Asuhan Keperawatan Perdarahan Awal Kehamilan
Asuhan Keperawatan Perdarahan Awal Kehamilan
Asuhan Keperawatan Perdarahan Awal Kehamilan
1. ABORTUS
A. DEFINISI
1
g. Abortus infeksiosus dan abortus septik : abortus yang disertai infeksi pada genetalia,
sedang abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin
kedalam peredaran darah atau peritonium.
2. Abortus provocatus (disengaja , digugurkan) :
a. Abortus provocatus therapeuticus adalah pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat
dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan, membawa maut bagi ibu, misalnya karena
ibu menderita penyakit berat.
Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik
(Prawirohardjo, S, 2002).
b. Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah
dan dilarang oleh hukum.
2
C. PATOFISIOLOGI
Pada abortus terjadi perdarahan desidualis, Pelepasan embrio parsial atau komplit akibat
perdarahan kecil didalam desidua. Ketika terjadi kegagalan fungsi plasenta, uterus mulai
berkontraksi sehingga proses abortus mulai. Jika terjadi sebelum minggu kedelapan, embrio
defektif yang tertutup vilidan desidua cenderung dikeluarkan dalam gumpalan yang disebut
blighted ovum, walaupun sedikit konsepsi dapat tertahan dalam uterus maupun serviks.
Perdarahan uterus terjadi sewaktu proses pengeluaran, antara minggu kedelapan dan ke
empat belas, mekanisme diatas dapat terjadi. Atau membran ketuban dapat ruptur sehingga
mengeluarkan janin yang cacat, tetapi gagal mengeluarkan plasenta. Plasenta ini dapat
menonjol di osteum serviks eksterna. Atau tetap melekat pada dinding uterus.
Abortus ini diikuti oleh perdarahan yang banyak. Antara minggu ke14 dan 22 janin
biasanya dikeluarkan dengan diikuti plasenta beberapa saat kemudian. Plasenta lebih jarang
tertahan. Biasanya perdarahan tidak berat, tetapi rasa nyeri dapat hebat, sehingga menyerupai
persalinan kecil
D .MANIFESTASI KLINIS
1. Abortus komplet
a) Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang
b) Servik tertutupo atau terbuka.
c) Uterus lebih kecil dari ukuran normal
d) Gejala sedikit atau tanpa nyeri perut bawah.
2. Abortus inkompliet
a) setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus
b) sering servik tetap terbuka karena masih ada benda didalam rahim yang dianggap korpus
allenum, maka utherus akan berusaha menelurkannya dengan kontraksi, tetapi kalau keadaan
ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali.
c) Perdarahan sedang hingga masif
d) Gejala / tanda : kram/ nyeriakaut perut bawah, dan ekspulsi sebagai hasil konsepsi
3. Abortus incipiens
a) perdarahan banyak
b) nyeri akibat kontraksi rahim yang kuat
c) akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan
3
4. Abortus iminiens
a) Perdarahan sedikit
b) Nyeri melilit karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali,kram perut bawah dan utherus
lunak
c) Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
d) Serviks tertutup
5. Missed abortion
a) rahim tidak membesar, malahan mengecil karenaair ketubanmasrasi janain
b) buah dada mengecil kembali
c) amenore berlangsung terus
E. KOMPLIKASI
1. Perdarah pervorasi sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretasi yang dilakukan oleh tenaga
yang tidak ahli seperti bidan atau dukun, stok pada abortus dapat disebabkan oleh perdarahan
yang banyak disebut syok hemorogik, dan infeksi berat atau sepsis disebuyt septik , infeksi
dan tetanus, payah ginjal
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan
darah ( kapita selekta kedokteran ).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik :
4
G. PENATALAKSANAAN
1. Abortus imminiens :
a) Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
b) Jangan melakukan aktifitas fissik yang berlebihan atau hubungan seks
c) Jika terjadi perdarahan
1) Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi
lagi
2) Terus berlangsung : nilai kondisi janin ( uji kehamilan USG ), lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lai, perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan utherus
yang lebih besar dari apa yang diharapkan, mungkib menunjukkan kehamilan ganda atau
mola.
