Makalah Agrisains
Makalah Agrisains
Makalah Agrisains
Tugas Kelompok
Disusun Oleh :
Kelompok 5
200110160169 Karimah Hani Fitriani
200110160171 Maulia Indriana Ghani
200110160173 Hilmawan Yusuf Habibie
200110160176 Indra Wijaya
200110160242 Shofiyya Aulia Karimah
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas
makalah yang berjudul Budidaya Ayam Ras Pedaging. Makalah ini telah diupayakan
agar dapat sesuai apa yang diharapkan, dan dengan terselesainya makalah ini sekiranya
bermanfaat bagi setiap pembacanya.
Penulis menyadari bah kalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala
kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga apa
yang kita harapkan dapat tercapai. Besar harapan penulis, semoga makalah yang penulis
buat ini mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
DAFTAR TABEL...........................................................................................................4
Tabel 1. Suhu dan kelembapan kandang brooder................................................13
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................5
Gambar 1.Ayam Broiler........................................................................................7
Gambar 2.Inseminasi Pada Ayam.......................................................................16
BAB 1.................................................................................................................6
1.1 Pendahuluan....................................................................................................6
BAB II.................................................................................................................8
2.1 Pengembangbiakan Ayam Broiler......................................................................8
2.1.1 Budidaya Ayam Broiler.........................................................................8
2.1.2 Perkembangbiakan Ayam Broiler.......................................................15
2.2 Cara Pemberian Pakan.......................................................................................19
2.3 Cara Pemeliharaan Ayam Broiler.....................................................................20
2.3.1 Teknik Pemeliharaan Ayam Broiler....................................................20
2.3.2 Teknik Perkandangan Ayam Broiler.................................................21
2.3.3 Pengendalian Hama dan Penyakit pada Ayam Pedaging.....................35
2.3.4 Pasca Panen Ayam potong...............................................................53
BAB III.............................................................................................................54
3.1 Kesimpulan........................................................................................................54
3.2 Saran.............................................................................................................54
Daftar Pustaka...............................................................................................55
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Suhu dan kelembapan kandang brooder............................................................13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Ayam Broiler....................................................................................................7
Gambar 2.Inseminasi Pada Ayam...................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak
pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu).
Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan
gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka perminataan
produk peternakan. Daging banyak sekali dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan protein harian, terutama daging ayam.
Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani
asal ternak dan merupakan komoditas unggulan. Industri ayam broiler
berkembang pesat karena daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen.
Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar modern maupun tradisional.
Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan
pangan, menuntut produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk
meningkatkan kualitas produknya. Walaupun kualitas karkas tergantung pada
preferensi konsumen namun ada standar khusus yang dijadikan acuan. Karkas
yang layak konsumsi harus sesuai dengan standar SNI mulai dari cara
penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu, persyaratan yang
meliputi bahan asal, penyiapan karkas, penglolahan pascapanen, bahan pembantu,
bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan. Untuk itu perlu ada
penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektor hulu sampai ke sektor hilir.
Ayam ras pedaging (ayam broiler) adalah ayam unggul yang dihasilkan
melalui seleksi, perbaikan mutu (rekayasa) genetik, dan perkawinan silang dari
bangsa-bangsa ayam impor luar negeri berdaya produktivitas tinggi dalam
menghasilkan daging dengan waktu yang relatif singkat.
Hal tersebut berdasarkan pendapat dari Rahayu, dkk (2002),
bahwa ayamras adalah ayam yang induk atau nenek moyangnya merupakan ayam
impor. Sedangkan ayam tipe pedaging adalah ayam yang dapat menghasilkan
relatif banyak daging dalam waktu yang singkat.
Pendapat lain menyebutkan bahwa ayam ras pedaging unggul disebut
ayam broiler, yang dihasilkan melalui seleksi, rekayasa genetik dan perkawinan
silang dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama
dalam memproduksi daging (Santoso dan Sudaryani, 2002).
Suprijatna, dkk (2008) mendefinisikan ayam ras sebagai jenis ayam dari
luar negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah
mengalami perbaikan mutu genetik.
Berdasarkan berbagai sumber pustaka yang berhasil dihimpun, maka ciriciri ayam ras pedaging jika dibandingkan dengan ayam ras petelur adalah :
Pertumbuhan cepat
Kulit putih
Beberapa jenis ayam tipe pedaging mempunyai bulu kaki dan masih suka
mengeram.
Dalam pelaksanaannya, agar ternak ini benar-benar dapat berproduksi
secara maksimal sebagai penghasil daging, maka peternak harus
menguasaimanajemen dan tatalaksana peternakan, yaitu meliputi :
pakan ternak
perkandangan
penyakit ternak
panen
imbah
BAB II
Pembahasan
2.1 Perkembangbiakan Ayam Broiler
2.1.1 Budidaya Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan jenis unggas hasil rekayasa manusia yang telah
mengalami seleksi gen selama bertahun-tahun sehingga hanya dalam waktu 21 sampai
40 hari sudah layak dikonsumsi. Seperti makhluk hidup umumnya, ayam
broiler
fase finister. Fase starter adalah fase awal yang dimulai dari ayam ke luar dari cangkang
telurnya sampai bulu tubuhnya sudah tumbuh sempurna. Pada fase brooding tersebut
kondisi tubuh ayam masih lemah dan organ tubuhnya belum berfungsi secara optimal
sehingga ayam memerlukan perhatian yang lebih intensif agar dapat tumbuh secara
optimal
Pada pemeliharaan broiler secara komersial, pada umumnya anak ayam
diperoleh dari penetasan dengan menggunakan mesin tetas. Oleh sebab itu dibutuhkan
induk buatan sebagai pengganti untuk melindungi anak ayam dari kondisi lingkungan
yang buruk. Dengan adanya induk buatan tersebut maka anak ayam akan dapat tumbuh
dengan baik. Sistim induk buatan inilah yang sering kita kenal dengan istilah brooding
Brooding berasal dari kata brood yang berarti seperindukan. Jadi masa brooding
adalah masa dimana anak ayam masih butuh indukan atau butuh penghangat
buatan sampai umur tertentu yaitu sampai anak ayam bisa menyesuaikan sendiri
dengan suhu lingkungannya. Masa brooding merupakan salah satu periode kehidupan
ayam dan menjadi pondasi awal bagi kehidupan maupun produktivitas ayam pada fase
berikutnya. Keberhasilan pada fase brooding ini akan diikuti oleh fase berikutnya
sehingga memudahkan peternak untuk memperoleh keuntungan yang optimal.
