Diktat Struktur Baja Jembatan
Diktat Struktur Baja Jembatan
Diktat Struktur Baja Jembatan
JEMBATAN BAJA
BAB
Jenis-jeins Jembatan
Bagian-bagian Struktur Jembatan
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
yang
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
1.1.2.
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
1.1.3.
Didasarkan pada bentuk atau tipe stuktur jembatan, jembatan dibedakan dari
bentuk struktur Gelagar induknya yaitu Gelagar yang menopang seluruh elemen
struktur jembatan dan mentransfer seluruh beban struktur yang langsung
berhubungan dengan bangunan bawah. Adapun bentuk struktur jembatan terdiri
atas :
a). Jembatan Balok Gelagar biasa
Jembatan ini digunakan pada jembatan dengan bentang pendek sampai sedang
dan beban hidup yang lewat relative kecil (seperti, Jembatan Penyebrangan
Orang dan sebagainya). Gelagar Induk jembatan ini merupakan struktur balok
biasa yang menumpu pada kedua Abutment dengan susunan struktur ; Gelagar
Induk-Pelat Lantai Kendaraan, dengan dilengkapi Tiang Sandaran (non
struktur), seperti pada jembatan gelagar biasa dengan material kayu.atau baja
seperti pada gambar berikut :
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
jembatan, dimana
kabel
sebagai struktur
utama yang
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
1.1.4.
Marga :
Didasarkan pada prosentase muatan hidup yang dapat melewati jembatan
dibandingkan dengan kendaraan standar, yaitu terdiri atas :
Jembatan Kelas Standar (A/I) : Merupakan jembatan kelas standar dengan
perencanaan 100 % muatan T dan 100 % muatan D. Dalam hal ini lebar
jembatan adalah (1,00 + 7,00 + 1,00) meter
Jembatan Kelas Sub Standar (B/II) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 70 % muatan T dan 70 % muatan D. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah ( 0,50 + 6,00 + 0,50 ) meter
Jembatan Kelas Low Standar (C/III) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 50 % muatan T dan 50 % muatan D. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah (0,50 + 3,50 + 0,50) meter
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
lantai Trotoir dibuat lebih tinggi dari pada ketinggian permukaan lapisan aus
lantai kendaraan
c. Tiang Sandaran :
Tiang sandaran yang dilengkapi dengan pipa sandaran merupakan bagian struktur
jembatan
yang
dipasang
dibagian
tepi
luar
lantai
Trotoar
sepanjang
Tiang Sandaran
(Jarak as ke as = 2 m)
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Gelagar induk biasanya biasanya berupa Rangka batang atau balok Girder dan
Balok Komposit
g. Tumpuan Jembatan
Sebagai bagian struktur yang diletakkan diatas Abutmen dan Pilar sebagai
landasan Gelagar Induk menumpu di bagian struktur bawah. Bahan yang sering
digunakan
Sebagai Tumpaun ini adalah Basi Cor (Berupa Roll dan Engsel), dan Lempengan
Super Rubber Elasitic yang dilapisi pelat baja.
h. Drainase
Drainase pada Jembatan berfungsi untuk mengalirkan air yang ada di lantai
kendaraan ke saluran pembuang sehingga tidak menggenangi lantai kendaraan
jembatan, yang sangat mengganggu jalannya lalu-lintas yang melewatinya. Letak
dan susunan dari drainase ini ditunjukkan pada gambar berikut :
Lantai Trotoir
Lantai
Kendaraan
Secara keseluruhan susunan dari struktur bangunan atas dari konstruksi jembatan
diicontohkan Jembatan Rangka Batang seperti berikut
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Gambar .2.1.c.
(Bagianbagian Struktur
Bangunan
batang)
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
beban bangunan atas ke pondasi/tanah pendukung, bagian ini dibangun dari bahan
beton bertulang atau pasangan batu kali yang dilengkapi dengan sayap Abutment.
b. Pilar
Merupakan bagian lain dari bangunan bawah yang terletak di bentang jembatan
diantara pangkal jembatan, berfungsi seperti Abutment yang membagi beban dan
memperpendek bentang jembatan. Biasanya dibangun dari Beton bertulang atau
tiang panjang (beton atau Pipa baja) dan di atasnya terdapat kepala pilar.
c. Pondasi
Pondasi berfungsi menyalurkan dan meratakan beban dari abutment ke tanah
pendukung. Penggunaan jenis pondasi tergantung dari kondisi tanah pendukung
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
1.3. Rangkuman
A. Jenis Jembatan diklasifikasikan menurut :
1. Material yang digunakan :
a Jembatan Kayu
b Jembatan Pasangan Batu/Bata
c Jembatan Beton
d Jembatan Baja
e Jembatan Komposit Baja dan Beton
2. Kegunaan Lalu-lintas yang dilewatkan :
a Jembatan Kereta Api
b Jembatan Lalu-lintas Jalan Raya
c Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
d Jembatan Pelintasan Instalasi (Pipa, Saluran Air, Kabel
dll)
3. Bentuk Struktur :
a . Jembatan dengan Balok Biasa
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Bagian Gelagar Induk dari Balok beton bertulang menyatu dengan Pelat
lantai kendaraan dan Tiang sandaran.
c . Jembatan Komposit
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
d. Jembatan Prategang
Pelat Lantai Kendaraan
Gelagar Induk Balok Beton
Kabel Prategang
Setengah Bentang
Terdiri dari :
Gelagar Induk Balok Beton Bertulang dengan Kabel Prategang
Kabel Prategang (Kabel Inti dan Tendon)
Blok Pengunci Kabel (End Block)
Pelat Lantai Kendaraan (biasanya pracetak )
e . Jembatan Balok Pelat Girder (Jalan Kerata Api)
Balok Profil Girder (Bisa berbentuk BOX
Lantai Kendaraan (Jalan KA)
Gelagar Melintang
Struktur Baja Jembatan
19
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Pada Jembatan Jalan Raya . Balok Girder bisa berupa Box Girder (Contoh di
Jembatan Layang Tomang Jakarta)
g. Jembatan Gantung
Pilar Utama
Kabel Utama
Tali Penggantung
Struktur Atas Jembatan
Struktur Baja Jembatan
20
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Penjangkar Kabel
4. Kelas Muatan
Jembatan Kelas Standar (A/I) : Merupakan jembatan kelas standar dengan
perencanaan 100 % muatan T dan 100 % muatan D. Dalam hal ini lebar
jembatan adalah (1,00 + 7,00 + 1,00) meter
Jembatan Kelas Sub Standar (B/II) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 70 % muatan T dan 70 % muatan D. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah ( 0,50 + 6,00 + 0,50 ) meter
Jembatan Kelas Low Standar (C/III) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 50 % muatan T dan 50 % muatan D. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah (0,50 + 3,50 + 0,50) meter
Lantai Trotoir
Tiang Sandaran
Gelagar Memanjang
Gelagar Melintang
Gelagar Induk
Tumpuan Jembatan
Drainase
Abutment
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Pilar Jembatan
Pondari
2.
3.
4.
Jawaban :
1. ..........................................................................................
2. ...........................
3. .............................
4. .............................
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
ILUSTRASI
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
2.1.1. Pendahuluan
Analisis
pembebanan
dalam
perencanaan
struktur
jembatan,
guna
disesuaikan
Peraturan ini membahas masalah beban dan aksi-aksi lainnya yang akan digunakan
dalam perencanaan pembebanan jembatan jalan raya yang termasuk juga pelajan
kaki. Dengan jenis-jenis aksi-aksi sebagai berikut :
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
dikelompokkan dalam :
a Beban Mati
b Beban Hidup
c Beban Angin
d Beban Gempa
e Beban Lainnya.
Struktur Baja Jembatan
26
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
terdiri dari berat masing-masing bagian struktur dan elemen-elemen non struktur yang
harus dikalikan dengan nilai Faktor beban yang ditetapkan dalam Tabel.21.a. sebagai
berikut :
Berat sendiri dari tiap bagian struktur adalah berat dari elemen struktur tersebut dan
elemen-elemen struktur yang dipikulnya. Berikut adalah berat isi dan Kerapatan
masa untuk berat sendiri :
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
TABEL. 2.1.b Besar Berat Isi dan Kerapatan masa Beban Mati
Tetap
Faktor Beban
KSMA
Keadaan Umum 1,0
Keadaan Khusus 1,0
KUMA
Biasa
Terkurangi
2,0
0,70
1,4
0,80
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur "D" dan
beban truk "T". Beban lajur "D" bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan
menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iring-iringan
kendaraan yang sebenarnya.
Jumlah total beban lajur "D" yang bekerja tergantung pada
lebar jalur
kendaraan itu sendiri. Beban truk "T" adalah satu kendaraan berat dengan 3 as yang
ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana. Tiap as terdiri dari
dua bidang kontak pembebanan yang dimaksud sebagai simulasi pengaruh roda
kendaraan berat. Hanya satu truk "T" diterapkan per lajur lalu lintas rencana.
Secara umum, beban "D" akan menjadi beban penentu dalam perhitungan
jembatan yang mempunyai bentang sedang sampai panjang, sedangkan beban "T"
digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan.
Lebar Lajur lalu lintas Rencana harus mempunyai lebar 2,75 m. Jumlah
maksimum lajur lalu lintas yang digunakan untuk berbagai lebar jembatan bisa dilihat
dalam Tabel. 2.1.d.
Lajur lalu lintas rencana harus disusun sejajar dengan sumbu memanjang
jembatan.
Tabel. 2.1.d. JUMLAH LAJUR LALULINTAS RENCANA
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
posisi pembebanan
Besar Beban Jalur Merata (BRT) dengan intensitas q kpa yang besarnya
ditentukan dari bentang elemen Jembatan yang ditinjau, yaitu :
L 30 m q = 8,0 kpa
Sedangkan besar beban jalur Garis (KEL) dengan intensitas P KN/m adalah
sebesar P = 44,0 KN/m
Besarnya beban merata jalue UDL untuk berbagai bentang dapat ditetapkan dari
Grafik beban UDL sebagai berikut :
10
8
6
4
2
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
b. Beban Tekana Roda Truk T adalah suatu beban suatu kendaraan berat
dengan 3 as roda yang ditempatkan pada beberapa posisi dalam jalur lalu
lintas rencana seperti gambar berikut :
Beban satu truk harus ditempatkan dalam tiap lajur lalu-lintas rencana untuk
panjang penuh dari jembatan. Beban T harus ditempatkan di tengah lajur lalulintas dan ditempatkan dimana saja diantara Kerb. Jumlah maksimum lajur lalulintas rencan diberikan pada tabel berikut :
Jenis Jembatan
4,0 5,0
5,5 8,25
11,25 15,0
10,0 12,9
11,25 15,0
15,1 18,75
4
3
4
5
18,8 22,5
Lajur Tunggal
Dua
Arah,
tanpa
median
Jalan
Kendaraan
Majemuk
c. Gaya Rem
Pengaruh Rem dan percepatan lalulintas harus dipertimbangkan sebagai gaya
memanjang. Gaya ini tidak tergantung pada gaya jembatan tetapi tergantung dari
panjang struktur yang tertahan seperti yang diberikan pada Tabel berikut :
Panjang Struktur (m)
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
250
L 80
80 < L 180
2,2 L 50
L > 180
500
Catatan :Gaya Rem kendaraan U.L.S adalah 2,0 kali Gaya Rem Kendaraan
S.LS
TABEL. 2.1.e Besar Gaya Pengaruh Rem Terhadap Panjang Struktur
Jenis
Keadaan
Lebih dari 5
5 Km dari Pantai
Batas
Km dari pantai
S.L.S
1,13
0,79
b/d 1,0
U.L.S
1,85
1,36
S.L.S
1,46 - 1,32.b/d
1,01 0,23.b/d
1,0 < b/d 2
U.L.S
2,38 0,53.b/d
1,75 0,39.b/d
S.L.S
0,88 0,038.b/d
0,61 0,02.b/d
2,0 < b/d 6
U.L.S
1,43 0,06. b/d
1.,05 0,4. b/d
S.L.S
0,68
0,47
b/d > 6
U.L.S
1,1
0,81
S.L.S
0,65
0,45
Bangunan Atas
Rangka (Seluruh b/d)
U.L.S
1,06
0,78
b = Lebar bangunan atas antar permukaan luar dinding pengaman
d = Tinggi bangunan atas (Termasuk dinding pengaman)
TABEL. 2.1.f Besar Tekanan Gaya Angin Pada Struktur Jembatan
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
tinggi, penentuan besar beban pengaruh gempa harus dilakukan dengan analisa yang
lengkap seperti yang ditetapkan dalam Standar Perencanaan Ketahanan Gempa, SNI
03-1725, dengan Grafik Respons Spektra Gempa (Sebagai contoh diambil Grafik
Respons Spektra untuk wilayah IV) seperti pada gambar 2.1.b berikut :
Selanjutnya analisis pembebanan dari seluruh aksi pembebanan yang bekerja pada
jembatan dapat mengikuti bagan alir pembebanan pada jembatan seperti berikut :
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
2.1.6. Rangkuman
1. Jenis Beban yang diperhitungkan pada jembatan adalah :
c. Beban Mati
d. Beban Hidup
e. Beban Angin
f. Beban Gempa
g. Beban Lain-lain
2. Beban Mati adalah Beban tetap yang dihitung dari seluruh berat elemen struktur
dan non struktur yang ditahan oleh bagian struktur jembatan yang ditinjau.
