Asuransi Laut KUHD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

NAMA : MUHAMMAD NUR UDPA

NIM : B111 07 173

MATA KULIAH : HUKUM PENGANGKUTAN DAN ASURANSI

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian,

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan nama
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.”
Sedangkan, berdasarkan pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, dimana penanggung mengikat diri


terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi
karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan,
yang mungkin akan dapat diderita karenasuatu peristiwa yang tidak pasti.”
Pertanggungan itu antara lain dapat mengenai:
o Bahaya kebakaran
o Bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum dipanen
o Jiwa satu orang atau lebih
o Bahaya laut dan bahaya perbudakan
o Bahaya pengangkutan di darat, di sungai, dan perairan pedalaman

Kali ini penulis akan memaparkan lebih lanjut mengenai asuransi laut. Sebelum itu, lebih
baiknya kita mengetahui lebih mendasar mengenai hal-hal yang terkait mengenai asuransi laut
tersebut, yaitu:

 Polis, merupakan isi kesepakatan antara pihak tertanggung dengan penanggung


berkenaan dengan risiko yang hendak dipertanggungkan.

Berdasarkan pasal 255 KUHD, pertanggungan harus dilakukan secara tertulis dengan
akta, yang diberi nama polis.

1
Semua polis, kecuali polis pertanggungan jiwa, harus menyatakan (pasal 256 KUHD):

a) Hari pengadaan pertanggungan itu

b) Nama orang yang mengadakan pertanggungan itu atas beban sendiri atau atas
beban orang lain

c) Uraian yang cukup jelas tentang barang yang dipertanggungkan

d) Jumlah uang yang untuk itu dipertanggungkan

e) Bahaya yang diambil oleh penanggung atas bebannya

f) Waktu mulai dan berakhirnya bahaya yang mungkin terjadi atas beban
penanggung

g) Premi pertanggungan

h) Pada umumnya, semua keadaan yang pengetahuannya tentang itu mungkin mutlak
perlu bagi penanggung dan semua syarat yang diperjanjikan antara para pihak.

 Premi adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh tertanggung guna mendapatkan
perlindungan atas objek yang dipertanggungkan.

Premi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan setiap bulannya sebagai kewajiban


dari tertanggung atas keikutsertaannya di asuransi. Besarnya premi atas keikutsertaan di
asuransi yang harus dibayarkan telah ditetapkan oleh perusahaan asuransi dengan
memperhatikan keadaan-keadaan dari tertanggung.

Asuransi laut di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang diatur secara jelas, terperinci dan
luas. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) lebih dari 25pasal (dari pasal 592
sampai dengan pasal 685) secara khusus mengatur tentang asuransi laut ini.

2
Pasal 592 KUHD selain syarat-syarat yang tersebut dalam pasal 256, polis (dalam hal asuransi
laut) harus menyebutkan:
 Nama nakhoda, nama kapal serta macamnya yang dalam masalah asuransi kapal
menyebabkan tentang apakah kapal itu dibuat dari bahan tertentu atau harus disebutkan
bahwa pihak yang ditanggung tidak tahu tentang itu;
 Tempat dimana barang-barang muatan itu dimuat dengan kapal tersebut.
 Pelabuhan-pelabuhan harus berangkat;
 Pelabuhan-pelabuhan atau tempat-tempat berlabuhdimana kapal tersebut harus
mengambil atau menurunkan muatan;
 Pelabuhan-pelabuhan atau tempat-tempat perdaratan yang harus dimasuki kapal tersebut;
 Tempat dari mana bahya mulai berjalan atau tanggungan pihak yang menanggung;
 Harga kapal yang ditanggung.
Hal-hal yang tersebut diatas penyebutannya tidaklah bersifat kaku atau mutlak, akan
tetapi lebih bersifat luwes atau flexible.

