Kalbe Farma, TBK Dan PT. Martina Berto, TBK
Kalbe Farma, TBK Dan PT. Martina Berto, TBK
Kalbe Farma, TBK Dan PT. Martina Berto, TBK
FARMASI INDUSTRI
DI PT. MARTINA BERTO, Tbk. DAN PT. KALBE FARMA, Tbk.
(25 APRIL - 30 APRIL 2016)
AIR HANDLING UNIT (AHU) DI PT. KALBE FARMA, Tbk.
OLEH :
VIVI FITRIYANTI S
N211 15 776
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Industri farmasi sebagai unit usaha yang menunjang kesehatan
masyarakat serta bertindak sebagai penghasil obat yang dituntuk untuk
dapat menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasialt
(efficacy), keamanan (safety), dan mutu (quality) yang berkewajiban dan
bertanggung jawab sosial untuk memproduksi obat, kosmetik maupun
makanan minuman yang bermutu tinggi, berkhasiat dan terjamin
keamanannya.
Berdasarkan hal tersebut, industri farmasi di Indonesia perlu
memberikan jaminan mutu terhadap produk yang dihasilkan. Jaminan
mutu suatu produk obat jadi, tidak hanya sekedar lulus dari serangkaian
pengujian, namun hal terpenting yaitu mutu harus di terapkan dan dijaga
pada disetiap proses produksi dari awal hingga akhir. Langkah utama
untuk menjamin mutu dari suatu produk obat yang dihasilkan adalah
dengan menerapkan Cara Pembuatan Obat yag Baik (CPOB). Penerapan
CPOB dalam industri farmasi bertujuan untuk mengatur dan memastikan
mutu obat yang diproduksi secara konsisten sehingga produk yang
dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan (Kementrian
Kesehatan RI, 2010).
Oleh karena itu, pemerintah membuat kebijakan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan No. 43/MENKES/II/1988 tentang Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), sehingga setiap industri farmasi
wajib menerapkan CPOB dalam upaya pengendalian, pengadaan,
distribusi dan pemantapan obat yang menyeluruh dan terpadu. Guna
mengontrol agar produk yang beredar di masyarakat merupakan obat
yang terjamin mutunya dan aman digunakan oleh mayarakat.
Dalam rangka membina generasi baru khususnya tenaga Apoteker
berasaskan penerapan CPOB dan CPKB di bidang industri, maka PT.
Kalbe Farma Tbk. dan PT Martina Berto Tbk. membuka kesempatan bagi
calon Apoteker untuk melaksanakan PKPA agar dapat menggali ilmu
farmasi industri melalui kegiatan tersebut.
Salah satu aspek dalam penerapan CPOB yang perlu diperhatikan
yaitu Sistem/Unit Pengaturan Udara (AHU) untuk menjamin dihasilkannya
produk-poduk yang bermutu tinggi. AHU merupakan seperangkat alat
yang dapat mengontrol suhu, kelembapan, aliran udara, jumlah pergantian
udara, dan sebagainya, di ruang produksi sesuai dengan persyaratan
ruangan yang telah ditentukan. Pengaturan AHU sangat penting untuk
menunjang keberhasilan proses produksi hingga dihasilkan produk-produk
yang bermutu tinggi.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan PKPA farmasi industri yang dilaksanakan
di PT. Kalbe Farma, Tbk dan PT Martina Berto Tbk adalah :
a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala
aspek CPOB di PT. Kalbe Farma, Tbk dan penerapan CPKB di PT
Martina Berto, Tbk.
b. Mengetahui penerapan CPOB terkait Sistem Pengaturan Udara (Air
Handling Unit) di PT. Kalbe Farma Tbk.
BAB II
TINJAUAN UMUM
II.1 PT. Martina Berto, Tbk
II.1.1 Visi dan Misi
Visi dari PT. Martina Berto, Tbk adalah menjadi perusahaan
perawatan kecantikan dan spa yang terkemuka di dunia dengan produk
yang bernuansa ketimuran dan alami, melalui pemanfaatan teknologi
modern, penelitian dan pengembangan sebagai sarana peningkatan nilai
tambah bagi konsumen dan pemangku kepentingan lainnya (PT. Martina
Berto, 2015)
Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka misi dari PT.
