Lingkup Peran Dan Fungsi Perawat Gerontik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

LINGKUP PERAN DAN FUNGSI PERAWAT

GERONTIK

A. Fenomena keperawatan gerontik

Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan. Penuaan didalam

masyarakat kita merupakan fenomena yang dominan pada saat ini. Menua (menjadi tua) adalah

suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Constantinides, 1994). Menua bukanlah suatu

penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan

dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai

penyakit yang sering menghinggapi kaum usia lanjut.

Tiga dari empat penyebab kematian yang paling sering terjadi di kalangan lansia, penyakit

jantung, kanker dan stroke, merupakan akibat dari gaya hidup yang kurang sehat. Namun,

gambaran suram tentang penduduk lansia yang kurang gerak, lansia yang mengalamai penyakit

kronis secara bertahap telah di gantikan oleh konsep baru seperti masa tua yang penuh

kesuksesan (misalnya, kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap proses penuaan). Dan

penurunan morbiditas (misalnya, penundaan awitan, terjadinya penyakit kronis dan melemahkan

sampai pada tahap akhir kehidupan). Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan

hal yang mendesak dan juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk perawat lansia. Perawat
profesional untuk lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun, yang

dapat di harapkan hidup 20 tahun lagi, merupakan komponen penting dalam perawatan

kesehatan.

Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan di sesuaikan pada kelompok lanjut usia,

apakah lanjut usia aktif atau pasif, antaralain :

1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang perosnal

hygiene; kebersiha gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu , kebersihan diri termasuk kepala,

rambut, badan, kuku, mata serta telinga, kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan,

makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariasi dan mudah dicerna.
2. Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal ini perlu di

perhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama

seperti pada lanjut usia aktif dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.

Khususnya bagi yang lumpuh, perlu di cegah agar tidak terjadi dekubitus

B. Lingkup, peran dan tanggungjawab keperawatan gerontik

Lingkup askep gerontik meliputi:

1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan

2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan

3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan

Apa yang merupakan tanggung-jawab etis khusus perawat yang merawat perempuan

lansia? Beberapa pendapat menyatakan bahwa masyarakat dan anggotanya membawa tanggung-

jawab khusus untuk menanggapi kebutuhan populasi yang rentan. Menurut salah satu pendapat

suatu kewajiban untuk melindungi seseorang di bawah ancaman bahaya diterapkan tidak hanya

untuk kesejahteraan material yang berbahaya, tetapi terhadap perasaan, citra diri, atau
kehormatan diri terutama yang rentan terhadap cedera. Berkembangnya argumentasi ini pada

pelayanan kesehatan, bisa menjadikan anggapan bahwa perawat dan para tenaga kesehatan

lainnya mempunyai kewajiban lebih kuat terhadap pasien lansia. Mengingat semua pasien rentan

karena penyakit mereka, pasien lansia berada pada risiko ganda. Mereka mudah terkena serangan

tidak hanya berdasarkan keadaan sakit, tetapi juga karena menjadi lebih tua di dalam suatu

masyarakat yang mengevaluasikan dan mendiskriminasikan lansia. Perempuan lansia bahkan

lebih peka karena stereotip negatif penuaan, mungkin lebih kasar berlaku untuk mereka dan

memungkin lebih berbahaya ketika diterapkan. Keadaan pasien seperti itu didasarkan kepada

diskriminasi jenis kelamin dalam masyarakat yang lebih besar dan dalam lingkungan pelayanan

kesehatan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, beberapa pakar menghimbau perawat gerontik dan

tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien lansia

mempunyai tanggung jawab untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

o Menentang mitos dan pandangan streotip dihubungkan dengan penuaan.


o Membedakan suatu ciri proses penuaan yang sehat dari penyakit.
o Memeriksa faktor psikologis sosial dan biologis yang mempengaruhi penuaan yang sehat.
o Mengembangkan strategi untuk melindungi, meningkatkan, dan memelihara kesehatan wanita

lanjut usia.
o Memurnikan suatu konsep kesehatan fungsional dengan mengetahui pribadi, juga sumber daya

lingkungan dan menekankan potensi pertumbuhan penuaan wanita pada semua tingkat

kesehatan.

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang

sesuai kedudukannya dalam, suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari

dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan

dari seesorang pada situasi sosial tertentu (Kozier Barbara, 1995).


Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam

praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan

oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai

dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi

untuk kejelasan

Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut:

1. Sebagai Care Giver/ pemberi asuhan langsung

Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan

keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses

keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan

informasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data,

merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan

membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan

rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilakukan.

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali

kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari

penyakit tertentu, sekalipun pemberi ketrampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan fisik

merupakan hal yang penting bagi pemberi asuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada

kebutuhan klien secara holistik, meliputi gaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan

sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan

dan mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal.

2. Sebagai Pendidik klien lansia


Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui

pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima

sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.

Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien lansia

yang beresiko tinggi, kader kesehatan, dan lain sebagainya.

Perawat menjalankan peran sebagai pendidik ketika klien, keluarga atau kelompok

masyarakat dianggap memerlukan pengajaran. Hubungan pengajar - orang yang belajar adalah

tingkatan lebih lanjut dari hubungan pertolongan perawatan. Di dalam hubungan saling

ketergantungan ini akan terbangun suatu kepercayaan. Perawat membangun rasa percaya tersebut

dengan berbagi pandangan objektif klien.

Peran ini, dapat dalam bentuk penyuluhan kesehatan, maupun bentuk desiminasi ilmu

kepada klien

3. Sebagai komunikasi ( comunicator )

Setiap perawat yang berkeinginan menjadi perawat yang memberikan perawatan secara

efektif, hal pertama yang harus dipelajari adalah cara berkomunikasi. Komunikasi yang baik

menjadikan perawat mengetahui tentang klien mereka yang akhirnya mampu mendiagnosa dan

menemukan hal - hal yang mereka butuhkan selama proses perawatan.

4. Sebagai pemberi bimbingan/konseling klien (Counselor)

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap

keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode

untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/bimbingan kepada klien,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada

individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu,


pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah

perilaku hidup sehat.

5. Sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber potensi klien (Coordinator)

Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun

kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun

tumpang tindih.

Dalam menjalankan peran sebagai koordinator, perawat dapat melakukan hal-hal sebagai

berikut :

a. Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan.


b. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas.
c. Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan.
d. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan pada sarana

kesehatan

6. Rehabilitator

Rehabilitasi merupakan proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal

setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Seringkali

klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan mereka dan perawat

membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut. Rentang aktivitas

rehabilitatif dan restoratif mulai dari mengajar klien berjalan dengan menggunakan kruk sampai

membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis.

7. Pembuat keputusan klinik ( Collabolator )

Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berpikir

secara kritis melalui proses keperawatan. Perawat membuat keputusan ini sendiri atau

berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama
dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan profesional lainnya ( Keeling dan

Ramos, 1995 )

8. Sebagai Caring

Tanggung-jawab etis seorang perawat secara umum telah diuraikan dalam kaitannya

dengan caring dan perlindungan. Reverby melacak sejarah keperawatan Amerika pada awal abad

ke-19. Selama waktu tersebut, hampir tiap-tiap perempuan menghabiskan sebagian dari hidupnya

untuk memperhatikan macam-macam penyakit dan kelemahan teman-teman dan sanak keluarga.

Pada saat keperawatan dikenal sebagai suatu pekerjaan professional dan tempat dalam merawat

dipindahkan dari rumah sakit, tugas merawat ditafsirkan berarti ketaatan terhadap perintah

dokter. Menurut Reverby, caring keperawatan baru-baru ini telah mengalami suatu perubahan

bentuk. Berbeda dari sebelumnya, sekarang akan ditemui perawat menuntut hak untuk

menentukan bagaimana tugas merawat didapatkan. Sekarang perawat menginginkan suatu model

caring yang menyertakan hak-hak terhadap otonomi dengan nilai-nilai ideal tradisional mengenai

hubungan dan azas mengutamakan orang lain.