Selain itu, asuransi laut berpokok khusus pada (pasal 593 KUHD):
a. Casco atau lunas sebuah kapal, kosong atau dengan muatannya, dipersenjatai atau
tidak dipersenjatai, berlayar sendirian atau bersama-sama dengan kapal lainnya;
b. Segala alat perlengkapan sebuah kapal;
c. Alat perlengkapan perangnya;
d. Bahan makanan, dan pada umumnya semua biaya yang telah dikeluarkan untuk kapal
itu, sampai kepada penurunan kapal kelaut ;
e. Semua barang yang dalam muatan;
f. Segala upah pengangkutan yang akan dipeolehnya;
g. Bahaya perbudakan.
Pada pertanggungan atas kapal, tanpa penunjukan keterangan lebih lanjut, diartikan dengan itu
badan dan lunas kapal, alat perlengkapan dan alat perlengkapan perangnya.

Sedangkan menurut pasal 594 KUHD menyebutkan pertanggungan dapat diadakan:


a. Terhadap seluruh atau sebagian dari barang-barang yang bersangkutan, bersama-sama
atau masing-masing tersendiri;

3
b. Pada situasi damai atau saat perang;
c. Sebelum atau selama dalam pelayaran kapal tersebut;
d. Untuk perjalanan berangkatnya saja atau pulangnya saja, atau untuk perjalanan
pulang-pergi, atau juga hanya untuk sesuatu tertentu;
e. Untuk semua bahaya laut;
f. Untuk perkabaran yang baik atau buruk.

Kepastian tentang Kapalnya Belum Diperoleh


Terkadang seseorang yang akan menerima suatu barang yang pengirimannya dengan kapal,
belum mengetahui kapal mana yang akan mengangkut barangnya itu. Bila terjadi hal ini pasal
595 menyebutkan bahwa pihak tersebut tidak perlu penyebutan tentang nakhoda dan kapal, asal
saja dalam polisnya tidak diketahui tentang hal itu dan disebutkan pula tentang tanggal dan
penandatanganan dari surat pengantar yang paling baru. Kepentingan tergantung dengan cara ini
hanya dapat dipertanggungkan untuk waktu tertentu, akan tetapi batasan ini tidak bersifat mutlak
(tidak termasuk hukum imperative, normative, terhadap mana yang tidak dapat diadakan
penyimpangan).

Kepastian tentang Wujud Barangnya Belum Diperoleh


Barang-barang yang akan diterima, di mana macam dan wujudnya belum diketahui, dapat
diasuransikan. Ditetapkan oleh Pasal 596, jika pihak yang ditanggung tidak mengetahui tentang
macamnya barang-barang yang akan dikirimkan kepadanya atau yang disimpan, maka barang-
barang tersebut bisa diasuransikan di bawah mana barang pada umumnya.

Pertanggungan seperti ini tidak termasuk perak dan emas dalam bentuk mata uang, barang-
barang dari emas dan perak, perhiasan, mutiara atau barang-barang berharga dan barang-barang
kebutuhan perang, dijelaskan dalam Pasal 596 Ayat 2.

Pertanggungan yang Didasarkan atas Kabar Baik atau Buruk


Kemungkinan suatu pertanggungan diadakan pada saat barang-barang sudah sampai ke tempat
tujuan tanpa ada suatu kerusakan apapun, dan pihak asurador mengetahui secara pasti hal ini.

4
Oleh pasal 579 jo Pasal 269 pertanggungan ini dinyatakan batal, sebabhal ini tida termasuk pada
suatu peristiwa yang belum pasti terjadinya, di mana keyataannya memang sudah jelas bahwa
barang tidak rusak atau dalam keadaan baik.

Juga untuk keadaan sebaliknya, di mana di saat pertanggungan dilakukan keadaaan barang
tersebut telah rusak, dan tentang adanya kerusakan ini pihak yang ditanggung telah
mengetahuinya, maka hal ini pun oleh Pasal 269 dinyatakan batal.

Barang-barang yang Tidak Boleh Ditanggung


Mengenai barang-barang yang tidak boleh ditanggung keselamatannya ini ditetapkan oleh pasal
599 KUHD sebagai berikut. Segala pertangungan adalah batal apabila dibuat:
1, 2, dan 3 dihapuskan menurut Lembaga Negara tahun 1933 NO 47, tahun 1934 No. 214 dan
tahun 1938 No.2;
4 atau barang-barang yang menurut undang-undang atau peratuan-peraturan lainnya tidak boleh
diperdagangkan;
5 atau sebuah kapal, baik kapal Indonesia atau kapal asing yang dipergunakan untuk mengangkut
barang-barang yang bersangkutan.