Martina Berto, Tbk adalah :
1. Mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk perawatan
kecantikan dan spa yang bernuansa ketimuran dan alami dengan
standar mutu internasional guna memenuhi kebutuhan konsumen
diberbagai segmen pasar dari premium, menengah atas, menengah
dan menengah-bawah dalam suatu portofolio yang sehat dan setiap
merek mampu mencapai posisi 3 besar di Indonesia di setiap segmen
pasar yang dimasukinya.
2. Menyediakan layanan yang prima kepada semua pelanggan dalam
porsi yang seimbang, termasuk konsumen dan para penyalur produk.
3. Mempertahankan kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan
bisnis.
4. Merekrut, melatih dan mempertahankan tenaga kerja yang kompoten
dan produktif sebagai bagian dari aset perseroan
5. Memanfaatkan metode operasi, sistem dan teknologi yang efisien dan
efektif di seluruh unit dan fungsi usaha
6. Menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten demi
kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholders)
seluas
0,7
hektar
terletak
di
Sawangan
dan
kebun
cair,
termasuk
didalamnya
cairan
pembersih
muka,
pelembab, toner, alas bedak, body splash cologne, hair spray, dan
produk cair lainnya.
mist cologne
b. Preparat make up
-
2. Caring Colour
a. Preparat Make Up
-
b. Preparat mata
-
3. Biokos
Preparat perawatan :
-
4. Cempaka Cosmetic
a. Skin care
-
b. Make up base
-
Alas bedak, cream pemutih, bedak tabur, two way cake UV,
whitening, foundation, bedak padat, compact powder, face
powder
c. Decorative :
-
b. Eye make up
-
b. Preparat mata :
-
8. Sari Ayu
a. Preparat make up
-
Lipstik, alas bedak, blush on, lip gloss, bedak tabur, cleansing,
penyegar
b. Preparat mata
-
Facial foam acne, cream masker jerawat, body lotion, dan lainlain
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
j.
k.
l.
II.2.4. Sertifikat
Pada tahun 1996 PT Martina Berto menjadi pabrik kosmetik
pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat ISO 9001 : 2008 (Sistem
Manajemen Mutu), perusahaan ini menjadi satu-satunya pendiri Global
Compact PBB dari Asia (PT. Martina Berto, 2015).
1. Perusahaan ini juga mendapatkan sertifikat ISO 14001 : 2004 dan
sertifikat GMP: CPKB (Cara Produksi kosmetika Yang Baik) dan
CPOTB (Cara Produksi Obat Tradisional Yang Baik) pada tahun 2000.
2. Halal Award 2015 diterima oleh brand Sariayu Martha Tilaar yang
terpilih sebagai Halal Top Brand 2015 untuk kategori kosmetik.
3. Pada tahun 2015 juga sertifikat Ecocert diberikan untuk brand Solusi
Martha Tilaar Organic Renewage yang menjadi kosmetik pertama dari
apabila
Mereka harus dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang
dibebankan kepadanya
Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung jawab pada PT. Martina
Berto yakni:
1) Dalam
struktur
organisasi
perusahaan,
bagian
produksi
dan
4. Peralatan
Peralatan yang terdapat pada PT. Martina Berto didesain dan
ditempatkan sesuai dengan produk yang dibuat:
1) Rancang Bangun
a. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan yang diolah
tidak bereaksi atau menyerap bahan.
b. Peralatan tidak menimbutkan akibat yang merugikan terhadap
produk misalnya melalui tetesan oli, kebocoran katub atau melalui
modifikasi atau adaptasi yang tidak salah/tidak tepat.
c. Peralatan mudah dibersihkan.
2) Pemasangan dan Penempatan
a. Peralatan/mesin ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan kemacetan aliran proses produksi dan diberi
penandaan yang jelas untuk menjamin tidak terjadi campur baur
antar produk.
b. Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara, dipasang
sedemikian rupa sehingga mudah dicapai selama kegiatan
berlangsung. Saluran ini diberi label atau tanda yang jelas sehingga
mudah dikenali.
c. Sistem-sistem penunjang seperti sistem pemanasan, ventilasi,
pengatur suhu udara, air (air minum, air murni, air suling), uap,
udara bertekanan dan gas berfungsi dengan baik sesuai dengan
tujuannya dan dapat di identifikasi.
