

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Bentang bagian struktur yang ditinjau (m)

Gambar. 2.2.b Grafik Besar UDL dengan Bentang Struktur


Struktur Baja Jembatan
30
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

b. Beban Tekana Roda Truk T adalah suatu beban suatu kendaraan berat
dengan 3 as roda yang ditempatkan pada beberapa posisi dalam jalur lalu
lintas rencana seperti gambar berikut :

Beban satu truk harus ditempatkan dalam tiap lajur lalu-lintas rencana untuk
panjang penuh dari jembatan. Beban T harus ditempatkan di tengah lajur lalulintas dan ditempatkan dimana saja diantara Kerb. Jumlah maksimum lajur lalulintas rencan diberikan pada tabel berikut :
Jenis Jembatan

Lebar Jalan Kendaraan


Jembatan (m)

Jumlah Lajur Lalulintas Rencana

4,0 5,0

5,5 8,25

11,25 15,0
10,0 12,9
11,25 15,0
15,1 18,75

4
3
4
5

18,8 22,5

Lajur Tunggal
Dua

Arah,

tanpa

median
Jalan

Kendaraan

Majemuk

(BMS6 M.21 Panduan Perencanaan Teknik Jembatan hal 2-20)

TABEL. 2.1.d Jumlah Lajur maksimum pada Lebar Lantai Kendraan

c. Gaya Rem
Pengaruh Rem dan percepatan lalulintas harus dipertimbangkan sebagai gaya
memanjang. Gaya ini tidak tergantung pada gaya jembatan tetapi tergantung dari
panjang struktur yang tertahan seperti yang diberikan pada Tabel berikut :
Panjang Struktur (m)

Gaya Rem (KN)

Struktur Baja Jembatan


31
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

250
L 80
80 < L 180
2,2 L 50
L > 180
500
Catatan :Gaya Rem kendaraan U.L.S adalah 2,0 kali Gaya Rem Kendaraan
S.LS
TABEL. 2.1.e Besar Gaya Pengaruh Rem Terhadap Panjang Struktur

2.1.4. Beban Angin


Gaya angin yang diperhitungkan pada struktur jembatan adalah tekanan
angin dari arah tegak lurus bentang jembatan yang bekerja pada bidang kendaraan
sepanjang bentang jembatan dan bidang struktur atas yang tergantung pada :
a. Luas ekuivalen diambil sebagai luas pada bidang pengaruh dari pada jembatan
dalam elevasi proyeksi tegak lurus. Untuk jembatan rangka batang diambil 30%
dari luas yang dibatasi unsur rangka terluar.
b. Tekanan angin rencana (kpa) diberikan dalam Tabel berikut :
Perbandingan
Lebar/Tinggi
Bangunan Atas
Padat

Jenis

Besar Tekanan Angin (kpa)

Keadaan

Lebih dari 5
5 Km dari Pantai
Batas
Km dari pantai
S.L.S
1,13
0,79
b/d 1,0
U.L.S
1,85
1,36
S.L.S
1,46 - 1,32.b/d
1,01 0,23.b/d
1,0 < b/d 2
U.L.S
2,38 0,53.b/d
1,75 0,39.b/d
S.L.S
0,88 0,038.b/d
0,61 0,02.b/d
2,0 < b/d 6
U.L.S
1,43 0,06. b/d
1.,05 0,4. b/d
S.L.S
0,68
0,47
b/d > 6
U.L.S
1,1
0,81
S.L.S
0,65
0,45
Bangunan Atas
Rangka (Seluruh b/d)
U.L.S
1,06
0,78
b = Lebar bangunan atas antar permukaan luar dinding pengaman
d = Tinggi bangunan atas (Termasuk dinding pengaman)
TABEL. 2.1.f Besar Tekanan Gaya Angin Pada Struktur Jembatan

2.1.5. Beban Gempa


Pengaruh gempa pada struktur sedehana masih dapat disumulasi oleh suatu
beban statik ekivalen. Untuk struktur jembatan besar dengan tingkat kerumitan yang
Struktur Baja Jembatan
32
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

tinggi, penentuan besar beban pengaruh gempa harus dilakukan dengan analisa yang
lengkap seperti yang ditetapkan dalam Standar Perencanaan Ketahanan Gempa, SNI
03-1725, dengan Grafik Respons Spektra Gempa (Sebagai contoh diambil Grafik
Respons Spektra untuk wilayah IV) seperti pada gambar 2.1.b berikut :

Gambar . 2.1.b. Grafik Respons Spektra Wilayah Gempa 4

Selanjutnya analisis pembebanan dari seluruh aksi pembebanan yang bekerja pada
jembatan dapat mengikuti bagan alir pembebanan pada jembatan seperti berikut :

Struktur Baja Jembatan


33
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gambar 1 Bagan alir untuk perencanaan beban jembatan

Struktur Baja Jembatan


34
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

2.1.6. Rangkuman
1. Jenis Beban yang diperhitungkan pada jembatan adalah :
c. Beban Mati
d. Beban Hidup
e. Beban Angin
f. Beban Gempa
g. Beban Lain-lain
2. Beban Mati adalah Beban tetap yang dihitung dari seluruh berat elemen struktur
dan non struktur yang ditahan oleh bagian struktur jembatan yang ditinjau.
Sebagai contoh adalah Beban mati pada Gelagar memanjang sebagai berikut :
b

b
Berat Aspal

= 0,05 x b x qaspal

= kN/m

Berat genangan Air

= 0,50 x b x qAir

= kN/m

Berat Pelat lantai

= d x b x qBeton

Berat Balok profil

qprofil

Total Beban mati

= kN/m
= .. kN/m

IWF.300

(q DL )

kN

3. Beban Hidup adalah beban bergerak yang diperhitungkan besar beban dari
pengaruh lalu-lintas yang melewati jembatan, termasuk pejalan kaki yang
melintas jembatan tersebut.
4. Beban Lalu-lintas Terbagi atas :
a. Beban T adalah besarnya tekanan gandar mobil yang bekerja langsung
diatas pelat lantai kendaraan.
b. Beban D adalah beban jalur lalu-lintas , yang dikerjakan pada elemen
struktur pendukung (Gelagar induk,gelagar melintang dan gelagar
Struktur Baja Jembatan
35
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

memanjang. Baban

yang diperhitungkan terdiri dari Beban Jalur Merata

(UDL) dan Beban Jalur Garis (KEL) yang bekerja bersamaan dengan arah
sejajar bentang jembatan
5. Beban Angin adalah beban yang diperhitungkan pada Gelagar Induk,
merupakan tekanan dari tiupan angin yang bekerja tegaklurus bidang struktur
dan bidang lalu-lintas sepanjang bentang jembatan.
6. Beban Lain-lain terdiri Beban Rem, beban Salju, beban pengaruh suhu udara
dll yang dianggap mempengaruhi struktur, yang diatur dalam BMS buku 2.

2.1.6. Kunci Tes Formatif


Struktur Baja Jembatan
36
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

1. Jelaskan Jenis beban yang harus diperhitungkan terhadap perencanaan


jembatan ?
2. Apa yang termasuk beban tetap dari pembebanan jembatan ?
3. Ada berapa macam beban hidup lalu-lintas ?
4. Pada beban jalur lalu-lintas ada yang disebut Beban D, jelaskan macamnya
dan dimana beban itu bekerja pada struktur jembatan ?
5. Bagaimana arah beban angin bekerja pada struktur jembatan.

2.2. Beban Rencana

Struktur Baja Jembatan


37
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Beban rencana dihitung berdasarkan kondisi dan susunan elemen struktur jembatan
yang direncanakan dengan memperhatikan jarak-jarak dan lebar pias atau bagian
struktur yang menerima beban, baik beban mati, baban hidup lalu-lintas, beban angin
dan dll yang ada. Sehingga dalam menentukan beban rencana tidak terjadi over load
atau sebaliknya
.

2.2.1. Beban Mati


Beban mati yang diperhitungkan dalam perencanaan jembatan adalah
merupakan beban dengan jangka waktu tetap dari semua berat bagian-bagian struktur
jambatan dan elemen non struktur yang membebani masing-masing bagian struktur
yang dihitung.
Berat masing-masing bagian struktur dan elemen non struktur dihitung sebesar berat
per satuan volume bagian struktur dan elemen non struktur yang ditetapkan dalam
SNI T-02 2005 dikalikan dengan besar volume yang membebaninya, semua beban
mati harus dikalikan dengan factor beban (Ri) masing-masing seperti yang terdapat
dalam ketetapan SNI T-02-2005
Sebagai contoh Seperti Besar beban mati yang dipikul oleh Gelagar memanjang
dihitung dengan cara sebagai berikut :
Sebagai contoh di perlihatkan perhiungan beban mati pada Gelagar Memanjang dari
jembatan rangka batang
b
Struktur Baja Jembatan
38
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gambar. 2.2.a Beban mati pada


Gelagar memanjang

b
Berat Aspal

= 0,05 x b x qaspal

= kN/m

Berat genangan Air

= 0,50 x b x qAir

= kN/m

Berat Pelat lantai

= d x b x qaspal

= kN/m

Berat Balok profil

= .. kN/m

qprofil

Total Beban mati

(q DL )

kN/m

2.2.2. Beban Lalu-lintas


Beban lalu-lintas yang terdiri dari Muatan Jalur D dan Muatan tekan roda
Truk T dikerjakan di seluruh lebar jalur yang ada pada lebar jembatan, dimana lebar
jembatan dan lebar jalur serta bentang dari bagian struktur jembatan akan menentukan
besarnya beban lalu-lintas tersebut.
Secara umum beban D akan menentukan dalam perencanaan bila bentang jembatan
merupakan bentang sedang sampai bentang panjang, sedangkan Beban T
diperhitung untuk jembatan dengan bentang

pendek dan perencanaan lantai

kendaraan.
Beban lajur D terdiri dari beban merata (UDL) uniformly distributed Load yang
digabung dengan beban garis (KEL) Knife Edge Looad .
Dimana beban merata jalur (UDL) mempunyai intensitas q = kpa, dengan besar q

Besar UDL (kN/m2)

yang tergantung dari bentang bagian struktur yang dibebani seperti berikut :
Untuk L

30 m

Untuk L > 30 m

q = 8,0 kpa
q = 8,8 [ 0,5 + 15/L] kpa

Dengan besar Beban Garis PKEL = 44 kN/m


Besarnya beban merata jalue UDL untuk berbagai bentang dapat ditetapkan dari
Grafik beban UDL sebagai berikut :
10
8

Struktur Baja Jembatan


39
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

Gambar. 2.2.b Grafik Besar UDL dengan Bentang Struktur

POLITEKNIK NEGERI

6
4
2

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Bentang bagian struktur yang ditinjau (m)

Besar Faktor beban Lalu-lintas ditetapkan dalam table sebagai berikut :


Jangka Waktu
Transient

Faktor Beban
K
KUTD
1,0
2,0
S
TD

TABEL. 2.2.a. Besar Faktor Beban

2.2.3. Lajur Lalu-lintas Rencana


Lajur lalu-lintas rencana harus mempunyai lebar 2,75 m, jumlah maksimum
lajur lalu-lintas yang digunakan untuk berbagai lebar jembatan ditabel dalam Tabel II2 BMS sebagai berikut :
Tipe Jembatan

Lebar Lajur Kendaraan (m)

(1)
Satu arah
Dua arah tanpa median

(2)
4,00 - 5,00
5,50 - 8,25
<15,00
Banyak arah
8,25 - 11,25
11,30 15,00
15,10 - 18,75
18,80 - 22,50
TABEL.2.2.b. Jumlah dan Lebar Lajur Kendaraan

Jumlah Lajur rencana


(3)
1
3
4
3
4
5
6

Catatan :
(1) Untuk jembatan tipe lain, jumlah lajur lalu-lintas harus ditentukan oleh
instansi yang berwenang.
(2) Lebar jalur kendaraan adalah jarak minimum

antara troroar atau

rintangan untuk satu arah atau jarak antara trotoar/rintangan/median


dengan median untuk banyak arah

Struktur Baja Jembatan


40
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

(3) Lebar minimum yang sama untuk dua arah lajur kendaraan dalah 6,00m
lebar jembatan antara 5,00m sampai 6,00m harus dihindarkan oleh karena
hal ini akan memberikan kesan kepada pengemudi seolah-olah
memungkinkan untuk menyiap

2.2.4. Penyebaran Beban D Pada Arah Melintang


Beban D harus disusun pada arah melintang bentang yang ditinjau
sedemikian rupa sehingga menimbulkan momen maksimum pada gelagar yang
ditinjau. Penyusunan komponen muatan UDL dan KEL harus sama.
Bila lebar jalur kendaraan kurang atau sama dengan 5,5 m maka muatan D
harus ditempatkan pada seluruh jalur dengan intensitas 100%. Dan apabila lebar jalur
kendaraan lebih besar dari 5,5 m maka muatan D harus ditempatkan pada seluruh
lebar jalur tersebut dengan pembagian intensitas 100% pada lebar 5,5m dan sisanya
lebar di kanan kirinya dengan intensitas sebesar 50%, dengan posisi penyebarana
seperti gambar berikut :
Penyebaran muatan pada lebar jalur 5,5m
5,5m
100 %

Gambar. 2.2.c Penyebaran Beban Hidup pada jalur < 5,5,m

Penyebaran muatan pada lebar jalur > 5,5m


b
5,5m
100%
50%

50%

Gambar. 2.2.c Penyebaran Beban Hidup pada jalur > 5,5,m

2.2.5. Beban Angin

Beban angin diperhitungkan adanya tekanan tiupan angin dari arah tegak lurus
bentang jembatan yang bekerja tegak lurus pada bidang Lalu-lintas dan bidang
struktur jembatan sepanjang bentang jembatan.

Struktur Baja Jembatan


41
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Akibat dari beban angin, bagian struktur jembatan akan menerima susunan beban
sebagai berikut

WLL
2m

WR
h

WG

WLL = Beban angin pada bid


kendaraan seluas
(2m*L)
WR = Beban angin pada bid
Gelagar Rangka seluas
30% Bid Rangka
WG = Beban angin pada bid
kendaraan seluas (h*L)

Gambar. 2.2.d (Susunan Beban Angin)

2.2.6. Beban Lain-lain :


Yang termasuk beban lain-lain serti beban akibat Gempa, Salju , Beban kejut
dan sebagainya yang ditetapkan dalam BMS Buku .2

2.2.7. Kombinasi Pembebanan


Kombinasi pembebanan adalah penjumlahan dari besarnya beban mati,beban
hidup,beban angin dan beban lain-lain yang diambil pada kondisi yang paling besar
yang menyebabkan struktur mengalami beban maksimum. Kombinasi pembeban ini
ditetapkan dalam SNI buku.2 , dengan susunan kombinasi pembebanan sebagai
berikut :
Kombinasi Pembebanan Terfaktor :
Kombinasi I

1,4 DL
Kombinasi II : 1,2DL + 1,6LL + 0,5La
Kombinasi III : 1,2DL + 1,6La + 1,0WL
Kombinasi IV : 1,2DL + 1,3 WL + 0,5La
Kombinasi V : 1,2DL + 1,0EL + 1,0LL
Kombinasi VI : 0,9DL (1,3WL atau 1,0EL)
Dimana :
LD

= Akibat beban mati

LL

= Akibat beban hidup

Struktur Baja Jembatan


42
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

WL

=
Akibat beben Angin

EL

= Akibat beban Gempa

La

= Akibat beban Lain-lain

2.2.8. Rangkuman

Struktur Baja Jembatan


43
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

1. Beban Mati merupakan beban tetap trmasuk berat sendiri strukutr yang dihitung
dari seluruh berat komponen struktur dan non struktur yang membebani struktur
yang ditinjau
2. Beban Hidup adalah Beban lalu-lintas yang lewat di atas jembatan yang terdiri dari
Muatan Jalur D dan Muatan tekan roda Truk T dikerjakan di seluruh lebar jalur
yang ada pada lebar jembatan, dimana lebar jembatan dan lebar jalur serta bentang
dari bagian struktur jembatan akan menentukan besarnya beban lalu-lintas tersebut.
3. Muatan Jalur D pada rencana pembebanan di jembatan ada dua macam beban
yaitu : a. Beban Jalur merata (UDL)
b. Beban Jalur Garis (KEL)
Dengan masing-masing besar dan posisi pembebanan seperti ditetapkan dalam
Buku.2 BMS.
4. Beban Angin adalah beban tiupan angin yang bekerja tegak lurus pada bidang Lalulintas dan bidang struktur jembatan sepanjang bentang jembatan.
Akibat dari beban angin, bagian struktur jembatan akan menerima susunan beban
sebagai berikut

WLL
2m

WR
h

WG

WLL = Beban angin pada bid


kendaraan seluas
(2m*L)
WR = Beban angin pada bid
Gelagar Rangka seluas
30% Bid Rangka
WG = Beban angin pada bid
kendaraan seluas (h*L)

5. Kombinasi pembebanan adalah besarnya jumlah beban dari mecam-macam beban


yang dikalikan dengan faktor beban masing-masing macam beban yang
diperhitungkan sebagai

beban total rencana. Dengan ketetapan kombinasi

Pembebbanan sebagai beikur :


Kombinasi Pembebanan Terfaktor :
Struktur Baja Jembatan
44
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Kombinasi I

1,4 DL
Kombinasi II : 1,2DL + 1,6LL + 0,5La
Kombinasi III : 1,2DL + 1,6La + 1,0WL
Kombinasi IV : 1,2DL + 1,3 WL + 0,5La
Kombinasi V : 1,2DL + 1,0EL + 1,0LL
Kombinasi VI : 0,9DL (1,3WL atau 1,0EL)

PERENCANAAN ELEMEN PENAMPANG


Struktur Baja Jembatan
45
STRUKTUR
JEMBATAN BAJA
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

BAB

SUB POKOK BAHASAN :


3.1. Teori Dasar Perencan
3.2. Perencanaan Dimensi Penampang Terhadap beban
Aksial
3.3. Perencanaan Dimensi Penampang Balok Lentur
3.4. Aplikasi Pada Perencanaan Jembatan Rangka Batang

5. Tujuan Pembelajaran Umum :


Mampu mengaplikasikan teori perencanaan baja pada perencanaan elemen
struktur jembatan baja

6. Tujuan Pemeblajara Khusus :


i. Menjelaskan Jenis dan Sifat-sifat Pembebanan Pada Jembatan
j. Menjelaskan teori dan Persyaratan pembebanan pada perencanaan jembatan
k. Menjelaskan Konvigurasi pembebanan pada masing-masing elemen struktur
jembatan
l. Menghitung Besarnya Beban rencana pada masing-masing elemen struktur
jembatan akibat beban kerja

ILUSTRASI

Struktur Baja Jembatan


46
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

3. 1. TEORI DASAR PERENCANAAN


3.1.1. Detail Perencanaan
Struktur baja jembatan yang telah direncanakan, harus memiliki data
perencanaan yang jelas pada gambar kerja yang mencakup :
a. Nomor rujukan dan tanggal standar perencanaan yang digunakan yang masih
berlaku
b. Beban-beban Nominal yang ditetapkan
c. Proteksi karat, jika diperlukan
d. Taraf ketahanan kebakaran, jika diperlukan
e. Mutu Baja yang digunakan.
Sedangkan Gambar Kerja atau spesifikasi atau kedua-duanya untuk komponen
struktur atau struktur baja secara keseluruhan, harus mencantumkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Ukuran dan peruntukan tiap-tiap komponen struktur
b. Ukuran dan kategori Baut dan Pengelasan yang digunakan pada sambungan
sambungan
c. Ukuran-ukuran komponen sambungan
d. Lokasi dan detail titik kumpul, serta sambungan dan sambungan lewatan yang
direncanakan
e. Daftar setiap kendala pada saat pelaksanaan yang diasumsikan dalam perencanaan
f. Lawanan lendut untuk setiap komponen struktur
g. Ketentua-ketentua lainnya yang berlaku

3.1.2. Sifat Baja Sebagai Material Struktur


Baja sebagai material struktural yang digiling panas, dapat dibedakan atas Baja
karbon, baja paduan rendah berkekuatan tinggi dan baja paduan. Syarat-syarat umum
untuk baja ini diberikan dalam ASTM (American Society for Testing and Materials)
Dengan ketentuan semua marial baja yang digunakan sebagai baja struktur harus
sudah melalui uji material dengan bukti laporan uji material baja di pabrik yang
disahkan oleh lembaga yang berwenang .
Struktur Baja Jembatan
47
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Adapun baja yang tidak teridentifikasi boleh digunakan selama memenuhi


ketentuan berikut ini :
1). Bebas dari cacat permukaan
2). Sifat fisik material dan kemudaannya untuk dilas tidak mengurangi kekuatan dan
kemampuan laak struktur.
3). Bila dites sesuai ketentuan yang berlaku, Tegangan leleh (fy) untuk perencanaan
tidak boleh diambil lebih dari 170 Mpa, sedangkan untuk Tegangan Putus (fu)
tidak boleh diambil lebih dari 300 Mpa.
seperti berikut :
a. Sifat Mekanis Baja :
Sifat mekanis yang harus dimiliki baja sebagai material struktur harus dapat
ditunjukan dari hasil uji tarik yang dilakukan dari beberapa batang dengan mutu
baja yang berbeda, menghasilkan grafik hubungan antara regangan dan tegangan
yang menunjukan besar tegangan leleh dan tegangan putus yang jelas dari masingmasing mutu baja seperti seperti gambar berikut :

(f)

n
Baja Mutu

fy

A
Baja Mutu
B
Baja Mutu
C

B
e
s
ar
Te
g
a
n
a
g

Besar Regangan ( )
GAMBAR . 3.1.a (Grafik Hubungan Tegangan Regangan Baja)

Hasil dari besar tegangan leleh dan tegangan putus dari uji tarik pada sertiap mutu
baja, merupakan besar satuan tegangan yang digunakan sebagai dasar perhitungan
kekuatan elemen struktur baja.
Struktur Baja Jembatan
48
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

b. Mempunyai sifat Elastisited :


Ialah apabila dalam keadaan Elastis sempurna batang baja menahan beban tertentu,
dan apabila beban ditiadakan batang baja mempunyai kesanguppan kembali seperti
semula tanpa menderita perubahan yang mengalami merugikan.
c. Mempunyai sifat kekenyalan
Ialah kesanggupan untuk menerima perubahan bentuk pembebanan tertentu dan
masih dapat kembali pada bentuk semula tanpa menderita kerugian.
d. Mempunyai sifat kemungkinan dapat ditempa :
Apabila baja melalui proses penempaan dalam keadaan merah padam (menjadi
lembek dan plastis) bentuknya dapat diubah dengan tidak mempengaruhi sifat
mekanisnya.
e. Mempunyai sifat kemungkinan dapat dilas
Batang baja harus dapat disambung satu sama lain melalui proses pengelasan
dengan hasil sambungan yang kekuatannya dengan batang yang disambung
f. Mempunyai sifat kekerasan tertentu
Ialah sanggup mengadakan perlawanan terhadap masuknya benda lain ke dalam
batang dengan batas cacat tertentu
g. Tegangan Leleh dan Tegangan Putus :
Besar tegangan Leleh ( fy ) dan tegangan putus ( fu ) yang digunakan pada
perencanaan struktur baja, tidak boleh melebihi dari angka yang ditetapkan dalam
tabel berikut :

Jenis
Baja

Tegangan Putus
minimal fu (Mpa)

Tegangan Leleh
minimal fy (Mpa)

Peregangan
minimal (%)

Bj 34

340

210

22

Bj 37

370

240

20

Bj 41

410

250

18

Bj 50

500

290

16

Bj 55

550

410

13

TABEL 3.1.a (Jenis Baja dan Besar Tegangan Leleh - Putus )


Struktur Baja Jembatan
49
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

h. Sifat-Sifat Mekanisme Lainnya


Sifat mekanisme lain dari baja struktural yang ditetapkan sebagai dasara
perencanaan adalah sebagai berikut :
Modulus Elastisitas : E = 200.000 Mpa
Modulus Geser

