Lap - Praktikum 3 Isolasi Dan Pemurnian Mikroba
Lap - Praktikum 3 Isolasi Dan Pemurnian Mikroba
Lap - Praktikum 3 Isolasi Dan Pemurnian Mikroba
LABORATORIUM LINGKUNGAN
ISOLASI DAN PEMURNIAN MIKROBIA
OLEH :
Oktober, 2010
BAB I
PENDAHULUAN
kutub sampai di dalam tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit.
sebab itu diperlukan teknik isolasi dan pemurnian agar didapatkan media murni
(Waluyo, 2005).
dan kebanyakan uniseluler (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif
sederhana tanpa nucleus atau inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti
mitokondria dan kloroplas. Bakteri adalah yang paling berlimpah dari semua
1987).
Di alam fungi dan yeast/khamir juga tidak pernah berada di suatu tempat
hanya dalam satu spesies. Karena itu untuk memperoleh populasi fungi dan
yeast/khamir dalam kultur murni, juga harus dilakukan teknik isolasi dan
pemurnian. Metodenya serupa bakteri, sumber fungi hampir sama dengan bakteri.
penampakan yang pada umumnya berupa benang-benang putih dan sangat mudah
untuk dilihat. Sedangkan yeast/khamir akan tampak seperti koloni bakteri yang
dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur
murni adalah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel
populasi yang terdiri dari satu macam mikroba saja (Waluyo, 2005).
lain dengan cara goresan (streak plate), cara taburan/tuang (pour plate) (Lim,
1998). Cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta
sering digunakan adalah teknik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini
rupa sehinga individu spesies individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya
(Hadioetomo, 1993).
Untuk mengisolasi bakteri dari tanah atau benda padat yang mudah
tersuspensi atau terlarut, atau zat cair, maka dilakukan serangkaian pengenceran
terhadap zat tersebut. Misalnya suatu sampel dari suatu suspense yang berupa
campuran diencerkan dalam suatu tabung tersendiri secara berkelanjutan dari
medium agar pada umumnya berbentuk koloni berupa lendir dan mengkilap.
1983).
dari bakteri. Pada umumnya berupa benang-benang putih dan sangat mudah
diamati. Fungi tumbuh baik pada medium Potato Dextrose Agar (PDA). Akan
tetapi, bakteri juga tumbuh pada medium tersebut. Sehingga, medium agar yang
akan dipergunakan untuk isolasi fungi sebaiknya diberi suatu antibiotic untuk
harus mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh organisme tersebut.
Faktor lain seperti pH, suhu dan pendinginan harus dikendalikan dengan baik
meliputi :
4. Untuk mendapatkan bahan biakan yang cukup untuk membuat antigen dan
5. Biakan agar tuang : menunjukkan jumlah koloni mikroba hidup yang terdapat
pada suspensi.
cepat. Kerugiannya adalah tidak dapat membuat biakan murni dari bahan yang
Untuk mendapatkan biakan murni ada beberapa cara yang dapat dilakukan
anaerob dan pengucilan satu sel. Beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam
6. Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni dan
7. Cara memelihara agar mikroba yang telah diisolasi tetap merupakan kultur
1.2 Tujuan
METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi steril,
cawan petri, vortex mixer, efendorf pipet, pipet volumetrik, lampu spiritus, kertas
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah media nutrient agar,
media potato dextrose agar, aquades, sumber bakteri (air sungai, air kemasan,
samapi 10-3, dengan mulut tabung reaksi yang dipanaskan terlebih dahulu
dengan suhu 450C, digoyangkan dengan dibentuk angka delapan dan dibiarkan
memadat.
3.1 Hasil
2. Tanah bawah
pohon 10-4 (2) terkontam
0 - - - - inasi
bakteri
3. Tanah bawah
pohon 10-5 (1)
2 berbenan siliat putih datar -
g-benang susu
5. Tanah bawah
pohon 10-6 (1) terkontam
0 - - - - inasi
bakteri
6. Tanah bawah
pohon 10-6 (2) terkontam
0 - - - - inasi
bakteri
3.2 Pembahasan
murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan
dari satu sel tunggal. Manfaat dilakukannya kultur murni adalah untuk menelaah
fisiologis, maupun serologis, yang memerlukan suatu populasi yang terdiri dari
mikroorganisme, yaitu metode tuang (pour plate), metode sebar (spread plate),
di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair
dengan stok kultur bakteri. Dimana kelebihan metode ini adalah mikroorganisme
yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar, metode ini cocok untuk
isolasi mikroba yang bersifat anaerob. Kekurangan metode ini adalah kurang
dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur murni atau
metode tuang adalah pencampuran stok kultur bakteri dilakukan setelah media
agar memadat, sedangkan metode tuang kultur dicampurkan ketika media masih
tersebar merata pada media agar, dan metode ini digunakan untuk isolasi mikroba
yang bersifat aerob. Kekurangan metode ini adalah tidak cocok digunakan untuk
dari pengenceran yang kedua diambil 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut hingga
pengenceran yang diinginkan. Dari akhir pengenceran diambil kembali 1 ml untuk
pengenceran bertujuan untuk memperoleh biakan atau koloni murni dari suatu
medium.
pengerjaannya, selain itu harganya sangat mahal, tetapi dengan menggunakan alat
micromanipulator ini kita dapat mengambil satu bakteri dari sekian banyak bakteri
Dalam pengerjaan percobaan ini, air sungai, air kemasan, tanah bawah
selanjutkan dilakukan pengenceran dari 10-1 hingga 10-6 sebanyak 1 ml. Pada
pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-6, dimasukkan ke dalam 2 cawan petri yang berbeda
Setelah memasukkan sampel air maupun tanah yang akan diisolasi, selanjutnya
dan media PDA untuk sampel tanah. Suhu yang tidak sesuai bisa menyebabkan
kontaminan dapat tumbuh dan mengganggu mikroba yang akan kita tumbuhkan.
adalah metode tuang, dimana sampel yang di uji dituangkan pada cawan petri
yang sudah steril dan selanjutnya dimasukkan media nutrient agar untuk sampel
air dan media potato dextrose agar untuk sampel tanah, kemudian cawan petri
digoyangkan dengan pola membentuk angka delapan. Selanjutnya dilakukan
inkubasi selama 24 jam untuk sampel air dan 2 x 24 jam untuk sampel tanah,
dimana selama inkubasi cawan petri diletakkan terbalik, hal ini dimaksudkan agar
uap air yang berasal dari media tidak jatuh kembali ke atas media, sehingga media
dapat rusak.
Dari hasil pengamatan didapatkan data yaitu : untuk sampel air, jumlah
koloni terbanyak pada pengenceran air sungai 10-6 (1) yaitu sebanyak 8 koloni,
sedangkan pada sampel tanah, jumlah koloni terbanyak pada pengenceran tanah
bawah pohon 10-5 (1) yaitu hanya sebanyak 2 koloni. Jika dilihat dari banyaknya
koloni pada air sungai, hal ini disebabakan karena air sungai banyak mengandung
yang banyak ditemukan jamur adalah tanah bawah pohon dibandingkan dengan
tanah sampah, hal ini mungkin disebabkan terjadinya kontaminasi dalam proses
isolasi, karena kita ketahui bersama seharusnya tanah sampah banyak memiliki
jamur, karena kondisi tanahnya yang lembab dan banyaknya sampah yang telah
membusuk.
bakteri maupun fungi. Dimana untuk bakteri terdapat bentuk tidak beraturan &
menyebar, bundar, dan rizoid. Sedangkan untuk tepiannya lebih beragam meliputi
licin, bercabang, berombak, berlekuk, dan siliat. Untuk elevasi didominasi datar,
cembung dan timbul. Dan untuk warna, semuanya sama yaitu berwarna putih
susu. Sedangkan untuk fungi hanya satu bentuk yaitu berbenang-benang dengan
tepian yang siliat, elevasi yang datar serta berwarna putih susu.
Dari penjelasan bentuk, tepian, elevasi dan warna dari bakteri mapun fungi
didapatkan suatu kesimpulan bahwa pada sumber mikroba yaitu air sungai, air
kemasan, tanah bawah pohon dan tanah sampah hanya didominasi oleh satu
ataupun dua jenis mikroba ataupun fungi saja. Hal ini kita dapat dari tidak terlalu
beragamnya bentuk, tepian, elevasi maupun warna dari bakteri dan fungi tersebut.
Sumber-sumber bakteri dapat kita temukan pada sampel air sungai dan air
kemasan, hal ini karena bakteri lebih mudah hidup pada media cair. Hal ini kita
menumbuhkan bakteri dengan sumber sampel dari air sungai dan air kemasan.
Sedangkan untuk sumber-sumber fungi atau jamur dapat kita gunakan tanah
bawah pohon maupun tanah sampah, hal ini dikarenakan bahwa jamur atau fungi
sangat suka tumbuh dan berkembang biak pada daerah yang lembab dengan
sedikit air. Hal ini dapat kita ketahui dengan penggunaan media potato dextrose
ditumbuhi oleh jamur melainkan mikroba lain yaitu bakteri. Hal ini disebabkan
karena terjadinya kontaminasi selama proses pengerjaan, baik saat sterilisasi alat,
bahan maupun tangan praktikan yang tidak dilakukan secara benar. Selain itu
terdapat pula media PDA dengan sampel tanah sampah yang tidak ditumbuhi oleh
sterilnya media sehingga jamur bahkan bakteri pun tidak dapat tumbuh.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari percobaan ini antara lain adalah
dalam proses isolasi mikrobia, kita dapat menggunakan berbagai macam teknik,
meliputi metode tuang (pour plate), metode sebar (spread plate), metode goresan
kemasan yang mana merupakan sampel bakteri, sedangkan untuk jamur atau fungi
dengan menggunakan sampel yang berasal dari tanah bawah pohon dan tanah
sampah. Dari hasil pengamatan, bakteri banyak ditemukan pada sampel air sungai
dengan pengenceran 10-6 (1), sedangkan untuk jamur ditemukan pada sampel
Banyaknya bakteri maupun jamur yang tidak tumbuh pada media nutrient
agar maupun potato dextrose agar, karena terjadinya kontaminasi pada saat
pengerjaannya baik sterilisasi alat dan bahan, juga karena kesalahan praktikan
yang berdiskusi selama proses isolasi bakteri dan jamur berlangsung. Selain itu
penuangan media yang terlalu banyak juga dapat menyebabkan media agar rusak
terlebih dahulu agar pada saat proses pengerjaan berlangsung, kontaminasi oleh
mikroba lain dapat dikurangi. Selain itu selama praktikum berlangsung, praktikan
Balbach, M. & L.C. Bliss. 1996. A Laboratory Manual for Botany. Saunders
Collage Publishing, New York.
Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press),
Jakarta.
Gaman, P.M. & K.B. Shernington. 1994. Ilmu Pangan dan Pengantar Ilmu
Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM, Jakarta.