3) Pemeliharaan
a. Peralatan untuk menimbang mengukur, menguji dan mencatat
dipelihara
dan
dikalibrasi
secara
berkala.
Semua
catatan
jadi
dari
kegiatan
pengemasan
sebelumnya
harus
dipindahkan.
b. Selama proses pelabelan dan pengemasan berlangsung, akan
diambil contoh secara acak dan diperiksa.
c. Sisa label dan bahan pengemas dikembalikan ke gudang dan
dicatat. Bahan pengemas yang ditolak, dicatat dan diproses lebih
lanjut sesuai dengan Prosedur Tetap.
11) Produk Jadi, Karantina dan Pengiriman ke Gudang Produk Jadi
Untuk
menjamin
kebebasan
dalam
menetapkan
8. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan tertulis tentang formula, prosedur,
perintah dan catatan tertulis lainnya yang berhubungan dengan proses
pembuatan kosmetik. Dokumen yang telah kadaluarsa dimusnahkan
setiap 5 tahun sekali, dan soft copyannya disimpan sebagai arsip
perusahaan.
1) Bila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan dalam dokumen
hendaknya dilakukan pembetulan sedemikian rupa sehingga naskah
aslinya harus tetap terdokumentasi.
2) Dokumen hendaklah diberi tanggal dan disahkan.
3) Salinan dokumen hendaklah diberikan kepada pihak-pihak yang
terkait dan pendistribusiannya dicatat.
4) Semua dokumen hendaknya direvisi dan diperbaharui secara berkala,
dokumen yang sudah tidak berlaku segera ditarik kembali dari pihakpihak terkait untuk diamankan.
9. Audit Internal
Audit Internal pada PT. Martina Berto terdiri dari kegiatan penilaian
dan pengujian
seluruh
atau
sebagian
dari
aspek produksi
dan
b. Barang
kiriman
harus
diperiksa
dengan
teliti
terhadap
harus
dipelihara
meliputi
semua
catatan
2) Penarikan Produk
a. Hendaknya dibuat sistem penarikan kembali dari peredaran
terhadap produk yang diketahui atau diduga bermasalah.
b. Hendaknya ditunjuk Personil yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan dan koordinasi penarikan kembali produk termasuk
personil lain dalam jumlah yang cukup.
c. Keefektifan pengaturan penarikan kembali produk hendaknya
dievaluasi dari waktu ke waktu.
d. Hendaklah dibuat instruksi tertulis yang menjamin bahwa produk
yang ditarik kembali disimpan dengan baik pada daerah yang
terpisah sambil menanti keputusan selanjutnya.
telah
mendapatkan
sertifikat
ISO
14001:2004.
Selanjutnya,
batuk),
Procold
dan
Mixagrip
(obat
flu),
Fatigon,
special
clinical
food,
Diabetasol
yang
telah
teknik
baru
dalam
Kalbe
memperkenalkan
produk
pertamanya
yaitu
Kalsolac, obat dalam bentuk cairan steril yang digunakan pada fase
pemulihan pasca-bedah jantung dan cidera otak traumatis. Untuk fase
pemulihan pasca-bedah jantung, obat ini dipasarkan di Indonesia
dengan merek Totilac. Untuk indikasi cidera otak traumatis dilakukan
pengujian pada hewan di Amerika Serikat pada tahun 2007 seiring
dengan pengurusan paten. Produk lain yang siap dipasarkan adalah
TheraCIM, antikanker antibodi monoklonal yang digunakan untuk
mengobati kanker otak serta kanker hidung dan tenggorokan. Kalbe
Vision yang khusus bergerak dalam pengembangan dan pemasaran
produk perawatan mata yang inovatif juga telah memperkenalkan
solusi menyeluruh untuk tindakan operasi katarak.
c. Devisi distribusi dan kemasan.
Bisnis distribusi dan kemasan Kalbe Grup telah berangsur-angsur
mengalami perubahan orientasi dan skala bisnisnya. Sehingga, tidak
hanya memenuhi kebutuhan internal Grup. Divisi Distribusi Kalbe
mengelola 40 pusat distribusi di seluruh Indonesia, mencakup lebih
dari 1 juta outlet. Kalbe telah dipercaya untuk menangani distribusi
produk-produk prinsipal non-afiliasi meliputi produsen farmasi, produk
kesehatan serta diagnostik dan instrumen medis dan bahan baku
kimia.