: G = 80.000 Mpa

Modulus Poisson

: =

0,3

Koefisien pemuaian : = 12.10-6 /C0

3.1.3. Material Alat Sambung

Struktur baja terdiri dari bagian-bagain struktur dan elemen elemen batang yang
dihubungkan satu bagian dengan bagian lain memerlukan alat sambung yang
kekuatannya sama dengan batang yang disambung dan mampu mentransfer beban
dari bagian satu ke bagian yang lain.
Alat sambung yang digunakan pada struktur baja adalah :
1. Baut Biasa ,mur dan ring ; Dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi
sebagai ASTM A.307 dan merupakan jenis baut yang paling murah, namun dengan
menggunakan baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang paling murah
karena banyaknya jumlah baut yang harus dibutuhkan. Pemakaian baut ini
digunakan pada sambungan yang bersifat sendi dan sering digunakan pada struktur
rangka batang dan struktur semi permanen terutama pada struktur ringan . Baut
Biasa atau sering disebut Baut Hitam yang digunakan berdiamater antar inci
sampai 4 inci

harus memenuhi ketentuan yang berlaku dan dibedakan pada

Baut Hitam mutu A dan mutu B, dengan bentuk Baut seperti gambar berikut :

GAMBAR. 3.1.b, (Bentuk Baut Biasa)

2. Baut mutu tinggi (High strenght bolts); Dibuat dari baja karbon sedang yang
dicelup dan dipanasi kembali pada suhu paling rendah 800 0F. Yang didentifikasi
Struktur Baja Jembatan
50
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

ASTM sebagai Baut mutu tinggi Tipe A.325 dengan kekuatan leleh sekitar 558
Mpa sampai 634 Mpa dan A.490 dengan kekuatan leleh sekitar 793 Mpa sampai
896 Mpa dengan diameter baut inci sampai 1 inci, sedangkan ukuran yang
umum untuk perencanaan struktur jembatan adalah 7/8 inci dan 1 inci. Dengan
bentuk Baut Mutu Tingggi Seperti pda gambar berikut :
PjU

du

A.490
H

Panjang Baut

Gambar. 3.1.c. Baut Mutu Tinggi

Baut Mutu Tinggi digunakan pada sambungan kaku dan mampu menahan
slip pada bidang sambung, digunakan pada struktur Rangka portal, baut mutu
tinggi yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang berlaku baik perencaan
maupun pelaksanaannya yang akan dibahas pada bab berikutnya, baik bentuk dan
kekuatan baut.
3. Las, Elektroda dan Bahan Pengisi ; Yang digunakan adalah las yang dihasilkan
dari panas busur listrik yang meleburkan bahan pengisi yaitu berupa Elektroda dan
bahan dasar yang akan disambung sehingga menyatu sampai dingin kembali
menjadi sambungan yang kekuatannya sama dengan bahan dasar yang disambung.
Elektroda yang digunakan spesifikasinya disesuaikan dengan bahan dasar yang
akan disambung, dan ada beberapa jenis proses pengelasan yang sering digunakan
dalam pengelasan baja struktur, akan dijelaska lebih detail pada bab berikutnya.
4. Penghubung Geser dan Ankur digunakan sebagai penghubung batang baja
dengan material lain seperti Shear connector pada balok komposit dan lainlain,bahan yang digunakan sebagai penghubung geser dan ankur harus memenuhi
ketentuan yang berlaku. Dan jenis sambungan ini tidak dibahas dalam buku ajar ini

3.1.4. Jenis Profil Yang Digunakan


Struktur jembatan baja terdiri dari bagian-bagian struktur yang tersusun dari
elemen-elemen batang yang berbentuk

gelagar atau balok, batang tekan, batang

tarik.Untuk keperluan batang elemen struktur jembatan baja tersebut digunakan


Struktur Baja Jembatan
51
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

batang baja berbentuk profil yang dijual dipasaran atau dipesan khusus yang
disesuaikan
dengan kebutuhan kekuatan terhadap beban kerja dan stabilitas batang. Bentuk dan
jenis profil yang digunakan seperti :
a. Untuk balok lentur diguanakan I.WF
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
b

Dimensi profil dalam tabel profil


ditunjukan dengan Kode :
I.WF. (H.b. t w.)
Misal :
I.WF. 400.200.19.9
Untuk Besaran Ix, Iy dsb dapat dilihat
dalam tabel Profil baja

t
Gambar 3.1.d. Penampang Profil I

Jenis profil I. WF yang lain berfariasi pada tebal sayap (t) lebar sayap (b) serta
tebal dari badan profil (w). Sehingga profil I dibagi menjadi I.WF, I.SF, I.MF
b. Untuk batang dengan profil ganda pada rangka batang digunakan Profil
Chanal
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
b
Dimensi profil dalam tabel profil

ditunjukan dengan Kode :


[ . NP. H
Misal :
[ . NP. 40 (untuk nilai b,w dan t) tidak
ditunjukkan
Untuk Besaran Ix, Iy dsb dapat dilihat
dalam tabel Profil baja

Gambar 3.1.e. Penampang Profil Chanal

Profil ini merupakan profi standar dengan spesifkasi yang standar antara
tinggi,lebar sayap,tebal sayap dan tebal badan.
c. Untuk batang dengan profil ganda maupun tunggal pada rangka batang
digunakan Profil siku sama kaki atau tidak sama kaki
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
Gambar 3.1.f. Penampang Profil Siku sama sisi & Tidak sama sisi

Struktur Baja Jembatan


52
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

Dimensi profil dalam tabel profil


ditunjukan dengan Kode :
L . b.b.t dan L. b . b. t
Misal :
POLITEKNIK
NEGERI
L. 100.100.10
dan L.
100.40. 12

3.1.5. Teori Dasar Perencanaan LRFD :


Penggunaan baja sebagai bahan sturktur diatur dalam peraturan perencanaan
struktur baja. Tujuan daripada peraturan tersebut

ialah agar didapatkan suatu

bangunan yang memenuhi criteria yang ditetapkan. Untuk mendapatkan suatau


bangunan yang memenuhi criteria yang ditetapkan, maka seorang perencana harus
mengetahui sifat-sifat bahan, mengetahui

metode analisis baik analisa kekuatan

bahan maupun analisa strukturnya akibat beban kerja . Dari analisis sifat tegangan
dan regangan pada suatu komponen struktur baja yang diberikan pembebanan, maka
apabila tegangan yang terjadi mencapai tegangan lelh maka akan terjadi perpanjangan
yang besar, meskipun perpanjangan ini belum menimbulkan putusnya komponen
struktur, tetapi dalam praktek perpanjangan ini akan mempengaruhi bagian-bagian
konstruksi yang lainnya. Oleh karena itu perlu dijaga agar tegangan yang terjadi tidak
melebihi tegangan leleh, maka dalam perencanaan dengan konsep keamanan diambil
batasan besar tegangan ijin yang diambil sebesar tegangan leleh dibagi dengan angka
keamanan (fa = Fy / SF) Penggunaan angka keamanan ini adalah adanya ketidak
pastian dari pada pengambilan besaran baik beban yang bekerja, sifat beban yang
tidak seragam, ketidak tepatan dalam pelaksanaan maupun perilaku dari penggunan
bangunan, yang semuanya merupakan variable acak yang tidak menentu.
Sejak dikembangkannya teori probabilitas, penggunaannya dalam bidang
struktur semakin luas, salah satunya adalah keandalan struktur. Dimana k
egagalan Struktur bukan suatu peristiwa yang dapat dihindari, melainkan hanya
diperkecil kemungkinan terjadinya.
Dengan menggunakan teori Probabilitas dinyatakan bahwa: Kekuatan Struktur dan
tingkat risikonya dinyatakan dengan kemungkinan runtuh
Kemungkinan runtuh dihitung dengan integrasi fungsi-fungsi distribusi besaran yang
terlibat
Seperti angka reduksi kekuatan dan angka factor pembebanan. Olehb karena itu
penggunaan angak keamanan tunggal seperti yang dijelaskan di atas kurang tepat dan
diharapkan adanya penggunaan nilai factor pembebanan yang berbeda untuk setiap
Struktur Baja Jembatan
53
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

jenis pembebanan serta angka reduksi kekuatan yang tidak sama untuk setiap bagian
elemen struktur.
Maka Secara umum semua perencanaan yang didasarkan pada teori LRFD
(Load Resistance Factor Design). Struktur dinyatakan kuat bila dipenuhi persyaratan :

Beban kerja terfaktor yang bekerja harus lebih kecil dari pada
Nominal tereduksi

Kekuatan

Yaitu :
{ (Ni.Ri) = Nu Nn.} ......................... (3.1.1)

Nu adalah Jumlah Beban TerFaktor


diambil dari nilai yang disyaratkan dalam Buku SNI bagian 2 (Dengan Kombinasi
Pembeban yang Maksimum). Adapun
Besar nilia Factor reduksi kekuatan ( ) diambil nilai yang ada dalam Tabel 7.1.b
Buku SNI bagian 3. seperti berikut :
Situasi Rencana

Artikel No

Unsur Yang Memikul Lentur


Pendukung lateral penuh
Segmen tanpa pendukung lateral penuh
Badan dalam geser
Badan dalam tumpuan
Pengaku

Faktor Reduksi
Kekuatan ( )
0,90
0,90
0,90
0,90
0,90

Unsur Yang Tekanan Aksial

0,90
0,90

Kapasitas potongan
Kapasitas unsur

0,90

Unsur Yang Tarik Aksial

0,90
1,0
0,90

Unsur Yang memikul aksi Kombinasi


Kapasitas potongan
Kapasitas unsur
Penghubung Geser
Komponen hubungan selain dari baut,las,pen atau
penghubung geser
Hubungan Baut
Baut dalam geser
Baut Dalam tarik
Baut yang memikul komb Tarik-geser
Pelat lapis dalam tumpuan
Kelompok baut
Sambungan dengan Baut Pratekan

0,70
0,70
07,0
07,0
0,70
0,70

0,70
07,0

Hubungan Pen
Struktur Baja Jembatan
54
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Pen dalam geser


Pen dalam tumpuan
Pen dalam lenturan
Pelat lapis dalam tumpuan

07,0
0,80
0,90
0,80
0,80
0,80

Hubungan Las
Las tumpul penetrasi penuh
Las sudut dan las tumpul Penetrasi sebagian
Las tumpul atau pengisi sela
Kelompok las
TABEL. 3.1.b (Daftar besaran Faktor Reduksi Kekuatan

3.1.6. Rangkuman
1. Sifat Baja Sebagai Material Struktur dapat dibedakan atas Baja karbon, baja
paduan rendah berkekuatan tinggi dan baja paduan. Syarat umum yang diberikan
dalam ASTM (American Society for Testing and Materials) seperti :
a. Sifat mekanis ; harus dapat ditunjukan dari hasil uji tarik dari beberapa mutu
baja yang berbeda, menghasilkan besar tegangan leleh dan tegangan putus
b. Mempunyai sifat Elastisited ; dalam keadaan Elastis sempurna batang baja
menahan beban tertentu, apabila beban ditiadakan baja mempunyai
kesanguppan kembali seperti semula tanpa perubahan yang mengalami
merugikan.
c. Mempunyai sifat kekenyalan ; kesanggupan untuk menerima perubahan
bentuk pembebanan tertentu dan masih dapat kembali pada bentuk semula
tanpa menderita kerugian.
d. Mempunyai sifat kemungkinan dapat ditempa : dalam keadaan merah
padam (menjadi lembek dan plastis) bentuknya dapat diubah dengan tidak
mempengaruhi sifat mekanisnya
e.

Mempunyai sifat kemungkinan dapat dilas Batang baja harus dapat


disambung satu sama lain melalui proses pengelasan dengan hasil sambungan
yang kekuatannya dengan batang yang disambung

f.

Mempunyai sifat kekerasan tertentu ; Ialah sanggup mengadakan


perlawanan terhadap masuknya benda lain ke dalam batang dengan batas cacat
tertentu

2. Alat sambung yang digunakan dalam strutur baja adalah :


Struktur Baja Jembatan
55
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

a.

Baut Hitam atau Baut Biasa ; untuk struktur ringan dsn sementara, sifat
sambungan tidak kaku.

b. Baut Mutu Tinggi ; untuk struktur permanen dengan beban relatif besar, sifat
sambungan kaku
c, Las Listrik dengan bahan isian Elektroda ; digunakan las dengan panas busur
listrik yang meleburkan bahan pengisi berupa Elektroda dan bahan dasar yang
akan disambung kekuatannya sama dengan bahan dasar yang disambung.
Elektroda yang digunakan spesifikasinya disesuaikan dengan bahan dasar yang
akan disambung,
3. Jenis Profil Yang Digunakan
Untuk keperluan batang elemen struktur jembatan baja tersebut digunakan
batang baja berbentuk profil yang dijual dipasaran atau dipesan khusus yang
disesuaikan dengan kebutuhan kekuatan terhadap beban kerja dan stabilitas
batang. Bentuk dan jenis profil yang digunakan seperti :
a. Untuk balok lentur diguanakan I.WF
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
b

Dimensi profil dalam tabel profil


ditunjukan dengan Kode :
I.WF. (H.b. t w.)
Misal :
I.WF. 400.200.19.9
Untuk Besaran Ix, Iy dsb dapat dilihat
dalam tabel Profil baja
Jenis profil I. WF yang lain berfariasi pada tebal sayap (t)

lebar sayap (b) serta tebal dari badan profil (w). Sehingga profil I dibagi menjadi
I.WF, I.SF, I.MF
b. Untuk batang dengan profil ganda pada rangka batang digunakan Profil
Chanal
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
b

Dimensi profil dalam tabel profil


ditunjukan dengan Kode :
[ . NP. H
Misal :
Struktur Baja
Jembatan
[ . NP. 40 (untuk nilai b,w dan t) tidak
w
H
56
ditunjukkan
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Untuk Besaran Ix, Iy dsb dapat dilihat
BANDUNG
dalam tabel Profil baja
t

Profil ini merupakan profi standar dengan spesifkasi yang standar antara
tinggi,lebar sayap,tebal sayap dan tebal badan.
c. Untuk batang dengan profil ganda maupun tunggal pada rangka batang
digunakan Profil siku sama kaki atau tidak sama kaki
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :

Dimensi profil dalam tabel profil


ditunjukan dengan Kode :
b
L . b.b.t dan L. b . b. t
Misal :
L. 100.100.10 dan L. 100.40. 12

t
b
t

4. Teori Dasar Perencanaan Dengan Metoda LRFD


Secara umum semua perencanaan yang didasarkan pada teori LRFD
( Load Resistance Factor Design). Struktur dinyatakan kuat bila dipenuhi
persyaratan :

Beban kerja terfaktor yang bekerja harus lebih kecil dengan Kekuatan
Nominal tereduksi

Yaitu :

{ (Ni.Ri) = Nu Nn.} Nilai Faktor

Beban (Ri)
diambil dari nilai yang disyaratkan dalam Buku SNI bagian 2 (Dengan
Kombinasi Pembeban yang Maksimum).
Besar nilia Factor reduksi kekuatan ( )

Struktur Baja Jembatan


57
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

3.2. PERENCANAAN PENAMPANG BATANG


TERHADAP BEBAN AKSIAL
3.2.1. Perencanaan Batang Tarik
Penggunaan baja struktur yang paling efisien adalah sebagai batang tarik,
yaitu komponen struktur yang memikul/mentransfer gaya tarik antara dua titik pada
struktur. Seluruh kekuatan batang dapat dimobilisasikan secara optimal hingga
mencapai keruntuhan.
Suatu elemen direncanakan hanya memikul gaya tarik apabila kekakuan
lenturnya dapat diabaikan seperti pada kabel atau rod. Kemungkinan lain adalah
elemen dengan kondisi sambungan dan pembebanan yang menimbulkan hanya gaya
aksial pada elemen seperti pada elemen rangka batang.
3.2.1.1. Kuat Rencana Batang Tarik
Komponen struktur yang memikul gaya aksial tarik terfaktor, Nu, harus
memenuhi:
Nu . Nn .............................................................(1.3.2.1)
Kuat tarik rencana, .Nn ditentukan oleh dua kondisi batas yang mungkin dialami
batang tarik, yaitu dengan mengambil harga terkecil di antara:
a. Kondisi Leleh sepanjang batang:
. Nn = 0,9 Ag .fy ........(2.3.2.1)
Struktur Baja Jembatan
58
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

b. Kondisi Fraktur pada daerah sambungan:


. Nn = 0,75 Ae .fu

.....(3.3.2.1)

dimana:
Ag = luas penampang kotor
Ae = luas efektif penampang (lihat penjelasan berikutnya)
fx = tegangan leleh yang digunakan dalam desain
fu = kekuatan (batas) tarik yang digunakan dalam desain
Angka koefesien reduksi sebesar 0,75 untuk kondisi batas fraktur diambil
lebih kecil daripada untuk kondisi leleh, mengingat kondisi fraktur lebih
getas/berbahaya dan harus lebih dihindari. Penggunaan luas Ag pada kondisi batas
leleh dapat digunakan mengingat kelelehan plat pada daerah berlubang akan diikuti
oleh redistribusi tegangan di sekitarnya selama bahan masih cukup daktail (mampu
berfeformasi plastis cukup besar) sampai fraktur terjadi. Kondisi pasca leleh hanya
diijinkan terjadi pada daerah kecil/pendek di sekitar sambungan, karena kelelehan
pada seluruh batang akan menimbulkan perpindahan relatif antara kedua ujung batang
secara berlebihan dan elemen tidak mampu lagi berfungsi.
3.2.1.2. Penampang Efektif Ae
Pada daerah sambungan terjadi perlemahan elemen tarik akibat:

Shear lag sehingga luas efektif harus direduksi dengan koefesien U

Pengurangan luas penampang karena pelubangan sehingga yang dipakai pada

daerah ini adalah luas bersih An


Koefesien Reduksi Penampang akibat Shear Lag:
Elemen batang selain plat datar yang disambung akan mengalami tegangan
tarik yang tidak merata pada daerah sambungan. Hal ini disebabkan adanya
perubahan letak titik tangkap gaya P pada batang tarik:
Di tengah bentang

: pada berat penampang

Di daerah sambungan : pada sisi luar penampang berbaut yang bersentuhan


dengan elemen plat yang disambung
x

Struktur Baja Jembatan


59
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gambar. 3.2.a. (Daerah sambungan dengan baut)

Pada gambar di atas, bagian plat siku vertical memikul sebagian besar beban
transfer dari baut. Setelah melewati daerah transisi, pada jarak tertentu dari lokasi
lubang baut, barulah seluruh luas penampang dapat dianggap memikul tegangan tarik
secara merata. Keadaan ini sering disebut shear-lag. Oleh karena itu daerah
penampang siku vertikal mungkin dapat mencapai fraktur walaupun beban tarik P
belum mencapai harga Ag.fy.
Untuk mengantisipasi hal ini, maka dalam analisis kondisi batas fraktur
diagunakan luas enampang efektif, Ae:
Ae = A.U..................................(4.3.2.1)
dimana:
U

koefesien reduksi

x'
0,9 ...............................................
L

(5.3.2.1)
Harga U dibatasi sebesar 0,9; namun dapat diambil lebih besar dari nilai ini
apabila dapat dibuktikan dengan kriteria yang dapat diterima.
x : eksentrisitas sambungan
L : panjang sambungan dalam arah gaya, yaitu jarak terjauh antara dua baut
pada sambungan.
A : harga luas penampang yang ditentukan menurut kondisi elemen tarik
yang disambung, sebagai berikut:
Luas Penambang Bersih An:
a) Apabila gaya tarik disalurkan hanya oleh baut:
A = An = luas penampang bersih terkecil antara potongan 1 - 3 dan potongan 1-23

Struktur Baja Jembatan


60
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gambar. 3.2.b. (Luas Penampang

bersih)

1
u
P

P
u

Potongan 1-3

: An = Ag n d t

Potongan 1-2-3

: An Ag n d t

dimana :

S2 L
4 u

Ag = luas penampang kotor


t = tebal penampang
d = diameter lubang {diameter lubang standar = diameter baut + 2 x
(1,6 mm)}
n = banyaknya lubang dalam garis potongan
s = jarak antara sumbu lubang pada sejajar sumbu komponen
u =

jarak antara sumbu lubang pada arah tegak lurus

sumbu

komponen struktur
Dalam suatu potongan jumlah luas lubang tidak boleh melebihi 15% luas
penampang utuh.
b) Apabila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan plat,
atau oleh kombinasi las memanjang dan melintang:
1

Potongan 1-1

Gambar. 3.2.c. (Sambungan Las pada Profil Siku)

c) Gaya tarik disalurkan hanya oleh las melintang:


Struktur Baja Jembatan
61
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

A = luas penampang yang disambung las


U = 1, bila seluruh ujung penampang di las

Gambar. 3.2.d. (Sambungan Las Pada Ujung Batang)

d) Gaya tarik disalurkan ke elemen plat oleh las memanjang sepanjang kedua sisi
bagian ujung elemen :
A = Aplat
l 2w

: U =1,0

2w l 1,5w

: U = 0,87

1,5w l 1w

: U = 0,75

Dimana:
w : lebar plat (jarak antar garis las)
l : panjang las memanjang
selain uraian tersebut di atas, ketentuan di bawah ini dapat digunakan:
1) Penampang (W, M, S pada AISC manual) dengan b/h > 2/3 atau penampang T
yang dipotong dari penampang I ini dan
2) Sambungan pada plat sayap dengan n baut > 3 per baris (arah gaya), U = 0,90
3) Seperti butir a., tetai untuk b/h < 2/3, termasuk penampang tersusun: U = 0,85
4) Semua penampang dengan banyak baut = 2 per-baris (arah gaya): U = 0,75
Penentuan x dan I untuk beberapa kasus penampang dan sambungan
ditunjukkan pada gambar-gambar berikut ini:
Gambar.3.2.e. (Susunan Sambungan Baut pada Batang Tarik Yang Mempengaruhi
harga x)

T
Struktur Baja Jembatan
62
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

x
l
Menentukan nilai x dan i di sambungan zigzag pada Profil Siku
x
x

Sambungan pada Flens

Sambungan pada badan

Menentukan nilai x dan i di sambungan pada Profil I.WF


x
x

Menentukan nilai x dan i di sambungan pada Profil [ .NP

3.2.1.3. Kelangsingan Batang Tarik


Batasan

kelangsingan

yang

dianjurkan

dalam

peraturan

ditentukan

berdasarkan pengalaman, engineering judgment dan kondisi-kondisi praktis untuk:


a. Menghindari kesulitan handling dan meminimalkan kerusakan dalam
fabrikasi, transportasi dan tahap konstruksi
b. Menghindari kendor (sag yang berlebih) akibat berat sendiri batang
c. Menghindari getaran.
Batasan kelangsingan, , ditentukan sebagai berikut:
< 240

, untuk komponen utama

< 300

, untuk komponen sekunder

dimana :

= L/I

= panjang batang tarik

Im in
.....(6.3.2.1)
A

Struktur Baja Jembatan


63
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Untuk batang bulat, diamter dibatasi sebesar 1/d< 500

3.2.1.4. Keruntuhan Geser Blok


Selain diperiksa terhadap kegagalan pada suatu penampang (akibat leleh
maupun fraktur), komponen tarik harus diperiksa terhadap kemungkinan kegagalan
akibat terobeknya suatu blok pelat baja pada daerah sambungan. Kegagalan ini
dikenal dengan blok shear repture. Aturan yang berhubungan dengan perencanaan
geser blok diatur secara explicit pada AISC spedification, sedangkan pada Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja hal ini tidak diatur dengan asumsi mode jeruntuhan ini
tidak akan terjadi apabila penyusunan baut telah memenuhi prasyarat jarak-jarak
minimum.
S1

S2

s
T
s

Gambar. 3.2.f. (Bidang Geser Blok sejajar gaya)

Pada gambar di atas, kegagalan dapat terjadi akibat robeknya daerah yang
diarsir. Mode kegagalan ditahan oleh penampang pada batas daerah yang diarsir
dengan kombinasi tegangan tarik pada penampang vertikal dan tegangan geser pada
penampang horizontal. Keruntuhan terjadi apabila kedua permukaan (vertikal dan
horizontal) telah mencapai kondisi batas. Terdapat dua tipe kondisi keruntuhan blok
geser, yaitu :
1. Pelelehan geser Fraktur tarik
Bila : fu Ant > 0,6fu Ans
t Nn = t (fu Ant + 0,6fy Ags).........................................................(7.3.2.1)
Struktur Baja Jembatan
64
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gambar.3.2.g (Bidang Geser Blok di ujung batang)

2. Fraktur geser Pelelehan tarik


Bila : fu Ant < 0,6fu Ans
t Nn = t (fy Agt + 0,6fu Ans) .........................................................(8.3.2.1)

Gambar. 3.2.h. (Bidang Geser Blok ditepi batang )

dimana

; Ags = Luas bruto yang mengalami pelelehan geser


Agt = Luas bruto yang mengalami pelelehan Tarik
Ans = Luas bersih yang mengalami fraktur geser
Ant = Luas bersih yang mengalami fraktur tarik

Sebagai contoh, berdasarkan gambar di atas, bermacam-macam besaran dapat


dihitung sebagai berikut :
Agt

= s.t +s.t = 2s.t

Ant

= (s.t d/2.t) + (s.t d/2.t) = s.t d.t

Bidang geser

Ags

= (S1+s2) + (S1+S2).t = 2 (S1+S2).t

Ans

= (S1+S2-11/2).t +(S1+S2-11/2d).t

Selain itu, perlu pula diperiksa kuat blok plat ujung terhadap geser pada baut.
t Tn = t ( 0,6.fu )Ans.............................................................(9.3.2.1)
Struktur Baja Jembatan
65
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

3.2.1.5. Penampang Tersususn


Secara umum, penggunaan profil structural tunggal pada batang tarik lebih
ekonomis dibandingkan dengan profil tersusun. Penggunaan profil tersusun mungkin
diperlukan bila :
a. Kapasitas tarik dari batang tunggal tidak mencukupi
b. Rasio kelangsingan (rasio dari panjang tanpa topangan L dengan radius girasi
minimum r) tidak memberikan rigditas yang cukup.
c. Efek lentur yang dikombinasikan dengan perilaku tegangan membutuhkan
kekauan lateral yang lebih besar.
d. Masalah estetika.
Batang tarik yang terdiri dari penampang tersusun harus direncanakan bekerja
secara efektif, yaitu semua penampang memikul gaya yang terdistribusi secara
merata. Komponen struktur tarik yang terdiri dari profil-profil tersusun, dapat
dibentuk melalui batang-batang yang saling membelakangi, baik dengan perantaraan
plat buhul atau dengan cara bersinggungan langsung, atau dapat pula berupa
komponen struktur yang tersusun dari dua buah profil yang dihubungkan dengan
terali atau plat kopel.
a. Komponen struktur tarik tersusun dari dua buah profil saling membelakangi
Terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi untuk penampang tersusun
jenis ini.
1. Batang tarik dengan profil-profil yang terpisah oleh plat pengisi
Profil-profil tersebut harus dihubungkan dengan salah satu cara berikut:

Disambung dengan las atau baut pada jarak interval tertentu sehingga
kelangsingannya untuk setiap komponen tidak melebihi 240.

