Nutrisi Parenteral Pada Neonatus
Nutrisi Parenteral Pada Neonatus
Nutrisi Parenteral Pada Neonatus
Risa Etika
Divisi Neonatologi Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya
ABSTRACT Now a days either total (TPN) or partial parenteral nutrition (PPN) have played major role in provialing sufficient support to sustain growth of critically ill baby as well as extremely low birth weight baby (ELBW) in Neonatal Intensive Care Unit. Parenteral Nutrition (PN) for baby less than 1800 gr weight (when oral feeding is impossible for more than 3 days), weight > 1800 gr (when oral feeding is impossible for more than 5 days). Respiratory problem > 4 days, major congenital malformation of GIT enterocolitis necroticans, prolonged diarrhea or malabsorbtion and post operation baby (particularly post abdominal operation). However human logistics resourches in including medical facilities, nursing, pharmacies and laboratory have remain obstacles in achieving intact survival neonates. The purpose of this papaer is encourage us to be able perform optimal or save parenteral nutrition in neonates. Keyword : parenteral nutrition in neonates, indication, management, survival intact neonates. ABSTRAK Nutrisi Parenteral (NP) baik sebagai NP Total Parsial, dewasa ini telah merupakan sarana penunjang utama perawatan bayi sakit berat maupun BBLASR (Bayi Baru Lahir Anak Sangat rendah) yang dirawat di Unit perawatan Intensif Neonatus. NP diidentifikasikan pada bayi BB < 1800 gram (yang kebutuhan nutrisi enteralnya tidak dapat terpenuhi > 3 kali), BB > 1800 g (yang kebutuhan nutrisi enteralnya tidak dapat terpenuhi > 5 hari), gangguan respirasi > 4 hari, malforasi kongenital traktus gastrointestinalis, elektrokolitis nekrotikans, diare berlanjut atau malabsorbsi serta pasca operasi (khususnya operasi abdomen).
Kendala berupa sumber daya manusia dan logistik (fasilitas, perawatan, farmasi dan laboratorium) merupakan tantangan demi upaya mendapatkan neonatus dengan kualitas survival yang utuh. Tujuan utama membahas ini agar dapat melaksanakan pemberian NP pada neonatus secara optimal dan aman. Kata kunci : NP pada neonatus-indikasi-tatalaksana-neonatus dengan kualitas survival yang utuh. TUJUAN : 1. Mengetahui indikasi pemberian Nutrisi Parenteral (NP) pada neonatus 2. Mengetahui kebutuhan nutrien pada neonatus dengan NP 3. Mengetahui tatalaksana, pemantauan dan komplikasi pemberian NP 4. Mandiri melaksanakan pemberian NP pada neonatus PENDAHULUAN Nutrisi Parenteral (NP) merupakan suatu cara pemberian nutrisi dan energi secara intravena yang bertujuan untuk memberikan kecukupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk metabolisme dan pertumbuhan bayi baru lahir yang mempunyai problem klinik yang berat, terutama pada Byi Baru Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) di mana belum/tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi enteral. (1,2,3,4,5) Dewasa ini nutrisi parenteral baik s Sebagai NP Total maupun NP Parsial telah merupakan sarana penunjang utama perawatan bayi sakit berat maupun BBLASR yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Neonatus. (5,6) Keuntungan pemberian nutrisi parenteral melebihi bahaya yang dapat terjadi bilamana fasilitas medis, perawatan, farmasi dan laboratorium yang dibutuhkan tersedia.
(5, 6)
sumber daya manusia atau logistik, namun dengan pemahaman yang baik mengenai keselamatan yang utuh maka prosedur ini dapat dilaksanakan sesuai kemampuan yang ada. (5,6) Peran spesialis anak dalam pemberian nutrisi parenteral demikian pentingnya, karena kitalah yang paling mempunyai kewenangan di ruang Unit Perawatan Intensif
Nutrisi Parenteral Pada Neonatus
Neonatus, sehingga kita semua dituntut mampu mandiri melaksanakan pemberian nutrisi parenteral khususnya aspek kebutuhan nutrient pada neonatus. Tujuan membahas topik ini adalah agar dapat melaksanakan pemberian nutrisis parenteral yang optimal dan aman pada neonatus yang merupakan upaya agar dapat kualitas survival yang utuh. DEFINISI Nutrisi Parenteral (NP) merupakan cara pemberian nutrisi dan energi secara intravena yang bertujuan untuk memberikan kecukupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk metabolisme dan pertumbuhan bayi baru lahir yang mempunyai problem klinik yang berat, terutama pada Bayi Baru Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) di mana belum/tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi enteral. (1,2,3,4,5) INDIKASI Bayi dengan berat badan 1800 g yang kebutuhan nutrisi enteralnya Bayi dengan berat badan > 1800 g yang kebutuhan nutrisi enteralnya Gangguan respirasi > 4 hari (termasuk seringnya serangan apnea) Malformasi kongenital traktus gastrointestinalis Enterokolitis netrotikans Diare berlanjut atau malabsorbsi Pasca operasi (khusunya operasi abdomen) (1,2,3,4,5) tidak dapat terpenuhi > 3 hari. tidak terpenuhi > 5 hari.
