B1A KLP 3 Laporan Hipertiroid
B1A KLP 3 Laporan Hipertiroid
B1A KLP 3 Laporan Hipertiroid
HIPERTIROID
OLEH :
KELOMPOK III/B1A
NI KOMANG SRI ASTRI SUARDEWI 162200016
NI LUH GEDE WIDYASTUTI 162200017
NI NYOMAN SUARDANI 162200018
NI PUTU DEWI WAHYUNI 162200019
NI PUTU ERNA WIDIASMINI 162200020
NI PUTU OZZY CINTYA DEWI 162200021
NI PUTU AYU WIDYA GALIH M.P 162200022
JURUSAN FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS
INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
2018
TIROID
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui definisi penyakit gangguan tiroid
2. Mengetahui klasifikasi penyakit gangguan tiroid
3. Mengetahui patofisiologi penyakit gangguan tiroid
4. Mengetahui tatalaksana penyakit gangguan tiroid (Farmakologi & Non-
Farmakologi)
5. Dapat menyelesaikan kasus terkait penyakit gangguan tiroid secara mandiri
denganmenggunakan metode SOAP.
b. Hipertiroid
Hipertiroidisme atau tirotoksikosis adalah sindrom hipermetabolikyang
terjadi ketika produksi hormon tiroid.berlebihan.Berdasarkan etiologinya
hipertiroid diklasifikasikan menjadi 2 yaitu hipertiroid primer dan
hipertiroid sekunder(Dipiro, 2009)
Hipertiroid primer :
- Geave’s disease
- Toxic Multinodular goiter
- Toxic adenoma
- Functioning thyroid carcinoma metastases
- Activating mutation of TSH reseptor
- Mc Cune-Albright syndrome
- Efek obat : pemberian iodin berlebih
Hipertiroid Sekunder
- TSH-secreting pituitary adenoma
- Sindrom resistensi hormone tiroid
- Chorionic gonadotropin-secreting tumors
- Tirotoksikosis gestational
c. Eutiroid
Eutiroid adalah keadaan dimana fungsi kelenjar tiroid dalam keadaan
normal, namun bentuknya tidak normal.
2.5 Diagnosa
a) Tanda dan Gejala Penyakit
1. Kekurangan hormone tiroid mengakibatkan perlambatan proses metabolic
didalam tubuh manusia. Gejala dan tanda hipotiroid sebagai berikut
(kemenkes, 2015)
2. Tanda dan Gejalan hipertiroid
Terapi Farmakologi
1. Hipotiroid
a. Levothyroxine (l-thyroxine, T4) adalah obat pilihan untuk penggantian
hormon tiroiddan terapi penekan karena secara kimia stabil, relatif tidak
mahal, bebas antigenisitas, dan memiliki potensi yang seragam. Karena T3
(dan bukan T4) adalahbentuk aktif secara biologis, pemberian
levothyroxine menghasilkan genangan tiroid hormon yang siap dan
konsisten dikonversi ke T3. Pada pasien dengan penyakit lama dan
individu yang lebih tua tanpa diketahui memiliki peyakit jantung memulai
terapi dengan levothyroxine 50 mcg setiap hari dan meningkat setelah 1
bulan.Dosis awal yang direkomendasikan untuk pasien yang lebih tua
dengan penyakit jantung yang diketahui adalah 25 mcg / hari dititrasi ke
atas dalam kelipatan 25 mcg pada interval bulanan untuk mencegahstres
pada sistem kardiovaskular.Dosis pemeliharaan rata-rata untuk
kebanyakan orang dewasa adalah ~ 125 mcg / hari, tetapi waktu untuk
pergantian dosisnya luas, dibutuhkan terapi individual dan tepat
pemantauan TSH untuk menentukan dosis yang tepat.Levothyroxine
adalah obat pilihan untuk wanita hamil, dan tujuannya adalah untuk
menurun TSH ke rentang referensi normal untuk kehamilan (Dipiro)
b. Thyroid USP (atau thyroid desiccated) biasanya berasal dari kelenjar babi
tiroid. Bersifat antigenik pada pasien alergi atau sensitif.
c. Liothyronine (sintetis T3) memiliki potensi yang seragam tetapi memiliki
efek efek samping pada jantung, biaya lebih tinggi, dan kesulitan dalam
pemantauan dengan tes laboratorium
d. Liotrix (T4 sintetik: T3 dalam rasio 4: 1) stabil secara kimia, murni, dan
potensi dapat diprediksitetapi mahal.
