Tugas Pip - Umi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

TUGAS TERSTRUKTUR

MATAKULIAH PENGANTAR ILMU PERTANIAN


Rangkuman Materi

Oleh:
Fitriani Dina Heryanti
NIM. A1L012190
Semester:
Ganjil 2015

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

I. PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PERTANIAN


A. Pengertian Pertanian
Pertanian adalah suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan
tanaman, hewn, dan ikan. Dalam arti luas pertanian adalah pengelolaan tanaman,
hewan dan ikan serta lingkungannya agar memberikan suatu produk. Sedangkan
dalam arti sempit pertanian adalah pengelolaan tanaman dan lingkungannya agar
memberikan suatu produk.
Ilmu pertanian adalah ilmu yang mempelajari bagtaimana mengelola
tanaman, hewan, dan ikan serta lingkungannya agar memberikan hasil secara
maksimal. Berdasrkan spesifikasinya ilmu pertanian dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok besar yaitu ilmu tanaman yang mempelajari khusus
tanaman, ilmu peternakan yang mempelajari khusus ternak, dan ilmu perikanan
yang mempelajari khusus iakan dan hewan air.
B. Sejarah Pertanian
Pertanian dimulai pada saat manusia mulai mengamati perilaku tanaman,
hewan, dan ikan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya. Berdasarkan sejarah perkembangannya pertanian dapat
diklasifikasikan menjadi 4 golongan yaitu:
1. Pemburu dan pengumpul
Manusia pertama hidup di daerah hutan tropik di sekitar laut Cina Selatan
yaitu bangsa Alitik (prapaleolitik) yang merupakan kelompok manusia pengumpul
makanan dan berburu serta menangkap ikan. Sebagai contohnya adalah Suku
Semang, suku kubu dan sakad di semenanjung malaya, sukum andaman dan aeta

di filiphina, suku toala di sulawesi, suku punan di kalimantan dan suku tasadai di
mindanau selatan.
Manusia pengimpil dan pemburu bersifat nomadik (berpindah-pindah) tetapi
tidaklah mengembara tanpa tujuan di dalam hutan. Setiap kelompok mempunyai
wilayah tertentu antara 20-25 Km2. Mereka bertempat tinggal di goa-goa atau
tebing batu. Mereka juga telah banyak mengetahui jenis-jenis tanaman dan
habitatnya serta keguanaannya. Pengetahuan untuk menghilangkan racun dari
bahan makanan dan cara mengawetkannya juga sudah mereka kuasai. Sebagai
contoh biji sebelum dimakan direndam dalam air kemudian dimasukkan ke dalam
bambu dan dibenamkan ke dlaam tanah selama sebulan lebih.
2. Pertanian primitif
Ketika manusia pengumpul dan berburu mulai berusaha menjaga bahan
makanan maka mulai terjadi suatu mata rantai antara periode pengumpul dan
berburu dengan pertanian primitif. Orang-orang semang yang suka makan buah
durian akan tinggal di dekat pohon durian untuk mencegah monyet dan binatangbinatang lain menghabiskan buah durian. Mereka juga menanam kembali batang
dan sulur umbi liar yang umbinya telah mereka ambil, sehingga dapat tumbuh
kembali. Tindakan ini adalah satu langakh menuju pertanian primitif.
Setelah berabad-abad lamanya wanita mendapatkan pengetahuan yang baik
tentang kehidupan tumbuh-tumbuhan. Eduard han dan beberapa sarjana lainnya
menganggap wanita adalah penemu cara penanaman dan penghasil bahan
makanan yang pertama. Han menamai pertanian primitif sebagai Hackbau (hoe

culture atau hoe tillage = pertanian pacul atau pertania bajak). dia menganggap
pacul adalah alat kerja wanita, sedangkan bajak alat kerja pria.
Teori han yang pertama menyatakan wanita adalah yang pertama memulai
penanaman mungkin dapat diterima tetapi pendapatnya tentang perbedaan antara
pertanian primitif dan pertanian yang lebih maju berdasarkan alat kerja yang
digunakan apalagi dihubungkan dengan jenis kelamin tidaklah dapat diterima
meskipun di beberapa daerah atau negara banyak wanita yang bekerja sebagai
petani.
Perbedaan yang fundamental antara pertanian primtif dengan pertanian yang
lebih maju adalah dalam hal penggunaan lahan. Petani-petani primitif, bertani
secara berpindah-pindah. Sebidang tanah ditanami sekali sampai 2 kali kemudian
ditinggalkan dan mereka mencari tanah baru untuk ditanami dan seterusnya.
Sehingga sistem pertanian ini disebut huma atau ladang berpindah.
3. Pertanian tradisional
Pada pertanian tradisional orangmenerima keadaan tanah, curah hujan, dan
varietas tanaman sebagaimana adanya dan sebagaimana yang diberikan alam.
Bantuan terhadap pertumbuhan tanaman hanya sekedarnya sampai tingkat tertentu
seperti pengairan, penyiangan, dan melindungi tanaman dari gangguan binatang
liar dengan cara yang diturunkan oleh nenek moyangnya.
Peternakan merupakan penjinakan hewan-hewan liar untuk digunakan
tenaga dan hasilnya. Sedangkan perikanan merupakan hasil penangkapan dan
pemeliharaan secara sederhana serta tergantung pada kondisi alam.