3) Tidak perlu terapai hormonal ( estrogen atau progresteron
)atau tekolitik ( misalnya albutamol atau idometasin ) karena obat obat ini tidak bisa
mencegah abortus.
2. abortus insipiens
a) jika usia kehamilan kurang 16 minggu lakukan evaluasi uterus denga aspirasi vakum manual,
jika evaluasi tidak dapat segera lakukan :
1) persiapan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari uterus
2) berikan ergromentin 0,2 mg IM ( dapat diulang setelah 15 menit bila perlu ) atau misoprostol
400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu )
b) jika kehamilan lebih dari 16 minggu
1) Tungu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa sisa hasil konsepsi.
2) Jika perliu lakuakn infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV
5
b) Jika perdarahan banyak atau terus menerus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu , evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
1) Aspirasi vacum manual
2) Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia
3) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergrometin 0,2 mg IM ( dapat diulang
setelah 15 menit bila perlu ) atau misoprostol 400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam
bila perlu )
c)Jika kehamilan lebih dari 16 minggu :
1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 mi cairan IV ( garam fisiologik atau RL ) dengan
kecepatan 40 tetes permenit.sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
2) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervagina setiap 4 jam samapi terjadi ekspulsi hasil
konsepsi ( max 800 mcg )
3) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan, pada sebagian kasus, supresi
laktasi mungkin di perlukan untuk mencegah perdarahan lebioh lanjut.
4. abortus komplit
a) tidak perlu evaluasi lagi
b) Observasi untuk melihat perdarah banyak
c) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
d) Apabila terjadi anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2
minggu.Jika anemia berat berikan transfusi darah
e) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pemeriksaaan fisik terhadap jumlah perdarahan
b. Pemeriksaaan uteri
1) Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai dengan umur kehamilan
2) Tinggi dan besarnya sudah mengecil
3) Fundus tidak teraba diatas simpisis
6
4) Tinggi fundus 28 cm atau lebih
5) DJJ dalam batas tertentu atau dapat menunjukkan takikardi/ bradikardi
6) Abdomen keras seperti papan uterus tegang dan dengnan pembesaran simetris atau asimetris
c. Pemeriksan dalam
1) Servik uteri menutup
2) Servik sudah terbuka dan dapat teraba ketuban dan hasil konsepsi dalam kavum uteri atau
pada kanalis servikalis
3) Besarnya rahim telah mengecil
4) Konsistensinya melunak
d. Kaji TTV
1) TD normal
2) Nadi normal
3) Pernafasan normal
4) Suhu normal.
2. Pengkajian psikologi
a. Cemas ketakutan
b. Gelisah
c. Koping individu
4. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b/d kontraksi otot, dilatsi serviks,
b. Perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia
c. Resiko tinggi infeksi b/d tindakan infasif
7
5. Intervensi keperawatan
Untuk mencegah kerusakan pada ibu dan menyelamatkan kehamilan
8
Melaporkan adanya menyebabkan hipovolemia/
perdarahan hipoksia uteroplasenta.
Mual mengkaji berlanjutnya hipoks
Kulit hangat
Tidak terjad
perdarahan ( normal
tidak lebih dari 500
Resti infeksi
cc)
berhubungan dengan
tindakan infasif Balutan steril pada kelahiran
membantu melindungi luka da
infeksi balutan abdominal kontaminasi, rembesan dapat
terhadap eksudat atau mengganggu hematoma,
rembesan lepaskan balutan gangguan penyatuan jaringan
sesuai indikasi dehisens memerlukan
kelanjutan.
Mencegah dan memaksimalka
sirkulasi dan aliran protein dan
Dorongan dan masukan vitamin diperlukan
cairan oral dan diet tinggi pembentukan kol bezi
9
Setelah diberikan protein vit C dan besi diperlukan sintesis Hb
asuha keperawatan Dalam paska operasi ketiga
selama 4 x 24 jam leukositas takikardi
diharapkan klien dapat Kaji suhu, nadi dan menunjukkan infeksi,
menerapkan tehnik jumlah sel darah putih peningkatan sampai 38 C
kontrol infeksi dalam jam pertama
Kriteria Hasil : Setelah kelahiran fundus tetap
Suhu 37 C ketinggian dalam selama samp
Pola nafas efektif Faal lokasi dan lima hari infolusi mudah deng
24x/menit kontraktifitas uterus, peningkatan lokhea.