Pada
tahun
2007,
Divisi
distribusi
melakukan
upaya
melalui
serangkaian
tes
misalnya
kontaminasi
dan
Personalia
Dalam suatu industri farmasi, personil yang terlibat dalam industri
tersebut harus memenuhi persyaratan, baik secara kuantitas maupun
kualitas. CPOB mensyaratkan jumlah personil yang memadai dan
terkualifikasi untuk melaksanakan semua tugas. Setiap personil harus
memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik sehingga mampu
melaksanakan tugasnya secara professional. Sikap dan kesadaran
tinggi setiap personil juga diperlukan dalam mewujudkan pelaksanaan
CPOB.
PT. Kalbe Farma, Tbk menggunakan tenaga kerja yang terlatih
secara teknis dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan
kegiatan produksi dan pengawasan mutu sesuai dengan prosedur dan
spesifikasi yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Masingmasing bagian produksi, RnD, QA, dan QC dipimpin oleh seorang
apoteker dan diberi wewenang penuh dan saranan cukup yang
diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.
Peningkatan kesadaran dan pemahaman karyawan terhadap
CPOB di PT. Kalbe Farma, Tbk. dilakukan melalui program pelatihan
Kualitas Lima Aspek (KUA LIMA) yang meliputi K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja), dan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
Aspek KUA LIMA meliputi produk, manusia, bahan dan peralatan,
metode, serta lingkungan kerja. Uraian lima aspek dalam KUA LIMA
adalah:
a. Produk yang senantiasa berorientasi pada pasar
Ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk, dicat dengan cat epoxy
dengan tujuan agar mudah dibersihkan. Ruangan dibuat melengkung
(tidak memiliki sudut) agar tidak menjadi tempat berkumpulnya debu.
Jendela dibuat miring dengan maksud agar mudah dibersihkan dan
juga tidak menjadi tempat berkumpulnya debu. Ruangan dalam
produksi dibagi menjadi 3 area yang memiliki tekanan udara yang
berbeda. Tujuan dari pembedaan tekanan ini untuk mencegah
terjadinya kontaminasi silang. Penutup fitting lampu, titik ventilasi, dan
instalasi
lainnya
dibuat
rata
dengan
langit-langit
sehingga
meminimalkan adanya celah yang dapat menahan debu. Saranasarana penunjang produksi, seperti Heating, Ventilating, and Air
Conditioning (HVAC), pipa saluran air, Air Handling Unit (AHU), kabel
listrik diletakkan di ruangan khusus di antara setiap lantai ruangan
produksi yang disebut mezzanine. Beberapa ruangan juga dilengkapi
dengan pengumpul debu (dust collector) untuk mengendalikan jumlah
partikel sesuai dengan kelas ruangan masing-masing.
PT. Kalbe Farma Tbk. memiliki bangunan dengan ukuran,
rancang bangun, konstruksi, dan tata letak yang secara umum telah
memadai sesuai dengan persyaratan CPOB. Hal ini dilakukan dalam
rangka
menunjang
pelaksanaan
kerja,
pembersihan,
dan
meliputi
bagian
Departemen
Human
Resource
Development,
Departemen
Akuntansi,
Departemen
meliputi
Departemen
Keuangan
dan
Pemasaran,
Mutu
(Quality
Control)
dengan
laboratorium
pengawasan mutu.
e. Lantai 4 meliputi ruangan pilot plant Departemen Research and
Development.
Bangunan pada PT. Kalbe Farma, Tbk. menerapkan sistem line
(jalur produksi). Satu line mencakup semua tahap pengolahan sampai
dengan pengemasan produk sehingga kontaminasi silang dapat
dihindari. Ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. diklasifikasikan
sesuai dengan ASEAN GMP, yaitu kelas I dan II (white area), kelas III
(grey area), dan kelas IV (black area). Apabila dikaitkan dengan
CPOB, kelas black area merupakan kelas E, kelas grey area
merupakan kelas C (untuk produksi steril), D (untuk produksi nonsteril), dan kelas white area merupakan kelas A, B (produksi steril).