KEBUTUHAN NUTRIEN Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bayi baru lahir harus mendapat cairan dan elektrolit, kalori (karbohidrat, protein, lemak), vitamin dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan. (2,3,7,8)
CAIRAN Tabel 1 : Kebutuhan cairan inisial pada neonatus Berat badan (kg) < 24 jam
< 1,0 1,0 1,5 > 1,5
(Dikutip dari : 2,7)
> 48 jam
140 190 120 160 120 160
ENERGI Umumnya bayi baru lahir untuk dapat tumbuh memerlukan kalori 50-60 kkal/kg BB/hari (to maintain weight) dan 100-200 kkal/kg BB/hari (to induce weight-gain). (2,3,7,8) KARBOHIDRAT Sumber utama karbohidrat berasal dari glukosa. Untuk mencegah terjadinya hipoglikemia, kebutuhan yang diperlukan untuk bayi cukup bulan adalah 6-8 mg/kg BB/menit dan bayi kurang bulan adalah 4 mg/kg BB/menit, dapat ditingkatkan 0,5-1 mg/kg BB/menit setiap hari sampai 12-14 mg/kg BB/menit dalam 5-7 hari. Kebutuhan akan meningkat pada keadaan stress (misalnya : sepsis, hipotermia) atau bayi dengan ibu Diabetes Mellitus. (2,3,7,8)
PROTEIN
Nutrisi Parenteral Pada Neonatus
Pemberian protein biasanya dimulai dalam 48 jam pemberian nutrisi parenteral dan diberikan dalam bentuk asam amino sintetik. Dosis yang dianjurkan adalah sebagai berikut : a. Neonatus dengan BB < 1000 g Pemberian awal dengan 0,5-1 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan lagi 0,25-0,5 g/kg BB/hari sampai mencapai 2,5-3,5 g/kg BB/hari dan asam amino 2-2,5 g/kg BB/hari. b. Neonatus dengan BB > 1000 g Pemberian awal dengan dosis 1 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan 1 g/kg BB/hari sampai mencapai 1,5-3,5 g/kg BB/hari. (2,3,7,8) Pemberian asam amino tidak boleh diberikan jika pemberian kalori dalam bentuk glukosa < kal/kg BB/hari, karena penggunaan asam akan rendah sehingga timbul asidosis dan hiperammonia. (2,3,7,8) LEMAK Pemberian lemak dapat menggunakan emulsi lemak 10% yang mengandung 10 g trigliserida dan 1,1 kkal/ml atau 20% yang mengandung 20 g trigliserida dan 2 kkal/ml. (2,3,7,8) Kebutuhan lemak pada pemberian NPT adalah sebagai berikut : a. Nonatus dengan BB < 1000 g Pemberian awal 0,5 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan 0,25-0,5 g/kg BB/hari sampai mencapai 2-2,5 g/kg BB/hari. b. Neonatus dengan BB > 1000 g Pemberian awal di mulai dengan dosis 1 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan 1 g/kg BB/hari sampai mencapai 3 g/kg BB/hari. Pemberian emulsi lemak dimulai setelah pemberian dekstrosa dan asam amino dapat di toleransi dengan baik oleh neonatus dan pemberian emulsi lemak sebaiknya dalam 24 jam. Untuk perkembangan otak diperlukan asam lemak rantai panjang seperti asam linoleat dan asam arakhidonat. Pada bayi kurang bulan dan Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) sering defisiensi asam lemak. Manifestasi klinis defisiensi asam
Nutrisi Parenteral Pada Neonatus
lemak antara lain : dermatitis, pertumbuhan rambut yang buruk, trombositopenia, gagal tumbuh dan mudah terjadi infeksi. Pada pemberian lemak, harus dilakukan monitoring terhadap kadar trigliserida darah, pemberian harus dikurangi jika kadar trigliserida > 150 mg/dl. Hati-hati pemberian lemak pada bayi dengan penyakit paru atau hati. Pemberian infus lemak harus di hentikan, jika terjadi : Sepsis Trombositopenia (< 50.000/mm3) Asidosis (pH < 7,25) Hiperbilirubinemia (2,3,7,8)
