In Absensia
In Absensia
In Absensia
SKRIPSI
Oleh :
ARI SUTOPO
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008
BAB I
PENDAHULUAN
bernegara. Tegaknya hukum itu dalam arti sempit identik dengan tegaknya
Undang-Undang. Akan tetapi, dalam arti luas tegaknya hukum adalah upaya
Dengan kata lain yang lebih luas lagi, bahwa yang ditegakkan itu hukum dalam
suatu sistem, bukan menyangkut peraturan dalam arti formal, tetapi juga
tidak selalu sejalan dan tidak mungkin mencakup semua pertumbuhan aneka
dalam rumusan formulasi kejahatan dan Hukum Pidana yang demikian itulah
unsur anti sosial dengan akibat merugikan dam unsur perbuatan yang
merupakan pelanggaran norma hukum dan disertai sikap batin yang jahat.
1
Jinmmy Asshidigie, 2000, Agenda Pembangunan Hukum Nasional Di Abad Glohalisasi, Jakarta,
Sinar Grafika, hal. 93.
Dengan demikian Makin jelas bahwa rumusan dan formulasi tentang kejahatan
hukum kejahatan nisbi. Hal ini terkait dengan sifat kejahatan lain. Korban
tindak pidana korups i bersifat ”invisible" atau tidak kasat mata, dalam arti tidak
pelaku kejahatan korupsi identik dengan orang-orang pandai dan mereka yang
Sehingga hukum acara pidana hams dibentuk dan dikembangkan secara khusus
untuk menghadapi kejahatan yang bemama korupsi. Sesuai dengan asas tidak
ada peraturan tanpa kekecualian (there in rule without exception) maka peitu
aturan atau ketentuan khusus acara pidana yang dicantumkan dalam ketentuan
menurut:
1. Ketentuan Pasal 103 KUHP "Zex specialist derogate lex generalist" yang
Undang Pidana Umum (KUHP). Jadi, pasal ini bisa disebut pintu pembuka
untuk mengembangkan seeara lebih luas lagi Hukum Pidana khusus di luar
KUHP.
masalah dewasa ini. Padahal tuntutan dalam masyarakat dewasa ini, hukum
absensia). Hal ini tentunya sejalan dengan tugas dan fungsi pokok Hukum
Acara Pidana. Van Bemelen merumuska n tiga hal yang penting yaitu :2
2
Lamintang, 1987, Delik-Delik Khusus, Senar Baru, Bandung, hal. 527
Bahwa kedudukan terdakwa sebagai subjek yang harus mendapatkan
yang hams menjadi dasar putusan hakim pidana. 3 Usaha pencarian kebenaran
guna menetapkan bahwa justru hukum pidana materiil dalam hal tertentu tidak
Jakarta Pusat yang telah dijatuhkan vonis kepada Bos PT Bank Harapan
Sentosa (BHS) Hendra Raharja secara in absensia terhadap kasus tindak pidana
korupsi. 4
karena alasan sakit maupun karena bertempat tinggal di luar negeri atau sedang
3
R. Wirjono Projodikoro, 1985, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Sumur, Bandung, hal. 34
4
Jawa Pos, 23 Maret 2002, Hendra Raharja Tersangkut Korupsi Bank Harapan Sentosa, hal. 2
dan pemeriksaan oleh pengadilan. 5 Sehingga untuk kasus-kasus tertentu yang
dengan jelas. Hal ini menyangkut ada tidaknya perjanjian ekstradisi. Karena
masalah ektradisi bukanlah masalah yang sederhana, disatu pihak ada negara
yang lam lagi, ada negara yang begitu mudah menangkap orang yang dicari
Salah satu satu hambatan penegak hukum, terlebih jaksa sebagai penuntut
umum dan eksekutor putusan hakim, atau sangat terganggu apabila jatannya
saksi. Hal ini selain dari pada menimbulkan permasalahan dari proses
eksekusi, tetapi karena terhukum tidak hadir dalam persidangan, maka akan
perkara diputuskan tanpa hadimya terdakwa. Dakwa perkara itu tetap menjadi
tanggung jawab jaksa seba gai eksekutor putusan hakim, apabila si tersangka
maupun bertambah besar jumlah kerugian negara akibat denda (piutang negara)
5
Kompas, 28 Januari 2003, Peradilan Putuskan Kasus Hendra Raharja Secara hi Absensia, hal. 4
Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk menulis permasalahan-
KORUPSI".
B. Pe rumusan Masalah
dan sasaran yang hendak dicapai menjadi jelas, terarah dan memudahkan
C. Tujuan Penelitian
memiliki tujuan yang tidak terlepas dari obyek yang diteliti. Adapun tujuan dari
2. Tujuan Subyektif
D. Manfaat Penelitian
bukan hanya bagi penulis saja, tetapi diharapkan juga berguna bagi pihak-pihak
lain.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
diperoleh.
E. Kerangka Teoritis
Tindak Pidana adalah pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan
jahat atau kejahatan (crime atau verbrechen atau misdaad) yang biasa diartikan
berbagai istilah seperti: perbuatan pidana (UU Drt 1951 No. 1), peristiwa
pidana (Konstitusi RIS maupun UUDS 1950) dan dalam ilmu pengetahuan
hukum sering disebut dengan "delik". Istilah lain menunjuk kepada pelanggaran
pidana, perbuatan yang boleh dihukum, perkara hukuman pidana dan lain
sebagainya.
kejahatan hukumnya. Hat itu terkait dengan sifat kejahatan korupsi bersifat
tidak kasat mata dalam artian tidak jelas siapa saja yang menjadi korbannya
hal ini disebabkan bahwa Indonesia belum begitu banyak mengalami perubahan
yang berarti dalam arti yang positif, terutama reformasi di bidang hukum lebih
Hal ini disebabkan tidak bagusnya kinerja aparat hukum kita yang peduli
6
Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Semarang : Yayasan Sudarto, Hal. 38
terhadap penegakan hukum terhadap kasus korupsi, sehingga jarang sekali
pelaku tindak pidana korupsi kasusnya sampai tuntas diselesaikan, hal ini
terdakwa, jika terdakwa peraah hadir kemudian tidak hadir lagi maka hal
ini dalam perkara korupsi atau ekonomi dik enal dengan istilah "in absensia".
hadir dalam sidang panggilan tanpa memberi alasan yang jelas atau sah maka
Negara serta di dalam satu atau lebih surat kabar yang ditunjuk oleh hakim dan
peradilan yang tanpa dihadiri seorang terdakwa. Peradilan ini dilakukan untuk
7
Laden Marpaung, 1992, Proses Penanganan Perkawa Pidana, Sinar Grafika, Bandung, hal. 374
F. Metode Penelitian
ilmiah.
1. Jenis Penelitian
suatu permasalahan. Dalam hal ini desain penelitian berkaitan erat dengan
dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang ada saat ini, dengan jalan
8
Soerjono Soekamto, 1985, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Pres, hal. 10
selanjutnya dianlisis dan menginterpretasikan data untuk kemudian
berikut :
a. Mengumpulkan data
b. Menyajikan data
2) Kategori kasus
c. Redaksi data
d. Penarikan kesimpulan
b. Analisis kasus (case study), digunakan dalam kasus yang diteliti dalam
penelitian ini.
3. Sumber data
absensia.
pengumpulan data sekunder yang be rupa artikel dan dokumen lain yaag-
tepat. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan tehnik studi pustaka untuk
mengumpulkan dan menyusun data yang diperlukan. Studi pustaka ini sendiri
penelitian ini.
yang terdiri dari reduksi data, sajian data, dan kemudian penarikan
diperoleh data tanpa harus direduksi sudah lengkap, data dapat. langsung
disajikan. Dan apabila sampai pada tahap display ditemukan kesulitan dalam
menarik kesimpulan karena data kurang, atur kembali ke tahap pengumpulan
data. Jadi, antara tahap yang satu dengan yang lain tidak hams unit tetapi
yang menjadi latar belakang masalah dari peradilan in absensia dalam perkara
dari tindak pidana, tindak pidana korupsi, korupsi serta peradilan in absensia.
9
HB Sutopo, 1998, Metode Penelitain Kwantitatif, Surakarta, Pusat Penelitian UNS, hal. 8
PENUTUP. Dalam bab ini akan berisikan tentang kesimpulan-
kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian oleh penulis dan saran-saran