Waktu Awal Timbulnya Keadaan Darurat


Asuransi laut dilakukan karena adanya keadaan gawat di laut. Hal ini berarti bahwa sangat perlu
untuk mengetahui saaat awal adanya keadan gawat tersebut yang biasanya merupakan saat
kebernagkatan kapal itu.

Asuransi laut ini biasanya dilakukan di saat kapalnya sudah berangkat belayar, dengan catatan
bahwa pada polis harus dijelaskan bahwa sesungguhnya pihak yang ditanggung tidak
mengetahui adanya pemberangkatan kapal itu, serta kabar terakhir tentang keadaan kapal harus
diketahuinya, seperti diucapkan oleh 603 KUHD.

Ongkos Pengangkutan
Pasal 616 upah pengangkutan boleh dipertanggungkan untuk jumlah sepenuhnya.

5
Pasal 617. Apabila kapanya musnah atau terdampar, maka pertanggungannya harus dengan apa
yang bagi nakhoda atau pemilik kapal tadi telah terhemat mengenai biaya-biaya perjalanan
sebagai akibat kecelakaan itu, dibandingkan dengan apa yang sedianya harus dikeluarkan,
seandainya kapal tadi dengan selamat tiba di tempat tujuannya.

Pertanggungan Terhadap Kemungkinan Terjadinya Pembajakan di Laut. Seperti ditetapkan oleh


Pasal 818, dalam hal ini yang ditanggung adalah besarnya uang yang harus dikeluarkan
untuk menebus seseorang yang menjadi korban penyanderaan selama dalam pelayaran.

Masa Berlakunya Pertanggungan

Tentang kapan berlakunya pertanggungan dan saat tidak berlakunya ini ditentukan oleh Pasal-
pasal 624 sampai dengan Pasal 634 KUHD.

Pasal 624 dalam hal pertanggungan pada sebuah kapal, maka bahaya mulai berjalan bagi pihak
yang menangung sejak saat nakhoda mulai dengan pemuatan barang-barang dagangan; atau
apabila ia diwajibkan berangkat hanya dengan membawa bahan pemberat, pada saat dimulainya
memuat bahan tersebut.

Pasal 625. Dalam pertangungan yang disebutkan yang lalu bahaya bagi pihak yang menanggung
berakhir dalam janga 21 hari setelah barang-barangnya dipertanggungkan sampai di tempat
tujuan, atau sekian hari lebih cepat setelah barang-barang sebuah muatan tersebut dibongkar.

Pasal 626 KUHD, dalam halnya sebuah kapal dipetanggungkan untuk sebuah perjalanan pergi-
pulang, atau untuk lebih dari suatu perjalanan, maka pihak yang menanggung, selamam itu
menanggung bahaya sampai dengan 21 hari semenjak diselesaikannya perjalanan teakhir, atau
beberapa hari lebih cepat setelah barang-barang muatan terakhir setelah dibongkar.

Pasal 627 KUHD. Apabila yang diasuransikan itu adalah barang-barang dagangan atau barng-
barang lainnya, maka bahaya mulai berjalan atas tanggungan pihak yang menanggung segera

6
setelah barang-barang itu di bawanyake tepi laut, untuk selanjutnya tempat itu dimuat atau
dinaikkan ke dalam kapal-kapal yang akan mengangkutnya.

Pasal 628 KUHD, jika yang diasuransikan itu adalah barang-barang dagangan atau barang-
barang lainnya, maka bahaya itu berlangsung terus tanpa henti, meskipun nakhoda telah dengan
terpaksa melakukan pelabuhan darurat, membongkar muatan dan memperbaiki kapalnya di situ,
hingga perjalanannya dihentikan secara sah oleh pihak yang ditanggung diberikan perintah untuk
tidak lagi memuat barang-barangnya ke kapal, ataupun pelayaran itu diselesaikan sama sekali.
Pasal 629 KUHD, jika nakhoda atau pihak yang ditanggung atas barang-barang, karena alasan-
alasan yang sah tidak dapat membongkar muatan dalam jangka waktu seperti ditetapkan Pasal
627, sedangkan mereka tidak bersalah atas keterlambatan itu, bahaya bagi pihak yang
menanggung tetap berlangsung sampai saat selesainya dibongkar barang-barang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai