BAB IV Gambaran Umum Wilayah-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 54

BAB

IV

GAMBARAN UMUM
WILAYAH

4.1. GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN NATUNA


4.1.1. Letak Geografis, Batas Administrasi Dan Luas
Wilayah
Kabupaten Natuna terletak di Laut Cina Selatan dengan
posisi yang sangat strategis baik dari segi bisnis maupun
pertahanan dan keamanan karena terletak pada jalur pelayaran
internasional. Berdasarkan orientasi dengan ibukota negaranegara Asia Tenggara maka Kabupaten Natuna terletak diantara
Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Saigon, Bandar Sribegawan
(Brunei). Sedangkan ibukota negara Asia Tenggara Lainnya
seperti Bangkok, Hanoi, Rangoon dan Manila terletak pada
radius kurang dari 2000 kilometer dari Natuna (Gambar 4.1.
Peta Orientasi Kabupaten Natuna).
Kabupaten Natuna merupakan kabupaten baru yang
merupakan hasil pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau sebelum
menjadi Provinsi yang didasarkan pada Undang-undang RI No.
53 tahun 1999. Kabupaten Natuna yang terletak pada posisi
116' - 719' Lintang Utara dan 10500' - 11000' Bujur Timur,
menurut Undangundang Nomor 33 Tahun 2008, Kabupaten
Natuna memiliki luas 264.198,37 Km2 dengan luas daratan
2.001,30 Km2 dan lautan 262.197,07 Km2 dimana Ranai sebagai
Ibukota Kabupaten Natuna. Kabupaten ini terdapat 154 pulau,
dengan 27 pulau (17,53 persen) yang berpenghuni dan sebagian
besar pulau (127 buah) tidak berpenghuni. Dua pulau terbesar
diantaranya adalah Pulau Bunguran, dan Pulau Serasan.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau TigaBunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Secara administratif Kabupaten Natuna berbatasan dengan


dengan:
1. Sebelah Utara : Negara Vietnam dan Kamboja
2. Sebelah Timur : Malaysia Bagian Timur (Sarawak) dan

Kalimantan Barat
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Bintan
1.

Sebelah

Barat

Semenanjung

Kabupaten Kepulauan Anambas.

Malaysia

dan

Kabupaten Natuna terdiri dari 12 kecamatan yaitu Kecamatan


Midai, Bunguran Barat, Bunguran Utara, Pulau Laut, Pulau Tiga,
Bunguran Timur, Bunguran Timur Laut, Bunguran Tengah,
Bunguran Selatan, Serasan, Subi dan Serasan Timur. Adapun
ibukota, luas, dan desa/kelurahan masing-masing kecamatan
dapat dilihat pada Tabel 4.1.Tabel 4.4, dan Gambar 4.2. Peta
Administrasi Kabupaten Natuna.
Tabel 4.1.
Luas Wilayah Kabupaten Natuna Menurut Kecamatan
Tahun 2014
Kecamatan

Ibukota

Luas (Km2)
Daratan
26,10
448,46
404,71
37,69
67 ,87
146,83
235,01
172,71
233,99
43,65
160,93
23,35
2.001,30

Lautan
Jumlah
262.197,0 264.198,3
7
7

Midai
Sabang Barat
Bunguran Barat
Sedanau
Bunguran Utara
Kelarik
Pulau Laut
Air Payang
Pulau Tiga
Sabang Mawang
Barat
Bunguran Timur
Ranai
Bunguran Timur
Tanjung
Laut
Bunguran
Tengah Harapan Jaya
Bunguran Selatan Cemaga
Serasan
Serasan
Serasan Timur
Terayak
Subi
Arung Ayam
Kabupaten
262.197
Ranai
Natuna
,07
Sumber : BPS Kabupaten Natuna (Natuna Dalam Angka Tahun 2015)

264.198,
37

Tabel 4.2.
Jumlah Desa/Kelurahan yang ada di Kabupaten Natuna
Kecamatan

Desa/Kelurahan

Kel. Sabang Barat


Desa Batu Belanak
Desa Sebelat
Midai
Desa Gunung Jambat
Desa Air Kumpai
Desa Air Putih
Bunguran Barat Kel. Sedanau
Desa Sedanau Timur
Desa Mekar Jaya
Desa Batubi Jaya

Jarak (Km)
0,437
6,153
2,899
4,756
3,297
3,378
0,128
18,77
14,075
15,956

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau TigaBunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 3

Kecamatan

Desa/Kelurahan
Desa Gunung Putri
Desa Sedarat Baru

Jarak (Km)
15,875
12,611

Desa Binjai
Desa Pian Tengah
Desa Semedang
Serasan
Kel. Serasan
Desa kampung Hilir
Desa Batu Berian
Desa Tanjung Balau
Desa Tg.Setelung
Kel. Bandarsyah
Kel.Ranai Kota
kel. Ranai Darat
Bunguran Timur
Desa Sepempang
Desa Sungai Ulu
Desa Batu Gajah
Desa Kelarik Utara
Desa Kelarik
Desa Kelarik Air Mali
Desa Kelarik Barat
Bunguran Utara
Desa Teluk Buton
Desa Belakang Gunung
Desa Gunung Durian
Desa Seluan Barat
Desa Subi
Desa Meliah
Desa Subi Besar
Desa Pulau Panjang
Subi
Desa Pulau Kerdau
Desa Terayak
Desa Subi Besar Timur
Desa Meliah Selatan
Desa Kadur
Pulau Laut
Desa Tanjung Pala
Desa Air Payang
Pulau Tiga
Desa Tg. Batang
Desa Serantas
Desa Sgb. Mawang
Desa Sededap
Desa Pulau Tiga
Desa Sabang Mawang Barat
Desa Tg. Kumbik utara
Desa Setumuk
Desa Selading

24,49
13,866
17,013
1,594
0,56
6,757
2,562
0,956
1,77
0,785
1,478
5,858
7,554
8,475
2,085
0,763
1,697
21,750
34,713
2,848
1,278
21,806
0,903
1,752
1,791
30,363
34,86
0
1,917
1,538
5,186
7,359
0
3,864
4,856
0,108
9,325
3,168
1,808
2,877
6,172
5,852

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau TigaBunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 4

Kecamatan

Desa/Kelurahan

Jarak (Km)

Desa Teluk Labuh


8,932
DesaLimau Manis
2,486
Bunguran Timur
Sebadai Hulu
4,833
Laut
Desa Pengadah
15,119
Desa Tanjung
2,287
Desa Ceruk
2,971
Desa Kelanga
2,979
Desa Selemam
6,061
Desa Air Lengit
5,105
Bunguran
Desa Harapan Jaya
0
Tengah
Desa Tapau
2,835
Desa Cemaga
0,264
Desa Cemaga selatan
15,014
Bunguran
Selatan
Desa Cemaga Utara
7,007
Desa Cemaga Tengah
3,136
Desa Arung Ayam
0,161
Desa Air Nusa
2,169
Serasan Timur
Desa Payak
2,255
Desa Air Ringgau
1.360
Sumber : BPS Kabupaten Natuna (Kabupaten Natuna Dalam Angka
2015)

Tabel 4.3
Pulau Terluar Di Kabupaten Natuna
Nama
Negara
Kecamatan
Desa
Pulau
Tetangga
Subi Kecil
Subi Timur
Subi
Malaysia Timur
Sekatung
Pulau Laut
Tanjung Pala Vietnam
Sebetul
Pulau Laut
Air Payang
Vietnam
Semiun
Pulau Laut
Air Payang
Vietnam
Tokong Boro
Bunguran Utara Kelarik Barat Malaysia Barat
Senua
Bunguran Timur Sepempang Malaysia Timur
Kepala
Serasan Timur
Air Nusa
Sumber : Buku Saku Kabupaten Natuna 2015

Malaysia Timur

Tabel 4.4
Pulau Terdepan Kabupaten Natuna
Nama Pulau
Perantu
Merendai
Murik

Kecamatan
Serasan Timur
Serasan Timur
Serasan

Desa
Air Nusa
Arung Ayam
Kampung Hilir

Negara
Tetangga
Kab. Sambas
Vietnam
Vietnam

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau TigaBunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 5

Midai

Midai

Sabang Barat

Kab. Bintan

Sumber : Buku Saku Kabupaten Natuna 2015

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau TigaBunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 6

4.1.2. Kondisi Fisik dan Sumberdaya Alam


A. Topografi
Berdasarkan kondisi fisik, Kabupaten Natuna terdiri dari tanah
berbukit dan gunung batu. Daratan rendah dan landai pada
umumnya terdapat di pinggiran pantai. Berdasarkan kondisi
fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanah berbukit dan
bergunung batu. Hampir 10% dari wilayah Kecamatan
Bunguran Timur dan Bunguran Barat merupakan daratan
rendah dan landai terutama di pinggiran pantai, 65%
berombak dan 25% berbukit sampai bergunung. Ketinggian
wilayah antar kecamatan cukup beragam, yaitu berkisar
antara 3 sampai dengan 959 meter dari permukaan laut
dengan kemiringan antara 2 sampai dengan 5 meter.
Pada umumnya struktur tanah dari tanah podsolik merah
kuning dari bantuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan
granit, dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus.
Wilayah Kecamatan Serasan sebagian besar terdiri perbukitan
dan gunung batu dengan keberadaan tanah datar yang relatif
terbatas. Di Kecamatan Serasan terdapat beberapa gunung
batu yaitu Gunung Kute, Gunung Punjan, Gunung Payak, dan
Gunung Pelawan Condong. Kondisi fisik Kecamatan Midai
memiliki kemiringan lahan berkisar antara 2-5 dengan
ketinggian antara 3-500 m di atas permukaan laut. (Gambar
4.3 : Peta Topograf)
B. Jenis Tanah
Tanah
merupakan
unsur
penting
dalam
kegiatan
perekonomian, karena tanah merupakan wadah dari segala
aktivitas baik itu aktivitas ekonomi, sosial maupun kegiatan
lainnya. Jenis data tanah yang terdapat di wilayah studi
diambil berdasarkan klasifikasi Pusat Penelitian Tanah (PPT)
tahun 1983, sedangkan adanya perbedaan penamaan
sebelum tahun 1983 karena tanahnya dibedakan dengan
klasifikasi Pusat Penelitian Tanah (PPT) tahun 1983. Tanahtanah yang terdapat di lokasi studi dapat dibedakan menjadi
dua kelompok tanah, yaitu tanah mineral dan tanah organik.
Tanah di Kecamatan Bunguran Barat dan Kecamatan
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau TigaBunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Bunguran Timur umumnya terdiri dari jenis tanah latosol,


alluvial, podsolik serta organosol. Tanah-tanah tersebut
terbentuk dari bahan induk batuan beku organosol. Tanahtanah tersebut terbentuk dari bahan organik. Jenis tanah
alluvial dijumpai di sepanjang tanggul sungai utama, daerah
meander serta daerah flood plain yang terdapat di belakang
pantai marin.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau TigaBunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Jenis tanah latosol adalah jenis tanah mineral yang telah mengalami
pelapukan lanjut, sangat tercuci sehingga batas-batas horison menjadi
baur, kandungan mineral primer dan unsur hara rendah dengan warna
tanah merah, coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan dijumpai
dari muka laut hingga ketinggian 900 m diatas permukaan laut. Jenis
tanah podsolik dijumpai pada ketinggian antara 50 m hingga 350 m
dpl, sedangkan jenis tanah organosol dijumpai pada daerah cekungan
di belakang sungai utama yang merupakan daerah rawa dan pada
umumnya tingkat kematangan hemik sampai saprik. Tinggi kesuburan
sedang dan mempunyai tingkat kematangan hemik sampai saprik.
Tingkat kesuburan tanah pada daerah studi yang nilai berdasarkan
kriteria yang ditetapkan oleh Pusat Penelitian Tanah (PPT) tahun 1983
tergolong rendah hingga sedang pada seluruh jenis tanah yang teliti.
Tanah yang terdapat di Kecamatan Serasan dan Midai umumnya
terdiri dari jenis tanah gleisol, latosol, alluvial, litosol dan organosol.
Tanah-tanah tersebut terbentuk dari bahan induk bahan organik
(endapan pantai berupa pasir, kerikil dan sisa tumbuhan), batuan
beku basa dan batuan vulkanik. Tanah alluvial sebagaian besar
menempati satuan visiografi daratan pasang surut dan pantai marin
terbentuk dari bahan induk alluvium pantai/endapan marin. Pada
satuan fisiografi ini tanah terbentuk dari bahan endapan muda
(alluvium-kolluvium) dan proses pembentukannya sangat dipengaruhi
oleh fluktuasi air/genangan sehingga sifat-sifat hidromorfik di dalam
penampangannya. Jenis tanah gleisol dijumpai di Pulau Subi besar
yang berkembang dari bahan alluvium-koluvium yang terdiri dari
endapan halus dan kasar (campuran) serta lumpur marin menempati
satuan fisiografi pasang-surut dan pelembahan dengan bentuk
wilayah datar.
Perkembangan tanah sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang selalu
jenuh air (hidromorfik) yang dicirikan oleh adanya gleid yang
merupakan hasil dari proses reduksi. Kondisi drainase terhambat
sampai sangat terhambat, kedalaman tanah umumnya dalam dengan
pekembangan struktur yang sangat lemah pada lapisan atas dan pejal
Laporan Akhir

IV - 13

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

pada lapisan bawah. Tekstur lapisan atas lempung berpasir dan


lapisan bawah lempung liat berpasir dengan reaksi tanah masam.
Tingkat kesuburan tanah pada daerah studi yang dinilai berdasarkan
kriteria yang ditetapkan oleh PPT tahun 1983 tergolong rendah hingga
sedang pada seluruh jenis tanah yang diteliti.
A. Klimatologi
Iklim di Kabupaten Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan arah
angin. Berdasarkan arah angin musim di wilayah Kabupaten Natuna
dibagi dalam 4 periode yaitu periode JanuariMaret: bertiup angin
Utara dan Timur Laut, hujan turun sekali-kali dengan temperatur
udara sedang, periode AprilJuni: bertiup angin Timur Laut/Tenggara,
hujan sedikit dengan temperatur udara cukup panas (lebih/kurang
50C), periode Juli September: bertiup angin tenggara, hujan turun
agak banyak dengan temperatur udara sedang (lebih kurang 36C),
periode OktoberDesember: bertiup angin barat/utara, hujan banyak
turun pada bulan September, Oktober dan November, temperatur
agak dingin dan lembab pada malam hari. Curah hujan rata-rata
setahun berkisar 196,7/15 milimeter dengan rata-rata kelembaban
udara sekitar 90,4% dan temperatur lebih kurang 38,6C. Untuk
jelasnya mengenai kondisi curah hujan dapat dilihat Tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Rata-rata Penyinaran Matahari Dan Curah Hujan Di Ranai
Tahun 2014
Penyinaran
Curah Hujan
Bulan
Matahari (%)
(Mm)/Hari
Januari
41
116,8/13
Februari
57
138,1/6
Maret
71
39,1/5
April
56
104,2/11
Mei
44
176,8/22
Juni
51
196,8/12
Juli
37
142,4/15
Agustus
31
290,2/20
September
41
209,5/15
Oktober
41
298,3/19
November
34
344/24
Laporan Akhir

IV - 14

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Desember
Rata-Rata 2014

42
45

304,3/19
196,7/15

Sumber : Natuna Dalam Angka 2015


B. Hidrologi
Keberadaan hidrologi di Kabupaten Natuna dapat dilihat dari 2 hal,
yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan yang terdapat di
wilayah Kabupaten Natuna berupa sungai, diantaranya Sungai Ranai
yang terdapat di Kecamatan Bunguran Timur dan sungai lainnya.
Untuk Sungai Ranai dan sungai-sungai kecil lainnya di Kecamatan
Bunguran Timur ini umumnya di Gunung Ranai, sungai-sungai kecil
tersebut diantaranya Sungai Ngusang, Sungai Sarang Batunagis,
Sungai Batukilang, Sungai Jemengan, Sungai Siman dan Sungai
Senipak. Selain sungai, air permukaan terdapat juga di Kecamatan
Bunguran Timur yaitu Air Terjun Gunung Ranai dan di Kecamatan
Bunguran Tengah yaitu Air Terjun Air Lengit. Sumber air tanah yang
terdapat di Kabupaten Natuna berkisar 1-3 m wilayah dataran,
sedangkan pada wilayah yang topografinya berbukit-bukit kedalaman
muka air tanah berkisar 1-7 m.
C. Hutan
Kabupaten Natuna sebetulnya memiliki potensi sumberdaya alam
yang belum banyak dimanfaatkan. Demikian pula ada potensi yang
telah dimanfaatkan, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal, antara
lain kehutanan, perkebunan, perikanan, pertambangan dan galian
serta potensi pariwisata. Hal ini terbukti dari 154 pulau yang ada 124
pulau lainnya masih merupakan pulau kosong yang belum dihuni.
Keadaan ini merupakan suatu peluang yang dapat dikembangkan
untuk sektor kehutanan dimana pada saat ini sektor kehutanan
merupakan sektor yang paling kecil memberikan kontribusi terhadap
PDRB Kabupaten Natuna. Adapun komoditas yang dapat diolah
menjadi plywood, block-board, veneer, lumber-core, kayu gergajian
dan poliyester.
1. Hutan Mangrove
Di wilayah pengembangan Natuna terdapat hutan mangrove, namun
Laporan Akhir

IV - 15

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

sebagian besar kondisi hutan ini dalam keadaan rusak yang


disebabkan oleh aktivitas penebangan liar dan sudah terjadi sejak
lama. Namun hutan mangrove apabila di lihat dari arah laut masih
terlihat bagus dikarenakan bagian terluar hutan didominasi tingkat
pohon, tetapi hanya berjarak 10 meter dari arah laut, sedangkan
semakin dalam keadaan hutan semakin rusak. Beberapa lokasi
hutan magrove yang masih dalam keadaan relatif baik terdapat di
sekitar muara Sungai Semala dan sedikit di sekitar Pantai Semala.
Sedangkan di daerah sepanjang Sungai Segeram sudah tidak
terdapat hutan mangrove. Sedangkan hutan mangrove dibuka untuk
memudahkan keluarnya kayu dari dalam hutan ke laut.
2. Hutan Pantai
Seperti halnya hutan lainnya yang berada di wilayah pengembangan
Kabupaten Natuna, hutan pantai ini juga merupakan hutan sekunder
yang cukup rapat. Jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan pada hutan
pantai adalah laut (Acrostichum aureum), bintangur (Calophyllum
inophyllum), melur (Dacrydium junghunii), paku resam (Gleichenia
linean),

rengas

(Gluta

renghas),

rumput

kawat

(Lycopodium

cemuum), kantong semar (Nepenthes sp), pandan (Pandanus sp.),


pelawan (Tristania sp.), resak (Vatica rassak), dan vitex (Vitex sp.),
sedangkan jenis yang mendominasi dari mulai tingkat semai,
pancang, tiang dan pohon adalah jenis bintangur (Calophyllum
inophyllum).
3. Hutan Rawa
Hutan rawa biasanya terdapat di sekitar muara sungai/delta sungai,
selalu tergenang air tawar dari sungai sehingga bersifat kaya hara
(eutrofk). Jenis-jenis tumbuhan yang mendominasi ekosistem ini
adalah dari jenis rumput-rumputan, paku-pakuan dan tumbuhan lain
seperti kantong semar, pulai rawa, jelutung rawa dan meranti
balangeran.
4. Hutan Hujan Dataran Rendah
Walaupun hutan hujan dataran rendah yang terdapat di daerah
pengembangan Kawasan Natuna merupakan hutan sekunder, tetapi
Laporan Akhir
IV - 16
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

tetap saja hutan ini sangat kaya akan flora dan faunanya. Pohon
yang mendominasi hutan ini adalah dari family Dipterocarpaceace,
dan jenis lain yang mempunya nilai ekonomis yang sangat tinggi
yaitu Ulin (Eusideroxylon zwageri) yang saat ini merupakan pohon
yang dilindungi karena jumlahnya yang semakin sedikit.
Secara

umum

walaupun

hutan

yang

terdapat

di

wilayah

pengembangan Natuna merupakan hutan sekunder, tetapi hutan


masih memiliki keanekaragaman hayati yang cukup baik. Pohon
yang keberadaannya semakin langka dan patut untuk kelestarian
adalah pohon/kayu belian jual yang sangat tinggi karena mempunyai
tinggi kekuatan dan keawetan kelas 1. Hal ini yang juga mendorong
penebang liar untuk menebang dan menjual kayu jenis ini.
4.1.3 Pola Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Natuna didominasi oleh lahan non
terbangun, dimana pada tahun 2014 mencapai 87,55% (178.408,38
hektar) dari total luas daratan Kabupaten Natuna. Sebaliknya, luas lahan
terbangun

hanya

sekitar

12,45%

(25.374,54

hektar).

Lahan

non

terbangun terdiri dari hutan seluas 92.252,51 hektar (45,27% dari luas
daratan Kabupaten Natuna), perkebunan 18.666,73 hektar (9,16%),
sawah 115,64 hektar (0,06%), belukar rawa 8.025,83 hektar (3,94%),
padang

rumput

1.404,20

hektar

(0,69%),

semak

belukar

seluas

38.400,73 hektar (18,84%), dan ladang seluas 7.196,84 hektar (3,53%).


Area hutan di Kabupaten Natuna sebagian besar berada di Kecamatan
Bunguran Barat dan Bunguran Utara dan sisanya di Kecamatan Bunguran
Timur Laut, Kecamatan Bunguran Selatan, Kecamatan Bunguran Timur,
Kecamatan Bunguran Tengah dan tersebar di pulau-pulau lainnya di
Kabupaten Natuna. Kabupaten Natuna juga terdapat beberapa wilayah
sawah beririgasi, seperti di Desa Kelarik dan Desa Tapau (di sekitar
Bendungan Tapau).
Penggunaan

lahan

lainnya

di

Kabupaten

Natuna

adalah

untuk

permukiman dan bangunan, luas kawasan permukiman yang ada saat ini
sebesar 25.374,54 hektar atau 12,45% dari luas daratan Kabupaten
Natuna. Lokasi permukiman tersebar di sepanjang pantai, kecuali
Laporan Akhir
IV - 17
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

permukiman transmigrasi yang terdiri dari Satuan Permukiman (SP) I, II,


dan

III

yang

berlokasi

di

Kecamatan

Bunguran

Tengah.

Secara

keseluruhan, lahan permukiman dan bangunan di Kabupaten Natuna


sebagian besar terdapat di Kecamatan Bunguran Timur seluas 6.760,39
hektar atau sebesar 26,64% dari seluruh luas kawasan permukiman di
Kabupaten Natuna. (Gambar 4.4 : Tutupan Lahan)
Sedangkan gambaran pusat-pusat pelayanan kota di Kabupaten Natuna
dinyatakan oleh adanya kota-kota kecamatan yang merupakan bagian
dari sistem kota Kabupaten Natuna. Di Kabupaten Natuna terdapat dua
buah kota kecamatan, yakni Kota Sedanau sebagai ibukota Kecamatan
Bunguran Barat dengan luas 2 16,65 km 2 dan Kota Ranai sebagai ibukota
Kecamatan Bunguran Timur dengan luas 250 km2. Kota Kecamatan
tersebut memiliki fungsi sebagai pusat administrasi tingkat kecamatan
dan pusat pelayanan penduduk, baik di bidang sosial maupun ekonomi,
dengan jangkauan pelayanan bagi desa-desa di sekitarnya.
Kondisi pelayanan kota pada saat ini menunjukkan bahwa Kota Sedanau
kurang mampu memenuhi fungsinya untuk melayani kebutuhan sosialekonomi penduduk secara optimal yang disebabkan oleh lokasi kota ini
berada di Pulau Sedanau dan terpisah dengan desa-desa Kecamatan
Bunguran

Barat

sehingga

membutuhkan

alat

transportasi

untuk

mencapai kota tersebut yang saat ini kurang memadai. Sebaliknya kota
Ranai

relatif

lebih

mampu

menjalankan

fungsinya

sebagai

pusat

pelayanan bagi kota itu sendiri dan desa-desa di sekitarnya. Untuk itu
dalam tahap perencanaan tata ruang Kabupaten Natuna, Kota Ranai
merupakan kota yang diharapkan berkembang untuk melayani penduduk
Pulau Bunguran, maupun sebagai ibukota Kabupaten Natuna serta base
camp bagi instansi yang akan terlibat dalam pembangunan Kabupaten
Natuna.

Laporan Akhir

IV - 18

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

4.1.4. Kependudukan dan Sosial Budaya


4.1.4.1. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga
Masalah penduduk di Kabupaten Natuna sama halnya seperti daerah lain
di Indonesia. Untuk mencapai manusia yang berkualitas dengan jumlah
penduduk yang tidak terkendali akan sulit tercapai. Program kedudukan
yang meliputi pengendalian kelahiran, menurunkan tingkat kematian
bagi bayi dan anak, perpanjangan usia dan harapan hidup, penyebaran
penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk
sebagai modal pembangunan yang harus ditingkatkan.
Pada tahun 2014 penduduk di Kabupaten Natuna sejumlah 73.470 jiwa,
jumlah penduduk di Kabupaten Natuna terdiri dari jenis kelamin laki-laki
37.891 jiwa dan dari jenis kelamin perempuan 35.579 jiwa tersebar di 12
kecamatan

dan

71

desa/kelurahan di

Kabupaten

Natuna.

Secara

keseluruhan, kepadatan penduduk Kabupaten Natuna tahun 2014


sebesar 37 jiwa per km2. Ini artinya dalam wilayah seluas 1 km2 terdapat
penduduk sekitar 37 jiwa.
Dilihat dari jumlah rumah tangga Kabupaten Natuna terdapat 20.401
kepala keluarga (KK), Kecamatan Bunguran Timur merupakan kecamatan
dengan kepala keluarga (KK) terbanyak karena kecamatan ini merupakan
kecamatan yang berjumlah penduduk terbanyak. Jumlah rumah tangga
di Kecamatan Bunguran Timur sebanyak 6.922 kepala keluarga (KK).
Sedangkan kecamatan yang berjumlah paling sedikit adalah Kecamatan
Pulau Laut dengan jumlah rumah tangga sebanyak 575 kepala keluarga
(KK). Untuk lebih jelas jumlah penduduk menurut jenis kelamin di
Kabupaten Natuna dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014
Penduduk

No
.

Kecamatan

1.
2.
3.

Midai
Bunguran Barat
Bunguran Utara

Laporan Akhir

LakiLaki
2.536
5.708
2.019

Peremp
uan

Jumla
h
Total

2.529
5.365
1.917

5.065
11.073
3.936

Jumlah
KK
1.619
3.095
1.152

RataRata
Anggota
Keluarga
3
4
4

IV - 21

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

No
.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1
0.
1
1.
1
2.

Kecamatan
Pulau Laut
Pulau Tiga
Bunguran Timur
Bunguran Timur
Laut
Bunguran Tengah
Bunguran
Selatan

Penduduk
LakiPeremp
Laki
uan
1.269
1.131
2.601
2.291
13.361
12.399

2.400
4.892
25.760

575
1.313
6.922

RataRata
Anggota
Keluarga
4
4
4

Jumla
h
Total

Jumlah
KK

2.264
1.537

2.131
1.416

4.395
2.953

1.276
812

4
4

1.318

1.251

2.569

743

Serasan

2.456

2.430

4.886

1.309

Subi

1.393

1.377

2.770

795

1.342
35.579

2.771
73.470

772
20.383

4
4

Serasan Timur
1.429
Jumlah
37.891
Sumber : Natuna Dalam Angka 2015.

4.1.4.2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk


Dengan melihat awal pertumbuhannya, maka konsentrasi penduduk
yang cukup tinggi berada pada Kecamatan Bunguran Timur dan
Bunguran Barat. Berdasarkan data terakhir yang diperoleh tahun 2014,
jumlah penduduk di Kabupaten Natuna berjumlah 73.470 jiwa yang
tersebar

di

12

kecamatan

dan

73

desa/kelurahan.

Dilihat

dari

penyebarannya, kecamataan yang paling banyak di Kecamatan Bunguran


Timur dengan jumlah penduduk berjumlah 25.760 jiwa atau sebesar 35%
dari jumlah yang ada di Kabupaten Natuna. Dan jumlah penduduk yang
paling sedikit adalah Kecamatan Pulau Laut dengan jumlah penduduk
2.400 jiwa atau hanya sebesar 3% dari keseluruhan jumlah penduduk di

Kabupaten Natuna. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7.
Distribusi Penduduk Kabupaten Natuna Tahun 2014

Laporan Akhir

IV - 22

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Luas
(Km2)

No.

Kecamatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Midai
Bunguran Barat
Bunguran Utara
Pulau Laut
Pulau Tiga
Bunguran Timur
Bunguran Timur
Laut
Bunguran Tengah
Bunguran
Selatan
Serasan
Subi
Serasan Timur
Jumlah

7.
8.
9.
10.
11.
12.

Jumlah
Pendudu
k

Kepadata
n
Pendudu
k

Distrib
usi (%)

26,10
448,46
404,71
37,69
67,87
146,83

5.065
11.073
3.936
2.400
4.892
25.760

194,06
24,69
9,73
63,68
72,08
175,44

7
15
5
3
7
35

235,01
172,71

4.395
2.953

18,70
17,10

6
4

233,99
43,65
160,93
23,35
2001,30

2.569
4.886
2.770
2.771
73.470

10,98
111,94
17,21
118,67
36,71

3
7
4
4
100

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2015

Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk


dengan luas wilayah, dalam hal ini perbandingan antara jumlah
penduduk di setiap kecamatan yang berada di Kabupaten Natuna
terhadap luas total setiap kecamatan. Sebaran penduduk di Kabupaten
Natuna dapat lihat pada Gambar 4.5. Peta Persebaran Penduduk
Kabupaten Natuna.
4.1.4.3. Pertumbuhan dan Proyeksi Penduduk
Perkembangan jumlah penduduk di suatu tempat, dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti faktor kelahiran dan juga faktor kedatangan dari
suatu

tempat

ke

tempat

lain.

Sedangkan

faktor

yang

dapat

mempengaruhi berkurangnya jumlah penduduk di suatu tempat adalah


faktor kematian dan faktor perpindahan penduduk.
Analisis

kependudukan

di

Kabupaten

Natuna

ditinjau

berdasarkan

pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, penyebaran, pergerakan,


dan

komposisinya.

Proyeksi

jumlah

penduduk

Kabupaten

Natuna

dilakukan melalui analisis proyeksi aritmatika dengan menggunakan


tahun rencana 2014 yang diproyeksikan 20 tahun yaitu sampai dengan
Laporan Akhir

IV - 23

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

tahun 2031. Pemilihan proyeksi didasarkan atas tinjauan matematika dan


karakteristik

pertumbuhan

penduduk,

dengan

pertimbangan-

pertimbangan di atas maka proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Natuna


menggunakan proyeksi aritmatika. Lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel
4.8.
Tabel 4.8.
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Natuna Tahun 2016
-2031

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kecamatan
Midai
Bunguran Barat
Bunguran Utara
Pulau Laut
Pulau Tiga
Bunguran Timur
Bunguran Timur
Laut
Bunguran Tengah
Bunguran Selatan
Serasan
Serasan Timur
Subi
Jumlah

Jumlah
Pendudu
k
2014
5.065
11.073
3.936
2.400
4.892
25.760
4.395
2.953
2.569
4.886
2.770
2.771
73.470

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2015

Laporan Akhir

Proyeksi Penduduk
2016
5.709
12.421
4.353
2.473
5.503
25.999
4.910
3.232
2.893
5.138
2.939
3.114
78.684

2021
6.412
13.950
4.888
2.778
6.180
29.198
5.514
3.629
3.249
5.770
3.300
3.497
88.365

2026
7.114
15.478
5.424
3.082
6.857
32.396
6.118
4.027
3.605
6.403
3.662
3.880
98.046

2031
7.817
17.006
5.959
3.386
7.534
35.595
6.722
4.424
3.960
7.035
4.023
4.264
107.72
5

IV - 24

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran Selatan


Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kepadatan penduduk tahun


2014 sampai tahun 2031, kepadatan penduduk tahun 2031 di
Kabupaten Natuna berjumlah 54 jiwa/km2, ini artinya dalam wilayah 1
km2

terdapat

54

jiwa.

Kecamatan

Bunguran

Utara

merupakan

kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah/kecil, yaitu


sebesar 15 jiwa/km2. Dilihat dari kategori kepadatan penduduk,
kepadatan penduduk di Kabupaten Natuna baik dirinci per kecamatan
pada akhir tahun rencana (tahun 2031) tergolong ke dalam kepadatan
penduduk dengan kategori rendah. Untuk lebih jelasnya hasil
proyeksi kepadatan penduduk dilihat dari Tabel 4.9.
Tabel 4.9.
Proyeksi Kepadatan Penduduk Kabupaten Natuna Tahun 20162031
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kecamatan
Midai
Bunguran Barat
Bunguran Utara
Pulau Laut
Pulau Tiga
Bunguran Timur
Bunguran Timur
Laut
Bunguran
Tengah
Bunguran
Selatan
Serasan
Serasan Timur
Subi
Jumlah

Luas
Wilayah
Km2
26,1
448,46
404,71
37,69
67,87
146,83
235,01
172,71
233,99
43,65
160,93
23,35
2.001,30

Proyeksi Kepadatan Penduduk (Jiwa)


2016
219
28
11
66
81
177
21
19
12
118
18
133
39

2021
246
31
12
74
91
199
23
21
14
132
21
150
44

2026
273
35
13
82
101
221
26
23
15
147
23
166
49

2031
300
38
15
90
111
242
29
26
17
161
25
183
54

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2015

Dengan melakukan analisis daya tampung dengan asumsi yang


digunakan untuk menghitung daya tampung adalah setiap kilometer
persegi luas wilayah mempunyai daya tampung sebanyak 100 jiwa
penduduk. Dimana kriteria tingkat daya tampung adalah:

Kriteria Masih Mencukupi, jika : daya tampung > jumlah penduduk


tahun ke-n (tahun 2031).

Kriteria Melebihi Kapasitas, jika : daya tampung < jumlah penduduk

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 27

tahun ke-n (tahun 2031).


Berdasarkan hasil analisis perhitungan daya tampung Kabupaten
Natuna

terhadap

jumlah

penduduk

tahun

2031,

secara

umum

kapasitas/daya tampung Kabupaten Natuna masih mencukupi untuk


menampung jumlah penduduk pada tahun 2031 yang berjumlah
107.726 jiwa. Begitu juga bila dirinci per kecamatan, daya tampung
semua kecamatan yang ada di Kabupaten Natuna pada tahun 2031
mendatang masih dapat menampung (masih mencukupi) jumlah
penduduk yang bertambah. Meskipun begitu perlu dilakukan arahan
penyebaran penduduk supaya penyebaran penduduk yang akan datang
merata dan tidak hanya terkonsentrasi di suatu tempat. Untuk lebih
jelasnya, daya tampung setiap kecamatan di Kabupaten Natuna dapat
dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10.
Daya Tampung Penduduk di Kabupaten Natuna Tahun 2031
No

Kecamatan

Luas
Wilayah
Km2

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Midai
Bunguran Barat
Bunguran Utara
Pulau Laut
Pulau Tiga
Bunguran Timur
Bunguran Timur
Laut
Bunguran Tengah
Bunguran Selatan
Serasan
Serasan Timur
Subi
Total

26,10
448,46
404,71
37,69
67,87
146,83
235,01
172,71
233,99
43,65
160,93
23,35
2.001,30

Proyeksi
Penduduk
Thn 2031

Daya
Tampung
(Jiwa)

7.817
17.006
5.959
3.386
7.534
35.595
6.722
4.424
7.035
4.023
4.264
7.817
107.726

2.610
44.846
40.471
3.769
6.787
14.683
23.501
17.271
23.399
4.365
16.093
2.335
200.130

Keterangan

Masih
Sangat
Mencukupi

Sumber : Hasil Analisis 2015

4.1.4.4. Struktur Penduduk


Angka sex ratio merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dalam setiap 100 penduduk perempuan. Berdasarkan perhitungan tahun
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 28

2014, di Kabupaten Natuna secara menyeluruh setiap 100 penduduk


perempuan terdapat 107 penduduk laki-laki. Artinya, perbandingan
antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di wilayah ini hampir
sama banyak, dengan sedikit dominasi oleh jumlah penduduk laki-laki.
Hal ini berdasarkan data tahun 2014 yang menunjukkan bahwa jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 37.891 jiwa (51,57%) dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 35.579 jiwa (48,43%). Tingkat kelahiran penduduk
adalah merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan perubahan
bertambahnya jumlah penduduk di suatu tempat, demikian juga
sebaliknya dengan tingkat kematian penduduk merupakan salah satu
faktor berkurangnya jumlah penduduk di suatu wilayah. Migrasi adalah
perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain. Kabupaten Natuna, pada
tahun

2009

berjumlah

92.060,

dikarenakan

pada

tahun

2008

berdasarkan UU No. 33 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten


Kepuluan Anambas dengan Kabupaten Natuna mengalami pemekaran
yang

mengakibatkan

penurunan

penduduk

sebesar

23.057

jiwa

(33,41%).
Berdasarkan rentang usianya, penduduk suatu wilayah dapat dibedakan
menjadi penduduk usia muda dengan rentang usia 0-14 tahun,
penduduk usia produktif 15-64 tahun dan penduduk usia tua atau 65
tahun ke atas. Berdasarkan pada kategori di atas, pada tahun 2014
penduduk Kabupaten Natuna didominasi oleh penduduk dengan usia
produktif, yaitu penduduk dengan rentang usia 15-64 tahun, yaitu
mencapai 46.616 jiwa sebesar 63,45%, sementara usia 0-14 sebanyak
24.425 jiwa sebesar 33,28% dan penduduk dengan usia tua (65 tahun
keatas) merupakan penduduk yang jumlahnya paling sedikit, yaitu
dengan jumlah 2.401 jiwa atau 3.27%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Tabel 4.11
Tabel 4.11.
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin,
2015
Kelompok
Umur

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan

Jumlah

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 29

0-4
5 -9
10 -14
15 -19
20 -24
25 -29
30 -34
35 -39
40 -44
45 -49
50 -54
55 -59
60 -64
65 -69
70 -74
75 +

4.052
4.301
4.067
2.887
2.338
3.210
3.362
3.288
2.703
2.424
1.767
1.328
980
605
316
263

4.000
4.186
3.848
2.575
2.155
3.268
3.158
2.963
2.449
2.139
1.554
1.188
880
523
338
356

8.052
8.487
7.915
5.462
4.493
6.478
6.520
6.251
5.152
4.563
3.321
2.516
1.860
1.128
654
619

Sumber : Hasil Analisis 2015

Masalah

kependudukan

ketenagakerjaan,
pertumbuhan

selalu

berkaitan

salah

satu

contoh

penduduk

akan

berpengaruh

dengan

adalah

masalah

tingginya

juga

pada

tingkat
tingginya

penyediaan tenanga kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa


diikuti penyediaan kesempatan kerja yang cukup akan menimbulkan
pengangguran dan setengah penganguran. Banyak pencari kerja yang
terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja pada tahun 2010 tercatat 154 jiwa
yang terdiri 85 pencari kerja laki-laki dan 69 jiwa perempuan.
Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja adalah penduduk usia 15
tahun ke atas, bedanya penduduk bukan angkatan kerja adalah
penduduk yang tidak bekerja dikarenakan alasan sekolah, rumah
tangga, dan lainya. Data tahun 2015 menunjukkan bahwa secara umum
di Kabupaten Natuna jumlah penduduk berdasarkan bukan angkatan
kerja

hampir

berbanding

sama

dengan

jumlah

penduduk

yang

merupakan bukan angkatan kerja. Hal ini dilihat dari presentase dan
jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja sebanyak 46.616 jiwa
(63,45%) dan jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja sebanyak
26.855 jiwa (36,55%). Dengan mengasumsikan bahwa persentase besar
angkatan kerja serta bukan angkatan kerja penduduk pada tahun 2015
berjumlah 46.616 jiwa dengan penduduk laki-laki adalah 24.287 jiwa
Laporan Akhir
IV - 30
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

sedangkan penduduk perempuan berjumlah 22.329 jiwa. Untuk lebih


jelasnya presentase jumlah penduduk 15 tahun keatas berdasarkan
angkatan kerja dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6.
Diagram Presentase Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas
Berdasarkan Angkatan Kerja Tahun 2014

Bekerja
Mencari Kerja
Sekolah
Mengurus Rumah
Tangga
Lainnya

Sumber: Natuna Dalam Angka, 2015

Jumlah

penduduk

Kabupaten

Natuna

menurut

lapangan

usaha

dikelompokkan ke dalam penduduk yang bekerja di lapangan usaha


pertanian,
Laporan Akhir

peternakan,

kehutanan,

perikanan,

pertambangan,
IV - 31

Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran


Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

penggalian, jasa dan lainnya. Dilihat dari lapangan usaha pada tahun
2014 sebagian besar penduduk di Kabupaten Natuna bekerja di sektor
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan berjumlah 9.122 jiwa
atau sebesar 30,17%. Selain bekerja di sektor pertanian, peternakan,
kehutanan, perikanan, penduduk di Kabupaten Natuna juga banyak
bekerja di sektor jasa yaitu sebanyak 8.372 jiwa atau sebesar 27,69%.
Presentase Penduduk menurut lapangan usaha di Kabupaten Natuna
dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7.
Jumlah Penduduk Kabupaten Natuna Berdasarkan Lapanga
Usaha Tahun 2014

10,000

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

9,000

Pertambangan dan Penggalian

8,000

Industri Pengolahan

7,000

Listrik, Gas dan Air Bersih

6,000
5,000

Bangunan/Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran

4,000
3,000
2,000
1,000

Pengangkutan dan Komunikasi


Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa

Sumber:
Natuna Dalam Angka, 2015
0

Pendidikan lebih penting untuk meningkatkan kualitas hidup, dengan


melihat peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pendidikan secara
langsung membutuhkan peningkatan terhadap fasilitas dan utilitas
pendidikan. Dengan presentase tingkat pendidikan pada tahun 2014,
secara menyeluruh jumlah penduduk paling besar adalah pada tingkat
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 32

pendidikan dasar, yaitu 24.894 jiwa atau 43,78%, belum tamat Sekolah
Dasar dan sebesar 629 jiwa atau 1,11%. Presentase Penduduk menurut
tingkat pendidikan di Kabupaten Natuna dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8.
Presentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Di Kabupaten Natuna Tahun 2014

5000

10000

Tidak /Belum Pernah S ekolah


S MP/s ederajat
Diploma I/II

15000

629

S ekolah Das ar/s ederajat

11.039

S MA/s ederajat

454

Diploma IV/S 1

20000

S 2/S3

24.894

13.705

Akademi/Diploma III

5.075

25000

950

120

Sedangkan bila dilihat dari tingkat agama yang dianut penduduk


Kabupaten Natuna terdiri dari agama Islam, Kristen (Katolik dan
Protestan),

Budha

dan

Hindu.

Dilihat

dari

jumlahnya,

penduduk

beragama Islam merupakan penduduk terbanyak dengan jumlah 86.277


jiwa dibandingkan dengan penduduk beragama Kristen, Budha dan
Hindu. Sementara agama yang paling sedikit dianut oleh penduduk di
Kabupaten Natuna adalah agama Hindu dengan jumlah 17 jiwa.
4.1.5. Sumber Daya Manusia
Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator
penting

yang

digunakan

untuk

evaluasi

hasil

pelaksanaan

pembangunan di suatu daerah. Angka IPM diperoleh dari 3 (tiga)


variabel/parameter, yaitu:
1. Parameter Pengetahuan (Indeks Pendidikan).
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 33

Parameter pendidikan dengan indikator Angka Melek Huruf (AMH) dan


Rata- rata Lamanya Sekolah (RLS) mengukur manusia yang cerdas,
kreatif, terampil, terdidik dan bertaqwa.
2. Parameter Harapan Hidup (Indeks Kesehatan)

Parameter kesehatan dengan indikator Angka Harapan Hidup (AHH),


mengukur keadaan sehat dan berumur panjang.
3. Parameter Pendapatan (Indeks Ekonomi).

Parameter pendapatan dengan indikator daya beli masyarakat,


mengukur manusia yang mandiri dan memiliki akses untuk hidup
layak.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dikembangkan dalam skala
internasional dapat digunakan untuk membandingkan kualitas hidup
antar wilayah. Meningkatnya pembangunan manusia dapat dilihat
berdasarkan besaran IPM. Berikut adalah kategori status pembangunan
manusia yang dapat digunakan.
Tabel 4.12.
Kategori Indeks Pembangunan Manusia
No
Besaran Nilai IPM
Kategori/Status
1
IPM < 50
Pembangunan Manusia Rendah
2
50 < IPM < 66
Pembangunan Manusia Menengah Bawah
3
66 < IPM < 80
Pembangunan Manusia Menengah Atas
4
IPM > 80
Pembangunan Manusia Tinggi
Sumber : Standarisasi Nasional Badan Pusat Statistik Pusat (BPS) Jakarta

Representasi

dari

IPM

(indeks

Pembangunan

Manusia)

ditinjau

berdasarkan tiga dimensi, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan


dan hidup yang layak. Indikator yang digunakan untuk mengukur
dimensi umur panjang dan sehat adalah angka harapan hidup. Untuk
mengukur dimensi pengetahuan adalah angka melek huruf dan ratarata lama sekolah, sedangkan dimensi kehidupan yang layak diukur
dengan paritas daya beli.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 34

Gambar 4.9
Perkembangan angka IPM Kabupaten Natuna Tahun 2009-2013

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

Hasil penghitungan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten


Natuna

selama

kurun

waktu

tahun

terakhir

menunjukkan

kecenderungan yang semakin meningkat. Seperti terlihat pada Gambar


4.9 dibawah ini.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun IPM
Kabupaten Natuna terus meningkat. Dengan peningkatan IPM ini berarti
jarak yang harus ditempuh Kabupaten Natuna untuk mencapai angka
angka IPM ideal 100 semakin pendek. Kenaikan angka IPM ini tentunya
disebabkan

oleh

peningkatan

indeks

pada

tiga

komponen

utama

pembuntukan angka IPM. Dengan capaian IPM yaitu sebesar 72,25 pada
tahun 2013, saat ini Kabupaten Natuna menempati peringkat 6 se-provinsi
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 35

Kepulauan Riau

Peningkatan IPM Kabupaten Natuna selama periode 20092013 tidak


terlepas dari adanya peningkatan beberapa komponen IPM Komponen
angka harapan hidup, angka melek huruf dan pengeluaran riil per kapita
semuanya

menunjukkan

Perkembangan

peningkatan

masing-masing

selama

komponen

IPM

periode
selama

tersebut.

tiga

tahun

terakhir diperlihatkan Gambar 4.10.

Berdasarkan Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa komponen angka


harapan hidup (AHH) dari bayi yang baru lahir tahun 2013 diperkirakan
mencapai 68,57 tahun. Artinya bayi yang lahir pada kurun waktu tahun
2013 diperkirakan dapat hidup mencapai usia 68 sampai 69 tahun
dengan asumsi kondisi derajat kesehatan masyarakat tidak berubah.
Peningkatan angka harapan hidup menggambarkan adanya perbaikan
derajat kesehatan masyarakat.
Komponen angka melek huruf masih mengalami peningkatan meskipun
sedikit. Angka melek huruf dari penduduk berumur 15 tahun ke atas
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 36

pada tahun 2013 mencapai 97,22 persen, dan artinya masih ada sekitar
2,78 persen penduduk 15 tahun keatas yang buta aksara atau belum
mampu baca tulis.
Komponen rata-rata lama sekolah juga memperlihatkan tren positif dan
pada tahun 2013 rata-rata lama sekolah mencapai 7,94 tahun. Artinya
penduduk usia 15 tahun atau lebih di Kabupaten Natuna mempunyai
kecenderungan meyelesaikan pendidikannya pada jenjang kelas satu
sampai dua SMP.
Adanya perhatian pemerintah Kabupaten Natuna terhadap bidang
pendidikan dimana saat ini pengeluaran pemerintah untuk pelayanan
pendidikan mencapai 17,87 persen (Bappeda, 2014) serta adanya
partisispasi

aktif

dari

seluruh

komponen

masyarakat

dapat

mempengaruhi kenaikan angka rata-rata lama sekolah penduduk


Kabupaten Natuna dari tahun ke tahun.
Standar hidup layak merupakan komponen ketiga selain dua komponen
diatas yang juga diakui secara luas sebagai unsur dasar pembangunan
manusia. Berbeda dengan UNDP yang menggunakan GDP riil perkapita
yang disesuaikan untuk mengukur standar hidup layak, BPS dalam
menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata konsumsi
/pengeluaran perkapita riil yang telah disesuaikan dengan formula
Atkinson.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur komponen
ini, namun dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara
internasional, UNDP menggunakan indikator PDB perkapita riil yang
telah disesuaikan (adjusted real GDP per Capita) sebagai ukuran
komponen tersebut. Namun data dasar PDRB perkapita tidak dapat
digunakan untuk mengukur standar hidup layak karena bukan ukuran
yang peka untuk mengukur daya beli penduduk. Sebagai pengganti
ukuran tersebut digunakan ukuran konsumsi perkapita riil yang telah
disesuaikan. Sumber data yang telah digunakan digunakan adalah raw
data susenas modul.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 37

Komponen pengeluaran riil perkapita mengalami peningkatan yang


cukup signifikan selama kurun waktu 20122013. Pada tahun 2012,
pengeluaran riil perkapita Kabupaten Natuna sebesar Rp. 624.330
meningkat menjadi Rp. 626.930 pada tahun 2013, atau naik sebesar
0,42

persen.

Upaya

pemerintah

kabupaten

membebaskan

biaya

pendidikan dan kesehatan, dengan harapan agar sumber pendapatan


rumah tangga dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan lain,
memberikan dampak positif pada peningkatan daya beli masyarakat
Natuna.
Dalam menerapkan indeks pembangunan manusia di Kabupaten Natuna
penting sekali untuk memahami antara konsep pembangunan manusia
dengan indeks pembangunan manusia (IPM). Konsep pembangunan
manusia jauh lebih luas cakupannya meliputi hampir seluruh aspek
kehidupan manusia yang meliputi aspek lapangan pekerjaan, aspek gizi
anak, aspek pendidikan, aspek kesehatan, dan lainlain.
Sebaliknya Indeks Pembangunan Manusia mempunyai lingkup yang
lebih sempit, indeks ini hanya dapat mengukur sebagian saja dari
pembangunan manusia. Oleh karena itu dalam penerapan IPM penting
untuk memperhatikan konsep dari pembangunan manusia itu sendiri.
Jadi setiap kegiatan pembangunan harus bertujuan untuk memperluas
pilihan yang tersedia bagi seluruh warga.
Kesenjangan antara Indeks Pembangunan Manusia terkini dan 100
menunjukkan kekurangan pembangunan manusia atau jarak yang harus
ditempuh oleh setiap kabupaten. Misalnya Kabupaten Natuna memiliki
IPM

dengan

nilai

pembangunan

72,25

manusia

artinya

yakni

100

untuk

mencapai

pemerintah

angka

ideal

kabupaten

harus

menambahkan kekurangan nilai sebanyak 27,75 dengan melakukan


percepatan

pembangunan

memperbaiki

derajat

pendidikan

dan

kesehatan masyarakat.
Pada tahun 2012 dengan IPM sebesar 71,77 Kabupaten Natuna
termasuk

dalam

klasifikasi

kategori

kelompok

menengah

tinggi.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 38

Sedangkan tahun 2013, IPM Kabupaten Natuna sebesar 72,25 yang


berarti sama statusnya dengan klasifikasi kategori kelompok menengah
tinggi, namun dengan nilai IPM yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa pembangunan yang telah dijalankan ditahun 2013 cukup berhasil
meningkatkan kualitas hidup pembangunan manusia, yang tercermin
dari adanya perbaikan indikator kesejahteraan rakyat, yang meliputi
indikator kesehatan, pendidikan, dan daya beli masyarakat.
Permasalah terbesar terletak pada kesiapan sumberdaya manusia yang
dimiliki Kabupaten Natuna dalam menjawab tantangan tersebut. Bila
perkembangan

kualitas

manusia

semakin

maju,

pada

akhirnya

Kabupaten Natuna akan menjadi pendorong dalam pembangunan


pendapatan ekonomi. Dari permasalahan tersebut adalah strategis
dalam pembangunan berorientasi pada peningkatan kualitas hidup
masyarakat, agar tercapai pemerataan hasil-hasil pembangunan secara
lebih berkeadilan. Hal tersebut ternyata tidak mudah untuk diwujudkan
pada daerah-daerah yang baru berkembang.
Kabupaten Natuna sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi
wilayah cukup besar untuk berkembangnya pertambangan, pertanian,
perkebunan, perikanan dan jasa yang memberikan peluang bagi
penyerapan tenaga kerja, sehingga akan berdampak pada peningkatan
pendapatan per kapita.
Disisi lain yang menjadi solusi serta salah satu modal utama dalam
proses pembangunan dewasa ini adalah peningkatan kualitas SDM
dalam skala luas, sebagai pembangunan manusia dengan perbaikan
derajat kesehatan, tingkat pengetahuan dan keterampilan penduduk,
serta kemampuan daya beli masyarakat.
Pemerintah daerah perlu mengupayakan peningkatan kualitas SDM,
melalui

program-program

yang

berorientasi

pada

pemenuhan

kebutuhan pendidikan, baik formal maupun non formal. Karena SDM


yang bermutu merupakan syarat utama bagi terbentuknya peradaban
yang baik dan peningkatan pencapaian IPM akan memberi gambaran
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 39

terhadap keberhasilan kinerja suatu daerah, hal ini dapat dilihat dari
kontribusi setiap komponen IPM tersebut.
4.1.6. Karakteristik dan Analisis Perekonomian
4.1.6.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi Kabupaten
Natuna
Indikator

umum

yang

digunakan

untuk

mengetahui

pencapaian

keberhasilan percepatan pembangunan di suatu wilayah pada waktu


tertentu adalah laju pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi
merupakan indikator makro ekonomi yang dapat menggambarkan
tingkat pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah pada suatu periode
tertentu. Laju pertumbuhan ekonomi baik agregat maupun sektoral
dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan, bukan atas dasar
harga berlaku. PDRB atas dasar harga berlaku belum menggambarkan
kenaikan atau pertumbuhan yang riil, karena masih dipengaruhi
kenaikan tingkat harga atau inflasi.
Kinerja ekonomi Kabupaten Natuna sepanjang tahun 2014 menunjukkan
penurunan. Tetapi dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada tahun
dari 2011 sampai denga 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,17%
akan tetapi tahun 2014 turun sebesar 0,52%. Pertumbuhan PDRB
tertinggi selama tahun 2012 terjadi di sektor konstruksi/bangunan yaitu
sebesar 11,22%.
Sebaliknya

walaupun

memberi

peran

yang

besar

pada

PDRB,

pertumbuhan sektor pertanian terlihat dalam Tabel 4.13. sedikit


melambat bila dibandingkan tahun sebelumya yaitu sebesar 0,54%.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 40

Tabel 4.13.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Natuna Menurut
Lapangan Usaha 2010-2014

Sumber : BPS Kabupaten Natuna, Tahun 2015

Setiap tahun besaran angka PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2014
mengalami penurunan sebesar 1.025,08 milyar rupiah, dibandingkan
dengan tahun sebelumnya (tahun 2013) sebesar 1.612,08 milyar rupiah.
Keadaan ini disebabkan oleh kenaikan laju pertumbuhan dari tujuh belas
sektor ekonomi.
Sektor-sektor

pertambangan

mengalami

peningkatan

sebesar

12.579,53 72,49 milyar rupiah pada tahun 2014 dibandingkan dengan


periode tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 11.940,30 milyar
rupiah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 4.15.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 41

Tabel 4.14.
PDRB Atas Dasar Berlaku Menurut Lapangan Usaha 2010-2014

Sumber : BPS Kabupaten Natuna, Tahun 2015

Apabila dilihat dari pertumbuhannya maka pertambahan nilai di tahun


2014 dan sebelumnya sampai terjadi total nilai tambah mencapai 16
trilyun rupiah berdasarkan migas dan tanpa migas sebesar 4,04 triliyun
rupiah. Maka dapat dilihat pada gambar 4.11.
Gambar 4.11.
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Natuna Tahun 2010-2014

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2015


Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 42

4.1.6.2. Distribusi PDRB dan Kontribusi Perekonomian Dari Tiap


Sektor
Dilihat dari distribusi PDRB, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
Kabupaten Natuna masih dominan di tahun 2014. Kontribusi sektor ini
sebesar 40,36%, padahal di tahun 2013 sebesar 41,824%. Sektor yang
mampu

memberikan

sumbangan

terbesar

kedua

adalah

sektor

konstruksi pada tahun 2014 mampu memberi kontribusi sebesar


27,57%. Untuk kontribusi sektor-sektor ekonomi lainnya selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 4.15.
Distribusi Prosentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna, Tahun 2015

Bila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang


tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu PDRB Per kapita.
PDRB

Per

kapita

atas

dasar

harga

berlaku menunjukkan nilai

PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Namun demikian
perlu diperhatikan bahwa PDRB perkapita yang disajikan disini belum
memperhitungkan pendapatan yang keluar atau pendapatan yang
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 43

masuk ke Kabupaten Natuna (Net Factor Income From Abroad).


Sehingga

perkapita

yang

disajikan

disini

belum

sepenuhnya

menggambarkan pendapatan riil masyarakat.


Tabel 4.16.
PDRB Perkapita Kabupaten Natuna Tahun 2010-2014
PDRB Perkapita (Rp juta)

Tahun

Harga Berlaku

Harga Konstan

2010

36.37

36.37

2011

40.84

38.26

2012

44.95

40.28

2013

50.44

42.39

2014

55.07

44.48

Sumber: BPS Kabupaten Natuna, Tahun 2015

A. Sektor Pertanian

Hasil data Tahun Tahun 2014 menunjukkan bahwa usaha pertanian


di Kabupaten Natuna didominasi oleh jenis usaha rumah tangga.
Hal ini tercermin dari besarnya jumlah rumah tangga usaha
pertanian

jika

dibandingkan

dengan

perusahaan

pertanian

berbadan hukum atau jenis usaha pertanian lainnya, yaitu selain


rumah tangga dan perusahaan pertanian berbadan hukum. Jumlah
rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Natuna hasil tercatat
sebanyak 9.958 rumah tangga, menurun sebesar 0,53 % dari hasil
Sensus Pertanian 2004

yang tercatat sebanyak 10.011 rumah

tangga.
Sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum tidak
ada

di

Kabupaten

Natuna.

Sub

sektor

perkebunan

terlihat

mendominasi usaha pertanian di Kabupaten Natuna. Jumlah rumah


Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 44

Usaha
Sektor Pertanian
Sub sektor:
Tanaman Pangan
Padi
Palawija
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Budidaya ikan
Penangkapan Ikan

Rumah Tangga Usaha


Pertanian
2004
2014
10.011

9.958

1.793
409
1.506
4.106
7.546
3.717

1.645
239
1.469
3.695
7.728
3.672

3.181
353
3.113

2.628
594
2.393

Kehutanan
476
760
Jasa Pertanian
260
160
tangga usaha pertanian terbanyak di Kabupaten Natuna adalah di
subsektor perkebunan dan subsektor holtikultura. Jumlah rumah
tangga usaha pertanian subsektor perkebunan adalah sebanyak
7.728 rumah tangga dan jumlah rumah tangga usaha pertanian
subsektor peternakan adalah sebanyak 3.695 rumah tangga.
Tabel 4.17.
Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor
Tahun 2004-2014

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 45

Sumber: BPS Kabupaten Natuna, Tahun 2015

Subsektor kehutanan merupakan subsektor yang memiliki jumlah


rumah tangga usaha pertanian paling sedikit dari hasil tahun
2014. Jumlah rumah tangga usaha pertanian subsektor kehutanan
sebanyak 760 rumah tangga. Penurunan jumlah rumah tangga
usaha pertanian terbesar hasil tahun 2014 dibandingkan tahun
2004 terjadi di Subsektor jasa pertanian, yang mencapai 38,46 %
(160

rumah

tangga).

Sedangkan

pada

periode

yang

sama,

Subsektor peternakan mengalami penurunan jumlah rumah tangga


usaha pertanian paling rendah, yaitu tercatat hanya sebesar
1,21% (45 rumah tangga).
Apabila diklasifikasikan menurut golongan luas lahan, dari hasil
Tahun 2004 terlihat bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian
yang menguasai lahan kurang dari 0,50 hektar (5.000 m2)
mendominasi jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten
Natuna. Kondisi yang hampir serupa terjadi pada hasil tahun 2014.
Tercatat bahwa pada tahun 2014,

jumlah rumah tangga

usaha

pertanian dengan luas lahan yang dikuasai kurang dari 0,10 hektar
(1.000 m2) adalah sebesar 1.843 rumah tangga.
Gambar 4.12
Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian di Kabupaten Natuna
Menurut Golongan Luas Lahan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 46

Sumber: BPS Kabupaten Natuna, Tahun 2015

B. Pertambangan dan Energi

Secara umum sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten


Natuna merupakan sektor yang mempunyai peranan yang cukup
besar dalam menciptakan tumbuhnya perekonomian bila dilihat
dari Migas. Berbeda apabila migas dikeluarkan kontribusi sektor
pertambangan dan penggalian khususnya di penggalian lainnya
sangat kecil. Tahun

2014

peranan

sektor

pertambangan dan

penggalian dengan Migas sebesar 75,75 % bila dibandingkan


dengan tahun sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0.88
% atau dari 76,63 %. Pertumbuhan pertambangan dan penggalian
di tahun 2014 sebesar

2,57% mengalami

penurunan

bila

dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar 3,97%.

Gambar 4.13.
Laju Pertumbuhan dan Distribusi Sektor Pertambangan dan
Penggalian
(Migas dan Non Migas) Kabupaten Natuna 2013-2014

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 47

Sumber: BPS Kabupaten Natuna, Tahun 2014

Dari hasil olahan Susenas 2014, sumber penerangan di Kabupaten


Natuna banyak menggunakan listrik PLN dengan daya pasang
1.300 watt sebesar 41,40%. Daya 900 watt sebesar 22,17% dan
450 watt sebesar 10,61%. Sedangkan tanpa meteran cukup
banyak yaitu sebesar 20,08%.
Gambar 4.14.
Persentase Daya Terpasang bagi Pengguna Listrik, 2014

Sumber: BPS Kabupaten Natuna, Tahun 2014


C. Industri Pengolahan

Pada

tahun

2014,

sektor

Industri

Pengolahan

mengalami

pertumbuhan sebesar 4,97 persen, bila dibandingkan dengan


tahun sebelumnya mengalami perlambatan karena pada tahun
2013 tumbuh sebesar 5,10 persen.

Bila dilihat kontribusi dari

sektor pengolahan perhadap perekonomian di Kabupaten Natuna,


sektor

ini

hanya

menyumbang

sebesar

2,85

persen.

Bila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya kontribusinya menurun.


Gambar 4.15.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 48

Laju Pertumbuhan dan Distribusi Sektor Industri


Pengolahan Kab. Natuna 2013-2014

Sumber: BPS Kabupaten Natuna, Tahun 2015

Jika dilihat dari lapangan pekerjaan utama, usaha dibidang industri


pengolahan cukup besar yaitu ada 6,3 persen. Ini kemungkinan
banyak masyarakat yang bergerak di industri rumah tangga.
Contohnya membuat kue, kerupuk ikan, anyaman dan lain-lain.

D. Sektor Konstruksi

Sektor Bangunan/Kontruksi yang berupa bangunan/konstruksi tempat


tinggal maupun bukan tempat tinggal, baik yang dilakukan oleh
pemerintah ataupun pihak swasta termasuk oleh rumahtangga.
Pembangunan disini termasuk juga pemeliharaan bangunan dan
renovasi besar yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, juga
rumahtangga. Selama tahun 2014 sektor ini mampu tumbuh sebesar
9,26 persen.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 49

Gambar 4.16.
Laju Pertumbuhan dan Distribusi Sektor Konstruksi
Kabupaten Natuna 2013-2014

Sumber: BPS Kabupaten Natuna Tahun 2015

Pertumbuhan yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan oleh


semakin banyaknya proyek fisik yang dilakukan oleh pemerintah
daerah selama tahun 2014, baik yang berupa bangunan, maupun
prasarana umum seperti jalan, jembatan dan sebagainya. Sektor
Bangunan

merupakan

pertumbuhannya.

salah

satu

sektor

yang

cukup

tinggi

Kontribusi sektor konstruksi ditahun 2014

menyumbang sebesar 27,57 persen mengalami peningkatan bila


dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 26,95 persen.
Sementara jika dilihat dari nilai tambah sektor konstruksi, tampak
juga terjadi peningkatan yang cukup berarti. Pada tahun 2013, nilai
tambah yang tercipta pada sektor ini (harga berlaku) mencapai 985
milyar rupiah, kemudian meningkat menjadi 1.115 triiun rupiah pada
tahun 2014.
Gambar 4.17.
PDRB ADHB dan ADHK Sektor Konstruksi
Kabupaten Natuna 2013-2014 (juta Rp)

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 50

Sumber: BPS Kabupaten Natuna Tahun 2015

Dalam penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) salah satunya


indikator yang digunakan adalah Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK),
yakni indeks yang menggambarkan perkembangan harga dan tingkat
kemahalan konstruksi pada periode tertentu terhadap tahun dasar.
IKK Kabupaten Natuna tahun 2014 sebesar 129,27

persen, Hal ini

berarti bahwa tingkat kemahalan untuk membangun suatu bangunan


per satuan ukuran luas di Kabupaten Natuna membutuhkan biaya
yang lebih tinggi 29,27 persen dibadingkan biaya membangun
didaerah acuan.
E. Sektor Pariwisata dan Perhotelan

Dalam

perkembangannya,

kegiatan

pariwisata

telah

menjadi

pendulang devisa di banyak daerah. Kabupaten Natuna

memiliki

potensi keindahan alam yang luar biasa, berupa panorama alam baik
berupa pegunungan maupun pantainya. Salah satu penunjang utama
dari kegiatan pariwisata adalah perhotelan. Peranan sub sektor hotel
dalam perekonomian Kabupaten Natuna sampai saat ini memang
masih belum terlalu besar. Namun Kemajuan industri perhotelan
dapat diikuti perkembangannya, melalui jumlah hotel dan akomodasi,
jumlah kamar, dan jumlah tempat tidur.
Perkembangan hotel dan akomodasi yang ada di Kabupaten Natuna
dapat dilihat disamping. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah
hotel pada tahun 2013 mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan tahun 2012 Hal ini juga berdampak pada bertambahnya
jumlah kamar yang meningkat sebesar 15,33 persen. Begitu juga
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 51

dengan jumlah tenaga kerja yang meningkat sebesar 13,51 persen


dan jumlah tempat tidur sebesar 10,21 persen.
Gambar 4.18.
Perkembangan Statistik Perhotelan di Kabupaten Natuna Tahun
2012-2014

Sumber: BPS Kabupaten Natuna Tahun 2015

Pertumbuhan di sektor perhotelan mengalami perlambatan bila


dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan tahun 2012
sebesar 12,08 persen melambat ditahun 2013 sebesar 5,07 persen.
Jika dilihat distribusi pertahunnya, sektor perhotelan dan akomodasi
memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Natuna
hanya 0,46 persen. Hal ini bisa saja terjadi akibat Letak geografis
yang cukup jauh karena Kabupaten Natuna memiliki kawasan sangat
kaya dengan berbagai objek wisata yang potensial, pantai yang
menarik dan eksotis namun sayang sarana dan prasarana yang
diperlukan belum cukup memadai. Oleh sebab itu pemerintah
berupaya untuk membenahi berbagai objek dan melengkapi fasilitas
dengan mengembangkan jaringan transportasi.
F. Sektor Transportasi dan Komunikasi

Dilihat dari laju pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi


Kabupaten Natuna menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti.
Tahun 2013 pertumbuhan sebesar 8,01 persen, tahun 2014 naik
menjadi 8,06 persen. Perkembangan transportasi di kabupaten
Natuna sangat cepat, ini menjadi salah satu faktor meningkatnya
Laporan Akhir
IV - 52
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

pertumbuhan

Kabupaten

Natuna.

Tetapi

untuk

tahun

2014

pertumbuhannya mengalami penurunan dari 16,23 persen menjadi


7,90 persen.

Gambar 4.19.
Laju Pertumbuhan dan Distribusi Sektor Angkutan dan
Komunikasi
Kabupaten Natuna, 2013-2014

Sumber: BPS Kabupaten Natuna Tahun 2015

Tabel 4.20
Statistik Transportasi Kabupaten Natuna, 2013-2014

Sumber: BPS Kabupaten Natuna Tahun 2015

Berdasarkan laporan kunjungan kapal di Satker Ranai, ada sebanyak


Laporan Akhir
IV - 53
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

850 kunjungan kapal. Sedangkan penumpang naik ada sebanyak


14.817 jiwa pertahun dan penumpang turun ada sebanyak 20.540
jiwa pertahun ditahun 2013. Sedangkan untuk transportasi angkutan
udara, pesawat yang datang pertahunnya ada sebanyak 658 begitu
juga sebaliknya untuk pesawat yang pergi. Penumpang yang datang
ada sebanyak 41.221 jiwa dan penumpang turun sebanyak 42.031
jiwa.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi Kawasan Sedanau-Pulau Tiga-Bunguran
Selatan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

IV - 54

Anda mungkin juga menyukai