Makalah PLURALISME
Makalah PLURALISME
Makalah PLURALISME
ISLAM
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Umum Seminar Pendidikan
Agama Islam (KU300)
Dosen Pengampu Dr. H. Sudirman, M.Ag., M.Pd.
Oleh
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk Tuhan telah diciptakan dengan berbagai
keberagamannya. Tidak ada satupun manusia yang memiliki sifat yang sama.
Begitu pula dengan akal dan pengetuan manusia pasti berbeda. Sudah menjadi
hal yang wajar ketika terjadi perbedaan pendapat diantara sekumpulan
kelompok karena manusia itu pada dasarnya sudah diciptakan berbeda. Untuk
itu sebagai sesama manusia, harus saling menghargai perbedaan yang ada
pada manusia.
Indonesia sendiri terkenal dengan keragaman budaya, agama, adat, bahasa,
dan kekayaan alam lainnya. Sikap saling menghargai antar manusia di
Indonesia pun selalu ditamankan didalam dirinya. Begitu pula antar umat
beragama yang berbeda, Indonesia selalu menanamkan toleransi antar umat
yang berbeda agama. Kemajemukan atau keberagaman antar umat beragama
dinamakan pluralitas (Farkhani, 2013).
Selain pluralitas agama, dikenal pula paham mengenai pluralism. Pluralisme agama
adalah suatu keragaman agama yang terkumpul dalam suatu masyarakat
tertentu. Secara sederhana pluralisme dapat diartikan sebagai paham yang
mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama, dan budaya.
Bukan hanya menoleransi adanya keragaman pemahaman tersebut, tetapi
bahkan mengakui kebenaran masing-masing pemahaman, setidaknya menurut
logika para pengikutnya. Latar belakang munculnya gerakan pluralisme adalah
muncul akibat reaksi dari tumbuhnya klaim kebenaran oleh masing-masing
kelompok terhadap pemikirannya sendiri. Persoalan klaim kebenaran inilah
yang dianggap sebagai pemicu lahirnya radikalisasi agama, perang dan
penindasan atas nama agama. Konflik horisantal antar pemeluk agama hanya
akan selesai jika masing-masing agama tidak menganggap bahwa ajaran
agama meraka yang paling benar. Itulah tujuan akhir dari gerakan pluralisme ;
untuk menghilangkan keyakinan akan klaim kebenaran agama dan paham
yang dianut, sedangkan yang lain salah. Maka itulah, muncul sebuah paham
yang berlandaskan bahwa setiap agama itu sama kebenarannya dan
menyembah Tuhan yang sama, namun cara penyembahannya saja yang
berbeda (Khoir, 2014).
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pluralitas Agama
memegang
lebih
dari
satu
jabatan
dalam
struktur
baik
bersifat
kegerejaan
maupun
non
kegerejaan.
2. Pengertian filosofis; sistem pemikiran yang tidak hanya
berlandaskan pada satu hal
3. Pengertian sosio-politis; mengakui adanya perbedaan
dalam segala hal dengan tetap menjunjung tinggi aspekaspek perbedaan diantara kelompok-kelompok tersebut.
Sedangkan dalam kamus ilmiah popular, pluralitas adalah
kejamakan, orang banyak. Atau bisa juga diartikan sebagai
keberagaman.
Jadi,
pluralitas
adalah
keberadaan
dari
inilah
yang
disebut
sebagai
keutamaan
dan
hal dalam aspek kehitupan sosila budaya, yang di dalamnya tedapat agama.
Di tambah dengan pendapat dari Anis Malik Thoha yang mengungkapan
bahwa adalah tiga penjeasan penting mengenai pengertian pluralitas yang
mana pada poin pertama mengacy pada satu jabatan di stuktur di kegerejaan
yang dalam keitannya memegang dua jabatan lebih secara berbarengan, baik
yang bersifat kegerejaan atau pun yang non kegerejaan (Admin, 2015).
Al-Quran sendiri juga mengakui adanya pluralitas, yang
tercantum dalam Q.S. Ar Rum: 22
Dan
di
antara
tanda-tanda
kekuasaan-Nya
ialah
terdapat
tanda
bagi
orang-orang
yang
mengetahui.