Sebaliknya, kegagalan pada fase brooding akan menyebabkan kegagalan fase
berikutnya sehingga menyebabkan produktivitasnya turun, hal ini karena potensi
genetik ayam tidak dapat muncul secara optimal.
Tujuan dari brooding adalah untuk menyediakan lingkungan yang nyaman dan
sehat secara efisien dan ekonomis bagi anak ayam dan untuk menunjang pertumbuhan
secara optimal. Pada masa itu merupakan masa yang paling menentukan, karena akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan masa selanjutnya. Pada saat anak ayam berumur 0
sampai 14 hari, akan terjadi perbanyakan sel atau hyperplasia. Perbanyakan sel ini
meliputi perkembangan saluran pen- cernaan, perkembangan saluran pernapasan dan
perkembangan sistem kekebalan.
Masa brooding ini akan berpengaruh pula pada pertumbuhan selanjutnya yang
berupa petumbuhan hypertropia yaitu sel-sel akan memperbesar ukurannya atau terjadi
pendewasaan sel. Pada fase brooding dapat juga terjadi gangguan pembelahan sel. Pada
pembelahan yang sempurna, satu sel akan membelah menjadi 8 sel, tetapi apabila terjadi
gangguan maka dapat juga terjadi 1 sel hanya bisa membelah diri menjadi 6 sel.
Akibatnya, pada fase pertumbuhan hypertropi, karena jumlah sel yang lebih sedikit
maka akan menghasilkan organ yang lebih kecil pula dengan fungsi yang kurang
optimal. Keberhasilan masa brooding ini sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembapan
dan kualitas udara dalam kandang.
Sebelum membuat brooding, kandang dan peralatan kandang harus sudah
dipersiapkan terlebih dahulu. Langkah-langkah dalam mempersiapkan kandang antara
lain:
1. membersihkan kotoran dan sekam yang ada dalam kandang habis panen
2. memasangan tirai kandang dilakukan dengan cara menutup semua permukaan
dinding kandang
3. Mencuci kandang dengan air bersih. Dilakukan dengan cara membasahi atau
menyemprot kandang dengan air disemua permukaannya.
4. Mencuci dengan deterjen. Pencucian ini dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisma yang memiliki lapisan lunak sebagai pelindung saat berada di
luar tubuh ternak dan juga akan menurunkan tegangan permukaan dari kotorankotoran ayam yang menempel di lantai atau dinding kandang.
5. Mencuci dengan desinfektan. Kegiatan mencuci/menyemprokan dengan
desinfektan ini ber tujuan agar semua mikroorganisma yang masih menempel di
dinding-dinding kandang, langit-langit kandang, lantai kandang, tirai yang telah
dipasang didinding kandang serta dilingkungan sekitar kandang mati.
6. Mengapur kandang, dengan cara kapur diencerkan dengan air, kemudian
dioleskan dengan alat kuas pada permukaan kandang, yang meliputi : dinding
10
2. Jenis Pemanas
Beberapa jenis pemanas yang biasa dipakai di peternak adalah gasolek (gas infra
red), semawar (sumber panas dari minya tanah), batu bara, lampu bohlam, kayu bakar,
serbuk gergaji dan sumber panas lainnya.
11
cm. Diatas litter perlu di alasi dengan menggunakan kertas Koran agar tempat pakan
tetap bersih dan menjaga anak ayam tidak makan litter.
5. Tempat pakan dan tempat minum
Tempat ransum dan tempat minum dapat diperoleh baik dari limbah/ barang
bekas yang mudah didapat seperti potongan box DOC ataupun tempat pakan yang
sudah jadi yang banyak di jual di poultry shop.
Tempat ini biasanya sudah di design khusus untuk anak ayam. Pada ayam yang masih
kecil yaitu berumur kurang dari 2 minggu, tempat ransum berbentuk seperti nampan
Untuk chickend plate (tempat pakan anak ayam) dengan diameter 35 cm maka dapat
menampung sekitar 75-100 ekor. Demikian juga dengan chickend found (tempat
minum anak ayam) mampu menampung 50-75 ekor
6. Cahaya, suhu dan kelembapan
Untuk dapat tumbuh secara optimal, broiler perlu mengkonsumsi ransumnya
secara maksimal. Oleh sebab itu perlu pencahayaan yang optimal terutama pada masa
brooding. Pada minggu pertama broiler membutuhkan pencahayaan baik siang maupun
malam selama 24 jam. Adanya pencahayaan akan menstimulasi ayam untuk selalu
mengkonsumsi ransum. Cahaya juga dapat merangsang kelenjar tiroid untuk
mensekresikan hormon tiroksin yang berfungsi meningkatkan proses metabolisme
sehingga dapat memacu pertumbuhan anak ayam. Sedangkan kebutuhan pencahayaan
dalam masa brooding adalah antara 10-20 lux atau 20-40 watt tiap 10 m2. Lama
pencahayaan tergantung pada umur anak ayam. Semakin besar umur ayam maka
membutuhkan waktu yang lebih kecil. Pada umur 1-3 hari lama pencahayaan 24 jam,
umur 4-7 hari adalah 22 jam, umur 8-14 hari adalah 20 jam, umur 15-21 hari adalah 18
jam dan menjelang panen yaitu umur 22-24 hari adalah 16 jam
Pada masa brooding maka perlu perhatian ekstra baik suhu maupun kelembapannya.
Pengontrolan suhu ini harus dilakukan sesering mungkin, dengan menggunakan
thermometer yang diletakkan dalam kandang brooder dengan ketinggian 20-30 cm
diatas litter. Atau dapat juga dilakukan dengan melihat aktivitas dan penyebaran anak
ayam yaitu apakah anak ayam akan menyebar rata dalam brooding, mendekati pemanas
atau malah menjauhi pemanas. Demikian juga halnya dengan kelembapan, dimana
kelembapan yang terlalu tinggi dapat memicu pertumbuhan jamur dan bakteri pengurai
12
asam urat dalam feses menghasilkan gas ammonia lebih banyak. Sedangkan kebutuhan
suhu dan kelembapan masa brooding adalah sbb:
Tabel 1. Suhu dan kelembapan kandang brooder
Umur(hari)
Suhu (0 Celcius)
Kelembapan (%)
0-3
33-31
55-60
4-7
32-31
55-60
8-14
30-28
55-60
15-21
28-26
55-60
22-24
26-23
55-65
7. Sirkulasi udara
Pengaturan ventilasi dilakukan dengan cara pengaturan buka tutup tirai kandang.
