Qda
Qda
Qda
PERIKANAN
QUANITATIVE DESCRIPTIVE ANALYSIS (QDA)
Oleh:
Brigitta Laksmi Paramita
11/318053/PN/12375
I.
PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
1. Mengetahui tahapan pengujian Quantitative Descriptive Analysis (QDA)
2. Mengetahui keberadaan atribut aroma yang paling besar pada produk
perikanan dengan uji Quantitative Descriptive Analysis (QDA)
II.
II.1.
II.2.
Cara Kerja
METODOLOGI
III.
PEMBAHASAN
Quantitative Descriptive Analysis (QDA) merupakan teknik penilaian sensori
yang mencirikan tanggapan atribut-atribut sensori dalam bentuk kuantitatif. Metode
QDA mampu memberi uraian perkataan yang cukup bagi semua ciri sensori produk.
Ini meliputi produk yang telah ada (masih dan sedang berada di pasaran), ramuan, ide
atau produk baru yang masih belum ada saingan dan QDA menggunakan panelis
terlatih (Cardelli dan Labuza, 2001). Metode QDA didasarkan pada analisis statistik
untuk menentukan kondisi, prosedur, dan panelis yang dilibatkan pada analisis produk
yang spesifik. Metode QDA dikembangkan oleh Tragon Corp. Panelis diseleksi dari
banyak calon panelis terlatih berdasarkan kemampuannya mendiskriminasikan
perbedaan karakter sensori diantara beberapa sampel dari produk spesifik. Produk
spesifik yang dimaksud adalah produk yang akan digunakan selama training. Metode
QDA didasarkan pada kemampuan panelis dalam mengekpresikan persepsi
produk dengan kata-kata menggunakan cara yang terpercaya. Ciri khusus yang
ditemukan pada metode QDA yaitu penggunaan baris yang tidak berstruktur,
adanya instruksi dimana panelis diminta member tanda pada garis sesuai dengan
intensitas persepsi yang diterima, serta panelis yang dilibatkan adalah panelis yang
telah terseleksi melalui pengujian terlebih dahulu. Data yang diperoleh dari uji dengan
metode ini disajikan dalam bentuk grafik jaring laba-laba (spiderweb). Dengan nilai
nol pada titik pusat untuk setiap atribut. Selain disajikan dalam spider web,
hasil pengujian
dengan
metode
ini
juga
dapat
diolah
dengan Principal
5. Interpretasi data
Interpretasi data yang telah dianalisis dengan spiderweb
Forum Group Discussion (FGD) merupakan tahap kedua uji QDA setelah
dilakukannya seleksi panelis. FGD dilaksanakan untuk menentukan aroma, rasa atau
tekstur yang terdapat di dalam sampel. FGD dalam praktikum ini ditentukan beberapa
jenis dari atribut aroma dalam sampel tepung tulang ikan, antara lain aroma lele mentah,
lele goreng, susu vanilla, pindang mentah, dan ikan teri asin. Dapat diketahui syarat mutu
tepung ikan apakah atribut aroma menjadi salah satu syarat mutu berdasarkan syarat
tepung terigu menurut SNI 01-3751-2006 pada tabel di bawah ini:
Tabel di atas menunjukkan bahwa atribut bau atau aroma termasuk ke dalam syarat
mutu tepung. Menurut tabel di atas, tepung yang baik adalah tepung yang memiliki aroma
normal (bebas dari bau asing). Tepung ikan memiliki aroma yang bermacam-macam namun
aroma tersebut tidak tergolong asing sehingga dapat disimpulkan bahwa aroma-aroma yang
disepakati dalam FGD memenuhi syarat mutu tepung.