Tidak terdapat nyeri perhatikan perubahan Menurunkan kemungkinan
tekan luka bekas dari adanya nyeri pad uterus endometritis paska sesuai
drainase dengan tanda yang eksterna komplikasi obses
awal penyembuhan tromboflekbitis
tidak
terdapat Berikan infus antibiotik Bakterious lebih pada klien
kemerahan profilaksi dengan detil mengalami pecah selama 6 jam
pertama biasanya segera dari pada klien ketubannya tet
setelah pengekleman tali sebelum mesecio sesarea
pusat dan dua dosis lagi
masing-masing berjarak 6
jam
Dapatkan kultur darah dan
urin bila infeksi dicurigai
Berikan antibiotik khusus
untuk proses infeksi yang
diidentifikasi
10
2.MOLAHIDATIDOSA
A. Pengertian
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa
gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah
anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar,
Rustam, dkk, 1998 : 238)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka,
vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang
membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah
sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya
mengalami perubahan hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265). Mola hidatidosa adalah
kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat proliferasi tropoblast dan edema
stroma villi. (Jack A. Pritchard, dkk, 1991 : 514)
Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi choriales, sdisertai
proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion. Tidak terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh,
1973 : 325). Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah
kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh
dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic
gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104)
B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua
serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam
pembuahan.
2. Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada
stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi
hyperplasia sel-sel trofoblast.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizi
meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan
11
perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk
memenuhi gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
4. Paritas tinggi, Ibu multipara cenderung beresiko terjado kehamilan mola hidatidosa
karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat di
identifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris
(pergonal ).
5. Kekurangan protein, Protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu, keperluaan akan zat
protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal.
6. f. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat
mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam
tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit. Hal ini sangat tergantung
dari jumlah mikroba yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh. (Mochtar,
Rustam ,1998 : 238)
C. Patofisiologis
1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin. Villi korealis diubah
menjadi masa gelembung-gelembung bening yang besarnya berbeda-beda. Masa
tersebut dapat tumbuh membesar sampai mengisi uterus yang sama besarnya dengan
kehamilan normal lanjut.
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :
1. Teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi
gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi
dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
12
2. Teori neoplasma dari Park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi
yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi
sehigga timbul gelembung.
3. Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat
akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komplit
pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan
tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya
selama pembentukan cairan. (Silvia, Wilson, 2000 : 467)
Menurut Sarwono, 1994, patofisiologis dari kehamilan mola hidatidosa yaitu karena tidak
sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik yaitu hasil
pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3 5 minggu dan karena
pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan di dalam jaringan masenkim
villi.
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan mola hidatidosa adalah :
4. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
13
E. Komplikasi
3. Infeksi sekunder
F. Tes Diagnosis
1. Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah
atau urin
2. Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam
kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah
ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)
3. Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 4 bulan
4. Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak
terlihat janin
14
G. Penatalaksanaan Medis
- Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis.
Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan
pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu :
1. Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung
berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60
tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas
kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).
15
2. Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber
vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat
digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai.
3. Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum,
selama dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus
600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi
Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast
aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta
besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu
Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal
(apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi.
H. Diagnosa Keperawatan
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d perdarahan, proses penjalaran penyakit.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral,
ketidaknyamanan mulut, mual sekunder akibat peningkatan kadar -hCG.
4. Ansietas b.d ancaman intregritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat
penyakit.
I. Intervensi Keperawatan
16
mempertahankan keseimbangan cairan.
Kriteria Hasil :
Intervensi:
1. Monitor tanda-tanda vital klien dalam batas normal (TD 120/80 mmHg, nadi 88
x/menit, RR 22 24 x/menit, suhu 36-37 C).
3. Monitor intake dan output rasionalnya kita dapat mengetahui dengan segera cairan
yang masuk dan keluar baik lewat peroral maupun parental.
5. Pantau cairan IV
Kriteria Hasil :
17
1. Klien mengekspresikan penurunan nyeri/ ketidaknyamanan
Intervensi:
3. Beri individu kesempatan untuk istirahat siang dan dengan waktu tidur yang tidak
terganggu pada malam hari.