Namun demikian pengaturan ini harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan terutama
suhu dan kecepatan angin sekitar kandang. Sirkulasi udara yang baik akan
mengurangi bau ammonia, debu ataupun asap pemanas. Brooder yang ditutup tanpa
adanya ventilasi dapat menyebabkan kandungan O2 berkurang dan gas beracun yaitu
CO2 dan amoniak akan meningkat.Cara pengaturan tirai adalah :
1. Minggu I : tirai kandang tertutup rapat
2. Minggu II : tirai kandang dibuka sepertiga pada bagian atas
3. Minggu III : tirai kandang dibuka 2/3 pada bagian atas
4. Minggu IV : tirai kandang sudah terbuka smua.
8. Kepadatan kandang
Kandang brooder yang terlalu padat akan menurunkan ketersediaan O2, meningkatkan
amoniak, mempengaruhi aktivitas ayam dan meningkatkan persaingan antar ayam
dalam mendapatkan oksigen dan makanan serta menstimulasi kanibalisme pada ayam.
Pengaturan kepadatan kandang brooder adalah dengan cara melebarkan chick guard
setiap 3-4 hari sekali sampai anak ayam berumur 14 hari. Pada saat itu ayam sudah tidak
13
membutuhkan kandang brooder lagi dan ayam akan memenuhi seluruh ruang kandang
sampai nanti saat panen tiba
Ada beberapa hal tatalaksana masa brooding yang perlu dilakukan yaitu:
a. Pastikan bahwa semua peralatan kandang berfungsi dengan baik
b. Hitung jumlah kebutuhan peralatan brooding dan aturlah sesuai dengan tata
letaknya
c. Tiga jam sebelum DOC tiba, lakukan :
Isi ransum untuk DOC (pakan starter) ke tempat pakan chickend plate
Nyalakan pemanas
Atur ketinggian dan posisi pemanas, sampai tercapai suhu yang ideal.
Bila brooding terlalu panas maka regulatornya pemanas diatur yaitu dengan cara
pemanas diangkat, bahan sumber panas dikurangi atau tirai dibuka. Sebagai control
Anda dapat melihat tingkahlaku DOC, apakah menyebar merata artinya pemanas sesuai
yang dibutuhkan, atau DOC, mendekati pemanas yang artinya suhu pemanas kurang
atau menjauhi pemanas. Yang artinya suhu pemanas terlalu tinggi.
14
Berikan ransum secara ad libitum dalam brooding tetapi cara pemeriannya dilakukan
sedikit demi sedikit tetapi sesering mungkin. Berikan air minum dengan menggunakan
air yang bersih, segar dan dingin. Berikan vitamin atau obat anti stress yang dilarutkan
dalam air minumnya pada saat DOC baru tiba, cuaca buruk, 3 hari sebelum dan 3 hari
setelah dilakukan vaksinasi. Lakukan vaksinasi ND pada saat anak ayam berumur 4 hari
dengan cara tetes mata dan kill. Masa brooding ini berlangsung selama 2 minggu.
2.1.2 Perkembangbiakan Ayam Broiler
Menurut Sastrodiharjo (1996) teknik IB pada ayam buras adalah suatu teknik
mengawinkan secara buatan dengan memasukkan semen yang telah diencerkan dengan
pengenceran tertentu ke dalam saluran reproduksi ayam betina yang sedang bertelur.
Pemanfaatan teknik IB pada industri pembibitan ayam ras telah lama dikembangkan,
sedangkan pada ayam buras baru dikenalkan pada awal tahun 1990. Keuntungan
pemanfaatan teknik IB pada ayam buras ini disamping untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan pejantan, menanggulangi rendahnya fertilitas akibat kawin alam, untuk
mengetahui dengan jelas dan pasti asal usul tetuanya (induk dan pejantan),
meningkatkan jumlah produksi telur tetas, serta upaya pengadaan anak ayam (DOC)
dalam jumlah banyak, umur seragam dan waktu yang singkat. Toelihere (1993)
melaporkan bahwa sejauh ini IB pada unggas hanya menggunakan semen segar dengan
atau tanpa bahan pengencer, hal ini mempunyai kendala, karena semen sesudah
ditampung pada suhu kamar harus dipakai dalam waktu tidak lebih dari 2 jam.
Penundaan dalam beberapa jam dapat menurunkan fertilitas telur.
Para peternak pembibit masih menerapkan kawin alami karena mereka tidak
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang ilmu reproduksi unggas
dan inseminasi buatan. Penerapan inseminasi buatan akan lebih menguntungkan, baik
dari sisi kualitas bibit maupun secara ekonomis. Dengan melakukan inseminasi buatan,
maka bibit yang dihasilkan dapat dikontrol secara ketat dan diketahui secara pasti induk
dan penjantan yang menurunkanya. Secara ekonomis lebih menguntungkan, karena
dengan inseminasi buatan hanya membutuhkan sedikit pejantan (1 pejantan dapat
melayani 25 ekor induk dalam sekali penampungan semen). Jumlah pejantan sedikit
berarti akan efisien dalam penggunaan petak kandang dan mengurangi biaya pakan serta
biaya produksi lain. (Suyatno, 2003).
15
Teknologi inseminasi buatan pada ayam mudah dipelajari dan diterapkan. Selain
itu alat yang digunakan juga sangat sederhana, yaitu dapat dibuat dari spuit (alat suntik )
ukuran 1 ml. Alat suntik yang sudah dimodifikasi dengan menghilangkan jarumnya
dapat digunakan untuk menampung semen dan sekaligus untuk inseminasi buatan.
Tahapan-tahapan inseminasi buatan mulai dari penyadapan semen, penampungan,
pengeceran hingga memasukkan semen ke dalam vagina ayam relatif mudah dilakukan.
Faktor yang menentukan keberhasilan IB ini hany pada
keterampilan peternak yang dapat dilatih berkali-kali. (Suyatno, 2003)
Menurut Udjianto dan Denny (2004) Tahapan tahapan dalam kegiatan IB adalah:
a. Pemilihan Bibit
1. Memilih induk untuk bibit, Induk yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut :
a. Sehat dan tidak cacat.
b. Berproduksi tinggi.
c. Minimal sudah mengalami periode peneluran pertama, umur 7 8 bulan.
d. Induk sedang bertelur.
e. Pemeliharaan induk sebaiknya dalam kandang baterei individu.
2. Memilih pejantan untuk bibit, Pejantan yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut
a. Sehat, tidak cacat, lincah dan memiliki nafsu kawin yang tinggi.
b. Umur 1-3 tahun.
c. Memiliki mutu genetik yang tinggi.
d. Mempunyai hubungan yang jauh dengan induk yang akan di inseminasi.
e. Kandang pemeliharaan pejantan harus terpisah dengan induk.
16
merangsang
banyaknya
telur,
dapat
juga
digunakan
rajangan
daun
17
3. Dosis pengenceran adalah 1 : 4-5 , yaitu 1 bagian sperma dan 4-5 bagian bahan
pengencer lalu dikocok secara perlahan sehingga homogen, campuran sperma ini dapat
bertahan selama 30 menit. Perbandingan pengencer merupakan perbandingan yang
optimal untuk daya hidup spermatozoa in vitro
KETERANGAN.
1. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan, sebaiknya IB dilakukan oleh dua orang, dengan
tugas satu orang memegang ayam betina dan memegang paha ayam dengan rapat, ibu
jari kanan menekan daerah kloaka (sebelah kiri) dan tangan kiri, letakkan jari telunjuk
dan jari tengah seperti menggunting ekor dan tekan ke atas sedikit sedangkan ibu jari
kiri menekan ke bawah sehingga alat reproduksi ayam betina keluar.
2. Kemudian alat suntik yang sudah berisi sperma tadi dimasukkan ke dalam saluran
vagina betina yang letaknya di sebelah kiri sedalam 7-8 cm (sampai menyentuh
uterus), sebelum sperma disemprotkan tekanan pada kloaka dikendurkan agar sperma
nantinya tidak keluar lagi dari vagina.
3. Waktu yang paling tepat untuk melakukan IB adalah pada siang hari di atas jam 14 WIB,
karena pada saat itu diperkirakan ayam telah bertelur sehingga gerakan sperma tidak
mengalami hambatan dan pada saat itu belum terjadi peletakan telur (Ovi posisi).
4. Dosis sperma untuk setiap betina adalah 0,1-0,2 ml dengan konsentrasi sperma 100-150
juta, guna menghasilkan fertilitas yang tinggi sebaiknya IB dilaksanakan 3-4 hari 1
kali/2x seminggu.
18
Pemberian
minum
disesuaikan
dangan
umur
ayam
yang
19
20
melalui suntikan atau air minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya
ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam
benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin
sebanyak-banyaknya.
Minggu Keempat (hari ke-22 sampai ke-28). Pemanas sudah tidak
diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28
hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan
ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai berat badan minimal 1,25 kg.
Kebutuhan pakan adalah 65 gram per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam.
Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam
mulai rentan terhadap penyakit.
Minggu Kelima (hari ke-29 sampai ke-35). Pada minggu ini, yang
perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran
yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan
alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88
gram per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga
dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan
baik mencapai 1,8 sampai 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat
dipanen. Maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan pakan hingga berumur 5
minggu adalah 24,7 kg untuk 100 ekor ayam.
Minggu Keenam (hari ke-36 sampai ke-42). Jika ingin diperpanjang
untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan
lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan
yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg.
2.3.2 Teknik Perkandangan Ayam Broiler
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha pemeliharaan ayambroiler
meliputi; persyaratan temperatur berkisar antara 32,2 - 35C, kelembaban
berkisar antara 60 - 70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan
yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak
melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur
ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box,
untuk ayam remaja 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang
21
dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang
bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang
penting kuat, bersih dan tahan lama. Berikut beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan terkait dalam manajemen perkandangan ayam broiler :
1. Memilih Lokasi Kandang
Sebelum memutuskan membangun kandang, terlebih dahulu perlu
mencari lokasi yang tepat. Lokasi yang dipilih untuk peternakan harus
strategis dan dekat dengan pemasaran. Selain itu, kandang yang nyaman
harus berada di lokasi yang nyaman pula. Lahan yang digunakan untuk
peternakan sebaiknya adalah lahan yang kurang produktif, seperti tanah
pertanian kering, tegalan, atau sawah tadah hujan namun memiliki
persyaratan baik teknis untuk peternakan broiler. Pedoman memilih lokasi
adalah sebagai berikut:
a.
lokasi
kandang.
Peranan
air
sangat
vital
bagi
22
23
dengan
24
Konstruksi Kandang
25
akan
mendukung
pertumbuhan
ayam.
Dengan
i.
Tipe Kandang
27
28
29
j. Kepadatan Kandang
Kepadatan kandang berhubungan langsung dengan
ketersediaan oksigen bagi ayam untuk memberikan hasil
yang lebih optimal. Menghadapi perubahan cuaca yang
terus berubah-ubah, ayam sangat memerlukan daya tahan
tubuh yang kuat. Daya tahan tubuh atau kekebalan
imunitas ada yang berasal dari induk dan ada yang didapat
secara perolehan. Daya tahan akan optimal apabila stres
atau faktor pengganggu dapat diminimalkan. Sementara
itu, hasil rekayasa genetika yang sistematis dan terus
menerus dilakukan memaksa tubuh broiler modern
berkembang ekstra guna menghasilkan performa yang
optimal. Di sisi lain, perubahan ini juga disertai beberapa
titik kelemahan. Ayam akan lebih malas bergerak dan
menjadi
lebih
rentan
terkena
penyakit
serta
viscera
Perkembangan
ayam
tubuh
tersebut
broiler
kurang
modern
yang
baik.
pesat
pengaruh
lingkungan
dalam
upaya
satu
faktor
terpenting
yang
harus
31
agar
siklus
penyakit
terputus
sebelum
dengan
cypper
killer
3g/
air.
32
33
akan
mengoperasikan
kipas
tertentu
secara
34
35
dalam memvaksin karena sangat sensitif terhadap jarum suntik dan dapat menimbulkan
stress dan kematian mendadak (Jahja, 2000).
Penyakit yang sering menyerang ayam broiler yaitu:
1)
virus tetelo ditemukan juga di Newcastle (Inggris). Sejak saat itu, penyakit ini dikenal
sebagai newcastle disease (NCD) dan ditemukan di berbagai penjuru dunia. Di India,
penyakit ini dikenal dengan nama aanikhet. Penyakit ini merupakan suatu infeksi viral
yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Disebabkan virus Paramyxo yang
bersifat menggumpalkan sel darah dan biasanya dikualifikasikan menjadi:
a.
Velogenik
b.
Mesogenic
c.
Lentogenik
1. Tipe Velogenik, yaitu Strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan
Viscerotropic Velogenic Newcastle Disease (VVND) Tipe Velogenic ini
menyebabkan kematian yang luar biasa bahkan hingga 100%.
2.
Tipe Mesogenic, Kematian tipe mesogenic pada anak ayam mencapai 10%
tetapi ayam dewasa jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini ayam akan
menampakan gejala seperti gangguan pernapasan dan saraf.
36
dan setiap 3 bulan secara teratur, peralatan dan kandang dijaga supaya tetap bersih.
Vaksinasi pertama ayam umur 3-4 hari dengan vaksin Bl, diulangi setelah 3 minggu
dengan vaksin Lasota dan kemudian setiap 3 bulan. Dan dijaga agar lantai kandang
tetap kering.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar
virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2)
pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang
mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada
obatnya.
2)
diolesi dengan yodium tintur, atau obat anti infeksi dan cuci hamakan kandang.
3)
sepertihilangnya
nafsu
saraf,
makan, gangguan
merejan, suka
bergerak
tidak
teratur, diare, tubuh gemetar, peradangan disekitar dubur, bulu di sekitar anus kotor dan
lengket serta diakhiri dengan kematian ayam. Sering menyerang pada umur 36 minggu.
Dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro. Penyakit Gumboro
menyerang kekebalan tubuh ayam, terutama bagian fibrikus dan thymus. Kedua bagian
ini merupakan pertahanan tubuh ayam. Pada kerusakan yang parah, antibodi ayam
tersebut tidak terbentuk. Karena menyerang system kekebalan tubuh, maka penyakit ini
sering disebut sebagai AIDSnya ayam. Penyakit Gumboro sendiri sebenarnya memang
tidak menyebabkan kematian secara langsung pada ayam, tetapi karena adanya infeksi
sekunder yang mengikutinya akan menyebabkan kematian dengan cepat karena virus
Avibirnavirus bersifat imunosupresif yang menyebabkan kekebalan tubuhnya tidak
bekerja sehingga memudahkan kawanan ayam yang diserang oleh virus dan infeksi
sekunder oleh bakteri. penyakit Gumboro merupakan penyakit yang dapat merusak
37
morfologi dan fungsi organ limfoid primer, terutama bursa fabricius. Rusaknya bursa
fabricius akan mengakibatkan suboptimalnya pembentukan antibodi terhadap berbagai
program vaksinasi, sehingga kepekaan terhadap berbagai agen penyakit menjadi
meningkat.. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam
umur 36 minggu.
Penularan penyakit Gumboro atau IBD dapat melalui kontak langsung antara
ayam yang muda dengan ayam yang sakit atau terinfeksi pada peternakan yang
mempunyai ayam berbagai umur dapat mengakibatkan infeksi ini terus menyebar dan
sangat sulit dikendalikan. Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung
melalui pakan, air minum dan peralatan yang tercemar.
Peralatan, kandang, air minum dan pakaian petugas yang terkontaminasi
Gumboro dapat juga memperparah kejadian penyakit tersebut. Penyakit Gumboro tidak
menular dengan perantaraan telur dan ayam yanng sudah sembuh tidak menjadi carrier.
Penanggulangan Gumboro ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
vaksinasi, dan menjaga kebersihan lingkungan kandang. Tips yang dapat digunakan
untuk disinfeksi kandang ayam yang pernah tercemar virus gumboro. Disarankan
penggunaan formalin 10 % (1 bagian formalin 38 % dicampur ke dalam 9 bagian air)
atau dengan 0,25% larutan soda api (2,5 gram soda api kedalam 1 liter air).
Pengobatan Gumboro dapat dengan pemberian obat-obat untuk gumboro, juga
ada obat tradisional dengan penggunaan daun teh.
4)
Mycoplasma gallisepticum. Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus
keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh
lemah, sayap terkulai, mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning
keputih-keputihan. Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara
seperti alat-alat. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai. Untuk
ayam broiler atau ayam pedaging penyakit CRD masih menduduki posisi
pertama (yang sering menyerang ayam pedaging).
Berikut urutan penyakit yang sering menyerang ayam pedaging:
1. CRD komplek 20.32%
38
2. CRD 19.36%
3. Korisa 17.97%
4. Colibacillosis 14.12%
5. Gumboro 8.24 %
6. Koksi 4.49%
7
ND 3.85%
8.
Leucocytozoonosis 3.21%
9. Kolera 2.14 %
10. AI 2.03%
Jadi kesimpulan dari data di atas bahwa penyakit CRD kompleks sangat
berbahaya pada ayam dewasa tidak sampai menimbulkan kematian yang terlihat secara
signifikan. walaupun kadar kesakitan terhadap ayam tersebut sangat tinggi.
Apabila sudah terlihat gejala dari penyakit ngorok maka segera mungkin untuk
ditangani karena dikhawatirkan penyakit E.coli akan masuk kedalam tubuh ayam dan
menjangkit secara perlahan dan akan terjadilah penyakit yang sangat berbahaya yang di
sebut denganCRD komplek.
Dan dalam penggunaan obat, sangat di anjurkan sekali bahwa setiap 4 periode
pemeliharaan, pemakaian obat-obatan atau antibiotik harus di lakukan penggantian,
maksudnya untuk mencegah terjadinya resistensi obat pada ayam.
5)
diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk
kapur. Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum (Anonimus, 2009).
Kematian dapat terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi. Penularan melalui kotoran.
Pengobatan belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya dilakukan
adalah pencegahan dengan perbaikan sanitasi kandang. Infeksi bibit penyakit mudah
menimbulkan penyakit, jika ayam dalam keadaan lemah atau stres. Kedua hal tersebut
banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang kotor, serta cuaca yang jelek.
Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres adalah suhu yang terlalu panas,
terlalu dingin atau berubah-ubah secara drastis. Penyakit, terutama yang disebabkan
39
oleh virus sukar untuk disembuhkan. Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara rutin dan
ventilasi kandang yang baik (Anonimus, 2009). Pullorum merupakan penyakit menular
pada ayam yang dikenal dengan nama berak putih atau berak kapur (Bacilary White
Diarrhea= BWD). Penyakit ini menimbulkan mortalitas yang sangat tinggi pada anak
ayam umur 1-10 hari. Selain ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti
kalkun, puyuh, merpati, beberapa burung liar.
Etiologi
Pullorum atau Berak kapur disebabkan oleh bakteri salmonella pullorum dan
bakteri gram negatif. Bakteri ini mampu bertahan ditanah selama 1 tahun.
Kejadian penyakit. Di Indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang
sering ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka
kematian tertinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas pada
anak ayam sering mencapai lebih dari 40% sedangkan angka mortalitas atau angka
kematian dapat mencapai 85%.
Cara penularan
Penularan
-Secara
vertikal
penyakit
yaitu
Pullorum
induk
dapat
menularkan
melalui
kepada
anaknya
jalan
yaitu:
melalui
telur.
-Secara horizontal terjadi melalui kontak langsung antara unggas secara klinis sakit
dengan ayam karier yang telah sembuh, sedangkan penularan tidak langsung dapat
melalui kontak dengan peralatan, kandang, litter dan pakaian dari pegawai kandang
yang terkontaminasi.
Gejala klinis :
Nafsu makan menurun
Feses (kotoran) kotoran berwarna putih seperti kapur
Kotorannya menempel di sekitar dubur berwarna putih
Kloaka akan menjadi putih karena feses yang telah kering
Jengger berwarna keabuan
Mata menutup dan nafsu makan turun
Badan anak ayam menjadi lemas
Sayap menggantung dan kusam
Lumpuh karena arthritis
Suka bergerombol
40
Diagnosis
Isolasi dan identifikasi salmonella pullorum dapat diambil melalui hati, usus
maupun kuning telur dapat dilakukan pembiakan kedalam medium. Ayam karier yang
sudah sembuh dapat diidentifikasi dengan penggumpalan darah secara cepat (rapid
whole blood plate aglutination test).
Pengobatan
Pengobatan Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti
furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam. Obat-obatan
ini hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tapi tidak dapat
menghilangkan infeksi penyakit tersebut. Sebaiknya ayam yang terserang dimusnahkan
untuk menghilangkan karier yang bersifat kronis.
Pencegahan
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh para peternak ayam
adalah :
Menjaga kebersihan lingkungan hidup ayam.
Menjaga kebersihan kandang dengan cara disucihamakan dengan menggunakan
larutan kaporit ( takaran 1 : 1.000 ).
Pengapuran kandang.
Pembuangan kotoran ayam jauh dari lokasi peternakan.
Perlindungan dari serangan berbagai macam hewan liar.
Pengkarantinaan ayam yang terserang penyakit.
Pemusnahan bangkai ayam ( dibakar atau dipendam ).
Ayam yang dibeli dari distributor penetasan atau suplier harus memiliki sertifikat
bebas salmonella pullorum.
Melakukan desinfeksi pada kandang dengan formaldehyde 40%.
Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan
ayam yang parah dimusnahkan.
6)
41
atau
dikenal
juga
dengan
nama fowl
cholera,
avian
42
Pada awal kasus angka kematian berkisar antara 5-15% bahkan bisa lebih tinggi
apabila terjadi bersamaan denga kasus penyakit lain. Angka kematian akan menurun
sampai 2-5% ketika kasusnya menjadi kronis. Ayam yang tertular secara kronis dapat
mati, tetap tertular dalam jangka waktu yang panjang atau sembuh. Persentase yang
tinggi dari ayam di dalam flok akan menjadi carriers walaupun terlihat normal atau
sehat dan merupakan sumber utama penularan. Penyebaran P multocida didalam flok
terjadi melalui eksresi dari mulut, hidung, dan konjungtiva unggas yang sakit dan
kemudian mengkontaminasi lingkungan. Selain dari ayam yang selamat dari bentuk
akut, kasus kronis ditemukan pada ayam yang tertular agen yang tidak terlalu ganas.
Ayam yang tertular secara kronis akan mengeluarkan agen penyakit sepanjang
hidupnya. P. multocida dapat ditemukan dalam semua jaringan pada unggas yang mati
dengan gejala septicemia, sehingga praktek kanibalisme juga merupakan faktor
penyebaran yang sangat penting bagi penyakit ini.
Diagnosa
Diagnosa positif hanya dapat dilakukan apabila dilakukan isolasi serta
identifikasiP. Multocida di laboratorium. Diagnosa tentatif bisa dilakukan berdasarkan
sejarah, gejala klinis dan patologi anatomi. Walaupun sejarah dan gejala klinis
menunjukan kemungkinan ditemukannya kholera, agen penyebab sebaiknya tetap
diisolasi sehinga isolat dapat diuji untuk tingkat kepekaannya terhadap antibiotik.
Pencegahan
Pencegahan terbaik adalah melalui penerapan biosecuriti yang baik, kontrol
rodensia, dan hygiene peternakan. Selain itu sebagai alat pencegahan, bacterin dapat
digunakan pada umur 8 dan 12 minggu serta vaksin pada umur 6 minggu. Semua
langkah dasar dari program biosekuriti diperlukan untuk mencegah masuknya penyakit.
Orang sebagai sumber penularan yang paling dominan harus dikontrol dengan baik.
Hanya orang-orang yang perlu masuk kandang saja yang bisa masuk kedalam kandang
dan inipun harus melalu prosedur pencucian tangan dengan sabun dan kalau memang
memungkinkan untuk selalu memakai pakaian kandang yang baru dan sepatu boot yang
bersih. Program sanitasi yang baik untuk kandang dan peralatan juga sangat penting,
terutama ketika persiapan memasukan unggas baru. Hal yang paling penting adalah
pembersihan dan disinfeksi peralatan pakan dan minum. Pengawasan yang ketat untuk
43
tiap pemasukan pakan, peralatan kandang dan juga orang sangat diperlukan untuk
mencegah masuknya kholera.
Berikut hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kasus kholera:
1. Ayam yang sakit dan mati di pisahkan dari ayam yang sehat
untuk kemudian di musnahkan (disposal yang baik)
2. Apabila wabah telah terjadi, dilakukan depopulasi, pembersihan
dan desinfeksi kandang serta peralatan kandang
3. Jeda waktu antara ayam tua yang di afkir dan penggantinya
4. Kontrol rodensia dan hama lainnya
5. Sumber air minum yang aman dan bersih
6. Mencegah kontak antara ayam dengan hewan lain dan burung liar
7.
8. Pengobatan Jenis
sulfa dan
antibiotik
(sulfadimethoxine,
44
mengurangi angka kematian dan mempertahankan tingkat produksi. Akan tetepi apabila
infeksi kronis sudah ditemukan, keuntungan pengobatan sangat sulit untuk dapat dilihat.
Sulfaquinoxaline sodium dalam pakan atau air minum biasanya dapat mengontrol angka
kematian, begitu pula halnya dengan sulfamethazine dan sulfadimethoxine.
Penggunaan tetracycline dosis tinggi dalam pakan (0.04%), air minum atau
injeksi dapat pula bermanfaat untuk pengobatan. Penicillin efektif digunakan untuk
infeksi yang resisten terhadap sulfa. Perlu diperhatikan bahwa pengobatan dengan sulfa
akan menghasilkan residu di daging dan telur. Antibiotik dapat digunakan dengan
menggunakan dengan dosis yang lebih tinggi dan jangka waktu yang cukup panjang
untuk menghentikan wabah. Mengingat adanya efek samping residu yang tidak
diharapkan, semua pengobatan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter hewan yang
dapat menilai efektifitas dan keamanan dari penggunaan sulfa dan antibiotik ini.
8)
peternak ayam pedaging (broiler), adanya keluhan mengenai ketidak seragaman ayam
yang dipeliharanya. Menurut penuturan mereka, pada saat doc tiba kondisinya terlihat
seragam, tetapi setelah ayam mulai menginjak usia di atas 14 hari, baru terlihat adanya
ayam yang terlambat pertumbuhannya.
Pertumbuhan yang tidak seragam pada ayam broiler memang banyak
penyebabnya seperti :
Doc berasal dari Bibit Muda atau Bibit Tua Sekali
Multi strain dalam satu flock / kandang
Kurang tempat pakan dan tempat minum
Kepadatan ayam di kandang yang terlalu tinggi
Penyakit infectious seperti Coccidiosis
Sindroma Kekerdilan pada Broiler ( Runting and Stunting Syndrome )
Pada umumnya para peternak berpendapat bahwa beberapa penyebab yang
menyebabkan ayamnya tidak seragam seperti karena doc, multistrain dalam satu
kandang, kurang peralatan makan dan minum, kepadatan ayam dalam kandang dan
penyakit coccidiosis, mereka sudah dapat mengatasinya di lapangan. Tetapi untuk
sindroma kekerdilan atau runting and stunting syndrome, para peternak masih meraba-
45
raba penyebabnya, karena kejadian di lapangan kadang ada dan kadang tidak ada atau
hilang dengan sendirinya.
Sindroma Kekerdilan pada Broiler mempunyai berbagai ragam nama lain seperti
:
Malabsorption Syndrome
Stunting Syndrome
Reovirus Malabsorption
Pale Bird Syndrome
Helicopter Disease
Brittle bone Disease
Sindroma kekerdilan didefinisikan sebagai : Sekelompok ayam (umumnya
terjadi 5-40% populasi ) yang mengalami laju pertumbuhan yang kurang pada kisaran
usia 4-14 hari. Dimana setelah pada awalnya pertumbuhan tertekan, kemudian kembali
normal, tetapi tetap lebih kecil dari yang normal.
Bila kondisi di atas dialami peternak broiler maka beberapa kerugian sudah
nampak di depan mata seperti : tingginya ayam culling; tingginya FCR; rataan berat
badan di bawah standar; berat badan yang sangat bervariasi, hal mana akan menjadi
masalah bila ada kontrak dengan slaughter house / rumah potong ayam; masalah
dengan penjualan karena banyaknya ayam yang kecil.
Penyebab
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya yaitu :
Penyebab berasal dari Pembibitan
Penyebab berasal dari Penetasan / Hatchery
Penyebab berasal dari Manajemen Produksi
Penyebab berasal dari Pakan / Nutrisi
Penyebab berasal dari Lingkungan
Penyebab berasal Penyakit
1.
46
kekerdilan seperti :
Biosecurity yang buruk
Farm terdiri dari beberapa usia (multi ages)
Kurang baiknya kualitas doc yang dipelihara
Penanganan doc yang kurang baik terutama waktu periode brooding
Cara pemberian, kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan tidak benar
4.
menimbulkan pertumbuhan yang kurang baik bagi ayam yang dipelihara misalnya
Gejala sering seperti ayam
Aflatoxicosis
Penggunaan Bungkil Kacang Kedelai yang berkualitas rendah
Penggunaan Canola Meal dan Protein Hewani lebih daripada 8%
Tidak ada atau rendah kandungan Natrium (khusus di Asia)
Penggunaan vitamin yang kurang, khususnya pada pakan Breeder.
47
5.
48
Penularan
Penularan dapat terjadi secara horizontal
Melalui jalur respirasi
Penularan secara vertikal dengan suatu percobaan dengan cara inokulasi induk usia
15 bulan, ternyata pada doc hasil tetasannya (17 19 hari post inokulasi)
mengandung virus reo
Gejala Klinis
Biasanya mulai terlihat pada usia 4 8 hari dengan ciri-ciri :
Malas bergerak
Bulu kusam
Coprophagia (faeces / litter eating)
Bila di uji gula darahnya Hypoglycaemic
Hanya sebagian populasi yang terkena dengan kategori :
5 10 % populasi dengan kategori RINGAN
10 30 % populasi dengan kategori BURUK
30 % populasi dengan kategori BENCANA
Biasanya terlihat pada usia 2 minggu :
Bulu sekitar kepala dan leher tetap Yellow Heads
Bulu primer sayap patah / dislokasi Helicopter Birds / Stress
Banding
Tulang kering / betis berwarna pucat
Jika diperiksa kotorannya masih utuh / makanan hanya lewat saja.
9) Colibacillosis
Collibacillosis adalah Penyakit infeksius pada unggas yang disebabkan oleh
kuman Echerichia coli yang pathogen / ganas baik secara primer maupun secara
sekunder. Colibacillosis pertama kali ditemukan pada tahun 1894, setelah itu banyak
kejadian-kejadian colibacillosis sehingga memperkaya dan saling melengkapi mengenai
penyakit ini baik kejadian di lapangan maupun penelitian di laboratorium.
Kuman pada umumnya menular secara horizontal, dan secara garis besar dibagi
menjadi 2 penyebab utama yaitu :
49
Dari dalam, yaitu yang berasal dari anak ayam / ayam itu sendiri, seperti kejadian
Radang pusar atau Omphalitis, Stress ataupun Dehydrasi akibat perjalanan. Dalam
saluran pencernaan ayam ada 106 /gr, dimana 10 15 % adalah berpotensi menjadi
pathogen / ganas.
Dari luar, yaitu yang berasal dari kontaminan lingkungan sekitar / area kandang dan
atau yang berasal dari bahan sapronak yang tidak bersih misalnya kontaminan berasal
dari pakan, air dan udara yang tercemar Escherichia coli.
Walaupun penyebabnya sama yaitu infeksi bakteri Escherichia coli, tetapi di
lapangan banyak dikenal berbagai macam penyakit yang merupakan berbagai bentuk
manifestasi akibat terinfeksi bakteri ini, diantaranya adalah :
1.
2.
3.
Colisepticemia/ Koliseptisemia
4.
Panophthalmitis
5.
6.
Pencegahan
Usahakan agar anak ayam yang dipelihara berasal dari pembibitan yang bebas dari
penyakit pernapasan seperti CRD, IB dan ND.
Jika anak ayam sudah terlanjur masuk di kandang, anak ayam yang sudah terinfeksi
dengan bakteri Escherichia coli agar diafkir.
Jalankan selalu prinsip water treatment / pengobatan air secara efektif dan
berkesinambungan, untuk menurunkan populasi bakteri dalam air minum.
Perhatikan selalu ventilasi, agar ayam selalu mendapat udara yang segar, bersih dan
sehat.
Laksanakan biosecurity secara terpadu, agar kondisi farm sesedikit mungkin
mengandung kontaminan khususnya bakteri Escherichia coli.
Jaga selalu kekeringan litter kandang agar tidak terlalu kering juga tidak terlalu basah,
Untuk itu perlu diperhatikan selalu kepadatan populasi agar kondisi kekeringan litter
mudah untuk dikendalikan.
50
Spray ruang kandang setiap hari menggunakan campuran air dengan BIODES-100,
SEPTOCID atau GLUTAMAS sangat berguna disamping untuk menjaga kelembaban
juga mengurangi density bakteri di ruang kandang.
Bila ayam selalu terserang infeksi Escherichia coli yang parah pada usia di atas tiga
minggu, tidak ada salahnya lakukan penyuntikan doc pada usia 4 hari pertama dengan
antibiotika secara subkutan bisa dengan memakai GENTIPRA atau HIPRASULFA
TS sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Alternatif vaksinasi inaktif kombinasi O2K1 dan O78K80, dalam pelaksanaannya masih
terjadi pro dan kontra akan efektifitas kegunaannya, karena belum ada hasil yang sangat
nyata.
Hal yang paling penting untuk dilakukan agar serangan infeksi bakteri Escherichia coli
tidak menjadikan ayam peliharaan menjadi menderita adalah dengan cara menciptakan
ayam senyaman mungkin tinggal dalam kandangnya, dengan kata lain jangan sampai
ayam mengalami stress, karena stress merupakan pencetus utama ayam terserang infeksi
bakteri ini.
Pengobatan
Kuman E. coli kebanyakan sensitif / peka terhadap beberapa antibiotika seperti
kelompok
aminoglukosida
(NEOXIN),
polipeptida
(MOXACOL),
tetrasiklin,
10)
yang berbahaya dikarenakan penyakit ini dapat menular dengan sangat cepat dan dapat
menyerang ke semua jenis ayam. Ayam yang menderita penyakit pilek pergerakannya
berubah menjadi pasif. Gejala lain yang muncul pada ayam yang terserang pilek adalah
51
nafsu makannya menghilang, kepalanya bergoyang goyang dan sering bersin bersin.
Jika kondisi ini dibiarkan berlarut larut, kondisi ayam akan semakin parah. Dari
lubang hidung dan kedua matanya akan keluar semacam cairan yang pada akhirnya
nanti dapat membuat hidung ayam tersumbat sehingga membuat ayam menjadi susah
bernafas. Penyakit ayam ini disebabkan oleh bakteri haemophilus galloinarum dan
dapat menyebar melalui makanan, minuman dan udara. Untuk mengatasi penyebaran
penyakit pilek ini, peternak ayam harus segera memindahkan ayam yang sedang sakit
ke kandang khusus untuk dikarantina.
Pengobatan
Beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit pilek pada ayam
adalah neofet, kapsul anti snot dan bubuk coryuit. Dosis pemakaian obat dan cara
pemberian obat harus disesuaikan dengan petunjuk yang ada dikemasan obat. Selain itu,
penyakit
ini
juga
dapat
disembuhkan
dengan
cara
menyuntikkan
52
menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air
kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan
insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.
53
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Ayam merupakan salah satu ternak yang potensial di daerah kita,dilihat dari segi
konsumsi masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan daging dan telur ayam sangat
tinggi karena hamper setiap hari dikonsumsi,sehingga beternak ayam adalah salah satu
peluang bisnis yang sangat menguntungkan jika kita mau menekuninya dengan sungguh
sungguh.
Beternak ayam juga memerlukan profesionalisme dan dedikasi yang penuh
terhadap peternakan ayamnya, agar hasil yang didapat juga maksimal dan sangat
memuaskan. Dalam arti kita mendapat keuntungan dari sisi ekonomi dan juga kita akan
mendapatkan kepuasan batin dan itu merupakan kebanggaan tersendiri dari diri kita atas
usaha yang kita tekuni.
3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi panduan yang berguna bagi para peternak ayam baik
bagi pemula maupun yang professional.
54
DAFTAR PUSTAKA
Rasyaf, Muhammad, 2008, Panduan Beternak Ayam Pedaging, Jakarta, Swadaya
http://peternakan.co.id/?p=446 diakses pada 25 september 2016
Caturto PN. 2008. Agribisnis Ternak Unggas. Departemen Pendidikan Nasional. Derektorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dab Menengah. Derektorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
M. Rasyaf, 2006. Beternak Ayam Pedaging. PT.Penebar Swadaya Jakarta.
Nuryanto. 2008. Broilerpun Semakin Modern. (Materi Diklat). Satwa Utama Group. Jakarta
http://duniaveteriner.com/2009/05/manajemen brooding dan-manajemen pakan padapeternakan ayam diakses pada september 2016
http://www.Poultryindonesia.com/ diakses pada september 2016
http://www.info.medion.co.id/toni komarahttp://www.blogger.com/Brooder Ayam Broiler diakses
pada september 2016
http://uripsantoso.wordpress.com/2008/06/29/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pertambahanberat-badan-pada-unggas/ diakses pada september 2016
55