Sebagai penghubung antara kelas ruangan yang satu dengan yang
lain disediakan ruang antara atau ruang buffer dan loker karyawan.
Setiap kelas ruangan memiliki persyaratan jumlah partikel dan jumlah
mikroba tertentu, serta tekanan udara yang berbeda untuk mencegah
terjadinya kontaminasi silang. Pengaturan perbedaan tekanan udara
ini dilakukan dengan membedakan volume udara yang dimasukkan ke
dalam ruangan oleh AHU. White area memiliki tekanan udara paling
tinggi dan black area memiliki tekanan udara yang paling rendah,
sedangkan tekanan udara di grey area berada diantaranya.
Lantai dasar meliputi ruang produksi line 9, gudang alkohol,
departemen teknik, dan ruang loker karyawan. Lantai 1 meliputi ruang
produksi line 1, line 2, line 4, line 5, gudang bahan baku dan wadah,
gudang kemas, dan gudang obat jadi. Lantai 2 meliputi ruang produksi
line 6, line 7, line 8A, dan line 8B. Tiap lantai dalam gedung produksi
dipisahkan dengan mezanine, yaitu ruang khusus untuk penempatan
fasilitas utility seperti penyedot udara, pipapipa (steam pipe,
aquademin pipe, water pipe, compressed air pipe), kabel listrik dan
lain-lain.
Pergerakan barang dan manusia diatur dalam lalu lintas yang
berbeda untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontaminasi silang.
Penghubung antar ruang atau kelas yang berbeda adalah ruang buffer
atau ruang antara, sedangkan untuk barang digunakan penghubung
berupa kotak penghubung (pass box). Khusus perpindahan antara
grey area dengan white area terdapat air lock yang dilengkapi air
shower. Setiap ruang produksi memiliki koridor sebagai lalu lintas
umum karyawan atau bahan. Pada area produksi terdapat ruang
staging yang digunakan sebagai tempat penyimpanan kemasan dan
bahan baku. Selain itu, terdapat pula ruang work in process (WIP)
untuk staging produk ruahan dan produk antara.
1) Black area
Area ini meliputi ruang kepala bagian, ruang kepala seksi (kasie),
ruang pengemas sekunder, koridor yang menghubungkan gudang
obat jadi dan ruang pengemas sekunder, ruang ganti pakaian black
dengan pakaian grey, dan ruang buffer black. Perlengkapan yang
digunakan berupa baju dan celana kerja berwarna putih (untuk
bagian produksi), penutup kepala, dan sandal karet. Area ini
memiliki tekanan udara yang paling rendah.
2) Grey area
Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT. Kalbe Farma,
Tbk. memiliki rancang-bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang
memadai, serta ditempatkan pada posisi yang tepat. Masing-masing
alat diberi penandaan agar memudahkan dalam identifikasinya.
Pemasangan dan penempatan peralatan diatur sedemikian rupa
sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Bahan yang digunakan untuk peralatan selama proses produksi
sebagian besar adalah baja tahan karat (stainless steel). Peralatan
Pemisahan
peralatan
dilakukan
untuk
menghindari
Bagian
Teknik,
personil
PT.
Kalbe
Farma,
Tbk.
harus
menjalani
produksi
maupun
kantor, khususnya
di
daerah
yang
ruangan,
meliputi
PROSES,
label
atau
TELAH
DIBERSIHKAN,
SEDANG
SEDANG
PROSES,
label
SIAP
daripada
ruang
produksi
sehingga
mencegah
adanya
masuk ke white area harus mengganti baju grey area dengan baju
white area dengan baju terusan bebas serat dengan penutup kepala,
sarung tangan, masker, penutup mata, dan sepatu khusus. Pakaian
kotor di simpan terpisah dalam wadah tertutup dan di cuci secara
berkala dua kali dalam seminggu. Peraturan ini berlaku untuk semua
orang, termasuk pimpinan dan tamu pabrik.
f.