4. Bicarakan dengan individu dan keluarga penggunaan terapi distraksi serta metode
pereda nyeri lain.
1. Relaksasi
1) Beri tahu teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka yang dapat menurunkan
intensitas nyeri.
3) Ajarkan strategi relaksasi khusus (misal : bernapas perlahan, teratur, atau nafas
dalam, kepalkan tinju, menguap)
2. Stimulasi kutan
18
1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral,
ketidaknyamanan mulut, mual akibat peningkatan kadar -hCG
Kriteria Hasil :
Intervensi :
5. Tawarkan makanan porsi kecil tapi sering untuk mengurangi perasaan tegang pada
lambung
19
7. Pantau kadar -hCG pasien secara berkala
4. Ansietas b.d ancaman intregritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit
Kriteria Hasil:
Intervensi:
3. Bila ansietas telah berkurang dan cukup untuk terjadi pemahaman, bantu klien
mengenali ansietas untuk mulai memahami atau memecahkan masalah.
20
5. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d ketakutan terkaitan perdarahan per vaginam
penyakitnya.
Tujuan : Klien mengetahui kapan saja dia bisa melakukan hubungan seksual
Kriteria Hasil:
Intervensi:
3. Jelaskan pada klien waktu untuk melakukan hubungan seksual sesuai kondisinya
5. Tekankan bahwa penyakitnya tidak mempunyai dampak yang serius pada fungsi
seksualitasnya
21
3. KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan berada di luar tempat
yang semestinya. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini
dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik
terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus,
tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan
ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada
ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel
pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus.
Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik
(lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang
normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya
dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat
yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter
rahim.
(Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan
dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni
dalam endometrium kavum uteri.
B. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan beberapa
faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:
1.Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam kavum
uteri, antara lain:
Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa tuba
dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia
mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba
falopii.
Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis, atau
endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen
Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan hipoplasi. Namun
ini jarang terjadi
22
Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk
memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada adneksia
Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang abnormal
Refluks menstruasi
Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron
3.Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
4.Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
C. Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan
kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain:
1.Tuba Fallopii
a. Pars-interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2.Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornu
d. Tanduk rudimenter
3.Ovarium
4.Intraligamenter
5.Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
6.Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.
D. Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi
tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks
dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun
secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot,
endosalping yang relative sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di
reabsorbsi.
23
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang telah
bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang
disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai
lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di pengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya
perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami hipertropi
akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti
tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah menjadi desidua,
meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik,
intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut
sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak
ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :
a. Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi
b. Abortus kedalam lumen tuba
c. Ruptur dinding tuba.
E. Manifestasi klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya
ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per
vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan
amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor
berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian
bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan
intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher,
terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau
massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan
appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan
vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada
perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut
bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan
intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok.
Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.
24
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian
pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.
F. Tanda dan gejala
Tanda :
1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan
vaginal.
2. Menstruasi abnormal.
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau
tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus.
7. pucat
9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
1.Nyeri:
25
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri dapat
bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
2. Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan dengan
perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus
mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk
bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus
3. Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas perdarahan
pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil
G. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam tindakan
demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi pada kehamilan
tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu buruk, misalnya
dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di
pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan menggunakan kemoterapi
untung menghindari tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan
melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan adalah
methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan
yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila
memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :
1. Masa tuba
2. Usia kehamilan
3. Janin mati
4. Kadar -hCG
1. Laktasi
2. Status Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
5. Diskrasia darah
7. Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap
minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan second look operation.
H. Komplikasi
27
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis,
diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis
secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung
lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan
kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi,
kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu
ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
I. Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan
seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan
ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit
menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang
panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan ektopik.
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Palpasi
Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan, perut
teraba tegang, messa pada adnexa.
Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
28
Auskultasi
Perkusi
Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat
perabaan.
Pemeriksaan khusus:
Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan
dan kiri
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan
untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
a. Laboratorium
Hematokrit
29
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite 15.000/mm 3. Laju
endap darah meningkat.
Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan -hCG positif. Pada
kehamilan intrauterin, peningkatan kadar -hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3
kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal,
dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon
yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
USG :
Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
Adanya massa komplek di rongga panggul
B. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
30
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi
sebagai efek tindakan pembedahan.