Disambung dengan sistem sambungan yang direncanakan sedemikian


sehingga komponen struktur tersebut terbagi atas paling sedikit tiga
benteng sama panjang. Sistem sambungan harus direncanakan dengan
menganggap bahwa pada sepanjang komponen struktur terdapat gaya
lintang sebesar 0,02 kali gaya aksial yang bekerja pada komponen

2. Komponen struktur tarik dengan profil yang bersinggungan langsung dan


saling membelakangi.
Struktur Baja Jembatan
66
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Profil-profil harus disambung pada jarak tertentu sehingga komponen


struktur tersebut terbagi atas paling sedikit tiga bentang sama panjang. Sistem
sambungan harus direncanakan dengan menganggap bahwa pada sepanjang
komponen struktur terdapat gaya lintang sebesar 0,02 kali gaya aksial yang
bekerja pada komponen struktur.
b. Komponen struktur tarik dengan penghubung
Komponen struktur tarik yang tersusun dari dua buah profil yang dihubungkan
dengan terali atau plat kopel harus memenuhi:
c. Kelangsingan komponen, dengan memperhitungkan jarak antar elemen
penghubung tidak lebih dari 240 untuk komponen struktur utama, dan tidak lebih
dari 300 untuk komponen struktur sekunder.
d. Tebal elemen penghubung tidak kurang dari 0,02 dikalikan dengan jarak antara
garis sambungan pelat penghubung dengan komponen utama.
e. Panjang pelat kopel tidak kurang dari 0,67 dikalikan dengan jarak antara garis
sambungan pelat kopel dengan komponen utama.
f.

Pelat kopel yang disambung dengan baut harus menggunakan paling sedikit dua
buah baut yang diletakkan memanjang searah sumbu komponen struktur tarik.

3.2.1.6. Batang dengan Sambungan Pen


Batang tarik dengan ujungnya berupa pen seperti terlihat pada gambar, banyak
dijumpai pada jembatan yang dibangun pada masa lalu. Kekuatan batang tarik akan
ditentukan oleh efektifitas ujung pen dalam mentransfer gaya tarik pada batang.
Untuk itu, ujung batang harus direncanakan terhindar dari kegagalan yang berupa:
1. Fraktur akibat pelat bagian ujung kurang panjang.
2. Fraktur akibat penampang bersih yang kurang besar.
3. Tekuk lateral pelat bagian ujung akibat terlalu langsing.
Aaa
Abb
b

An

Ac
Acc

Gambar. 3.2.i (Sambungan Pen)

Struktur Baja Jembatan


67
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Untuk menghindari kegagalan-kegagalan tersebut maka sambungan pen pada


komponen struktur tarik harus memenuhi persyaratan berikut ini:
g.

Tebal komponen struktur tanpa pengaku yang mempunyai lubang sambungan


pendel harus lebih besar atau sama dengan 0,25 dikalikan jarak antara tepi lubang
pen ke tepi komponen struktur yang diukur dalam arah tegak lurus terhadap
sumbu aksis komponen struktur. Batasan ini tidak berlaku untuk tebal lapisanlapisan yang menyusun komponen struktur tarik yang digunakan dengan
menggunakan baut.
t1 > 0,25 b ..................(10.3.2.1)

h.

Luas irisan pada bagian ujung komponen struktur tarik di luar lubang pen, sejajar
atau di dalam sudut 450 dari sumbu aksis komponen struktur tarik, harus lebih
besar atau sama dengan luas bersih yang diperlukan oleh komponen struktur tarik.
Abb > An ................(11.3.2.1)

i.

Jumlah luas sebuah lubang pen, pada potongan tegak lurus sumbu aksis batang
tarik, harus lebih besar atau sama dengan 1,33 dikalikan dengan luas bersih yang
diperlukan oleh komponen struktur tarik.
Aaa + Acc > 1,33 An ....(12.3.2.1)

j.

Plat pendidikan yang direncanakan untuk memperbesar luas bersih komponen


struktur atau untuk menaikkan daya dukung pen harus disusun sehingga tidak
menimbulkan eksentrisitas dan harus direncanakan mampu menyalurkan gaya dari
pen ke komponen struktur tarik

Struktur Baja Jembatan


68
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

3.2.1.7.
FLOWCHART DESAIN KOMPON BATANG
TARIK AKSIAL
Mulai

Analisa Struktur
Pembeban
Hitung Gaya Tarik akibat masing-masing beban yg bekerja :
ND ; NL ; NLR ; NR ; NW ; NE
Hitung Gaya tarik Ultimate Nu dari kombinasi yang paling
menentukann

Dari panjang
komponen L

Data Mutu
Baja : fy, fu

Data sambungan
Baut atau Las

Data tipe profil


Dan ukuran
Penampang

Hitung imin yang dibutuhkan


imin = l/240 , unt komponen utama
imin = l/300 , unt komponen sekunder

Hitung AE min yang dibutuhkan dari


kondisi batas leleh

Hitung Ae min yang dibutuhkan dari


kondisi batas leleh

Ambil profil yang memiliki


Ag Agmin
i

i min

Struktur Baja Jembatan


69
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Data Sambungan :
Baut : konfigurasi
& diameter baut
Las : Panjang las

Hitung Ae dari Profil


yang dipilh

Ae Aemin

tidak

Ya
Pemeriksaan
Kekompakan Profil
r

Pemeriksaan daerah sambungan


Blaok Geser Ujung :
.Nn = min {.Nngs murni ; .Nngs tarik}

Perbesar jarak antara baut


dalam arah gaya
Pertebal pelat simpul

.Nnblok ujung

.Nnpenampang terpilih

Struktur Baja Jembatan


70
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Selesai
Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

3.2.1.8
1.

Rangkuman

Penggunaan baja struktur yang paling efisien adalah sebagai batang tarik, yaitu
komponen struktur yang memikul/mentransfer gaya tarik antara dua titik pada
struktur. Seluruh kekuatan batang dapat dimobilisasikan secara optimal hingga
mencapai keruntuhan.

2.

Komponen struktur yang memikul gaya aksial tarik terfaktor, Nu, harus memenuhi
Nu . Nn

syarat :

3.

Kuat tarik rencana, .Nn ditentukan oleh dua kondisi batas yang mungkin dialami
batang tarik, yaitu dengan mengambil harga terkecil di antara:
a. Kondisi Leleh sepanjang batang:
. Nn = 0,9 Ag .fy
b. Kondisi Fraktur pada daerah sambungan:
. Nn = 0,75 Ae .fu

4. Diperhitungkanya penampang Efektif Ae, karena pada daerah sambungan terjadi


perlemahan elemen tarik akibat akibat dari :

Shear lag sehingga luas efektif harus direduksi dengan koefesien U

Pengurangan luas penampang karena pelubangan sehingga yang dipakai pada


daerah ini adalah luas bersih An

Maka besar luas penampang efektif ditentukan Ae = A.U


5. Selain diperiksa terhadap kegagalan pada suatu penampang (akibat leleh maupun
fraktur), komponen tarik harus diperiksa terhadap kemungkinan kegagalan akibat

Struktur Baja Jembatan


71
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

terobeknya suatu blok pelat baja pada daerah sambungan. Kegagalan ini dikenal
dengan blok shear repture
6. Terdapat dua tipe kondisi keruntuhan blok geser, yaitu :
a. Pelelehan geser Fraktur tarik
Bila : fu Ant > 0,6fu Ans
t Nn = t (fu Ant + 0,6fy Ags).
b. Fraktur geser Pelelehan tarik
Bila : fu Ant < 0,6fu Ans
t Nn = t (fy Agt + 0,6fu Ans)
7.

Selain itu, perlu pula diperiksa kuat blok geser plat ujung batang terhadap geser
pada baut. Dengan syarat yang harus dipenuhi adalah :
t Tn = t ( 0,6.fu )Ans

8. Batasan kelangsingan untuk batang tarik dianjurkan dalam peraturan berdasarkan


pengalaman, engineering judgment dan kondisi-kondisi praktis seperti :
Menghindari kesulitan handling dan meminimalkan kerusakan dalam
fabrikasi, transportasi dan tahap konstruksi
Menghindari kendor (sag yang berlebih) akibat berat sendiri batang
Menghindari getaran.
Batasan kelangsingan, , ditentukan sebagai berikut:

9.

< 240

, untuk komponen utama

< 300

, untuk komponen sekunder

Penggunaan profil structural tunggal pada batang tarik lebih ekonomis


dibandingkan dengan profil tersusun. Penggunaan profil tersusun mungkin
diperlukan bila :
Kapasitas tarik dari batang tunggal tidak mencukupi

Struktur Baja Jembatan


72
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Rasio kelangsingan (rasio dari panjang tanpa topangan L dengan radius girasi
minimum r) tidak memberikan rigditas yang cukup.
Efek lentur yang dikombinasikan dengan perilaku tegangan membutuhkan
kekauan lateral yang lebih besar.
Masalah estetika.
10. Penggunaan Profil tersusun pada batang tarik harus menggunakan penghubung
antara elemen penampang yang berupa terali atau pelat kopel dengan persyaratan
yang ditentukan

3.2.1.9. Kunci Tes Formatif


1. Kuat Tarik Rencana
Sebuah batang tarik berupa pelat (2x150 cm disambungkan ke pelat berukuran
(2x30) cm dengan las memanjang sepanjang 20 cm pada kedua sisinya, seperti
terlihat pada gambar.

Mutu baja Fy = 2400 kg/cm2, fu = 4000 kg/cm2.


Hitung Berapa besar beban rencana, Nu, yang dapat dipikul batang tarik
Jawab

Karena kedua plat yang disambung terbuat dari bahan yang sama, maka beban
rencana akan ditentukan oleh kuat tarik plat yang lebih kecil luas penampangnya,
yaitu plat 2x15.
Kriteria disain ; Nu Nn
Kekuatan pelat, Nn ditentukan dari kondisi batas leleh dan fraktur :
a. Kondisi Leleh sepanjang batang:
Nu = . Nn = 0,9 Ag .fy
Struktur Baja Jembatan
73
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

0,9 . (2 x15) . 2400

64,8 ton

b. Kondisi Fraktur pada daerah sambungan:


. Nn = 0,75 Ae .fu
Dimana : Ae = Ag . U
karena l/w = 20/15 = 1,33
Ae

= 0,75 . (2 x15)

Jadi U = 0,75

= 22,5 cm 2

Maka : . Nn = 0,75 Ae .fu


0,75 . (2 x15). 0,75 . 4000

67,5 ton

Dari hasil kedua nila kuat rencana (Nu) yang menentukan adalah nilai (Nu) yang
terkeci, yaitu pada kondisi pelat leleh

Nu < 64.8 ton

2. Desain Penampang
Gaya yang harus dipikul batang tarik sepanjang 10 meter, adalah :
Beban mati : Pd = 50 ton dan beban hidup : P1 = 40 ton.
Rencanakan penampang batang tarik yang terbuat dari penampang I .WF mutu F y
= 2400 kg/cm, fu= 4000kg/cm2 dengan kombinasi beban 1.4 Pd dan (1.2 Pd + 1.6
P1).
Jawab :
Beban rencana terfaktor, Nu:
Nu1

=1.4 Pd

=1.4(50 ton)

= 70 ton

Nu2

=1.2 Pd +1.6 P1 = 1.2 (50 ton) + 1.6 (40 ton) = 124 ton

Nu2 menentukan. = 124 ton

Menhitung Ag minimum :

1. Kondisi leleh :
Nu = . Nn = 0,9 Ag .fy
124.00 = 0,9 . Ag. 2400
Ag min

124000
0,9 . 2400

57,41 Cm 2

2. Kondisi Fraktur :
Nu = . Nn = 0,75 Ae .fu = 0,75 . (An .U ). fu

Struktur Baja Jembatan


74
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Untuk batang I. WF yang disambung pada kedua sayapnya seperti pada


gambar di bawah ini :

U=0.9 untuk b/h > 2/3


124.00 = 0,75 . An. 0,9 . 4000
An min

124000
0,75. 0,9 . 4000

45,93 Cm 2

Berdasarkan Ag > 57.41 cm2, diambil IWF-200 dengan tf = 12 mm


Lubang baut ; d=2,5 cm
Jumlah luas lubang baut pada satu irisan tegak lurus penampang
= 4(2.5) (1.2) = 12 cm2
Maka dari kondisi fraktur diperoleh :
Ag min = An min + jumlah luas lubang baut
= 45.93 + 12 cm2
= 57.93 cm2
Dari kedua kondisi batas di atas, diambil harga terbesar :
Ag min = 57.93 cm2
Menghitung I min untuk syarat kelangsingan :
i min = L/240

= 1000/240 cm = 4.17 cm >iy

Ambil : IWF 200.200.8.12


Cek

: b/h = 1> 2/3


A =

63.53 cm2

iy = 5.02 cm

OK
> 57.93cm2
> 4.17

Ok
OK (sedikit lebih boros)

Struktur Baja Jembatan


75
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

3.2.2. Perencanaan Batang Tekan


Penggunaan baja struktur yang paling perlu perhatian adalah sebagai batang
tekan, yaitu komponen struktur yang memikul/mentransfer gaya tekan antara dua titik
pada struktur. Seluruh kekuatan batang dapat dimobilisasikan secara optimal hingga
mencapai kekuatan tertentu sebelum mencapai keruntuhan.
Suatu elemen direncanakan hanya memikul gaya tekan apabila kekakuan tekuknya
dapat dipertanggungjawabkan pada berbagai kondisi tekuk. Yang secara umum
disyaratkan
N u .N n ..................................................................................................(1.3.2.2)

Selanjutnya Kekuatan tekan komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan
oleh :
A. Bahan :
a. Tegangan leleh
b. Tegangan sisa
c. Modulus elastis
ii.

Geometri :

a. Penampang
b. Panjang komponen
c. Kondisi ujung dan penopang
Selain itu Kondisi batas komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan
oleh :

Tercapainya batas kekuatan

Tercapainya batas kestabilan

Struktur Baja Jembatan


76
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Dimana batas kestabilan komponen struktur yang memikul gaya tekan


harus ditinjau pada kondisi tekuk/ batas kestabilan yang perlu diperhitungkan
pada :
Tekuk local elemen plat
Tekuk lentur
Tekuk torsi atau kombinasi lentur dan torsi
3.2.2.1. Faktor Panjang Tekuk
Komponen struktur dengan gaya aksial murni umumnya merupakan komponen
pada struktur segitiga (rangka batang) atau merupakan komponen struktur dengan
kedua ujung sendi. Untuk kasus-kasus ini, faktor panjang tekuk ditentukan tidak
kurang ditentukan dari panjang teoritisnya dari as-ke-as sambungan dengan
komponen struktur lainnya.
Lk = Kc . l > l ...................................................................................(1.3.2.2)

Sendi

Sendi

Lk

Sendi

Kc = 1

Jepit

Lk

Lk

Jepit

Kc = 0,7

Jepit

Kc = 0,5

Bebas

Lk

Jepit

Kc = 2

3.2.2.2. Batas Kelangsingan


Batas kelangsingan batang komponen struktur tekan dibatasi pada angka
kelangsingan yang ditetapkan menurut teori perencanaan yang digunakan seperti
berikut :

Struktur Baja Jembatan


77
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

a. Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap beban tekan, angka perbandingan


kelangsingan dibatasi :

Lk
200
r min

....................................................................................................(2.3.2.2)
b. AISC (B7) menyatakan : Kl/r preferably should not exceed 200
3.2.2.3. Kemungkinan Terjadinya Tekuk
Beberapa kemungkinan terjadinya tekuk akibat gaya aksial tekan yang
menyebabkan batang tidak setabil lagi adalah :

A. Tekuk Lokal
Tekuk lokal terjadi apabila pada komponen struktur akibat gaya tekan terjadi :

Tekuk lokal apabila tegangan pada elemen-elemen penampang mencapai tegangan


kritis plat.

Tegangan kritis plat tergantung dari perbandingan tebal dengan lebar,


perbandingan panjang dan tebal, kondisi tumpuan dan sifat material.

Perencanaan dapat disederhanakan dengan memilih perbandingan tebal dan lebar


elemen penampang yang menjamin tekuk local tidak akan terjadi sebelum tekuk
lentur. Hal ini diatur dalam peraturan dengan membatasi kelangsingan elemen
penampang komponen struktur tekan.
b / t r

..............................................(3.3.2.2)

Besarnya r ditentukan dalam Buku .7 BMS sebagai berikut :


r

250

f y .....................................................(4.3.2.2)

B.. Tekuk Lentur


Kemungkinan-kemungkinan kondisi batas pada Tekuk lentur yang
diperhitungkan pada komponen struktur akibat gaya adalah :
a. Tercapainya batas kekuatan :
Komponen struktur mencapai tegangan leleh tanpa masalah kestabilan
Berdasarkan kekuatan penampang
b. Komponen struktur mengalami tekuk lentur inelastic :

Hasil test distandarisasi dengan persamaan interpolasi

Dipengaruhi oleh tegangan sisa dan ketidak sempurnaan awal

Struktur Baja Jembatan


78
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

c. Komponen struktur mengalami tekuk lentur elastis :

Berdasarkan persamaan kestabilan persamaan kestabilan Euler

Dipengaruhi oleh ketidak sempurnaan awal

C. Tekuk Lentur Torsi


Tekuk lentur-Torsi terjadi :
1. Pada umumnya kekuatan komponen struktur dengan beban aksial tekan murni
ditentukan oleh tekuk lentur. Efisiensi sedikit berkurang apabila tekuk local
terjadi sebelum tekuk lentur.
2. Beberapa jenis penampang berdinding tipis seperti L,T,Z dan C yang
umumnya mempunyai kekuatan torsi kecil, mungkin mengalami tekuk torsi
atau kombinasi tekuk lentur torsi
3. Untuk kepraktisan perencanaan, peraturan tidak menyatakan perlu memeriksa
kondisi tekuk torsi/lentur torsi apabila tekuk local tidak terjadi kecuali untuk
penampang L-ganda atau T
4. Untuk komponen struktur dengan penampang L-ganda atau T harus
dibandingkan kemungkinan terjadinya tekuk lentur pada kedua sumbu utama
dengan tekuk torsi/lentur torsi
3.2.2.4. Penampang Majemuk
Komponen struktur yang penampang batangnya terdiri dari beberapa elemen
penampang yang dihubungkan pada tempat-tempat tertentu dengan pelat kopel,
seperti pada gambar 3.2.j , kekuatannya nominalnya harus dihitung terhadap sumbu
bahan dan sumbu bebas bahan, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kelangsingan arah sumbu bahan x
b. Kelangsingan arah sumbu bebas bahan
c. Kelangsingan idel iy 2y

kLx
..............(5.3.2.2)
ix
y

k.Lky
iy

.........(6.3.2.2)

m 2
l ........................(7.3.2.2)
2

d. Elemen batang harus lebih stabil dari batang majemuk

Struktur Baja Jembatan


79
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

iy
l

1,2

iy
l

l 50 (8.3.2.2)

1,2

Gambar. 3.2.j
Contoh Susunan Penampang
Batang Tekan Pada Rangka batang

l
Pelat Kopel

l
iy1
a

x1

y1

Gambar. 3.2.k. Susunan Batang dengan penampang Majemuk

Pelat Kopel sebagai penghubung elemen penampang, harus kuat dan stabil.
Agar Pelat kopel stabil, harus memenuhi syarat sebagai berikut :

Struktur Baja Jembatan


80

Juruan Teknik Sipil


BANDUNG

Ip

10

I y1

a
l
Dimana
:
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
1
I p 2.
.t .h 3
12

....................(9.3.2.2)

Pelat-pelat kopel harus dihitung dengan menganggap bahwa pada seluruh


panjang komponen struktur tersusun itu bekerja gaya lintang sebesar:
Du = 0,02 Nu (6.4-8) (9.3.2.2.a)
dengan Nu, adalah kuat tekan perlu komponen struktur tersusun akibat beban bebanterfaktor. Anggapan di atas tidak boleh dipakai apabila komponen
struktur yang ditinjau dibebani oleh gaya-gaya tegak lurus sumbu komponen
struktur atau dibebani oleh momen. Jadi tidak berlaku untuk komponen
struktur tersusun yang bebannya bukan hanya tekan sentris saja. Dalam hal
ini komponen struktur tersebut harus direncanakan terhadap gaya lintang yang
terbesar di antara yang dihitung dengan persamaan (9.3.2.2.a) di atas dan
gaya lintang yang sebenarnya terjadi.
Beberapa bentuk penampang

profil tersusun, dengan berbagai

harga (m) yang bias diambil seperti pada gambar berikut :

Struktur Baja Jembatan


81
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gambar 3.2.l. Sumbu yang memotong semua elemen komponen struktur

Selanjutnya pada komponen struktur tersusun prismatis dengan elemen yang


dihubungkan oleh unsur diagonal seperti pada gambar {3.2.m (a,b,c,d,e)} di
bawah ini dan memikul gaya sentries

Gambar. 3.2.m komponen struktur tersusun prismatis dengan elemen yang


dihubungkan oleh unsur diagonal

Struktur Baja Jembatan


82
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Untuk menghitung kelangsingan komponen tersusun yang dihubungkan oleh unsur


diagonal seperti pada Gambar 6a, 6b, 6c, dan 6d, berlaku persamaan (5.3.2.2),
(6.3.2.2), dan (7.3.2.2) dengan rumus :

i

A.L3d
zA L a3
d 1

(9.3.2.2.b)

Dan untuk gambar 3.2.l.e

...(9.3.2.2.c)
dengan pengertian:
l = kelangsingan komponen tersusun yang dihubungkan oleh unsur diagonal
A = luas penampang komponen struktur tersusun, dinyatakan dalam milimeter per
segi, (mm2);
Ad = luas penampang unsur diagonal, dinyatakan dalam milimeter per segi, (mm2);
Ld = panjang unsur diagonal, dinyatakan dalam milimeter, (mm);
Ll = panjang komponen struktur pada kedua ujungnya yang dibatasi oleh unsur
penghubung, dinyatakan dalam milimeter, (mm);
a = jarak antara dua pusat titik berat elemen komponen struktur, dinyatakan dalam
milimeter, (mm);
z = konstanta yang tercantum pada masing-masing gambar (Gambar 6).
Selanjutnya besar angka kelangsingan untuk profil tersusun yang jarak
Antara profil sama sengan tebal pelat simpulnya, dapat diambil besar jari-jari girasi
sebagai berikut :
a. Komponen struktur tersusun yang terdiri dari dua baja siku seperti pada Gambar 8a
dan 8b, hanya perlu dihitung terhadap tekuk pada arah sumbu bahan x-x;
b. Jika komponen struktur terdiri dari dua baja siku tidak sama kaki seperti pada
Gambar 8b maka dapat dipakai persamaan pendekatan sebagai berikut:

rx = 0,87.i0.