Pakar teori ilmu perawatan modern yang melanjutkan untuk mengidentifikasi caring

sebagai hal yang utama untuk merawat juga menekankan bahwa teori ilmu keperawatan itu harus

dibangun dari praktek keperawatan dibandingkan dengan gambaran ideal dalam keperawatan.

Benner dan Wrubel sebagai contoh, mengembangkan penafsiran teori caring keperawatan dari

pengamatan empiris dalam praktik keperawatan. Mereka mendefenisikan caring sebagai suatu

perhatian kepada orang lain, peristiwa, pekerjaan, dan hal-hal lain. Oleh karena itu, dapat

dipahami bahwa caring memungkinkan untuk keperawatan karena memadukan pemikiran,

perasaaan, dan tindakan serta memberikan arah dan motivasi untuk perawat.
Swanson juga mengemukan suatu model induktif caring. Menurut model ini, caring

memberikan bantuan dengan suatu cara yang memelihara martabat manusia, mempertahankan

kemanusiaan, dan menghindari penurunan status moral seseorang. Caring, menurut Swanson,

melibatkan lima komponen:

Mengetahui atau berusaha keras untuk memahami suatu peristiwa sebagai sesuatu yang yang

mempunyai arti dalam hidup orang lain.


Mendukung atau menunjukan keberadaan secara emosional kepada yang lain.
Mengurus atau melakukan sehingga orang lain akan melakukan untuk dirinya jika itu

mungkin.
Memungkinkan atau memudahkan orang lain melalui pergantian hidup dan peristiwa yang

lazim.
Mempertahankan kepercayaan yang mengisyaratkan kepercayaan dalam kapasitas lain untuk

melalui suatu pergantian atau peristiwa untuk menghadapi masa depan yang terpenuhi.
Walupun sebagai keperawatan sering dihubungkan dengan fungsi pelayanan, baik dokter

maupun perawat peduli tentang dan untuk pasien dan caring adalah pusat tujuan pelayanan

kesehatan yang etis. Selain itu, karena keterampilan untuk perawat secara medis dan secara

teknis lompleks. Praktek keperawatan telah meningkat dari keperawatan domestik yang lebih

sederhana di dalam rumah menjadi pembedahan dan anastesi didalam unit perawatan intensif

(UFI) yang modern. Akhirnya, caring dan tidak hanya meliputi membantu orang lain, tapi juga

menahan diri dari mengunakan berbagai bentuk terapi dan pengobatan.

9. Sebagai Advokasi

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim

kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan klien

memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan

pendekatan tradisional maupun profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat


bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya

kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat (pembela

klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam

pelayanan keperawatan.

Bertentangan dengan beberapa ahli yang memandang caring sebagai pusat keperawatan.

Anas membantah bahwa suatu kiasan baru mengenai keprawatan sebagai advokasi harus

menggantikan model tradisional sedangkan model keperawatan menekankan tanggapan untuk

memberikan respon terhadap rasa sakit dan penderitaan, advokasi, menekankan rasa hormat pada

pasien dan mempertahankan hak hukum pasien. Pada model ini, perawat secara ideal memiliki

pengetahuan tentang hak-hak pasien dan bersiap untuk meredam perselisihan dengan maksud

untuk perlindungan dan melindungi pasien terhadap penyalahgunaan hak-hak. Secara khusus,

hak-hak yang harus dilindungi oleh perawat meliputi hal-hal yang dilindungi oleh perawat

meliputi hal-hal yang termaksud dalam American hospital Ascociation Bill of Right yang

dinyatakan pada tahun 1973 .

Hak hak pasien :

1. Pasien mempunyai hak untuk mendapat perhatian dan pelayanan yang terhormat.
2. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang lengkap yang berdasarkan hasil

diagnosis, pengobatan dan prognosis dari dokternya sehingga pasien paham.


3. Pasien mempunyai hak untuk menerima informasi yang diperlukan dari dokternya untuk

persetujuan tindakan sebelum memulai segala prosedur dan pengobatan.


4. Pasien mempunyai hak untuk menolak perawatan yang diberikan secara hukum dan untuk

diberitahukan konsekuensi medis dari tindakan tersebut.


