Artikel - Nilai Keadilan
Artikel - Nilai Keadilan
Artikel - Nilai Keadilan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
untuk mengenal, merasakan dan mampu menyelami perasaan hukum dan rasa
memberikan putusan yang sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat
Rasa keadilan yang dimaksudkan yaitu rasa keadilan yang dapat diterima
oleh seluruh rakyat Indonesia dan mewujudkan keadilan1 secara nyata, yang
mana merupakan batu ujian bagi hakim dalam kaitannya dengan kemandirian
profesi dan fungsi hakim sebagai pengemban amanat pencari keadilan, karena
kaitannya dengan penegakan hukum adalah dua hal yg saling berkaitan dan
1
Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan Pengembangan
Hukum Pidana, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1998.
1
2
tidak bisa diikuti oleh hukum positif sehingga berakibat timbulnya kekosongan
merupakan unsur yang cukup penting tidak saja dalam pembuat hukum atau
publik.Tentu saja, ini menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan, aparat yang
hukumnya.
korupsi.
hukum dan aturan umum KUHP sebagaimana dimaksudkan oleh Pasal 103
kalangan masyarakat umum. Karena dampak tindak pidana korupsi tidak hanya
masyarakatnya.
bersifat luar biasa dan harus pula dilakukan dengan cara-cara yang berbeda.
yang tertutup menjadi terbuka dan transparansi.Tindak pidana korupsi tidak lagi
4
Mien Rukmini, Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi, PT. Alumni, Bandung, 2009.
5
Romli Atmasasmita, Globalisasi dan Kejahatan Bisnis, Kencana, Jakarta, 2010.
5
ordinary).
pelaku tindak pidana korupsi yang diputus bebas oleh hakim dan melanjutkan
Mahkamah Agung, seperti contoh dalam kasus penelitian ini yaitu putusan
2057/K/Pid.Sus/2009.
berkekuatanhukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan
tahun.
Pasal 55 ayat (1) KUHP dan Pasal 3 jo Pasal 18 UU No.31Tahun 1999 yang
telah dirubah dengan UU No.20 Tahun 2001 jo Pasal55 ayat (1) ke-1 KUHP
Subsidair tersebut ;
Pematang Siantar ;
senilai Rp.1.400.368.000,-
diputuskan:
Korupsi
Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1KUHP, Undang-Undang No.4 Tahun
7
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1500/K/Pid/2006.
9
sebagai berikut :
martabatnya ;
Primair
8
Putusan Mahkamah Agung Nomor. 2057/K/Pid.Sus/2009.
10
4(empat) tahun penjara, dan denda sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus
tetap,maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalamPasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 huruf
/ 2007 / PN.Tjr. tanggal 03 April 2008 yang amar lengkapnya sebagai berikut :
atas, tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
atas, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
kedudukan ;
4. Memidana Terdakwa H. Kamrani Umar bin Adji Bangsawan oleh karena itu
kuranganya 3 orang Hakim Agung, yang jika dipandang perlu dapat mendengar
sebagaimana mestinya.
KUHAP).
Demi keadilan dan kebenaran maka putusan hakim harus dapat diperbaiki
alasan yang dapat dipakai dalam mengajukan permohonan kasasi ( Pada Pasal
253 KUHAP).
sanksi pidana terhadap sipelaku, dan sanksi pidana itu dipandang kurang
9
Jeremies Lemek, Mencari Keadilan Pandangan Kritis Terhadap Penegakkan Hukum
diIndonesia, Galang Press, Yogyakarta, 2007
13
agar dengan putusan yang dijatuhkan oleh hakim tersebut dapat menimbulkan
B. Identifikasi Masalah
Korupsi?
C. Tujuan Penelitian
atau aturan hukum yang dapat digunakan sebagai Tinjauan Tentang Kesalahan
10
Sudikno Mertokusuma dan Pitlo, Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bhakti,
Bandung, 1993.
14
Negeri.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis :
2. Kegunaan Praktis;
15
tugasnya.
E. Kerangka Pemikiran
kepentingan hukum saja dalam putusan perkara yang dihadapi melainkan juga
hukum12.
Putusan hakim memang tetap dituntut oleh masyarakat untuk berlaku adil,
11
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
12
Wahyu Affandi, Hakim dan Penegakkan Hukum, Alumni, Bandung, 1981.
