Laprak 7
Laprak 7
Laprak 7
LAPORAN PRAKTIKUM
MESIN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN
(Mesin Pengolahan Pangan Inovatif : Ohmic Heater dan Pengukuran
Konduktivitas Listrik pada Bahan Pangan)
Oleh :
Nama
: Mia Rahmiati
NPM
: 240110130004
Waktu/shift
Co. Ass
: Yona Qurratuain
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat banyak menggunakan alat-alat
yang digunakan untuk mengolah bahan pangan yang inovatif dan berkembang
serta tersedia dipasaran, khususnya untuk proses pemanasan bahan pangan. Salah
satu alat yang digunakan untuk pemanasan bahan pangan adalah Ohmic Heater.
Ohmic Heater merupakan salah satu proses pemanasan yang disuplai dengan
melewatkan arus listrik AC pada makanan atau material lain. Banyak produk
pangan yang dikonsumsi oleh tubuh ini membutuhkan pengolahan bahan sebelum
dikonsumsi agar memiliki tingkat kematangan dan cita rasa yang lebih baik. Di
jaman modern seperti ini banyak ditemukan alat-alat atau mesin pengolah pangan
yang inovatif dan berkembang serta tersedia dipasaran untuk memudahkan
konsumen mengolah bahan pangan khususnya pada proses pemanasan.
Pengolahan pangan secara inovatif ini, memiliki potensi besar untuk
diterapkan dalam operasi pengolahan makanan yang terkait dengan transfer massa
dan panas. Ohmic Heater ini biasanya digunakan di industri-industri untuk
pengolahan makanan, namun penggunaan ohmic heater ini tidak hanya pada
bahan pangan saja tetapi mencakup bidang lain. Pemanasan ohmic dilakukan pada
bahan pangan yang memiliki kemampuan untuk menghantarkan listrik. Untuk
lebih mengenal pengoperasian ohmic heater lebih lanjut maka dilakukan
praktikum ini.
1.2 Tujuan Percobaan
1.2.1 Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Mahasiswa dapat mempelajari pengoperasian mesin pengolahan pangan
inovatif : Static Ohmic Heater.
1.2.2 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Mahasiswa dapat menentukan besar konduktivitas listrik pada bahan
makanan cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ohmic Heating
Ohmic Heating merupakan adalah proses thermal pada bahan yang panasnya
dihasilkan dari arus listrik bolak-balik (AC) melewati bahan pangan sebagai
hambatan listrik. Tegangan dari power supply akan melewati bahan yang dapat
menimbulkan
pemanasan
dalam
partikel-partikel
bahan
dan
membuat
pemanasan terjadi dari permukaan yang panas menuju bagian dalam sehingga
terjadinya penyebaran panas yang tidak seragam. Keterbatasan perlakuan
pemanasan konvensional telah dikenal di industri pangan, dimana kualitas produk
tidak sesuai dengan yang diinginkan selain juga berhubungan dengan sensitivitas
produk pangan terhadap panas sedangkan proses ohmic melibatkan internal
generation pada kecepatan terkontrol, sehingga merupakan proses yang dapat
diterapkan untuk produk pangan solid (Muchtadi dan Ayustaningwarno, 2010).
Bahan pangan yang dilewati arus listrik memberi respon berupa
pembangkitan panas secara internal akibat adanya tahanan listrik dalam bahan
pangan tersebut. Jumlah panas yang dibangkitkan dalam bahan pangan akibat
aliran arus berhubungan langsung dengan kerapatan arus yang ditimbulkan oleh
besarnya medan listrik (field strength) dan konduktifitas listrik dari bahan pangan
yang diolah. Konduktifitas listrik bahan pangan meningkat secara linier dengan
peningkatan suhu sehingga proses pemanasan menjadi semakin efektif dengan
semakin meningkatnya suhu selama proses pemanasan ohmic berlangsung
(Salengke dan Sastry, 1999).
Panas internal yang dibangkitkan oleh bahan yang diolah akibat aliran arus
listrik yang melaluinya dapat dimanfaatkan secara efektif untuk meningkatkan
suhu bahan ke suhu proses pengolahan yang diinginkan seperti suhu modifikasi
alkali untuk menghasilkan SRC atau suhu ekstraksi untuk menghasilkan refined
carrageenan, agar, dan alginate (Salengke, 2000).
Dalam bidang pengolahan pangan, pemanasan Ohmic didefinisikan sebagai
suatu proses dimana bahan pangan (cair, padatan, atau campuran antara keduanya)
dipanasi secara simultan dengan mengalirkan arus listrik melaluinya, Dalam
hubungannya dengan pengolahan rumput laut, peningkatan laju diffusi ini dapat
membantu mempercepat laju diffusi alkali kedalam jaringan sel-sel sehingga
kecepatan reaksi modifikasi dapat ditingkatkan sehingga lama pengolahan dapat
diturunkan.Teknologi pemanasan Ohmic dapat diterapkan, tidak hanya untuk
cairan tetapi juga untuk multi-fase campuran cair-padat (Delgado et.al., 2012).
Ketika jaringan selular dipanaskan secara ohmik, suhu konduktivitas menjadi
linier ketika gradient voltage dinaikkan hal ini menjelaskan bahwa terjadi
nonlinearitas pada gradient voltage rendah (20 sampai 30 V/cm). Penjelasannya
Dengan teknologi Ohmic, panas yang dibutuhkan dalam reaksi modifikasi dan
proses ekstraksi karaginan, agar, dan alginat dibangkitkan secara in situ di
dalam reaktor akibat panas yang dibangkitkan secara internal oleh rumput laut
dan larutan alkali dalam tangki reaksi (reactor). Dengan demikian, tidak
dibutuhkan lagi sumber panas eksternal dan alat penukar panas sehingga desain
sistim pengolahan dan sistim kontrol menjadi lebih sederhana dan murah serta
diffusi ini dapat membantu mempercepat laju diffusi alkali kedalam jaringan
sel-sel sehingga kecepatan reaksi modifikasi dapat ditingkatkan sehingga lama
pengolahan dapat diturunkan. Hal ini akan menurunkan konsumsi energi dan
meningkatkan efisiensi pengolahan secara keseluruhan (jumlah batch yang
hubungan antara arus, tegangan, dan tahanan (persamaan 1). Bahan makanan
terhubung antara elektroda memiliki resistansi dalam rangkaian sehingga besarnya
arus yang dapat dihantarkan dapat dihitung sebagai berikut (Sastry dan Salengke,
1998) :
=
Dimana :
V
R
................................................................................. (1)
= arus listrik, amp
R = tahanan konduktor listrik, ohm
V = voltase (V/cm)
menjadi energi panas (Sastry dan Salengke, 1998). Waktu pemanasan Ohmic
bergantung pada gradien tegangan yang digunakan. Gradien tegangan meningkat,
panas yang dihasilkan per unit waktu meningkat, dan karena itu waktu pemanasan
yang diperlukan untuk mencapai temperatur berkurang. Skala waktu dapat diatur
dengan memilih parameter gradien tegangan (Icier, 2012).
Keterangan :
R
= Hambatan
= Jarak konduktor
Suatu hambatan dinyatakan dalam ohm disingkat , oleh karena itu daya hantar
listrik (DHL) dinyatakan :
Satuan konduktivitas adalah ohm (), tetapi secara resmi satuan yang
digunakan adalah siemen, disingkat S, dimana S = maka satuan k adalah Sm
atau SCm. Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik
disebut daya hantar ekivalen () yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram
ekivalen zat terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua elektroda 1 cm
(Supandi, 2011).
Pada pemanasan Ohmic, suhu konduktivitas listrik menjadi lebih meningkat,
karena terjadinya electro-osmosis ketika pemanasan ohmik digunakan yang
tergantung dari besarnya medan voltase yang digunakan. Pada voltage tinggi,
electro-osmosis mendorong ion-ion melewati membran dinding sel bahkan pada
suhu lebih rendah. Pada kekuatan medan yang cukup, dapat digunakan hubungan
linear -T :
T= ref [1 + m(T-Tref).....................................(3)
Dimana T adalah konduktivitas listrik pada suhu T,ref adalah konduktivitas
listrik pada suhu reference Tref dan m adalah koefiesien suhu. Peningkatan
konduktivitas berarti bahwa pemanasan ohmik menjadi lebih relatif efekti pada
suhu lebih tinggi. Karena konduktifitas listrik tergantung pada konsentrasi ion,
maka memungkinkan untuk mengubahnya menggunakan perlakuan sederhana
seperti penambahan garam pada bahan pangan. Karena penurunan konduktivitas
listrik bahan pangan yang direndam air disebabkan hilangnya senyawa ionik
dalam air. Konduktifitas listrik bahan pangan meningkat secara linier dengan
peningkatan suhu sehingga proses pemanasan menjadi semakin efektif dengan
semakin
meningkatnya
suhu
selama
proses
pemanasan
ohmic
waktu lama untuk terjadinya penetrasi panas ke bagian pusat bahan (Muchtadi dan
Ayustaningwarno, 2010).
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Konduktivitimeter
2. Wadah plastik
3. Juicer
4. Waterbath
5. Tisue
3.1.2 Bahan
1. Larutan garam 0,3%; 0,5%; 0,7% b/v @200ml
2. Larutan CMC 0,1%;0,2%; 0,3% b/v @200ml
3. Larutan jeruk 5%; 10%; 15% b/v @100ml
4. Susu segar dari peternakan 100% @200ml (susu A)
5. Susu ready to drink 100% @200ml (susu B)
6. Aquades
7. Tisu
3.2 Prosedur Percobaan
1. Membagi kelompok praktikum menjadi lima kelompok. Masing-masing
kelompok melakukan percobaan yang sama, tetapi bahan makanan cair
yang berbeda.
2. Mengukur suhu dan konduktivitas bahan dengan konduktivitimeter.
Pengukuran konduktivitas dilakukan pada suhu ruangan (25C) dan suhu
50C. Oleh karena itu letakkan sampel di waterbath yang bersuhu 50C
selama beberapa saat sebelum pengukuran.
No.
Bahan
1.
Larutan CMC
2.
Larutan jeruk
3.
Larutan garam
4.
5.
Susu segar
Susu RTD
3. Membersihkan
alat
dengan
menggunakan
aquades
sebelum
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini tentang mesin pengolahan pangan inovatif yaitu
ohmic heater dan pengukuran konduktivitas listrik pada bahan pangan. Praktikan
mempelajari proses pengukuran pada sampel dengan perbedaan suhu bahan.
Pengukuran yang dilakukan ini berupa pengukuran konduktivitas bahan dengan
menggunakan konduktivitimeter. Konduktivitas bahan merupakan ukuran
seberapa kuat suatu larutan dapat menghantarkan listrik dan nilai konduktivitas
merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit di dalam air.
Pada proses pengukuran, bahan terdiri dari larutan garam, jeruk, CMC, susu
segar dan susu RTD dimana masing-masing bahan tersebut diukur besar
konduktivitasnya. Hasil pengukuran bahan tersebut menunjukkan konduktivitas
bahan pada suhu tinggi memiliki nilai lebih tinggi. Perbandingannya dapat dilihat
pada nilai konsentrasi bahan yang lebih tinggi maka konduktivitasnyapun lebih
tinggi. Hasil yang didapatkan yaitu pada larutan CMC dengan konsentrasi 0,3
konduktivitas yang dihasilkan dengan suhu tinggi sebesar 0,857 ; untuk larutan
jeruk pada konsentrasi 15% dan suhu tinggi KLnya sebesar 1,667 ; untuk larutan
garam pada konsentrasi 0,7% dan suhu tinggi KLnya sebesar 11,03 ; untuk susu
segar dan susu RTD masing-masing dengan konsentrasi 100% yaitu 4,93 dan
4,99.
Pada hasil konduktivitas listrik larutan garam untuk konsentrasi 15%, nilai
KL suhu 50oC lebih rendah dibandingkan dengan suhu 25oC. Hal ini dapat
disebabkan karena kurangnya ketelitian praktikan saat pengukuran dan kinerja alat
yang sudah tidak maksimal. Jika dilihat dari hasil pengukuran tersebut, nilai
konduktivitas pada larutan garam ini paling besar dibanding pada bahan lainnya.
Saat konsentrasi bahan meningkat dan suhu meningkat, nilai konduktivitas
listriknya pun meningkat. Hal ini dikarenakan konduktifitas listrik bahan pangan
meningkat secara linier dengan peningkatan suhu sehingga proses pemanasan
menjadi semakin efektif dengan semakin meningkatnya suhu selama proses
pemanasan ohmic berlangsung.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Ohmic Heating adalah metode pengolahan termal canggih dimana bahan
makanan berfungsi sebagai resistor listrik, dipanaskan melewati listrik.
2. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin tinggi pula konduktivitas
listriknya.
3. Produk pangan yang mampu diproses dengan pemanasan ohmic harus
memiliki kemampuan menghantarkan arus listrik kisaran konduktivitas 0,01
s/m 10 s/m.
4. Nilai konduktivitas listrik paling tinggi adalah larutan garam, larutan jeruk,
larutan susu RTD, susu segar dan larutan CMC.
5. Peningkatan konduktivitas berarti bahwa pemanasan ohmik menjadi lebih
relatif efektif pada suhu lebih tinggi
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan setelah dilaksanakannya praktikum ini
yaitu :
1. Sebaiknya alat yang akan digunakan praktikum diperiksa terlebih dahulu
sebelum praktikum dimulai agar tidak menyebabkan pengamatan yang
dilakukan terganggu.
2. Sebaiknya alat yang digunakan untuk praktikum jumlahnya ditambah agar
saat pelaksanaannya mahasiswa tidak menunggu terlalu lama untuk dapat
giliran pengamatan.
3. Sebaiknya mahasiswa melakukan pengamatannya secara berurutan agar hasil
yang didapatkan dapat langsung tercatat.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Widyasanti, Asri STP.,M.Eng. 2016. Penuntun Praktikum MK. Mesin Peralatan
Pengolahan Pangan. Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian.
FTIP, Universitas Padjadjaran.
Fahri, Noneng. 2012. Karakteristik Pemanasan Ohmic Selama Proses Alkalisasi
Rumput Laut Eucheuma Cottoni dan Rendemen Semi Refine Carrageenan
(SRC)
yang
Dihasilkan.
Terdapat
pada
:
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/2023 (Diakses pada tanggal
2 Mei 2016 pukul 21.33 WIB).
Nourmanadia,
Rima.
Konduktivitas.
Terdapat
pada
https://rimanourmanadia.wordpress.com/2013/10/17/konduktivitas/
(Diakses pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 21.09 WIB).
LAMPIRAN