VITAMIN DAN UNSUR KELUMIT Dapat diberikan multivitamin intravena yang berisi gabungan vitamin yang larut dalam lemak dan air. Sediaan yang hanya larut dalam air, dapat ditambahkan pada larutan glukosa dan yang larut dalam lemak, dapat ditambahkan pada larutan lemak. (2,3,7,8) Pemberian vitamin A dapat diberikan sejak awal, karena vitamin A penting untuk pertumbuhan jaringan, sintesa protein, diferensiasi epitel dan juga diduga dapat mengurangi insidensi displasia bronkopulmonal. Pemberian vitamin B12 setelah bayi berusia bayi berusia 1 bulan. (2,3,7,8) Walaupun unsur kelumit didalam tubuh jumlahnya sangat sedikit (< 0,01%), tetapi diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. The American Society for Clinical Nutrition menganjurkan pemberian unsur kelumit setelah pemberian NPT selama 4 minggu, tetapi seng (zinc) dapat diberikan lebih awal. (2,3,7,8)
PROSEDUR PEMBERIAN Nutrisi Parenteral Total (NPT) NPT PERIFER Nutrien diberikan melalui vena perifer yang biasanya vena pada kaki atau tangan. Osmolaritas cairan yang diberikan antara 300-900 mosm/L. Maksimum konsentrasi dekstrose yang digunakan adalah 12,5%, asam amino 2% dan 400 mg/dl kalsium glukonas. Prosedur pemberian NPT secara perifer : dari Larutan asam amino, dekstrose dan lipid dapat diberikan perinfus Dekstrose dan asam amino dicampur pada botol yang sama, kemudian Cairan lipid dihubungkan dengan infus diluar filter melalui bagian atas T-connector atau Y-connector. Infusion pump dibutuhkan untuk mempertahankan tetesan cairan infus melalui kateter plastik (No. 22 atau 24 F) atau melalui wing needle. dihubungkan dengan bagian bawah infus yang mempunyai filter berukuran 0,22 um.
Infus set, termasuk tube dan jarum intravena harus diganti setiap 3 hari,
kecuali untuk lipid diganti setiap 24 jam. Sebaiknya jarum intravena dipindahkan ke tempat lain setiap 48 jam. Cairan parenteral dan cairan lipid diganti setiap hari. Obat-obatan tidak boleh melalui cairan NPT. Obat-obatan diberikan Semua cairan infus disipakan oleh bagian farmasi. Dapat ditambahkan mineral, vitamin dan unsur kelumit. Dapat digunakan emulsi lemak 10 atau 20% (2,3,7,8) setelah kateter dibilas dengan NaCl dan melalui cairan intravena.
NPT SENTRAL Osmolaritas cairan yang digunakan dapat diatas 900 mosm/L, konsentrasi dekstrose 15-25%. (2,3,7,8) Prosedur pemberian NPT sentral : Kateter dipasang pekutan atau melalui vena seksi. Pada BBLSR digunakan kateter silastik yang paling kecil, yaitu No. 1, 9 F sedangkan untuk bayi yang lebih besar digunakan No. 2, 7 F. Sebaiknya dihindari penggunaan kateter double lumen yang lebih besar, karena berhubungan dengan sindroma Vena Cava Superior dan erosi dinding pembuluh darah. Kateter dapat dimasukkan melalui V. Antekubiti, V. Saphena, V. Jugularis interna dan eksterna, V. Subkalvia atau yang lebih jarang melalui V. Umbikalis atau fermoralis. Kateter harus diarahkan sedemikian rupa sehingga ujungnya terletak pada sambungan antara atrium kanan dan V. Cava superior/inferior. Sebaiknya hindari penggunaan keteter arteri umbikalis untuk infus NPT pada BBLSR, karena hal ini menimbulkan kerugian berupa insiden trombosis tinggi, tidak dapat digunakan untuk memperoleh sampel darah, biasanya tidak diberikan nutrisi enteral selama terpasang kateter arteri umbilikal. transfusi. Semua cairan disiapkan di bagian farmasi. Heparin ditambahkan dengan konsentrasi 0,5 u/ml cairan (2,3,7,8) 8 Cairan yang diberikan dengan infusion pump melalui penghubung Y atau Karena tingginya resiko infeksi pada pemberian secara sentral, maka T, sama dengan pemberian perifer. tidak boleh digunakan untuk pengambilan darah, pemberian obat-obatan maupun
