Askep Ispa Pada

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

ASKEP ISPA PADA ANAK

Oct21

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN ISPA


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan masalah
kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di negara
maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi.
Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %.
Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting
karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap
tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA
(Anonim,2009)
B. Tujuan Penulisan
Tujuan umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare.
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
2. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
3. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
4. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare
5. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila
infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu
pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu
pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis,
tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan
terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila
ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat
antibiotik (Rasmaliah, 2004)
2. Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari
genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium.
Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus,
mikoplasma, herpesvirus.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus
dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan
tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga
menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah
rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

3. Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :
Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.
Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya
dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan
tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur
alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia,
makrofag alveoli, dan antibodi.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat
infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa
dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara),
sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
4. Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan
strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan
turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit
ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit
ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek
biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman
sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi.
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
Meningkatkan makanan bergizi
Bila demam beri kompres dan banyak minum
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
Pengobatan antara lain :
Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin
dll.
Antibiotik :
Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin,
Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap
jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis, diagnostik
virus secara langsung.Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan
pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.

B. Asuhan Keperawatan Ispa


1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Gilang
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Jalan Merpati 1
Tanggal Masuk : 23 oktober 2010
Diagnosa medis : ISPA
Nama Ayah : T.indra
Umur :35 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : sunda
Alamat : Jalan Merpati 1
Nama Ibu : Bu fitri
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : sunda
Alamat : Jalan Merpati 1
2. Keluhan Utama:
Klien mengeluh demam
3. Riwayat penyakit sekarang
Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot
dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
5. Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
6. Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya
7. Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
Inspeksi
Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
Tonsil tampak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringan parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Perkusi
Suara paru normal (resonance)
Auskultasi
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
8. Diagnosa Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh bd proses infeksi
Tujuan :
Suhu tubuh normal berkisar antara 36 37, 5 C
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreks
Tujuan:
Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
Klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
Tidak menunujukan tanda malnutrisi.
Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan :
Nyeri berkurang / terkontrol
Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun)
Tujuan:
Tidak terjadi penularan
Tidak terjadi komplikasi
9. Intervensi
a. NIC :
Observasi tanda tanda vital
Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres dingin ( air biasa) pada
kepala /axial
Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap
keringat seperti terbuat dari katun.
Atur sirkulasi udara.
Anjurkan klien untuk minum banyak 2000 2500 ml/hr.
Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit
Kolaborasi dengan dokter :
Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial
antipiretik
Rasionalisasi
Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan
selanjutnya.
Dengan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahan
panas dengan bahan perantara .
Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan
menyerap keringat.
Penyedian udara bersih.
Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan panas
Untuk mengontrol infeksi pernapasan
Menurunkan panas
b. NIC :
Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari
Berikan makan pporsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat
Beriakan oral sering, buang secret berikan wadah husus untuk sekali pakai dan tisu
dan ciptakan lingkungan beersih dan menyenamgkan.
Tingkatkan tirai baring.
Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien

Rasionali
Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total
Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi rilek, bersih dan menyenangkan.
Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic
Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk
memberikan nutrisi maksimal.
c. NIC :
Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 10), factor memperburuk atau
meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.
Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok.Dan
mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak.
Anjurkan untuk melakukan kumur air garam hangat
Rasional
Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat
penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang
diberikan.
Mengurangi bertambah beratnya penyakit
Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.
Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi / menghambat pengeluaran
histamine dalam inflamadi pernapasan.
Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri
d. NIC :
Batasi pengunjung sesuai indikasi
Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas
Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera
ketempat sampah
Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita
penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi
tubuh menurun / asupan makanan berkurang
Kolaborasi Pemberian obat sesuai hasil kultur

Rasional
Menurunkan potensial terpalan pada penyakit infeksius.
Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan memperbaiki pertahanan
Klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan
Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi
Dapat diberikan untuk organiasme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas
/atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi
10. Implementasi
Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
Mengukur tanda tanda vital
Mengompres kepala atau aksila dingan mengunakan air dingin
Memerikan penjelasan kepada klien tentang manfaat mengunakan pakaian berbahan tipis
Memberikan obat penurun panas sesuai dengan dosis dan tepat waktu
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia
Membantu jenis dan makanan yang dimakan klien
Membuat catatan makanan harian
Monitor lingkungan selama klien makan.
Monitor intake nutrisi
Nyeri akut b.d inflamasi pada membrane mukosa faring dan tonsil
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri kepada keluarga anak ,seperti penyebab nyeri berapa lama
nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidak nyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali.
Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder
Membatasi pengunjung
Mempertahankan teknik isolasi
Memperbanyak istirahat
11. Evaluasi
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian
tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan
myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 C
Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
Nyeri hilang atau terkontrol
Tidak terjadi komplikasi pada klien

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam,
maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Sampai saat ini belum
ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan
secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba yang
tepat sesuai dengan kuma penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman penyebab ISPA
dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat, kemudian
dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan antimikroba yang sesuai.