4. Pertanian progresif (modern)


Manusia mengguanakan otaknya untuk meningkatkan penguasaannya
terhadap semua yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan. Usaha
pertanian merupakan usaha yang efisien, masalah-masalah pertanian dihadapi
secara ilmiah melalui penelitian-penelitian, fasilitas-fasilitas irigasi dan drainase
dibangun dan dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimum, pemuliaan
tanaman dilakukan untuk mendapatkan varietas unggul yang berproduksi tinggi,
respon terhadap pemupukan, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta
masak lebih cepat.
Susunan makanan ternak disiapkan secara ilmiah dan dikembangkan metode
berbagai macam input dilakukan secara ilmiah dan didorong motivasi ekonomi
untuk mendapatkan hasil dan pendapatan yang lebih besar. Hasil pertanian dalam
bentuk bulk (lumbung) diolah untukmendapatkan harga yang lebih tinggi. Cara
pengawetan hasil pertanian dikembangkan untuk menghindarkan kerusakan dan
mendapatkan nilai yang tinggi.

II. UNSUR-UNSUR DAN CIRI-CIRI PERTANIAN


A. Unsur-unsur Pertanian
1. Proses Produksi
Tumbuh-tumbuhan merupakan pabrik pertanian primer. Tumbuh-tumbuhan
mengambil CO2 dari udara melalui daun. Tumbuhan juga mengambil air dan
unsur hara dari tanah melalui akar. Tumbuhan menghasilkan biji, buah, serat,
minyak, kayu, dan sebagainya. Pertumbuhan tanaman ditentukan oleh faktor
genetik (Q) dan juga faktor lingkungan (X) yang terdiri dari air, energi, radiasi
matahari, susunan atmosfer, kandungan udara dalam tanah, reaksi tanah, bibit, dan
kandungan unsur hara tanaman.
Ternak dan ikan merupakan pabrik pertanian yang kedua. Pabrik kedua
mengubah tumbuh-tumbuhan menjadi produk lain yang berguna bagi kehidupan
manusia misalnya: daging, susu, telur, kulit, dan wool.
Dalam pertanian primitif dan tradisional, manusia menerima keadaan tanah,
air dan varietas tanaman apa adanya. Dalam pertanian modern, manusia
menggunakan

otak

untuk

menguasai

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pertumbuhan tanaman. Meskipun banyak faktor dalam proses produksi biologi


yang tidak dapat dikuasai oleh manusia, melalui pengembangan ilmu dan
teknologi telah banyak sekali kemajuan yang dicapai manusia dalam usahanya
memanfaatkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Sifat-sifat proses produksi biologi dalam pertanian mempunyai banyak
implikasi, diantaranya:

a. Pertanian memerlukan tempat yang tersebar luas


Sumber energi bagi pertumbuhan setiap individu tumbuhan adalah matahari.
Pertanian sangat memerlukan areal yang luas di atas permukaan bumi ini.
Implikasinya yaitu:
1) Produksi persatuan luas tanah harus diusahakan sebesar-besarnya.
2) Diperlukan transpor yang tersebar untuk mengangkut hasil

dan

menyediakan sarana produksi.


3) Lingkungan hidup petani tidak dapat dikonsentrasikan dalam satu tempat
seperti kota.
b. Jenis usahatani dan potensi produksi pertanian berbeda dari satu tempat ke lain
tempat
Jenis usaha tani (sawah, kebun, hutan, peternakan, dan sebagainya) serta
potensi produksi pertanian ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan yang dapat
kita kelompokkan kedalam iklim, sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Faktor-faktor iklim dan sifat-sifat tanah secara keseluruhan menentukan potensi
produksi suatu tanaman. Perbedaan faktor-faktor tersebut di indonesia dari suatu
tempat ke tempat lain cukup banyak.
Implikasi dari pengaruh faktor-faktor tersebut bagi pengembangan pertanian
adalah:
1) Pengembangan usaha pertanian haruslah didasarkan faktor-faktor tersebut.
2) Kegiatan-kegiatan produksi dan jumlah serta jenis input yang diperlukan
disesuaikan dengan keadaan tempat faktor-faktor tersebut.

c. Kegiatan dan produksi pertanian bersifat musiman

Proses Produksi pertanian sifatnya dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktorfaktor biotik lainnya seperti musim, dan serangan hama penyakit. Tanaman
pertanian mempunyai pola pertumbuhan musiman mulai dan saat menanam
sampai panen. Hanya pada waktu-waktu tertentu, pada masa ini, tenaga manusia
diperlukan. Keadaan tersebut mengharuskan petani dan buruh tani perlu
mempunyai keterampilan yang luas untuk dapat melakukan diversifikasi usaha.
d. Suatu perubahan dalam suatu tindakan memerlukan perubahan juga dalam hal
lain
Penambahan pupuk diperlukan untuk meningkatkan produksi tanaman
dengan dosis yang telah ditentukan.
e. Pertanian modern selalu berubah
Pertanian modern adalah pertanian yang berubah sesuai dengan kebutuhan
manusia. Perubahan tersebut baik dalam volume produksi maupun dalam jenis
produksi
2. Petani
Perbedaan utama antara tumbuh-tumbuhan dan binatang liar dengan
pertanian adalah adanya manusia. Manusia mengubah tempat tumbuhan dan
hewan serta lingkungannya agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia
seperti ini disebut petani atau pengusaha pertanian. Dalam kegiatan usahatani,
petani merangkap dua peranan, yaitu:

a. Petani sebagai penggarap

Peran pertama petani adalah memelihara tanaman dan hewannya agar


mendapatkan hasil yang diperlukan. Hal yang dilakukan dalam pemeliharaan
tanaman adalah penyiapan tempat pembibitan, pengolahan tanah, penanaman,
pemupukan, penyiangan tumbuhan penggangu, pengaturan air, pemberantasan
hama dan penyakit serta panen. Dalam pemeliharaan hewan adalah mengembala
atau memberikan makanan sampai dengan perkembangbiakan.
b. Petani sebagai manager
Peranan petani sebagai manager menyangkut kegiatan otak yang didorong
oleh keinginan dalam pengambilan keputusan atau pemilihan alternatif tanaman
atau ternak. Keputusan-keputusan yang harus diambil oleh petani mencangkup
jenis tanaman atau varietas yang akan diterima, menggunakan pupuk atau tidak,
memilih jenis ternak yang akan dipelihara.
Petani harus lebih memusatkan aspek pembelian dan penjualan. Tugas
petani sebagai manager menjadi lebih sulit dengan adanaya perbedaan-perbedaan
yang cukup besar, misalnya keadaan tanah yang berbeda di berbagai tempat.
Perbedaan ini juga mempengaruhi harga input dan hasil pertanian.
Sangat penting untuk mengembangkan petani sebagai manager sehingga
dapat memanfaatkan setiap kesempatan yang ada, yang memungkinkan membuat
usaha tani yang lebih produktif sehingga dapat meningkatkan manfaat dan
penerimaan dari usaha taninya.

c. Petani sebagai manusia

Petani juga manusia yang merupakan anggota kelompok manusia lainnya,


yaitu keluarga dan masyarakat atau tetangga. Keadaan petani sebagai perorangan
banyak ditentukan oleh keanggotaannya sebagai penggarap dan manager.
B. Ciri-ciri Pertanian
Kelompok faktor esensiil dan iklim suatu waktu dapat berkorelasi positif
dan berkorelasi negatif. Tingkat tertentu dari suatu faktor yang memberikan
pengaruh paling baik terhadap jumlah produk yang diberikan disebut tingkat
optimum, karena pada tingkat tersebut jumlah produknya maksimum.
Pertanian mulai ada bersamaan dengan mulai adanya faktor yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman diatur atau ditangani oleh manusia.
Pengaturan faktor-faktor itu dinamakan teknologi. Dengan penanganan manusia
terhadap faktor-faktor itu atau dengan teknologi diharapkan tanaman yang
diusahakan akan memberikan hasil maksimum.
Sebelum ada pertanian, apa yang diberikan tumbuhan sebagai produk
kepada manusia, banyaknya, tergantung pada individu tumbuhan tersebut.
Banyaknya produk yang diberikan oleh tanaman pada pertanian diukur tidak dari
tiap individu tanaman yang ditanam, tetapi tiap satuan luas lahan yang ditanami.
Usaha meningkatkan produksi pertanian di suatu wilayah dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu meningkatkan hasil dan meningkatkan luas panen.
Meningkatkan hasil dilakukan dengan mengatur semua faktor sebaik mungkin.
Sedangkan meningkatkan luas panen dapat dilakukan dengan meningkatkan luas
tanaman dan menekan kegagalan. Meningkatkan luas tanam dapat dengan jalan

memperluas lahan pertanian yang disebut extensifikasi atau meningkatkan


frekuensi tanam pada lahan yang sama.
Lahan adalah suatu hamparan tanah, sedangkan tanah ialah produk dari
pelapukan batuan bercampur dengan produk dari dekomposis bahan organik.
Tanah merupakan media tumbuh tanaman.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang telah diatur dalam
pertanian sampai sekarang masih terbatas pada panca usaha, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)

Penggunaan varietas unggul,


Pemupukan yang tepat,
Pengairan yang baik,
Pengendalian gangguan. Dan
Pelaksanaan pengolahan tanah dan jarak tanam yang tepat.

III. PERTANIAN, USAHATANI DAN PEMBANGUNAN USAHA TANI


A. Pengertian

Mosher (1981) menyatakan bahwa pertanian adalah sejenis proses produksi


khas yang didasarkan proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Para petani
mengatur dan menggiatkan pertumbuhan tanaman dan hewan itu dalam usaha
taninya(farm). Kegiatan produksi di dalam setiap usahatani merupakan suatu
kegiatan usaha(business), sedangkan biaya dan penerimaan merupakan aspekaspek penting.
Hernanto (1991), usahatani di artikan kesatuan organisasi antara kereja,
modal, dan pengelolaan yang di tunjukkan untuk memperoleh produksi di
lapangan pertanian.
Soeharjo (1993) menyatakan ada empat hal yang perlu diperhatikan untuk
pembinaan usahatani.
1. Organisasi usahatani yang di fokuskan pada pengelolaan unsur-unsur
produksi dan tujuan usahanya.
2. Pola pemilikan tanah usahatani.
3. Kerja usahatani yang difokuskan pada distribusi kerja dan pengangguran
dalam usahatani.
4. Modal usahatani yang difokuskan pada proporsi dan sumber modal petani.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usahatani
1. Faktor dari dalam (internal) usahatani:
a. petani pengelola (individu petani)
b. tanah tempat usahatani,
c. tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani,
d. modal yang dibutuhkan dalam usahatani,
e. kemampuan petani dalam mengalokasikan penerimaan keluarga, dan
f. jumlah anggota keluarga

2. Faktor dari luar (eksternal) usahatani:


a. tersedianya sarana transportasi dan komunikasi,
b. aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga
hasi, harga saprodi, dan lain-lain),
c. fasilitas kredit, dan
d. sarana penyuluhan bagi petani.