Sebagai contoh adalah Beban mati pada Gelagar memanjang sebagai berikut :
b
b
Berat Aspal
= 0,05 x b x qaspal
= kN/m
= 0,50 x b x qAir
= kN/m
= d x b x qBeton
qprofil
= kN/m
= .. kN/m
IWF.300
(q DL )
kN
3. Beban Hidup adalah beban bergerak yang diperhitungkan besar beban dari
pengaruh lalu-lintas yang melewati jembatan, termasuk pejalan kaki yang
melintas jembatan tersebut.
4. Beban Lalu-lintas Terbagi atas :
a. Beban T adalah besarnya tekanan gandar mobil yang bekerja langsung
diatas pelat lantai kendaraan.
b. Beban D adalah beban jalur lalu-lintas , yang dikerjakan pada elemen
struktur pendukung (Gelagar induk,gelagar melintang dan gelagar
Struktur Baja Jembatan
35
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
memanjang. Baban
(UDL) dan Beban Jalur Garis (KEL) yang bekerja bersamaan dengan arah
sejajar bentang jembatan
5. Beban Angin adalah beban yang diperhitungkan pada Gelagar Induk,
merupakan tekanan dari tiupan angin yang bekerja tegaklurus bidang struktur
dan bidang lalu-lintas sepanjang bentang jembatan.
6. Beban Lain-lain terdiri Beban Rem, beban Salju, beban pengaruh suhu udara
dll yang dianggap mempengaruhi struktur, yang diatur dalam BMS buku 2.
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Beban rencana dihitung berdasarkan kondisi dan susunan elemen struktur jembatan
yang direncanakan dengan memperhatikan jarak-jarak dan lebar pias atau bagian
struktur yang menerima beban, baik beban mati, baban hidup lalu-lintas, beban angin
dan dll yang ada. Sehingga dalam menentukan beban rencana tidak terjadi over load
atau sebaliknya
.
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
b
Berat Aspal
= 0,05 x b x qaspal
= kN/m
= 0,50 x b x qAir
= kN/m
= d x b x qaspal
= kN/m
= .. kN/m
qprofil
(q DL )
kN/m
kendaraan.
Beban lajur D terdiri dari beban merata (UDL) uniformly distributed Load yang
digabung dengan beban garis (KEL) Knife Edge Looad .
Dimana beban merata jalur (UDL) mempunyai intensitas q = kpa, dengan besar q
yang tergantung dari bentang bagian struktur yang dibebani seperti berikut :
Untuk L
30 m
Untuk L > 30 m
q = 8,0 kpa
q = 8,8 [ 0,5 + 15/L] kpa
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
6
4
2
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Faktor Beban
K
KUTD
1,0
2,0
S
TD
(1)
Satu arah
Dua arah tanpa median
(2)
4,00 - 5,00
5,50 - 8,25
<15,00
Banyak arah
8,25 - 11,25
11,30 15,00
15,10 - 18,75
18,80 - 22,50
TABEL.2.2.b. Jumlah dan Lebar Lajur Kendaraan
Catatan :
(1) Untuk jembatan tipe lain, jumlah lajur lalu-lintas harus ditentukan oleh
instansi yang berwenang.
(2) Lebar jalur kendaraan adalah jarak minimum
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
(3) Lebar minimum yang sama untuk dua arah lajur kendaraan dalah 6,00m
lebar jembatan antara 5,00m sampai 6,00m harus dihindarkan oleh karena
hal ini akan memberikan kesan kepada pengemudi seolah-olah
memungkinkan untuk menyiap
50%
Beban angin diperhitungkan adanya tekanan tiupan angin dari arah tegak lurus
bentang jembatan yang bekerja tegak lurus pada bidang Lalu-lintas dan bidang
struktur jembatan sepanjang bentang jembatan.
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Akibat dari beban angin, bagian struktur jembatan akan menerima susunan beban
sebagai berikut
WLL
2m
WR
h
WG
1,4 DL
Kombinasi II : 1,2DL + 1,6LL + 0,5La
Kombinasi III : 1,2DL + 1,6La + 1,0WL
Kombinasi IV : 1,2DL + 1,3 WL + 0,5La
Kombinasi V : 1,2DL + 1,0EL + 1,0LL
Kombinasi VI : 0,9DL (1,3WL atau 1,0EL)
Dimana :
LD
LL
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
WL
=
Akibat beben Angin
EL
La
2.2.8. Rangkuman
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
1. Beban Mati merupakan beban tetap trmasuk berat sendiri strukutr yang dihitung
dari seluruh berat komponen struktur dan non struktur yang membebani struktur
yang ditinjau
2. Beban Hidup adalah Beban lalu-lintas yang lewat di atas jembatan yang terdiri dari
Muatan Jalur D dan Muatan tekan roda Truk T dikerjakan di seluruh lebar jalur
yang ada pada lebar jembatan, dimana lebar jembatan dan lebar jalur serta bentang
dari bagian struktur jembatan akan menentukan besarnya beban lalu-lintas tersebut.
3. Muatan Jalur D pada rencana pembebanan di jembatan ada dua macam beban
yaitu : a. Beban Jalur merata (UDL)
b. Beban Jalur Garis (KEL)
Dengan masing-masing besar dan posisi pembebanan seperti ditetapkan dalam
Buku.2 BMS.
4. Beban Angin adalah beban tiupan angin yang bekerja tegak lurus pada bidang Lalulintas dan bidang struktur jembatan sepanjang bentang jembatan.
Akibat dari beban angin, bagian struktur jembatan akan menerima susunan beban
sebagai berikut
WLL
2m
WR
h
WG
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Kombinasi I
1,4 DL
Kombinasi II : 1,2DL + 1,6LL + 0,5La
Kombinasi III : 1,2DL + 1,6La + 1,0WL
Kombinasi IV : 1,2DL + 1,3 WL + 0,5La
Kombinasi V : 1,2DL + 1,0EL + 1,0LL
Kombinasi VI : 0,9DL (1,3WL atau 1,0EL)
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
BAB
ILUSTRASI
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
(f)
n
Baja Mutu
fy
A
Baja Mutu
B
Baja Mutu
C
B
e
s
ar
Te
g
a
n
a
g
Besar Regangan ( )
GAMBAR . 3.1.a (Grafik Hubungan Tegangan Regangan Baja)
Hasil dari besar tegangan leleh dan tegangan putus dari uji tarik pada sertiap mutu
baja, merupakan besar satuan tegangan yang digunakan sebagai dasar perhitungan
kekuatan elemen struktur baja.
Struktur Baja Jembatan
48
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Jenis
Baja
Tegangan Putus
minimal fu (Mpa)
Tegangan Leleh
minimal fy (Mpa)
Peregangan
minimal (%)
Bj 34
340
210
22
Bj 37
370
240
20
Bj 41
410
250
18
Bj 50
500
290
16
Bj 55
550
410
13
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
: G = 80.000 Mpa
Modulus Poisson
: =
0,3
Struktur baja terdiri dari bagian-bagain struktur dan elemen elemen batang yang
dihubungkan satu bagian dengan bagian lain memerlukan alat sambung yang
kekuatannya sama dengan batang yang disambung dan mampu mentransfer beban
dari bagian satu ke bagian yang lain.
Alat sambung yang digunakan pada struktur baja adalah :
1. Baut Biasa ,mur dan ring ; Dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi
sebagai ASTM A.307 dan merupakan jenis baut yang paling murah, namun dengan
menggunakan baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang paling murah
karena banyaknya jumlah baut yang harus dibutuhkan. Pemakaian baut ini
digunakan pada sambungan yang bersifat sendi dan sering digunakan pada struktur
rangka batang dan struktur semi permanen terutama pada struktur ringan . Baut
Biasa atau sering disebut Baut Hitam yang digunakan berdiamater antar inci
sampai 4 inci
Baut Hitam mutu A dan mutu B, dengan bentuk Baut seperti gambar berikut :
2. Baut mutu tinggi (High strenght bolts); Dibuat dari baja karbon sedang yang
dicelup dan dipanasi kembali pada suhu paling rendah 800 0F. Yang didentifikasi
Struktur Baja Jembatan
50
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
ASTM sebagai Baut mutu tinggi Tipe A.325 dengan kekuatan leleh sekitar 558
Mpa sampai 634 Mpa dan A.490 dengan kekuatan leleh sekitar 793 Mpa sampai
896 Mpa dengan diameter baut inci sampai 1 inci, sedangkan ukuran yang
umum untuk perencanaan struktur jembatan adalah 7/8 inci dan 1 inci. Dengan
bentuk Baut Mutu Tingggi Seperti pda gambar berikut :
PjU
du
A.490
H
Panjang Baut
Baut Mutu Tinggi digunakan pada sambungan kaku dan mampu menahan
slip pada bidang sambung, digunakan pada struktur Rangka portal, baut mutu
tinggi yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang berlaku baik perencaan
maupun pelaksanaannya yang akan dibahas pada bab berikutnya, baik bentuk dan
kekuatan baut.
3. Las, Elektroda dan Bahan Pengisi ; Yang digunakan adalah las yang dihasilkan
dari panas busur listrik yang meleburkan bahan pengisi yaitu berupa Elektroda dan
bahan dasar yang akan disambung sehingga menyatu sampai dingin kembali
menjadi sambungan yang kekuatannya sama dengan bahan dasar yang disambung.
Elektroda yang digunakan spesifikasinya disesuaikan dengan bahan dasar yang
akan disambung, dan ada beberapa jenis proses pengelasan yang sering digunakan
dalam pengelasan baja struktur, akan dijelaska lebih detail pada bab berikutnya.
4. Penghubung Geser dan Ankur digunakan sebagai penghubung batang baja
dengan material lain seperti Shear connector pada balok komposit dan lainlain,bahan yang digunakan sebagai penghubung geser dan ankur harus memenuhi
ketentuan yang berlaku. Dan jenis sambungan ini tidak dibahas dalam buku ajar ini
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
batang baja berbentuk profil yang dijual dipasaran atau dipesan khusus yang
disesuaikan
dengan kebutuhan kekuatan terhadap beban kerja dan stabilitas batang. Bentuk dan
jenis profil yang digunakan seperti :
a. Untuk balok lentur diguanakan I.WF
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
b
t
Gambar 3.1.d. Penampang Profil I
Jenis profil I. WF yang lain berfariasi pada tebal sayap (t) lebar sayap (b) serta
tebal dari badan profil (w). Sehingga profil I dibagi menjadi I.WF, I.SF, I.MF
b. Untuk batang dengan profil ganda pada rangka batang digunakan Profil
Chanal
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
b
Dimensi profil dalam tabel profil
Profil ini merupakan profi standar dengan spesifkasi yang standar antara
tinggi,lebar sayap,tebal sayap dan tebal badan.
c. Untuk batang dengan profil ganda maupun tunggal pada rangka batang
digunakan Profil siku sama kaki atau tidak sama kaki
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
Gambar 3.1.f. Penampang Profil Siku sama sisi & Tidak sama sisi
Moeljono
bahan maupun analisa strukturnya akibat beban kerja . Dari analisis sifat tegangan
dan regangan pada suatu komponen struktur baja yang diberikan pembebanan, maka
apabila tegangan yang terjadi mencapai tegangan lelh maka akan terjadi perpanjangan
yang besar, meskipun perpanjangan ini belum menimbulkan putusnya komponen
struktur, tetapi dalam praktek perpanjangan ini akan mempengaruhi bagian-bagian
konstruksi yang lainnya. Oleh karena itu perlu dijaga agar tegangan yang terjadi tidak
melebihi tegangan leleh, maka dalam perencanaan dengan konsep keamanan diambil
batasan besar tegangan ijin yang diambil sebesar tegangan leleh dibagi dengan angka
keamanan (fa = Fy / SF) Penggunaan angka keamanan ini adalah adanya ketidak
pastian dari pada pengambilan besaran baik beban yang bekerja, sifat beban yang
tidak seragam, ketidak tepatan dalam pelaksanaan maupun perilaku dari penggunan
bangunan, yang semuanya merupakan variable acak yang tidak menentu.
Sejak dikembangkannya teori probabilitas, penggunaannya dalam bidang
struktur semakin luas, salah satunya adalah keandalan struktur. Dimana k
egagalan Struktur bukan suatu peristiwa yang dapat dihindari, melainkan hanya
diperkecil kemungkinan terjadinya.