Produksi
ditujukan
untuk
memudahkan
penelusuran
pada
proses
produknya
adalah
Bioplacenton,
Mycoral,
dan
Pengawasan mutu
Pelaksanaa pengawasan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. dilakukan
oleh bagian Pengawasan Mutu (QC) yang berada di bawah
sebaiknya
siap dipasarkan.
atau
lain
dalam
menggunakan
alat
yang
bersangkutan.
Alat pelindung diri (APD) disediakan untuk keselamatan personil,
seperti masker, kaca mata pelindung, sarung tangan, dan pembasuh
menilai
kesesuaian
seluruh
aspek
produksi
dan
laporan
audit,
manajemen
perusahaan
akan
POM
dapat
dilakukan
sewaktu-waktu
dalam
rangka
(nama produk dan nomor bets) serta isi keluhan. Bagian ini menangani
keluhan dengan cara melihat batch record dan pengujian terhadap
contoh pertinggal akan dilakukan apabila diperlukan. Catatan tertulis
mengenai semua keluhan dibuat dan ditangani oleh bagian yang
terkait sesuai dengan jenis keluhan yang diterima. Misalnya keluhan
menyangkut
mutu
ditangani
oleh
bagian
Pengawasan
Mutu,
sesuai nomor bets yang dimaksud. Jika hasil evaluasi sesuai dengan
SPPP BPOM, bagian Pengawasan Mutu akan menindaklanjuti
pelaksanaan penarikan yaitu pembuatan SPPP ke pelanggan yang
dilakukan dalam waktu satu minggu. Setelah penarikan produk,
dilakukan tindak lanjut berupa pemusnahan ataupun pengerjaan ulang.
Selain itu perlu dibuat laporan penarikan produk yang ditujukan ke
menunggu
hasil
evaluasi
dari
pascapemasaran
untuk
Dokumentasi
Dokumentasi adalah aspek esensial dalam industri farmasi dalam
rangka memenuhi persyaratan CPOB. PT. Kalbe Farma, Tbk membagi
dokumentasi menjadi empat tingkatan yaitu manual perusahaan,
prosedur
perusahaan,
dokumen
pendukung,
dan
rekaman
benar,
disetujui
dan
dikendalikan
untuk
menghindari
dimana pabrik lain memberikan produk ruahan dan PT. Kalbe Farma,
Tbk. hanya memproses tahap pengemasannya atau kontrak yang
menyangkut proses awal higga akhir produksi. Begitu pula halnya
dengan tol keluar dari PT. Kalbe Farma, Tbk. ke pabrik lain.
Sebelum melakukan tol keluar, PT. Kalbe Farma, Tbk. terlebih
dahulu melakukan seleksi rekanan tol keluar. Tujuan dari seleksi ini
adalah agar produk tol keluar yang dihasilkan memenuhi persyaratan
kualitas PT. Kalbe Farma, Tbk. Tahapan seleksi ini dimulai dari
pengajuan rekanan tol keluar ke Manager Departemen Perencanaan
Produksi dan Pengendalian Persediaan yang selanjutnya diteruskan
ke Manajer Departemen Pemastian Mutu untuk dilakukan audit. Untuk
memantau kualitas produk yang dihasilkan oleh rekanan tol keluar
maka dilakukan Audit Rekanan tol keluar secara berkala.
ini
meliputi
penyerahan,
penyimpangan
kualitas
dan
kelengkapan dokumen.
l.
dan
didokumentasikan
dalam
jadwal
kualifikasi
alat.
melaksanakan
validasi,
perusahaan
mengacu
pada
yang
tercantum
dalam
analisis
risiko.
Jika
terdapat
hasil
pra-validasi
oleh
Departemen
Research
dan
dapat
mengalami
perubahan
yang
dapat
berakibat
terhadap
validasi
ini
untuk
dan terkualifikasi
telah
dipasarkan
yang
dilaksanakan
berdasarkan
data
keluhan
dan
sampel
sudah
diterima),
kemudian
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
III.1 Penggunaan Sistem AHU
Sistem pengaturan udara (AHS) adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk mengendalikan jumlah partikel dalam ruangan, tekanan
udara baik didalam maupun diluar ruangan (koridor), kelembapan udara
atau Relative Humidity, temperature, filtrasi udara dan kecepatan
pertukaran
udara.