2. Hipertiroid
Tujuan utama penggunaan obat anti tiroid adalah untuk mencapaikondisi
euthyroid secepat mungkin dengan aman dan untuk mencapai remisi. Lama
penggunaan obat anti tiroid hingga mencapai remisi bervariasi antar pasiendan
kesuksesan terapi sangat tergantung pada kepatuhan pasien dalammenggunakan
obat.
1. Pengobatan dengan obat antitiroid (Pandu, dkk 2015)
Treatment dengan menggunakan obat antitiroid oral bersifat Non-invasif,
biaya awal lebih rendah, resiko hipotiroidisme permanen rendah. Obat
antitiroid oral merupakan perawatan lini pertama pada anak-anak, remaja, dan
kemamilan, serta, perawatan awal pada kasus berat atau pra operasi. Namun,
penggunaan antitiroid oral tingkat penyembuhan rendah (30–80%; rata-rata
40–50%), kemungkinan terjadinya ADR tinggi, dan kepatuhan pasien dalam
minum obat sangat mempengaruhi keberhasilan terapi. Jenis-jenis obat
penyakit hipertiroid:
a. Propylthiouracil
propylthiouracil atau biasa disingkat PTU merupakan obatantitiroid
golongan thionamide. Obat ini bekerja dengan caramenghambat kerja
enzim thyroid peroxidase dan mencegah pengikataniodineke thyroglobulin
sehingga mencegah produksi hormon tiroid. Keuntungan propylthiouracil
dibandingkan methimazole adalah propylthiouracil dosis tinggi juga dapat
mencegah koversi thyroxine(T4) menjadi bentuk aktif triiodothyronine
(T3) di perifer, sehinggamerupakan terapi pilihan dalam badai tiroid atau
peningkatan hormontiroid secara akut. Propylthiouracil merupakan obat
pilihan pertama pada pasien hipertiroidisme yang sedang hamiltrimester
pertama. Hal ini disebabkan sifat PTU yang kurang larutlemak dan ikatan
dengan albumin lebih besar menyebabkan obat yangakan transfer ke
plasenta lebih kecil dibandingkan methimazol
b. Methimazole
Mekanisme kerja methimazole dalam mengobati hipertiroidismesama
seperti propylthiouracil yaitu menghambat kerja enzim thyroid peroxidase
dan mencegah pembentukan hormon tiroid namun tidak memiliki efek
mencegah konversi T4 ke T3. Methimazole merupakan lini pertama
pengobatan hipertiroidismekarena efek samping yang relatif lebih rendah
dari propylthiouracil,faktor kepatuhan pasien, serta efektivitas yang lebih
baik dibandingkan propylthiouracil. Penggunaan methimazole pada
kehamilan terutama trimester’ pertama tidak direkomendasikan karena
efek teratogenik methimazolemenyebabkan malformasi kongenital seperti
aplasia cutis dan choanalatresia.
Terapi tambahan pada hipertiroid:
1. Adrenergic Blockers
Karena banyak manifestasi dari hipertiroidisme dimediasi oleh reseptor β-
adrenergik, β-blocker (terutama propranolol) telah digunakan secara luas
untuk memperbaiki tirotoksik dengan gejala seperti palpitasi, kecemasan,
tremor, dan intoleransi panas.β-blocker tidak mengurangi TSAb atau
mencegah serangan tiroid.Propranolol dan nadolol memblokir sebagian
konversi T4 menjadi T3, tetapikontribusi efek terapi secara keseluruhannya
kecil.β-Blocker biasanya digunakan sebagai terapi tambahan dengan obat
antitiroid, RAI, atau iodida ketika mengobati penyakit Graves atau nodul
beracun;dalam persiapan untuk operasi; atau dalam serangan tiroid. Satu-
satunya kondisidimana β-blocker adalah terapi utama untuk tirotoksikosis
adalah tiroiditisdan hipertiroidisme yang diinduksi yodium.
2. Iodida
Iodide adalah bentuk terapi obat pertama untuk penyakit Graves .Mekanisme
kerjanya adalah secara akut memblokir pelepasan hormon tiroid,
menghambat biosintesis hormon tiroid dengan mengganggupenggunaan
iodida intrathyroidal (efek Wolff-Chaikoff), dan menurunkan ukuran dan
vaskularisasi kelenjar.Kalium iodida diberikan sebagai saturatedSolution
(SSKI) yang mengandung 38 mg iodida per tetes atau sebagai Lugollarutan,
yang mengandung 6,3 mg iodida per tetes. Dosis awal 120 hingga 400 mg /
hari. Terapi iodida harus mulai 7 hingga 14 hari sebelum operasi. Iodida
tidak boleh diberikan sebelum pengobatan radioaktifyodium karena iodida
akan menghambat konsentrasiradioaktivitas di tiroid.