IV. INTENSIFIKASI, EKSTENSIFIKASI, DIVERSIFIKASI, MEKANISASI


DAN REHABILITASI
A. Intensifikasi
Intensifikasi pertanian adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan
sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan

berbagai sarana. Intensifikasi pertanian banyak dilakukan di Pulau Jawa dan Bali
yang memiliki lahan pertanian sempit.
Pada awalnya intensifikasi pertanian ditempuh dengan program panca usaha
tani, meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Pengolahan tanah yang baik
2. Pengairan atau irigasi yang teratur
3. Pemilihan bibit unggul
4. Pemupukan
5. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman
Seiring dengan perkembangan, Panca Usaha Tani kemudian berubah
menjadi Sapta Usaha Tani dengan penambahan 6. Pasca Panen dan 7. Pemasaran.
B. Ekstensifikasi
Adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan
pertanian baru, misalnya membuka hutan dan semak belukar, daerah sekitar rawarawa, dan daerah pertanian yang belum dimanfatkan. Selain itu, ekstensifikasi
juga dilakukan dengan membuka persawahan pasang surut. Ekstensifikasi
pertanian banyak dilakukan di daerah jarang penduduk seperti di luar Pulau Jawa,
khususnya di beberapa daerah tujuan transmigrasi, seperti Sumatera, Kalimantan
dan Irian Jaya.
C. Diversifikasi
Diversifikasi pertanian adalah pengalokasian sumber daya pertanian ke
beberapa aktivitas lainnya yang menguntungkan secara ekonomi maupun
lingkungan. Sumber daya pertanian dapat berupa lahan pertanian, bangunan

(kandang, lumbung, rumah tanaman, dan sebagainya), mesin pertanian, hingga


input pertanian lainnya seperti pupuk. Diversifikasi dapat menuju kepada
penanaman berbagai jenis tanaman dalam satu lahan, memelihara beberapa jenis
hewan ternak dalam satu kandang, hingga pemanfaatan lahan untuk tujuan
komersial seperti restoran yang menyajikan hasil pertanian (metode pemasaran
farm-to-table). Diversifikasi pertanian diyakini dapat menjawab tantangan
pertanian saat ini karena perubahan iklim membawa ketidakpastian cuaca
sehingga variasi produksi dapat menyelamatkan pendapatan petani.
Definisi diversifikasi pertanian dapat bervariasi pada setiap institusi. Di
Inggris, Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA)
mendefinisikan

diversifikasi

pertanian

ke

arah

pemanfaatan

secara

entrepreneurship ke luar sektor budi daya. Agrowisata, pembangunan fasilitas


pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas pemasaran hasil pertanian masuk ke
dalam definisi tersebut. Departemen Pertanian negara bagian Iowa bahkan
mendefinisikan diversifikasi pertanian ke arah yang lebih luas lagi hingga ke
pengembangan ke peluang pasar yang lebih lebar.

D. Mekanisasi
Adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan mesinmesin pertanian modern. Mekanisasi pertanian banyak dilakukan di luar Pulau

Jawa yang memiliki lahan pertanian luas. Pada program mekanisasi pertanian,
tenaga manusia dan hewan bukan menjadi tenaga utama.
E. Rehabilitasi
Adalah usaha memperbaiki lahan pertanian yang semula tidak produktif
atau sudah tidak berproduksi menjadi lahan produktif atau mengganti tanaman
yang sudah tidak produktif menjadi tanaman yang lebih produktif. Sebagai tindak
lanjut dari program-program tersebut, pemerintah menempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Memperluas, memperbaiki dan memelihara jaringan irigasi yang meluas di
seluruh wilayah Indonesia
2. Menyempurnakan sistem produksi pertanian pangan melalui penerapan
berbagai paket program yang diawali dengan program Bimbingan Masal
(Bimas) pada tahun 1970. Kemudian disusul dengan program intensifikasi
Masal (Inmas), Intensifikasi Khusus (Insus) dan Supra Insus yang bertujuan
meningkatkan produksi pangan secara berkesinambungan.
3. Membangun pabrik pupuk serta pabrik insektisida dan pestisida yang
dilaksanakan untuk menunjang proses produksi pertanian.

V. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN USAHA TANI


A. Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian adalah merupakan upaya untuk merubah usahatani


dalam arti yang luas dan pengaturannya agar dapat menggunakan metode
berusahatani secara baik, benar dan efisien.
Kebutuhan utama dalam berusahatani antara lain:
1) Adanya bahan usahatani yang jelas atas hak tanah sebagai modal tetap
2) Adanya tenaga kerja yang memadai
3) Adanya modal usaha yang cukup untuk operasional usahatani
4) Tersedianya sarana produksi
5) Adanya jaminan transportasi dan pasar yang memadai.
B. Usahatani
1. Pertanian rakyat
Usaha pertanian keluarga yang memproduksi bahan makanan utama (beras,
palawija dan hortikultura) yang umumnya dilakukan disawah, ladang maupun
pekarangan. Tujuan usahatani ini terutama untuk mencukupi kebutuhan pangan
keluarga miskipun ada sebagian komoditi yang dijual untuk modal penanaman
berikutnya atau memenuhi kebutuhan sekunder lainnya.
Pemilihan komoditi yang ditanam terutama mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut. :
a) Pemenuhan kebutuhan pangan
b) Faktor iklim
c) Ada tidaknya modal
d) Harga pasar

Meskipun tujuan utama pertanian rakyat adalah pemenuhan kebutuhan pangan


tetapi

pada

kenyataannya

petani

juga

mengusahakan

tanaman-tanaman

perkebunan dan industri (tebu, tembakau, kelapa, karet dll), sehingga pertanian
rakyat seringkali jiga disebut perkebunan rakyat.
2. Perkebunan
Perkebunan (Plantation) adalah suatu usahatani yang menggunakan
manajemen perusahaan dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian dan
teknologi. Oleh karena itu perkebunan juga sering disebut Industri Perkebunan
atau Industri Pertanian.
Dalam sistem manajemen perkebunan, pengelolaan usahatani dilakukan
secara sistematis dan terorganisir. Pengelolaan sumberdaya, sumber dana dan
sumber alam dilakukan secara terencana dan terprogram mengikuti sistem
manajemen perusahaan, sehingga disebut Perusahaan Perkebunan.
Sistem manajemen perushaan antara lain meliputi:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Perencanaan (planning)
Organisasi (organization)
Kepegawaian (staffing)
Kepemimpinan (directing)
Pengawasan (controling)
Pembaharuan (inovating)
Perwakilan (representaion)
Tujuan utama perkebunan adalah menghasilkan produk-produk pertanian

yang profit oriented dan memiliki nilai komersial.