.....(9.3.2.2.d)

dengan i0 adalah jari-jari girasi penampang komponen struktur tersusun terhadap


sumbu 0-0.
Rumus yang lebih teliti senantiasa dapat dipergunakan.
Struktur Baja Jembatan
83
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Gambar. 3.2. n Komponen struktur tersusun yang jarak antaranya sama


dengan tebal pelat kopel
c. Komponen struktur tersusun yang terdiri dari dua buah profil baja seperti pada
Gambar 8c dan 8d, perlu dihitung terhadap tekuk pada arah+ sumbu bebas bahan
dan arah sumbu bahan;
d. Untuk komponen struktur tersusun menurut Gambar 8c dan 8d, maka iy dapat
diambil sama dengan y;
e. Selanjutnya, perhitungan kekuatan dapat dilakukan sesuai dengan persamaan
(1.3.2.2) dengan memperhatikan syarat-syarat panjang tekuk.
3.2.2.5. Analisa Kekuatan Batang Tekan
Kekuatan Batang tekan yang mengalami tekuk telah dilakukan penelitiannya
oleh Euler yang telah kita kenal dengan besarnya gaya tekuk elastis Euler (Ncr).
Besar Ncr diambil dari besarnya gaya mulai terjadinya tekuk elastis pada batang
tekan yang kedua ujungnya dipegang oleh sendi, ditetapkan sebesar :
N cr

2 .E.I
.................................................................................
L2

(10.3.2.1)
dimana untuk batang sendi-sendi Lk = L , Maka dengan mengganti Bilangan L
dengan Lk, Rumus Tekuk Elastis Euler berlaku untuk semua kondisi batang sebagai
berikut :
N cr

2 .E.I
...............................................................................(11.3.2.1)
2
Lk

Struktur Baja Jembatan


84
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Besar Tegangan Kritis Tekuk Euler : f cr

N cr 2 .E.I
2
f y Bila imin
Ag
Lk . Ag

I
Ag

maka :

fy
2

N cr 2 .E. imin
f cr

f
f
Dengan
y
cr
2
Ag
Lk .

fy

2 .E. imin
2
Lk .

= Faktor Tekuk

Maka dengan luas penampang batang Ag dan mutu Baja fy yang sama. Besar

fy
tergantung dari besarnya nilai

2 .E. imin Yang disebut dengan nilai Parameter


2
Lk .
2

Kelangsingan Batang .

fy
Yaitu c

2 .E. imin = c 1 Lk
imin
2
Lk .
2

fy
E

.......(12.3.2.2)

Selanjutnya pada teori kekuatan batang tekan dengan Teori LRFD disyaratkan.
Batang tekan yang mengalami tekuk dikatakan kuat bila :
N u .N n ............(13.3.2.2)
0,85

Dengan Besarnya Nn ditetapkan


N n Ag f er Ag

fy

.........................(13.3.2.2)

Dengan ketenetuan :
untuk c

0,25

1 Lk
imin

fy
E

......................(14.3.2.2)

1
Struktur Baja Jembatan
85
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

Pada Kondisi ini Kekuatan Batang Tekan pada Kekuatan Plastis


untuk :

0,25 c 1,2

1,43
...........
1,6 0,67 . c

(15.3.2.2)
Pada Kondisi ini, Kekuatan Batang Tekan mencapai pada Kekuatan Inelastis
untuk
c 1,2

= 1,25c2 ..........(16.3.2.2)

Pada Kondisi ini, Kekuatan Batang Tekan mencapai pada Kekuatan Elastis

Struktur Baja Jembatan


86
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI

3.2.2.6. FLOWCHART DESAIN KOMPONEN TEKAN


Mulai

Analisa Struktur

Pembeban
Hitung Gaya Tekan akibat masing-masing beban yg bekerja :
ND ; NL ; NLR ; NR ; NW ; NE
Hitung Gaya Tekan Ultimate Nu dari kombinasi yang paling
Hitung Nn yang dibutuhkan

Nu

imin
Hitung

ix min
Iy min

= l/300 , unt komponen sekunder

imin yang dibutuhkan dari


Lkx
( kL) k

=
200
200
=

Lky
200

(kL) y
200

Ambil Profil yang memiliki :

Data tipe profil


Dan ukuran profil

ix ix min

iy ix min

Ambil profil yang memiliki


Ag Agmin
i

imin

Hitung nilai perbandingan lebar/tebal Web &


flens dari profil

Hitung Niali Maksimum

=r

Struktur Baja Jembatan

85
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Pemeriksaan
Kekompakan penampang
Profil
r

tidak

Ya

Hitung Kapasitas penampang terhadap kondisi


tekuk lentur :

Nux Ag . f crx

fy

Nuxy Ag . f cry

. Ag

fy

. Ag

Hitung Kapasitas tekan penampang terhadap


kondisi tekuk lentur-torsi :

N ult Ag . f clt
f cry f crz
2 .H

Ag .

4 f cry . f crz .H

cry

f crz

Hitung Kapasitas Tekan Penampang

Nn = min { Nnx Nny Nnlt }

.Nn Terpilih

.NnYang diperlukan
akibat beban kerja

Selesai

3.2.2.7. Rangkuman :
Struktur Baja Jembatan

86
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1. Suatu elemen direncanakan hanya memikul gaya tekan apabila kekakuan tekuknya
dapat dipertanggungjawabkan pada berbagai kondisi tekuk.
2. Kekuatan tekan komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan oleh :
a. Bahan : Tegangan leleh , Tegangan sisa, Modulus elastis
b. Geometri :
Penampang
Panjang komponen
Kondisi ujung dan penopang
Selain itu Kondisi batas komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan
oleh

Tercapainya batas kekuatan

Tercapainya batas kestabilan

3. Faktor panjang tekuk ditentukan tidak kurang dari panjang teoritisnya dari as-ke-as
sambungan dengan komponen struktur lainnya. Dengan panjang tekuk =
L k = Kc . l > l .
4. Batas kelangsingan batang komponen struktur tekan dibatasi pada angka
kelangsingan yang ditetapkan menurut teori perencanaan yang digunakan seperti
berikut :
Lk
200
r min

5. Kemungkinan Terjadinya Tekuk akibat gaya aksial tekan yang menyebabkan batang
tidak setabil lagi adalah :

A. Tekuk Lokal terjadi apabila pada komponen struktur akibat


gaya tekan terjadi :

Apabila tegangan pada elemen-elemen penampang mencapai tegangan kritis

plat.

Tegangan kritis plat tergantung dari perbandingan tebal dengan lebar,


perbandingan panjang dan tebal, kondisi tumpuan dan sifat material.

Struktur Baja Jembatan

87
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Perencanaan dapat disederhanakan dengan memilih perbandingan tebal dan


lebar elemen penampang yang menjamin tekuk local tidak akan terjadi sebelum
tekuk lentur. Hal ini diatur dalam peraturan dengan membatasi kelangsingan
elemen penampang komponen struktur tekan b / t r
Besarnya r ditentukan dalam Buku .7 BMS sebagai berikut :
r

250
fy

B. Tekuk Lentur
Tekuk lentur yang diperhitungkan pada komponen struktur akibat gaya dengan
N u .N n

syarat :
Dimana :

0,85

N n Ag f er Ag

fy

a. Tercapainya batas kekuatan Komponen struktur mencapai tegangan leleh tanpa


masalah kestabilan Berdasarkan kekuatan penampang bila :
c 0,25

1 Lk
imin

fy
E

b. Komponen struktur mengalami tekuk lentur inelastic bila :


0,25 c 1,2

1,43
1,6 0,67 . c

c. Komponen struktur mengalami tekuk lentur elastis bila :


c 1,2

= 1,25c2

3.2.2.8. Kunci Tes Formatif


Struktur Baja Jembatan

88
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1. Tentukan gaya aksial terpaktor (Nu = .Nn) dari batang tekan profil I.WF.450.300
dibawah ini (mutu baja fy = 250 MPa)

yang dibebani secara aksial pada gambar

4.m
Nu

JAWAB :
Profil yang digunakan IWF 450.300.10.15 dengan besaran penampang sebagai berikut :
A

= 135 cm2

ix

= 18,6 cm

iy

= 7,04 cm

a) Menentukan rasio kelangsingan


Untuk kondisi yang ujung-ujungnya jepit dan sendi: k = 0,8
Panjang tekuk : Lk = k.l
= (0,8) (4 m) = 3,2 m
Lk
320

17,2
ix
18,8
Lk
320

45,45
iy
7,04

Dari rasio kelangsingan didapat tekuk terjadi pada arah sumbu y-y (=sumbu lemah)
Karena

Lk
iy

Lk
ix

b) Menentukan c

1 Lk
.
iy

fy
E

1
250
. (45,45)
0,511

200000

c) Menentukan daya dukung nominal tekan


Cek apakah perbandingan lebar terhadap tebal flens penampang (kelangsingan
pelat) lebih kecil dari r
Struktur Baja Jembatan

89
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

b
2t

r =

299
9,97
2 x15

250

fy

250
15,81
250

f < r

ok (Jadi tidak terjadi tekuk local)

Rumus Nn = Ag, fcr = Ag fy dapat digunakan


(a)
0,25 <

< 1,2 maka (a) = 1,43


1,6 0,67 .
= 1,137

Daya dukung nominal :


Nn = Ag fy
(a)
= (13500)(250 x 10-3)
1,137
= 2968,3 kN
d) Menentukan gaya aksial terfaktor : Nu.
Nu< n Nn
= faktor reduksi kekuatan 0,85
Nu < (0,85) (2968.3)
Nu = 2523.0 kN
2. Berapa besar gaya tekan ultimate yang dimiliki penampang berikut ini, panjang
bentang 2,4 m
Profil L. 60.40.7

Besaran penampang
Ag = 655 mm2

ix = 18,7 mm

ic = 20,0 mm

Struktur Baja Jembatan

90
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Ix = 230000 mm2

iy = 11,1 mm

Iy = 80700 mm2

e = 10,5 mm

i = 8,5 mm

a) Cek tekuk lokal


b) Estimasi jarak kopel minimum
c) Cek kestabilan elemen-elemen batang
d) Coba 6 daerah : =
e) Kelangsingan arah sumbu bahan
f) Cek: elemen-elemen batang harus lebih stabil dari barang majemuk
g) Kelangsingan arah sumbu bebas bahan
h) Kelangsingan ideal
i) Cek: elemen-elemen batang harus lebih stabil dari batang majemuk
j) Kestabilan batang majemuk
k) Pengecekan tekuk lentur-torsi
Kondisi batas yang menentukan adalah tekuk lentur torsi dan gaya tekan ultimate
yang bisa dipikul oleh batang ini adalah 89,8 kN.
3. Batang kenal tersusun seperti pada gambar direncakan memikul gaya tekan 2,50 kN
cek apakah batang tersebut mampu memikul gaya tersebut fy = 240 Mpa dan
panjang bentang 3 m.

40 00

35

20

35

Besaran penampang
Ag = 620 mm2

ix = 15 mm

Struktur Baja Jembatan

91
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Ix = 141000 mm2

iy = 10,4 mm

Iy = 67000 mm2

e = 13,3 mm

a) Cek tekuk total


b) Estimasi jarak kopel minimum
c) Coba ambil 3 daerah
d) Cek kestabilan batang
e) Coba ambil daerah 6 sehingga:
f) Kelangsingan arah sumbu bahan ( sumbu x-x):
g) Cek kestabilan batang
h) Kelangsingan arah sumbu bebas bahan ( sumbu y-y):
i) Cek kestabilan batang
j) Perhitungan dimensi pelat kopel
Syarat kekakuan pelat kopel
Ambil t = 7 mm (sama dengan tebal flens) maka didapatkan h = 37,7 mm maka
ambil h = 40 mm
Cek kekuatan pelat kopel:

3.3. Balok Lentur Murni


Struktur Baja Jembatan

92
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Balok adalah elemen struktur yang menahan beban transversal, pada umumnya
yang disebut balok selalu dalam posisi horizontal, pada struktur jembatan yang
termasuk balok lentur adalah ; Gelagar Induk dari Jembatan Balok Girder, Gelagar
memanjang dan Gelagar Melintang dari Jembatan Rangka batang, Balok Diafragma
yang merupakan elemen pengaku.

3.3.1. Profil Balok


Profil I.WF terbukti sebagai profil yang paling ekonmis dan profil ini telah
menggantikan penggunaan profil kanal dan I.NP. Profil kanal kadang-kadang
digunakan sebagai balaok kecil untuk beban ringan seperti gording, atau lokasi yang
memerlukan lebar flens kecil. Profil kanal mempunyai kemampuan menahan gaya
lateral yang kecil sehingga perlu diperkaku misalnya dengan trekstang seperti pada
Gording. Profil I.WF mempunyai lebih banyak material yang terkonsentrasi pada flens
dibandingkan dengan profil Kanal sehingga mempunyai momen inersia dan tahanan
momen untuk berat yang sama. Profil

I.WF relatif lebih lebar dan mempunyai

kekakuan lateral yang cukup tinggi.


Y

Penampang I.WF lebih simetris.


Dengan nilai Iy yang lebih besar
disbanding Iy Profil Chanal . Sehingga
lebih kaku untuk menahan Tekuk
lateral yang biasa terjadi pada balok

Penampang [. NP tidak simetris pada sumbu


Y . Dengan nilai Iy yang lebih kecil
dibanding Iy Profil I.WF I Sehingga lebih
lemah untuk menahan Tekuk lateral yang
biasa terjadi pada balok

3.3.2. Rumus Lentur Murni

Struktur Baja Jembatan

93
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Sebagai pendahuluan pembahasan kita tinjau tegangan lentur pada balok persegi
Gambar 3.3.a. Asumsikan bahwa flens tekan balok dikenang secara menerus terhadap
tekuk lateral. Tekuk lateral dibahas secara khusus dalam Bab lain.
Jika suatu balok mendapat momen lentur, tegangan pada setiap titik dapat
dihitung dari rumus :

fb

M .Yc
.....................................................................(1.3.3)
I

Perlu diingat bahwa rumus ini hanya dapat digunakan jika tegangan yang terjadi pada
balok masih dibawah batas elastis. Rumus ini didasarkan pada asumsi ::

tegangan sebanding dengan regangan

Penampang tetap datar sebelum dan sesudah terjadi lentur,

Dan lain-lain.

Nilan

I
yc

adalah konstanta yang disebut modulus Elastisitas penampang (S).

Rumus lentur dapat ditulis sebagai berikut :

fb

M
...(2.3.3)
S

Pada awalnya, jika momen diberikan pada balok tegangan akan berubah secara
linier dari sumbu netral ke serat ekstrim. Kondisi ini diperlihatkan dalam Gambar 3.3.a
(b), jika momen meningkat, tegangan akan terus bertambah secara linier hingga
tegangan leleh tercapai pada serat terluar, seperti yang diberikan dalam Gambar 3.3.a
(c) Momen leleh dari suatu penampang didefinisikan sebagai momen yang akan
menghasilkan tegangan leleh pada serat terluar penampang.
fb

(a)

Fy

Fy

Fy

Fy

fb

Fy

Fy

Fy

Fy .

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

Distribusi Tegangan Sesuai Tahapan Pembentukan Sendi Plastis


Gambar .3.3.a

Jika momen pada suatu balok baja daktil ditingkatkan sehingga melebihi
momen leleh pada serat terluar maka tegangan pada serta tersebut akan tetap yaitu
sebesar tegangaan lelehnya dan momen tahanan tambahan akan diberikan oleh serat
Struktur Baja Jembatan

94
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

yang dekat dengan sumbu netral. Proses yang diperlihatkan dalam Gambar 3.3.a (d)
dan (e), akhirnya seluruh penampang mencapai tegangan leleh seperti pada Gambar
3.3.a (f). Perhatikan bahwa perubahan regangan dari sumbu netral ke serat terjauh tetap
linier untuk seluruh kasus di atas. Jika distribusi tegangan telah mencapai tahap ini
maka akan terbentuk satu sendi plastis karena tidak ada lagi momen yang dpat ditahan
pada penampang tersebut. Jika ditambahkan momen luar pada penampang tersebut
maka balok akan berotasi dengan sedikit penambahan tegangan.
Momen plastis adalah momen yang menghasilkan plastisitas penuh pada
penampang balok dan membentuk sendi plastis. Perbandingan antara momen plastis
Mp terhadap momen leleh My disebut faktor bentuk shape factor). Nilai faktor bentuk
untuk penampang persegi adalah 1,50 dan untuk profil W,S,M berkisar antara 1,10 dan
1,20.

3.3.3. Kondisi Balok pada Desain Elastis


Sebelumnya hampir semua perencanaan balok baja didasarkan pada teori elastis.
Beban maksimum yang dapat dipikul oleh suatu struktur mencapai tegangan tegangan
lelehnya. Elemen direncanakan sedemikian rupa sehingga tegangan lentur akibat beban
layan (servis) tidak melampaui tegangan leleh dibagi dengan faktor keamanan
(misalnya 1, atau 2,0). Perencanaan yang dilakukan pada masa lalu dengan metoda ini
telah menunjukkan hasil yang baik. Tetapi juga disadari bahwa elemen daktil tidak akan
runtuh sebelum kelelehan yang cukup besar terjadi meskipun tegangan leleh yang
pertama telah terjadi pada struktur. Artinya elemen tersebut mempunyai rentang
(margin) keamanan yang cukup besar untuk terjadi keruntuhan dibandingkan dengan
terori Plastis.
Tegangan lentur yang terjadi masih belum optimum bekerja pada seluruh
penampang balok, seperti terlihat pada diagram tegangan Gambar.3.3.a bagian (b) dan
(c), disitu terliahat tegangan leleh terjadi hanya pada bagian sisi luar penampang,
sedangkan bagian sisi dalam, bahkan pada daerah titik netral penampang, tegangan
masih nol.

Struktur Baja Jembatan

95
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

3.3.4. Modulus Penampang Elastis & Plastis


Momen leleh My sama dengan tegangan leleh dikalikan dengan modulus elastis.
Modulus elastis sama dengan

leleh

M y Fy .

b.d 2
.
6

I
b.d 2
atau
untuk penampang persegi. Maka momen
c
6

............................................................................................

(3.3.3)
Hasil yang sama dapat diperoleh dengan meninjau momen kopel penampang yang
diperlihatkan dalam Gambar .3.3.b
b

fy
C
d

2/3.d
T
fy

Gambar. 3.3.b Penampang Persegi dengan Momen Kopel dalam Kondisi Elastis

fy
C
d

.d
T
fy

Penampang Persegi dengan Momen Kopel dalam Kondii Platis


Gambar. 3.3.c

Momen tahanan sama dengan T atau C dikalikan dengan lengan momen, yaitu :
My = T .

2
1 1
2

d b . d . fy . d
.b . d 2 . fy Terlihat bahwa dengan
3
2 2
3

cara ini didapat nilai modulus penampang elastis yang sama untuk penampang persegi,
Sx

yaitu

1
. b .d 2
6

.(4.3.3)
Struktur Baja Jembatan

96
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Momen tahanan pada plastis penuh dapat ditentukan dengan cara yang sama.
Hasil yang didapat disebut momen plastis, Mp. Nilai ini juga momen nominal
penampang Menghitung. Momen plastis atau nominal ini sama dengan T atau C
dikalikan dengan lengan momen. Untuk penampang persegi dalam Gambar 3.3.c. nilai
tersebut adalah :
Mp = Mn = T .

1
1
1

d b . d . fy . d
. b . d 2 . fy ..
2
2
2

Momen platis sama dengan tegangan leleh dikalikan dengan modulus


plastisnya. Untuk penampang persegi, modulus penampang plastis Zx sama dengan
Zx

1
. b .d 2 .
4

..

(5.3.3)
Faktor bentuknya Mp / My, adalah Fy.Z / Fy.S atau Z / S adalah
1
b.d 2
6
1,50 .
1
2
b.d
4

(6.3.3)
Hal ini menunjukkan bahwa modulus plastis sama dengan statis momen dari luas
penampang tertarik dan tertekan terhadap sumbu netral. Kecuali

jika penampang

simetris, sumbu netral untuk kondisi plastis tidak akan berada pada lokasi yang sama
dengan sumbu netral kondisi elastis. Tegangan tekan dalam harus sama dengan
tegangan tekan akibat beban luar. Karena diasumsikan bahwa semua serat mempunai
tegangan yang sama pada kondisi plastis yaitu sebesar Fy, maka luas daerah diatas dan
dibawah sendi
plastis harus sama. Hal ini tidak berlaku untuk penampang tidak simetris pada kondisi
elastis.

3.3.5. Perencanaan Balok Akibat Momen Lentur


Jika beban gravitasi bekerja pada balok tumpuan sederhana dengan bentang
yang cukup panjang, balok tersebut akan melentur kebawah dengan bagian atas
tertekan dan berperilaku seperti batang tekan. Sebagaimana umumnya balok
mempunyai dimensi tinggi yang lebih besar dibandingkan lebarnya, sehingga momen
Struktur Baja Jembatan

97
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

inersia bagian yang tertekan terhadap sumbu vertical (sumbu y) akan lebih kecil
dibandingkan momen inersia terhadap sumbu x, maka apabila pada balok

tidak

diberikan sokongan lateral terhadap sumbu y, balok akan mengalami tekuk lateral
akibat beban yang lebih kecil seperti pada gambar.3.3.d berikut

Y
Gambar.3.3.d. Balok Akibat Momen Lentur

Pada bab ini kekuatan balok ditinjau pada tekuk lateral dengan berbagai kondisi
sokong lateral yaitu pada Jarak sokong lateral Pendek, Jarak sokong lateral Sedang dan
Jarak sokong lateral Panjang, dengan kondisi penampang elemen bagian tertekan
bersifat Kompak .
Dalam Gambar 3.3.e diperlihatkan kurva yang menghubungkan besar momen
tekuk atau momen tahanan nominal balok terhadap panjang jarak sokongan lateral.