5. Pasien mempunyai hak untuk setiap pertimbangan privasinya mengenai program perawatan

medik sendiri.
6. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa semua percakapan dan catatan yang

menyangkut perawatan dirinya harus di jaga kerahasiannya.


7. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa pihak rumah sakit di dalam kapasitasnya

mampu memberikan tanggapan yang beralasan terhadap permintaan pasien untuk jasa pelayan

yang diperlukan.
8. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi seperti hubungn rumah sakit terhadap

pelayanan kesehatan lain dan instusi pendidikan sepanjang perawatan nya diperhatikan.
9. Pasien mempunyai hak untuk di berikan pertimbangan jika rumah sakit mengusulkan untuk

mengikut sertakan dalam percobaan manusia yang mempengaruhi perawatan atau pengbatan.
10. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan perawatan yang berkesinambungan.
11. Pasien mempunyai hak untuk memeriksa dan menerima suatu penjelasan secara terperinci

mengnai jumlah tagihan rekening yang harus di bayar.


12. Pasien mempunyai hak untuk mengatahui peraturan rumah sakit yang berlaku berkaitan dengan

kedudukannya sebagai seorang pasien.


Sesuai dengan model perawat sebagai advokat pasien, terdapat revisi dalam

international Council of Nurses Code of Etic yang menekankan tanggunag jawab perawat yang

utama kepada orang yang memerlukan asuhan keperawatan.


Pengkajian terbaru mengenai advokasi perawatan untuk masa sekarang lebih

dikosentrasikan terhadap kebutuhan untuk meninjau kembali status hukum untuk mendukung

advokasi perawat dan kebutuhan untuk memperluas pendidikan yang memungkinkan perawat

untuk menyelesaikan suatu peran advokasi yang lebih efektif. Pengkajian lainnya, membantah

bahwa advokasi itu harus ditafsirkan dalam arti untuk membantu orang lain untuk melatih

kebebasan untuk benar-benar menentukan nasibnya sendiri. Maka dapat dipahami advokasi

berbeda dari kedua-duanya baik praktek paternalisti yang membantasi kebebasan individu

maupun dari perlindungan konsumen, yang menyiratkan nasehat hanya secara teknis untuk

memberikan informasi yang diperlukan untuk pemilihan pasien diantara berbagai macam

tindakan yang tersedia.

Tugas perawat antaralain :

Tugas Perawat dalam Teori Biologi


Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian- kejadian yang

dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang

masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya.

Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas bagian yakni:
a. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu

bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-

hari masih mampu melakukan sendiri.


b. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan

fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.


Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-

hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan

mengingat umber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Disamping itu

kemunduran kondisi fidik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap

gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan

bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku

dan rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara

pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Komponen pendekatan fisik yang lebih

mendasar adalah memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar,

makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum melakukan

eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah

posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar

pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan.


Tugas Perawat Dalam Teori Sosial
Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan diskusi dan

tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi kesempatan
untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan

bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang

lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara werda dengan werda maupun werda

dengan perawat sendiri.


Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda untuk

mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau hiburan-

hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa

pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan

medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia.


Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan mengatakan : tidak

sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga

yang dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa

kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian

terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk antara lain ikut

menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan dengan dunia luar. Tidak

jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara mereka (terutama bagi yang tinggal di panti

werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak

sesama mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib

dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap

mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara

langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia di panti werda.


Tugas Perawat dalam Teori Psikologi
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien

lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing

sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya
memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak

untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas. Pada dasarnya klien lansia

membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya termasuk perawat yang

memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh,

membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya.

Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan

mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari

ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan

psikologi

Tanggung jawab Perawat Gerontik :

Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal.


Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya.
Membantu klien lansia menerima kondisinya.
Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan

meninggal.
Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan

jalan perawatan dan pencegahan.


Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semanagt hidup klien usia

lanjut.
Menolong dan merawat klien usia lanjut yang menderita penyakit atau mengalami gangguan

tertentu (kronis maupun akut).


Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit /

gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu petolongan

(memelihara kemandirian secara maksimal)

C. Sifat pelayanan keperawatan gerontik

1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)


Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,di mana perawat dalam

melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan

tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan

fisiologi (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan

elektrolit,pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain),

pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai,

pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

Independent/ mandiri artinya asuhan keperawatan dilakukan secara mandiri oleh profesi

Keperawatan dalam membantu lanjut usia dalam pemenuhan kebutuhan dasar lanjut usia

Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan

mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang

dapat memberikan otonomi pada dirinya.

2. Interdependent

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara tim

satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama

tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita

yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja

melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan

pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.

Independent atau kolaboratif artinya saling menunjang dengan disiplin lain dalam

mengatasi masalah kesehatan lanjut usia

3. Humanistik (secara manusiawi)


Humanistik artinya didasarkan nilai-nilai kemanusiaan dalam memberikan asuhan

keperawatan terhadap lansia

Orang humanis meyakini kebaikan dan nilai-nilai manusia sebagai suatu komitmen dalam

bekerja untuk kemanusiaan. Contoh perilaku yang manusiawai adalah empati, simpati, terharu,

dan menghargai kehidupan. Humanisme ini mendapat tempat yang khusus dalam keperawatan.

Dalam keperawatan, humanisme merupakan suatu sikap dan pendekatan yang

memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan lebih dari sekedar nomor

tempat tidur atau sebagai seorang berpenyakit tertentu. perawat yang menggunakan pendekatan

humanistik dalam prakteknya memperhitungkan semua yang diketahuinya tentang pasien yang

meliputi pikiran, perasaan, nilai-nilai, pengalaman, kesukaan, dan bahasa tubuh.

Pendekatan humanistik ini adalah aspek keperawatan tradisional dari caring, yang diwujud

nyatakan dalam pengertian dan tindakan. Pengertian membutuhkan kemampuan mendengarkan

orang lain secara aktif dan arif serta menerima perasaan-perasaan orang lain. Prasyarat bertindak

adalah mampu bereaksi terhadap kebutuhan orang lain dengan keikhlasan, kehangatan untuk

meningkatkan kesejahteraan yang optimal.

4. Holistik (secara keseluruhan)

Holistik lanjut usia merupakan bagian masyarakat dan keluarga sehingga asuhan

keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek sosial budaya keluarga dan masyarakat.

Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi

dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu

kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya.

Holistik terkait dengan kesejahteraan (Wellnes). Untuk mencapai kesejahteraan terdapat lima

dimensi yang saling mempengaruhi yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.
Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah

kemampuan beradaptasi terhadap stimulus. Teori adaptasi Sister Callista Roy dapat digunakan.

Teori ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana peran perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan

adaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya. Tindakan direncanakan dengan

tujuan mengubah stimulus dan difokuskan pada kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap

stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan melihat kemampuan klien dalam

beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah dialami. Kemampuan

adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik biologis, psikologis maupun sosial (holistik). Sebagai

pemberi asuhan keperawatan, konsep holistik dan adaptasi ini merupakan konsep yang harus di

pahami oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien.

D. Model pemberian pelayanan keperawatan profesional pada lansia

Dengan semakin besarnya kebutuhan untuk pemberian perawatan kesehatan bagi lansia

juga menimbulkan pertanyaan, Bagaimana kita dapat menyediakan asuhan keperawatan

berkualitas untuk populasi ini? Lesage menyatakan bahwa perawat harus mengidentifikasi

bukti-bukti ilmiah tentang hubungan antara proses perawatan dengan hasilnya. Implementasi

dan komunikasi hasil pengukuran seperti itu akan meningkatkan kontribusi perawat terhadap

kualitas perawatan. Dengan cara ini, lansia akan menyadari bahwa hasil positif yang mereka

rasakan seringkali merupakan hasil dari asuhan keperawatan secara spesifik, terutama perawatan

yang diberikan atau di arahkan oleh perawat-perawat professional.

Praktik dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengidentifikasi sebagai respon yang

jelas tentang gambaran seorang perawat dalam situasi yang spesifik. Standar tersebut merupakan
kerangka kerja yang memberikan gambaran tentang perawat gerontik, apa yang dapat mereka

lakukan, dan apa kontribusi unik mereka.