Industri perkebunan meliputi:
a) Usahatani: Perkebunan

b) Pabrik: Pengolahan hasil. Pengelola perkebunan umumnya dilakukan


pemerintah yaitu PTPN (PT. Perkebunan Nusanatara) dan perusahaan swasta.
3. Kehutanan
Ilmu Kehutanan adalah ilmu yang menerangkan bagaimana hubungan
anatara tanah hutan dengan manusia dan alokasi sumber-sumber industrinya serta
bagaimana cara untuk mengelolanya sehingga sumber-sumber tersebut dapat
memberikan kepuasan seperti yang diingikan oleh manusia.
Kehutanan adalah suatu sistem pengelolan sumberdaya alam baik fisik
(tanah, air dan lingkungan) dan biologi (tanaman, hewan dan mikroorganisme)
pada kawasan yang tidak dapat digunakan sebagai daerah produksi pertanian
secara intensif karena masalah topografi agar dapat memberikan manfaat bagi
kesejahteraan manusia dan pelestarian lingkungan.
Macam-macam hutan yang dikembangkan di Idonesia antara lain:
a) Hutan Lindung, yaitu memberikan perlindungan terhadap air, tanah dan
lingkungannya (flora dan fauna)
b) Hutan Swaka Alam, yaitu memberikan perlindungan terhadap tumbuhan
atau hewan yang hampir punah untuk keperluan pengetahuan dan
kebudayaan.
c) Hutan Wisata, yaitu menyediakan keindahan alam untuk kepentingan
pariwisata.
d) Hutan Produksi, yaitu memberikan manfaat produksi baik berupa kayu atau
hasil-hasil hutan lainnya berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan
yaitu prinsip kekekalan hasil hutan.
e) Hutan Kemasyarakatan, yaitu pengelolaan hutan dengan mengikutsetakan
masyarakan disekitar hutan dengan sistem wanatani (Agroforestry).

Pengelolaan hutan dilakukan oleh pemerintah melalui PT. PERHUTANI dan


oleh perusahaan-perusahaan swasta yang memegang HPH (Hak Pengelolaan
Hutan) terutama untuk hutan produksi.
4. Peternakan
Peternakan adalah suatu usahatani yang berupa pemeliharaan binatang untuk
mendapatkan hasil berupa hasil ternak atau pendapatan yang lainnya. Macammacam peternakan antara lain:
a. Peternakan Rakyat Tradisional
1) Menggunakan ketrampilan sederhana
2) Menggunakan bibit lokal dengan jumlah dan mutu yang relatif terbatas
3) Pemeliharan seringkali digembalakan di sawah atau ladang yang dilakukan
oleh anggota keluarga
4) Biaya yang dikeluarkan hanya untuk beli bibit, buat kandang atau peralatan
lainya

Tujuan usahatani ternak ini adalah untuk:


1) Membajak sawah
2) Menarik gerobag atau pedati
3) Menghasilkan daging, telor, susu dll.
4) Mendapatkan uang (dijual)
b. Peternakan Rakyat Semi Komersial
1) Ketrampilan yang dimiliki petani cukup lumayan

2) Menggunakan bibit unggul, obat-obatan dan makanan yang bermutu


3) Jumlah ternak cukup 2-5 ekor (ternak besar), 5-100 ekor (ternak kecil)
4) Ternak tidak digembalakan tetapi dikandangkan
Tujuan: Menambah pendapatan keluarga, konsumsi sendiri
c. Peternak Komersial
1) Dilakukan oleh golongan ekonomi kuat dengan modal usaha dan pengetahuan
yang cukup
2) Menggunakan sistem manajemen usahatani modern
3) Jumlah ternak dan kualitas ternak cukup besar dan baik
4) Menggunakan tenaga kerja upahan untuk pemeliharaan
Tujuan: mendapatkan keuntungan yang tinggi dengan biaya produksi yang rendah
dengan menguasai pasar.
5. Perikanan
Perikanan adalah segala usaha penangkapan dan budidaya ikan serta
pengolahannya sampai pada pemasaran hasil. Usahatani perikanan di Indonesia
masih merupakan perikanan rakyat dengan sarana dan prasarana yang masih
sangat sederhana, sehingga produktifitas dan kualitas ikan yang dihasilkan juga
masih rendah.
Usahatani perikanan meliputi:
a. Perikanan Air Tawar
1) Usahatani ikan air tawar (gurami, lele, tawes, mas, koki, ikan hias dll)
2) Skala kecil, bibit lokal dengan kualitas rendah
3) Untuk kebutuhan sendiri atau pasar lokal

b. Perikanan Tambak atau Laut


1) Penangkapan ikan di laut maupun budidaya ikan di tambak dan di laut
2) Skala usaha yang cukup besar dengan modal yang cukup
3) Untuk memenuhi kebutuhan pasar regional, nasional dan ekspor

VI. PANEN DAN PASCA PANEN


A. Panen
1. Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam),
tapi merupakan awal dari pekerjaan pascapanen, yaitu melakukaan persiapan
untuk penyimpanan dan pemasaran.
2. Penen adalah kegiatan pemungutan (pemetikan) hasil sawah atau ladang)

