Farmakognosi 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

I.

Teori dasar

Anredera cordifolia (Ten.) Steenis Klasifikasi Kingdom Subkingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae (Tumbuhan) : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) : Spermatophyta (Menghasilkan biji : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Hamamelidae : Caryophyllales : Basellaceae : Anredera : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

gambar daun binahong

Ciri-ciri Morfologi a. Habitus : Tanaman binahong berupa tumbuhan menjalar, berumur panjang (perenial), dan tanamannya bisa mencapai panjang 5 m.

b.

Batang

: Tanaman binahong memiliki batang yang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus, terkadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar.

c.

Daun

: Tanaman binahong berdaun tunggal, bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk jantung (cordata), memiliki panjang sekitar 5-10 cm dan lebar sekitar 3-7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, dan permukaan licin.

d.

Bunga

: Tanaman binahong memiliki bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota sekitar 0,5 harum. 1 cm dan memiliki bau yang

e.

Akar

: Tanaman binahong mempunyai akar tunggang yang berdaging lunak dan berwarna coklat.

Kegunaan Daun Binahong adalah jenis tanaman yang amat berkhasiat untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Beberapa lembar daun ini dikunyah hingga halus atau dimasak dengan segelas air dan diminum beserta ampasnya atau lebih mudah di jus atau diblender. Adapun khasiat dari daun tersebut sebagai penyakit berat dan penyakit ringan. Standardisasi Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsiia nabati, hewani dan mineral. nabati, hewani dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang di maksud eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.

1. Parameter Non Spesifik a. Susut Pengeringan : pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam porsen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka (Depkes RI, 2000). b. Bobot Jenis : merupakan parameter yang mengindikasikan spesifikasi ekstrak uji. Parameter ini penting, karena bobot jenis ekstrak tergantung pada jumlah serta jenis komponen atau zat yang larut didalamnya (Depkes RI, 2000). c. Kadar air : banyaknya hidrat yang terkandung zat atau banyaknya air yang diserap dengan tujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes RI, 2000). d. Kadar abu : merupakan pernyataan dari jumlah abu fisiologik bila simplisia dipijar hingga seluruh unsur organik hilang. Abu fisiologik adalah abu yang diperoleh dari sisa pemijaran (Depkes RI, 2000). 2. Parameter Spesifik a. Identitas b. Organoleptik Parameter oranoleptik digunakan untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa menggunakan panca indera dengan tujuan pengenalan awal yang sederhana dan seobyektif mungkin (Depkes RI, 2000). c. Kadar sari Parameter kadar sari digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia. Parameter kadar sari ditetapkan sebagai parameter uji bahan baku obat tradisional karena jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia akan berkaitan erat dengan reproduksibilitasnya dalam aktivitas farmakodinamik simplisia tersebut (Depkes RI,1995). d. Pola kromatogram Pola kromatogram mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran awal komponen kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram kemudian dibandingkan dengan data baku yang ditetapkan terlebih dahulu (Depkes RI, 2000).

Susut pengeringan adalah persentase senyawa yang menghilang selama proses pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga senyawa menguap lain yang hilang).Pengukuran sisa zat dilakukan dengan pengeringan pada temperatur 105C selama 30 menit atau sampai berat konstan dan dinyatakan dalam persen (metode gravimetri). susut pengeringan = (bobot awal - bobot akhir)/bobot awal x 100% Untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut organik menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu kandungan air karena simplisia berada di atmosfer dan lingkungan terbuka sehingga dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan penyimpanan. penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10%. Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1. Metode titrimetri metode ini berdasarkan atas reaksi secra kuantitatif air dengan larutan anhidrat belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi dengan ion hidrogen. Kelemahan metode ini adalah stoikiometri reaksi tidak tepat dan reprodusibilitas bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif komponen pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan zat dan teknik yang digunakan pada penetapan tertentu. Metode ini juga perlu pengamatan titik akhir titrasi yang bersifat relatif dan diperlukan sistem yang terbebas dari kelembaban udara (Anonim, 1995). 2. Metode azeotropi ( destilasi toluena ) metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan berulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi oleh kelembaban (Anonim, 1995). kadar air ( v/b) = volume air yang terukur / bobot awal simplisia x 100% 3. Metode gravimetri Dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot tetap(Anonim, 1995). Penetapan kadar minyak atsiri adalah untuk mengukur berapa

banyak kadar minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia. Penetapan dengan destilasi air dapat dilakukan karena minyak atsiri tidak dapat bercampur dengan air, sehingga batas antara minyak dan air dapat terlihat dan diukur berapa banyak kadar minyak atsiri yang ada pada simplisia tersebut. kadar minyak atsiri = volume minyak atsiri yang terukur/bobot sampel x 100% e. Desikator berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan pengering, dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena dilapisi vaseline. Ada 2 macam desikator yaitu : 1. desikator biasa dan, 2. vakum.

Desikator vakum pada bagian tutupnya ada katup yang bisa dibuka tutup, yang dihubungkan dengan selang ke pompa. Bahan pengering yang biasa digunakan adalah silika gel. Fungsi : - Tempat menyimpan sampel yang harus bebas air - Mengeringkan padatan

gambar desikator

II.

PEMBAHASAN Dalam praktikum ini, menggunakan metode gravimetri Dengan menghitung susut

pengeringan hingga tercapai bobot tetap, diamati pengaruh cara dan lama pengeringan pada

kualitas simplisia. Selain pengeringan dengan oven selama 30 menit, juga dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu 105 C selama 30 jam. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga simplisia tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar lebih dari 10 %, dapat menjadi media pertumbuhan mikroba. Selain itu, dengan adanya air, akan terjadi reaksi enzimatis yang dapat menguraikan zat aktif sehingga mengakibatkan penurunan mutu atau perusakan simplisia. Simplisia yang dikeringkan dengan oven Simplisia yang sudah dikeringkan kemudian dimasukan desikator yang fungsinya untuk mendinginkan. Susut Pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam porsen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka. Perhitungan bobot Jenis merupakan parameter yang mengindikasikan spesifikasi ekstrak uji, Parameter ini penting, karena bobot jenis ekstrak tergantung pada jumlah serta jenis komponen atau zat yang larut didalamnya. kadar air banyaknya hidrat yang terkandung zat atau banyaknya air yang diserap dengan tujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. III. KESIMPULAN 1. Susut Pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam porsen 2. Penentuan susut pengeringan menggunakan metode gravimetri Dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot tetap. 3. Desikator berfungsi sebagai Tempat menyimpan sampel yang harus bebas dan Mengeringkan padatan.

IV. y y

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2001,Inventaris Tanaman Obat Ind onesia ( 1)Jilid 2, Depkes RI, Jakarta Anonim3. 2004.M onografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia Volume 1.Jakarta : BPOM RI kimiadahsyat.blogspot.com/2010/11/desikator.html

Anda mungkin juga menyukai