3. Calcium Channel Blockers
Sebagai terapi alternatif untuk gejala untuk mengatasi gejala hipertiroidpada
pasien yang tidak bisa mentoleransi β-blocker. Mekanisme kerja CCB dengan
memblokir efek tiroid hormon perifer, tetapi tidak berpengaruh terhadap yang
mendasari
4. Kortikosteroid
Sebagai pretreatment sebelum RAI terapi pada pasien
denganophthalmopathy. Kerja nya dengan menurunkan TSI, pertahanan
terhadap proses inflamasi, dan memblokir konversi T4 ke T3
Tatalaksana terapi hipertiroid menurut koda kimbel & Young
Berikut ini merupakan tabel perbandingan terapi dengan menggunakan obat
antitiroid, radioactive iodine dan pembedahan pada pasien graves disease
(Dipiro, 2009)
BAHAN :
1. Text Book
2. Data nilai normal laboraturium.
3. Evidence terkait (Journal, Systematic Review, Meta Analysis).
IV. Studi Kasus
1. Hipotiroid
Nyonya RW, 45 th, seorang ibu rumah tangga, berkunjung ke poliklinik
kareba mengalami peningkatan berat badan sebesar 10 kg dalam setahun
terakhir ini. Pasien lemah, mengalami penurunan daya ingat, bicaranya
lamban dan berat, konstipasi, kulitnya menebal dan intoleransi dingin.
Tidak terlibat pembesaran kelenjar tiroid.
Riwayat pengobatan :
Mulax 1 sachet 2 kali sehari selama 2-3 hari, efektif jika pasien
konstipasi.
Diagnosis dokter : Hipotiroidisme, Hashimoto’s disease
2. Hipertiroid
Ny AK, 30 th mengeluh nervous, lemah, palpitasi yang semakin
bertambah sejak 6 bulan terakhir ini. Pada Saat ini Ny AK merasakan
sering mengeluarkan keringat yang berlebihan dan tidak tahan
menggunakan selimut pada saat tidur. Periode menstruasi tetap teratur,
tetapi kuantitasnya menurun. Tiroid Ny AK tidak terlihat membesar dan
tidak terlihat proptosis pada matanya.
Riwayat pemeriksaan data lab
TB : 160 cm
BB : 50 kg
Heart Rate : 120 kali/menit
Tekanan Darah : 127/80 mmHg
TSH : 0,2 mIU/L
T4 total : 20 µg/dL
T3 total : 400 ng/dL
T4 bebas : 3 ng/dL
Uptake resin T3 : 40%
Index tiroksin bebas : 5
WBC count : 6000
Riwayat penyakit
Fungsi organ vital pasien dalam keadaan normal dan pasien belum pernah
mengalami sakit berat maupun kronis dan tidak punya riwayat alergi obat
Diagnosa :Hipertiroid
V. HASIL PRAKTIKUM
FORM SOAP
PHARMACEUTICAL CARE
PATIENT PROFILE
Ny. AK
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl. MRS :-
Usia : 30 Tahun Tgl. KRS :-
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 50 Kg
Presenting Complaint
Pasien mengeluh nervous, lemah, palpitasi yang semakin bertambah sejak 6
bulan terakhir ini. Pasien merasakan sering mengeluarkan keringat yang
berlebihan dan tidak tahan menggunakan selimut pada saat tidur. Periode
menstruasi tetap teratur, tetapi kuantitasnya menurun. Tiroid Ny AK tidak
terlihat membesar dan tidak terlihat proptosis pada matanya.
Drug Allergies:
Tidak Ada
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah (mmHg) 127/80
Suhu (0C) -
Heart Rate (HR) (x/menit) 120
Respiratory Rate (RR) (x/menit) -
Medication
No Nama Obat Indikasi Dosis yang Dosis terapi (literatur)
. digunakan
1. -
2.
3.
Subjective(symptom)
Pasien mengeluh nervous, lemah, palpitasi yang semakin bertambah sejak 6 bulan terakhir
ini. Pasien merasakan sering mengeluarkan keringat yang berlebihan dan tidak tahan
menggunakan selimut pada saat tidur. Periode menstruasi tetap teratur, tetapi kuantitasnya
menurun. Tiroid Ny AK tidak terlihat membesar dan tidak terlihat proptosis pada matanya.
Objective(signs)
Tand Tanda-tanda vital
• Heart Rate : 120 kali/menit
• Tekanan Darah : 127/80 mmHg
Hasil Laboratorium
• TSH : 0,2 mIU/L
• T4 total : 20 µg/dL
• T3 total : 400 ng/dL
• T4 bebas : 3 ng/dL
• Uptake resin T3 : 40%
• Index tiroksin bebas : 5
• WBC count : 6000
Monitoring
Problem Medik Terapi Monitoring
Propilthiourasil 300 mg/hari Tes fungsi tiroid (TSH, T3 total, T4
total, T4 bebas) harus dilakukan
setiap 4 hingga 6 minggu sampai
Hipertiroid
stabil.
ESO :demam, skin rash, sakit
kepala, konstipasi (Medscape)
VII.KESIMPULAN
Kasus penyakit hipertiroid yang dibahas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Hipertiroidisme atau tirotoksikosis adalah sindrom hipermetabolikyang
terjadi ketika produksi hormon tiroid.berlebihan. Penyebab penyakit
hipertiroid biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika, toxic adenoma,
dan thyroiditis.
b. Berdasarkan kelainan fungsinya gangguan tiroid tiroid dibagi menjadi 3
bentuk yaitu hipotiroid, hipertiroid dan eutiroid.
c. Konsentrasi TSH (Tyroid Stimulating Hormon), plasma menurun, karena
ada sesuatu yang menyerupai TSH. Biasanya bahan-bahan ini adalah
antibody immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin),yang berikatandengan reseptor membran yang sama
dengan reseptor yang mengikat TSI.Bahan-bahan tersebut merangsang
aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme,
karena itu pada pasien hipertiroid konsentrasi TSH menurun sedangkan
konsentrasi TSI meningkat.Pada Hipertiroidisme kelenjar tiroid dipaksa
mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi
permintaan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar.
d. Tujuan utama penggunaan obat anti tiroid adalah untuk mencapaikondisi
euthyroid secepat mungkin dengan aman dan untuk mencapai remisi.
Lama penggunaan obat anti tiroid hingga mencapai remisi bervariasi antar
pasiendan kesuksesan terapi sangat tergantung pada kepatuhan pasien
dalammenggunakan obat. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan
antitiroid drug (propiltiourasil, methimazole) atau dengan obat tambahan
hipertiroid (adrenergic blocker, iodide, calcium chanel blocker,
korticosteroid).
e. Pennyelesaian kasus anxietas Ny.A menggunakan metode SOAP sebagai
berikut :
1) Subjektif : pasien mengeluh nervous, lemah, palpitasi yang semakin
bertambah sejak 6 bulan terakhir ini. Pasien merasakan sering
mengeluarkan keringat yang berlebihan dan tidak tahan menggunakan
selimut pada saat tidur. Periode menstruasi tetap teratur, tetapi
kuantitasnya menurun. Tiroid Ny AK tidak terlihat membesar dan tidak
terlihat proptosis pada matanya.
2) Objektif : Tanda-tanda vital pasien: Tanda-tanda vital pasien: TD:
127/80 mmHg, HR: 120 kali permenit. Hasil Laboratorium: TSH: 0,2
mIU/L, T4 bebas: 3 ng/dL, Total T4 : 20 mcg/dL, Total T3 : 400 ng/dL,
uptake resin T3: 40 ng/dL, index tiroxin bebas: 5, WBC count: 6000.
3) Assement yang dapat dilakukan dalam kasus ini adalah adanya gejala
atau indikasi yang tidak diobati. Indikasi yang tidak diobati ini adalah
hipertiroid dan palpitasi pasien.
4) Planning: untuk hipertiroid yang di derita pasien kami terapi dengan
propiltiourasil 300 dalam dosis terbagi setia 8 jam (oral) dan palpitasi
pasie diterapi dengan menggunakan atenolol 25 mg sedangkan untuk
mengatasi asma pasien, dilanjutkan penggunaan obat sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Well BG, Posey LM. 2009.
Pharmacotherapy : a Phatophysiologic approach 7th ed. New York :
TheMcGraw-Hill Companis
Sitorus, Mega Sari. 2014. Anatomi Klinis Kelenjar Thyroid. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Yohana, Erni, Even Julian B, Gatot Sunarno, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Hipertiroidisme. Program Strudi Keperawatan S1. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Bangsa. Purwokerto