Ayat ini menunjukkan bahwa keberagaman suku, bangsa,
bahasa, warna kulit adalah hal yang menjadi sunnatullah.
Inilah yang dikatakan pluralitas menurut islam. Sebagaimana
diciptakannya berbagai suku dan budaya di penjuru dunia.
ditujukan
kepada
Tuhan,
serta
mengkaji
tentang
sama-sama
sahih.
Pendapat
ini
seringkali
agama-agama.
Kadang-kadang
ekumenisme,
juga
yakni
digunakan
upaya untuk
sebagai
sinonim
untuk
mempromosikan
suatu
satu agama.
Dan sebagai sinonim untuk toleransi agama, yang merupakan
prasyarat
untuk
ko-eksistensi
harmonis
antara
berbagai
menghilangkan
konflik
dan
sekaligus
menghilangkan
Argumen Pluralisme
Dalam mengajarkan gagasan ini mereka sering mengumpamakan agama
dengan tiga orang buta yang menjelaskan tentang bentuk gajah. Ketiga orang
buta itu diminta untuk memegang gajah, ada yang memegang telinganya, ada
yang memegang kakinya, dan ada yang memegang belalainya. Setelah mereka
semua memegang gajah, lalu mereka bercerita satu sama lain; yang memegang
belalai mengatakan bahwa gajah itu seperti pipa, yang memegang telinganya
berkata bahwa gajah seperti kipas yang lebar dan kaku. Yang memegang kaki
mengatakan bahwa gajah seperti pohon besar yang kokoh.
Dengan berpijak pada cerita tersebut lalu mereka mengatakan bahwa
semua agama pada dasarnya menyembah Tuhan yang sama, meskipun cara
penyembahannya berbeda-beda.
Bagi para penggiat pluralisme dari kalangan kaum muslimin mereka pun
menyitir ayat-ayat yang mengandung gagasan pluralisme. Di antara ayat yang
sering mereka sitir adalah;
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); (al-Baqarah:256)
Sesungguhnya orang-orang mumin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orangorang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada
Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (al-Baqarah:62).
Bantahan atas Argumen Pluralisme
Dengan kemampuan mereka memahami bahasa Arab yang cukup baik,
mereka suka memelintir makna ayat sehingga kaum intelektual-awam agama
percaya kepada mereka. Mari kita perhatikan ayat 256 surat al-Baqarah;
Mereka menganggap tidak ada paksaan dalam beragama berarti pengakuan
agama lain. Pemahaman demikian bukanlah pemahaman yang benar. Untuk
lebih memahami makna tidak ada paksaan ini satu ayat penuh harus difahami
secara utuh. Lanjutan ayat tersebut adalah,
. sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Al-Baqarah : 256)
Jika ayat ini dibaca dengan tuntas maka akan jelas, tidak ada paksaan
karena telah jelas yang benar dan yang salah, islam itulah yang benar dan yang
lainnya adalah salah. Masing-masing bebas memilih dengan resiko sendirisendiri. Adapun kaum pluralis dalam memaksakan pemahamannya tak jarang
memotong ayat tidak pada tempatnya sehingga seolah-olah benar padahal
tidak benar.
Jika kita lihat ayat 62 surat al-Baqarah, sekilas memang ayat ini menjelaskan
bahwa orang Yahudi jika tetap beriman dan beramal shaleh akan masuk sorga.
Orang Nasrani, orang Shabiin, selama tetap beriman dan beramal shaleh ia
akan masuk sorga.
Dalam memahami suatu ayat, para ulama telah menganjurkan agar
menggunakan riwayat turunnya ayat, yang disebut dengan asbab nuzul.
Adapun asbab nuzulnya ayat ini adalah; Salman al-Farisi; tatkala ia
menceritakan kepada Nabi saw kebaikan-kebaikan guru-gurunya dari
golongan Nasrani dan Yahudi. Tatkala Salman selesai memuji para
shahabatnya, Nabi saw bersabda, Ya Salman, mereka termasuk ke dalam
penduduk neraka. Selanjutnya, Allah swt menurunkan ayat ini. Lalu hal ini
menjadi keimanan orang-orang Yahudi; yaitu, siapa saja yang berpegang teguh
terhadap Taurat, serta perilaku Musa as hingga datangnya Isa as (maka ia
selamat). Ketika Isa as telah diangkat menjadi Nabi, maka siapa saja yang
tetap berpegang teguh kepada Taurat dan mengambil perilaku Musa as, namun
tidak memeluk agama Isa as, dan tidak mau mengikuti Isa as, maka ia akan
binasa. Demikian pula orang Nashraniy. Siapa saja yang berpegang teguh
kepada Injil dan syariatnya Isa as hingga datangnya Mohammad saw, maka ia
adalah orang Mukmin yang amal perbuatannya diterima oleh Allah swt.
Namun, setelah Mohammad saw datang, siapa saja yang tidak mengikuti Nabi
Mohammad saw, dan tetap beribadah seperti perilakunya Isa as dan Injil, maka
ia akan mengalami kebinasaan.
Ibnu Katsir menyatakan, setelah ayat ini diturunkan, selanjutnya Allah swt
menurunkan surat,
Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akherat termasuk orangorang yang merugi.[Ali Imron:85].
Ibnu Abbas menyatakan, Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada satupun
jalan, agama, kepercayaan, dll, ataupun perbuatan yang diterima di sisi Allah,
kecuali jika jalan dan perbuatan itu berjalan sesuai dengan syariatnya
Mohammad saw. Adapun, umat terdahulu sebelum nabi Mohammad diutus,
maka selama mereka mengikuti ajaran nabi-nabi pada zamanya dengan
konsisten, maka mereka mendapatkan petunjuk dan memperoleh jalan
keselamatan.
Ya, kaum pluralis itu mengambil satu ayat dengan mengabaikan ayat-ayat
yang lain. Meraka abaikan ayat ;
Sesungguhnya agama yang diridloi di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali
Imron:19).
Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akherat termasuk orang-orang
yang merugi. (Ali Imron:85).
Mereka abaikan pula ayat;
Orang-orang Yahudi berkata: Uzair itu putera Allah dan orang
Nasrani berkata: Al Masih itu putera Allah. Demikian itulah ucapan
mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir
yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai
berpaling? (al-Taubah:30)
Sungguh telah kafir, mereka yang mengatakan, Tuhan itu ialah Isa al-Masih
putera Maryam.(al-Maidah:72)
Seandainya ide pluralisme agama ini memang diakui di dalam Islam, berarti,
tidak ada satupun orang yang dikatakan kafir. Tetapi al-quran dengan sangat
tegas menyebut orang ahlikitab yang tidak menerima Islam dengan sebutan
kafir.
10
Firman Allah
Sesungguhnya orang-orang kafir dari golongan ahli kitab dan orang-orang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
Mereka itu adalah seburuk-buruknya mahluk (al-Bayyinah:6)
Demikianlah, Islam sama sekali tidak mengakui kebenaran ide pluralisme.
Islam hanya mengakui adanya pluralitas agama dan keyakinan. Maknanya
Islam hanya mengakui adanya agama dan keyakinan di luar agama islam, serta
mengakui adanya identitas agama-agama selain Islam. Islam tidak memaksa
pemeluk agama lain untuk masuk Islam. Mereka dibiarkan memeluk
keyakinan dan agama mereka. Hanya saja, pengakuan Islam terhadap
pluralitas agama tidak boleh dipahami bahwa Islam juga mengakui adanya
kebenaran pada agama selain Islam. Islam tetap mengajarkan bahwa agama di
luar Islam adalah kesesatan, meskipun diijinkan hidup berdampingan dengan
Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pluralitas adalah sebuah landasan yang sifatnya positif dalam
menerima adanya kemajemukan semua hal dalam aspek kehitupan sosila
budaya, yang di dalamnya tedapat agama. Pluralisme adalah konsep yang
menuntut setiap pemeluk agama untuk tidak hanya mengakui keberadaan dan
13
hak agama lain, tapi juga terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan
persamaan di antara mereka guna tercapainya kerukunan dalam kebhinnekaan.