Dengan menggunakan teori Probabilitas dinyatakan bahwa: Kekuatan Struktur dan
tingkat risikonya dinyatakan dengan kemungkinan runtuh
Kemungkinan runtuh dihitung dengan integrasi fungsi-fungsi distribusi besaran yang
terlibat
Seperti angka reduksi kekuatan dan angka factor pembebanan. Olehb karena itu
penggunaan angak keamanan tunggal seperti yang dijelaskan di atas kurang tepat dan
diharapkan adanya penggunaan nilai factor pembebanan yang berbeda untuk setiap
Struktur Baja Jembatan
53
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
jenis pembebanan serta angka reduksi kekuatan yang tidak sama untuk setiap bagian
elemen struktur.
Maka Secara umum semua perencanaan yang didasarkan pada teori LRFD
(Load Resistance Factor Design). Struktur dinyatakan kuat bila dipenuhi persyaratan :
Beban kerja terfaktor yang bekerja harus lebih kecil dari pada
Nominal tereduksi
Kekuatan
Yaitu :
{ (Ni.Ri) = Nu Nn.} ......................... (3.1.1)
Artikel No
Faktor Reduksi
Kekuatan ( )
0,90
0,90
0,90
0,90
0,90
0,90
0,90
Kapasitas potongan
Kapasitas unsur
0,90
0,90
1,0
0,90
0,70
0,70
07,0
07,0
0,70
0,70
0,70
07,0
Hubungan Pen
Struktur Baja Jembatan
54
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
07,0
0,80
0,90
0,80
0,80
0,80
Hubungan Las
Las tumpul penetrasi penuh
Las sudut dan las tumpul Penetrasi sebagian
Las tumpul atau pengisi sela
Kelompok las
TABEL. 3.1.b (Daftar besaran Faktor Reduksi Kekuatan
3.1.6. Rangkuman
1. Sifat Baja Sebagai Material Struktur dapat dibedakan atas Baja karbon, baja
paduan rendah berkekuatan tinggi dan baja paduan. Syarat umum yang diberikan
dalam ASTM (American Society for Testing and Materials) seperti :
a. Sifat mekanis ; harus dapat ditunjukan dari hasil uji tarik dari beberapa mutu
baja yang berbeda, menghasilkan besar tegangan leleh dan tegangan putus
b. Mempunyai sifat Elastisited ; dalam keadaan Elastis sempurna batang baja
menahan beban tertentu, apabila beban ditiadakan baja mempunyai
kesanguppan kembali seperti semula tanpa perubahan yang mengalami
merugikan.
c. Mempunyai sifat kekenyalan ; kesanggupan untuk menerima perubahan
bentuk pembebanan tertentu dan masih dapat kembali pada bentuk semula
tanpa menderita kerugian.
d. Mempunyai sifat kemungkinan dapat ditempa : dalam keadaan merah
padam (menjadi lembek dan plastis) bentuknya dapat diubah dengan tidak
mempengaruhi sifat mekanisnya
e.
f.
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
a.
Baut Hitam atau Baut Biasa ; untuk struktur ringan dsn sementara, sifat
sambungan tidak kaku.
b. Baut Mutu Tinggi ; untuk struktur permanen dengan beban relatif besar, sifat
sambungan kaku
c, Las Listrik dengan bahan isian Elektroda ; digunakan las dengan panas busur
listrik yang meleburkan bahan pengisi berupa Elektroda dan bahan dasar yang
akan disambung kekuatannya sama dengan bahan dasar yang disambung.
Elektroda yang digunakan spesifikasinya disesuaikan dengan bahan dasar yang
akan disambung,
3. Jenis Profil Yang Digunakan
Untuk keperluan batang elemen struktur jembatan baja tersebut digunakan
batang baja berbentuk profil yang dijual dipasaran atau dipesan khusus yang
disesuaikan dengan kebutuhan kekuatan terhadap beban kerja dan stabilitas
batang. Bentuk dan jenis profil yang digunakan seperti :
a. Untuk balok lentur diguanakan I.WF
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
b
lebar sayap (b) serta tebal dari badan profil (w). Sehingga profil I dibagi menjadi
I.WF, I.SF, I.MF
b. Untuk batang dengan profil ganda pada rangka batang digunakan Profil
Chanal
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
b
Profil ini merupakan profi standar dengan spesifkasi yang standar antara
tinggi,lebar sayap,tebal sayap dan tebal badan.
c. Untuk batang dengan profil ganda maupun tunggal pada rangka batang
digunakan Profil siku sama kaki atau tidak sama kaki
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
t
b
t
Beban kerja terfaktor yang bekerja harus lebih kecil dengan Kekuatan
Nominal tereduksi
Yaitu :
Beban (Ri)
diambil dari nilai yang disyaratkan dalam Buku SNI bagian 2 (Dengan
Kombinasi Pembeban yang Maksimum).
Besar nilia Factor reduksi kekuatan ( )
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
.....(3.3.2.1)
dimana:
Ag = luas penampang kotor
Ae = luas efektif penampang (lihat penjelasan berikutnya)
fx = tegangan leleh yang digunakan dalam desain
fu = kekuatan (batas) tarik yang digunakan dalam desain
Angka koefesien reduksi sebesar 0,75 untuk kondisi batas fraktur diambil
lebih kecil daripada untuk kondisi leleh, mengingat kondisi fraktur lebih
getas/berbahaya dan harus lebih dihindari. Penggunaan luas Ag pada kondisi batas
leleh dapat digunakan mengingat kelelehan plat pada daerah berlubang akan diikuti
oleh redistribusi tegangan di sekitarnya selama bahan masih cukup daktail (mampu
berfeformasi plastis cukup besar) sampai fraktur terjadi. Kondisi pasca leleh hanya
diijinkan terjadi pada daerah kecil/pendek di sekitar sambungan, karena kelelehan
pada seluruh batang akan menimbulkan perpindahan relatif antara kedua ujung batang
secara berlebihan dan elemen tidak mampu lagi berfungsi.
3.2.1.2. Penampang Efektif Ae
Pada daerah sambungan terjadi perlemahan elemen tarik akibat:
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Pada gambar di atas, bagian plat siku vertical memikul sebagian besar beban
transfer dari baut. Setelah melewati daerah transisi, pada jarak tertentu dari lokasi
lubang baut, barulah seluruh luas penampang dapat dianggap memikul tegangan tarik
secara merata. Keadaan ini sering disebut shear-lag. Oleh karena itu daerah
penampang siku vertikal mungkin dapat mencapai fraktur walaupun beban tarik P
belum mencapai harga Ag.fy.
Untuk mengantisipasi hal ini, maka dalam analisis kondisi batas fraktur
diagunakan luas enampang efektif, Ae:
Ae = A.U..................................(4.3.2.1)
dimana:
U
koefesien reduksi
x'
0,9 ...............................................
L
(5.3.2.1)
Harga U dibatasi sebesar 0,9; namun dapat diambil lebih besar dari nilai ini
apabila dapat dibuktikan dengan kriteria yang dapat diterima.
x : eksentrisitas sambungan
L : panjang sambungan dalam arah gaya, yaitu jarak terjauh antara dua baut
pada sambungan.
A : harga luas penampang yang ditentukan menurut kondisi elemen tarik
yang disambung, sebagai berikut:
Luas Penambang Bersih An:
a) Apabila gaya tarik disalurkan hanya oleh baut:
A = An = luas penampang bersih terkecil antara potongan 1 - 3 dan potongan 1-23
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
bersih)
1
u
P
P
u
Potongan 1-3
: An = Ag n d t
Potongan 1-2-3
: An Ag n d t
dimana :
S2 L
4 u
sumbu
komponen struktur
Dalam suatu potongan jumlah luas lubang tidak boleh melebihi 15% luas
penampang utuh.
b) Apabila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan plat,
atau oleh kombinasi las memanjang dan melintang:
1
Potongan 1-1
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
d) Gaya tarik disalurkan ke elemen plat oleh las memanjang sepanjang kedua sisi
bagian ujung elemen :
A = Aplat
l 2w
: U =1,0
2w l 1,5w
: U = 0,87
1,5w l 1w
: U = 0,75
Dimana:
w : lebar plat (jarak antar garis las)
l : panjang las memanjang
selain uraian tersebut di atas, ketentuan di bawah ini dapat digunakan:
1) Penampang (W, M, S pada AISC manual) dengan b/h > 2/3 atau penampang T
yang dipotong dari penampang I ini dan
2) Sambungan pada plat sayap dengan n baut > 3 per baris (arah gaya), U = 0,90
3) Seperti butir a., tetai untuk b/h < 2/3, termasuk penampang tersusun: U = 0,85
4) Semua penampang dengan banyak baut = 2 per-baris (arah gaya): U = 0,75
Penentuan x dan I untuk beberapa kasus penampang dan sambungan
ditunjukkan pada gambar-gambar berikut ini:
Gambar.3.2.e. (Susunan Sambungan Baut pada Batang Tarik Yang Mempengaruhi
harga x)
T
Struktur Baja Jembatan
62
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
x
l
Menentukan nilai x dan i di sambungan zigzag pada Profil Siku
x
x
kelangsingan
yang
dianjurkan
dalam
peraturan
ditentukan
< 300
dimana :
= L/I
Im in
.....(6.3.2.1)
A
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
S2
s
T
s
Pada gambar di atas, kegagalan dapat terjadi akibat robeknya daerah yang
diarsir. Mode kegagalan ditahan oleh penampang pada batas daerah yang diarsir
dengan kombinasi tegangan tarik pada penampang vertikal dan tegangan geser pada
penampang horizontal. Keruntuhan terjadi apabila kedua permukaan (vertikal dan
horizontal) telah mencapai kondisi batas. Terdapat dua tipe kondisi keruntuhan blok
geser, yaitu :
1. Pelelehan geser Fraktur tarik
Bila : fu Ant > 0,6fu Ans
t Nn = t (fu Ant + 0,6fy Ags).........................................................(7.3.2.1)
Struktur Baja Jembatan
64
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
dimana
Ant
Bidang geser
Ags
Ans
= (S1+S2-11/2).t +(S1+S2-11/2d).t
Selain itu, perlu pula diperiksa kuat blok plat ujung terhadap geser pada baut.
t Tn = t ( 0,6.fu )Ans.............................................................(9.3.2.1)
Struktur Baja Jembatan
65
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Disambung dengan las atau baut pada jarak interval tertentu sehingga
kelangsingannya untuk setiap komponen tidak melebihi 240.
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Pelat kopel yang disambung dengan baut harus menggunakan paling sedikit dua
buah baut yang diletakkan memanjang searah sumbu komponen struktur tarik.
An
Ac
Acc
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
h.
Luas irisan pada bagian ujung komponen struktur tarik di luar lubang pen, sejajar
atau di dalam sudut 450 dari sumbu aksis komponen struktur tarik, harus lebih
besar atau sama dengan luas bersih yang diperlukan oleh komponen struktur tarik.
Abb > An ................(11.3.2.1)
i.
Jumlah luas sebuah lubang pen, pada potongan tegak lurus sumbu aksis batang
tarik, harus lebih besar atau sama dengan 1,33 dikalikan dengan luas bersih yang
diperlukan oleh komponen struktur tarik.
Aaa + Acc > 1,33 An ....(12.3.2.1)
j.
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
3.2.1.7.
FLOWCHART DESAIN KOMPON BATANG
TARIK AKSIAL
Mulai
Analisa Struktur
Pembeban
Hitung Gaya Tarik akibat masing-masing beban yg bekerja :
ND ; NL ; NLR ; NR ; NW ; NE
Hitung Gaya tarik Ultimate Nu dari kombinasi yang paling
menentukann
Dari panjang
komponen L
Data Mutu
Baja : fy, fu
Data sambungan
Baut atau Las
i min
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Data Sambungan :
Baut : konfigurasi
& diameter baut
Las : Panjang las
Ae Aemin
tidak
Ya
Pemeriksaan
Kekompakan Profil
r
.Nnblok ujung
.Nnpenampang terpilih
Selesai
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
3.2.1.8
1.
Rangkuman
Penggunaan baja struktur yang paling efisien adalah sebagai batang tarik, yaitu
komponen struktur yang memikul/mentransfer gaya tarik antara dua titik pada
struktur. Seluruh kekuatan batang dapat dimobilisasikan secara optimal hingga
mencapai keruntuhan.
2.
Komponen struktur yang memikul gaya aksial tarik terfaktor, Nu, harus memenuhi
Nu . Nn
syarat :
3.
Kuat tarik rencana, .Nn ditentukan oleh dua kondisi batas yang mungkin dialami
batang tarik, yaitu dengan mengambil harga terkecil di antara:
a. Kondisi Leleh sepanjang batang:
. Nn = 0,9 Ag .fy
b. Kondisi Fraktur pada daerah sambungan:
. Nn = 0,75 Ae .fu
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
terobeknya suatu blok pelat baja pada daerah sambungan. Kegagalan ini dikenal
dengan blok shear repture
6. Terdapat dua tipe kondisi keruntuhan blok geser, yaitu :
a. Pelelehan geser Fraktur tarik
Bila : fu Ant > 0,6fu Ans
t Nn = t (fu Ant + 0,6fy Ags).
b. Fraktur geser Pelelehan tarik
Bila : fu Ant < 0,6fu Ans
t Nn = t (fy Agt + 0,6fu Ans)
7.
Selain itu, perlu pula diperiksa kuat blok geser plat ujung batang terhadap geser
pada baut. Dengan syarat yang harus dipenuhi adalah :
t Tn = t ( 0,6.fu )Ans
9.
< 240
< 300
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Rasio kelangsingan (rasio dari panjang tanpa topangan L dengan radius girasi
minimum r) tidak memberikan rigditas yang cukup.
Efek lentur yang dikombinasikan dengan perilaku tegangan membutuhkan
kekauan lateral yang lebih besar.
Masalah estetika.
10. Penggunaan Profil tersusun pada batang tarik harus menggunakan penghubung
antara elemen penampang yang berupa terali atau pelat kopel dengan persyaratan
yang ditentukan
Karena kedua plat yang disambung terbuat dari bahan yang sama, maka beban
rencana akan ditentukan oleh kuat tarik plat yang lebih kecil luas penampangnya,
yaitu plat 2x15.
Kriteria disain ; Nu Nn
Kekuatan pelat, Nn ditentukan dari kondisi batas leleh dan fraktur :
a. Kondisi Leleh sepanjang batang:
Nu = . Nn = 0,9 Ag .fy
Struktur Baja Jembatan
73
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
64,8 ton
= 0,75 . (2 x15)
Jadi U = 0,75
= 22,5 cm 2
67,5 ton
Dari hasil kedua nila kuat rencana (Nu) yang menentukan adalah nilai (Nu) yang
terkeci, yaitu pada kondisi pelat leleh
2. Desain Penampang
Gaya yang harus dipikul batang tarik sepanjang 10 meter, adalah :
Beban mati : Pd = 50 ton dan beban hidup : P1 = 40 ton.
Rencanakan penampang batang tarik yang terbuat dari penampang I .WF mutu F y
= 2400 kg/cm, fu= 4000kg/cm2 dengan kombinasi beban 1.4 Pd dan (1.2 Pd + 1.6
P1).
Jawab :
Beban rencana terfaktor, Nu:
Nu1
=1.4 Pd
=1.4(50 ton)
= 70 ton
Nu2
=1.2 Pd +1.6 P1 = 1.2 (50 ton) + 1.6 (40 ton) = 124 ton
Menhitung Ag minimum :
1. Kondisi leleh :
Nu = . Nn = 0,9 Ag .fy
124.00 = 0,9 . Ag. 2400
Ag min
124000
0,9 . 2400
57,41 Cm 2
2. Kondisi Fraktur :
Nu = . Nn = 0,75 Ae .fu = 0,75 . (An .U ). fu
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
124000
0,75. 0,9 . 4000
45,93 Cm 2
63.53 cm2
iy = 5.02 cm
OK
> 57.93cm2
> 4.17
Ok
OK (sedikit lebih boros)
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Selanjutnya Kekuatan tekan komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan
oleh :
A. Bahan :
a. Tegangan leleh
b. Tegangan sisa
c. Modulus elastis
ii.
Geometri :
a. Penampang
b. Panjang komponen
c. Kondisi ujung dan penopang
Selain itu Kondisi batas komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan
oleh :
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Sendi
Sendi
Lk
Sendi
Kc = 1
Jepit
Lk
Lk
Jepit
Kc = 0,7
Jepit
Kc = 0,5
Bebas
Lk
Jepit
Kc = 2
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Lk
200
r min
....................................................................................................(2.3.2.2)
b. AISC (B7) menyatakan : Kl/r preferably should not exceed 200
3.2.2.3. Kemungkinan Terjadinya Tekuk
Beberapa kemungkinan terjadinya tekuk akibat gaya aksial tekan yang
menyebabkan batang tidak setabil lagi adalah :
A. Tekuk Lokal
Tekuk lokal terjadi apabila pada komponen struktur akibat gaya tekan terjadi :
..............................................(3.3.2.2)
250
f y .....................................................(4.3.2.2)
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
kLx
..............(5.3.2.2)
ix
y
k.Lky
iy
.........(6.3.2.2)
m 2
l ........................(7.3.2.2)
2
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
iy
l
1,2
iy
l
l 50 (8.3.2.2)
1,2
Gambar. 3.2.j
Contoh Susunan Penampang
Batang Tekan Pada Rangka batang
l
Pelat Kopel
l
iy1
a
x1
y1
Pelat Kopel sebagai penghubung elemen penampang, harus kuat dan stabil.
Agar Pelat kopel stabil, harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Ip
10
I y1
a
l
Dimana
:
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
1
I p 2.
.t .h 3
12
....................(9.3.2.2)
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
A.L3d
zA L a3
d 1
(9.3.2.2.b)
...(9.3.2.2.c)
dengan pengertian:
l = kelangsingan komponen tersusun yang dihubungkan oleh unsur diagonal
A = luas penampang komponen struktur tersusun, dinyatakan dalam milimeter per
segi, (mm2);
Ad = luas penampang unsur diagonal, dinyatakan dalam milimeter per segi, (mm2);
Ld = panjang unsur diagonal, dinyatakan dalam milimeter, (mm);
Ll = panjang komponen struktur pada kedua ujungnya yang dibatasi oleh unsur
penghubung, dinyatakan dalam milimeter, (mm);
a = jarak antara dua pusat titik berat elemen komponen struktur, dinyatakan dalam
milimeter, (mm);
z = konstanta yang tercantum pada masing-masing gambar (Gambar 6).
Selanjutnya besar angka kelangsingan untuk profil tersusun yang jarak
Antara profil sama sengan tebal pelat simpulnya, dapat diambil besar jari-jari girasi
sebagai berikut :
a. Komponen struktur tersusun yang terdiri dari dua baja siku seperti pada Gambar 8a
dan 8b, hanya perlu dihitung terhadap tekuk pada arah sumbu bahan x-x;
b. Jika komponen struktur terdiri dari dua baja siku tidak sama kaki seperti pada
Gambar 8b maka dapat dipakai persamaan pendekatan sebagai berikut:
rx = 0,87.i0.
.....(9.3.2.2.d)
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
2 .E.I
.................................................................................
L2
(10.3.2.1)
dimana untuk batang sendi-sendi Lk = L , Maka dengan mengganti Bilangan L
dengan Lk, Rumus Tekuk Elastis Euler berlaku untuk semua kondisi batang sebagai
berikut :
N cr
2 .E.I
...............................................................................(11.3.2.1)
2
Lk
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
N cr 2 .E.I
2
f y Bila imin
Ag
Lk . Ag
I
Ag
maka :
fy
2
N cr 2 .E. imin
f cr
f
f
Dengan
y
cr
2
Ag
Lk .
fy
2 .E. imin
2
Lk .
= Faktor Tekuk
Maka dengan luas penampang batang Ag dan mutu Baja fy yang sama. Besar
fy
tergantung dari besarnya nilai
Kelangsingan Batang .
fy
Yaitu c
2 .E. imin = c 1 Lk
imin
2
Lk .
2
fy
E
.......(12.3.2.2)
Selanjutnya pada teori kekuatan batang tekan dengan Teori LRFD disyaratkan.
Batang tekan yang mengalami tekuk dikatakan kuat bila :
N u .N n ............(13.3.2.2)
0,85
fy
.........................(13.3.2.2)
Dengan ketenetuan :
untuk c
0,25
1 Lk
imin
fy
E
......................(14.3.2.2)
1
Struktur Baja Jembatan
85
Juruan Teknik Sipil
BANDUNG
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
0,25 c 1,2
1,43
...........
1,6 0,67 . c
(15.3.2.2)
Pada Kondisi ini, Kekuatan Batang Tekan mencapai pada Kekuatan Inelastis
untuk
c 1,2
= 1,25c2 ..........(16.3.2.2)
Pada Kondisi ini, Kekuatan Batang Tekan mencapai pada Kekuatan Elastis
Moeljono
POLITEKNIK NEGERI
Analisa Struktur
Pembeban
Hitung Gaya Tekan akibat masing-masing beban yg bekerja :
ND ; NL ; NLR ; NR ; NW ; NE
Hitung Gaya Tekan Ultimate Nu dari kombinasi yang paling
Hitung Nn yang dibutuhkan
Nu
imin
Hitung
ix min
Iy min
=
200
200
=
Lky
200
(kL) y
200
ix ix min
iy ix min
imin
=r
85
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Pemeriksaan
Kekompakan penampang
Profil
r
tidak
Ya
Nux Ag . f crx
fy
Nuxy Ag . f cry
. Ag
fy
. Ag
N ult Ag . f clt
f cry f crz
2 .H
Ag .
4 f cry . f crz .H
cry
f crz
.Nn Terpilih
.NnYang diperlukan
akibat beban kerja
Selesai
3.2.2.7. Rangkuman :
Struktur Baja Jembatan
86
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
1. Suatu elemen direncanakan hanya memikul gaya tekan apabila kekakuan tekuknya
dapat dipertanggungjawabkan pada berbagai kondisi tekuk.
2. Kekuatan tekan komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan oleh :
a. Bahan : Tegangan leleh , Tegangan sisa, Modulus elastis
b. Geometri :
Penampang
Panjang komponen
Kondisi ujung dan penopang
Selain itu Kondisi batas komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan
oleh
3. Faktor panjang tekuk ditentukan tidak kurang dari panjang teoritisnya dari as-ke-as
sambungan dengan komponen struktur lainnya. Dengan panjang tekuk =
L k = Kc . l > l .
4. Batas kelangsingan batang komponen struktur tekan dibatasi pada angka
kelangsingan yang ditetapkan menurut teori perencanaan yang digunakan seperti
berikut :
Lk
200
r min
5. Kemungkinan Terjadinya Tekuk akibat gaya aksial tekan yang menyebabkan batang
tidak setabil lagi adalah :
plat.
87
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
250
fy
B. Tekuk Lentur
Tekuk lentur yang diperhitungkan pada komponen struktur akibat gaya dengan
N u .N n
syarat :
Dimana :
0,85
N n Ag f er Ag
fy
1 Lk
imin
fy
E
1,43
1,6 0,67 . c
= 1,25c2
88
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
1. Tentukan gaya aksial terpaktor (Nu = .Nn) dari batang tekan profil I.WF.450.300
dibawah ini (mutu baja fy = 250 MPa)
4.m
Nu
JAWAB :
Profil yang digunakan IWF 450.300.10.15 dengan besaran penampang sebagai berikut :
A
= 135 cm2
ix
= 18,6 cm
iy
= 7,04 cm
17,2
ix
18,8
Lk
320
45,45
iy
7,04
Dari rasio kelangsingan didapat tekuk terjadi pada arah sumbu y-y (=sumbu lemah)
Karena
Lk
iy
Lk
ix
b) Menentukan c
1 Lk
.
iy
fy
E
1
250
. (45,45)
0,511
200000
89
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
b
2t
r =
299
9,97
2 x15
250
fy
250
15,81
250
f < r
Besaran penampang
Ag = 655 mm2
ix = 18,7 mm
ic = 20,0 mm
90
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Ix = 230000 mm2
iy = 11,1 mm
Iy = 80700 mm2
e = 10,5 mm
i = 8,5 mm
40 00
35
20
35
Besaran penampang
Ag = 620 mm2
ix = 15 mm
91
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Ix = 141000 mm2
iy = 10,4 mm
Iy = 67000 mm2
e = 13,3 mm
92
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Balok adalah elemen struktur yang menahan beban transversal, pada umumnya
yang disebut balok selalu dalam posisi horizontal, pada struktur jembatan yang
termasuk balok lentur adalah ; Gelagar Induk dari Jembatan Balok Girder, Gelagar
memanjang dan Gelagar Melintang dari Jembatan Rangka batang, Balok Diafragma
yang merupakan elemen pengaku.
93
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Sebagai pendahuluan pembahasan kita tinjau tegangan lentur pada balok persegi
Gambar 3.3.a. Asumsikan bahwa flens tekan balok dikenang secara menerus terhadap
tekuk lateral. Tekuk lateral dibahas secara khusus dalam Bab lain.
Jika suatu balok mendapat momen lentur, tegangan pada setiap titik dapat
dihitung dari rumus :
fb
M .Yc
.....................................................................(1.3.3)
I
Perlu diingat bahwa rumus ini hanya dapat digunakan jika tegangan yang terjadi pada
balok masih dibawah batas elastis. Rumus ini didasarkan pada asumsi ::
Dan lain-lain.
Nilan
I
yc
fb
M
...(2.3.3)
S
Pada awalnya, jika momen diberikan pada balok tegangan akan berubah secara
linier dari sumbu netral ke serat ekstrim. Kondisi ini diperlihatkan dalam Gambar 3.3.a
(b), jika momen meningkat, tegangan akan terus bertambah secara linier hingga
tegangan leleh tercapai pada serat terluar, seperti yang diberikan dalam Gambar 3.3.a
(c) Momen leleh dari suatu penampang didefinisikan sebagai momen yang akan
menghasilkan tegangan leleh pada serat terluar penampang.
fb
(a)
Fy
Fy
Fy
Fy
fb
Fy
Fy
Fy
Fy .
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Jika momen pada suatu balok baja daktil ditingkatkan sehingga melebihi
momen leleh pada serat terluar maka tegangan pada serta tersebut akan tetap yaitu
sebesar tegangaan lelehnya dan momen tahanan tambahan akan diberikan oleh serat
Struktur Baja Jembatan
94
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
yang dekat dengan sumbu netral. Proses yang diperlihatkan dalam Gambar 3.3.a (d)
dan (e), akhirnya seluruh penampang mencapai tegangan leleh seperti pada Gambar
3.3.a (f). Perhatikan bahwa perubahan regangan dari sumbu netral ke serat terjauh tetap
linier untuk seluruh kasus di atas. Jika distribusi tegangan telah mencapai tahap ini
maka akan terbentuk satu sendi plastis karena tidak ada lagi momen yang dpat ditahan
pada penampang tersebut. Jika ditambahkan momen luar pada penampang tersebut
maka balok akan berotasi dengan sedikit penambahan tegangan.
Momen plastis adalah momen yang menghasilkan plastisitas penuh pada
penampang balok dan membentuk sendi plastis. Perbandingan antara momen plastis
Mp terhadap momen leleh My disebut faktor bentuk shape factor). Nilai faktor bentuk
untuk penampang persegi adalah 1,50 dan untuk profil W,S,M berkisar antara 1,10 dan
1,20.
95
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
leleh
M y Fy .
b.d 2
.
6
I
b.d 2
atau
untuk penampang persegi. Maka momen
c
6
............................................................................................
(3.3.3)
Hasil yang sama dapat diperoleh dengan meninjau momen kopel penampang yang
diperlihatkan dalam Gambar .3.3.b
b
fy
C
d
2/3.d
T
fy
Gambar. 3.3.b Penampang Persegi dengan Momen Kopel dalam Kondisi Elastis
fy
C
d
.d
T
fy
Momen tahanan sama dengan T atau C dikalikan dengan lengan momen, yaitu :
My = T .
2
1 1
2
d b . d . fy . d
.b . d 2 . fy Terlihat bahwa dengan
3
2 2
3
cara ini didapat nilai modulus penampang elastis yang sama untuk penampang persegi,
Sx
yaitu
1
. b .d 2
6
.(4.3.3)
Struktur Baja Jembatan
96
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Momen tahanan pada plastis penuh dapat ditentukan dengan cara yang sama.
Hasil yang didapat disebut momen plastis, Mp. Nilai ini juga momen nominal
penampang Menghitung. Momen plastis atau nominal ini sama dengan T atau C
dikalikan dengan lengan momen. Untuk penampang persegi dalam Gambar 3.3.c. nilai
tersebut adalah :
Mp = Mn = T .
1
1
1
d b . d . fy . d
. b . d 2 . fy ..
2
2
2
1
. b .d 2 .
4
..
(5.3.3)
Faktor bentuknya Mp / My, adalah Fy.Z / Fy.S atau Z / S adalah
1
b.d 2
6
1,50 .
1
2
b.d
4
(6.3.3)
Hal ini menunjukkan bahwa modulus plastis sama dengan statis momen dari luas
penampang tertarik dan tertekan terhadap sumbu netral. Kecuali
jika penampang
simetris, sumbu netral untuk kondisi plastis tidak akan berada pada lokasi yang sama
dengan sumbu netral kondisi elastis. Tegangan tekan dalam harus sama dengan
tegangan tekan akibat beban luar. Karena diasumsikan bahwa semua serat mempunai
tegangan yang sama pada kondisi plastis yaitu sebesar Fy, maka luas daerah diatas dan
dibawah sendi
plastis harus sama. Hal ini tidak berlaku untuk penampang tidak simetris pada kondisi
elastis.
97
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
inersia bagian yang tertekan terhadap sumbu vertical (sumbu y) akan lebih kecil
dibandingkan momen inersia terhadap sumbu x, maka apabila pada balok
tidak
diberikan sokongan lateral terhadap sumbu y, balok akan mengalami tekuk lateral
akibat beban yang lebih kecil seperti pada gambar.3.3.d berikut
Y
Gambar.3.3.d. Balok Akibat Momen Lentur
Pada bab ini kekuatan balok ditinjau pada tekuk lateral dengan berbagai kondisi
sokong lateral yaitu pada Jarak sokong lateral Pendek, Jarak sokong lateral Sedang dan
Jarak sokong lateral Panjang, dengan kondisi penampang elemen bagian tertekan
bersifat Kompak .
Dalam Gambar 3.3.e diperlihatkan kurva yang menghubungkan besar momen
tekuk atau momen tahanan nominal balok terhadap panjang jarak sokongan lateral.
Mp
My
Mcr
Zona I
Lb < Lp
Zona II
Lp < Lb < Lr
Zona III
Lb > Lr .
98
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Dari Gambar 3.3.e. Momen Nominal sebagai Fungsi dari Panjang Tanpa
Sokongan pada Flens Tekan terlihat bahwa balok mempunyai tiga daerah tekuk
tergantung pada kondisi sokongan lateral yang diberikan. Jika pada balok diberikan
sokongan lateral menerus atau pada jarak yang pendek, maka balok akan menekuk
secara plastis dan termasuk dalam tekuk Zona 1. Dengan bertambahnya jarak sokongan
lateral, balok akan runtuh secara inelastic pada momen yang lebih kecil dan termasuk
dalam tekuk Zona 2, demikian seterusnya bila jarak sokong lateral ditambah terus,
balok kan runtuh secara elastis dan termasuk dalam tekuk Zona 3.
Besar batasan jarak sokong lateral Lp dan Lr ditentukan dengan rumus :
a. Untuk Profil I. WF dan chanal :
E
fy
L p 1,76.ry
X
L r ry 1
f
1
..(7.3.3)
1 1 X . f 2 (8.3.3)
2 L
Dimana :
f L f y fr
ry
S
G
.J
E.G.J . A
2
X1
S
Iy
A
X 2 4
Iw
Iy
J.A
Mp
.........(9.3.3)
J .A
Lr 2 . E . ry
Mr
Jika pada flens tekan dikekang penuh sepanjang bentang secara lateral , pada
balok tidak akan terjadi tekuk Lateral melainkan terjadi Tekuk Lokal yang dipengaruhi
Struktur Baja Jembatan
99
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
oleh kondisi sifat penampang elemen tertekan serti pada ilustrasi gambar.3.3.f. di
bawah .
- KOMPAK
- TIDAK KOMPAK
- LANGSING
Dimana batasan pada kondisi sifat penampang ini ditetapkan sebagai berikut :
(
b
p ) .....(10.3.3)
t
( p
b
r ) ......................
t
(11.3.3)
b
r ).............................(12.3.3)
t
Dimana :
Nilai p =
170
fy
dan
r =
370
fy fr
...................................................(13.3.3)
100
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Mp
My
Mcr
Kompak
b < p
> r .
Gambar 3.3.g Grafik Momen Nominal sebagai Fungsi dari Sifat kondisi penampang
Flens Tekan
Mn = MP = Fy . Z ......(13.3.3)
101
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
2). Penampang pada kondisi tidak kompak, maka besar momen nominal
penampang balok tersebut diambil :
p
Mn Mp Mp Mr
r p ............................................................(14.3.3)
3). Penampang pada kondisi Langsing, maka besar momen nominal penampang balok
tersebut diambil :
r
Mn Mr
......................................................................................(15.3.3)
102
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Dengan kata lain, sokongan yang ada tidak cukup bagi balok untuk mencapai distribusi
regangan plastis penuh sebelum terjadi tekuk.
Adanya tegangan residual menyebabkan leleh dimulai pada penampang yang
mendapat tegangan sama dengan Fy Fr dimana Fy adalah tegangan leleh web dan Fr
adalah tegangan tekan residual yang diasumsikan sama dengan 10 ksi untuk profil hasil
rol (cetakan) dan 16,5ksi untuk profil hasil pengelasan.
Dalam rumus menentukan besarnya Momen tahanan Inelastis yang akan
diberikan untuk tekuk inelastic dan tekuk elastis, akan dimasukkan nilai koefisien
momen Cb. Yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi tumpuan dan beban pada elemen.
Sebagai ilustrasi diperlihatkan momen dalam balok tanpa sokongan pada
Gambar.3.3.h menghasilkan kondisi flens tekan yang lebih buruk dibandingkan dengan
momen dalam balok tanpa sokongan pada Gambar.3.3.i. Salah satu alasannya adalah
flens atas dari balok (a) menerima tekan pada seluruh panjangnya, sedangkan balok (b)
flens yang tertekan hanya sebagian saja.
Kelengkungan
Sehingga untuk balok tumpuan sederhana pada (a), Cb diambil sama dengan 1,0
sedangkan untuk balok (b) diambil lebih besar 1,0. Persamaan kapasitas momen untuk
Zona 2 dan 3 dikembangkan untuk balok tanpa sokongan lateral dengan kelengkungan
tunggal dimana Cb = 1,0. Seringkali balok tidak melentur dengan satu kelengkungan
sehingga balok dapat memikul momen lebih tinggi. Hal ini telah diperlihatkan dalam
Gambar.3.5.7.b. Untuk mengatasi masalah ini, spesifikasi LRFD memberikan koefesien
momen Cb lebih besar. Jika perencana selalu menggunakan Cb = 1,0 maka yang
bersangkutan kehilangan kesempatan untuk melakukan penghematan. Secara umum
besarnya Cb dihitung dengan rumus :
Struktur Baja Jembatan
103
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
12,5. M max
2,3
2,5 . M max 3. M A 4 . M B 3. M C
.(16.3.3)
Cb
Mmax adalah momen terbesar dalam segmen tanpa sokongan suatu balok, sedangkan
MA, MB dan MC masing-masing adalah momen pada jarak ,1/2, dan segmen
tanpa sokong balok tersebut.seperti dijelaskan pada gambar.3.3. berikut
Gambar. 3.3.j
Penyebaran
momen pada
elemen balok
tanpa sokong
samping
Mmax
MA
MB
MC
Besarnya Momen Nominal Balok pada Tekuk Lateral Inelastis ini ditetapkan dengan
rumus :
Mn C
Mp Mp Mr
........................................(17.3.3)
Lr L
Lr Lp
C.
104
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Menurut Spesifikasi LRFD, jika jarak sokongan lateral flens tekan balok lebih
besar dari Lr penampang akan menekuk secara elastis sebelum tegangan leleh tercapai
pada satu titik penampang. Momen kritis atau momen lentur-torsi M cr dalam suatu
balok akan terdiri dari tahanan torsi dan tahanan warving dari penampang. Spesifikasi
LRFD memberikan persamaan untuk menentukan momen tekuk lentur torsi, M cr.
Rumus tersebut adalah :
M cr C
b L
b
.E
E . I y . G . J
I y .I w
(18.3.3)
Atau dapat ditentukan dengan bentuk rumus lain :
M cr
C .S x . X . 2
b
1
L / ry
b
X 2 .X
1
2 (19.3.3)
2(L b / ry ) 2
Dimana :
G
= Modullus Elastis
Iw
80.000 Mpa
= 200.000 Mpa
(mm4)
(mm4)
3.3.5.3. Kekuatan Web dan Flens Balok Akibat Geser dan Beban Terpusat
Akibat beban lentur pada balok akan terjadi gaya geser karena tertariknya serat
dibagian bawah dan memendek di bgian atas, Pada umumnya gaya geser bukan hal
yang menimbulkan masalah dalam balok profil, karena bagian badan profil mqampu
menahan gaya geser yang cukup besar. Namun ada bebrapa kondisi yang menyebabkan
gaya geser cukup penting antara lain :
3. Beban terpusat berada ditempatkan didekat tumpuan, maka gaya geser akan
meningkat tanpa peningkatan momen lentur
4. Pada pertemuan dua elemen yang kaku dimana pelat badan terletak pada bidang
yang sama
5. Pada bagian pelat badan dipotong atau diberi takikan
6. Struktur balok dengan bentang yang relative pendek
7. Jika pelat badan profil terlalu tipis.
Struktur Baja Jembatan
105
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Rumus yang sudah banyak dikenal untuk menghitung tegangan geser pada balok tanpa
menerima gaya luar torsi adalah :
fv
V .Q
b . I .
(20.3.3)
Dimana :
V
Dari Grafik tegangan geser seperti pada gambar 3.3.j di bawah ini
Gambar 3.3.k Grafik tegangan geser
Besar
h
tw
adalah
1,10
kn . E
fy
..(21.3.3)
: Vn 0,6 . f y . A w
(22.3.3)
2. Pelat Badan Tertekuk Inelastis jika :
1,10
kn . E
h
1,37
fy
tw
kn . E
(23.3.3)
fy
Vn 0,6 .f y . A w 1,10
k n . E
1
....(24.3.3)
f y h / t w
106
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
h
tw
1,37
kn . E
fy
.(25.3.3)
0,9 . A
.k
h / t w
n
2
.E
(26.3.3)
Dimana :
kn 5
5
a / h 2
Vu . Vn ....(27.3.3)
Akibat beban terpusat baik pada daerah tumpuan maupun pada daerah perletakan
balok anak, harus dikontrol terjadinya kerusakan local pada pelat badan, yang harus
dipenuhi syarat :
Ru . Rn ..(28.3.3)
Besar Rn dihitung dengan ketentuan :
1. Di daerah Tumpuan :
Rn = (5.k + N) fy . tw.....(29.3.3)
2. Di daerah Perletakan Balok anak :
Rn = (2,5.k + N) fy . tw .....(30.3.3)
Besar Ru dihitung dengan ketentuan :
Ru = (R x Ri)
Dimana :
K = Tebal Pelat sayap + jari2 peralihan
N = Lebar perletakan
Ri = Faktor beban
R
= Beban Kerja
R
k
107
Juruan Teknik Sipil
R
N
Moeljono
N+5.k
3.3.6.Rangkuma
1. Pada PERENCANAAN BALOK MOMEN LENTUR Perilaku Penampang
Balok akibat Lentur, yang biasanya profil balok memiliki harga momen Inesia
Ix lebih besar dibanding momen Inersia Iy pada sumbu lemah y-y. Maka
terjadi kemungkinan :
Jika tidak diberikan sokongan lateral terhadap sumbu y maka balok akan
mengalami tekuk lateral (Lateral Buckling).
Bila Lateral Buckling berlanjut atau dengan sokong samping penuh, balok
mengalami perubahan bentuk (Penampang Kompak / Tidak Kompak)
2. Maka dalam perencanaan Penampang balok dibedakan :
a. Balok diasumsikan mempunyai sokongan lateral menerus pada flens tekan
....(0 = Lb)
Struktur Baja Jembatan
108
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Kondisi
ini akan
mempen
garuhi
besar
momen
nominal
(Mn)
3. Besar Momen Nominal (Mn) sebagai Fungsi dari Kondisi Penampang pada
Balok Sokong Penuh :
Penampang Balok dikatakan Kompak Bila dipenuhi p
Besar Mn = Mp = 1,12.Sx.fy
Penampang Balok dikatakan Tidak Kompak Bila r > > p
Besar Mn =
p`
Cb Mp ( Mp Mr )
Mp
109
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
110
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
6. Besar Momen Nominal (Mn) sebagai Fungsi dari Panjang Sokong Lateral
pada Flens Tekan Tanpa Sokongan :
Lentur Plastis (Zona. 1) (0 = Lb < Lp)
.. (Mn = Mp)
111
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Lb Lp
Mn = Cb Mp ( Mp Mr ) Lr Lp Mp
Cb .S x . X 1. 2
Lb
ry
x1.x2
2
Lb 2
ry
112
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
113
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
8.
210000
Nm
110000 Nm
114
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Penyelesaian :
1
3
MA =
1
210000 110000 225000 65000 Nm
2
MB =
3
1
MC =
Mu= 210.000 Nm
ANGGAP PENAMPANG KOMPAK DGN KONDISI PLASTIS :
Mu < Mn
Mn 1,12*Sx*fy
=0,9
1,12 koefesien penampang plastik untuk profil WF
fy = 275 Mpa 2750 kg/cm2 (salah satu mutu baja yang ada di pasaran
210.000 = 0,9 . 1,12 . Sx . 275
Sx
210000
757, 576 Cm 2
0,9 * 1,12 * 275
b = 200 mm
Ix = 23700 cm4
tr = 13 mm
Iy = 1740 cm4
h = 400 mm
rx = 16,8 cm
tw = 8 mm
ry = 4,54 cm
r = 16 mm
115
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
200
7,69
2 * 13
400 2 *13 2 * 16
42,7
8
170
1680
101,31 (pelat badan)
275
275
= 0,9*1,12*1190*2750
= 3298680 kg cm
= 330000 Nm > 210000 Nm OK
Pemeriksaan pengaruh panjang bentang
Misalkan tidak ada penyokong/ literal diantara tumpuan, jadi Lb = 600 cm
Maka didapat :
E
200000
1,76 * 4,54
215,5cm 600cm
fy
275
L p 1,76ry
Lr
x1
x1 ry
1 1 x2 ( f L ) 2
fL
Sx
EGJA
2
S
x 2 4 x
GJ
Iw
Iy
1
1
Iw I yk 24
G = 80000 Mpa 80000 kg/cm2
Struktur Baja Jembatan
116
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
fL = f y
x1
Sx
EGJA
2
1190
2
S
x 2 4 x
GJ
Lr
= 1925 MPa
2
I w 24
1190
40 2
4
*
Iy
800000 * 36,12
4
130142,7 * 4,5
1 1 2,7 * 10 6 (1925) 2 637,8cm
1925
Lr L
Mn Cb Mp Mp Mr
L r L p
12,5 * 210000
2,5 * 210000 3 * ( 33750) 4 * 65000 3(16250)
Cb
12,5 * 210000
8,27 2,3
317500
Cb = 2,3
Mr = 1190 * 1925 = 2290750 kg cm
= 229075 Nm
Didapat :
637,8 600
= 55169 Nm > Mp
Jadi Mn = 366520 Nm
Syarat Balok aman : Mu < Mp
210000 Nm
< 0,9*366520 Nm
< 32988 Nm
(OK)
fy
6,36
h
400
50
tw
8
200000
171
275
117
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
h
6,36 E
fy
w
periksaan geser
Vu = 20,5 tm = 205 kN
kn = 5 (asumsi tidak ada pengaku vertikal)
1,10
kn E
5 * 200000
1,1
66,33
fy
275
k E
h
1,1 n
tw
fy
= 52800 kg
Vu = 20,5 tm
20500 < 0,9 * 52800 kg
(OK)
= 276705 Nm
Mu < Mf
210000 < 0,9 * 276705
< 249034,5 Nm
(OK)
118
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
3.3.5.5.
Latihan Soal
Rencanakan dimensi balok bila balok diletakkan pada tumpuan sendi dan
rol (Balok sederhana) dengan beban merata termasuk berat sendiri (q = 4,75
ton/m) dan beban hidup berjalan q = 2,2 ton/m P = 8 ton. Bentang Balok L
= 7 m . Baja yang digunakan mutu BJ.37
119
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
120
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
121
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
122
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
123
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
124
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
125
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
126
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
PERENCANAAN STRUKTUR
SAMBUNGAN
BAB
ILUSTRASI
127
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
bekerja
dengan
mekanisme
yang
direncanakan
dengan
Gambar. 4.1.a
Rangkaian Struktur Jembatan
Rangka Batang
Struktur Baja Jembatan
128
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Dalam struktur jembatan baja, untuk menyambung satu bagian konstruksi dengan
bagian konstruksi yang lain, diperlukan konstruksi sambungan dan alat sambung yang
sesuai dengan strukturnya dan dapat menerima beban yang bekerja serta mentransfer
beban tersebut dari bagian konstruksi yang lain (misal sambungan antara Batang
Rangka dan Gelagar melintang pada Jembatan Rangka batang atau sambungan pada
titik simpul batang rnagka.)
129
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Baut dengan Ulir Penuh : Seluruh panjang batang Baut diulir penuh, sehingga
dibagian bidang geser penampang baut harus diperhitungkan pada penampang
dengan diameter dalam ulir / diameter Kren (du) .
Baut dengan Ulir sebagian : Bagian yang diulir hanya sebagian (bagian bidang
geser utuh tidak diperhitungkan pada penampang dengan diameter luar ulir
/diameter nominal (dn).
du
dn
du
Pada kepala baut biasanya ditulis kode mutu baut, yang menunjukkan besar
tegangan leleh minimum baut seperti 4.6 atau 4,8, yang artinya :
Kode 4,6 = Baut Dengan Tegangan leleh = 4,6.100 2.400 Kf / cm 2
Kode 4,8 = Baut Dengan Tegangan leleh = 4.8.100 3.200 Kg / cm 2
Ukuran Baut hitam yang sering dipergunakan dalam struktur baja dapat diambil
seperti dalam Tabel berikut
Diameter Nominal (dn)
Inch
Mm
.3/8
.1/2
.5/8
.3/4
.7/8
1
1,5
9,52
12,70
15,87
19,05
22,22
25,40
38,10
Tinggi
Diameter
KODE
Mur (mm)
9
13
16
19
22
25
38
Inti (du) mm
7,49
9,99
12,92
15,80
18,61
21,34
32,68
M10
M12
M16
M20
M22
M 25
M38
130
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
du
A.490
Panjang Baut
Berikut adalah Daftar Kekuatan Tarik Baut Mutu Tinggi A 325 dan A 490
dengan beberapa diameter nominal :
Diameter
Nominal (D)
Inch
.1/2
.5/8
.3/4
.7/8
1
.9/8
.5/4
.11/8
.3/2
Mm
12,7
16
19
22
25,4
29
32
35
38
Kepala Baut
H
PjU
.5/16
1
25/64
.4/5
15/32
.11/8
35/64
.3/2
39/64
.7/4
.11/16
2
25/32
2
27/32
2
15/16
.9/4
Mur
W
1
17/16
.5/4
23/16
.13/8
29/16
2
2
.11/8
H
.7/8
39/64
47/64
55/64
63/64
1 17/64
1 17/32
1 11/32
1 15/32
Kekuatan Tarik
(KN)
A325
A490
(KN)
(KN)
53
67
85
107
125
156
173
218
227
285
249
356
316
454
378
538
458
658
TABEL. 4.1.b. Besar Ukuran dan Kekuatan Tarik Baut Mutu Tinggi
131
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
cukup tempat.
Penempatan susunan baut memperhatikan arah gaya yang ditahan oleh kelompok baut
tersebut, terutama pada susunan baut yang dibuat silang seperti pada gambar berikut,
luas bidang efektif pada batang yang disembung dihitung sepanjang garis kritis (garis
selang-seling)
132
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
4.1.2.4, Lubang-lubang
Diameter nominal lubang yang selesai harus 2 mm lebih besar dari diameter
nominal baut untuk baut dengan diameter tidak melebihi 24 mm. dan tidak lebih dari 3
mm lebih besar untuk baut dengan diameter lebih besar.
Lubang yang kebesaran dapat digunakan dalam tiap atau semua pelat lapis dari
hubungan tumpuan atau gesek dengan syarat bahwa dipasang pelat cincin ketas diatas
Struktur Baja Jembatan
133
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
lubang kebesaran yaitu dibawah kepala baut dan mur. Diameter lubang kebesaran tidak
boleh melebihi nilai terbesar dari.
1.25 df atau df + 8 mm
Lubang sela pendek dapat digunakan dalam tiap atau semua pelat lapis dari
hubungan tumpuan atau gesek, dengan syarat bahwa di pasang pelat cincin keras diatas
lubang sela yaitu dibawah kepala baut dan mur. Lubang sela pendek tidak boleh lebih
paniang dari nilai terbesar:
1.33 df atau df + 10 mm
Lubang sela panjang hanya dapat digunakan dalam pelat lapis bergantian dalam
hubungan tumpuan atau gesek dengan syarat bahwa digunakan pelat cincin dengan
tebal minimum 8 mm untuk menutup seluruh lubang sela panjang dibawah kepala baut
dan murnya. Lubang sela paniang tidak boleh lebih paniang dari 2.5 df.
Hubungan yang memikul gaya geser dapat mempunyai lubang kebesaranm, sela
pendek atau sela panjang dengan pembatasan berikut:
i. sambungan gesek -tidak dibatasi
ii. sambungan tumpuan - lubang seta hanya boleh digunakan bila hubungan tidak
dibebani eksentris dan bila baut dapat menumpu merata, dan bila seta adalah tegak
lurus pada arah beban.
134
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
c. Pada Pelat Putus, sudah diperhitungkan pada perencanaan dimensi batang, sehingga
pada kekuatan sambungan tidak perlu ditinjau.
Gambar berikut menunjukan beberapa kemungkinan kerusakan yang terjadi pada
daerah sambungan yang harus diperhatikan
Bolt Areas
Luas Baut
mm2
AC (2)
At (2)
Ao (2)
M16
144
157
201
M20
225
245
314
M24
324
353
452
M30
519
561
706
M36
759
817
1016
135
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Catatan
M16
M20
M24
M30
M36
95
145
210
335
490
dengan:
fuf =
kr =
nn =
Ac =
nx =
Ao =
136
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
= diameter baut
tp
BMS
nei = Jumlah permukaan antara efektip
Nti =
k h = faktor untuk berbagai jenis baut, seperti spesifikasi dalam pasal 7.12.6.5;
Buku.7 BMS
= 1.0
= 0.85
= 0.70
137
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
4.1.4. Rangkuman :
1. sambungan pada struktur baja dibedakan menjadi :
a. Sambungan Kaku adalah sambungan yang memilki kekakuan yang cukup
untuk mempertahankan sudut-sudut anara elemen yang disambung terhadap
beban kerja.
b. Sambungan Semi Kaku adalah sambungan yang tidak memilki kekakuan
cukup untuk mempertahankan sudut-sudut anara elemen yang disambung
terhadap beban kerja. Tetapi memilki kapasitas yang cukup untuk memberikan
kekangan yang dapat diukur terhadap besarnya perubahan sudut-sudut antara
elemen struktur.
c. Sambungan Sederhana adalah sambungan yang tidak memilki kekakuan untuk
mempertahankan perubahan sudut-sudut elemen struktur. Sambungan yang
demikian ini tidak bisa menerima momen.
2. Pada dasarnya suatu struktur sambungan terdiri dari :
a. Komponen struktur yang disambung, berupa Balok, kolom, ataupun Batang
Tekan dan Batang Tarik
b. Alat Penyambung dapat berupa Pengencang (fastener), Baut Biasa (ordinary
Bolts), Baut Mutu Tinggi (high streength bolts), sambungan dengan las (wled)
serta yang sudah jarang digunakan Paku keling (rivet)
c. Elemen Penyambung berupa pelat buhul atau pelat/profil penyambung
3. Ada dua jenis Baut yang sering digunakan antara lain :
a.Baut Biasa / Baut Hitam
b.Baut Mutu Tinggi
4. Sambungan harus memenuhi syarat yaitu :
cukup kuat.
cukup rapat dan
cukup tempat.
Struktur Baja Jembatan
138
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
5. Penempatan susunan baut memperhatikan arah gaya yang ditahan oleh kelompok
baut tersebut.
6. jumlah
baut sejajar dengan arah garis kerja beban harus mempunyai jumlah
minimum dua baut. Dan maksimum lima Baut, dengan susunan sebagai berikut :
7. Jarak maksimum antara baut tepi dengan ujung pelat yang disambung harus sebesar
12 dikali tebal pelat lapis luar tertipis dalam sambungan atau 1,5 kali diameter baut,
tetapi tidak boleh melebihi 150 mm.
Jarak maksimum antara as baut tidak boleh lebih dari 7 kali diameter baut atau 15
kali tebal pelat tertipis yang disambung .
Jarak minimum antara as baut tidak boleh kurang dari 3 kali diameter baut atau 12
kali
139
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
U
U = Jarak Baut ke tepi Pelat yang disambung
S = Jarak antara Asa baut
7. Kekuatan Nominal Baut hars ditinjau terhadap tiga kemungkinan kerusakan sebagai
berikut
a. Pada Baut Putus, Kekuatan Sambungan dihitung terhadap kekuatan Geser
Penampang Baut.( Pada kekuatan ini sambungan dibagi dua tipe geser, yaitu ;
Geser Tungal dengan luas penampang bidang geser = Satu luas penampang baut
dan Geser Ganda dengan luas bidang geser (m) kali luas penampang baut.
b. Pada Pelat rusak, Kekuatan Baut dihitung terhadap kekuatan Tumpu (Desak)
bagian tertipis dari Pelat yang disambung
c. Pada Pelat Putus, sudah diperhitungkan pada perencanaan dimensi batang,
sehingga pada kekuatan sambungan tidak perlu ditinjau.
140
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Rnt = At fuf
Rnb = ae tp fup
D. Kekuatan Geser Nominal Baut dalam Hubungan Gesek
Kekuatan ini hanya didapat dari sambungan yang menggunakan Baut Mutu
Tinggi yang dilaksanakan pengencangannya dengan menggunakan kunci Torsi.
Kekuatan geser nominal baut dalam hubungan gesek, R af, harus dihitung sebagai
berikut:
141
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
142
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
143
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
144
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
145
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
didapatkan jumlah baut yang efisien dan susunan letak baut yang efektif berdasarkan
besar dan sifat beben yang bekerja
4.2.2.1. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Sentris
Pada sambungan ini merupakan analisa kekuatan sambungan yang peling
sederhana, dengan sifat beban yang sentris pada sambungan ini, jumlah kebutuhan baut
yang diperlukan dapat dihitung langsung dengan sumsi seluruh jumlah baut yang ada
menerima beban yang bekerja sama rata, dengan rumus :
n
Nu
R n .
...........................................................(1.4.2.)
Dimana :
Nu = Beban kerja terfaktor
Rn = Kekuatan Nominal Minimal Baut
Bila terdapat jumlah baut lebih dari lima, maka baut harus dipasang lebih dari satu baris
arah garis kerja beban yang bekerja
4.2.2.2. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Eksentris
Bila garis kerja gaya yang bekerja tidak melalui titik berat penampang
kelompok alat sambung, atau bekerja beban momen. Pada jenis sambungan ini
dibedakan menjadi dua type sambungan sebagai yaitu :
1). Sambungan Eksentris Menahan Geser dan Lentur
Pada Alat sambung (Baut) mengalami tegangan tarik lentur dengan titik putar
didaerah bagian pelat yang disambung yang mengalami desakan dan Geser akibat
longsornya sambungan. Sambungan Eksentris Men
2). ahan Geser murni
Pada Alat sambung (Baut) mengalami tegangan Geser akibat longsor dan
berputarnya sambungan dengan titik putar di titik pusat penampang susunan Baut.
146
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Jenis sambungan ini sering disebut dengan sambungan konsol, P bekerja sejauh (e)
dari bidang pisang sambungan, sehingga pada susunan penampang Baut timbul
beban
Mu = P. e. .......................................................................(2.4.2)
Akibat beban kerja P dan momen M. Penampang Baut tergeser dan bekerja gaya
tarik T. Besar tegangan geser dan Gaya Tarik T dihitung sebagai berikut :
Akibat Gaya P (Ditinjau Kekuatan Geser)
Seluruh, penampang Baut yang ada terjadi tegangan geser sebesar :
fuv
Pu
........................................................................(3.4.2)
n. ABaut
147
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Besar tegangan tersebut dia atas adalah besar tegangan yang terjadi di setiap satu
baut.
Tegangan ijin Geser baut adalah :
fdv 0,5. r . f ub .m ..(4.4.2)
fdv Tegangan ijin geser Baut
r Faktor reduksi
f ub Tegangan ultimate Baut
m Jumlahbidang geser baut
y2
(a y1) (a y 2) ( a y3)
2
.2. .d b ...............................................
b
(5.4.2)
148
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Bila : a y {maka asumsi letak garis netral (a) OKE}, bila a y maka asumsi
letak (a) dipindah ke antara baut paling bawah dengan baut diatasnya. Demikian
seterusnya sampai didapat letak (a) yang benar.
Setelah didapat posisi (a) yang benar , maka :
Menghitung besar gaya tarik T3 :
Mu.Y3
. Ab .......................................................................................
Ib
T3
(6.4.2)
Ib
4
a 3 .b
ni. Ab. y i2 ..
3
i 2
(7.4.2)
Kuat Ijin Tarik satu baut dihitung :
1
2
Rn 0,5. f ub .0,75. .d b
4
Sambungan dikatakan kuat / aman terhadap beban kerja bila dipenuhi syarat :
fuv fdv
dan
T3 Rn
Apabila terjadi kondisi sebaliknya, bila cukup tempat susunan baut diperbesar
jarak antara baut. Atau diameter baut diperbesar.
b. Pada Kondisi Plastis
Pada kondisi ini
seluruh bauat yang ada menerima tegangan tarik yang sama rata ditetapkan
sebesar Rn sepeeti pada gambar diagram tegangan tarik di bawah.
Seperti pada kondisi elastis, untuk menentukan besar jarak (a) yang sebenarnya
diasumsikan ( missal 0 < a letak baut yang paling bawah = y)
Rn
Y3
Y1
Y
y2
149
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
b
Gaya nominal tarik Baut dihitung : Rn ni . f t . 0,75. Ab
Dengan melakukan statis momen terhadap serat atas , diperoleh :
fy . a . b ni . ft . 0,75 .
1
. . d b2 . ni
4
Bila : a y {maka asumsi letak garis netral (a) OKE}, bila a y maka asumsi
letak (a) dipindah ke antara baut paling bawah dengan baut diatasnya. Demikian
seterusnya sampai didapat letak (a) yang benar.
Setelah didapat posisi (a) yang benar , maka :
Menghitung besarnya Momen nominal sambungan (Mn) :
a
Mn r . ft . 0,75 . Ab . y1 y 2 y 3 fy . a . b y
2
(8.4.2)
Sambungan dikatakan kuat / aman terhadap beban kerja bila dipenuhi syarat :
fuv fdv
dan
Mu Mn
150
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Jenis sambungan ini sering disebut dengan sambungan konsol, P bekerja sejauh
(e) dari titik berat susunan baut (Titik Z), sehingga pada penampang Baut timbul
beban M = P. e yang bekerja sejajar dengan bidang pisang sambungan.
Akibat beban kerja P dan momen M. Penampang Baut tergeser longsor ke bawah
dan berputar dengan titik putar (titik netral ) di titik Z .
Maka pada seluruh baut terjadi gaya geser, dengan titik baut yang paling kritis
adalah baut yang paling jauh dari titik netral Z , yaitu bekerja Gaya geser sebesar
(seperti gambar di atas). Besar KR dihitung sebagai berikut:
# Akibat Gaya P:
Akibat beban P sambungan akan longsor ke bawah,s eluruh baut menerima
gaya geser merata sebesar
Kp
(1 / 2 P )
.....................................................(9.4.2)
n
151
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
#. Akibat Beban M:
Akibat beban M yang bekerja di titik Z. maka pada titik-titik penampang baut
terjadi kaya kopel (Ki), seperti pada contoh gambar di atas, dapat diuraikan
sebagai berikut:
M = K1 . r1 + K2 . r2 + K3 . r3 + K4 . r4 + + Kn . rn
Dimana besar r1, r2, r3, r4 adalah sama
Maka:
K1
r1
K3
r3
K2
r2
Kn
rn
Didapat :
K1 = r1 (Kn/rn), K2 = r2 (Kn/rn), K3 = r3 (Kn/rn), K4 = r4 (Kn/rn) dst.
Jadi :
a
M = (Kn/rn) (r12 + r22 + r32 + r42) = (Kn/rn) ri2
I=1
Maka :
Kn
M .rn
n
r
i 1
jadi : K n
M .rn
M .r
2n
2
2
(r r2 r6 )
r1 ....
2
1
(10.4.2)
Bila :
X12 Y12 ,
ri =
didapat
K ix
M. Yi
2
( X i Yi )
.....................................................................(11.4.2)
Dan
K iY
M. X i
( X i 2 Yi 2 )
.................................................................((12.4.2)
152
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Tabel perhitungan Gaya yang bekerja pada Baut akibat Beban Momen & P
No.
Baut
Xi
Yi
Ky
Akibat P
Kp
1
2
3
n
Jumlah
Dengan demikian maka besarnya Gaya yang bekerja (K R) pada Baut paling
kritis (Baut No. 4) adalah merupakan Resultant dari gaya-gaya K4X, K4Y dan Kp,
dapat dihitung sebesar :
K R K 4X 2 K 4Y K p
.........................................................(13.4.2)
153
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
4.2.3. Rangkuman
1. Secara garis besar terdapat dua jenis sifat pembebanan yang bekerja pada sambungan
baut yaitu :
A. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Sentris
Sambungan Baut dimana garis kerja beban bekerja melalui titik berat susunan baut,
sehingga susunan baut dapat diperhitungkan adanya beban yang diterima secara
merata pada setiap baut.
jumlah kebutuhan baut yang diperlukan dapat dihitung langsung dengan sumsi
seluruh jumlah baut yang ada menerima beban yang bekerja sama rata, dengan
rumus :
n
Nu
R n .
Bila terdapat jumlah baut lebih dari lima, maka baut harus dipasang lebih dari satu
baris arah garis kerja beban yang bekerja
B. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Eksentris
Sambungan Baut dimana garis kerja beban tidak melalui titik berat susunan baut,
sehingga susunan baut harus diperhitungkan adanya beban sekunder berupa Momen
sebesar (M = P x e) Lihat Gambar.
154
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
K R K 4X 2 K 4Y K p
155
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Sambungan dikatakan kuat / aman terhadap beban kerja bila dipenuhi syarat :
fuv fdv
T3 Rn
dan
Mn r . ft . 0,75 . Ab . y1 y 2 y 3 fy . a . b y
2
Sambungan dikatakan kuat / aman terhadap beban kerja bila dipenuhi syarat :
fuv fdv
dan
Mu Mn
156
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
157
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
158
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Generato
r
Elektroda
Arus Positif
Struktur Baja Jembatan
159
Juruan Teknik Sipil
Arus Neatif
Bahan Dasar
Moeljono
Ukuran Las adalah jarak antara permukaan luar las terhadap kedalaman
penetrasi yang terkecil.
Ketebalan Rencana Las Tumpul (tt) adalah tebal penampang retak las yang
diperhitungkan untuk perhitungan kekuatan nominal las. ditetapkan sebagai berkut :
Untuk Las Tumpul Penetrasi penuh, tebal rencana las adalah kuran las yang ada.
Untuk Las Tumpul Penetrasi sebagian adalah :
Bila Sudut antara bagian yang disambung 600 :
Las satu sisi tt = (d - 3) mm
Struktur Baja Jembatan
160
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
V tunggal
Double V
V ganda
Angle of Preparation
Sudut Persiapan
< 60o
> 60o
< 60o
> 60o
d 3 mm
d
d3 + d4 6 mm
d3 + d4
161
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
tw
tw
tw
t<7
t < 10
t < 15
t < 20
t < 20
t < 60
t < 60
3
4
5
6
8
10
12
7<
10 <
15 <
20 <
40 <
60 <
162
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
E48XX
W50X
480
Lw < 1.7
1.00
Lw > 8.0
0.62
Kekuatan las dinyatakan dalam kekuatan las tiap satuan panjang Las yang
kekuatannya tergantung dari tebal las, mutu bahan yang dilas dan mutu bahan isian
(Elektroda) yang digunakan. Dengan Besarnya Kekuatan Nominal dihitung sebagai
berikut :
A. Kekuatan Nominal Las Tumpul
Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya Tarik atau Tekan aksial terhadap luas
efektif bidang Las :
Rnw = . fy. (tt)
Dan
Rnw = . fuw. (tt)
Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya Geser terhadap luas efektif bidang Las :
Rnw = . (0,6fy). (tt)
Dan
Struktur Baja Jembatan
163
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Dimana :
= Faktro reduksi keuatan = 0,75 - 0,9 (lihat BMS buku bagian .7)
fuw
tt
Dan
Rnw = . (0,6 .fuw) (tw)
Dimana :
= Faktro reduksi keuatan = 0,75 - 0,9 (lihat BMS buku bagian .7)
fuw
tw
Panjang Las
164
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
4.3.4. Rangkuman
1. Sambungan las yang dilakukan adalah pengelasan dengan las panas busur listrik
dengan bahan tambahan las berupa Electroda, Arus listrik didapat dari alat Generator
Khusus yang mempunyai daya amper dan voltage yang bisa diatur disesuaikan
dengan batang yang disambung dan jenis elektroda yang digunakan.
2. terdapat dua proses pengelasan yang sering digunakan yaitu :
a. Proses pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) Las logam terlindung
merupakan proses pengelasan yang paling sederhana dan paling muah, yang
sering digunakan pada pengelasan di lapangan, yaitu penyambungan bagianbagian struktur menjadi struktur. Yang sering disebut Proses pengelasan
Elektroda Tongkat Manual, Proses pengelasan ini juga sering digunakan pada
pengelasan pabrikasi di workshop.
b. Proses pengelasan SAW (Submegged Arc Welding) Las Logam terbenam, yang
sering digunakan pada pengelasan pabrikasi di Wokrshop, yaitu pengelasan
bagian-bagian struktur yang akan dirangkai di lapangan.
3. Terdapat empat Jenis Las yang digunakan :
a. Las Tumpul : Las Tumpul Penetrasi enuh
Las Tumpul Penetrasi Sebagian
b. Las Sudut
c. Las Pasak
d. Las Baji
4. Untuk Las Tumpul Penetrasi penuh, tebal rencana las adalah kuran las yang ada.
5. Untuk Las Tumpul Penetrasi sebagian adalah :
Bila Sudut antara bagian yang disambung 600 :
4.4.
4.5.
165
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
tw
tw
tw
8. Ukuran minimum las sudut, selain dari las sudut yang digunakan untuk memperkuat
las tumpul, harus sesuai Tabel 7.24 Buku.7 BMS, kecuali bahwa ukuran las tidak
boleh melebihi tebal bagian lebih tipis dalam sambungan
Thickness of Thickest Part
Tebal bagian paling Tebal
t mm
t<7
3
4
5
6
8
10
12
7 < t < 10
10 < t < 15
15 < t < 20
20 < t < 20
40 < t < 60
60 < t < 60
kekuatannya tergantung dari tebal las, mutu bahan yang dilas dan mutu bahan isian
(Elektroda) yang digunakan. Dengan Besarnya Kekuatan Nominal dihitung
sebagai berikut :
A. Kekuatan Nominal Las Tumpul
Struktur Baja Jembatan
166
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya Tarik atau Tekan aksial terhadap
luas efektif bidang Las :
Rnw = . fy. (tt)
Rnw = . fuw. (tt)
Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya Geser terhadap luas efektif
bidang
Rnw = . (0,6fy). (tt)
Rnw = . (0,6. fuw) (tt)
Dan
Rnw = . (0,6 .fuw) (tw)
167
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
168
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
digunakan dan sifat pembebanan yang bekerja terhadap penampang kelompok Las pada
sambungan.
kebutuhan Las serta susunannya untuk dapat menahan beban kerja pada
sambungan tersebut. Disini ketebalan Las sudah ditetapkan berdasarkan ketebalan pelat
yang disambung.
Ditinjau dari letak Garis kerja gaya terhadap Penampang Las dan titik berat kelompok
penampang retak las , analisa kebutuhan alat sambung dibedakan menjadi
A. Sambungan Las Yang Menahan Beban Sentris
Sambungan Las dimana garis kerja beban bekerja melalui titik berat susunan
Penampang retak las, sehingga Luas Penampang retak Las
dapat diperhitungkan
adanya beban yang diterima secara merata pada setiap Penampang Las
Panjang Las
169
Juruan Teknik Sipil
POLITEKNIK
NEGERI
BANDUNG
Gambar. 4.3.a. Moeljono
Sambungan Las Dengan
Beban
Sentris
Pada sambungan ini analisa kebutuhan las adalah menghitung panjang las yang
diperlukan dengan syarat kekuatan sambun
B. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Eksentris
Seperti pada Sambungan Baut yang menahan beban eksentris adalah bila garis kerja
beban tidak melalui titik berat susunan penampang retak Las, sehingga susunan
penampang retak Las harus diperhitungkan adanya beban sekunder berupa Momen
sebesar (M = P x e) Lihat Gambar.
170
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Nu
Rn w .
.......................................................................................(1.4.4.)
Dimana :
Nu = Beban kerja terfaktor
Rnw = Kekuatan Nominal Minimal Baut
171
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Pada sambungan di atas, akibat beban P kerja sejauh (e) dari bidang pisah sambungan,
penampang Las akan longsor dan berputar dengan titik netral (titik putar sambungan) di
titik las paling bawah. Maka pada penampang Las yang paling kritis (titik ), terjadi
tegangan :
- Akibat Momen
Akibat bekerja momen (M = e x P), pada penampang Las akan tertarik (berputar)
dengan titik netral (dianggap) terjadi pada Las yang paling bawah, sehingga terjadi
tegangan tarik pada las yang paling atas sebesar:
fw
x h
.................................................................................(2.4.4)
Ixlas
M x h
172
Juruan Teknik Sipil Ix las
Di mana:
Ixlas = 2(1/12 . h3 . a)
- Akibat beban P
Penampang Las longsor ke bawah, sehingga tedadi tegangan geser sebesar:
P
Alas .......................................................................(3.4.4)
Kedua tegangan tersebut bekerja bersamaan pada Penampang las, maka Las
dikatakan kuat menahan beban bila dipenuhi syarat :
Akibat Beban Momen :
fw
M x h
2 1 / 12 . h 3 .t w
fuw
(4.4.4)
Didapat harga h
Akibat Beban Konsol P :
2 t w .h ..(5.4.4)
Didapat harga h
Dari harga h yang di dapat di atas, diambil harga h yang paling besar kemudian
dikontrol kekuatannya.
173
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
P
P
h1
Z
te
h2
z
`
Kekuatan las Pada sambungan las ini, dicari tegangan yang paling kritis () akibat
beban P yang bekerja sejauh (L) dari titik berat penampang pengelasan yaitu berada
pada tititk las yang paling jauh dari Titik berat penampang pengelasan ( Z ).
Besar tegangan kritis () dihitung denagn tahapan perhitungan sebagai berikut :
b. Menetukan Letak titik berat penampang pengelasan :
z
A .x
A
w
Ix
Aw i . y i
Iy
Iy
Aw i . x i
Ip Ix Iy
.(7.4.4)
P
..(8.4.4)
Aw
- Akibat Momen = P. L
x
M. y
Ip
M. x
Ip
.(9.4.4)
p y
..(10.4.4)
174
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
. fw ............................................................(11.4.4)
4.4.3. Rangkuman
175
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
dapat
Panjang Las
Pada sambungan ini analisa kebutuhan las adalah menghitung panjang las yang
diperlukan dengan syarat kekuatan sambun
B. Sambungan Las Yang Menahan Beban Eksentris
Seperti pada Sambungan Last yang menahan beban eksentris adalah bila garis
kerja beban tidak melalui titik berat susunan penampang retak Las, sehingga
susunan penampang retak Las harus diperhitungkan adanya beban sekunder
berupa Momen sebesar (M = P x e) Lihat Gambar.
176
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
3. Pada sambungan Las Yang menahan Beban Sentris merupakan analisa kekuatan
sambungan yang peling
sambungan ini, Panjang Las yang diperlukan dapat dihitung langsung dengan
asumsi seluruh penampang letak las yang ada menerima beban yang bekerja sama
rata, dengan rumus :
Nu
w .
Struktur Baja Rn
Jembatan
L las
177
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
4. Sambungan Las Yang Menahan Beban Eksentris Bila garis kerja gaya yang bekerja
tidak melalui titik berat penampang kelompok alat sambung, atau bekerja beban
momen. Pada jenis sambungan ini dibedakan menjadi dua type sambungan sebagai
yaitu :
A. Sambungan Las Yang Menahan Geser Lentur
Jenis sambungan ini ditinjau dari arah beban terhadap bidang pisah sambungan
dimana momen Bekerja Tegak Lurus Bidang Pisah
- Akibat Momen
Akibat bekerja momen (M = e x P), pada penampang Las akan tertarik (berputar)
dengan titik netral (dianggap) terjadi pada Las yang paling bawah, sehingga terjadi
tegangan tarik pada las yang paling atas sebesar:
fw
x h
Ixlas
M x h
Ix las
- Akibat beban P
Penampang Las longsor ke bawah, sehingga tedadi tegangan geser sebesar:
P
Alas
178
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
fw
M x h
2 1 / 12 . h 3 . t w
fuw
Didapat harga h
2 t w .h
Didapat harga h
Dari harga h yang di dapat di atas, diambil harga h yang paling besar kemudian
dikontrol kekuatannya.
B. Sambungan Las Yang Menahan Geser Murni
Pada sambungan ini panjang Las dan susunan letak Pengelasan direncakan
terlebih dahulu, baru dari Penampang susunan Las yang direncanakan dihitung
besar Gaya Geser longsor yang terjadi akibat beban kerja dihitung dengan
kondisi ELASTIS sebagai berikut :
P
P
h1
Z
te
h2
`
a. Menetukan Letak titik berat penampang pengelasan :
z
A .x
A
w
179
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Ix
Ix Aw .y
2
Iy
Iy Aw .x
2
Ip Ix Iy
P
Aw
Akibat Momen = P. L
x
M. y
Ip
M. x
Ip
p y
. fw
Pu = 200 KN
2. Coba Kontrol kekuatan Las sudut pada sambungan yang menahan beban eksentris
pada Gambar berikut :
30 CM
Struktur Baja Jembatan
180
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
Pu = 100KN
L
h1
Z
te
h2
181
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
182
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
183
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
184
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
185
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
186
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
NIM
: .
KELAS
: .
TGL PENUGASAN
T. Tangan Dosen
A. DATA PERENCANAAN :
a. Type Rangka
b. Bentang Jembatan (L)
c. Lebar Jembatan (B)
d.
e.
f.
g.
h.
: (a),
( b),
(c),
(d)
: 40,00m. 45,00m . 50,00m . 55,00m . 60,00m
: Menyesuaikan dengan kelas muatan .
(lebar jembatan termasuk lebar Trotoir)
: 22,00 Cm
: A/I , B/II , C/III
: BJ37 , BJ.41 , BJ.50
: Dengan Baut Mutu Tinggi & Las sudut
: Tentukan sendiri
B. BENTUK RANGKA :
C. DIMINTA :
a. Perhitungan Perencanaan Dimensi Batang rangka & Gelagar/ Balok
b. Perhitungan Sambungan-sambungan
c. Gambar Rencana & Gambar Kerja
d. Gambar Detail-Detail Sambungan
e. Gunakan Teori pembebanan & Syarat Perencanaan dari buku SNI Bina Marga
Struktur Baja Jembatan
187
Juruan Teknik Sipil
Moeljono
b.
c.
188
Juruan Teknik Sipil
Moeljono