Gambar.3.3.e (Grafik hubungan antara Jarak sokong


dengan besar Momen Nomnal )

Mp
My
Mcr

Zona I
Lb < Lp

Zona II
Lp < Lb < Lr

Zona III
Lb > Lr .

Jarak sokongan lateral pada flens tekan, Lb


Struktur Baja Jembatan

98
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Dari Gambar 3.3.e. Momen Nominal sebagai Fungsi dari Panjang Tanpa
Sokongan pada Flens Tekan terlihat bahwa balok mempunyai tiga daerah tekuk
tergantung pada kondisi sokongan lateral yang diberikan. Jika pada balok diberikan
sokongan lateral menerus atau pada jarak yang pendek, maka balok akan menekuk
secara plastis dan termasuk dalam tekuk Zona 1. Dengan bertambahnya jarak sokongan
lateral, balok akan runtuh secara inelastic pada momen yang lebih kecil dan termasuk
dalam tekuk Zona 2, demikian seterusnya bila jarak sokong lateral ditambah terus,
balok kan runtuh secara elastis dan termasuk dalam tekuk Zona 3.
Besar batasan jarak sokong lateral Lp dan Lr ditentukan dengan rumus :
a. Untuk Profil I. WF dan chanal :
E
fy

L p 1,76.ry
X
L r ry 1
f
1

..(7.3.3)

1 1 X . f 2 (8.3.3)
2 L

Dimana :
f L f y fr

ry

S
G
.J

E.G.J . A
2

X1
S
Iy
A

X 2 4

Iw
Iy

adalah jari jari girasi terhadap sumbu lemah

I w adalah kons tan ta puntir lengkung


J adalah kons tan ta puntir torsi

b. Untuk Profil Kotak Pejal atau berongga :


Lp 0,31. E . ry

J.A
Mp

.........(9.3.3)

J .A
Lr 2 . E . ry
Mr

Jika pada flens tekan dikekang penuh sepanjang bentang secara lateral , pada
balok tidak akan terjadi tekuk Lateral melainkan terjadi Tekuk Lokal yang dipengaruhi
Struktur Baja Jembatan

99
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

oleh kondisi sifat penampang elemen tertekan serti pada ilustrasi gambar.3.3.f. di
bawah .

- KOMPAK
- TIDAK KOMPAK
- LANGSING

Gambar.3.3.f. Tekuk Lokal Akibat Momen Lentur

Dimana batasan pada kondisi sifat penampang ini ditetapkan sebagai berikut :
(

Penampang dikatakan Kompak Bila

b
p ) .....(10.3.3)
t

( p

Penampang dikatakan Tidak Kompak Bila

b
r ) ......................
t

(11.3.3)

Penampang dikatakan Langsing Bila

b
r ).............................(12.3.3)
t

Dimana :
Nilai p =

170
fy

dan

r =

370
fy fr

...................................................(13.3.3)

fy dan fr dalam satuan Mpa


Dalam Gambar 3.3.f diperlihatkan kurva yang menghubungkan besar momen
nominal tekuk Lokal atau momen tahanan nominal balok

terhadap sifat kondisi

penampang elemen flens tertekan


Struktur Baja Jembatan

100
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Mp
My
Mcr
Kompak
b < p

Tidak Kompak Langsing


p < b < r

> r .

Gambar 3.3.g Grafik Momen Nominal sebagai Fungsi dari Sifat kondisi penampang
Flens Tekan

Selanjutnya secara umum dalam perencanaan dimensi penampang balok,


kekuatan balok terhadap momen lentur ditinjau pada tekuk lateral dengan berbagai
asumsi sebagai berikut :
1. Balok diasumsikan mempunyai sokongan lateral menerus pada flens tekan, dengan
kondisi penampang flens tertekan ditinjau terhadap kemungkinan Kompak , Tidak
Kompak dan Langsing
2. Balok dengan sokongan lateral pada interval yang pendek dengan persyaratan yang
ditentukan
3. Balok dengan panjang sokong lateral pada interval sedang dengan persyaratan yang
ditentukan
4. Balok dengan sokongan lateral pada interval yang panjang. dengan persyaratan
yang ditentukan
Pembahasan rinci dari besarnya momen nominal terhadap jenis tekuk pada balok
akibat beban lentur tersebut diberikan uraian seperti di bawah ini :
3.3.5.1. Momen Nominal Penampang Balok Terhadap Tekuk Lokal
Jika pada balok diberi sokong lateral penuh sepanjang bentang, maka besarnya
momen nominal tahanan tergantung dari kondisi kelangsingan elemen penampang
tertekan, yang ditentukan dari besarnya nilai berpandingan antara tebal dengan lebar
pelat flens tertekan yaitu :
1). Penampang pada kondisi kompak maka besar momen nominal penampang balok
tersebut dapat diambil

Mn = MP = Fy . Z ......(13.3.3)

Struktur Baja Jembatan

101
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2). Penampang pada kondisi tidak kompak, maka besar momen nominal
penampang balok tersebut diambil :
p
Mn Mp Mp Mr
r p ............................................................(14.3.3)

3). Penampang pada kondisi Langsing, maka besar momen nominal penampang balok
tersebut diambil :
r

Mn Mr

......................................................................................(15.3.3)

3.3.5.2. Momen Nominal Balok Terhadap Tekuk Lateral


A. Momen Nominal pada Balok dengan Jarak sokong Pendek (Zona 1).
Jika jarak sokongan lateral Lb dari flens tekan dari suatu penampang kompak I,
C, atau balok hybrid tidak lebih dari Lp yang ditetapkan maka besar Momen Nominal
kekuatan lentur balok terhadap sumbu kuat dapat diambil sebesar Momen Plastis yang
ditentukan dari :
Mn = MP = Fy . Z
Mu = . Mn dengan = 0,9
Untuk penampang dengan faktor bentuk yang tinggi, Spsifikasi LRFD
membatasi besar Mp hingga 1,5 My dan tidak berlaku untuk penampang hybrid dengan
tegangan leleh pada web lebih kecil dari tegangan leleh pada flens. Kelelehan web
untuk penampnag hybrid tidak menghasilkan deformasi inelastic yang cukup
signifikan. Untuk penampang hybrid, momen lelehnya sama dengan My = Fy . Sx.
Apabila kondisi sifat penampang tidak kompak, maka besar momen nominanya
diambil sama dengan besarnya momen nominal pada balok terhadap tekuk Lokal.
Namun hampir semua Profil yang diproses giling panas mempunyai sifat penampang
Kompak
B. Momen Nominal pada Balok dengan Jarak sokong Sedang (Zona 2).
Jika sokongan lateral flens tekan suatu balok diberikan pada jarak tertentu
sehingga balok dapat melentur hingga tercapai regangan leleh pada beberapa tapi tidak
seluruh bagian tekan sebelum terjadi tekuk lateral, yang terjadi adalah tekuk inelastic.

Struktur Baja Jembatan

102
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Dengan kata lain, sokongan yang ada tidak cukup bagi balok untuk mencapai distribusi
regangan plastis penuh sebelum terjadi tekuk.
Adanya tegangan residual menyebabkan leleh dimulai pada penampang yang
mendapat tegangan sama dengan Fy Fr dimana Fy adalah tegangan leleh web dan Fr
adalah tegangan tekan residual yang diasumsikan sama dengan 10 ksi untuk profil hasil
rol (cetakan) dan 16,5ksi untuk profil hasil pengelasan.
Dalam rumus menentukan besarnya Momen tahanan Inelastis yang akan
diberikan untuk tekuk inelastic dan tekuk elastis, akan dimasukkan nilai koefisien
momen Cb. Yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi tumpuan dan beban pada elemen.
Sebagai ilustrasi diperlihatkan momen dalam balok tanpa sokongan pada
Gambar.3.3.h menghasilkan kondisi flens tekan yang lebih buruk dibandingkan dengan
momen dalam balok tanpa sokongan pada Gambar.3.3.i. Salah satu alasannya adalah
flens atas dari balok (a) menerima tekan pada seluruh panjangnya, sedangkan balok (b)
flens yang tertekan hanya sebagian saja.

Gambar 3.3.h Balok Satu Kelengkungan

Gambar 3.3.i Balok Dua

Kelengkungan

Sehingga untuk balok tumpuan sederhana pada (a), Cb diambil sama dengan 1,0
sedangkan untuk balok (b) diambil lebih besar 1,0. Persamaan kapasitas momen untuk
Zona 2 dan 3 dikembangkan untuk balok tanpa sokongan lateral dengan kelengkungan
tunggal dimana Cb = 1,0. Seringkali balok tidak melentur dengan satu kelengkungan
sehingga balok dapat memikul momen lebih tinggi. Hal ini telah diperlihatkan dalam
Gambar.3.5.7.b. Untuk mengatasi masalah ini, spesifikasi LRFD memberikan koefesien
momen Cb lebih besar. Jika perencana selalu menggunakan Cb = 1,0 maka yang
bersangkutan kehilangan kesempatan untuk melakukan penghematan. Secara umum
besarnya Cb dihitung dengan rumus :
Struktur Baja Jembatan

103
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

12,5. M max
2,3
2,5 . M max 3. M A 4 . M B 3. M C
.(16.3.3)
Cb

Mmax adalah momen terbesar dalam segmen tanpa sokongan suatu balok, sedangkan
MA, MB dan MC masing-masing adalah momen pada jarak ,1/2, dan segmen
tanpa sokong balok tersebut.seperti dijelaskan pada gambar.3.3. berikut
Gambar. 3.3.j
Penyebaran
momen pada
elemen balok
tanpa sokong
samping

Mmax

MA

MB

MC

Besarnya Momen Nominal Balok pada Tekuk Lateral Inelastis ini ditetapkan dengan
rumus :

Mn C

Mp Mp Mr

........................................(17.3.3)

Lr L

Lr Lp

C.

Momen Nominal pada Balok

dengan Jarak sokong Panjang (Zona 3).


Jika suatu balok tidak diberikan sokongan lateral secara menerus, maka balok
tersebut dapat menekuk secara lateral terhadap sumbu lemah diantara dua sokongan
lateral yang tersedia tanpa mengalami perubahan bentuk penampang dengan tetap akan
terjadi balok melentur terhadap sumbu kuat.
Mula-mula balok akan melentur terhadap sumbu kuat hingga tercapai sampai
momen kritis Mcr. Pada saat tersebut balok akan menekuk secara lateral terhadap sumbu
lemah, flens tarik akan cenderung membuat balok tetap lurus, akibatnya tekuk pada
balok merupakan kombinasi dari lentur lateral dan torsi dari penampang balok. Kondisi
ini diilustrasikan dalam Gambar 3.3.f.
Struktur Baja Jembatan

104
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Menurut Spesifikasi LRFD, jika jarak sokongan lateral flens tekan balok lebih
besar dari Lr penampang akan menekuk secara elastis sebelum tegangan leleh tercapai
pada satu titik penampang. Momen kritis atau momen lentur-torsi M cr dalam suatu
balok akan terdiri dari tahanan torsi dan tahanan warving dari penampang. Spesifikasi
LRFD memberikan persamaan untuk menentukan momen tekuk lentur torsi, M cr.
Rumus tersebut adalah :
M cr C

b L
b

.E

E . I y . G . J

I y .I w

(18.3.3)
Atau dapat ditentukan dengan bentuk rumus lain :
M cr

C .S x . X . 2
b
1
L / ry
b

X 2 .X
1
2 (19.3.3)
2(L b / ry ) 2

Dimana :
G

= Modulus geser elastis baja

= Modullus Elastis

= Konstanta puntir torsi

Iw

= Konatanta puntir lengkung

80.000 Mpa
= 200.000 Mpa
(mm4)
(mm4)

3.3.5.3. Kekuatan Web dan Flens Balok Akibat Geser dan Beban Terpusat
Akibat beban lentur pada balok akan terjadi gaya geser karena tertariknya serat
dibagian bawah dan memendek di bgian atas, Pada umumnya gaya geser bukan hal
yang menimbulkan masalah dalam balok profil, karena bagian badan profil mqampu
menahan gaya geser yang cukup besar. Namun ada bebrapa kondisi yang menyebabkan
gaya geser cukup penting antara lain :
3. Beban terpusat berada ditempatkan didekat tumpuan, maka gaya geser akan
meningkat tanpa peningkatan momen lentur
4. Pada pertemuan dua elemen yang kaku dimana pelat badan terletak pada bidang
yang sama
5. Pada bagian pelat badan dipotong atau diberi takikan
6. Struktur balok dengan bentang yang relative pendek
7. Jika pelat badan profil terlalu tipis.
Struktur Baja Jembatan

105
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Rumus yang sudah banyak dikenal untuk menghitung tegangan geser pada balok tanpa
menerima gaya luar torsi adalah :
fv

V .Q
b . I .

(20.3.3)
Dimana :
V

= Gaya geser luar pada penampang yang ditinjau

= Statis momen penampang dibawah atau di atas serat yang ditinjau

= Momen Inersia seluruh penampang

= Tebal serat penampang yang ditinjau

Dari Grafik tegangan geser seperti pada gambar 3.3.j di bawah ini
Gambar 3.3.k Grafik tegangan geser

Besar kekuatan geser nominal


fv dari penampang profil adalah tergantung dari besar
perbandingan tebal dan tinggi pelat badan apakah geser yang terjadi pada kondisi
plastis, Inelastic atau Elastis sebagai berikut :
1. Pelat Badan meleleh plastis jika :

Besar

Kuat geser Nominal

h
tw

adalah

1,10

kn . E
fy

..(21.3.3)

: Vn 0,6 . f y . A w

(22.3.3)
2. Pelat Badan Tertekuk Inelastis jika :
1,10

kn . E
h
1,37

fy
tw

kn . E
(23.3.3)
fy

Besar Kuat geser Nominal adalah :

Vn 0,6 .f y . A w 1,10

k n . E
1
....(24.3.3)
f y h / t w

Struktur Baja Jembatan

106
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

h
tw

3. Pelat Badan Tertekuk Elastis jika :

1,37

kn . E
fy

.(25.3.3)

Besar Kuat geser Nominal adalah :


Vn

0,9 . A

.k

h / t w

n
2

.E

(26.3.3)
Dimana :
kn 5

5
a / h 2

a Jarak antara dua pengaku vertikal pada web

Balok dikatakan aman terhadap Gaya Geser bila dipenuhi syarat :

Vu . Vn ....(27.3.3)
Akibat beban terpusat baik pada daerah tumpuan maupun pada daerah perletakan
balok anak, harus dikontrol terjadinya kerusakan local pada pelat badan, yang harus
dipenuhi syarat :
Ru . Rn ..(28.3.3)
Besar Rn dihitung dengan ketentuan :
1. Di daerah Tumpuan :
Rn = (5.k + N) fy . tw.....(29.3.3)
2. Di daerah Perletakan Balok anak :
Rn = (2,5.k + N) fy . tw .....(30.3.3)
Besar Ru dihitung dengan ketentuan :
Ru = (R x Ri)
Dimana :
K = Tebal Pelat sayap + jari2 peralihan
N = Lebar perletakan
Ri = Faktor beban
R

= Beban Kerja

Seperti dijelaskan pada gambar 3.3.k berikut :


N
N+2,5.k

R
k

Struktur Baja Jembatan

107
Juruan Teknik Sipil

R
N

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

N+5.k

Gambar. 3.3..l Penyebaran Beban titik di Bagian Badan Profil

3.3.6.Rangkuma
1. Pada PERENCANAAN BALOK MOMEN LENTUR Perilaku Penampang
Balok akibat Lentur, yang biasanya profil balok memiliki harga momen Inesia
Ix lebih besar dibanding momen Inersia Iy pada sumbu lemah y-y. Maka
terjadi kemungkinan :
Jika tidak diberikan sokongan lateral terhadap sumbu y maka balok akan
mengalami tekuk lateral (Lateral Buckling).
Bila Lateral Buckling berlanjut atau dengan sokong samping penuh, balok
mengalami perubahan bentuk (Penampang Kompak / Tidak Kompak)
2. Maka dalam perencanaan Penampang balok dibedakan :
a. Balok diasumsikan mempunyai sokongan lateral menerus pada flens tekan
....(0 = Lb)
Struktur Baja Jembatan

108
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

b. Balok dengan sokong lateral pada interval pendek .......................( Lb <Lp )


c. Balok dengan sokongan lateral pada interval sedang .............. (Lp<Lb < Lr)
d. Balok dengan sokongan lateral pada interval panjang (Lb > Lr)

SELANJUTNYA LIHAT SEKEMA BERIKUT :

a..Balok diasumsikan mempunyai sokongan


lateral menerus pada flens tekan (0 = Lb)
b. Balok dengan sokong lateral pada
interval pendek ( Lb <Lp )
c. Balok dengan sokongan lateral pada
interval sedang (Lp<Lb < Lr)
d. Balok dengan sokongan lateral pada
interval panjang (Lb > Lr)

Kondisi
ini akan
mempen
garuhi
besar
momen
nominal
(Mn)

3. Besar Momen Nominal (Mn) sebagai Fungsi dari Kondisi Penampang pada
Balok Sokong Penuh :
Penampang Balok dikatakan Kompak Bila dipenuhi p
Besar Mn = Mp = 1,12.Sx.fy
Penampang Balok dikatakan Tidak Kompak Bila r > > p
Besar Mn =

p`

Cb Mp ( Mp Mr )

Mp

Penampang Balok dikatakan Langsing Bila > r


Besar Mn = Mr ( r / )2
Dimana Mr = Sx (fy fr) , fr = tegangan residu

Struktur Baja Jembatan

109
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4. Besar Nilai , p , r ditetapkan sebagai berikut :

5. Sekema Penentuan Besar Momen Nominal Mn Pada Balok dengan panjang


Sokong Lateral pada Interval tertentu :

Struktur Baja Jembatan

110
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

6. Besar Momen Nominal (Mn) sebagai Fungsi dari Panjang Sokong Lateral
pada Flens Tekan Tanpa Sokongan :
Lentur Plastis (Zona. 1) (0 = Lb < Lp)

.. (Mn = Mp)

Lentur Inelastis (Zona. 2)(Lp < Lb < Lr),

... .(Mn = Min)

(dgn memperhatikan beberapa faktor)


Lentur Elastis (Zona 3)(Lb > Lr),

.... .(Mn = Mcr)

7. Balok Lentur dikatakan aman terhadap beban kerja Bila..Mn. Mu.


Besar Momen nominal (Mn) ditentukan :
a. Momen Plastis (Zona I) Jika Lb < Lp, Momen nominalnya Mn = Mp
Mp = fy.Zx = fy.1,12Sx Balok yang dihitung dengan rumus-rumus di
atas harus berpenampang kompak (syarat penampang kompak p < r )
Besarnya nilai-nilai : Lp, Lr, fr Cb, X1, dan X2 serta p r ditetapkan
dalam Buku SNI-T03-2005
Struktur Baja Jembatan

111
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

b. Momen Inelastis (Zona II) : Jika Lr Lb > Lp, Momen nominalnya


Mn < Mp, dan hitung sbb :
Untuk Lb = Lr , Mn = Mr = Sx ( fy-fr) untuk Profil I.WF fr = 10 ksi
Untuk Lr > Lb > Lp,

Lb Lp

Mn = Cb Mp ( Mp Mr ) Lr Lp Mp

Balok yang dihitung dengan rumus-rumus di atas harus berpenampang


kompak (syarat penampang kompak p < r ) Besarnya nilai-nilai : Lp,
Lr, fr Cb, X1, dan X2 serta p r ditetapkan dalam Buku SNI-T-03- 2005
c. Momen Elastis (Zona III) : Jika Lb > Lr (Akan terjadi tekuk samping
yang berlanjut sebelum tegangan leleh terjadi).
Mn =

Cb .S x . X 1. 2
Lb
ry

x1.x2
2

Lb 2
ry

Balok yang dihitung dengan rumus-rumus di atas harus berpenampang


kompak (syarat penampang kompak p < r ) Besarnya nilai-nilai : Lp,
Lr, fr Cb, X1, dan X2 serta p r ditetapkan dalam Buku SNI-T-03- 2005
Bila penampang tidak kompak,harga Mn yang diambil adalah harga Mn
terkecil dari Kondisi Penampang balok dan jarak sokong samping.

Struktur Baja Jembatan

112
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Struktur Baja Jembatan

113
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

8.

3.3.7. Kunci Tes Formatif


1. Diketahui Balok statis tak tentu menerima momen lentur seperti pada gambar
q = 5 ton/m

210000

Nm

110000 Nm

Struktur Baja Jembatan

114
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Penyelesaian :
1
3

210000 110000 168750 33750 Nm


4
4

MA =

1
210000 110000 225000 65000 Nm
2

MB =

3
1

210000 110000 168750 16250 Nm


4
4

MC =

Mu= 210.000 Nm
ANGGAP PENAMPANG KOMPAK DGN KONDISI PLASTIS :
Mu < Mn
Mn 1,12*Sx*fy
=0,9
1,12 koefesien penampang plastik untuk profil WF
fy = 275 Mpa 2750 kg/cm2 (salah satu mutu baja yang ada di pasaran
210.000 = 0,9 . 1,12 . Sx . 275

Sx

210000
757, 576 Cm 2
0,9 * 1,12 * 275

758 cm3 (satuan yang dipakai dalam tabel)


Dari Tabel profil baja baja didap;at
WF 400 * 200
Sx = 1190 cm3
Sy = 174 cm3
A = 84,1 cm2

b = 200 mm

Ix = 23700 cm4

tr = 13 mm

Iy = 1740 cm4

h = 400 mm

rx = 16,8 cm

tw = 8 mm

ry = 4,54 cm

r = 16 mm

Struktur Baja Jembatan

115
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Pemeriksaan kapasitas penampang :


f

200
7,69
2 * 13

400 2 *13 2 * 16
42,7
8

170

1680
101,31 (pelat badan)
275

10,25 (pelat sayap)

275

Penampang pada kondisi kompak:


Digunakan Rumus : Mn = Mp
Mn = Mp

= 0,9*1,12*1190*2750

= 3298680 kg cm
= 330000 Nm > 210000 Nm OK
Pemeriksaan pengaruh panjang bentang
Misalkan tidak ada penyokong/ literal diantara tumpuan, jadi Lb = 600 cm
Maka didapat :
E
200000
1,76 * 4,54
215,5cm 600cm
fy
275

L p 1,76ry

Lr
x1

x1 ry

1 1 x2 ( f L ) 2

fL

Sx

EGJA
2

S
x 2 4 x
GJ

Iw
Iy

1
1

ht 3f 2bt w3 40.133 2.20.0.g 3 36.12cm 4


3
3

Iw I yk 24
G = 80000 Mpa 80000 kg/cm2
Struktur Baja Jembatan

116
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

E = 200000 Mpa 2000000 kg/cm2


fy fy 0,3fy = 0,7*275

fL = f y
x1

Sx

EGJA

2
1190
2

S
x 2 4 x
GJ
Lr

= 1925 MPa

2000000 * 800000 * 36,12 * 84,1


130142,7 kg / cm 2
2

2
I w 24
1190
40 2
4
*
Iy
800000 * 36,12
4

130142,7 * 4,5
1 1 2,7 * 10 6 (1925) 2 637,8cm
1925

Jadi Lp < Lb < Lr Balok pada Kondisi Tekuk Inelastis (Zona.2)


maka digunakan persamaan :

Lr L
Mn Cb Mp Mp Mr

L r L p

Tentukan cb dengan persamaan :


Cb

12,5 * 210000
2,5 * 210000 3 * ( 33750) 4 * 65000 3(16250)

Cb

12,5 * 210000
8,27 2,3
317500

Cb = 2,3
Mr = 1190 * 1925 = 2290750 kg cm

= 229075 Nm

Didapat :
637,8 600

M n 2,3 229075 (366520 229075)


637,8 215,5

= 55169 Nm > Mp

Jadi Mn = 366520 Nm
Syarat Balok aman : Mu < Mp
210000 Nm

< 0,9*366520 Nm
< 32988 Nm

(OK)

Periksa Kondisi pelat badan


6,36 E

fy

6,36

h
400

50
tw
8

200000
171
275

atau lebih teliti 42,7 (lihat w

Struktur Baja Jembatan

117
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

h
6,36 E
fy
w

tidak perlu pengaku

periksaan geser
Vu = 20,5 tm = 205 kN
kn = 5 (asumsi tidak ada pengaku vertikal)
1,10

kn E
5 * 200000
1,1
66,33
fy
275

k E
h
1,1 n
tw
fy

jadi menggunakan persamaan;


Vn = 0,6 * 2750 * 40 * 0,8

= 52800 kg

Vu = 20,5 tm
20500 < 0,9 * 52800 kg

(OK)

Pemeriksaan boleh dengan memtoda destruksi atau interaksi


Cek Persamaan Interaksi
Mn
Vu
0,625
1,375
Mn
Vn
21000
20500
0,625
0,90624 1,375
0,9 * 36652
0,9 * 2800

Cek dengan metoda distribusi


Mf = Af df fy
= 20 * 1,3 (40-1,3)*2750
= 2767050 kg cm

= 276705 Nm

Mu < Mf
210000 < 0,9 * 276705
< 249034,5 Nm

(OK)

Struktur Baja Jembatan

118
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

3.3.5.5.

Latihan Soal
Rencanakan dimensi balok bila balok diletakkan pada tumpuan sendi dan
rol (Balok sederhana) dengan beban merata termasuk berat sendiri (q = 4,75
ton/m) dan beban hidup berjalan q = 2,2 ton/m P = 8 ton. Bentang Balok L
= 7 m . Baja yang digunakan mutu BJ.37

3.4. Aplikasi Perencanaan Dimensi


Penampang elemen Struktur Jembatan Rangka
Batang Bidang
3.4.1. Perencanaan Dimensi Batang Rangka

Struktur Baja Jembatan

119
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Struktur Baja Jembatan

120
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

3.4.2. Perencanaan Gelagar Melintang

Struktur Baja Jembatan

121
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Struktur Baja Jembatan

122
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Struktur Baja Jembatan

123
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

3.4.3 Perencanaan Gelagar Memanjang

Struktur Baja Jembatan

124
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Struktur Baja Jembatan

125
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Struktur Baja Jembatan

126
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

PERENCANAAN STRUKTUR
SAMBUNGAN
BAB

SUB POKOK BAHASAN (UNIT) :


4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.

Sambungan Dengan Baut


Perencanaan Kebutuhan Baut
Sambungan Dengan Las
Perencanaan Kebutuhan Las
Aplikasi Perhitungan Sambungan pada Jembatan
Rangka

7. Tujuan Pembelajaran Umum :


Mampu mengaplikasikan teori perencanaan baja pada perencanaan elemen struktur
jembatan baja

8. Tujuan Pemeblajara Khusus :


m.
Menjelaskan Jenis dan Sifat-sifat Pembebanan Pada Jembatan
n. Menjelaskan teori dan Persyaratan pembebanan pada perencanaan jembatan
o. Menjelaskan Konvigurasi pembebanan pada masing-masing elemen struktur
jembatan

p. Menghitung Besarnya Beban rencana pada masing-masing elemen struktur


jembatan akibat beban kerja

ILUSTRASI

Struktur Baja Jembatan

127
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.1. Struktur Sambungan Dengan Baut


Keandalan struktur baja yang telah direncanakan dimensi elemen
stnya,dmenjamin

bekerja

dengan

mekanisme

yang

direncanakan

dengan

baiktergantung dar keandalan struktur sambungannya. Berdasarkan perilaku struktur


yang direncanakan, sambungan pada struktur baja dibedakan menjadi :
1. Sambungan Kaku adalah sambungan yang memilki kekakuan yang cukup untuk
mempertahankan sudut-sudut anara elemen yang disambung terhadap beban kerja.
2. Sambungan Semi Kaku adalah sambungan yang tidak memilki kekakuan cukup
untuk mempertahankan sudut-sudut anara elemen yang disambung terhadap beban
kerja. Tetapi memilki kapasitas yang cukup untuk memberikan kekangan yang
dapat diukur terhadap besarnya perubahan sudut-sudut antara elemen struktur.
3. Sambungan Sederhana adalah sambungan yang tidak memilki kekakuan untuk
mempertahankan perubahan sudut-sudut elemen struktur. Sambungan yang
demikian ini tidak bisa menerima momen.
Pada dasarnya suatu struktur sambungan terdiri dari :
a. Komponen struktur yang disambung, berupa Balok, kolom, ataupun Batang
Tekan dan Batang Tarik
b. Alat Penyambung dapat berupa Pengencang (fastener), Baut Biasa (ordinary
Bolts), Baut Mutu Tinggi (high streength bolts), sambungan dengan las (wled) serta
yang sudah jarang digunakan Paku keling (rivet)
c. Elemen Penyambung berupa pelat buhul atau pelat/profil penyambung Struktur
Jembatan baja adalah merupakan gabungan dari batang-batang tersendiri yang
disambungkan satu dengan yang lain sehingga membentuk struktur yang sesuai
dengan yang diinginkan, seperti sruktur Jembatan Rangka Batang seperti pada
gambar berikut

Gambar. 4.1.a
Rangkaian Struktur Jembatan
Rangka Batang
Struktur Baja Jembatan

128
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Dalam struktur jembatan baja, untuk menyambung satu bagian konstruksi dengan
bagian konstruksi yang lain, diperlukan konstruksi sambungan dan alat sambung yang
sesuai dengan strukturnya dan dapat menerima beban yang bekerja serta mentransfer
beban tersebut dari bagian konstruksi yang lain (misal sambungan antara Batang
Rangka dan Gelagar melintang pada Jembatan Rangka batang atau sambungan pada
titik simpul batang rnagka.)

Gambar. 4.1.b Susunan Sambungan antara


Pada Jembatan Rangka Batang

4.1.1. Jenis Alat Sambung Baut


Dalam konstruksi Bangunan Baja (Jembatan baja, Bangunan Gedung dll), alat
sambung baut yang sering digunakan tergantung kebutuhan dari struktur bangunan
tersebut, apakah struktur bersifat permanen atau semi permanen dan sifat dari
sambungan. Apakah sambungan bersifat sendi atau kaku (Rigid). Ada dua jenis Baut
yang sering digunakan antara lain :
a . Baut Biasa / Baut Hitam
b. Baut Mutu Tinggi
A. Baut Hitam / Baut Biasa :
Adalah baut yang dibuat dari baja karbon rendah yang memenuhi standar
ASTM A-307, digunakan pada sambungan dengan struktur ringan atau sambungan
yang tidak kaku (rigid). Seperti Rangka Kuda-kuda, sambungan Gording dsb.
Terdapat dua jenis Baut Biasa yaitu :

Struktur Baja Jembatan

129
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Baut dengan Ulir Penuh : Seluruh panjang batang Baut diulir penuh, sehingga
dibagian bidang geser penampang baut harus diperhitungkan pada penampang
dengan diameter dalam ulir / diameter Kren (du) .
Baut dengan Ulir sebagian : Bagian yang diulir hanya sebagian (bagian bidang
geser utuh tidak diperhitungkan pada penampang dengan diameter luar ulir
/diameter nominal (dn).

du

dn

Gambar. 4.1.c. Baut Hitam Ulir Sebagian

du

Gambar. 4.1.d. Baut Hitam Ulir Penuh

Pada kepala baut biasanya ditulis kode mutu baut, yang menunjukkan besar
tegangan leleh minimum baut seperti 4.6 atau 4,8, yang artinya :
Kode 4,6 = Baut Dengan Tegangan leleh = 4,6.100 2.400 Kf / cm 2
Kode 4,8 = Baut Dengan Tegangan leleh = 4.8.100 3.200 Kg / cm 2
Ukuran Baut hitam yang sering dipergunakan dalam struktur baja dapat diambil
seperti dalam Tabel berikut
Diameter Nominal (dn)
Inch
Mm
.3/8
.1/2
.5/8
.3/4
.7/8
1
1,5

9,52
12,70
15,87
19,05
22,22
25,40
38,10

Tinggi

Diameter

KODE

Mur (mm)
9
13
16
19
22
25
38

Inti (du) mm
7,49
9,99
12,92
15,80
18,61
21,34
32,68

M10
M12
M16
M20
M22
M 25
M38

TABEL.4.1.a. BAUT HITAM (Diambil dari Tabel Profil Baja)

Struktur Baja Jembatan

130
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

B. Baut Mutu Tinggi (High Strength Bolt) :


Baut mutu tinggi biasanya digunakan pada sambungan yang rigid (kaku),
dengan kekuatan tarik yang sangat tinggi, baut mutu tinggi, dapat menahan geseran
pada bidang sambungan, yang dalam penggunaannya baut mutu tinggi disertai
dengan sebuah Ring.
Baut mutu tinggi yang sering digunakan adalh Baut mutu tinggi dengan kode A
325 dan A 490 yang dituliskan pada kepala baut seperti pada Gmabar berikut :
PjU

du

A.490

Panjang Baut

Gambar. 4.1.d. Baut Mutu Tinggi

Berikut adalah Daftar Kekuatan Tarik Baut Mutu Tinggi A 325 dan A 490
dengan beberapa diameter nominal :
Diameter
Nominal (D)
Inch
.1/2
.5/8
.3/4
.7/8
1
.9/8
.5/4
.11/8
.3/2

Mm
12,7
16
19
22
25,4
29
32
35
38

Dimensi Baut A325 & A490


F
.7/8
17/16
.5/4
23/16
13/6
29/16
2
35/16
.11/6

Kepala Baut
H
PjU
.5/16
1
25/64
.4/5
15/32
.11/8
35/64
.3/2
39/64
.7/4
.11/16
2
25/32
2
27/32
2
15/16
.9/4

Mur
W
1
17/16
.5/4
23/16
.13/8
29/16
2
2
.11/8

H
.7/8
39/64
47/64
55/64
63/64
1 17/64
1 17/32
1 11/32
1 15/32

Kekuatan Tarik
(KN)
A325
A490
(KN)
(KN)
53
67
85
107
125
156
173
218
227
285
249
356
316
454
378
538
458
658

TABEL. 4.1.b. Besar Ukuran dan Kekuatan Tarik Baut Mutu Tinggi

4.1.2. Tata Letak Baut


Tata letak baut adalah menyusun posisi jumlah baut yang harus dipasang agar
didapatkan sambungan yang memenuhi syarat yaitu :
cukup kuat.
cukup rapat dan
Struktur Baja Jembatan

131
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

cukup tempat.
Penempatan susunan baut memperhatikan arah gaya yang ditahan oleh kelompok baut
tersebut, terutama pada susunan baut yang dibuat silang seperti pada gambar berikut,
luas bidang efektif pada batang yang disembung dihitung sepanjang garis kritis (garis
selang-seling)

Gambar. 4.1.e. Susunan Letak Baut Silang


4.1.2.1. Jumlah Baut :
Agar mendapatkan kekuatan baut yang optimium dengan asumsi beban ang
diterima masing-masing baut sama besarnya. Maka disyaratkan, kecuali untuk unsur
ikatan ringan dan sandaran, jumlah baut sejajar dengan arah garis kerja beban harus
mempunyai jumlah minimum dua baut. Dan maksimum lima Baut, dengan susunan
sebagai berikut :

Gambar. 4.1.e Letak Jumlah minimum Baut sejajar arah gaya


Struktur Baja Jembatan

132
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.1.2.2. Ukuran Baut


Diamater Baut untuk unsur yang memikul beban tidak boleh kurang dari
diameter nominal 16 mm.
Diameter baut tidak boleh lebih dari 2 kali ketebalan bagian tertipis dalam hubungan.
Persyaratan ini tidak bertaku untuk pelat pengisi.
Diameter baut datam profil siku yang memikul beban tidak boleh lebih dari seperempat
lebar kaki profil dimana baut ditempatkan.
4.1.2.3. Jarak Antara Baut
Jarak maksimum antara baut tepi dengan ujung pelat yang disambung harus
sebesar 12 dikali tebal pelat lapis luar tertipis dalam sambungan atau 1,5 kali diameter
baut, tetapi tidak boleh melebihi 150 mm.
Jarak maksimum antara as baut tidak boleh lebih dari 7 kali diameter baut atau 15 kali
tebal pelat tertipis yang disambung .
Jarak minimum antara as baut tidak boleh kurang dari 3 kali diameter baut atau 12 kali
tebal pelat tertipis yang disambung.

U = Jarak Baut ke tepi Pelat yang disambung


S = Jarak antara Asa baut

4.1.2.4, Lubang-lubang
Diameter nominal lubang yang selesai harus 2 mm lebih besar dari diameter
nominal baut untuk baut dengan diameter tidak melebihi 24 mm. dan tidak lebih dari 3
mm lebih besar untuk baut dengan diameter lebih besar.
Lubang yang kebesaran dapat digunakan dalam tiap atau semua pelat lapis dari
hubungan tumpuan atau gesek dengan syarat bahwa dipasang pelat cincin ketas diatas
Struktur Baja Jembatan

133
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

lubang kebesaran yaitu dibawah kepala baut dan mur. Diameter lubang kebesaran tidak
boleh melebihi nilai terbesar dari.
1.25 df atau df + 8 mm
Lubang sela pendek dapat digunakan dalam tiap atau semua pelat lapis dari
hubungan tumpuan atau gesek, dengan syarat bahwa di pasang pelat cincin keras diatas
lubang sela yaitu dibawah kepala baut dan mur. Lubang sela pendek tidak boleh lebih
paniang dari nilai terbesar:
1.33 df atau df + 10 mm
Lubang sela panjang hanya dapat digunakan dalam pelat lapis bergantian dalam
hubungan tumpuan atau gesek dengan syarat bahwa digunakan pelat cincin dengan
tebal minimum 8 mm untuk menutup seluruh lubang sela panjang dibawah kepala baut
dan murnya. Lubang sela paniang tidak boleh lebih paniang dari 2.5 df.
Hubungan yang memikul gaya geser dapat mempunyai lubang kebesaranm, sela
pendek atau sela panjang dengan pembatasan berikut:
i. sambungan gesek -tidak dibatasi
ii. sambungan tumpuan - lubang seta hanya boleh digunakan bila hubungan tidak
dibebani eksentris dan bila baut dapat menumpu merata, dan bila seta adalah tegak
lurus pada arah beban.

4.1.3. Kuat Nominal Baut (Rn)


Kuat Nominal Baut adalah besarnya daya dukung satu baut pada sambngan
tersebut yang tergantung dari Diameter dan mutu Baut, tebal pelat dan mutu pelat yang
disambung serta tipe sambungan terhadap gaya geser yang bekerja.
Sehingga Kekuatan Nominal Baut harus ditinjau terhadap tiga kemungkinan
kerusakan sebagai berikut :
a. Pada Baut Putus, Kekuatan Sambungan dihitung terhadap kekuatan Geser
Penampang Baut.( Pada kekuatan ini sambungan dibagi dua tipe geser, yaitu ; Geser
Tungal dengan luas penampang bidang geser = Satu luas penampang baut dan
Geser Ganda dengan luas bidang geser (m) kali luas penampang baut.
b. Pada Pelat rusak, Kekuatan Baut dihitung terhadap kekuatan Tumpu (Desak) bagian
tertipis dari Pelat yang disambung
Struktur Baja Jembatan

134
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

c. Pada Pelat Putus, sudah diperhitungkan pada perencanaan dimensi batang, sehingga
pada kekuatan sambungan tidak perlu ditinjau.
Gambar berikut menunjukan beberapa kemungkinan kerusakan yang terjadi pada
daerah sambungan yang harus diperhatikan

Gambar. 4.1.f. Kemungkinan Kerusakan Sambungan

Sambungan Baut dinyatakan aman bila terpenuhi syarat :


Besar Beban terfaktor Ru harus lebih kecil dari Besar Kekuatan Nominal Baut Rn
tereduksi, yang dinyatakan dengan Rumus :
R u R n. ..........................................................................(1.4.1)

Besar Kekuatan Nominal dihitung dengan ketentuan :


Luas baut Hitam diberikan dalam tabel sebagai berikut
Nominal Diameter of
Bolt
Diameter Nominal Baut
df (1)

Bolt Areas

Luas Baut

mm2

AC (2)

At (2)

Ao (2)

M16

144

157

201

M20

225

245

314

M24

324

353

452

M30

519

561

706

M36

759

817

1016

TABEL. 4..1.c Luas Bidang Penampang Baut


Struktur Baja Jembatan

135
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Catatan

: (1) Notasi M berarti baut metrik


(2) AC
=
luas inti baut, yang diulir
At
=
luas untuk menghitung kekuatan tarik
Ao
=
luas bagian polos nominal yang tidak diulir

A. Kekuatan Geser Nominal Baut


Kekuatan geser nominal, Rnf, dari baut harus dihitung sebagai berikut:

Rnf = 0.62 fuf kr (nn Ao + nx Ao) .......................................................(2.4.1.)


Nominal Diameter of Bolt
Diamter Nominal Baut mm
Minimum Bolt Tension
Tarikan Minimum Baut (fuf )KN/m2

M16

M20

M24

M30

M36

95

145

210

335

490

Tabel .4.1.d. Tarikan Baut Minimum

dengan:
fuf =

kekuatan tarik minimum baut (lihat Tabel 4.1.d)

kr =

Untuk semua hubungan lain, kr = 1.0. kecuali seperti yang diberikan


dalam (Tabel 17.20 BMS Buku.7)

nn =

jumlah bidang geser melalui bagian baut yang berulir

Ac =

luas diameter lebin kecil pada baut (lihat Tabel. 4.1.c)

nx =

jumlah bidang geser melalui bagian baut yang tidak berulir

Ao =

luas batang polos nominal pada baut (lihat Tabel 4.1.c)

B. Kekuatan Tarik Nominal Baut


Kekuatan tarik nominal baut, Rnt, harus dibitung sebagai berikut:

Rnt = At fuf ........(3.4.1.)

C. Kekuatan Tumpuan Nominal Pelat Lapis


Kekuatan tumpuan nominal pelat tertipis, Rnb, harus dihitung sebagai berikut:
Struktur Baja Jembatan

136
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Rnb = 3.2 df tp fup .(4.4.1)


dengan syarat bahwa, untuk pelat tertipis yang memikul komponen gaya yang
bekerja menuju suatu ujung, kekuatan tumpuan nominal dari nilai terkecil dari yang
diberikan oleh Rumus berikut:

Rnb = ae tp fup .(5.4.1)


dengan:
df

= diameter baut

tp

tebal pelat lapis

fup = kekuatan tarik pelat lapis


ae = jarak minimum dari ujung lubang baut terdekat ke uiung pelat tertipis,
dalam arah kerja gaya, ditambah setengah diameter baut.
D. Kekuatan Geser Nominal Baut dalam Hubungan Gesek
Kekuatan ini hanya didapat dari sambungan yang menggunakan Baut Mutu Tinggi
yang dilaksanakan pengencangannya dengan menggunakan kunci Torsi.
Kekuatan geser nominal baut dalam hubungan gesek, R af, harus dihitung sebagai
berikut:

Raf = nei Nti Kh ..........(6.4.1)


dengan:

faktor ge!incir gesek ditentukan dalam ayat 7.12.1.7.2. Buku .7

BMS
nei = Jumlah permukaan antara efektip
Nti =

tarikan baut minimum pada pemasangan diberikan dalam Tabel.4.1.b

k h = faktor untuk berbagai jenis baut, seperti spesifikasi dalam pasal 7.12.6.5;
Buku.7 BMS
= 1.0

untuk lubang standar;

= 0.85

untuk lubang sela pendek dan kebesaran;

= 0.70

untuk lubang sela panjang.

Struktur Baja Jembatan

137
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.1.4. Rangkuman :
1. sambungan pada struktur baja dibedakan menjadi :
a. Sambungan Kaku adalah sambungan yang memilki kekakuan yang cukup
untuk mempertahankan sudut-sudut anara elemen yang disambung terhadap
beban kerja.
b. Sambungan Semi Kaku adalah sambungan yang tidak memilki kekakuan
cukup untuk mempertahankan sudut-sudut anara elemen yang disambung
terhadap beban kerja. Tetapi memilki kapasitas yang cukup untuk memberikan
kekangan yang dapat diukur terhadap besarnya perubahan sudut-sudut antara
elemen struktur.
c. Sambungan Sederhana adalah sambungan yang tidak memilki kekakuan untuk
mempertahankan perubahan sudut-sudut elemen struktur. Sambungan yang
demikian ini tidak bisa menerima momen.
2. Pada dasarnya suatu struktur sambungan terdiri dari :
a. Komponen struktur yang disambung, berupa Balok, kolom, ataupun Batang
Tekan dan Batang Tarik
b. Alat Penyambung dapat berupa Pengencang (fastener), Baut Biasa (ordinary
Bolts), Baut Mutu Tinggi (high streength bolts), sambungan dengan las (wled)
serta yang sudah jarang digunakan Paku keling (rivet)
c. Elemen Penyambung berupa pelat buhul atau pelat/profil penyambung
3. Ada dua jenis Baut yang sering digunakan antara lain :
a.Baut Biasa / Baut Hitam
b.Baut Mutu Tinggi
4. Sambungan harus memenuhi syarat yaitu :
cukup kuat.
cukup rapat dan
cukup tempat.
Struktur Baja Jembatan

138
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

5. Penempatan susunan baut memperhatikan arah gaya yang ditahan oleh kelompok
baut tersebut.
6. jumlah

baut sejajar dengan arah garis kerja beban harus mempunyai jumlah

minimum dua baut. Dan maksimum lima Baut, dengan susunan sebagai berikut :

7. Jarak maksimum antara baut tepi dengan ujung pelat yang disambung harus sebesar
12 dikali tebal pelat lapis luar tertipis dalam sambungan atau 1,5 kali diameter baut,
tetapi tidak boleh melebihi 150 mm.
Jarak maksimum antara as baut tidak boleh lebih dari 7 kali diameter baut atau 15
kali tebal pelat tertipis yang disambung .
Jarak minimum antara as baut tidak boleh kurang dari 3 kali diameter baut atau 12
kali

tebal pelat tertipis yang disambung.

Struktur Baja Jembatan

139
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

U
U = Jarak Baut ke tepi Pelat yang disambung
S = Jarak antara Asa baut

7. Kekuatan Nominal Baut hars ditinjau terhadap tiga kemungkinan kerusakan sebagai
berikut
a. Pada Baut Putus, Kekuatan Sambungan dihitung terhadap kekuatan Geser
Penampang Baut.( Pada kekuatan ini sambungan dibagi dua tipe geser, yaitu ;
Geser Tungal dengan luas penampang bidang geser = Satu luas penampang baut
dan Geser Ganda dengan luas bidang geser (m) kali luas penampang baut.
b. Pada Pelat rusak, Kekuatan Baut dihitung terhadap kekuatan Tumpu (Desak)
bagian tertipis dari Pelat yang disambung
c. Pada Pelat Putus, sudah diperhitungkan pada perencanaan dimensi batang,
sehingga pada kekuatan sambungan tidak perlu ditinjau.

8. Sambungan Baut dinyatakan aman bila terpenuhi syarat :


Besar Beban terfaktor Ru harus lebih kecil dari Besar Kekuatan Nominal Baut Rn
tereduksi, yang dinyatakan dengan Rumus :
R u R n.