Saran
Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca
makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat
asuhan keperawatan

http://yulifitri34.wordpress.com/2012/10/21/askep-ispa-pada-anak/

Makalah ISPA

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK

Pengertian

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,

pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas

dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan Pincus Catzel &

Ian Roberts; 1990; 450).


Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas

dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

Etiologi

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang

cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat

beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran

pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley

and Wong; 1991; 1419).

Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi

saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni

golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia

trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.

Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian

pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.

Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam

derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya

edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.


Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara

lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi

saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.

Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi

juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

Patofisiologi

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau kuman golongan A

streptococus, stapilococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma, dan

pneumokokus yang menyerang dan menginflamasi saluran pernafasan (hidung, pharing,

laring) dan memiliki manifestasi klinis seperti demam, meningismus, anorexia, vomiting, diare,

abdominal pain, sumbatan pada jalan nafas, batuk, dan suara nafas wheezing, stridor, crackless,

dan tidak terdapatnya suara pernafasan.

Tanda dan Gejala

Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi

hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi

gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts;

1990; 451). tanda dan gejala yang muncul ialah:

1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah

mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda

pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.


2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi

selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada

punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah

minum dan bhkan tidak mau minum.

4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut

mengalami sakit.

5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat

infeksi virus.

6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis

mesenteric.

7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah

tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini

merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan

(Whaley and Wong; 1991; 1419).

Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian terutama pada jalan nafas: Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini

adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan.

1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.

2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui

pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.

3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.

4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.

5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu

tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada

rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum


PENYEBAB ISPA

Penyebab ISPA adalah topik cukup kompleks karena berhubungan dengan gaya hidup

hingga peralihan kehidupan dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Ya, tidak

bisa dipungkiri bahwa hasil modernisasi melahirkan industri yang berpengaruh besar terhadap

penyebab penyakit ISPA. Penyakit dari singkatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut ini dapat

kita pahami mengapa ia terjadi ketika kita mengetahui tentang saluran pernapasan yang

dimiliki manusia secara mendalam.

Seperti yang telah dijelaskan pada artikel sebbelumnya bahwa saluran pernapasan

secara sederhana melibatkan organ-organ yaitu hidung, tenggorokan, laring, trakea, bronchi

(bronkus) dan alveoli. Dalam saluran pernapasan mulai dari hidung hingga bronkus terdapat

membran mukosa bersilia (silia = rambut-rambut halus). Udara yang masuk melalui rongga

hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh

rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam

lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke belakang ke rongga hidung dan

ke arah atas menuju faring

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan penyebab
utama kesakitan dan kematian balita di indonesia yaitu sebesar 28%1. WHO
memperkirakan kematian akibat pneumonia mencapai 10% - 20% pertahun dari seluruh
jumlah bila tidak diberi pengobatan2. Kematian balita karena pneumoni secara nasional
diperkirakan 6 per 1000 balita per tahun atau sekitar 150.000 balita
pertahun1. Salah satu sasaran pemberantasan penyakit ISPA pada balita adalah
menurunkan angka kematian balita akibat pneumonia 1.
ISPA hingga saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten
Bengkulu Utara karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat ISPA. Data
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2003 menunjukkan bahwa
penyakit ISPA masih menempati posisi pertama dari 10 penyakit terbanyak yaitu 33,02%.
Angka kematian balita yang disebabkan oleh semua penyakit sebesar 12,3%2.
Pelaksanaan program P2 ISPA di Kabupaten Bengkulu Utara belum mencapai
target nasional3.4. Hasil survei pendahuluan, seluruh puskesmas di Kabupaten Bengkulu
Utara telah menjalankan program P2 ISPA dan telah ada pedoman teknis pada prosedur
tetap ISPA dari Depatemen Kesehatan RI tahun 2002 tentang Pedoman P2 ISPA Balita.
Hal tersebut terhambat oleh keterbatasan petugas memanfaatkan data program P2 ISPA
dan belum melaporkan secara rutin setiap bulan ke Dinas Kesehatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. apakah penyakit ispa itu?
2. apakah penyebab penyakit ispa itu?
3. bagaimana cara mengatasi penyakit ispa?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui penyabab penyakit ispa serta cara mengatasinya.

BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit Ispa
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory
Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit
yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian
psenyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang
berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut,
dimana pengertiannya sebagai berikut :
1. Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang
biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan
Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-
sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
3. Infeksi Akut
Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam
ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian
bawah (termasuk jaringan paru paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. dengan batasan
ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari
infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru
ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program Pemberantasan Penyakit
(P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu :
* ISPA non- Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek
*Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernapas,
peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia,
udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu
yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu
yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke
posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan
pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat
membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan
meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh
bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas
sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan,
hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit common cold
disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau coronavirus. Penyakit ini
dapat disertai demam pada anak selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran
udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat
ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang
terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasannya.
Klasifikasi
WHO ( 1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat keparahannya.
Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul dan telah ditetapkan dalam
lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun pembagiannya sebagai berikut :
Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :
1. ISPA ringan
Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :
a. Batuk.
b. Pilek dengan atau tanpa demam.
2. ISPA sedang
Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut :
a. Pernapasan cepat.
1) Umur <>
2) Umur 1-4 tahun : 40 kali/menit atau lebih.
b. Wheezing(nafas menciut-ciut).
c. Sakit atau keluar cairan dari telinga.
d. Bercak kemerahan (campak).
e. Khusus untuk bayi <2>
3. ISPA berat
Meliputi gejala sedang atau ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut :
a. Penarikan sela iga kedalam sewaktu inspirasi.
b. Kesadaran menurun.
c. Bibir/kulit pucat kebiruan.
d. Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat.
e. Adanya selaput membrane difteri.
Menurut Depkes RI (1991), Pembagian ISPA berdasarkan atas umur dan tanda-tanda
klinis yang didapat yaitu :
1. Untuk anak umur 2 bulan-5 tahun
Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISP diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
a) Pneumonia berat
Tanda utama :
Adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang, kesdaran menurun, stridor, serta gizi
buruk.
Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi bilaparu-paru menjadi kaku dan
mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas.
Tanda lain yang mungkin ada :
- Nafas cuping hidung.
- Suara rintihan.
- Sianosis (pucat).
b) Pneumonia tidak berat
Tanda Utama :
Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.
Di sertai nafas cepat :
- Lebih dari 50 kali/menit untuk usia 2 bulan 1 tahun.
- Lebih dari 40 kali/menit untuk usia 1 tahun 5 tahun.
c) Bukan pneumonia
Tana utama :
Tidak ada tarikan dinding dada kedalam.
Tidak ada nafas cepat :
- Kurang dari 50 kali/menit untuk anak usia 2 bulan 1 tahun.
- Kurang dari 40 kali/menit untuka anak usia 1 tahun 5 tahun.
2. Anak umur kurang dari 2 bulan
Untuk anak dalam golongan umur ini, di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a) Pneumonia berat
Tana utama :
Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing,
demm atau dingin.
Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali/menit atau lebih.
Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat.
b) Bukan pneumonia
Tanda utama :
Tidak ada nafas cepat.
Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.
Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Mayoritas penyebab ISPA
adalah virus dengan frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian atas, sedangkan ISPA untuk
bagian bawah frekuensinya lebih kecil (WHO, 1995). Dalam Harrisons Principle of Internal
Medicine di sebutkan bahwa penyakit infeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung,
nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan
infeksi akut saluran nafas bagian bawah hamper 50 % diakibatkan oleh bakteri streptococcus
pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk kurang lebih 70-90%, sedangkan stafilococcus
aureus dan H influenza sekitar 10-20%. Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernapasan
akut ini melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1995)
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak
adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh
dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
Penyebaran Penyakit
Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu :
1. Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk.
2. Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan bersin.
3. Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari
oleh jasad renik.
Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA :
1. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit
ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan
tubuhnya lebih rendah.
2. Status Imunisasi
Annak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
3. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap
rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
Penatalaksanaan
1. Suportif :
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin, dll.
2. Antibiotik :
Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
Utama ditujukan pada pneumonia, Influenza dan Aureus.
Menurut WHO :
o Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain.
o Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon, dll.
Pencegahan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara
lain :
1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara memberikan
makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit
baik.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup
hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang
menderita penyakit ISPA.
Kesimpulan
Ketersediaan dan ketercukupan input (SDM, sarana, dana dan metode) di Puskesmas
Pekik Nyaring memadai, sedangkan di Puskesmas Kembangseri kurang memadai dan di
Puskesmas D6 Ketahun sangat kurang memadai.
Proses pelaksanaan program P2 ISPA balita yang meliputi P1, P2 dan P3 di Puskesmas
Pekik Nyaring (kinerja tinggi) sudah dilaksanakan dengan baik. Puskesmas Kembangseri
(kinerja sedang) belum melaksanakan semua proses dengan baik terutama dokumentasi uraian
tugas pengelola program tidak melakukan survailans sehingga perencanaan kurang didukung
oleh data yang lengkap. Puskesmas D6 Ketahun (kinerja rendah) sebagian besar proses belum
dilaksanakan.

Daftar Pustaka
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pediatrics/2049898-apa-itu-ispa/

http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?id=718_Waspada-Penyakit-ISPA,-
Perbanyak-Konsumsi-Air-Putih
http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/04/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa/

Anda mungkin juga menyukai