16
persidangan yang didasari pada aturan dasar hukum yang jelas (azas legalitas)
dan disertai dengan hati nurani hakim. Bahkan hakim juga disebut sebagai
wakil Tuhan di dunia dalam arti harus tercermin dalam putusan perkara yang
sedang ditanganinya, maka sebagai seorang hakim tidak perlu ragu, melainkan
tetap tegak dalam garis kebenaran dan tidak berpihak, namun putusan hakim
juga paling tidak dapat dilaksanakan oleh pencari keadilan atau tidak hanya
1981 tentang Hukum Acara Pidana13 adalah pejabat peradilan negara yang
dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak
dan faktor-faktor penyebabnya serta upaya apa yang harus dilakukan agar para
hukum kalah dengan prinsip kepastian hukum, yang menjadi mahkota bukan
13
Pasal 1 undang-undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
17
keadilan akan tetapi kepastian hukum. Padahal setiap putusan hakim wajib
Esa yang mempuyai makna bahwa hakim harus menjadikan keadilan sebagai
spirit utama dalam seluruh bagian putusan, keadilan harus di atas yang lainnya
(welfare state).14
(putusan pengadilan) yang merupakan andil dari teori realisme, yakni bahwa
hukum. Hukum sebagai keahlian para hakim dan apa yang tercipta di
14
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan
Nasional, (Bandung: Bina Cipta, Tanpa Tahun).
18
lahirnya sebuah vonis yang dikemudian hari dapat diikuti oleh hakim-hakim
sebagai dasar keputusannya, hakim yang lainnya memakai rasa sebagai dasar
keputusannya, dan yang lain lagi ada memakai hukum adat sebagai dasar
memang oleh karena Indonesia menganut system Civil Law System dengan
15
Soedirdjo, Jaksa dan Hakim Dalam Proses Pidana, Penerbit: Akademika Pressindo, Jakarta
1985.
19
tindak pidana korupsi, yang disebabkan oleh peran lembaga peradilan melalui
tindak pidana korupsi tidak masuk sebagai kejahatan biasa namun merupakan
16
Romli Atmasasmita, Pengkajian Mengenai Implikasi Konvensi Menentang Korupsi 2003 ke
dalam sistem Hukum Nasional, Proposal, Departemen Kehakiman dan HAM RI-Badan
Pembinaan Hukum Nasional, 2004, hlm.4
17
Purwaning M. Yanuar, Pengembalian Aset Hasil Korupsi, Bandung PT Alumni, hlm. 21.
20
kesejahteraan sosial bangsa dan negara, salah satu cara untuk mencegah,
tanggung jawab kepada institusi negara dan institusi hukum untuk memberikan
mencapai kesejahteraan18 .
Teori ini dilandasi pada prinsip dasar Berikan kepada Negara apa yang
yang merupakan hak individu masyarakat, sehingga prinsip tersebut setara dan
sebangun dengan prinsip berikan kepada rakyat apa yang menjadi hak rakyat.
18
Purwaning M. Yanuar, Op.cit, hlm. 25
19
Omar Swatz, Human Nature Review: The Rule of Law, Corruption and Mutual Legal
Assistance, Boston: CCVA, 2006,
20
Michael Levi, Tracing and Recovering The Proceeds of Crime, Cardiff University, Wales,
UK, Tbilisi, Georgia, June 2004, hlm. 17
21
aset hasil tindak pidana dari pada yang hak yang dimiliki oleh pelaku
tindak pidana.
yang relatif baru dan sebagai perkembangan tuntutan masyarakat, baik nasional
korupsi maupun negara penerima aset hasil tindak pidana korupsi menikmati
keuntungan dari hasil aset hasil tindak pidana yang seharusnya dipergunakan
hal yang biasa terjadi sejak zaman dulu.Meskipun demikian terhadap kasus-
kasus seperti korupsi perlu kiranya mendapat perhatian dan kajian yang serius
dimasa mendatang.
pidana (Straft Macht) lebih rendah dari batas ancaman minimal, bahkan ada
dari prinsip negara hukum yang demokratis, prinsip tersebut diperlukan untuk
21
Mukti Arto, Mencari Keadilan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006.
22
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Suatu Tinjauan Khusus Terhadap Surat Dakwaan,
Eksepsi, dan Putusan Pengadilan, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2002.
23
politis, masa jabatan dan gaji yang terjamin, tidak ada intervensi dari kekuasaan
eksekutif dan legislatif terhadap proses peradilan dan pengadilan, dan adanya
otonomi secara administratif, dan anggaran belanja, kelima hal ini sekaligus
keadilan, hal ini menjadi salah satu parameter penting tentang terwujud atau
hukum.Bila tidak ada mekanisme ini maka lembaga peradilan akan menjadi
lembaga yang tidak tersentuh atau bahkan menjadi tirani yudisial, yang pada
24
itu sendiri.
kebelakang kadang berjalan ditempat. Oleh karena itu, perlu dorongan dari
berbagai pihak untuk mendorong dan menjaga agar proses pembenahan sistem
F. Metode Penelitian
hukum, kaidah hukum dan peraturan hukum yang kongkrit, dengan spesifikasi
bahan hukum primer, Bahan hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang
lainnya yang relevan dengan judul tesis ini.Disamping itu juga, dapat