9. Kekuatan Nominal Baut dihitung arga terkevcil dari :


A. Kekuatan Geser Nominal Baut
Kekuatan geser nominal, Rnf, dari baut harus dihitung sebagai berikut:

Rnf = 0.62 fuf kr (nn Ao + nx Ao)

Struktur Baja Jembatan

140
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

B. Kekuatan Tarik Nominal Baut


Kekuatan tarik nominal baut, Rnt, harus dibitung sebagai berikut:

Rnt = At fuf

C. Kekuatan Tumpuan Nominal Pelat Lapis


Kekuatan tumpuan nominal pelat tertipis, Rnb, harus dihitung sebagai berikut:

Rnb = 3.2 df tp fup


dengan syarat bahwa, untuk pelat tertipis yang memikul komponen gaya yang
bekerja menuju suatu ujung, kekuatan tumpuan nominal dari nilai terkecil dari
yang diberikan oleh Rumus berikut:

Rnb = ae tp fup
D. Kekuatan Geser Nominal Baut dalam Hubungan Gesek
Kekuatan ini hanya didapat dari sambungan yang menggunakan Baut Mutu
Tinggi yang dilaksanakan pengencangannya dengan menggunakan kunci Torsi.
Kekuatan geser nominal baut dalam hubungan gesek, R af, harus dihitung sebagai
berikut:

Raf = nei Nti Kh

Struktur Baja Jembatan

141
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.1.5. Kunci Tes Formatif


1. Ditinjau dari Perilakuk Struktur ada berapa jenis sambungan .
2. Pada prinsipnya Struktur sambungan terdiri dari ?
3. Bagaimana syarat sambungan yang baik ?
4. Ada berapa jenis Baut yang digunakan pada sambungan struktur baja
5. Gambarkan bentuk dari Baut Biasa dan Baut Mutu Tinggi, Jelaskan bedanya ?
6. Ada berapa jenis mutu Baut Mutu Tinggi ?
7. Ada berapa macam besar kekuatan nominal baut yang ditetapkan
8. Apa yang dimaksud kekuatan Nominal Baut ?
9. Bagaimana syarat Sambungan Baut dinyatakan kuat dan aman ?
10. Gambarkan susunan sambungan Baut yang memenuhi syarat ? Tentukan jarakjarak antara Baut ?

Struktur Baja Jembatan

142
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.2. Analisa Kebutuhan Baut Pada Sambungan

Sepeti yang dijelaskan pada ad).4.2.(Unit.10), bahwa alat sambungan yang


digunakan pada struktur baja terdapat dua jenis Baut, yaitu ; Baut Biasa dan Baut Mutu
Tinggi. Dimana pada kedua baut tersebut telah ditetapkan besar tegangan dan kekuatan
nominal baut. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka analisa kebutuhan baut dan
kekuatan sambungan dapat ditetapkan tergantung sifat pembebanan yang bekerja
terhadap penampang kelompok baut pada sambungan.

4.2.1. Sifat Pembebanan Terhadap Penampang Baut


Analisa kebutuhan baut pada sambungan adalah, menentukan / merencanakan
jumlah kebutuhan baut serta susunannya untuk dapat menahan beban kerja pada
sambungan tersebut.
Ditinjau dari leta.k Garis kerja gaya terhadap titik berat susunan alat sambung, analisa
kebutuhan alat sambung dibedakan menjadi
A. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Sentris
Sambungan Baut dimana garis kerja beban bekerja melalui titik berat susunan baut,
sehingga susunan baut dapat diperhitungkan adanya beban yang diterima secara merata
pada setiap baut.

Gambar. 4.2.a. Sambungan Baut Dengan Beban Sentris

Struktur Baja Jembatan

143
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

B. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Eksentris


Sambungan Baut dimana garis kerja beban tidak melalui titik berat susunan baut,
sehingga susunan baut harus diperhitungkan adanya beban sekunder berupa Momen
sebesar (M = P x e) Lihat Gambar.
Beberapa sambungan dalam konstruksi Jembatan Baja yang termasuk jenis sambungan
Eksentris ini adalah

Struktur Baja Jembatan

144
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar. 4.2.a. Sambungan Baut Dengan Beban Eksentris

4.2.2. Analisa Kebutuhan Baut dan Kekuatan Sambungan :


Dalam Analisa kebutuhan baut dan kekuatan sambungan adalah menentukan
jumlah baut yang diperlukan dan menyusunan letak baut pada sambungan agar
Struktur Baja Jembatan

145
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

didapatkan jumlah baut yang efisien dan susunan letak baut yang efektif berdasarkan
besar dan sifat beben yang bekerja
4.2.2.1. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Sentris
Pada sambungan ini merupakan analisa kekuatan sambungan yang peling
sederhana, dengan sifat beban yang sentris pada sambungan ini, jumlah kebutuhan baut
yang diperlukan dapat dihitung langsung dengan sumsi seluruh jumlah baut yang ada
menerima beban yang bekerja sama rata, dengan rumus :
n

Nu
R n .

...........................................................(1.4.2.)

Dimana :
Nu = Beban kerja terfaktor
Rn = Kekuatan Nominal Minimal Baut

= Faktor Reduksi kekuatan

= Jumlah Baut yang Dibutuhkan

Bila terdapat jumlah baut lebih dari lima, maka baut harus dipasang lebih dari satu baris
arah garis kerja beban yang bekerja
4.2.2.2. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Eksentris
Bila garis kerja gaya yang bekerja tidak melalui titik berat penampang
kelompok alat sambung, atau bekerja beban momen. Pada jenis sambungan ini
dibedakan menjadi dua type sambungan sebagai yaitu :
1). Sambungan Eksentris Menahan Geser dan Lentur
Pada Alat sambung (Baut) mengalami tegangan tarik lentur dengan titik putar
didaerah bagian pelat yang disambung yang mengalami desakan dan Geser akibat
longsornya sambungan. Sambungan Eksentris Men
2). ahan Geser murni
Pada Alat sambung (Baut) mengalami tegangan Geser akibat longsor dan
berputarnya sambungan dengan titik putar di titik pusat penampang susunan Baut.

A. Sambungan Dengan Beban Eksentris Yang menahan Geser Lentur


Struktur Baja Jembatan

146
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar. 4.2.b Sambungan Eksentris Menahan Geser dan Lentur

Jenis sambungan ini sering disebut dengan sambungan konsol, P bekerja sejauh (e)
dari bidang pisang sambungan, sehingga pada susunan penampang Baut timbul
beban
Mu = P. e. .......................................................................(2.4.2)
Akibat beban kerja P dan momen M. Penampang Baut tergeser dan bekerja gaya
tarik T. Besar tegangan geser dan Gaya Tarik T dihitung sebagai berikut :
Akibat Gaya P (Ditinjau Kekuatan Geser)
Seluruh, penampang Baut yang ada terjadi tegangan geser sebesar :

fuv

Pu
........................................................................(3.4.2)
n. ABaut

fuv Tegangan geser terjadi


Pu Besar beban terfaktor
n Jumlah baut
ABaut Luas penampang Baut

Struktur Baja Jembatan

147
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Besar tegangan tersebut dia atas adalah besar tegangan yang terjadi di setiap satu
baut.
Tegangan ijin Geser baut adalah :
fdv 0,5. r . f ub .m ..(4.4.2)
fdv Tegangan ijin geser Baut

r Faktor reduksi
f ub Tegangan ultimate Baut
m Jumlahbidang geser baut

Akibat Beban M (Ditinjau Kekuatan Tarik)


Pada penampang baut terjadi momen lentur dengan titik netral yang terletak
sejauh (a) dari ujung pelat tertekan, sehingga terjadi diagram tegangan sebagai
berikut (pada kondisi Elastis atau pada kondisi Plastis) , Pada baut menerima
tegangan tarik (Ti) sebesar :
a. Pada Kondisi Elastis
Pada baut menerima tegangan tarik tidak merata, yang paling kritis adalah baut
yang paling atas
Besar jarak (a) diasumsikan (missal 0 < a letak baut yang paling bawah = y)
T3
Y3
Y1
a

y2

Dengan melakukan statis momen terhadap serat atas , diperoleh :


2
a 2 .b
1
a yi .2. . . d b2
2
4
i 1

(a y1) (a y 2) ( a y3)
2
.2. .d b ...............................................
b

(5.4.2)

Struktur Baja Jembatan

148
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Bila : a y {maka asumsi letak garis netral (a) OKE}, bila a y maka asumsi
letak (a) dipindah ke antara baut paling bawah dengan baut diatasnya. Demikian
seterusnya sampai didapat letak (a) yang benar.
Setelah didapat posisi (a) yang benar , maka :
Menghitung besar gaya tarik T3 :
Mu.Y3
. Ab .......................................................................................
Ib

T3

(6.4.2)
Ib

4
a 3 .b
ni. Ab. y i2 ..
3
i 2

(7.4.2)
Kuat Ijin Tarik satu baut dihitung :
1
2
Rn 0,5. f ub .0,75. .d b
4

Sambungan dikatakan kuat / aman terhadap beban kerja bila dipenuhi syarat :
fuv fdv

dan

T3 Rn

Apabila terjadi kondisi sebaliknya, bila cukup tempat susunan baut diperbesar
jarak antara baut. Atau diameter baut diperbesar.
b. Pada Kondisi Plastis
Pada kondisi ini

kekuatan baut dihitung sampai pada kekuatan batas yaitu

seluruh bauat yang ada menerima tegangan tarik yang sama rata ditetapkan
sebesar Rn sepeeti pada gambar diagram tegangan tarik di bawah.
Seperti pada kondisi elastis, untuk menentukan besar jarak (a) yang sebenarnya
diasumsikan ( missal 0 < a letak baut yang paling bawah = y)

Rn
Y3
Y1
Y

y2

Struktur Baja Jembatan

149
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

b
Gaya nominal tarik Baut dihitung : Rn ni . f t . 0,75. Ab
Dengan melakukan statis momen terhadap serat atas , diperoleh :

fy . a . b ni . ft . 0,75 .

1
. . d b2 . ni
4

ni. ft.0,75.1 / 4. .d b2 .ni


(7.4.2)
fy . b

Bila : a y {maka asumsi letak garis netral (a) OKE}, bila a y maka asumsi
letak (a) dipindah ke antara baut paling bawah dengan baut diatasnya. Demikian
seterusnya sampai didapat letak (a) yang benar.
Setelah didapat posisi (a) yang benar , maka :
Menghitung besarnya Momen nominal sambungan (Mn) :
a

Mn r . ft . 0,75 . Ab . y1 y 2 y 3 fy . a . b y
2

(8.4.2)
Sambungan dikatakan kuat / aman terhadap beban kerja bila dipenuhi syarat :
fuv fdv

dan

Mu Mn

Seperti pada perhitungan dengan kondisi Elastis. Apabila terjadi kondisi


sebaliknya, bila cukup tempat susunan baut diperbesar jarak antara baut. Atau
diameter baut diperbesar.

Struktur Baja Jembatan

150
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

B. Sambungan Eksentris Yang Menahan Geser murni

Gambar. 4.2.c Sambungan Eksentris yang menahan Geser Murni

Jenis sambungan ini sering disebut dengan sambungan konsol, P bekerja sejauh
(e) dari titik berat susunan baut (Titik Z), sehingga pada penampang Baut timbul
beban M = P. e yang bekerja sejajar dengan bidang pisang sambungan.
Akibat beban kerja P dan momen M. Penampang Baut tergeser longsor ke bawah
dan berputar dengan titik putar (titik netral ) di titik Z .
Maka pada seluruh baut terjadi gaya geser, dengan titik baut yang paling kritis
adalah baut yang paling jauh dari titik netral Z , yaitu bekerja Gaya geser sebesar
(seperti gambar di atas). Besar KR dihitung sebagai berikut:
# Akibat Gaya P:
Akibat beban P sambungan akan longsor ke bawah,s eluruh baut menerima
gaya geser merata sebesar
Kp

(1 / 2 P )
.....................................................(9.4.2)
n

Struktur Baja Jembatan

151
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

#. Akibat Beban M:
Akibat beban M yang bekerja di titik Z. maka pada titik-titik penampang baut
terjadi kaya kopel (Ki), seperti pada contoh gambar di atas, dapat diuraikan
sebagai berikut:
M = K1 . r1 + K2 . r2 + K3 . r3 + K4 . r4 + + Kn . rn
Dimana besar r1, r2, r3, r4 adalah sama
Maka:
K1
r1

K3
r3

K2
r2

Kn
rn

Didapat :
K1 = r1 (Kn/rn), K2 = r2 (Kn/rn), K3 = r3 (Kn/rn), K4 = r4 (Kn/rn) dst.
Jadi :

a
M = (Kn/rn) (r12 + r22 + r32 + r42) = (Kn/rn) ri2
I=1

Maka :

Kn

M .rn
n

r
i 1

jadi : K n

M .rn
M .r
2n
2
2
(r r2 r6 )
r1 ....
2
1

(10.4.2)

Bila :

X12 Y12 ,

ri =

didapat

r12 = X12 + Y12

Selanjutnya Kn dapat diuraikan menjadi Knx dan Kny

K ix

M. Yi
2

( X i Yi )

.....................................................................(11.4.2)

Dan

K iY

M. X i
( X i 2 Yi 2 )

.................................................................((12.4.2)

untuk mempermudah perhitungan mencari KiX dan Kiy dapat dilakukan


dengan menggunakan tabel sebagai berikut:
Struktur Baja Jembatan

152
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Tabel perhitungan Gaya yang bekerja pada Baut akibat Beban Momen & P

No.
Baut

Xi

Yi

Gaya yang bekerja pada baut


Akibat Beban Momen
Xi2
Yi2
Kx

Ky

Akibat P
Kp

1
2
3
n
Jumlah
Dengan demikian maka besarnya Gaya yang bekerja (K R) pada Baut paling
kritis (Baut No. 4) adalah merupakan Resultant dari gaya-gaya K4X, K4Y dan Kp,
dapat dihitung sebesar :

K R K 4X 2 K 4Y K p

.........................................................(13.4.2)

Sambungan dinyatakan kuat menerima beban kerja bila KR < Rn


Besar Rn dihitung = Kutan geser nominal baut terkecil dari pasal.4.1

Struktur Baja Jembatan

153
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.2.3. Rangkuman
1. Secara garis besar terdapat dua jenis sifat pembebanan yang bekerja pada sambungan
baut yaitu :
A. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Sentris
Sambungan Baut dimana garis kerja beban bekerja melalui titik berat susunan baut,
sehingga susunan baut dapat diperhitungkan adanya beban yang diterima secara
merata pada setiap baut.

jumlah kebutuhan baut yang diperlukan dapat dihitung langsung dengan sumsi
seluruh jumlah baut yang ada menerima beban yang bekerja sama rata, dengan
rumus :
n

Nu
R n .

Bila terdapat jumlah baut lebih dari lima, maka baut harus dipasang lebih dari satu
baris arah garis kerja beban yang bekerja
B. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Eksentris
Sambungan Baut dimana garis kerja beban tidak melalui titik berat susunan baut,
sehingga susunan baut harus diperhitungkan adanya beban sekunder berupa Momen
sebesar (M = P x e) Lihat Gambar.

Struktur Baja Jembatan

154
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Beberapa sambungan dalam konstruksi Jembatan Baja yang termasuk jenis


sambungan Eksentris ini adalah

2. Ada dua Jenis sambungan yang Menahan Beban eksentris, yaitu :


a. Sambungan Eksentris yang menahan Gesesr Murni ; Seluruh Baut menerima Gaya
geser Murni.
Gaya yang bekerja (KR) pada Baut paling kritis (Baut No. 4) adalah merupakan
Resultant dari gaya-gaya K4X, K4Y dan Kp, dapat dihitung sebesar :

K R K 4X 2 K 4Y K p

Struktur Baja Jembatan

155
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Sambungan dinyatakan kuat menerima beban kerja bila KR < Rn


b. Sambungan Eksentris yang menahan beban Geser Lentur ; Baut menahan Gaya
Tarik lentur dan Gaya Geser yang bersamaan .
Pada Sambungan jenis ini kekuatan sambungan dapat dihitung dengan dua
kondisi, yaitu ;
Pada Kondisi ELASTIS,

Sambungan dikatakan kuat / aman terhadap beban kerja bila dipenuhi syarat :
fuv fdv

T3 Rn

dan

Pada Kondisi PLASTIS,

Menghitung besarnya Momen nominal sambungan (Mn) :


a

Mn r . ft . 0,75 . Ab . y1 y 2 y 3 fy . a . b y
2

Sambungan dikatakan kuat / aman terhadap beban kerja bila dipenuhi syarat :
fuv fdv

dan

Mu Mn

Struktur Baja Jembatan

156
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.2.4. Kunci Tes Formatif


1. Apa yang dimaksud dengan analisa kebutuhan Baut pada struktur sambungan Baut ?
2. Ada berapa sifat Pembebanan yang bekerja pada struktur sambungan baut ?
3. Apa yang dimaksud Sambungan Baut Menahan Beban Sentris ? Gambarkan yang
jelas
4. Tuliskan Rumus untuk menentukan jumlah Baut yang diperlukan pada struktur
sambungan Baut yang menahan Beban sentris ?
5. Ada berapa Macam Sambungan Baut Yang menahan Beban Eksentris ? Sebutkan
Perbedaannya ?
6. Gambarkan Struktur sambungan Baut yang Akibat beban eksentris menahan Geser
Murni
7. Tulis Rumus Besar beban yang bekerja pada baut ?
8. Gambarkan Struktur sambungan Baut yang Akibat beban eksentris menahan Geser
Lentur
9. Tulis Rumus Besar beban yang bekerja pada baut ?
10. Perhitungan Sambungan Eksentris ?

Struktur Baja Jembatan

157
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Struktur Baja Jembatan

158
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.3. Struktur Sambungan Dengan Las


4.3.1. Proses Pengelasan
Sambungan las yang dilakukan adalah pengelasan dengan las panas busur listrik
dengan bahan tambahan las berupa Electroda, Arus listrik didapat dari alat Generator
Khusus yang mempunyai daya amper dan voltage yang bisa diatur disesuaikan dengan
batang yang disambung dan jenis elektroda yang digunakan.
Las sebagai alat sambung yang digunakan pada struktur baja Sipil baik gedung
maupun jembatan, terdapat dua proses pengelasan yang sering digunakan yaitu :
a. Proses pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) Las logam terlindung
merupakan proses pengelasan yang paling sederhana dan paling muah, yang
sering digunakan pada pengelasan di lapangan, yaitu penyambungan bagianbagian struktur menjadi struktur. Yang sering disebut Proses pengelasan
Elektroda Tongkat Manual, Proses pengelasan ini juga sering digunakan pada
pengelasan pabrikasi di workshop.
b. Proses pengelasan SAW (Submegged Arc Welding) Las Logam terbenam, yang
sering digunakan pada pengelasan pabrikasi di Wokrshop, yaitu pengelasan
bagian-bagian struktur yang akan dirangkai di lapangan.
Selanjutnya masih banyak jenis proses pengelasan yang ada, yang jarang dan
hampir tidak pernah digunakan pada pengelasan Baja struktur sipil. Diantaranya :
c. Proses pengelasan GMAW (Gas Metal Arc Welding),
d. Proses pengelasan berinti Fluks FCAW (Flux Cored Arc Welding)
e. Proses pengelasan ESW (Electro Slag Welding)

Generato

r
Elektroda
Arus Positif
Struktur Baja Jembatan

159
Juruan Teknik Sipil

Arus Neatif

Panas Busur Listrik

Bahan Dasar
Moeljono

Gambar. 4.3.a Sketsa Proses Pengelasan Listrik

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.3.2. Jenis Las dan Ketebalan Rencana


Terdapat empat Jenis pengelasan yang dilakukan sebagai alat sambung Las pada
struktur baja yaitu :
4.3.2.1.Las Tumpul (Groove weld) :
Las tumpul biasanya dilakukan pada sambungan sebidang untuk
penyambungan ujung-ujung pelat datar dengan ketebalan yang sama atau hampir sama.
Terdapat dua macam las tumpul yaitu :
Las Tumpul Penetrasi Penuh ; dimana pada sambungan terdapat penyatuan antara

las dan bahan yang disambung sepanjang kedalaman penuh sambungan


Las Tumpul Penetrasi Sebagian ; dimana kedalaman penetrasi lebih kecil daripada

kedalaman penuh sambungan.

Sambungan Datar sama tebal

Sambungan Datar tkd sama tebal

Gambar. 4.3.b Penggunaan Las Tumpul pada Sambungan Datar

Ukuran Las adalah jarak antara permukaan luar las terhadap kedalaman
penetrasi yang terkecil.
Ketebalan Rencana Las Tumpul (tt) adalah tebal penampang retak las yang
diperhitungkan untuk perhitungan kekuatan nominal las. ditetapkan sebagai berkut :
Untuk Las Tumpul Penetrasi penuh, tebal rencana las adalah kuran las yang ada.
Untuk Las Tumpul Penetrasi sebagian adalah :
Bila Sudut antara bagian yang disambung 600 :
Las satu sisi tt = (d - 3) mm
Struktur Baja Jembatan

160
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Las dua sisi tt = (d3 + d4 6) mm


Bila Sudut antara bagian yang disambung > 600 :
Las satu sisi tt = d mm
Las dua sisi tt = (d3 + d4) mm
Dimana ; d , d3, d4 adalah kedalaman yang dipersiapkan untuk Las.
Seperti yang ditabelkan pada Buku 7 BMS, yang tergantung dari bentuk pengelsannya
yaitu :
Tebal efektif dari Las Tumpul Penetrasi Sebagian
Type of Incomplete
Penetration Butt Weld
Jenis Las Tumpul Penetrasi
Sebagian
Single V

V tunggal

Double V

V ganda

Angle of Preparation
Sudut Persiapan

Design Throat Thickness


(mm)
Tebal Leher Rencana (mm)

< 60o
> 60o
< 60o
> 60o

d 3 mm
d
d3 + d4 6 mm
d3 + d4

Tabel. 4.3.a Tebal Las Tumpul Penetrasi sebagian


Catatan
:
(1) d = kedalaman persiapan (d3 dan d4 adalah untuk tiap sisi las)
= sudut persiapan
(2) Untuk las tumpul penetrasi sebagian yang dibuat dengan cara pengelasan otomatik
dengan melalui pengujian makro dari hasil las, peningkatan tebal rencana sampai
kedalaman persiapan dapat diijinkan.
Luas Efektip
Luas efektip las tumpul adalah perkalian panjang efektip dengan tebal retak rencana.
4.3.2.2. Las Sudut (Fillet weld) :
Las sudut merupakan jenis las yang sering digunakan dibanding jenis las yang
lain, merupakan las yang paling ekonomis. Las sudut digunakan pada sambungan
lewatan, sambungan siku, sambungan ujung dan sisi batang, sambungan kopel dan
sambungan konsol. Ada tiga tipe las sudut, yaitu ; Las Sudut Konkaf, Las Sudut
Konveks dan las Sudut Datar

Struktur Baja Jembatan

161
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

tw

tw

Las Sudut Koveks

tw

Las Sudut Konkaf

Las Sudut Datar

Gambar. 4.3. c Tiga Tipe Las Sudut


Ketebalan Rencana Las sudut (tw) adalah tebal penampang retak las yaitu daerah
bagian las yang memungkinkan terjadinya kerusakan akibat beban kerja untuk
perhitungan dalam menentukan kekuatan nominal las sudut. ditetapkan pada buku 7
BMS dalam (Tabel 7.24) sebagai berkut :
Ukuran minimum las sudut, selain dari las sudut yang digunakan untuk memperkuat las
tumpul, harus sesuai Tabel 7.24 kecuali bahwa ukuran las tidak boleh melebihi tebal
bagian lebih tipis dalam sambungan
Thickness of Thickest Part
Tebal bagian paling Tebal
t mm

Minimum Size of a Fillet weld


Ukuran Minimum Las Sudut
tw mm

t<7
t < 10
t < 15
t < 20
t < 20
t < 60
t < 60

3
4
5
6
8
10
12

7<
10 <
15 <
20 <
40 <
60 <

Tabel. 4.3.b Ukuran Minimum Las Sudut

4.3.2.3. Las Baji dan Las Pasak


Kedua tipe las ini jarang digunakan di struktur baja jembatan. Kecuali unt sambungan
sementara.
(Selanjutnya syarat dan peraturan Pengelasan serta batasan ukuran las dan besar
tegangan ijin las diberlakukan seperti pada Buku SNI-T-03-2005 (pada bab tentang
sambungan las).