Jenis-jenis aroma tersebut kemudian diujikan dalam uji QDA dengan skalar hingga
mendapatkan hasil seperti yang ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Nama
Lele
Lele
Susu
No Panelis
Mentah
Goreng
Vanilla
1 Ahmad
1.1
10
4.9
2 Bobby
1.2
9.3
10.7
3 Ausa
4
5.9
9.6
4 Aprilia
2
3.8
4.4
5 Elka
3
5.4
9.8
6 Arif
1.3
2.2
2.6
7 Bhatara
2.9
1.6
8.4
8 Brigitta
1.1
6.4
10.4
9 Pipit
9
11
2.1
10 Muflikhah
2
3.2
0.6
11 Ulfa
0.7
5
10.7
12 Nurul
1.8
3.7
10.9
13 Afwa
1.9
3.5
9.7
14 Rinto
2.8
2.1
2.1
15 Median
1.4
6.5
12.9
16 Yusuf
3.8
7.8
10.4
17 Bekti
2.8
7.8
3.9
18 Reza
1.1
2.3
2.8
19 Imam
2.7
3.3
1.9
Rata-rata
2.452631579 5.305263158 6.778947368
Pindang
Mentah
9.4
4.6
2.1
10.7
6.6
3.4
5.7
11.5
3.5
8
2.1
7.1
2.1
4.6
10.7
6
9.9
3.1
5.3
6.126315789
Tabel di atas menunjukkan hasi uji QDA dari 19 panelis dan didapatkan rata-rata
jawaban panelis dari setiap sampel yang diujikan. Rata-rata pada sampel lele mentah
sebesar 2,45; rata-rata dari sampel lele goreng sebesar 5,30; rata-rata dari sampel susu
vanilla sebesar 6,78; rata-rata dari sampel pindang mentah sebesar 6,13; dan rata-rata dari
sampel ikan teri asin sebesar 6,38. Rata-rata dari semua sampel tersebut kemudian dibuat
suatu grafik bernama spiderweb seperti di bawah ini:
Spiderweb di atas menunjukkan kecenderungan atribut aroma dari tepung tulang ikan
yang dihitung berdasarkan rata-rata jawaban panelis saat uji QDA. Cara pembacaan
spiderweb adalah semakin luar letak titiknya, maka semakin besar nilainya sedangkan
semakin dalam letak titiknya, maka semakin kecil nilainya. Berdasarkan spiderweb yang
telah dibuat, dapat dilihat bahwa lele mentah memiliki kecenderungan paling kecil dalam
aroma tepung tulang ikan yang artinya keberadaan aroma lele mentah pada tepung tulang
ikan sangat kecil menurut panelis, kemudian diikuti oleh sampel lele goreng, pindang
mentah, ikan teri asin, dan yang paling memiliki kecenderungan terbesar adalah sampel
susu vanilla. Hal ini berarti keberadaan aroma susu vanilla adalah yang paling besar pada
tepung tulang ikan sehingga dapat disimpulkan bahwa aroma tepung tulang ikan
menyerupai aroma susu vanilla.
Rata-rata setiap sampel dihitung dengan menjumlahkan jawaban dari panelis pada
setiap sampel kemudian membaginya dengan jumlah panelis yang melakukan uji. berikut
perhitungan rata-rata pada masing-masing sampel:
1. Sampel susu vanilla
X=
= 6,78
= 2,45
= 5,30
= 6,13
= 6,38
IV.
IV.1. Kesimpulan
1. Tahapan-tahapan pengujian QDA yaitu seleksi panelis, pengembangan
scoresheet, uji QDA, analisis data, dan interpretasi data.
2. Keberadaan atribut aroma yang paling besar pada produk tepung tulang ikan
adalah susu vanilla. Besar kecilnya keberadaan atribut aroma ditentukan
dengan spiderweb dengan menghitung rata-rata dari setiap sampel yang
diujikan.
IV.2. Saran
Sebaiknya yang mengolah data adalah praktikan agar praktikan lebih
mengerti bagaimana cara mengolah data dalam pengujian QDA ini
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah A. 1990. Penilaian Sensori. Universiti Kebangsaan Malaysia, Malaysia.
Cardelli, C,. Labuza, T. P,. 2001. Application of Weinbull Hazard Analysis to the
Determination of the Shelf Life of Roasted and Ground Coffe. Lebensm-Wiss.u.
Technology. 34:273-278.
Kartika, B., B. Hastuti., W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU
Pangan Gizi. UGM, Yogyakarta.
Setyaningsih, Dwi et al. 2010. Analisis Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro. IPB
Press, Bogor.