3. Harvest is the process of gathering mature crops from the fieldsharvest is to


reap the rewards of the activity that has sufficient crop physiological age.
B. Pasca Panen
1. Penanganan pasca panen adalah tindakan yang disiapkan atau dilakukan pada
tahapan pascapanen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen
dan atau diolah lebih lanjut oleh industri
2. Definisi pasca panen menurut pasal 31 UU No. 12/1992, adalah suatu kegiatan
yang meliputi pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan, pengemasan,
penyimpanan, standarisasi mutu, dan transportasi hasil budidaya pertanian.
3. In agriculture, post harvest handling is the stage of crop production
immediately following harvest, including cooling, cleaning, sorting and packing.
Teknik pasca panen adalah pemanfaatan ilmu teknik dalam kegiatan
pensortiran, pengemasan, pengaturan temperatur, transportasi, dan penyimpanan
sementara bahan biologis pertanian. Aktivitas pasca panen melindungi kualitas
produk pertanian yang dipanen. Pensortiran misalnya, diperlukan agar mengetahui
apakah produk memenuhi kriteria standar kualitas untuk dipasarkan, dan
memisahkan antara bahan yang berbeda kualitasnya. Secara singkat, pasca panen
adalah aktivitas yang dilakukan terhadap hasil pertanian yang telah dipanen tanpa
mengubah susunan kimiawinya dan wujud fisiknya secara signifikan.
Secara garis besar, pemanfaatan ilmu teknik pada kegiatan pasca panen
meliputi pemantauan sifat fisik dan kimiawi bahan pertanian dan penggunaan
teknologi dalam menangani bahan pertanian setelah pemanenan. Tidak bisa
dipungkiri bahwa metode penanganan pasca panen akan sangat bervariasi karena

produk pertanian memiliki sifat fisik dan kimiawi yang sangat beragam. Bahkan
untuk bahan pertanian yang berasal dari satu jenis tanaman, misal antara beras
gabah (beras yang masih mengandung bekatul) dan beras putih (yang sudah
dibersihkan dari bekatul) membutuhkan penanganan yang berbeda karena beras
gabah masih mengandung protein sehingga berpotensi membusuk lebih cepat
dibandingkan beras putih.
1. Pemanenan
Sesuai dengan definisinya, pasca panen dimulai ketika pemanenan.
Pemilihan metode pemanenan (manual dengan tenaga manusia, atau otomatis
dengan mesin pertanian) dapat mempengaruhi metode penanganan pasca panen
yang terjadi setelahnya. Pemanenan secara otomatis dan selektif dapat memanen
secara cepat dan memilih secara akurat hasil pertanian dengan kualitas tertentu.
Seleksi dilakukan oleh mesin dengan menganalisis sifat fisik dan kimiawi dari
hasil pertanian, seperti warna, kadar gula, ukuran buah, dan sebagainya. Hal ini
dapat menghemat waktu sortasi di lahan maupun di rumah pengepakan.

2. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menunda pemindahan dengan meletakkan
bahan di suatu tempat. Penyimpanan bahan pertanian biasanya bertujuan untuk
menunggu waktu pemindahan yang tepat dan menunggu perubahan harga terjadi.
Selama penyimpanan, kualitas produk pertanian akan terus berubah seiring
waktu. Kadar nutrisi dapat berubah karena aktivitas enzimatis produk pertanian

masih terjadi. Pengendalian atmosfer merupakan metode yang dapat digunakan


dalam menahan aktivitas enzimatis di dalam produk pertanian dengan mengatur
kadar karbon dioksida, oksigen, dan kadar air. Bahan kimia lain dapat
ditambahkan tergantung kebutuhan dan jenis produk pertaniannya, misal pisang
membutuhkan gas etilena untuk mempercepat proses pematangan buah.
Penyimpanan hasil pertanian berperan penting dalam menanggulangi
hilangnya hasil pertanian secara keseluruhan. Jumlah hasil pertanian yang hilang
akibat patogen ketika penyimpanan dapat melebihi hilangnya hasil pertanian di
lahan akibat hama dan penyakit tanaman. Penggunaan iradiasi sinar gamma dan
penyemprotan pestisida dapat dilakukan untuk mematikan patogen sebelum
penyimpanan dilakukan.
3. Transportasi
Transportasi adalah usaha pemindahan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Dalam teknik pasca panen, faktor yang perlu diperhatikan dalam transportasi
produk pertanian adalah kondisi lingkungan dan gangguan selama transportasi.
Kondisi lingkungan yang perlu diperhatikan yaitu temperatur dan kelembaban
sehingga pengaturan kondisi udara diperlukan. Gangguan selama transportasi
selain kemungkinan keberadaan patogen, yaitu getaran, dan tubrukan antara
produk pertanian dan produk pertanian dengan pengemasnya. Kerusakan mekanik
dapat terjadi karena hal ini. Pemilihan jenis dan bahan pengemas harus
disesuaikan dengan sifat fisik produk pertanian seperti bentuk dan ukuran, reologi,
kekuatan tekan, dan sebagainya.

VII. STRATEGI KEBIJAKAN DAN PEMBANGUNAN AGRIBISNIS


Saat ini telah dikembangkan konsep untuk mewujudkan masyarakat yang
sejahtera khususnya petani melalui pembangunan sistem dan usaha-usaha
agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistis.
Pembangunan sistem agribisnis merupakan pembangunan yang mengintegrasikan
pembangunan sektor pertanian dengan pembangunan industri dan jasa terkait

