Prinsip Penggunaan Obat Secara Rasional

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

PRINSIP PENGGUNAAN OBAT SECARA

RASIONAL

Pada dasarnya obat akan diresepkan bila memang diperlukan dan dalam setiap kasus,
pemberian obat harus dipertimbangkan berdasarkan manfaat dan risikonya (cost-benefit
ratio). Kebiasaan peresepan obat yang tidak rasional akan berdampak buruk bagi pasien
seperti kurangnya efektivitas obat, kurang aman, pengobatan biaya tinggi dan
sebagainya.
Dalam buku Guide to Good Prescribing yang diterbitkan WHO tahun 1994 telah dibuat
pedoman penggunaan obat secara raional. Langkah-langkah pengobatan rasional
tersebut disusun sebagai berikut:
Langkah 1: Tetapkan masalah pasien
Sedapat mungkin diupayakan menegakkan

diagnosis

secara akurat berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisis yang seksama, pemeriksaan penunjang yang tepat.


Diagnosis yang akurat serta identifikasi masalah yang jelas akan mempermudah
rencana penanganan.
Langkah 2: Tentukan tujuan terapi
Tujuan terapi disesuaikan untuk setiap masalah atau diagnosis yang telah dibangun
berdasarkan patofisologi penyakit yang mendasarinya.
Langkah 3: Strategi pemilihan obat
Setiap pemilihan jenis penanganan ataupun pemilihan obat harus sepengetahuan
dan

kesepakatan

dengan

pasien.

Pilihan penanganan dapat berupa penanganan

non farmakologik maupun farmakologik. Pertimbangan biaya pengobatan pun harus


dibicarakan bersama-sama dengan pasien atau keluarga pasien.
a. Penanganan non farmakologik
Perlu dihayati bahwa tidak semua pasien membutuhkan p e n a n g a n a n
rupa

obat.

Sering

pasien

be

h a n y a membutuhkan nasihat berupa

perubahan gaya hidup, diet tertentu, sekedar fisioterapi atau psikoterapi. Semua
instruksi tersebut perlu dijelaskan secara rinci dan dengan dokumen tertulis.
b. Penanganan farmakologik
Berdasarkan

pemahaman

patofisiologi

penyakit

serta

farmakodinamik

obat

dilakukan pemilihan jenis obat dengan mempertimbangkan efektifitas, keamanan,


kenyamanan dan harga obat.

Langkah 4: Penulisan resep obat


Sebuah resep obat berisi perintah dari penulisnya kepada apoteker sebagai pihak yang
menyerahkan obat kepada pasien. Resep harus ditulis dengan jelas, mudah dibaca dan
memuat informasi nama dan alamat penulis resep, tanggal peresepan, nama dan
kekuatan obat, dengan singkatan dan satuan yang baku, bentuk sediaan dan
jumlahnya, cara pemakaian dan peringatan. Nama, umur pasien serta alamat juga
dicantumkan, kemudian dibubuhi paraf atau tanda tangan dokter.
Langkah 5: P e n j e l a s a n

t e n t a n g

a t u r a n

p a k a i

d a n

kewaspadaan
Pasien memerlukan informasi, instruksi dan peringatan yang
kan memberinya pemahaman sehingga ia mau menerima dan mematuhi pengobatan
dan mempelajari cara minum obat yang benar.

Informasi yang jelas akan

meningkatkan kepatuhan pasien.


Langkah 6: Pemantauan pengobatan
Pemantauan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan dan sekaligus menilai apakah
diperlukan tambahan upaya lain. Pemantauan dapat dilakukan secara pasif maupun
aktif. Pemantauan pasif artinya dokter menjelaskan kepada pasien tentang apa yang
harus dilakukan bila pengobatan tidak manjur. Pemantauan aktif berarti pasien diminta
datang kembali pada waktu yang ditentukan untuk dinilai hasil pengobatan terhadap
penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. de Vries TPGM, Henning RH, Hogerzeil HV, Fresle DA. Guide to good prescribing.
World Health Organization.

Action programme on essential drugs. Geneva, 1994.

2. Mehta DK, Ryan RSM, Hogerzeil HV (penyunting).


2004.

WHO Model Formulary, WHO,

Anda mungkin juga menyukai