Struktur Baja Jembatan

162
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.3.3. Kekuatan Nominal Las


Berdasarkan Teori perencanaan dengan metoda LRFD, tegangan ijin las ( fuw)
diambil berdasarkan jenis proses pengelasan serta Electroda yang digunakan (Jenis
Elektroda adalah E.41XX, E.48XX, W40XX, W50XX, dimana nila 40 dan seterusnya
menunjukan besarnya (fuw) pada alas yang dihasilkan dalam satuan Mpa, seperti yang
ditetapkan dalam (Tabel.7.25) Buku SNI-T-03-2005 berikut :
Manual Metal Arc
Electroda
Elektroda Aliran Metal
Biasa
E41XX

Submerged Arc Aliran Terendam


Flux Cored Arc Aliran Inti Fluks
Gas Metal Arc Aliran Metal Gas
W40X

Nominal Tensile Strenght of Weld


Metal
Kekuatan Tarik Nominal Metal Las
(fuw) MPa
410

E48XX

W50X

480

Tabel. 4.3.b Kekuatan Tarik Nominal Metal Las fuw


Tabel 7.26 faktor Reduksi untuk Hubungan Lebih yang Dilas Kr
Length of Weld
Panjang Las(Lw) m
kr

Lw < 1.7
1.00

1.7 < Lw < 8.0


1.10 0.06 Lw

Lw > 8.0
0.62

Kekuatan las dinyatakan dalam kekuatan las tiap satuan panjang Las yang
kekuatannya tergantung dari tebal las, mutu bahan yang dilas dan mutu bahan isian
(Elektroda) yang digunakan. Dengan Besarnya Kekuatan Nominal dihitung sebagai
berikut :
A. Kekuatan Nominal Las Tumpul
Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya Tarik atau Tekan aksial terhadap luas
efektif bidang Las :
Rnw = . fy. (tt)

Pada Bahan yang disambung ............................................(1.4.3.)

Dan
Rnw = . fuw. (tt)

Pada Bahan las.................................................................(2.4.3.)

Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya Geser terhadap luas efektif bidang Las :
Rnw = . (0,6fy). (tt)

Pada Bahan yang disambung .....................................(3.4.3.)

Dan
Struktur Baja Jembatan

163
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Rnw = . (0,6. fuw) (tt)

Pada Bahan las.......................................................(4.4.3.)

Dimana :

= Faktro reduksi keuatan = 0,75 - 0,9 (lihat BMS buku bagian .7)

fuw

= Tegangan ijin las = 0,6 . Fu atau 0,75 . Fu

tt

= Tebal las efektif (mm)

B. Kekuatan Nominal Las Sudut


Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya terfaktor terhadap luas efektif bidang Las :
Rnw = . (0,6.fy.) (tt)

Pada Bahan yang disambung ...................................(5.4.3.)

Dan
Rnw = . (0,6 .fuw) (tw)

Pada Bahan las......................................................(6.4.3.)

Dimana :

= Faktro reduksi keuatan = 0,75 - 0,9 (lihat BMS buku bagian .7)

fuw

= Tegangan ijin las = 0,6 . Fu atau 0,75 . Fu

tw

= Tebal las efektif (mm)

Tebal efkt Las

Panjang Las

Gambar. 4.3.d. Sambungan dengan Las Sudut


Struktur Baja Jembatan

164
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.3.4. Rangkuman
1. Sambungan las yang dilakukan adalah pengelasan dengan las panas busur listrik
dengan bahan tambahan las berupa Electroda, Arus listrik didapat dari alat Generator
Khusus yang mempunyai daya amper dan voltage yang bisa diatur disesuaikan
dengan batang yang disambung dan jenis elektroda yang digunakan.
2. terdapat dua proses pengelasan yang sering digunakan yaitu :
a. Proses pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) Las logam terlindung
merupakan proses pengelasan yang paling sederhana dan paling muah, yang
sering digunakan pada pengelasan di lapangan, yaitu penyambungan bagianbagian struktur menjadi struktur. Yang sering disebut Proses pengelasan
Elektroda Tongkat Manual, Proses pengelasan ini juga sering digunakan pada
pengelasan pabrikasi di workshop.
b. Proses pengelasan SAW (Submegged Arc Welding) Las Logam terbenam, yang
sering digunakan pada pengelasan pabrikasi di Wokrshop, yaitu pengelasan
bagian-bagian struktur yang akan dirangkai di lapangan.
3. Terdapat empat Jenis Las yang digunakan :
a. Las Tumpul : Las Tumpul Penetrasi enuh
Las Tumpul Penetrasi Sebagian
b. Las Sudut
c. Las Pasak
d. Las Baji
4. Untuk Las Tumpul Penetrasi penuh, tebal rencana las adalah kuran las yang ada.
5. Untuk Las Tumpul Penetrasi sebagian adalah :
Bila Sudut antara bagian yang disambung 600 :
4.4.

Las satu sisi tt = (d - 3) mm

4.5.

Las dua sisi tt = (d3 + d4 6) mm

Bila Sudut antara bagian yang disambung > 600 :


Struktur Baja Jembatan

165
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Las satu sisi tt = d mm


Las dua sisi tt = (d3 + d4) mm
6. Luas efektip las tumpul adalah perkalian panjang efektip dengan tebal retak rencana.
7. Ada tiga tipe las sudut, yaitu ; Las Sudut Konkaf, Las Sudut Konveks dan las Sudut
Datar

tw

tw

Las Sudut Koveks

tw

Las Sudut Konkaf

Las Sudut Datar

8. Ukuran minimum las sudut, selain dari las sudut yang digunakan untuk memperkuat
las tumpul, harus sesuai Tabel 7.24 Buku.7 BMS, kecuali bahwa ukuran las tidak
boleh melebihi tebal bagian lebih tipis dalam sambungan
Thickness of Thickest Part
Tebal bagian paling Tebal
t mm

Minimum Size of a Fillet weld


Ukuran Minimum Las Sudut
tw mm

t<7

3
4
5
6
8
10
12

7 < t < 10
10 < t < 15
15 < t < 20
20 < t < 20
40 < t < 60
60 < t < 60

10. Kekuatan las dinyatakan dalam kekuatan las tiap satuan

panjang Las yang

kekuatannya tergantung dari tebal las, mutu bahan yang dilas dan mutu bahan isian
(Elektroda) yang digunakan. Dengan Besarnya Kekuatan Nominal dihitung
sebagai berikut :
A. Kekuatan Nominal Las Tumpul
Struktur Baja Jembatan

166
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya Tarik atau Tekan aksial terhadap
luas efektif bidang Las :
Rnw = . fy. (tt)
Rnw = . fuw. (tt)

Pada Bahan yang disambung


Pada Bahan las

Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya Geser terhadap luas efektif
bidang
Rnw = . (0,6fy). (tt)
Rnw = . (0,6. fuw) (tt)

Pada Bahan yang disambung


Pada Bahan las

B. Kekuatan Nominal Las Sudut


Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya terfaktor terhadap luas efektif
bidang Las :
Rnw = . (0,6.fy.) (tw)

Pada Bahan yang disambung

Dan
Rnw = . (0,6 .fuw) (tw)

Pada Bahan las

Struktur Baja Jembatan

167
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.3.5. Kunci Tes Formatif


1. Ada berapa jenis Proses pengelasan Las Listrik ?
2. Ada berapa macam Kampuh Las listrik yang digunakan pada struktur Baja ?
3. Sebutkan dua tipe Las Tumpul, Jelaskan perbedaannya ?
4. Apa Perbedaan dari Las Tumpul dengan Las Sudut ?
5. Sebutkan tiga tipe Las Sudut (Gambarkan perbedaannya )?
6. Apa yang dimaksud Luas Efektif Penampang Las ?
7. Apa yang dinyatakan dengan Kekuatan Nominal Las ?
8. Ada berapa peninjauan besar Kekuatan Nominal Las ?
9. Tulis rumus Kekuatan Nominal Las Tumpul
10. Tulis rumus Besar Besar Kekuatan Nominal Las Sudut.

Struktur Baja Jembatan

168
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.4. Analisa Kebutuhan Las Pada Sambungan


Sepeti yang dijelaskan pada ad).4.3.(Unit.12), bahwa alat sambungan las yang
digunakan pada struktur baja terdapat dua Tipe Las, yaitu ; Las Tumpul dan Las Sudut .
Dimana pada kedua Tipe Las

tersebut telah ditetapkan besar tegangan dan kekuatan

nominal Masing-masing Las. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka analisa kebutuhan


Las dan

kekuatan sambungan Las dapat ditetapkan tergantung Tipe Las yang

digunakan dan sifat pembebanan yang bekerja terhadap penampang kelompok Las pada
sambungan.

4.4.1. Sifat Pembebanan Terhadap Penampang Las


Analisa kebutuhan Las pada sambungan adalah, menentukan / merencanakan
Panjang

kebutuhan Las serta susunannya untuk dapat menahan beban kerja pada

sambungan tersebut. Disini ketebalan Las sudah ditetapkan berdasarkan ketebalan pelat
yang disambung.
Ditinjau dari letak Garis kerja gaya terhadap Penampang Las dan titik berat kelompok
penampang retak las , analisa kebutuhan alat sambung dibedakan menjadi
A. Sambungan Las Yang Menahan Beban Sentris
Sambungan Las dimana garis kerja beban bekerja melalui titik berat susunan
Penampang retak las, sehingga Luas Penampang retak Las

dapat diperhitungkan

adanya beban yang diterima secara merata pada setiap Penampang Las

Panjang Las

Struktur Baja Jembatan

169
Juruan Teknik Sipil

POLITEKNIK
NEGERI
BANDUNG
Gambar. 4.3.a. Moeljono
Sambungan Las Dengan
Beban
Sentris

Pada sambungan ini analisa kebutuhan las adalah menghitung panjang las yang
diperlukan dengan syarat kekuatan sambun
B. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Eksentris
Seperti pada Sambungan Baut yang menahan beban eksentris adalah bila garis kerja
beban tidak melalui titik berat susunan penampang retak Las, sehingga susunan
penampang retak Las harus diperhitungkan adanya beban sekunder berupa Momen
sebesar (M = P x e) Lihat Gambar.

Struktur Baja Jembatan

170
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar. 4.3.b. Beberapa sambungan dalam konstruksi Jembatan Baja yang


termasuk jenis sambungan Eksentris

4.4.2. Analisa Kebutuhan Las dan Kekuatan Sambungan :


Dalam Analisa kebutuhan Las dan kekuatan sambungan adalah menentukan
Panjang Las efektif yang diperlukan dan menyusunan Letak Penampang Retak Las
pada sambungan agar didapatkan panjang Las yang efisien dan susunan letak baut yang
efektif berdasarkan besar dan sifat beben yang bekerja
4.4.2.1. Sambungan Las Yang Menahan Beban Sentris
Pada sambungan ini merupakan analisa kekuatan sambungan yang peling
sederhana, dengan sifat beban yang sentris pada sambungan ini, Panjang Las yang
diperlukan dapat dihitung langsung dengan asumsi seluruh penampang letak las yang
ada menerima beban yang bekerja sama rata, dengan rumus :
L las

Nu
Rn w .

.......................................................................................(1.4.4.)

Dimana :
Nu = Beban kerja terfaktor
Rnw = Kekuatan Nominal Minimal Baut

= Faktor Reduksi kekuatan

Llas = Panjang Las yang Dibutuhkan


Panjang Las yang didapat harus memenuhi ketentuan dan peraturan yang ditetapkan
dalam Buku. SNI T-03-2005
4.4.2.2. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Eksentris
Bila garis kerja gaya yang bekerja tidak melalui titik berat penampang
kelompok alat sambung, atau bekerja beban momen. Pada jenis sambungan ini
dibedakan menjadi dua type sambungan sebagai yaitu :
1). Sambungan Eksentris Menahan Geser dan Lentur
Pada Alat sambung (Las) mengalami tegangan tarik lentur dengan titik putar
didaerah bagian pelat yang disambung yang mengalami desakan dan Geser akibat
longsornya sambungan.
Struktur Baja Jembatan

171
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2). Sambungan Eksentris Menahan Geser murni


Pada Alat sambung (Las) mengalami tegangan Geser akibat longsor dan
berputarnya sambungan dengan titik putar di titik pusat penampang susunan Las.
A. Sambungan Las Yang Menahan Geser Lentur
Jenis sambungan ini ditinjau dari arah beban terhadap bidang pisah sambungan dimana
momen Bekerja Tegak Lurus Bidang Pisah

Titik putar sambungan

Pada sambungan di atas, akibat beban P kerja sejauh (e) dari bidang pisah sambungan,
penampang Las akan longsor dan berputar dengan titik netral (titik putar sambungan) di
titik las paling bawah. Maka pada penampang Las yang paling kritis (titik ), terjadi
tegangan :
- Akibat Momen
Akibat bekerja momen (M = e x P), pada penampang Las akan tertarik (berputar)
dengan titik netral (dianggap) terjadi pada Las yang paling bawah, sehingga terjadi
tegangan tarik pada las yang paling atas sebesar:
fw

x h
.................................................................................(2.4.4)

Ixlas
M x h
172

Juruan Teknik Sipil Ix las

Struktur Baja Jembatan


Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Di mana:
Ixlas = 2(1/12 . h3 . a)
- Akibat beban P
Penampang Las longsor ke bawah, sehingga tedadi tegangan geser sebesar:

P
Alas .......................................................................(3.4.4)

Kedua tegangan tersebut bekerja bersamaan pada Penampang las, maka Las
dikatakan kuat menahan beban bila dipenuhi syarat :
Akibat Beban Momen :

fw

M x h

2 1 / 12 . h 3 .t w

fuw

(4.4.4)

Didapat harga h
Akibat Beban Konsol P :

2 t w .h ..(5.4.4)

Didapat harga h
Dari harga h yang di dapat di atas, diambil harga h yang paling besar kemudian
dikontrol kekuatannya.

B. Sambungan Las Yang Menahan Geser Murni


1). Pada Kondisi Elastis.

Struktur Baja Jembatan

173
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

P
P

h1

Z
te
h2

z
`

Kekuatan las Pada sambungan las ini, dicari tegangan yang paling kritis () akibat
beban P yang bekerja sejauh (L) dari titik berat penampang pengelasan yaitu berada
pada tititk las yang paling jauh dari Titik berat penampang pengelasan ( Z ).
Besar tegangan kritis () dihitung denagn tahapan perhitungan sebagai berikut :
b. Menetukan Letak titik berat penampang pengelasan :
z

A .x
A
w

z diukur dari tepilas yangtegak .(6.4.4)

c. Menentukan besar momen Inersia penampang pengelasan :


Ix

Ix

Aw i . y i

Iy

Iy

Aw i . x i

Ip Ix Iy

.(7.4.4)

d. Menantukan besar tegangan kritis pada Las :


- Akibat beban langsung P :

P
..(8.4.4)
Aw

- Akibat Momen = P. L
x

M. y
Ip

M. x
Ip

.(9.4.4)

e. Besar tegangan Kritis Las :


p y

..(10.4.4)

Sambungan Las dikatakan aman terhadap beban bila dipenuhi syarat :


Struktur Baja Jembatan

174
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

. fw ............................................................(11.4.4)

4.4.3. Rangkuman

Struktur Baja Jembatan

175
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1. Analisa kebutuhan Las pada sambungan adalah, menentukan / merencanakan


Panjang kebutuhan Las serta susunannya untuk dapat menahan beban kerja pada
sambungan tersebut
2. Ditinjau dari letak Garis kerja gaya terhadap Penampang Las dan titik berat
kelompok penampang retak las , analisa kebutuhan alat sambung dibedakan
menjadi
A. Sambungan Las Yang Menahan Beban Sentris
Sambungan Las dimana garis kerja beban bekerja melalui titik berat susunan
Penampang retak las, sehingga Luas Penampang retak Las

dapat

diperhitungkan adanya beban yang diterima secara merata pada setiap


Penampang Las

Panjang Las

Pada sambungan ini analisa kebutuhan las adalah menghitung panjang las yang
diperlukan dengan syarat kekuatan sambun
B. Sambungan Las Yang Menahan Beban Eksentris
Seperti pada Sambungan Last yang menahan beban eksentris adalah bila garis
kerja beban tidak melalui titik berat susunan penampang retak Las, sehingga
susunan penampang retak Las harus diperhitungkan adanya beban sekunder
berupa Momen sebesar (M = P x e) Lihat Gambar.

Struktur Baja Jembatan

176
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar. 4.3.b. Beberapa sambungan dalam konstruksi Jembatan Baja yang


termasuk jenis sambungan Eksentris

3. Pada sambungan Las Yang menahan Beban Sentris merupakan analisa kekuatan
sambungan yang peling

sederhana, dengan sifat beban yang sentris pada

sambungan ini, Panjang Las yang diperlukan dapat dihitung langsung dengan
asumsi seluruh penampang letak las yang ada menerima beban yang bekerja sama
rata, dengan rumus :
Nu
w .
Struktur Baja Rn
Jembatan
L las

177
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4. Sambungan Las Yang Menahan Beban Eksentris Bila garis kerja gaya yang bekerja
tidak melalui titik berat penampang kelompok alat sambung, atau bekerja beban
momen. Pada jenis sambungan ini dibedakan menjadi dua type sambungan sebagai
yaitu :
A. Sambungan Las Yang Menahan Geser Lentur
Jenis sambungan ini ditinjau dari arah beban terhadap bidang pisah sambungan
dimana momen Bekerja Tegak Lurus Bidang Pisah

- Akibat Momen
Akibat bekerja momen (M = e x P), pada penampang Las akan tertarik (berputar)
dengan titik netral (dianggap) terjadi pada Las yang paling bawah, sehingga terjadi
tegangan tarik pada las yang paling atas sebesar:
fw

x h

Ixlas
M x h

Ix las

- Akibat beban P
Penampang Las longsor ke bawah, sehingga tedadi tegangan geser sebesar:

P
Alas

Struktur Baja Jembatan

178
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Las dikatakan kuat menahan beban bila dipenuhi syarat :


Akibat Beban Momen :

fw

M x h

2 1 / 12 . h 3 . t w

fuw

Didapat harga h

Akibat Beban Konsol P :

2 t w .h

Didapat harga h

Dari harga h yang di dapat di atas, diambil harga h yang paling besar kemudian
dikontrol kekuatannya.
B. Sambungan Las Yang Menahan Geser Murni
Pada sambungan ini panjang Las dan susunan letak Pengelasan direncakan
terlebih dahulu, baru dari Penampang susunan Las yang direncanakan dihitung
besar Gaya Geser longsor yang terjadi akibat beban kerja dihitung dengan
kondisi ELASTIS sebagai berikut :
P
P

h1

Z
te
h2

`
a. Menetukan Letak titik berat penampang pengelasan :
z

A .x
A
w

z diukur dari tepilas yangtegak

Menentukan besar momen Inersia penampang pengelasan :


Struktur Baja Jembatan

179
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Ix

Ix Aw .y
2

Iy

Iy Aw .x
2

Ip Ix Iy

Menantukan besar tegangan kritis pada Las :


- Akibat beban langsung P :

P
Aw

Akibat Momen = P. L
x

M. y
Ip

M. x
Ip

Besar tegangan Kritis Las :


p y

Sambungan Las dikatakan aman terhadap beban bila dipenuhi syarat :

. fw

4.4.4. Kunci Tes Formalitas


1. Coba hitung kebutuhan Las sudut pada sambungan yang menahan beban sentris pada
Gambar berikut :
Panjang Las

Pu = 200 KN

2. Coba Kontrol kekuatan Las sudut pada sambungan yang menahan beban eksentris
pada Gambar berikut :

30 CM
Struktur Baja Jembatan

180
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Pu = 100KN
L

h1

Z
te
h2

4.5. Aplikasi Perencanaan Sambungan


4.5.1. Analisa Kebutuhan Baut pada Batang Rangka (Beban Sentris)

Struktur Baja Jembatan

181
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.5.2. Analisa Kebutuhan Baut Pada Sambungan Gelagar Memanjang


(Beban Eksentris)

Struktur Baja Jembatan

182
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Struktur Baja Jembatan

183
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.5.3. Analisa Kebutuhan Baut Pada Sambungan Gelagar Melintang


(Beban Sentris)

Sambungan Gesesr Lentur


Struktur Baja Jembatan

184
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Struktur Baja Jembatan

185
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Sambungan Geser Murni

Struktur Baja Jembatan

186
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.6. 4.6. Aplikasi Perencanaan Jembatan Rangka Batang

Politeknik Negeri Bandung


Program Diploma 3 Konstruksi Sipil
TUGAS SEMESTER IV

STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA


NAMA MAHASISWA

NIM

: .

KELAS

: .

TGL PENUGASAN

T. Tangan Dosen

A. DATA PERENCANAAN :
a. Type Rangka
b. Bentang Jembatan (L)
c. Lebar Jembatan (B)
d.
e.
f.
g.
h.

Tebal Pelat Lantai Kendaraan


Kelas Muatan
Mutu Baja
Sambungan sambungan
Lain-lain

: (a),
( b),
(c),
(d)
: 40,00m. 45,00m . 50,00m . 55,00m . 60,00m
: Menyesuaikan dengan kelas muatan .
(lebar jembatan termasuk lebar Trotoir)
: 22,00 Cm
: A/I , B/II , C/III
: BJ37 , BJ.41 , BJ.50
: Dengan Baut Mutu Tinggi & Las sudut
: Tentukan sendiri

B. BENTUK RANGKA :

C. DIMINTA :
a. Perhitungan Perencanaan Dimensi Batang rangka & Gelagar/ Balok
b. Perhitungan Sambungan-sambungan
c. Gambar Rencana & Gambar Kerja
d. Gambar Detail-Detail Sambungan
e. Gunakan Teori pembebanan & Syarat Perencanaan dari buku SNI Bina Marga
Struktur Baja Jembatan

187
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

PETUNJUK PENYELESAIAN TUGAS PERENCANA JEMBATAN RANGKA :


1. Rencanakan Bentuk Struktur berdasarkan data yang didapat
a. Jarak Antara Gelagar memanjang ( 1,25m < b > 1,75m)
b. Jarak Antara Gelagar Melintang ( 4,5m < < 6m )
c. Tinggi Rangka (H = h + h) .. h > 4,75 m , h < 1,25 m
d. Sudut Batang atas pinggir dgn batang bawah ( 45o < < 65 o )
e. Gambar Bentuk Rangka dengan susunan Gelagar, Denah Lantai dan Tampak
samping Jembatan
2. Lakukan Analisis Pembebanan Akibat Beban Mati (DL), Baban Lalu lintas (LL) dan
Beban Angin (WL) pada masing-masing elemn struktur :
a.

Pada Gelagar Memanjang (Didapat Mu dan Du)

b.

Pada Gelagar Melintang (Didapat Mu dan Du)

c.

Pada Rangka Batang (Didapat Gaya Batang)

3. Lakukan Analisa Dimensi Penampang Pada setiap Elemen Struktur


a. Dimensi Penampang Gelagar Memanjang (Profil I.WF)
b. Dimensi Penampang Gelagar Melintang (Profil I.WF)
c. Dimensi Penampang Batang Gelagar Induk (Profil I.WF)
4. Lakukan Analisa Perhitungan kebutuhan Sambungan pada :
a. Tiap Titik Simpul Rangak Batang Gelagar Induk
b. Sambungan Antara Gelagar Melintang dengan Gelagar Induk
c. Sambungan Pada Gelagar Memanjang dengan Gelagar Melintang
d. Sambungadi daerah Tumpuan
5. Buat Gambar Rencana (Sekala 1 : 50)
6. Buat Gambar Kerja (Sekala 1 : 10)
7. Buata Gambar Detaililng yang diperlukan (sekala 1 : 5)

Struktur Baja Jembatan

188
Juruan Teknik Sipil

Moeljono

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai