Makalah Agrisains

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH

BUDIDAYA AYAM RAS PEDAGING


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pengantar Agrisains

Tugas Kelompok
Disusun Oleh :
Kelompok 5
200110160169 Karimah Hani Fitriani
200110160171 Maulia Indriana Ghani
200110160173 Hilmawan Yusuf Habibie
200110160176 Indra Wijaya
200110160242 Shofiyya Aulia Karimah

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas
makalah yang berjudul Budidaya Ayam Ras Pedaging. Makalah ini telah diupayakan
agar dapat sesuai apa yang diharapkan, dan dengan terselesainya makalah ini sekiranya
bermanfaat bagi setiap pembacanya.
Penulis menyadari bah kalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala
kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga apa
yang kita harapkan dapat tercapai. Besar harapan penulis, semoga makalah yang penulis
buat ini mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa

Penyusun,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
DAFTAR TABEL...........................................................................................................4
Tabel 1. Suhu dan kelembapan kandang brooder................................................13
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................5
Gambar 1.Ayam Broiler........................................................................................7
Gambar 2.Inseminasi Pada Ayam.......................................................................16
BAB 1.................................................................................................................6
1.1 Pendahuluan....................................................................................................6
BAB II.................................................................................................................8
2.1 Pengembangbiakan Ayam Broiler......................................................................8
2.1.1 Budidaya Ayam Broiler.........................................................................8
2.1.2 Perkembangbiakan Ayam Broiler.......................................................15
2.2 Cara Pemberian Pakan.......................................................................................19
2.3 Cara Pemeliharaan Ayam Broiler.....................................................................20
2.3.1 Teknik Pemeliharaan Ayam Broiler....................................................20
2.3.2 Teknik Perkandangan Ayam Broiler.................................................21
2.3.3 Pengendalian Hama dan Penyakit pada Ayam Pedaging.....................35
2.3.4 Pasca Panen Ayam potong...............................................................53
BAB III.............................................................................................................54
3.1 Kesimpulan........................................................................................................54
3.2 Saran.............................................................................................................54
Daftar Pustaka...............................................................................................55

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Suhu dan kelembapan kandang brooder............................................................13

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Ayam Broiler....................................................................................................7
Gambar 2.Inseminasi Pada Ayam...................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak
pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu).
Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan
gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka perminataan
produk peternakan. Daging banyak sekali dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan protein harian, terutama daging ayam.
Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani
asal ternak dan merupakan komoditas unggulan. Industri ayam broiler
berkembang pesat karena daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen.
Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar modern maupun tradisional.
Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan
pangan, menuntut produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk
meningkatkan kualitas produknya. Walaupun kualitas karkas tergantung pada
preferensi konsumen namun ada standar khusus yang dijadikan acuan. Karkas
yang layak konsumsi harus sesuai dengan standar SNI mulai dari cara
penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu, persyaratan yang
meliputi bahan asal, penyiapan karkas, penglolahan pascapanen, bahan pembantu,
bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan. Untuk itu perlu ada
penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektor hulu sampai ke sektor hilir.
Ayam ras pedaging (ayam broiler) adalah ayam unggul yang dihasilkan
melalui seleksi, perbaikan mutu (rekayasa) genetik, dan perkawinan silang dari
bangsa-bangsa ayam impor luar negeri berdaya produktivitas tinggi dalam
menghasilkan daging dengan waktu yang relatif singkat.
Hal tersebut berdasarkan pendapat dari Rahayu, dkk (2002),
bahwa ayamras adalah ayam yang induk atau nenek moyangnya merupakan ayam
impor. Sedangkan ayam tipe pedaging adalah ayam yang dapat menghasilkan
relatif banyak daging dalam waktu yang singkat.
Pendapat lain menyebutkan bahwa ayam ras pedaging unggul disebut
ayam broiler, yang dihasilkan melalui seleksi, rekayasa genetik dan perkawinan

silang dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama
dalam memproduksi daging (Santoso dan Sudaryani, 2002).
Suprijatna, dkk (2008) mendefinisikan ayam ras sebagai jenis ayam dari
luar negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah
mengalami perbaikan mutu genetik.
Berdasarkan berbagai sumber pustaka yang berhasil dihimpun, maka ciriciri ayam ras pedaging jika dibandingkan dengan ayam ras petelur adalah :

Ukuran badan relatif besar, padat, kompak


dan berdaging penuh, sehingga disebut
juga sebagai ayam tipe berat.

Produktivitas jumlah telur yang dihasilkan


relatif rendah.

Bergerak lebih lambat dan tenang.

Biasanya lebih lambat mengalami dewasa


kelamin.

Pertumbuhan cepat

Kulit putih

Bulu merapat ke tubuh.

Beberapa jenis ayam tipe pedaging mempunyai bulu kaki dan masih suka

Gambar 1.Ayam broiler

mengeram.
Dalam pelaksanaannya, agar ternak ini benar-benar dapat berproduksi
secara maksimal sebagai penghasil daging, maka peternak harus
menguasaimanajemen dan tatalaksana peternakan, yaitu meliputi :

bibit ayam ras pedaging

pakan ternak

perkandangan

penyakit ternak

panen

imbah

BAB II
Pembahasan
2.1 Perkembangbiakan Ayam Broiler
2.1.1 Budidaya Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan jenis unggas hasil rekayasa manusia yang telah
mengalami seleksi gen selama bertahun-tahun sehingga hanya dalam waktu 21 sampai
40 hari sudah layak dikonsumsi. Seperti makhluk hidup umumnya, ayam
broiler

mengalami dua fase

kehidupan, yaitu fase starter dan dilanjutkan ke

fase finister. Fase starter adalah fase awal yang dimulai dari ayam ke luar dari cangkang
telurnya sampai bulu tubuhnya sudah tumbuh sempurna. Pada fase brooding tersebut
kondisi tubuh ayam masih lemah dan organ tubuhnya belum berfungsi secara optimal
sehingga ayam memerlukan perhatian yang lebih intensif agar dapat tumbuh secara
optimal
Pada pemeliharaan broiler secara komersial, pada umumnya anak ayam
diperoleh dari penetasan dengan menggunakan mesin tetas. Oleh sebab itu dibutuhkan
induk buatan sebagai pengganti untuk melindungi anak ayam dari kondisi lingkungan
yang buruk. Dengan adanya induk buatan tersebut maka anak ayam akan dapat tumbuh
dengan baik. Sistim induk buatan inilah yang sering kita kenal dengan istilah brooding
Brooding berasal dari kata brood yang berarti seperindukan. Jadi masa brooding
adalah masa dimana anak ayam masih butuh indukan atau butuh penghangat
buatan sampai umur tertentu yaitu sampai anak ayam bisa menyesuaikan sendiri
dengan suhu lingkungannya. Masa brooding merupakan salah satu periode kehidupan
ayam dan menjadi pondasi awal bagi kehidupan maupun produktivitas ayam pada fase
berikutnya. Keberhasilan pada fase brooding ini akan diikuti oleh fase berikutnya
sehingga memudahkan peternak untuk memperoleh keuntungan yang optimal.
Sebaliknya, kegagalan pada fase brooding akan menyebabkan kegagalan fase
berikutnya sehingga menyebabkan produktivitasnya turun, hal ini karena potensi
genetik ayam tidak dapat muncul secara optimal.
Tujuan dari brooding adalah untuk menyediakan lingkungan yang nyaman dan
sehat secara efisien dan ekonomis bagi anak ayam dan untuk menunjang pertumbuhan
secara optimal. Pada masa itu merupakan masa yang paling menentukan, karena akan

berpengaruh terhadap pertumbuhan masa selanjutnya. Pada saat anak ayam berumur 0
sampai 14 hari, akan terjadi perbanyakan sel atau hyperplasia. Perbanyakan sel ini
meliputi perkembangan saluran pen- cernaan, perkembangan saluran pernapasan dan
perkembangan sistem kekebalan.
Masa brooding ini akan berpengaruh pula pada pertumbuhan selanjutnya yang
berupa petumbuhan hypertropia yaitu sel-sel akan memperbesar ukurannya atau terjadi
pendewasaan sel. Pada fase brooding dapat juga terjadi gangguan pembelahan sel. Pada
pembelahan yang sempurna, satu sel akan membelah menjadi 8 sel, tetapi apabila terjadi
gangguan maka dapat juga terjadi 1 sel hanya bisa membelah diri menjadi 6 sel.
Akibatnya, pada fase pertumbuhan hypertropi, karena jumlah sel yang lebih sedikit
maka akan menghasilkan organ yang lebih kecil pula dengan fungsi yang kurang
optimal. Keberhasilan masa brooding ini sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembapan
dan kualitas udara dalam kandang.
Sebelum membuat brooding, kandang dan peralatan kandang harus sudah
dipersiapkan terlebih dahulu. Langkah-langkah dalam mempersiapkan kandang antara
lain:
1. membersihkan kotoran dan sekam yang ada dalam kandang habis panen
2. memasangan tirai kandang dilakukan dengan cara menutup semua permukaan
dinding kandang
3. Mencuci kandang dengan air bersih. Dilakukan dengan cara membasahi atau
menyemprot kandang dengan air disemua permukaannya.
4. Mencuci dengan deterjen. Pencucian ini dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisma yang memiliki lapisan lunak sebagai pelindung saat berada di
luar tubuh ternak dan juga akan menurunkan tegangan permukaan dari kotorankotoran ayam yang menempel di lantai atau dinding kandang.
5. Mencuci dengan desinfektan. Kegiatan mencuci/menyemprokan dengan
desinfektan ini ber tujuan agar semua mikroorganisma yang masih menempel di
dinding-dinding kandang, langit-langit kandang, lantai kandang, tirai yang telah
dipasang didinding kandang serta dilingkungan sekitar kandang mati.
6. Mengapur kandang, dengan cara kapur diencerkan dengan air, kemudian
dioleskan dengan alat kuas pada permukaan kandang, yang meliputi : dinding

kandang baik di dalam maupun di luar kandang, lantai kandang, kerangka


kandang dan lantai disekitar kandang.
7. Menebar sekam. Sebelum dimasukkan kedalam kandang pastikan bahwa sekam
sudah disemprot dengan NaOH atau desinfektan lainnya, setelah kering baru
dimasukkan.
Setelah kandang dan peralatannya sudah siap maka kegiatan selanjutnya adalah
membuat brooding. Brooding harus sudah dipersiapkan kira-kira 3 hari sebelum DOC
broiler tiba. Brooding yang baik harus dapat melindungi ayam dari angin, hujan,
perubahan suhu yang mendadak dan serangan hewan liar (tikus, burung). Serangkaian
sistem yang mendukung brooding antara lain heater (pemanas), chick guard (sekat),
tempat ransum dan minum,litter, pencahayaan, suhu dan kelembapan sirkulasi udara
dan kepadatan brooding.
Ukuran brooding tergantung dari jumlah dan umur ayam. Semakin besar dan umur
ayam semakin bertambah, maka brooding harus diperluas. Usahakan udara atau oksigen
di dalam brooding jangan terlalu pengap. Artinya jangan lupa memperhatikan
kepentingan ventilasi udara bagi ayam. Pelebaran chicken guard dapat dimulai pada hari
ke 4 sesuai dengan pertumbuhan ayam dan kepadatan kandang. Brooding pada ayam
broiler pada umumnya dipergunakan sampai ayam berumur 15 hari. Diatas umur
tersebut brooding tidak dipergunakan lagi.
Keberhasilan masa brooding sangat tergantung dari:
1. Pemanas (heater)
Heater atau pemanas yang baik harus mampu menghasilkan panas yang cukup, stabil
dan terfokus. beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih pemanas yaitu
a. mudah mengoperasikannya
b. suhunya selalu stabil
c. bahan baku mudah tersedia
d. biaya murah

10

2. Jenis Pemanas
Beberapa jenis pemanas yang biasa dipakai di peternak adalah gasolek (gas infra
red), semawar (sumber panas dari minya tanah), batu bara, lampu bohlam, kayu bakar,
serbuk gergaji dan sumber panas lainnya.

3. Sekat (Chick Guard Brooder)


Sekat (Chick Guard Brooder) dapat dibuat dari bahan seng yang dibuat secara
melingkar di dalam ruangan kandang yang dilengkapi pemanas, tempat pakan, tempat
minum dan tirai kandang. Chick guard berfungsi untuk membantu agar panas brooding
tetap terfokus dan DOC tidak menyebar keseluruh ruang kandang. Sedangkan fungsi
lain untuk melindungi anak ayam dari terpaan angin dan hewan liar. Idealnya sekat atau
chick guard berbentuk melingkar atau elips. Fungsi sekat ini untuk menghindari
penumpukan anak ayam pada sudut brooding. Namun pada prakteknya banyak juga
yang berbentuk segi empat atau dengan cara menyekat kandang, karena lebih praktis.
Untuk membuat dan memasang chick guard maka disesuaikan dengan jumlah DOC
yang akan dipelihara. Ketentuannya untuk 1 m2 dapat menampung 50 ekor DOC,
sehingga dengan menggunakan rumus luas lingkaran yaitu , maka diameter dan keliling
brooding dapat dibuat.

4. Alas lantai kandang ( litter )


Liiter merupakan alas lantai kandang yang berfungsi untuk menampung dan
menyerap air dari feses, meminimalkan terjadinya lepuh dada dan kaki serta untuk
menjaga kehangatan kandang brooder. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai litter
sebaiknya mempunyai sifat daya serap airnya baik, tidak berdebu, mudah didapat dan
murah harganya. Beberapa bahan dari limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai
litter antara laini sekam padi, tongkol jagung, kulit kacang kedele, kulit kacang hijau,
kulit kacang tanah, jerami padi serta limbah penggergajian kayu.
Bahan litter harus berbersih dari kotoran atau kuman, oleh sebab itu sebelum digunakan
perlu didesinfeksi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan desinfektan. Dalam
penggunaannya, sekam di tabor secara merata dalam brooding dengan ketinggian 7-8

11

cm. Diatas litter perlu di alasi dengan menggunakan kertas Koran agar tempat pakan
tetap bersih dan menjaga anak ayam tidak makan litter.
5. Tempat pakan dan tempat minum
Tempat ransum dan tempat minum dapat diperoleh baik dari limbah/ barang
bekas yang mudah didapat seperti potongan box DOC ataupun tempat pakan yang
sudah jadi yang banyak di jual di poultry shop.
Tempat ini biasanya sudah di design khusus untuk anak ayam. Pada ayam yang masih
kecil yaitu berumur kurang dari 2 minggu, tempat ransum berbentuk seperti nampan
Untuk chickend plate (tempat pakan anak ayam) dengan diameter 35 cm maka dapat
menampung sekitar 75-100 ekor. Demikian juga dengan chickend found (tempat
minum anak ayam) mampu menampung 50-75 ekor
6. Cahaya, suhu dan kelembapan
Untuk dapat tumbuh secara optimal, broiler perlu mengkonsumsi ransumnya
secara maksimal. Oleh sebab itu perlu pencahayaan yang optimal terutama pada masa
brooding. Pada minggu pertama broiler membutuhkan pencahayaan baik siang maupun
malam selama 24 jam. Adanya pencahayaan akan menstimulasi ayam untuk selalu
mengkonsumsi ransum. Cahaya juga dapat merangsang kelenjar tiroid untuk
mensekresikan hormon tiroksin yang berfungsi meningkatkan proses metabolisme
sehingga dapat memacu pertumbuhan anak ayam. Sedangkan kebutuhan pencahayaan
dalam masa brooding adalah antara 10-20 lux atau 20-40 watt tiap 10 m2. Lama
pencahayaan tergantung pada umur anak ayam. Semakin besar umur ayam maka
membutuhkan waktu yang lebih kecil. Pada umur 1-3 hari lama pencahayaan 24 jam,
umur 4-7 hari adalah 22 jam, umur 8-14 hari adalah 20 jam, umur 15-21 hari adalah 18
jam dan menjelang panen yaitu umur 22-24 hari adalah 16 jam
Pada masa brooding maka perlu perhatian ekstra baik suhu maupun kelembapannya.
Pengontrolan suhu ini harus dilakukan sesering mungkin, dengan menggunakan
thermometer yang diletakkan dalam kandang brooder dengan ketinggian 20-30 cm
diatas litter. Atau dapat juga dilakukan dengan melihat aktivitas dan penyebaran anak
ayam yaitu apakah anak ayam akan menyebar rata dalam brooding, mendekati pemanas
atau malah menjauhi pemanas. Demikian juga halnya dengan kelembapan, dimana
kelembapan yang terlalu tinggi dapat memicu pertumbuhan jamur dan bakteri pengurai

12

asam urat dalam feses menghasilkan gas ammonia lebih banyak. Sedangkan kebutuhan
suhu dan kelembapan masa brooding adalah sbb:
Tabel 1. Suhu dan kelembapan kandang brooder
Umur(hari)

Suhu (0 Celcius)

Kelembapan (%)

0-3

33-31

55-60

4-7

32-31

55-60

8-14

30-28

55-60

15-21

28-26

55-60

22-24

26-23

55-65

Sumber : Manual Guide Logman, 2004

7. Sirkulasi udara
Pengaturan ventilasi dilakukan dengan cara pengaturan buka tutup tirai kandang.
Namun demikian pengaturan ini harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan terutama
suhu dan kecepatan angin sekitar kandang. Sirkulasi udara yang baik akan
mengurangi bau ammonia, debu ataupun asap pemanas. Brooder yang ditutup tanpa
adanya ventilasi dapat menyebabkan kandungan O2 berkurang dan gas beracun yaitu
CO2 dan amoniak akan meningkat.Cara pengaturan tirai adalah :
1. Minggu I : tirai kandang tertutup rapat
2. Minggu II : tirai kandang dibuka sepertiga pada bagian atas
3. Minggu III : tirai kandang dibuka 2/3 pada bagian atas
4. Minggu IV : tirai kandang sudah terbuka smua.
8. Kepadatan kandang
Kandang brooder yang terlalu padat akan menurunkan ketersediaan O2, meningkatkan
amoniak, mempengaruhi aktivitas ayam dan meningkatkan persaingan antar ayam
dalam mendapatkan oksigen dan makanan serta menstimulasi kanibalisme pada ayam.
Pengaturan kepadatan kandang brooder adalah dengan cara melebarkan chick guard
setiap 3-4 hari sekali sampai anak ayam berumur 14 hari. Pada saat itu ayam sudah tidak
13

membutuhkan kandang brooder lagi dan ayam akan memenuhi seluruh ruang kandang
sampai nanti saat panen tiba
Ada beberapa hal tatalaksana masa brooding yang perlu dilakukan yaitu:
a. Pastikan bahwa semua peralatan kandang berfungsi dengan baik
b. Hitung jumlah kebutuhan peralatan brooding dan aturlah sesuai dengan tata
letaknya
c. Tiga jam sebelum DOC tiba, lakukan :

Isi tempat minum dengan larutan gula dengan konsentrasi 2%

Isi ransum untuk DOC (pakan starter) ke tempat pakan chickend plate

Nyalakan pemanas

Atur ketinggian dan posisi pemanas, sampai tercapai suhu yang ideal.

d. Pasang lampu di setiap area brooding terutama di malam hari


Setelah DOC tiba, secepatnya DOC ditangani dengan baik. Kegiatan ini dimulai dari
:menghitung jumlah box DOC yang dating, cek sample DOC yang ada dalam box, DOC
yang mati serta kondisi secara umum (lincah, diam, cacat, dll).Hitung berat DOC ratarata dengan cara menimbang DOC yang masih dalam box. Berat rata-rata DOC
= Berat box yang berisi DOC dikurangi dengan box kosong kemudian hasilnya dibagi
dengan jumlah DOC yang ada dalam box. Berat DOC ideal adalah 41 gram. Bukalah
box DOC dan segera masukkan dalam brooding sambil dihitung jumlahnya serta
sekalian diseleksi DOC. DOC yang baik mempunyai cirri-ciri: Lincah, aktif mencari
makan, bentuk paruh normal, mata (bulat, bersinar dan tidak cacat), berat badan
normal/sesuai standart, bulu kering, halus dan lembut, anus tidak basah dan tidak
membuka, perut kering dan tidak keras/besarserta kaki tidak bengkak.

Bila brooding terlalu panas maka regulatornya pemanas diatur yaitu dengan cara
pemanas diangkat, bahan sumber panas dikurangi atau tirai dibuka. Sebagai control
Anda dapat melihat tingkahlaku DOC, apakah menyebar merata artinya pemanas sesuai
yang dibutuhkan, atau DOC, mendekati pemanas yang artinya suhu pemanas kurang
atau menjauhi pemanas. Yang artinya suhu pemanas terlalu tinggi.

14

Berikan ransum secara ad libitum dalam brooding tetapi cara pemeriannya dilakukan
sedikit demi sedikit tetapi sesering mungkin. Berikan air minum dengan menggunakan
air yang bersih, segar dan dingin. Berikan vitamin atau obat anti stress yang dilarutkan
dalam air minumnya pada saat DOC baru tiba, cuaca buruk, 3 hari sebelum dan 3 hari
setelah dilakukan vaksinasi. Lakukan vaksinasi ND pada saat anak ayam berumur 4 hari
dengan cara tetes mata dan kill. Masa brooding ini berlangsung selama 2 minggu.
2.1.2 Perkembangbiakan Ayam Broiler
Menurut Sastrodiharjo (1996) teknik IB pada ayam buras adalah suatu teknik
mengawinkan secara buatan dengan memasukkan semen yang telah diencerkan dengan
pengenceran tertentu ke dalam saluran reproduksi ayam betina yang sedang bertelur.
Pemanfaatan teknik IB pada industri pembibitan ayam ras telah lama dikembangkan,
sedangkan pada ayam buras baru dikenalkan pada awal tahun 1990. Keuntungan
pemanfaatan teknik IB pada ayam buras ini disamping untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan pejantan, menanggulangi rendahnya fertilitas akibat kawin alam, untuk
mengetahui dengan jelas dan pasti asal usul tetuanya (induk dan pejantan),
meningkatkan jumlah produksi telur tetas, serta upaya pengadaan anak ayam (DOC)
dalam jumlah banyak, umur seragam dan waktu yang singkat. Toelihere (1993)
melaporkan bahwa sejauh ini IB pada unggas hanya menggunakan semen segar dengan
atau tanpa bahan pengencer, hal ini mempunyai kendala, karena semen sesudah
ditampung pada suhu kamar harus dipakai dalam waktu tidak lebih dari 2 jam.
Penundaan dalam beberapa jam dapat menurunkan fertilitas telur.
Para peternak pembibit masih menerapkan kawin alami karena mereka tidak
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang ilmu reproduksi unggas
dan inseminasi buatan. Penerapan inseminasi buatan akan lebih menguntungkan, baik
dari sisi kualitas bibit maupun secara ekonomis. Dengan melakukan inseminasi buatan,
maka bibit yang dihasilkan dapat dikontrol secara ketat dan diketahui secara pasti induk
dan penjantan yang menurunkanya. Secara ekonomis lebih menguntungkan, karena
dengan inseminasi buatan hanya membutuhkan sedikit pejantan (1 pejantan dapat
melayani 25 ekor induk dalam sekali penampungan semen). Jumlah pejantan sedikit
berarti akan efisien dalam penggunaan petak kandang dan mengurangi biaya pakan serta
biaya produksi lain. (Suyatno, 2003).