C. Intervensi keperawatan
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek
tindakan pembedahan.
Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang di buktikan
oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi
berat jenis urine adekuat.
No Rencana Inervensi Rasional
1 Lakukan pendekatan kepada pasien Pasien dan keluarga lebih kooperatif
dan keluarga.
2 Memberikan penjelasan mengenai pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan
kondisi pasien saat ini lebih kooperatif terhadap tindakan.
3 Observasi TTV dan observasi tanda parameter deteksi dini adanya
akut abdoment. komplikasiyang terjadi.
4 Pantau input dan output cairan Untuk mengetahui kesaimbangan cairan
dalam tubuh
5 Pemeriksa kadar Hb mengetahui kadar Hb klien sehubungan
dengan perdarahan.
6 Lakukan kolaborasi dengan tim medis melaksanakan fungsi independent.
untuk penanganan lebih lanjut.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
Criteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: Tanda-tanda vital stabil,
membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapilerbaik, haluaran urine adekuat, wajah
tidak pucat dan mental seperti biasa.
No Tindakan intervensi rasional
1 Awasi tanda vital, kaji pengisian Memberikan informasi tentang
kapiler, warna kulit/membrane derajat/adekuat perfusi jaringan dan
mukosa, dasar kuku. membantu menentukan kebutuhan intervensi.
2 Catat keluhan rasa dingin, Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer.
pertahankan suhu lingkungan dan Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat
tubuh hangat sesuai indikasi. harus seimbang dengan kebutuhan untuk
menghindari panas berlebihan.
3 Kolaborasi dengan tim medis yang Mengidentifikasi defisiensi dan kebuutuhan
31
lain, awasi pemeriksaan lab: pengobatan atau terhadap terapi.
misalnya: HB/HT
3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas
normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.
no Rencana Intervensi Rasional
Mandiri:
1 Tentukan sifat, lokasi dan durasi Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan
nyeri. Kaji kontraksi uterus tindakan yang akan dilakukan. Ketidak
hemoragi ataunyeri tekan nyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan
abdomen. dan molahidatiosa karena kontraksi uterus yang
mungkin diperberat oleh infuse oksitosin.
Rupture kehamilan ektropik mengakibatkan
nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat
tuba falopi rupture ke dalam abdomen.
2 Kaji steres psikologi Ansietas terhadap situasi darurat dapat
ibu/pasangan dan respons memperberat ketidak nyamanan karena
emosional terhadap kejadian. syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri..
3 Berikan lingkungan yang tenang Dapat membantu dalam menurunkan tingkat
dan aktivitas untuk menurunkan asietas dan karenanya mereduksi
rasa nyeri. Instruksikan klien ketidaknyamanan.
untuk menggunakan metode
relaksasi, misalnya: napas dalam,
visualisasi distraksi, dan jelaskan
prosedur.
Kolaborasi:
4 Berikannarkotik atau sedative Meningkatkan kenyamanan, menurunkan
berikut obat-obat praoperatif bila komplikasi pembedahan
prosedur pembedahan
diindikasikan.
5 Siapkan untuk prosedur bedah Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar akan
bila terdapat indikasi menghilangkan nyeri.
4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal
sumber-sumber informasi.
Tujuan: ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah sederhana,
mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.
No Rencana Intervensi Rasional
1 Menjelaskan tindakan dan rasional Memberikan informasi, menjelaskan kesalahan
yang ditentukan untuk kondisi konsep pikiran ibu mengenai prosedur yang
hemoragia. akan dilakukan, dan menurunkan sters yang
berhubungan dengan prosedur yang diberikan.
32
2 Berikan kesempatan bagi ibu Memberikan klisifikasi dari konsep yang salah,
untuk mengaji\ukan pertanyaan identifikasi masala-masalah dan kesempatan
dan mengungkapkan kesalah untuk memulai mengembangkan ketrampilan
konsep penyesuaian (koping)
3 Diskusikan kemungkinan Memberikan informasi tentang kemungkinan
implikasi jangka ependek pada komplikasi dan meningkatkan harapan realita
ibu/janin dari kedaan pendarahan. dan kerja sama dengan aturan tindakan.
33