Hal
ini
merupakan
usaha
untuk
memberikan
udara
luar
melalui
kisi-kisi
evaporator
yang
bersuhu
merupakan
unit
terpenting
yang
beroperasi
untuk
(AHU) telah sampai pada tujuan pemakaian yang lebih rumit yaitu untuk
menghindarkan terjadinya kontaminasi. Oleh karena itu ruangan kelas
dibagi berdasarkan jumlah partikel yang diperbolehkan di ruang kelas
tersebut, yaitu (Priyambodo, 2014):
A. Kelas F (> 100.000 partikel 0,5m/ft3) dengan suhu < 25 C dan
tekanan terhadap bagian luar > 5Pa.
Filter yang digunakan adalah Pre Filter (efisiensi 40 %), Medium
Filter (efisiensi 40 %), dan Return Filter (effisiensi 40 %). Pengecekan
kondisi filter dengan melihat perbedaan tekanan sebelum dan
sesudah melewati filter. Exhaust Fan berada pada lavatory dan Ruang
antara. Bagan secara jelasnya terdapat pada gambar sbb :
Udara dari luar (Fresh Air (FA)) disaring melalui pre-filter dan
medium filter. Dengan bantuan Blower Fan, udara yang telah difiltrasi
diteruskan ke alat Heat Essenger dan masuk ke dalam kelas F. Udara
di dalam ruang F selain kembali ke dalam siklus return air (RA) untuk
diproses kembali seperti di awal, udara juga disirkulasikan ke ruang B
melalui exhaust Fan (EF) dan Dust Collector (DC).
B. Kelas D dan E ( 100.000partikel 0,5 m/ft3) dengan suhu <25 C,
RH <55 % dan tekanan terhadap kelas F > 15 Pa, sehingga udara
selalu kearah kelas E.
Adapun
Jenis
Pemeriksaan
yang
dilakukan
(Somantri, 2013) :
1. Efisiensi HEPA Filter
Pemeriksaan efisiensi HEPA filter untuk ruang steril (persyaratan
99,995 %) dan non-steril persyaratan 99,99 %) dilakukan
dengan cara:
humidity
untuk
ruang
steril
posisi,
dilakukan
Volume udara (m3) = Luas ducting x Kec. udara x 3600 detik x Jumlah
ducting
Pertukaran udara (x / jam) = Volume udara / Volume ruangan
udara
antar
ruang
untuk
mengetahui
apakah
udara
mengalir dari ruang kelas yang lebih kecil menuju ke ruang kelas
yang lebih besar. Caranya:
a. Jalankan smoke generator sesuai dengan SOP
b. Asap diberikan pada titik pengujian yang diberikan tercantum
pada catatan pemeriksaan
c. Aliran asap diperiksa dan diamati ke mana arah aliran
asapnya
BAB IV
PEMBAHASAN
Penerapan prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik ( CPOB ) bagi
setiap industri farmasi merupakan suatu langkah ideal menuju tercapainya
mutu produk obat yang terjamin khasiat dan keamanannya. Kebijakan ini
didukung sepenuhnya oleh industri farmasi dengan memperbaiki dan
melengkapi sarana dan prasarana produksinya.
PT. Kalbe Farma, Tbk merupakan industri farmasi di Indonesia
yang telah menerapkan prinsip CPOB dan GMP serta senantiasa terus
mengembangkan dan menyempurnakan aspek tersebut. Salah satu aspek
dalam penerapan CPOB yang perlu diperhatikan yaitu Sistem/Unit
Pengaturan Udara (AHU) untuk menjamin dihasilkannya produk-poduk
yang bermutu tinggi.
AHU merupakan bagian dari sistem AHS atau Heating Ventilation
Air Condition (HVAC). Air Handling Unit (AHU) merupakan seperangkat
alat yang dapat mengontrol suhu, kelembapan, aliran udara, jumlah
pergantian udara, dan sebagainya, di ruang produksi sesuai dengan
persyaratan ruangan yang telah ditentukan. Berdasarkan fungsinya
tersebut maka AHU sering disebut pula dengan AHS.
Di PT. Kalbe Farma, Tbk digunakan Air Handling Unit (AHU) yang
akan mengatur pasokan udara yang disalurkan ke setiap ruang produksi.