15

Teknologi inseminasi buatan pada ayam mudah dipelajari dan diterapkan. Selain
itu alat yang digunakan juga sangat sederhana, yaitu dapat dibuat dari spuit (alat suntik )
ukuran 1 ml. Alat suntik yang sudah dimodifikasi dengan menghilangkan jarumnya
dapat digunakan untuk menampung semen dan sekaligus untuk inseminasi buatan.
Tahapan-tahapan inseminasi buatan mulai dari penyadapan semen, penampungan,
pengeceran hingga memasukkan semen ke dalam vagina ayam relatif mudah dilakukan.
Faktor yang menentukan keberhasilan IB ini hany pada
keterampilan peternak yang dapat dilatih berkali-kali. (Suyatno, 2003)

Gmb.2.Inseminasi pada ayam

Menurut Udjianto dan Denny (2004) Tahapan tahapan dalam kegiatan IB adalah:
a. Pemilihan Bibit
1. Memilih induk untuk bibit, Induk yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut :
a. Sehat dan tidak cacat.
b. Berproduksi tinggi.
c. Minimal sudah mengalami periode peneluran pertama, umur 7 8 bulan.
d. Induk sedang bertelur.
e. Pemeliharaan induk sebaiknya dalam kandang baterei individu.
2. Memilih pejantan untuk bibit, Pejantan yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut
a. Sehat, tidak cacat, lincah dan memiliki nafsu kawin yang tinggi.
b. Umur 1-3 tahun.
c. Memiliki mutu genetik yang tinggi.
d. Mempunyai hubungan yang jauh dengan induk yang akan di inseminasi.
e. Kandang pemeliharaan pejantan harus terpisah dengan induk.

16

b. Persiapan induk dan pejantan


1. Pakan untuk pejantan harus yang baik mutunya dengan kadar protein minimal 17% dan
dengan tambahan pemberian 1 butir telur fertil yang sudah masuk mesin 5 hari. Telur
dikocok hingga rata kemudian diberikan kepada 3 ekor pejantan.
2. Pemberian anti stress juga dapat diberikan kepada induk dan pejantan.
3. Untuk

merangsang

banyaknya

telur,

dapat

juga

digunakan

rajangan

daun

mengkudu/pace yang dicampurkan pada pakan ( 10 gram/ekor).


4. Untuk memudahkan dalam melaksanakan IB, bulu di sekitar kloaka harus digunting.
c. Persiapan alat dan bahan
Alat yang dibutuhkan adalah : alat suntik Tuberculin Syringe ukuran 1 ml, tabung
penampung sperma, gunting, kertas tissue sedangkan bahan pengencer yang diperlukan
NaCl fisiologis 0,90 %.
d. Teknik pengambilan sperma
1. Sebelum pengambilan sperma, ayam pejantan sebaiknya dipuasakan kurang lebih 10
jam. Hal ini ditujukan untuk mengurangi pencemaran feces pada sperma yang
ditampung (dapat mengurangi daya tunas).
2. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan pemerahan sperma, sebaiknya dilakukan oleh
dua orang, dengan tugas melakukan perangsangan dan sebagai penampung sperma.
3. Satu orang memegang ayam jago (usahakan ayam dalam keadaan tenang) yang bertugas
melakukan perangsangan yaitu dengan mengurut lembut dari pangkal paha atas hingga
ke pangkal ekor sampai secara beraturan. Tanda spesifik dari pejantan yang terangsang
adalah ekor akan naik ke atas dan keluar tonjolan dari kloaka.
4. Jika pejantan sudah terangsang, dengan jari telunjuk dan jempol langsung menekan
kloaka sampai terjadi ejakulasi. Saat terjadi ejakulasi, sperma yang keluar segera
ditampung oleh orang kedua.
5. Sperma yang sudah ditampung kalau memungkinkan dievaluasi secara makroskopis dan
mikroskopis.
e. Proses pengenceran semen
1. Pengenceran sperma diperlukan untuk memperbanyak volume, sehingga dapat
digunakan untuk meng IB betina lebih banyak.
2. Bahan pengencer yang umum dipakai adalah larutan NaCl Fisiologis 0,90 %, karena
bahan ini memiliki tekanan osmotik yang hampir sama dengan spermatozoa.

17

3. Dosis pengenceran adalah 1 : 4-5 , yaitu 1 bagian sperma dan 4-5 bagian bahan
pengencer lalu dikocok secara perlahan sehingga homogen, campuran sperma ini dapat
bertahan selama 30 menit. Perbandingan pengencer merupakan perbandingan yang
optimal untuk daya hidup spermatozoa in vitro
KETERANGAN.
1. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan, sebaiknya IB dilakukan oleh dua orang, dengan
tugas satu orang memegang ayam betina dan memegang paha ayam dengan rapat, ibu
jari kanan menekan daerah kloaka (sebelah kiri) dan tangan kiri, letakkan jari telunjuk
dan jari tengah seperti menggunting ekor dan tekan ke atas sedikit sedangkan ibu jari
kiri menekan ke bawah sehingga alat reproduksi ayam betina keluar.
2. Kemudian alat suntik yang sudah berisi sperma tadi dimasukkan ke dalam saluran
vagina betina yang letaknya di sebelah kiri sedalam 7-8 cm (sampai menyentuh
uterus), sebelum sperma disemprotkan tekanan pada kloaka dikendurkan agar sperma
nantinya tidak keluar lagi dari vagina.
3. Waktu yang paling tepat untuk melakukan IB adalah pada siang hari di atas jam 14 WIB,
karena pada saat itu diperkirakan ayam telah bertelur sehingga gerakan sperma tidak
mengalami hambatan dan pada saat itu belum terjadi peletakan telur (Ovi posisi).
4. Dosis sperma untuk setiap betina adalah 0,1-0,2 ml dengan konsentrasi sperma 100-150
juta, guna menghasilkan fertilitas yang tinggi sebaiknya IB dilaksanakan 3-4 hari 1
kali/2x seminggu.

18

2.2 Cara Pemberian Pakan


Menurut Bambang (1995) untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua)
fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu):
a. Kuantitas pakan fase starter adalah terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat)
golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu
kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66
gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi
jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar
1.520 gram.
b. Kuantitas pakan fase finisher adalah terbagi/digolongkan dalam empat golongan
umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6
(umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146
gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total
jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
Sedangkan

Pemberian

minum

disesuaikan

dangan

umur

ayam

yang

dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:


a. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada
masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100
ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21
hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7
liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4
minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada
hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress
kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50
gram/liter air.
b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing
minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7
liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi
total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.

19

Cara Pemberian Pakan:


a. Untuk anak ayam umur 1 - 6 hari (kutuk), pakan ditabur atau sediakan
pada wadah yang mudah terjangkau, jenis pakan yang dipakai adalah
ransum ayam ras starter (pakan komersial).
b. Ayam umur 7 hari s/d 1 bulan dapat diberikan pakan campuran yaitu
pakan ayam ras starter dicampur dengan katul dan dedak halus, dengan
perbandingan 1: 1 atau jagung giling dan katul dengan perbandingan 2 :
1 dan dapat di tambah protein hewani.
c. Ayam umur 2-4 bulan dan seterusnya, diberikan pakan campuran, dedak
halus, jagung giling, dan pakan komersil dengan perbandingan 3:1:1 dan
dapat di tambahan gabah, gaplek dan tepung ikan.

2.3 Cara Pemeliharaan Ayam Broiler


2.3.1 Teknik Pemeliharaan Ayam Broiler
Teknis pemeliharaan ayam broiler yang baik menurut (Anonimus,
2009), yaitu minggu pertama (hari ke-1 sampai ke-7). DOC dipindahkan ke
indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang ditambah gula
untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi. Pakan dapat
diberikan dengan kebutuhan per ekor 13 gram atau 1,3 kg untuk 100 ekor
ayam. Jumlah tersebut adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya
pemberian tidak dibatasi. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan
berbentuk butiran-butiran kecil (crumbles).
Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen sudah diberi air munum.
Vaksinasi yang pertama dilaksanakan pada hari ke-4. Minggu Kedua (hari ke8 sampai ke-14). Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan
pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah
bisa dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33
gram per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam.
Minggu Ketiga (hari ke-15 sampai ke-21). Pemanas sudah dapat
dimatikan terutama pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48
gram per ekor atau 4,8 kg untuk 100 ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari)
dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan vaksin ND strain Lasotta

20

melalui suntikan atau air minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya
ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam
benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin
sebanyak-banyaknya.
Minggu Keempat (hari ke-22 sampai ke-28). Pemanas sudah tidak
diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28
hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan
ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai berat badan minimal 1,25 kg.
Kebutuhan pakan adalah 65 gram per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam.
Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam
mulai rentan terhadap penyakit.
Minggu Kelima (hari ke-29 sampai ke-35). Pada minggu ini, yang
perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran
yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan
alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88
gram per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga
dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan
baik mencapai 1,8 sampai 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat
dipanen. Maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan pakan hingga berumur 5
minggu adalah 24,7 kg untuk 100 ekor ayam.
Minggu Keenam (hari ke-36 sampai ke-42). Jika ingin diperpanjang
untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan
lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan
yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg.
2.3.2 Teknik Perkandangan Ayam Broiler
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha pemeliharaan ayambroiler
meliputi; persyaratan temperatur berkisar antara 32,2 - 35C, kelembaban
berkisar antara 60 - 70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan
yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak
melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur
ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box,
untuk ayam remaja 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang

21

dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang
bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang
penting kuat, bersih dan tahan lama. Berikut beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan terkait dalam manajemen perkandangan ayam broiler :
1. Memilih Lokasi Kandang
Sebelum memutuskan membangun kandang, terlebih dahulu perlu
mencari lokasi yang tepat. Lokasi yang dipilih untuk peternakan harus
strategis dan dekat dengan pemasaran. Selain itu, kandang yang nyaman
harus berada di lokasi yang nyaman pula. Lahan yang digunakan untuk
peternakan sebaiknya adalah lahan yang kurang produktif, seperti tanah
pertanian kering, tegalan, atau sawah tadah hujan namun memiliki
persyaratan baik teknis untuk peternakan broiler. Pedoman memilih lokasi
adalah sebagai berikut:
a.

Terdapat Sumber Air Yang Baik Dan Memadai


Air merupakan kebutuhan pertama yang harus terpenuhi
dalam

lokasi

kandang.

Peranan

air

sangat

vital

bagi

produktivitas ayam. Selain untuk memenuhi kebutuhan minum


ayam, air juga berguna untuk mencuci kandang dan peralatan
baik pada masa pemeliharaan atau saat pembersihan kandang
(persiapan kandang).
Sumber air yang ada juga harus menjamin ketersediaan
sepanjang tahun karena kekurangan air akan mengganggu
produktivitas ternak. Selain itu, air juga harus memiliki kualitas
yang sesuai untuk kebutuhan ayam baik secara fisik, kimia dan
biologis. Jika air tanah yang ada ternyata memiliki kualitas yang
kurang memenuhi secara fisik, kimia dan biologis, tetapi lokasi
lahan baik secara teknis, maka perlu adanya pegolahan air agar
air memiliki kualitas yang dikehendaki.
Kini sudah banyak alat dipasaran yang bisa mengolah air
agar memenuhi persyaratan kualitas yang diinginkan baik fisik,
kimia, dan biologis. Secara umum, prinsip kerjanya seperti alat
pada air isi ulang. Namun, jika memungkinkan bisa saja

22

menggunakan sumber air dari PDAM sehingga praktis langsung


bisa digunakan. Baik pengolahan maupun menggunakan sumber
air PDAM tentunya membutuhkan tambahan biaya.
b. Dekat Dengan Pemasaran
Lokasi yang dekat dengan pemasaran mempunyai
berbagai keuntungan antara lain harga jual lebih tinggi, biaya
transport lebih rendah dan biasanya lebih disukai customer. Hal
ini berarti proses panen bisa lebih cepat dan memudahkan
peternak dalam menerapkan sistem all in all out.
c.

Akses Jalan Mudah


Akses jalan yang mudah diperlukan untuk memperlancar

proses panen, pengiriman DOC, OVK, pakan maupun segala


sesuatu yang dibutuhkan dalam peternakan. Jalan harus kuat
dan bisa dilalui kendaraan kengan kapasitas minimal 8 ton. Jika
kandang jauh dari jalan raya, harus diusahakan dibuat jalan
tersendiri menuju lokasi kandang.
d.

Jauh Dari Lokasi Pencemaran Dan Peternakan Lain


Maksudnya adalah pilihlah lokasi yang masih steril dari

berbagai penyakit unggas. Hindari membangun atau menyewa


kandang dilokasi yang sering terjangkit kasus penyakit.
penyakit. Lokasi yang sudah padat dengan peternakan biasanya
relatif rawan penyakit ternak. Untuk itu, usahakan lokasi
kandang jauh dari lokasi peternakan lain seperti broiler, puyuh,
itik, ayam kampung dll.. Hal ini, untuk menghindari penularan
penyakit dari satu peternakan ke peternakan lain karena chick in
dan umur tidak seragam sehingga siklus penyakit tidak
terputus. Jika memungkinkan, jarak dengan peternakan lain
adalah 1 km, jika tidak memungkinkan maka bioscurity harus
diperketat.
e.

Jauh Dari Pemukiman Penduduk


Pemilihan lokasi peternakan yang jauh dari pemukiman

adalah untuk menghindari protes dari masyarakat akibat

23

kegiatan peternakan seperti bau kotoran, debu dan lalulalang


kendaraan yang membawa sapronak serta saat panen. Selain itu,
juga untuk menghindari lalu lalang ternak peliharaan penduduk
seperti ayam kampung yang bisa mendatangkan penyakit.
Namun, realita di lapangan terkadang kandang berada dilokasi
pemukiman penduduk. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan
peternak kepada warga misalnya dengan memberikan dana
sosial untuk kegiatan pemuda, kegiatan keagamaan dll. Untuk
menghindari lalulintas orang, kendaraan dan hewan piaraan
kandang harus dilengkapi dengan pagar keliling dan diterapkan
bioscurity yang baik.
f.

Kondisi Dan Struktur Tanah


Kondisi

dan struktur tanah berhubungan

dengan

keamanan, sirkulasi udara, drainase dan kelembaban kandang.


Lahan yang digunakan untuk lokasi kandang diusahakan rata.
Tanah yang rata memungkinkan angin bertiup dengan lancar
sehingga mampu memberikan sirkulasi udara yang baik bagi
kandang. Sirkulasi udara yang baik sangat dibutuhkan untuk
membuang zat-zat berbahaya yang dihasilkan baik dari kotoran
ayam maupun dari pemanas (brooder) seperti amoniak, H2S dan
CO2 yang dapat memicu terjadinya penyakit pernafasan seperti
CRD. CRD bersifat imunosupresif (menurunkan kekebalan)
sehingga bisa memicu munculnya penyakit lain seperti
collibasilosis, ND dan sebagainya. Selain itu, sirkulasi udara
yang baik akan menjamin suplay O2 yang dibutuhkan ternak
serta mengurangi kelembaban kandang.
Namun, bukan berarti tanah yang berbukit tidak bisa
digunakan. Lahan dengan struktur tanah berbukit bisa saja
digunakan sebagai lokasi kandang asalkan memenuhi kriteria
tidak rawan longsor dan pembuatan kandang harus memenuhi
syarat teknis. Misalnya jika tanah bergawir, maka jarak gawir
dari kandang minimal 8 meter agar percikan air hujan tidak

24

masuk ke kandang, lebar kandang maksimal 6 meter dan tidak


ada tanaman yang tinggi untuk memperlancar sirkulasi udara
dan mengurangi kelembaban kandang, drainase harus baik untuk
menghindari genangan air, dan tetap memperhatikan arah
kandang membujur timur barat agar intensitas matahari
cukup.
g.

Memungkinkan Untuk Pengembangan


Hal yang tidak kalah penting dalam menentukan lokasi

peternakan adalah lahan tersebut masih memungkinkan untuk


perluasan kandang. Hal ini diperlukan jika suatu saat usaha
berkembang dengan baik bisa menambah populasi sehingga
lokasi peternakan mengomplek untuk memudahkan pengawasan
(kontrol), mempermudah panen dan menekan biaya transportasi.
h.

Konstruksi Kandang

Bentuk kandang memiliki banyak model dengan biaya


pembuatan yang juga bervariasi, tergantung jenis kandangnya.
Konstruksi kandang harus disesuaikan dengan keadaan lokasi dan
modal yang dimiliki. Berikut adalah gambaran yang bisa
dijadikan acuan dalam membuat kandang.
Prinsip dalam pembuatan kandang adalah kuat/kokoh,
murah dan mampu memberikan kenyamanan pada ayam.
Kekuatan kandang harus diperhitungkan dalam pembuatan
kandang karena berkenaan dengan keselamatan ayam dan
pekerja kandang. Kandang harus bisa kuat (kokoh) terhadap
terpaan angin, dan mampu menahan beban ayam. Untuk itu
perlu diperhatikan konstruksinya agar kokoh dan tidak mudah
ambruk. Disamping kuat, pembangunan kadang diusahakan
murah, namun bukan berarti murahan. Artinya pembangunan
kandang hendaknya menggunakan bahan-bahan yang mudah
didapatkan di daerah setempat tanpa mengurangi kekuatan
kandang karena setelah kandang terbangun dan digunakan,

25

diperlukan perawatan secara berkala agar kandang tetap awet.


Jika menggunakan bahan yang murah dan mudah di dapat, maka
akan memperingan biaya perawatan kandang.
Faktor terpenting dalam memilih atau membuat kandang
adalah memperhatikan segi kenyamanan ayam. Kandang yang
nyaman

akan

mendukung

pertumbuhan

ayam.

Dengan

demikian, berkenaan dengan konstruksi kandang ada beberapa


hal yang perlu diperhatikan :
1. Atap ; mengunakan atap monitor. Atap monitor sangat
bagus untuk digunakan karena pertukaran udara lebih
lancar sehingga pembuangan gas beracun seperti H2S,
NH3 dan CO2 bisa lebih maksimal;
2. Tinggi dinding minimal 1,8 m untuk kandang postal
tunggal. Untuk kandang tingkat, tinggi dinding bawah
minimal 2 m dan tinggi dinding atas minimal 1,7 m;
3. Lebar kandang maksimal 8 meter. Namun, untuk
kandang tingkat lebar kandang maksimal 7 m. Jika
kandang dekat gawir (terhalang tebing) lebar maksimal
6 m dengan jarak minimal kandang dari gawir (tebing)
8 m. Usahakan, tinggi tebing jangan melebihi tinggi
kandang dengan drainase yang baik.
4. Jarak antar kandang minimal satu lebar kandang (8
meter), diukur dari bagian terluar kandang
5. Dinding kandang bisa menggunakan bambu atau kawat
dan tiang harus kokoh bisa dari bambu, kayu, atau cor.
6. Kemiringan atap baik, antara 30-45 Derajat. Prinsipnya
air bisa cepat turun dan tidak menggenang.
7. Arah kandang membujur barat timur agar kandang
mendapatkan sinar matahari yang cukup tetapi tidak
langsung mengenai ayam. Jika matahari terlalu banyak
masuk ke dalam kandang maka suhu kandang menjadi
tinggi serta akan menyebabkan kepadatan semu.
26

Kepadatan semu adalah kondisi ayam yang mengumpul


disalah satu sisi kandang yang tidak terkena matahari
langsung. Kondisi ini biasanya terjadi pada pagi dan
sore hari ketika matahari masuk ke dalam kandang.
Akibat dari kepadatan semu adalah suhu dan gas
beracun disalah satu sisi meningkat karena kepadatan
menjadi tinggi dan distribusi tempat pakan dan minum
menjadi tidak seimbang, akibatnya konsumsi pakan
menjadi menurun dan tidak merata sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan dan kesehatan ternak.
8. Bahan atap bisa dari asbes, genting, seng, ijuk/rumbia,
atau aluminium foil. Pilihan atap disesuaikan dengan
lokasi kandang (suhu dan kelembaban), ketersediaan
bahan, dan ketersediaan dana.

i.

Tipe Kandang

Berdasarkan tipenya, kandang ayam broiler dibedakan


menjadi:
1. Kandang Battery ; kandang ini menggunakan sistem
alas berlubang atau kawat. Kandang batere adalah
sangkar segi empat yang disusun secara berderet
memanjang dan bertingkat dua atau lebih. Kandang
battery berbentuk kotak yang bersambung satu dengan
yang lain terbuat dari kayu, bambu atau kawat. Masingmasing kotak berukuran lebar 30 sampai 35 cm,
panjang 45 cm dan tinggi 60 cm. Lantai kandang
baterai letaknya agak miring ke salah satu sisi sekitar 67 cm. Ada beberapa bentuk kandang baterey antara
lain; Single deck (kandang batere 1 tingkat), Double
deck ( kandang batere 2 tingkat), Triple deck (kandang
batere 3 tingkat), Four deck dan Five deck hampir sama

27

dengan Triple deck tetapi menggunakan 4 dan 5


tingkat. Sistem kandang baterai bertujuan agar ayam
tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dengan
demikian energi dimanfaatkan untuk metabolisme
tubuh, khususnya untuk ayam memproduksi telur
(Anggorodi, 1985). Kebaikan kandang sistem batere
adalah kandang lantai kandang yang selalu bersih
karena kotorannya jatuh ke tempat penampungan,
peredaran udara lebih lancar, dapat menampung ayam
lebih banyak, pengontrolan penyakit lebih mudah dan
dapat menimbulkan penyakit Coccidiosis, serta
konversi pakan lebih baik. Penggunaan kandang sistem
battery memerlukan biaya yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sistem litter, memerlukan
penanganan ekskreta secara serius serta dapat
menyebabkan lepuh dada dan cacat kaki.
2. Kandang Postal (Litter) ; kandang dengan tipe litter
adalah suatu tipe kandang pemeliharaan ayam broiler
dengan lantai kandangnya ditutup oleh bahan penutup
lantai seperti sekam padi, serutan gergaji, tongkol
jagung, jerami padi yang dipotong-potong, serta dapat
digunakan kapur mati yang penggunaannya
dicampurkan dengan bahan litter. Litter yang baik
harus dapat memenuhi beberapa kriteria yakni :
memiliki daya serap yang tinggi, lembut sehingga tidak
menyebabkan kerusakan dada, mempertahankan
kehangatan, menyerap panas, dan menyeragamkan
temperatur dalam kandang. Bahan litter yang efektif
adalah bersifat daya serap air (absorben) tinggi, bebas
debu, sukar untuk dimakan ayam, tidak beracun,
murah, mudah diangkut dan diganti, serta tersedia
melimpah. Sainsburry (1995) menyatakan bahwa litter

28

harus menimbulkan kenyamanan bagi unggas dan


terbebas dari parasit dan bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi pada unggas. Pengawasan
terhadap kualitas litter sangat penting untuk kesuksesan
manajemen perkandangan unggas. Kesalahan
manajemen tempat minum atau karena ventilasi
kandang yang buruk adalah penyebab utama
meningkatnya kelembaban litter yang pada akhirnya
adalah terjadinya akumulasi amonia (Daghir,
1995). Kandang litter juga memiliki kelebihan yaitu:
pertama dapat memberikan hasil yang memuaskan,
baik kuantitas (bobot badan) maupun kualitas daging,
kedua dapat menghindarkan ternak ayam menderita
lepuh dada atau pembengkakan tulang dada (Breast
Blister), memudahkan didalam pengelolaan yakni
seperti pembersihan dan pembuangan kotoran, serta
dapat menghemat tenaga kerja.
3. Kandang Panggung ; Akpobome dan Funguy (1992)
menyatakan bahwa broiler yang dipelihara pada
kandang panggung memiliki bobot badan yang lebih
rendah tetapi konversi pakan yang lebih baik
dibandingkan broiler yang dipelihara di atas lantai
sekam. Sinurat et al., (1995) menyatakan bahwa terjadi
penurunan pertambahan berat badan ayam broiler yang
dipelihara pada lantai kawat setelah berumur 5 - 6
minggu dibanding broiler yang dipelihara pada lantai
sekam, Hal ini terjadi karena semakin tinggi bobot
badan ayam gesekan antara tubuh dengan kawat
semakin tinggi yang mungkin menyebabkan stress bagi
ayam yang dipelihara di atas lantai kawat. Kandang
panggung berlantai kawat menyebabkan lebih banyak
kerusakan kaki dan kelainan bentuk kaki dibanding

29

lantai litter. Masalah pada kaki menyebabkan turunnya


produksi pada ayam petelur (Anderson, 1994).
Kejadian lepuh dada broiler pada kandang panggung
dua kali lebih banyak dibanding pada lantai litter
(Akpobome dan Funguy, 1992). Keunggulan dari
kandang panggung yaitu memiliki ventilasi yang sangat
baik bagi ayam di dalamnya, sebab udara bertiup
melalui seluruh bagian tubuh ayam. Keuntungan lain
dari penggunaan kandang panggung adalah kemudahan
dalam mekanisme kandang, tidak diperlukan biaya
untuk pembelian litter dan mengurangi kontak ayam
dengan feses (Hypes et al, 1994).

j. Kepadatan Kandang
Kepadatan kandang berhubungan langsung dengan
ketersediaan oksigen bagi ayam untuk memberikan hasil
yang lebih optimal. Menghadapi perubahan cuaca yang
terus berubah-ubah, ayam sangat memerlukan daya tahan
tubuh yang kuat. Daya tahan tubuh atau kekebalan
imunitas ada yang berasal dari induk dan ada yang didapat
secara perolehan. Daya tahan akan optimal apabila stres
atau faktor pengganggu dapat diminimalkan. Sementara
itu, hasil rekayasa genetika yang sistematis dan terus
menerus dilakukan memaksa tubuh broiler modern
berkembang ekstra guna menghasilkan performa yang
optimal. Di sisi lain, perubahan ini juga disertai beberapa
titik kelemahan. Ayam akan lebih malas bergerak dan
menjadi

lebih

rentan

terkena

penyakit

serta

ketidakseimbangan antara perkembangan daging dengan


organ

viscera

Perkembangan

ayam
tubuh

tersebut

broiler

kurang

modern

yang

baik.
pesat

semestinya diimbangi dengan perbaikan kualitas dan pola


30

feeding, perbaikan manajemen serta kualitas kondisi


lingkungan. Perbaikan kondisi linkungan yan dapat
dilakukan meliputi ketersediaan oksigen (O2), kestabilan
suhu, kelembaban serta ventilasi yang baik. Pada
kenyataannya, kondisi faktor lingkungan sangat fluktuatif,
karena itu dibutuhkan terobosan terobosan terbaru untuk
menyiasati

pengaruh

lingkungan

dalam

upaya

memaksimalkan hasil produksi.


Salah

satu

faktor

terpenting

yang

harus

diperhatikan sebelum pemeliharaan broiler adalah rencana


kepadatan ayam (density) yang akan diisi sesuai dengan
kapasitas kandang yang ada serta kondisi ventilasi
udaranya. Hal ini berhubungan dengan ketersediaan
oksigen bagi ayam untuk meperoleh hasil yang lebih
optimal. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
menentukan kepadatan ayam yang akan dipelihara antara
lain :
1. Tipe Kandang (Opened House atau Closed House) ;
tipe kandang tertutup (Closed House) tentu saja akam
menampung ayam lebih banyak dibandingkan tipe
kandang terbuka (Opened House)
2. Tipe Pemeliharaan (Postal atau Panggung) ; kandang
panggung akan memuat ayam lebih padat dari kandang
postal. Hal ini mengingat ketersediaan oksigen dan
vemtilasi udara terutama setelah ayam besar.
3. Peralatan Yang Dipakai (Otomatis atau Manual) ;
kandang yang menggunakan peralatan tempat pakan
dan minum yang otomatis akan mamiliki daya tampung
lebih besar dibandingkan dengan kandang yang
menggunakan tempat pakan dan minim manual.
Pasalnya, tempat pakan manual seperti tabung feeder

31

banyak memakan tempat sehingga luas kandang


menjadi berkurang.
k. Persiapan Kandang dan Peralatan
Persiapan kandang membutuhkan waktu yang relatif
lama karena kandang dibersihkan dan diistirahatkan, yang
dilakukan

agar

siklus

penyakit

terputus

sebelum

pemeliharaan ayam dimulai. Tahapan persiapan kandang


yang harus dilakukan adalah: penyemprotan kandang
dengan obat kutu. Pengangkatan litter bekas. Penyemprotan
kandang dengan obat kutu kembali. Pencucian kandang
dengan air dan deterjen. Perbaikan fisik kandang.
Penyemprotan dengan long life dosis 2,5 ml/l air.
Pemasangan chick guard dan gasolek. Fumigasi dengan tiga
kali kekuatan. Sekam ditabur ke dalam chick guard dan
difumigasi

dengan

cypper

killer

3g/

air.

Peralatan yang digunakan pada periode starter yaitu tempat


pakan, tempat minum, koran sebagai alas, alat pemanas
(gasolek) dan chick guard (lingkar pembatas). Peralatan
harus dalam keadaan bersih agar anak ayam terhindar dari
penyakit.
Dalam chick guard (lingkar pembatas) dipasang
sebuah gasolek pada ketinggian 1,0-1,2 m dengan
kemiringan 45. Kapasitas satu chick guard untuk 500-750
ekor. Menurut Sudaryani dan Santoso (2004), empat jam
sebelum DOC datang, pemanas sudah dinyalakan sehingga
pada saat DOC datang suhu sudah stabil yaitu 35C.
Tempat pakan dan minum diletakkan di dalam chick guard
yang telah dialasi Koran. Tempat pakan yang digunakan
yaitu feeder tray dan tempat minum berbentuk galon.
Tempat pakan dan tempat minum disusun secara selangseling dan melingkar mengikuti chick guard. Air minum

32

yang digunakan air dengan campuran gula 5 g/l air.


l. Peralatan Kandang
Peralatan yang digunakan pada setiap kandang
diantaranya cooling pad, blower, tirai, tempat pakan, tempat
minum, nest box, lori gantung dan egg tray.
a. Cooling Pad
Cooling pad yaitu serangkaian alat yang berfungsi
sebagai pendingin otomatis atas kerja sinyal dari perubahan
suhu kemudian diteruskan ke panel set point. Cooling pad
terbuat dari bahan selulosa yang disusun bergelombang
berbentuk wafer yang disebut cell deck berukuran tinggi 150
cm dan lebar 60 cm. Cooling pad dipasang di sebelah kiri
kanan kandang dengan panjang 10 m di pen satu. Cooling
pad dilengkapi dengan bak berisikan air dan tirai hitam yang
berfungsi mengatur pemasukan udara segar yang diperlukan
ayam. Cooling pad akan bekerja jika seluruh kipas telah
beroperasi dan suhu di dalam kandang telah mencapai 30 C.
Pipa cooling pad akan mengalirkan air selama dua menit dan
berhenti selama enam menit yang diatur secara otomatis
dengan time switch. Air akan mengalir melewati lubanglubang kecil pada pipa cooling pad. Air yang mengalir
menyebabkan cell deck menjadi basah. Udara bersih masuk
melalui cell deck seiring dengan air yang merembes masuk
melalui cell deck sehingga udara menjadi sejuk dan dingin.
Udara dingin dan sejuk disebarkan ke seluruh ruangan
kandang melalui bantuan exhaust fan. Menurut Jahja (1995),
suhu yang ideal untuk pemeliharaan ayam berkisar antara 18
- 27 C.
b. Exhaust Fan
Exhaust fan atau kipas adalah alat untuk menarik /
menyedot udara ke luar dari dalam kandang dan udara segar
masuk melalui cooling pad. Fan yang dimiliki perusahaan

33

berdiameter 140 cm dan berkapasitas 20.000 cfm/kipas yang


diletakkan pada bagian belakang kandang. Pada waktu
pengamatan terdapat 6 fan yang digunakan dalam satu
kandang. Jumlah kipas yang beroperasi tergantung pada suhu
di dalam kandang. Setiap kenaikan suhu 2 C di dalam
kandang,

akan

mengoperasikan

kipas

tertentu

secara

otomatis. Sebaliknya, pada penurunan suhu di dalam kandang


akan menghentikan fungsi kipas tertentu pula.
Pada prinsipnya, udara kotor akan diganti dengan
udara bersih yang masuk melalui cell deck. Untuk
mengoptimalkan pergantian udara dalam kandang, maka laju
kecepatan udara per meter per detik sangat penting untuk
diperhatikan karena kecepatan udara sangat menentukan
dalam proses pendinginan tubuh ayam.

34

2.3.3 Pengendalian Hama dan Penyakit pada Ayam Pedaging


Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam
untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo.
Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1
dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.
Vaksin adalah mikroorganisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau
dimatikan dan mempunyai sifat immunogenik. Immunogenik artinya dapat merangsang
pembentukan kekebalan. Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh
ternak dengan tujuan supaya ternak tersebut kebal terhadap penyakit yang disebabkan
organisme tersebut. Vaksin ada dua macam, yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif.
Vaksin aktif adalah vaksin yang mikroorganismenya masih aktif atau masih hidup.
Biasanya vaksin aktif berbentuk sediaan kering beku, contoh: MEDIVAC ND LA
SOTA, MEDIVAC ND-IB dan MEDIVAC GUMBORO A. Vaksin inaktif adalah
vaksin yang mikroorganismenya telah dimatikan. Biasanya berbentuk sediaan emulsi
atau suspensi, contoh: MEDIVAC ND-EDS EMULSION, MEDIVAC CORYZA B
(Jahja, 2000).
Pelaksanaan Kegiatan vaksinasi dapat dilakukan dengan cara membagi ayam
menjadi 2 kelompok besar dalam sekatan. Ayam kemudian digiring ke dalam 2 sekatan
yang terbentuk. Vaksinasi dilakukan mulai dari pen terakhir hingga pen pertama. Ayam
yang telah divaksinasi diletakan diluar sekatan hingga kemungkinan terjadinya
pengulangan vaksinasi dapat diminimalisir.
Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti tetes mata,
hidung, mulut (cekok), atau melalui air minum. Vaksinasi harus dilakukan dengan benar
sehingga tidak menyakiti, unggas dan mempercepat proses vaksinasi, dan tidak
meninggalkan sisa sampah dari peralatan vaksinasi seperti suntikan, sarung tangan,
masker maupun sisa vaksin yang digunakan (botol vaksin). Unggas yang divaksin harus
benar- benar dalam keadaan sehat tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga
akan mendapatkan hasil yang maksimal dan tidak terjadi kematian dalam proses
vaksinasi. Tata cara vaksinasi harus ditempat yang teduh, bersih, vaksin tidak dalam
kondisi sakit maupun stress sehingga tidak merusak vaksin. Program vaksinasi untuk
unggas, harus disesuaikan dengan umur dari unggas tersebut dan harus berhati-hati

35

dalam memvaksin karena sangat sensitif terhadap jarum suntik dan dapat menimbulkan
stress dan kematian mendadak (Jahja, 2000).
Penyakit yang sering menyerang ayam broiler yaitu:
1)

Tetelo (Newcastle Disease/ND)


Pertama kali ditemukan oleh Kraneveld di Jakarta (1926). Setahun kemudian,

virus tetelo ditemukan juga di Newcastle (Inggris). Sejak saat itu, penyakit ini dikenal
sebagai newcastle disease (NCD) dan ditemukan di berbagai penjuru dunia. Di India,
penyakit ini dikenal dengan nama aanikhet. Penyakit ini merupakan suatu infeksi viral
yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Disebabkan virus Paramyxo yang
bersifat menggumpalkan sel darah dan biasanya dikualifikasikan menjadi:
a.

Velogenik

b.

Mesogenic

c.

Lentogenik

1. Tipe Velogenik, yaitu Strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan
Viscerotropic Velogenic Newcastle Disease (VVND) Tipe Velogenic ini
menyebabkan kematian yang luar biasa bahkan hingga 100%.
2.

Tipe Mesogenic, Kematian tipe mesogenic pada anak ayam mencapai 10%
tetapi ayam dewasa jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini ayam akan
menampakan gejala seperti gangguan pernapasan dan saraf.

4. Tipe Lentogenik, merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan


kematian. Hanya saja dapat menyebabkan produktivitas telur menjadi turun dan
kualitas kulit telur menjadi jelek. Gejala yang tampak tidak terlalu nyata hanya
terdapat sedikit gangguan pernapasan. Virus ini tidak akan bertahan lebih dari
30 hari pada lokasi pemaparan.
Gejala: ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang
berkumpul pada tempat yang hangat, ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul
bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, Jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh,
sayap turun, tinja encer kehijauan kadang berdarah. Setelah 1 sampai 2 hari muncul
gejala (tortikolis) syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan kepala ayam berputarputar yang akhirnya mati. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk
mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang atau dengan melakukan
vaksinasi melalui tetes mata atau hidung pada anak ayam umur 3-4 hari, umur 3 minggu

36

dan setiap 3 bulan secara teratur, peralatan dan kandang dijaga supaya tetap bersih.
Vaksinasi pertama ayam umur 3-4 hari dengan vaksin Bl, diulangi setelah 3 minggu
dengan vaksin Lasota dan kemudian setiap 3 bulan. Dan dijaga agar lantai kandang
tetap kering.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar
virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2)
pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang
mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada
obatnya.

2)

Penyakit cacar ayam


Dengan memberikan vaksinasi, mencungkil kutil-kutil dengan gunting dan

diolesi dengan yodium tintur, atau obat anti infeksi dan cuci hamakan kandang.

3)

Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)


Penyakit gumboro (Infectious Bursal Disease / IBD) ini ditemukan tahun 1962

oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit Gumboro merupakan


penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus golongan
Reovirus. Ayam

yang terkena penyakit

Gumboro akan menunjukkan gejala

sepertihilangnya

nafsu

saraf,

makan, gangguan

merejan, suka

bergerak

tidak

teratur, diare, tubuh gemetar, peradangan disekitar dubur, bulu di sekitar anus kotor dan
lengket serta diakhiri dengan kematian ayam. Sering menyerang pada umur 36 minggu.
Dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro. Penyakit Gumboro
menyerang kekebalan tubuh ayam, terutama bagian fibrikus dan thymus. Kedua bagian
ini merupakan pertahanan tubuh ayam. Pada kerusakan yang parah, antibodi ayam
tersebut tidak terbentuk. Karena menyerang system kekebalan tubuh, maka penyakit ini
sering disebut sebagai AIDSnya ayam. Penyakit Gumboro sendiri sebenarnya memang
tidak menyebabkan kematian secara langsung pada ayam, tetapi karena adanya infeksi
sekunder yang mengikutinya akan menyebabkan kematian dengan cepat karena virus
Avibirnavirus bersifat imunosupresif yang menyebabkan kekebalan tubuhnya tidak
bekerja sehingga memudahkan kawanan ayam yang diserang oleh virus dan infeksi
sekunder oleh bakteri. penyakit Gumboro merupakan penyakit yang dapat merusak

37

morfologi dan fungsi organ limfoid primer, terutama bursa fabricius. Rusaknya bursa
fabricius akan mengakibatkan suboptimalnya pembentukan antibodi terhadap berbagai
program vaksinasi, sehingga kepekaan terhadap berbagai agen penyakit menjadi
meningkat.. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam
umur 36 minggu.
Penularan penyakit Gumboro atau IBD dapat melalui kontak langsung antara
ayam yang muda dengan ayam yang sakit atau terinfeksi pada peternakan yang
mempunyai ayam berbagai umur dapat mengakibatkan infeksi ini terus menyebar dan
sangat sulit dikendalikan. Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung
melalui pakan, air minum dan peralatan yang tercemar.
Peralatan, kandang, air minum dan pakaian petugas yang terkontaminasi
Gumboro dapat juga memperparah kejadian penyakit tersebut. Penyakit Gumboro tidak
menular dengan perantaraan telur dan ayam yanng sudah sembuh tidak menjadi carrier.
Penanggulangan Gumboro ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
vaksinasi, dan menjaga kebersihan lingkungan kandang. Tips yang dapat digunakan
untuk disinfeksi kandang ayam yang pernah tercemar virus gumboro. Disarankan
penggunaan formalin 10 % (1 bagian formalin 38 % dicampur ke dalam 9 bagian air)
atau dengan 0,25% larutan soda api (2,5 gram soda api kedalam 1 liter air).
Pengobatan Gumboro dapat dengan pemberian obat-obat untuk gumboro, juga
ada obat tradisional dengan penggunaan daun teh.

4)

Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)


Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri

Mycoplasma gallisepticum. Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus
keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh
lemah, sayap terkulai, mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning
keputih-keputihan. Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara
seperti alat-alat. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai. Untuk
ayam broiler atau ayam pedaging penyakit CRD masih menduduki posisi
pertama (yang sering menyerang ayam pedaging).
Berikut urutan penyakit yang sering menyerang ayam pedaging:
1. CRD komplek 20.32%

38

2. CRD 19.36%
3. Korisa 17.97%
4. Colibacillosis 14.12%
5. Gumboro 8.24 %
6. Koksi 4.49%
7

ND 3.85%

8.

Leucocytozoonosis 3.21%

9. Kolera 2.14 %
10. AI 2.03%
Jadi kesimpulan dari data di atas bahwa penyakit CRD kompleks sangat
berbahaya pada ayam dewasa tidak sampai menimbulkan kematian yang terlihat secara
signifikan. walaupun kadar kesakitan terhadap ayam tersebut sangat tinggi.

Apabila sudah terlihat gejala dari penyakit ngorok maka segera mungkin untuk
ditangani karena dikhawatirkan penyakit E.coli akan masuk kedalam tubuh ayam dan
menjangkit secara perlahan dan akan terjadilah penyakit yang sangat berbahaya yang di
sebut denganCRD komplek.
Dan dalam penggunaan obat, sangat di anjurkan sekali bahwa setiap 4 periode
pemeliharaan, pemakaian obat-obatan atau antibiotik harus di lakukan penggantian,
maksudnya untuk mencegah terjadinya resistensi obat pada ayam.

5)

Berak Kapur (Pullorum)


Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam

diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk
kapur. Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum (Anonimus, 2009).
Kematian dapat terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi. Penularan melalui kotoran.
Pengobatan belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya dilakukan
adalah pencegahan dengan perbaikan sanitasi kandang. Infeksi bibit penyakit mudah
menimbulkan penyakit, jika ayam dalam keadaan lemah atau stres. Kedua hal tersebut
banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang kotor, serta cuaca yang jelek.
Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres adalah suhu yang terlalu panas,
terlalu dingin atau berubah-ubah secara drastis. Penyakit, terutama yang disebabkan

39

oleh virus sukar untuk disembuhkan. Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara rutin dan
ventilasi kandang yang baik (Anonimus, 2009). Pullorum merupakan penyakit menular
pada ayam yang dikenal dengan nama berak putih atau berak kapur (Bacilary White
Diarrhea= BWD). Penyakit ini menimbulkan mortalitas yang sangat tinggi pada anak
ayam umur 1-10 hari. Selain ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti
kalkun, puyuh, merpati, beberapa burung liar.
Etiologi
Pullorum atau Berak kapur disebabkan oleh bakteri salmonella pullorum dan
bakteri gram negatif. Bakteri ini mampu bertahan ditanah selama 1 tahun.
Kejadian penyakit. Di Indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang
sering ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka
kematian tertinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas pada
anak ayam sering mencapai lebih dari 40% sedangkan angka mortalitas atau angka
kematian dapat mencapai 85%.
Cara penularan
Penularan
-Secara

vertikal

penyakit
yaitu

Pullorum

induk

dapat

menularkan

melalui

kepada

anaknya

jalan

yaitu:

melalui

telur.

-Secara horizontal terjadi melalui kontak langsung antara unggas secara klinis sakit
dengan ayam karier yang telah sembuh, sedangkan penularan tidak langsung dapat
melalui kontak dengan peralatan, kandang, litter dan pakaian dari pegawai kandang
yang terkontaminasi.
Gejala klinis :
Nafsu makan menurun
Feses (kotoran) kotoran berwarna putih seperti kapur
Kotorannya menempel di sekitar dubur berwarna putih
Kloaka akan menjadi putih karena feses yang telah kering
Jengger berwarna keabuan
Mata menutup dan nafsu makan turun
Badan anak ayam menjadi lemas
Sayap menggantung dan kusam
Lumpuh karena arthritis
Suka bergerombol

40

Diagnosis
Isolasi dan identifikasi salmonella pullorum dapat diambil melalui hati, usus
maupun kuning telur dapat dilakukan pembiakan kedalam medium. Ayam karier yang
sudah sembuh dapat diidentifikasi dengan penggumpalan darah secara cepat (rapid
whole blood plate aglutination test).
Pengobatan
Pengobatan Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti
furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam. Obat-obatan
ini hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tapi tidak dapat
menghilangkan infeksi penyakit tersebut. Sebaiknya ayam yang terserang dimusnahkan
untuk menghilangkan karier yang bersifat kronis.
Pencegahan
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh para peternak ayam
adalah :
Menjaga kebersihan lingkungan hidup ayam.
Menjaga kebersihan kandang dengan cara disucihamakan dengan menggunakan
larutan kaporit ( takaran 1 : 1.000 ).
Pengapuran kandang.
Pembuangan kotoran ayam jauh dari lokasi peternakan.
Perlindungan dari serangan berbagai macam hewan liar.
Pengkarantinaan ayam yang terserang penyakit.
Pemusnahan bangkai ayam ( dibakar atau dipendam ).
Ayam yang dibeli dari distributor penetasan atau suplier harus memiliki sertifikat
bebas salmonella pullorum.
Melakukan desinfeksi pada kandang dengan formaldehyde 40%.
Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan
ayam yang parah dimusnahkan.

6)

Berak darah (Coccidiosis)


Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu

kusam menggigil kedinginan.

41

Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering;


(2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet
dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
7)

Pasteurellosis (Kolera unggas)


Kholera

atau

dikenal

juga

dengan

nama fowl

cholera,

avian

pasteurellosis danavian hemorrhagic septicaemia merupakan salah satu penyakit


infeksius yang banyak menyebabkan masalah di peternakan ayam dan kalkun. Kholera
merupakan penyakit bakterial yang umum ditemukan pada peternakan kecil di Asia.
Mortalitas dapat mencapai 80% terutama pada musim penghujan. Penyakit ini biasanya
menyerang ayam diatas 6 minggu ditandai dengan adanya peningkatan angka kematian
yang mendadak dan tidak terduga. Kholera banyak ditemukan pada ayam yang stress
akibat sanitasi yang jelek, malnutrisi, kandang terlalu padat, dan adanya penyakit lain.
Kalkun lebih rentan terhadap penyakit ini dibandingkan dengan ayam, dan ayam yang
tua lebih rentan dibanding yang masih muda. Mengingat tingkat kerentanan dan
pengelolaan peternakan, kasus kholera di Indonesia lebih banyak ditemukan pada ayam
petelur dibandingkan dengan ayam pedaging. Hal ini terkait dengan masa pemeliharaan
ayam pedaging yang cukup pendek, serta kebiasaan peternak yang akan memanen
ayamnya lebih cepat apabila ditemukan kasus penyakit untuk mencegah kerugian yang
besar. Kholera disebabkan olehPasteurella multocida, bakteri gram negatif yang
ditemukan oleh Louis Pasteur pada tahun 1880-an. P. multocida sangat rentan terhadap
disinfektan biasa, sinar matahari dan panas. Akan tetapi masih bisa bertahan sekitar 1
bulan di kotoran, 3 bulan di karkas dan antara 2-3 bulan di tanah yang lembab. Infeksi
dapat terjadi melalui rute mulut dan saluran pernafasan.
Kholera dapat masuk ke peternakan melalui burung, tikus, orang atau peralatan
yang pernah kontak dengan penyakit. Penyebaran antar flok dapat disebabkan oleh
minuman yang terkontaminasi, kotoran dan discharge hidung.
Pada kasus yang akut, kematian ayam merupakan gejala pertama yang nampak.
Demam, turunnya konsumsi pakan, discharge dari mulut, diare dan gejala pernafasan
dapat pula terlihat. Gejala lain termasuk sianosis dan pembengkakan jengger. Ayam
yang bertahan hidup menjadi kronis atau dapat pula sembuh, sedangkan yang lain bisa
mati karena dehidrasi. Pada kasus lebih lanjut, ayam akan menunjukan gejala penurunan
berat badan dan pincang karena infeksi pada persendian.

42

Pada awal kasus angka kematian berkisar antara 5-15% bahkan bisa lebih tinggi
apabila terjadi bersamaan denga kasus penyakit lain. Angka kematian akan menurun
sampai 2-5% ketika kasusnya menjadi kronis. Ayam yang tertular secara kronis dapat
mati, tetap tertular dalam jangka waktu yang panjang atau sembuh. Persentase yang
tinggi dari ayam di dalam flok akan menjadi carriers walaupun terlihat normal atau
sehat dan merupakan sumber utama penularan. Penyebaran P multocida didalam flok
terjadi melalui eksresi dari mulut, hidung, dan konjungtiva unggas yang sakit dan
kemudian mengkontaminasi lingkungan. Selain dari ayam yang selamat dari bentuk
akut, kasus kronis ditemukan pada ayam yang tertular agen yang tidak terlalu ganas.
Ayam yang tertular secara kronis akan mengeluarkan agen penyakit sepanjang
hidupnya. P. multocida dapat ditemukan dalam semua jaringan pada unggas yang mati
dengan gejala septicemia, sehingga praktek kanibalisme juga merupakan faktor
penyebaran yang sangat penting bagi penyakit ini.
Diagnosa
Diagnosa positif hanya dapat dilakukan apabila dilakukan isolasi serta
identifikasiP. Multocida di laboratorium. Diagnosa tentatif bisa dilakukan berdasarkan
sejarah, gejala klinis dan patologi anatomi. Walaupun sejarah dan gejala klinis
menunjukan kemungkinan ditemukannya kholera, agen penyebab sebaiknya tetap
diisolasi sehinga isolat dapat diuji untuk tingkat kepekaannya terhadap antibiotik.
Pencegahan
Pencegahan terbaik adalah melalui penerapan biosecuriti yang baik, kontrol
rodensia, dan hygiene peternakan. Selain itu sebagai alat pencegahan, bacterin dapat
digunakan pada umur 8 dan 12 minggu serta vaksin pada umur 6 minggu. Semua
langkah dasar dari program biosekuriti diperlukan untuk mencegah masuknya penyakit.
Orang sebagai sumber penularan yang paling dominan harus dikontrol dengan baik.
Hanya orang-orang yang perlu masuk kandang saja yang bisa masuk kedalam kandang
dan inipun harus melalu prosedur pencucian tangan dengan sabun dan kalau memang
memungkinkan untuk selalu memakai pakaian kandang yang baru dan sepatu boot yang
bersih. Program sanitasi yang baik untuk kandang dan peralatan juga sangat penting,
terutama ketika persiapan memasukan unggas baru. Hal yang paling penting adalah
pembersihan dan disinfeksi peralatan pakan dan minum. Pengawasan yang ketat untuk

43

tiap pemasukan pakan, peralatan kandang dan juga orang sangat diperlukan untuk
mencegah masuknya kholera.
Berikut hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kasus kholera:
1. Ayam yang sakit dan mati di pisahkan dari ayam yang sehat
untuk kemudian di musnahkan (disposal yang baik)
2. Apabila wabah telah terjadi, dilakukan depopulasi, pembersihan
dan desinfeksi kandang serta peralatan kandang
3. Jeda waktu antara ayam tua yang di afkir dan penggantinya
4. Kontrol rodensia dan hama lainnya
5. Sumber air minum yang aman dan bersih
6. Mencegah kontak antara ayam dengan hewan lain dan burung liar
7.

Bacterin dan vaksinasi

8. Pengobatan Jenis

sulfa dan

antibiotik

(sulfadimethoxine,

sulfaquinoxaline, sulfamethazine, sulfaquinoxalene, penicillin,


tetracycline, erythromycin, streptomycin).

Penggunaan vaksin atau bacterin


Vaksinasi dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini, akan tetapi perlu
diingat bahwa vaksinasi hanya merupakan alat pencegahan bagi peternakan yang
berisiko tinggi terkena kholera karena berdekatan dengan peternakan tertular. Vaksinasi
kholera sendiri sebenarnya mempunyai risiko, sebagai contoh: vaksin hidup walaupun
akan memberikan pertahanan juga akan menghasilkan efek samping yang tidak
diharapkan. Bacterin killed, akan memberikan hasil tingkat antibodi yang baik, tetapi
hanya spesifik untuk strain yang digunakan.
Pengobatan
Pengobatan untuk kholera sebaiknya dijadikan alternatif terakhir. Pengobatan
hanya efektif apabila dilakukan pada awal-awal kasus sebelum terlalu banyak ayam
yang tertular dan penyakit menjadi kronis. Walaupun pengobatan dapat mengurangi
dampak dari wabah, ayam tertular dapat saja kambuh lagi apabila pengobatan
dihentikan. Sehingga pengobatan perlu diperpanjang dengan penambahan obat ke pakan
dan minuman. Perlu diingat bahwa penggunaan antibiotik atau sulfa harus berdasarkan
hasil tes sensitifitas terhadap agen yang diisolasi dari lokasi kasus. Pengobatan dapat

44

mengurangi angka kematian dan mempertahankan tingkat produksi. Akan tetepi apabila
infeksi kronis sudah ditemukan, keuntungan pengobatan sangat sulit untuk dapat dilihat.
Sulfaquinoxaline sodium dalam pakan atau air minum biasanya dapat mengontrol angka
kematian, begitu pula halnya dengan sulfamethazine dan sulfadimethoxine.
Penggunaan tetracycline dosis tinggi dalam pakan (0.04%), air minum atau
injeksi dapat pula bermanfaat untuk pengobatan. Penicillin efektif digunakan untuk
infeksi yang resisten terhadap sulfa. Perlu diperhatikan bahwa pengobatan dengan sulfa
akan menghasilkan residu di daging dan telur. Antibiotik dapat digunakan dengan
menggunakan dengan dosis yang lebih tinggi dan jangka waktu yang cukup panjang
untuk menghentikan wabah. Mengingat adanya efek samping residu yang tidak
diharapkan, semua pengobatan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter hewan yang
dapat menilai efektifitas dan keamanan dari penggunaan sulfa dan antibiotik ini.

8)

Sindrom Kerdil Ayam


Masih kerap terdengar bila kita melakukan kunjungan lapangan ke peternak

peternak ayam pedaging (broiler), adanya keluhan mengenai ketidak seragaman ayam
yang dipeliharanya. Menurut penuturan mereka, pada saat doc tiba kondisinya terlihat
seragam, tetapi setelah ayam mulai menginjak usia di atas 14 hari, baru terlihat adanya
ayam yang terlambat pertumbuhannya.
Pertumbuhan yang tidak seragam pada ayam broiler memang banyak
penyebabnya seperti :
Doc berasal dari Bibit Muda atau Bibit Tua Sekali
Multi strain dalam satu flock / kandang
Kurang tempat pakan dan tempat minum
Kepadatan ayam di kandang yang terlalu tinggi
Penyakit infectious seperti Coccidiosis
Sindroma Kekerdilan pada Broiler ( Runting and Stunting Syndrome )
Pada umumnya para peternak berpendapat bahwa beberapa penyebab yang
menyebabkan ayamnya tidak seragam seperti karena doc, multistrain dalam satu
kandang, kurang peralatan makan dan minum, kepadatan ayam dalam kandang dan
penyakit coccidiosis, mereka sudah dapat mengatasinya di lapangan. Tetapi untuk
sindroma kekerdilan atau runting and stunting syndrome, para peternak masih meraba-

45

raba penyebabnya, karena kejadian di lapangan kadang ada dan kadang tidak ada atau
hilang dengan sendirinya.
Sindroma Kekerdilan pada Broiler mempunyai berbagai ragam nama lain seperti
:
Malabsorption Syndrome
Stunting Syndrome
Reovirus Malabsorption
Pale Bird Syndrome
Helicopter Disease
Brittle bone Disease
Sindroma kekerdilan didefinisikan sebagai : Sekelompok ayam (umumnya
terjadi 5-40% populasi ) yang mengalami laju pertumbuhan yang kurang pada kisaran
usia 4-14 hari. Dimana setelah pada awalnya pertumbuhan tertekan, kemudian kembali
normal, tetapi tetap lebih kecil dari yang normal.
Bila kondisi di atas dialami peternak broiler maka beberapa kerugian sudah
nampak di depan mata seperti : tingginya ayam culling; tingginya FCR; rataan berat
badan di bawah standar; berat badan yang sangat bervariasi, hal mana akan menjadi
masalah bila ada kontrak dengan slaughter house / rumah potong ayam; masalah
dengan penjualan karena banyaknya ayam yang kecil.
Penyebab
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya yaitu :
Penyebab berasal dari Pembibitan
Penyebab berasal dari Penetasan / Hatchery
Penyebab berasal dari Manajemen Produksi
Penyebab berasal dari Pakan / Nutrisi
Penyebab berasal dari Lingkungan
Penyebab berasal Penyakit
1.

Penyebab berasal dari Pembibitan.


Beberapa hal yang berasal dari Pembibitan yang dapat menyebabkan doc yang

dihasilkan mengalami sindroma kekerdilan antara lain :


Telur tetas kecil (telur tetas yang berasal dari usia induk < 35 minggu dan atau
biasanya pada saat puncak produksi)

46

Maternal antibodi Reo-virus yang diturunkan rendah, padahal DOC perlu


Maternal Antibodi yang tinggi
Akan lebih parah apabila induknya positif Salmonella enteritidis
Walaupun demikian kekerdilan bukan merupakan penyakit yang diturunkan
2.

Penyebab berasal dari Penetasan / Hatchery.


Beberapa hal yang berasal dari Penetasan / Hatchery yang dapat menyebabkan

doc yang dihasilkan mengalami sindroma kekerdilan antara lain :


Waktu koleksi telur tetas yang terlalu lama
Tidak dilakukannya grading telur tetas yang akan dimasukkan ke mesin tetas
Bercampurnya telur tetas yang berasal dari usia induk yang sangat jauh berbeda
Terlalu lama proses penanganan di ruang seleksi sehingga doc mengalami stress
Kurang representatifnya alat angkut doc (chick van) dari Hatchery ke Peternak /
kandang pemeliharaan.
3.

Penyebab berasal dari Manajemen Produksi


Manajemen Produksi juga dapat menjadi penyebab terjadinya sindroma

kekerdilan seperti :
Biosecurity yang buruk
Farm terdiri dari beberapa usia (multi ages)
Kurang baiknya kualitas doc yang dipelihara
Penanganan doc yang kurang baik terutama waktu periode brooding
Cara pemberian, kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan tidak benar

4.

Penyebab berasal dari Pakan / Nutrisi


Kandungan yang terdapat pada pakan jika kurang atau berlebihan kadang

menimbulkan pertumbuhan yang kurang baik bagi ayam yang dipelihara misalnya
Gejala sering seperti ayam

yang terserang mycotoxicosis, khususnya

Aflatoxicosis
Penggunaan Bungkil Kacang Kedelai yang berkualitas rendah
Penggunaan Canola Meal dan Protein Hewani lebih daripada 8%
Tidak ada atau rendah kandungan Natrium (khusus di Asia)
Penggunaan vitamin yang kurang, khususnya pada pakan Breeder.

47

5.

Penyebab berasal dari Lingkungan.


Menempatkan ayam pada kondisi lingkungan yang kurang kondusif akan juga

mengakibatkan ayam terkena sindroma kekerdilan, seperti :


Lingkungan kandang yang bersuhu dan kelembaban terlalu tinggi
Liingkungan kandang yang terlalu padat populasi ayamnya dan terdiri dari berbagai
usia
Lingkungan kandang merupakan daerah endemik penyakit yang bersifat
imunosupresif.
Penyebab berasal dari Penyakit.
Ada beberapa penyakit yang dapat memicu timbulnya sindroma kekerdilan,
dimana penyakit tersebut umumnya menimbulkan stress dan khususnya bersifat
immunosupresif, seperti :
Infeksi Reo virus
Infeksi Mareks Disease, hal ini dapat terjadi terutama di Asia karena Broiler di Asia
tidak divaksinasi
Chicken Anemia Virus, vaksinasi tidak dilakukan di beberapa negara
ALV J, diduga ada korelasi positif dengan sindroma kekerdilan
Infectious Bursal Disease / Gumboro, beberapa negara hanya memakai strain klasik
untuk vaksinasinya
Avian Nephritis Virus
Reaksi yang berlebihan dari vaksinasi ND dan IB
Penyebab utama yang paling berperanan adalah Reo virus dengan
spesifikasi sebagai berikut :
Virus tidak berselubung / amplop, tahan panas dan dapat hidup
pada 600 C selama 8 10 jam
pada 560 C selama 22 24 jam
pada 370 C selama 15 16 minggu
pada 220 C selama 48 51 minggu
pada 40 C selama lebih dari 3 tahun
pada - 630 C selama lebih dari 10 tahun

48

Penularan
Penularan dapat terjadi secara horizontal
Melalui jalur respirasi
Penularan secara vertikal dengan suatu percobaan dengan cara inokulasi induk usia
15 bulan, ternyata pada doc hasil tetasannya (17 19 hari post inokulasi)
mengandung virus reo

Gejala Klinis
Biasanya mulai terlihat pada usia 4 8 hari dengan ciri-ciri :
Malas bergerak
Bulu kusam
Coprophagia (faeces / litter eating)
Bila di uji gula darahnya Hypoglycaemic
Hanya sebagian populasi yang terkena dengan kategori :
5 10 % populasi dengan kategori RINGAN
10 30 % populasi dengan kategori BURUK
30 % populasi dengan kategori BENCANA
Biasanya terlihat pada usia 2 minggu :
Bulu sekitar kepala dan leher tetap Yellow Heads
Bulu primer sayap patah / dislokasi Helicopter Birds / Stress
Banding
Tulang kering / betis berwarna pucat
Jika diperiksa kotorannya masih utuh / makanan hanya lewat saja.

9) Colibacillosis
Collibacillosis adalah Penyakit infeksius pada unggas yang disebabkan oleh
kuman Echerichia coli yang pathogen / ganas baik secara primer maupun secara
sekunder. Colibacillosis pertama kali ditemukan pada tahun 1894, setelah itu banyak
kejadian-kejadian colibacillosis sehingga memperkaya dan saling melengkapi mengenai
penyakit ini baik kejadian di lapangan maupun penelitian di laboratorium.
Kuman pada umumnya menular secara horizontal, dan secara garis besar dibagi
menjadi 2 penyebab utama yaitu :

49

Dari dalam, yaitu yang berasal dari anak ayam / ayam itu sendiri, seperti kejadian
Radang pusar atau Omphalitis, Stress ataupun Dehydrasi akibat perjalanan. Dalam
saluran pencernaan ayam ada 106 /gr, dimana 10 15 % adalah berpotensi menjadi
pathogen / ganas.
Dari luar, yaitu yang berasal dari kontaminan lingkungan sekitar / area kandang dan
atau yang berasal dari bahan sapronak yang tidak bersih misalnya kontaminan berasal
dari pakan, air dan udara yang tercemar Escherichia coli.
Walaupun penyebabnya sama yaitu infeksi bakteri Escherichia coli, tetapi di
lapangan banyak dikenal berbagai macam penyakit yang merupakan berbagai bentuk
manifestasi akibat terinfeksi bakteri ini, diantaranya adalah :
1.

Kematian Embrio / Omphalitis

2.

Air Sacculitis / Radang Kantung Hawa

3.

Colisepticemia/ Koliseptisemia

4.

Panophthalmitis

5.

Swolen Head Syndrome

6.

Coli Granuloma / Hjarres Diseases

Pencegahan
Usahakan agar anak ayam yang dipelihara berasal dari pembibitan yang bebas dari
penyakit pernapasan seperti CRD, IB dan ND.
Jika anak ayam sudah terlanjur masuk di kandang, anak ayam yang sudah terinfeksi
dengan bakteri Escherichia coli agar diafkir.
Jalankan selalu prinsip water treatment / pengobatan air secara efektif dan
berkesinambungan, untuk menurunkan populasi bakteri dalam air minum.
Perhatikan selalu ventilasi, agar ayam selalu mendapat udara yang segar, bersih dan
sehat.
Laksanakan biosecurity secara terpadu, agar kondisi farm sesedikit mungkin
mengandung kontaminan khususnya bakteri Escherichia coli.
Jaga selalu kekeringan litter kandang agar tidak terlalu kering juga tidak terlalu basah,
Untuk itu perlu diperhatikan selalu kepadatan populasi agar kondisi kekeringan litter
mudah untuk dikendalikan.

50

Spray ruang kandang setiap hari menggunakan campuran air dengan BIODES-100,
SEPTOCID atau GLUTAMAS sangat berguna disamping untuk menjaga kelembaban
juga mengurangi density bakteri di ruang kandang.
Bila ayam selalu terserang infeksi Escherichia coli yang parah pada usia di atas tiga
minggu, tidak ada salahnya lakukan penyuntikan doc pada usia 4 hari pertama dengan
antibiotika secara subkutan bisa dengan memakai GENTIPRA atau HIPRASULFA
TS sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Alternatif vaksinasi inaktif kombinasi O2K1 dan O78K80, dalam pelaksanaannya masih
terjadi pro dan kontra akan efektifitas kegunaannya, karena belum ada hasil yang sangat
nyata.
Hal yang paling penting untuk dilakukan agar serangan infeksi bakteri Escherichia coli
tidak menjadikan ayam peliharaan menjadi menderita adalah dengan cara menciptakan
ayam senyaman mungkin tinggal dalam kandangnya, dengan kata lain jangan sampai
ayam mengalami stress, karena stress merupakan pencetus utama ayam terserang infeksi
bakteri ini.
Pengobatan
Kuman E. coli kebanyakan sensitif / peka terhadap beberapa antibiotika seperti
kelompok

aminoglukosida

(NEOXIN),

polipeptida

(MOXACOL),

tetrasiklin,

Sulfonamida, trimethoprim (COLIMAS) dan Quinolon (CIPROMAS, ENROMAS).


Apabila setelah diobati dengan berbagai antimikroba tidak terjadi perubahan
kearah penyembuhan, maka perlu dilakukan uji sensitivitas.
Pencegahan dengan menggunakan obat suntik Hiprasulfa TS dan Gentipra,
serta spray kandang dengan desinfektan Biodes-100, Septocid dan Glutamas, maupun
pengobatan dengan menggunakan Neoxin, Moxacol, Colimas, Cipromas maupun
Enromas, agar diperhatikan benar cara dan dosis pemakaiannya dan dilaksanakan sesuai
dengan anjuran dari pembuatnya, agar mendapatkan efek pengobatan yang maksimal.

10)

Pilek Pada Ayam


Penyakit pilek yang menyerang pada ayam masuk ke dalam kategori penyakit

yang berbahaya dikarenakan penyakit ini dapat menular dengan sangat cepat dan dapat
menyerang ke semua jenis ayam. Ayam yang menderita penyakit pilek pergerakannya
berubah menjadi pasif. Gejala lain yang muncul pada ayam yang terserang pilek adalah

51

nafsu makannya menghilang, kepalanya bergoyang goyang dan sering bersin bersin.
Jika kondisi ini dibiarkan berlarut larut, kondisi ayam akan semakin parah. Dari
lubang hidung dan kedua matanya akan keluar semacam cairan yang pada akhirnya
nanti dapat membuat hidung ayam tersumbat sehingga membuat ayam menjadi susah
bernafas. Penyakit ayam ini disebabkan oleh bakteri haemophilus galloinarum dan
dapat menyebar melalui makanan, minuman dan udara. Untuk mengatasi penyebaran
penyakit pilek ini, peternak ayam harus segera memindahkan ayam yang sedang sakit
ke kandang khusus untuk dikarantina.

Pengobatan
Beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit pilek pada ayam
adalah neofet, kapsul anti snot dan bubuk coryuit. Dosis pemakaian obat dan cara
pemberian obat harus disesuaikan dengan petunjuk yang ada dikemasan obat. Selain itu,
penyakit

ini

juga

dapat

disembuhkan

dengan

cara

menyuntikkan

cairan streptomycimberdosis 0,2 cc / suntikkan / hari. Proses penyuntikkan berlangsung


selama 5 hari dengan bagian tubuh ayam yang disuntik adalah leher bagian belakang.
Beberapa jenis obat yang biasa dikonsumsi oleh manusia ditengarai juga dapat
digunakan untuk mengobati ayam yang sedang terserang penyakit pilek. Mereka
adalah refagan dan bodrex. Caranya adalah : satu tablet obat dilarutkan ke dalam 1
sendok air teh dan kemudian diminumkan kepada ayam.
Pencegahan
Pemberian antibiotik (streptomycin dan sulfanilamida) secara berkala dapat
membantu mencegah ayam tidak mudah terserang pilek. Vaksinasi (corryta
naccin danvaksin snot) juga harus dilakukan ketika ayam masih berumur 2 minggu, 1
bulan, 3 bulan dan menjelang usia dewasa.
11) Hama
Tungau (kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena
gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.
Pengendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam
yang sakit dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan
konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan

52

menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air
kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan
insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.

2.3.4 Pasca Panen Ayam potong


1. Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di
kandang penampungan (Houlding Ground)
2. Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar
keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar
kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah busuk.
3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu
Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,754,40C). Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut
dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.
4. Pengeluaran Jeroan
Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela)
dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak
dalam kemasan terpisah.
5. Pemotongan Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua
jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan
dibawah dubur. Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.

53

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Ayam merupakan salah satu ternak yang potensial di daerah kita,dilihat dari segi
konsumsi masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan daging dan telur ayam sangat
tinggi karena hamper setiap hari dikonsumsi,sehingga beternak ayam adalah salah satu
peluang bisnis yang sangat menguntungkan jika kita mau menekuninya dengan sungguh
sungguh.
Beternak ayam juga memerlukan profesionalisme dan dedikasi yang penuh
terhadap peternakan ayamnya, agar hasil yang didapat juga maksimal dan sangat
memuaskan. Dalam arti kita mendapat keuntungan dari sisi ekonomi dan juga kita akan
mendapatkan kepuasan batin dan itu merupakan kebanggaan tersendiri dari diri kita atas
usaha yang kita tekuni.

3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi panduan yang berguna bagi para peternak ayam baik
bagi pemula maupun yang professional.

54

DAFTAR PUSTAKA
Rasyaf, Muhammad, 2008, Panduan Beternak Ayam Pedaging, Jakarta, Swadaya
http://peternakan.co.id/?p=446 diakses pada 25 september 2016
Caturto PN. 2008. Agribisnis Ternak Unggas. Departemen Pendidikan Nasional. Derektorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dab Menengah. Derektorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
M. Rasyaf, 2006. Beternak Ayam Pedaging. PT.Penebar Swadaya Jakarta.
Nuryanto. 2008. Broilerpun Semakin Modern. (Materi Diklat). Satwa Utama Group. Jakarta
http://duniaveteriner.com/2009/05/manajemen brooding dan-manajemen pakan padapeternakan ayam diakses pada september 2016
http://www.Poultryindonesia.com/ diakses pada september 2016
http://www.info.medion.co.id/toni komarahttp://www.blogger.com/Brooder Ayam Broiler diakses
pada september 2016
http://uripsantoso.wordpress.com/2008/06/29/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pertambahanberat-badan-pada-unggas/ diakses pada september 2016

Sumber Dari: http://dodymisa.blogspot.com/2015/07/manajemen-perkandangan-ayambroiler.html#ixzz4LTRZsY4p diakses pada september 2016

55

Anda mungkin juga menyukai