dalam suatu cluster industry yang mencakup lima sub-sisten, yaitu agribisnis hulu,
usaha tani, pengolahan, pemasaran dan sub-sisten jasa. Sebagai suatu sistem,
kelima sub-sisten agribisnis beserta usaha-usaha di dalamnya harus berkembang
secara simultan dan harmonis.
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan dari
suatu keadaan kepada keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam kaitan ini,
pembangunan sistem dan usaha agribisnis diarahkan untuk mendayagunakan
keunggulan komparatif Indonesia menjadi keunggulan yang berdaya saing yang
dapat memberikan kesejahteraan pada sebanyak-banyaknya rakyat Indonesia dan
berkelanjutan serta tidak rentan pada berbagai gejolak perekonomian dunia.
Pelaku utama agribisnis adalah petani dan dunia usaha meliputi usaha
rumah tangga, usaha kelompok, koperasi, usaha menengah maupun usaha besar.
Pelaku agribisnis tersebut merancang, merekayasa dan melakukan kegiatan
agribisnis itu sendiri mulai dari identifikasi pasar yang kemudian diterjemahkan
ke dalam proses produksi. Pengembangan perusahaan agribisnis diterjemahkan
sebagai upaya meningkatkan kuantitas, kualitas manajemen dan kemampuan
untuk melakukan usaha secara mandiri, dan memanfaatkan peluang pasar.
Pemerintah berkewajiban memberikan fasilitas dan mendorong berkembangnya
usaha-usaha agribisnis tersebut dalam suasana yang harmonis dan tidak terlibat
langsung dalam bisnis. Untuk itu sistem dan usaha agribisnis yang dikembangkan
harus berdaya saing (berorientasi pasar, mengandalkan produktivitas dan nilai
tambah), berkerakyatan (mendayagunakan sumber daya yang dimiliki rakyat

banyak), berkelanjutan (inovasi terus menerus), desentralisasi (Pendayagunaan


keragaman lokal).
Agar tercapai pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan dan lebih terdesentralisasi maka diperlukan berbagai
kebijakan yaitu: kebijakan ekonomi makro, kebijakan pengembangan industri,
kebijakan perdagangan dan kerja sama internasional, kebijakan lahan dan
pengembangan infrastruktur, kebijakan keamanan dan law enforcement, kebijakan
peningkatan kualitas sumber daya manusia, kebijakan pengembangan organisasi
petani, serta pengembangan pusat pertumbuhan agribisnis daerah.

VIII. TATA NIAGA PERTANIAN


A. Pengertian
Khol dan uhl (2002) mendefinisikan tataniaga sebagai suatu aktivitas bisnis
yang didalamnya terdapat aliran barang dan jasa dari titik produksi sampai ke titik
konsumen. Produksi adalah penciptaan kepuasan, proses membuat kegunaan

barang dan jasa. Kepuasan dibentuk dari proses produktif yang diklasifikasikan
menjadi kegunaan bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan.
Pendekatan dalam tataniaga pertanian dikelompokan menjadi pendekatan
kelembagaan (institutional approach), pendekatan fungsi (fungtional approach),
pendekatan barang (the commodity approach) dan pendekatan sistem (sistim
approach).
1. Pendekatan Kelembagaan (institutional approach)
Yaitu suatu pendekatan yang menekankan untuk mempelajari pemasaran
dari segi organisasi lembaga-lembaga yang turut serta dalam proses penyampaian
barang dan jasa dari titik produsen sampai titik konsumen. Lembaga-lembaga
yang terlibat dalam proses penyampaian barang dan jasa antara lain: produsen,
pedagang besar dan pedagang pengecer.
2. Pendekatan Fungsi (fungtional approach)
Adalah mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas dan tindakan atau perlakuanperlakuan ke dalam fungsi yang bertujuan untuk menyampaikan proses
penyampaian barang dan jasa. Adapun fungsi pemasaran terdiri dari tiga fungsi
pokok, yaitu:

a. Fungsi pertukaran:
1) Penjualan: Mengalihkan barang ke pembeli dengan harga yang memuaskan.
2) Pembelian: Mengalihkan barang dari penjual dan pembeli dengan harga yang
memuaskan.
b. Fungsi pengadaan secara fisik

1) Pengangkutan: Pemindahan barang dari tempat produksi dan atau tempat


penjualan ke tempat-tempat dimana barang tersebut akan terpakai (kegunaan
tempat).
2) Penyimpanan: Penahanan barang selama jangka waktu antara dihasilkan atau
diterima sampai dijual (kegunaan waktu).
c. Fungsi pelancar
1) Pembiayaan: Mencari dan mengurus modal uang yang berkaitan dengan
transaksi-transaksi dalam arus barang dari sektor produksi sampai sektor
konsumsi.
2) Penanggungan risiko: Usaha untuk mengelak atau mengurangi kemungkinan
rugi karena barang yang rusak, hilang, turunnya harga dan tingginya biaya.
3) Standardisasi dan Grading: Penentuan atau penetapan dasar penggolongan
(kelas atau derajat) untuk barang dan memilih barang untuk dimasukkan ke dalam
kelas atau derajat yang telah ditetapkan dengan jalan standardisasi.
4) Informasi Pasar: Mengetahui tindakan-tindakan yang berhubungan dengan
fakta-fakta yang terjadi, penyampaian fakta, menafsirkan fakta dan mengambil
kesimpulan akan fakta yang terjadi.

3. Pendekatan barang (the commodity approach)


Yaitu suatu pendekatan yang menekankan perhatian terhadap kegiatan atau
tindakan-tindakan yang diperlakukan terhadap barang dan jasa yang selama proses
penyampaiannya mulai dari titik produsen sampai ke titik konsumen. Pendekatan
ini menekankan pada komoditi yang akan diamati.

4. Pendekatan Sistem (sistim approach)


Yaitu merupakan suatu kumpulan komponen-komponen yang bekerja secara
bersama-sama dalam suatu cara yang terorganisir. Suatu komponen dari suatu
sistem, mungkin merupakan suatu system tersendiri yang lebih kecil yang
dinamakan subsistem
B. Saluran Tataniaga
Menurut Kotler (2002), saluran tataniaga adalah serangkaian lembaga yang
melakukan semua fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status
kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Produsen memiliki peranan utama
dalam menghasilkan barang-barang dan sering melakukan sebagian kegiatan
pemasaran, sementara itu pedagang menyalurkan komoditas dalam waktu, tempat,
bentuk yang diinginkan konsumen. Hal ini berarti bahwa saluran tataniaga yang
berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada masing-masing
lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut.
Saluran tataniaga dari suatu komoditas perlu diketahui untuk menentukan
jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat
ditempuh. Selain itu saluran pemasaran dapat mempermudah dalam mencari
besarnya margin yang diterima tiap lembaga yang terlibat.
Menurut Kotler dan Amstrong (2001), Saluran tataniaga terdiri dari
serangkaian lembaga tataniaga atau perantara yang akan memperlancar kegiatan
tataniaga dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen. Tiap perantara yang
melakukan tugas membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke pembeli
akhir yang merupakan satu tingkat saluran. Saluran nol-tingkat (saluran tataniaga

nol-langsung) terdiri dari produsen yang menjual langsung ke konsumen akhir.


Saluran satu-tingkat terdiri dari satu perantara penjual, yaitu pengecer. Saluran
dua-tingkat dari dua perantara, seperti pedagang besar dan pengecer. Saluran tigatingkat dalam saluran tataniaga barang konsumsi memiliki tiga perantara, yaitu
pedagang besar, pemborong dan pengecer.
c. Marjin Tataniaga
Marjin tataniaga didefinisikan sebagai perbedaan harga atau selisih harga
yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen atau dapat
pula dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak
dari tingkat produsen sampai ke titik konsumen akhir. Kegiatan untuk
memindahkan barang dari titik produsen ke titik konsumen membutuhkan
pengeluaran baik fisik maupun materi. Pengeluaran yang harus dilakukan untuk
menyalurkan komoditi dari produsen ke konsumen disebut biaya tataniaga.
Hammond dan Dahl (1977) menyatakan bahwa marjin tataniaga
menggambarkan perbedaan harga di tingkat konsumen (Pr) dengan harga di
tingkat produsen (Pf). Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi
pemasaran yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga jual dari
lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin
banyak lembaga pemasaran yang terlibat semakin besar perbedaan harga antar
produsen dengan harga di tingkat konsumen.
Marjin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan
sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat.
Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu mencerminkan efisiensi

yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan
tataniaga adalah dengan membandingkan persentase atau bagian harga yang
diterima petani (farmers share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir.
Tingkat efisiensi tataniaga juga dapat diukur melalui besarnya rasio
keuntungan terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga
didefinisikan sebagai besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga
yang dikeluarkan. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan terhadap
biaya maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien. (Limbong
dan Sitorus, 1987)
d. Pemasaran
Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini ditandai dengan makin
tajamnya persaingan. Oleh karena itu, peranan pemasaran semakin penting dan
merupakan ujung tombak setiap perusahaan. Keberhasilan usaha suatu perusahaan
ditentukan oleh keberhasilan pemasarannya. Pemasaran merupakan kunci
keberhasilan usaha perusahaan.
Dalam pemasaran komoditi pertanian terdapat pelaku-pelaku ekonomi yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Proses pemasaran merupakan
proses yang sedang dan terus berlangsung dan membentuk suatu sistem. Suatu
sistem pemasaran tersusun atas beberapa sub-sistem yang saling berinteraksi satu
sama lain, yang sangat menentukan hasil akhir dari suatu sistem itu sendiri.
Dalam membahas pemasaran pertanian tidak terlepas dari konsep pasar,
pemasaran dan pemasaran pertanian. Adapun pemasaran pertanian merupakan
bagian dari ilmu pemasaran pada umumnya, tetapi dianggap sebagai suatu ilmu

yang berdiri sendiri. Anggapan ini didasarkan pada karakteristik produk pertanian
serta subyek dan obyek pemasaran pertanian itu sendiri. Dalam mendefinisikan
pasar, perlu diperhatikan adanya pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas
pemasaran.
Pasar secara sempit didefinisikan sebagai lokasi geografis, dimana penjual
dan pembeli bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi, barang, dan
jasa (Sudiyono, 2004). Pasar dalam arti modern berarti suatu proses aliran barang
dari produsen ke konsumen yang disertai penambahan guna barang baik guna
tempat, waktu, bentuk dan kepemilikan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, pasar dapat didefinisikan sebagai
tempat ataupun terjadinya pemenuhan kebutuhan dan keinginan dengan
menggunakan alat pemuas yang berupa barang ataupun jasa, dimana terjadi
pemindahan hak milik antara penjual dan pembeli.
Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi
dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen ke konsumen
akhir yang disertai pnambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna
tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses
penyimpanan. dalam mendefinisikan proses pemasaran ini sangat tergantung
posisi seseorang yang terlibat dala proses pemasaran. Ada beberapa definisi
pemasaran yang dikemukakan oleh beberapa para ahli, antara lain:
1. Menurut King

Pemasaran merupakan pengambilan keputusan dan pelaksanaan, termasuk


perencanaan dan penetapan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang
berupa barang.
2. Menurut Fisk
Pemasaran ialah segala usaha bisnis sehingga dapat memenuhi kebutuhan barang
dan jasa yang diinginkan oleh semua konsumen.
3. Menurut Schewe dan Smith
Pemasaran adalah aktivitas-aktivitas dimana badan usaha melakukan promosi
untuk menyampaikan barang dan jasa antara perusahaan dan masyarakat.
4. Menurut Downey dan Erikson
Pemasaran merupakan ilmu yang menelaah terhadap aliran produk secara fisik
dan ekonomis dari produsen melalui lembaga pemasaran kepada konsumen.

Anda mungkin juga menyukai