Panduan Penulisan Resep
Panduan Penulisan Resep
Panduan Penulisan Resep
DEFINISI
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, yang diberi izin
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola apotek
untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien
(Syamsuni, 2006). Resep ini dibuat sesuai dengan kebutuhan pasien, setelah dokter
melakukan pemeriksaan medis dan menentukan diagnosis. Secara hukum, hanya dokter
umum, dokter spesialis, dan dokter gigi yang berwenang untuk menulis resep. Resep obat
dari dokter ini ada yang boleh diulang, artinya resep tersebut dapat digunakan kembali untuk
menebus obat, dan ada juga yang tidak bisa diulang, artinya resep hanya untuk satu kali
pengambilan obat. Setiap pasien berhak meminta salinan resep, namun pasien disarankan
untuk tetap berkonsultasi ke dokter yang meresepkan obat jika ingin menebus obat dengan
salinan resep obat tersebut.
Secara definisi dan teknis, resep artinya pemberian obat secara tidak langsung, ditulis
jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop resmi kepada pasien, format dan kaidah penulisan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mana permintaan tersebut
disampaikan kepada farmasi atau apoteker di apotek agar diberikan obat dalam bentuk
sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada pasien yang berhak.
Dengan kata lain :
1. Penulisan resep artinya mengaplikasikan pengetahuan dokter dalam memberikan obat
kepada pasien melalui kertas resep menurut kaidah dan peraturan yang berlaku,
diajukan secara tertulis kepada apoteker di apotek agar obat diberikan sesuai dengan
yang tertulis. Pihak apoteker berkewajiban melayani secara cermat, memberikan
informasi terutama yang menyangkut dengan penggunaan dan mengkoreksinya bila
terjadi kesalahan dalam penulisan. Dengan demikian pemberian obat lebih rasional,
artinya tepat, aman, efektif, dan ekonomis.
2. Wujud akhir kompetensi dokter dalam medical care, secara komprehensif menerapkan
ilmu pengetahuan dan keahliannya di bidang farmakologi & teraupetik secara tepat,
aman dan rasional kepada pasien khususnya masyarakat pada umumnya (Jas, 2009).
Pemberian obat yang ditujukan untuk pengobatan suatu penyakit/kumpulan gejala
(sindrom) merupakan salah satu langkah dalam pengobatan terhadap pasien, dimana langkah
ini harus benar-benar mengutamakan penggunaan obat yang yang rasional. Dalam konteks
pengobatan, rasional berarti tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat dosis, tepat waktu pemberian
dan juga tepat harga obatnya. Pilihan ini mencakup jenis obat dan ketepatan kondisi pasien,
dosis, waktu pemberian, rute pemberian, kombinasi obat dan lamanya pengobatan.
Tindakan/terapi dimulai setelah pemberian obat dan penggunaan obatnya oleh pasien
dan hasilnya harus dipantau serta diverifikasi apakah telah sesuai dengan tujuan terapi.
Dalam penggunaan obatnya, pasien harus diberikan penjelasan tentang obat yang diminum,
indikasi/tujuan obat, waktu minum obat, rute minum obat, efek samping obat, hal apa saja
yang harus dihindari selama minum obat dan lama obat tersebut diminum. Apabila hasil
menunjukkan perbaikan atau sesuai dengan tujuan terapi maka terapi bisa diteruskan atau
kalau tidak berhasil, dihentikan, terapi perlu dikaji ulang.
Kesalahan terapi (medication errors) sering terjadi di praktik umum maupun rumah
sakit. Kesalahan pemilihan jenis obat, dosis, cara pemakaian, penulisan yang sulit dibaca
merupakan faktor yang bisa meningkatkan kesalahan terapi. Setiap langkah mulai
pengumpulan data pasien (anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan penunjang
lainnya) berperan penting untuk pemilihan obat dan akhirnya penulisan resep.
Penulisan resep yang benar harus mengacu pada tatanan atau aturan yang baku sesuai
dengan kebijakan rumah sakit sehingga meminimalkan kesalahan dalam pembacaan resep
oleh apoteker/farmasi. Agar terdapat keseragaman pada penulisan resep oleh dokter, maka
seluruh dokter harus mengikuti standar penulisan resep yang benar yang berdasarkan
peraturan dari direktur rumah sakit.
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan penulisan resep ini adalah sebagai acuan bagi semua dokter umum, dokter
gigi, dokter spesialis dan dokter subspesialis di lingkungan RSU Bunda Thamrin Medan
dalam menulis resep bagi pasien.
Pada dasarnya obat akan diresepkan apabila memang diperlukan, dan dalam setiap
kasus, pemberian obat harus dipertimbangkan berdasarkan manfaat dan resikonya secara
(cost-benefit rasio). Kebiasaan peresepan obat yang tidak rasional akan berdampak buruk
bagi pasien seperti kurangnya efektifitas obat, kurang aman, dan biaya pengobatan tinggi.
Dokter dalam mewujudkan terapi yang rasional, memerlukan langkah yang sistematis dengan
moto 5T (Tepat obat, Tepat dosis, Tepat cara dan jadwal pemberian serta tepat bentuk
sediaan obat dan untuk penderita yang tepat). Preskripsi yang baik haruslah ditulis dalam
blanko resep secara lege artis, ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan memenuhi
peraturan perundangan serta kaidah yang berlaku.
b. Penanganan Farmakologik
Berdasarkan pemahaman patofisiologi penyakit serta farmakodinamik obat dilakukan
pemilihan jenis obat dengan mempertimbangkan efektivitas keamanan, kenyamanan,
dan harga obat.
Pengobatan yang rasional diawali dengan penulisan resep oleh dokter secara rasional,
dengan langkah-langkah :
Diagnosis yang tepat.
Memilih obat yang terbaik dari pilihan yang tersedia.
Memberi resep dengan dosis dan jangka waktu yang cukup.
Berdasarkan pada pedoman pengobatan yang berlaku saat itu.
Resep merupakan dokumen legal, sebagai sarana komunikatif profesional dari dokter
dan penyedia obat, untuk memberikan obat kepada pasien sesuai dengan kebutuhan
medis yang telah ditentukan.
3. Jenis-Jenis Resep
1. Resep standar (R/. Officinalis), yaitu resep yang komposisinya telah dibakukan dan
dituangkan ke dalam buku farmakope atau buku standar lainnya. Penulisan resep
sesuai dengan buku standar.
2. Resep magistrales (R/. Polifarmasi), yaitu resep yang sudah dimodifikasi atau
diformat oleh dokter, bisa berupa campuran atau tunggal yang diencerkan dalam
pelayanannya harus diracik terlebih dahulu.
3. Resep medicinal. Yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang maupun
generik, dalam pelayanannya tidak mangalami peracikan. Buku referensi : Organisasi
Internasional untuk Standarisasi (ISO), Indonesia Index Medical Specialities (IIMS),
Daftar Obat di Indonesia (DOI), dan lain-lain.
4. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik dalam bentuk
sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tidak mengalami
peracikan.
4. Penulis Resep
Yang berhak menulis resep adalah tenaga medis yang memiliki izin praktik di RSRP dan
mempunyai kewenangan untuk menulis resep, yaitu :
a. Dokter Umum.
b. Dokter Spesialis dan Subspesialis
c. Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut.
5. Latar Belakang Penulisan Resep
Demi keamanan penggunaan, obat dibagi dalam beberapa golongan. Secara garis besar
dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu obat bebas (OTC = Other of the counter) dan Ethical
(obat narkotika, psikotropika, dan keras), harus dilayani dengan resep dokter. Jadi sebagian
obat tidak bisa diserahkan langsung pada pasien atau masyarakat tetapi harus melalui resep
dokter (on medical prescription only). Dalam sistem distribusi obat nasional, peran dokter
sebagai “medical care” dan alat kesehatan ikut mengawasi penggunaan obat oleh
masyarakat, apotek sebagai organ distributor terdepan berhadapan langsung dengan
masyarakat atau pasien, dan apoteker berperan sebagai “pharmaceutical care” dan informasi
obat, serta melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas kesehatan seperti apotek/rumah
sakit. Di dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat, kedua profesi ini harus berada dalam
satu tim yang solid dengan tujuan yang sama yaitu melayani kesehatan dan menyembuhkan
pasien.
Diserahkan oleh
DOKUMENTASI