Islam sama sekali tidak mengakui kebenaran ide pluralisme. Islam
hanya mengakui adanya pluralitas agama dan keyakinan. Maknanya Islam
hanya mengakui adanya agama dan keyakinan di luar agama Islam, serta
mengakui adanya identitas agama-agama selain Islam. Islam tidak memaksa
pemeluk agama lain untuk masuk Islam. Mereka dibiarkan memeluk
keyakinan dan agama mereka. Hanya saja, pengakuan Islam terhadap
pluralitas agama tidak boleh dipahami bahwa Islam juga mengakui adanya
kebenaran pada agama selain Islam. Islam tetap mengajarkan bahwa agama di
luar Islam adalah kesesatan, meskipun diijinkan hidup berdampingan dengan
Islam.
B. Saran
Sebagai seorang muslim, kita harus senatiasa memperkuat iman kita
dengan mengikuti kajian-kajian tentang keislaman kita, agar keimanan kita
tidak goyah dengan adanya gangguan dari luar dan teguh pada pendirian
sendiri.
MUI sebagai organisasi islam terbesar di Indonesia, harus mampu
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada umat beragama untuk
berijtihad dalam menggali nilai-nilai ajaran Islam yang hakiki yang sesuai
dengan perkembangan manusia dan tetap bertegang teguh pada Al-Quran
dan Al-Hadis.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2015, April 16). Pengertian Pluralitas Menurut Para Ahli. Retrieved
from Referensi Pelajar:
http://www.duniapelajar.com/2014/08/10/pengertian-pluralitas-menurutpara-ahli/
Basyir, M. K. (2011). Transaksi Game Online Ditinjau dari Perspektif Hukum
Islam. Skripsi, 1-47.
14
15
16
ABSTRAK
Pluralisme agama adalah suatu keragaman agama yang terkumpul dalam
suatu masyarakat tertentu. Secara sederhana pluralisme dapat diartikan sebagai
paham yang mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama, dan
budaya. Bukan hanya menoleransi adanya keragaman pemahaman tersebut, tetapi
bahkan mengakui kebenaran masing-masing pemahaman, setidaknya menurut
logika para pengikutnya. Latar belakang munculnya gerakan pluralisme adalah
muncul akibat reaksi dari tumbuhnya klaim kebenaran oleh masing-masing
kelompok terhadap pemikirannya sendiri. Persoalan klaim kebenaran inilah yang
dianggap sebagai pemicu lahirnya radikalisasi agama, perang dan penindasan atas
nama agama. Islam memandang setiap agama itu berbeda, tidak bisa disama
ratakan. Agama itu berbeda-beda dari segi aturan hidupnya (syariat) dan
pandangan hidupnya (akidah), karena itu pluralisme sama sekali tidak berarti
semua agama itu sama, perbedaan sudah menjadi kenyataan. Semua agama itu
kembali kepada Allah, adalah tugas dan wewenang tuhan untuk menyelesaikan
perbedaan diantara berbagai agama. Akan tetapi, fakta bahwa kebenaran Tuhan
menemukan ekspresi secara berbeda, bahkan mempertentangkan agama-agama,
tidak berarti bahwa manusia bebas memilih agama apapun sesuai dengan selera
mereka. Kaum pluralis itu mengambil satu ayat dengan mengabaikan ayat-ayat
yang lain. Meraka abaikan ayat : Sesungguhnya agama yang diridloi di sisi Allah
hanyalah Islam. (Ali Imron:19).Demikianlah, Islam sama sekali tidak mengakui
kebenaran ide pluralisme. Islam hanya mengakui adanya pluralitas agama dan
keyakinan. Maknanya Islam hanya mengakui adanya agama dan keyakinan di luar
agama islam, serta mengakui adanya identitas agama-agama selain Islam. Islam
tidak memaksa pemeluk agama lain untuk masuk Islam. Mereka dibiarkan
memeluk keyakinan dan agama mereka. Hanya saja, pengakuan Islam terhadap
pluralitas agama tidak boleh dipahami bahwa Islam juga mengakui adanya
kebenaran pada agama selain Islam. Islam tetap mengajarkan bahwa agama di luar
Islam adalah kesesatan, meskipun diijinkan hidup berdampingan dengan Islam.
Kata kunci: Pluralisme, Pluralitas, Agama, Islam.
17
DAFTAR ISI
Abstrak
Daftar Isi
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB 2 PEMBAHASAN
13
A. Kesimpulan
13
B. Saran
13
Daftar Pustaka
18