KOMPLIKASI Mekanik Pada kateter vena sentral dapat terjadi : sindroma vena cava superior, aritmia atau tamponade jantung, trombus intrakardial, efusi pleura atau kilotorak, emboli paru dan hidrosefalus sekunder terhadap trombosis vena jugularis. (2,3,7,8) Infeksi Sepsis sering disebabkan oleh Staphylococcus epidermis, Stretococcus viridans, Escheria Coli, Pseudomonas spp dan Candida albicans. Infeksi ditanggulangi dengan pemberian antibiotik. Kejadian sepsis dapat berkurang dengan digunakannya kateter karet silikon perkutaneus. (2,3,7,8) Metabolik Pada bayi berat lahir amat sangat rendah sering terjadi hiperglikemia, karena produksi insulin yang tidak adekuat dan berkurangnya sensitivitas terhadap insulin. Hipoglikemia terjadi karena penghentian infus glukosa atau kelebihan pemberian insulin. Pada bayi kurang bulan kelebihan beban protein akan menimbulkan azotemia, hiperammonia. Resiko terjadi hiperbilirubinemia meningkat pada bayi cukup bulan dan pemberian NPT yang lama tanpa disertai enteral feeding. Keadaan ini biasanya terjadi secara dini dan lebih berat pada keadaan pemberian protein yang tinggi dan cairan dekstrosae yang hipertonis. Penyebabnya multi faktor, biasanya dihubungkan dengan stimulasi aliran empedu, malnutrisi, defisiensi atau toksis terhadap asam amino. Kelainan metabolik yang berhubungan dengan pemberian lipid, antara lain : kolestatik, hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia. (2,3,7,8)
PEMANTAUAN Tujuan pemantauan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan menilai keberhasilan terapi. (2,3,7) Tabel 4 : Jadwal Pemantauan Neonatus dengan Nutrisi Parenteral Parameter Suhu Antropometri Berat badan Panjang badan Lingkar kepala Metabolik Glukosa Kalsium & Fosfor Elektrolit Magnesium Hematokrit BUN & Kreatinin Bilirubin Ammonia Protein & Albumin SGOT & SGPT Trigliserida Urine Berat jenis & Glukosa
(Dikutip dari : 2,7)
Frekwensi Pemeriksaan Setiap 4 jam Setiap hari Setiap minggu Setiap hari Setiap hari 2 x/minggu, kemudian setiap mingg Setiap hari dalam 3 hari pertama, kemudian 2 x/minggu, jika berat badan < 1000 g, 3 x/minggu Selang sehari dalam minggu pertama, kemudian setiap minggu Selang sehari selama 1 minggu, kemudian setiap minggu Setiap minggu Setiap minggu, jika menggunakan protein tinggi Setiap minggu Setiap minggu Setiap minggu Setiap minggu untuk penderita yang diberikan lemak Setiap sample urin selama minggu pertama, kemudian tiap shift
DAFTAR PUSTAKA 1. Kalhan SC and Price IT. Parenteral Nutrition In : Care of the High Risk Neonate. Fanaroff AA and Klaus MH, 5rd Ed, WB Saunders Company, 2001, 150-159 and 174-175. 2. Gomella TL. Parenteral Nutrition. In : Neonatology : Management, Procedures, On-Call problems. Diseases, Drugs, 5th Ed, Lange Medical Books/Mc. Graw-Hill, 2004 ; 94-101. 3. Crouch JB and Rubin LP. Parenteral Nutrition. In : Cloherty Jl and Stark AR. Manual of Neonatal Care, 3rd Bd. Little, Brown and Co, 2004. 4. Roberton NRC and Rennie JM. Parenteral Nutrition. In : A Manual of Neonatal Intensive care, 4th Ed. Arnold International Students, Ed, 2002 : 51-61.
10
5. Nelson Textbook Pediatr. Parenteral Nutrition In ; Nelson Textbook Pediatr, 17th Ed, Philadelphia WB Saunders, Co, 2004 : 554-556. 6. Monintja HE dan Victor Yu. Nutrisi Parenteral. Dalam : Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus, Balai Penerbit FK UI Jakarta, 1997 : 245-69. 7. Abdurachman S. Nutrisi Parenteral. Dalam : Pedoman Terapi Penyakit Pada Bayi Bary Lahir, Bagian IKA FK Unpad Bandung, 2002 : 114-24. 8. Jayashrse Ramasethu. Parenteral Nutrition (Guest Lecture, Div. of Neonatology, Georgetown University Medical Centre, Washington DC, USA). In : Workshop of Neonatology Intensive Care, Harapan Kita Children and Maternity Hospital, Jakarta, 2003. 9. Risa E. Nutrisi Parenteral pada BBLASR (ilustrasi kasus). Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta, 2003 and in Neonatology Unit Vrije Universiteit Medisch Centrum Amsterdam, 2003 (un-published).
11