Pengaturan perbedaan tekanan udara dilakukan dengan membedakan
volume udara yang dimasukkan ke dalam ruangan oleh AHU. Ruangan
yang dikehendaki memiliki tekanan udara yang tinggi memperoleh suplai
udara yang lebih besar dibandingkan dengan ruangan yang dikehendaki
memiliki tekanan udara yang lebih rendah. Ketika tekanan udara di suatu
ruangan tinggi, maka pergerakan udara akan dipacu lebih cepat sehingga
secara otomatis sirkulasi udaranya pun lebih cepat. Pengaturan jumlah
partikel dilakukan dengan
Berdasarkan tekanan udara, sirkulasi udara dan jumlah partikel, ruangruang produksi dibedakan menjadi 3 kelas yaitu daerah black, grey, dan
white. Sebagai ruang steril, white area memiliki tekanan dan sirkulasi
udara yang
sehingga udara dari white area akan mengalir ke arah luar ketika pintu
pada ruang white area dibuka. Hal ini untuk mencegah terjadinya
kontaminasi
white area
persyaratan jumlah
partikel dan mikroba pada ruang ini paling ketat. White area sebenarnya
dibagi lagi menjadi 2 kelas (kelas I dan kelas II). Pada white area kelas I,
aliran udara dibuat laminar untuk mencegah pergerakan udara berlebihan
yang dapat meningkatkan kontaminasi (laminar air flow).
Kebersihan grey area relatif lebih rendah dibanding dengan white
area. Tekanan udaranya lebih kecil daripada white area, tetapi lebih besar
daripada black area.
Black area
Non-operasional
Operasional
3
Jumlah maksimum partikel/m yang diperbolehkan
0,5 m
5 m
0,5 m
5 m
3.520
20
3.520
20
3.520
29
352.000
2.900
352.000
2.900
3.520.000
29.000
Tidak
Tidak
3.520.000
29.000
ditetapkan
ditetapkan
BAB V
PENUTUP
V. 1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Lapangan Industri berupa
kunjungan Industri di PT. Kalbe Farma, Tbk dan PT. Martina Berto Tbk,
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. PT. Kalbe Farma, Tbk merupakan salah satu perusahaan farmasi
dan kosmetik terbesar di Indonesia yang sekarang produknya
sudah dapat menembus pasar international yang telah memenuhi
standar memenuhi standar CPOB
dihasilkan memiliki mutu yang baik, begitu pun dengan PT. Martina
Berto Tbk. yang merupakan perusahaan kosmetik terbesar yang
telah memenuhi standar CPKB dan CPOTB sehingga produk yang
dihasilkan memiliki mutu yang baik.
2. PT. Kalbe Farma telah menerapkan AHU (Air Handling System)
berdasarkan GMP yang sangat perlu diperhatikan dalam proses
produksi sehingga
job
description
khususnya
untuk
seorang
farmasis
di
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Materi Induksi PT. Kalbe Farma Tbk., Februari-Maret 2010,
Cikarang.
Somantri, Asep. 2013, Sistem Tata Udara dan Validasi Sistem HVAC,
Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006, Pedoman Cara Pembuatan
Obat yang Baik, Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 2012. Pedoman
Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Edisi 2012. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Fatmawaty A. 2015. Farmasi Industri. Universitas Hasanuddin Press.
Makassar.
Fatmawati, Nurina, 2014. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker,
Jakarta: Universitas Indonesia
Kalbe Farma, 2012, Menteri Induksi. Cikarang : PT. Kalbe Farma, Tbk.
Kable Farma, 2015, Annual Report PT. Kalbe Farma, Tbk. Cikarang : PT.
Kalbe Farma, Tbk.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 1799/MENKES/PER/XII/2010
tentang Industri Farmasi. Jakarta
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2003,
Tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik, Jakarta
PT. Martina Berto Tbk, 2015, Laporan Tahunan 2015 Annual Report,
Jakarta
dengan persyaratan penyimpanan bahan awal, bahan kemas dan obat
jadi
4.
Peralatan
Peralatan
pada
PT. Kimia
Farma
Plant
Bandung
telah
dibersihkan
dan
dirawat
untuk
mencegah
karyawan
dilakukan
dengan
mewajibkan
semua