Standar praktik berfokus pada isi praktik tersebut. Standar praktik memberikan orientasi

yang berharga tentang hal yang penting atau esensial untuk praktik yang akan dinilai dengan

tingkat kualitas tertentu, seperti aman, baik, sangat baik. Beckman mengatakan bahwa standar

adalah petunjuk yang sangat berguna bagi perawat dari tingkat pemula sampai setidaknya pada

tingkat mahir menguasai praktik keparawatan seperti yang dijelaskan oleh Banner. Sebagian

besar perawat yang berpengalaman dapat secara sadar merujuk pada standar tertulis hanya

sebagai perubahan praktik yang terpantul dari dalam diri mereka karena mereka sudah

menginternalisasikan standar tersebut.

Standar keperawatan dapat digunakan untuk membantu perawat dalam mengevaluasi dan

meningkatkan praktik mereka sendiri, memuji perawat ketika mereka memberikan asuhan

keperawatan yang sangat baik, memberikan kriteria objektif untuk mengkaji penampilan

perawat, menentukan kebutuhan staf dalam satu unit klinik, mengidentifikasi kebutuhan dan isi

orientasi dan program pengembangan staf. Mengganbarkan isi kurikulum dan kriteria evaluasi

untuk mahasiswa, meningkatkan pemberian perawatan dan mengidentifikasi fokus penelitian.

Setiap standar akan digambarkan lebih lanjut dengan struktur, proses, dan kriteria hasil.

Beckhman mengatakan :

Standar struktur menggambarkan kondisi yang diinginkan yang memungkinkan atau

memberikan kualitas keperawatan. Standar hasil menggambarkan hasil akhir yang diharapkan,

yaitu berupa: status kesehatan, pengetahuan, penampilan, atau karakteristik lain dari klien yang

diharapkan sebagai hasil perawatan yang telah dilakukan.Dalam model keperawatan kepada

lansia dapat dibagi menjadi 3 Model Keperawatan:


Model Medis, Model ini lebih mefokuskan pada pendekatan aspek medis, seperti pengobatan

pada penyakit dan kecelakaan yang banyak dialami oleh lansia. Peran dokter dan paramedis

sangat dominan dalam model ini. Pusat-pusat medis dan rehabilitasi menjadi tempat

dilaksanakannya model ini.


Model Sosial, Pendekatan menyeluruh merupakan ciri dari model sosial. Pendekatan medis

diyakini sebagai salah satu salah dari keseluruhan sistem dukungan kepada lansia. Di samping

terapi kesehatan digunakan juga pendekatan psikologis dan lansia diupayakan sedapat mungkin

masih berada di dalam keluarga dan masyarakatnya. Para profesional lintas disiplin banyak

terlibat seperti; dokter, perawat, konselor, pekerja sosial, dll.


Model Promosi/Dukungan Kesehatan, lebih menekankan pada pencegahan dan perawatan

diri/individu, pencegahan melalui perubahan gaya hidup, peningkatan pengetahuan tentang

tingkah laku/sikap hidup sehat dan perbaikan lingkungan. Banyak pihak termasuk lembaga dan

yayasan keperawatan lansia masih secara parsial menggunakan model tersebut. Padahal di

negara-negara maju, kolaborasi dari ketiga model tersebut sudah diterapkan. Hal ini penting

untuk mencapai hasil optimal dari pelayanan-keperawatan kepada lansia.


Pelayanan keperawatan lansia akan semakin dibutuhkan pada masyarakat dengan

tingkat kesakitan tinggi, norma keluarga dan masyarakat yang sudah bergeser pada jaminan pada

lansia. Keadaan ini tentu cukup menjadi gambaran sebuah tantangan keperluan panti pelayanan-

keperawatan bagi lansia yang memadai dalam masyarakat. Demikian pula Pemerintah Indonesia

dengan UU No 13/1998 tentang Kesejahteraan Lansia mengharapkan peran keluarga dan

masyarakat masih menjadi yang utama.

sumber:
Alimul, Aziz H. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta : EGC

Stanley, Mickey dkk. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta : EGC
Diposkan oleh yuneezone

Anda mungkin juga menyukai