In Absensia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

PERADILAN IN ABSENSI DALAM PERKARA

TINDAK PIDANA KORUPSI

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi


Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Hukum
dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

ARI SUTOPO

C. 100 000 165

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, penegak hukum merupakan upaya yang secara sengaja

dilakukan untuk mewujudkan cita-cita hukum dalam rangka menciptakan

keadilan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Tegaknya hukum itu dalam arti sempit identik dengan tegaknya

Undang-Undang. Akan tetapi, dalam arti luas tegaknya hukum adalah upaya

menjamin tegaknya hukum dalam nilai-nilai keadilan dalam masyarakat.

Dengan kata lain yang lebih luas lagi, bahwa yang ditegakkan itu hukum dalam

suatu sistem, bukan menyangkut peraturan dalam arti formal, tetapi juga

institusinya dan bahkan nilai-nilai yang tercermin di dalam masyarakat.1

Pertumbuhan rumusan resmi tentang kejahatan dalam Hukum Pidana

tidak selalu sejalan dan tidak mungkin mencakup semua pertumbuhan aneka

ragam kejahatan menurut pengertian masyarakat. Bahkan sering kali tertinggal

dalam rumusan formulasi kejahatan dan Hukum Pidana yang demikian itulah

yang menyebabkan tidak adanya keseragaman batasan menentukan unsur-unsur

dan syarat-syarat yang terkandung dalam masyarakat.

Rumusan hukum tentang kejahatan pada dasarnya mengandung unsur-

unsur anti sosial dengan akibat merugikan dam unsur perbuatan yang

merupakan pelanggaran norma hukum dan disertai sikap batin yang jahat.

1
Jinmmy Asshidigie, 2000, Agenda Pembangunan Hukum Nasional Di Abad Glohalisasi, Jakarta,
Sinar Grafika, hal. 93.
Dengan demikian Makin jelas bahwa rumusan dan formulasi tentang kejahatan

lebih luas dari pada rumusan tentang kejahatan. Sedangkan keperluan

masyarakat menghendaki kepada warganya terhindar dari perilaku dengan

mengadakan peraturan hukum.

Pola perilaku kejahatan korupsi termasuk golongan kejahatan yang

perkembangannya mempunyai potensi tinggi untuk sulit dijangkau rumusan

hukum kejahatan nisbi. Hal ini terkait dengan sifat kejahatan lain. Korban

tindak pidana korups i bersifat ”invisible" atau tidak kasat mata, dalam arti tidak

jelas siapa yang menjadi korbannya begitupun dengan pelakunya. Biasanya

pelaku kejahatan korupsi identik dengan orang-orang pandai dan mereka yang

mempunyai jabatan dalam organisasi baik swasta maupun pemerintah.

Sehingga hukum acara pidana hams dibentuk dan dikembangkan secara khusus

untuk menghadapi kejahatan yang bemama korupsi. Sesuai dengan asas tidak

ada peraturan tanpa kekecualian (there in rule without exception) maka peitu

diamati tentang kekeeualian peraturan tersebut. Kekeeualian tersebut adalah

aturan atau ketentuan khusus acara pidana yang dicantumkan dalam ketentuan

Pasal 284 ayat 20 KUHP yang perumusannya adala h sebagai berikut:

"Dalam waktu 2 (dua) tahun setelah undang-undang ini diundangkan maka


terhadap semua perkara diberlakukan ketentuan undang-undang ini, dengan
pengecualian untuk sementara mengenai ketentuan khusus acara pidana
sebagaimana tersebut dalam undang-undang tertentu, sampai ada perubahan
atau dinyatakan tidak berlaku lagi".

Adapun gagasan dan ide untuk mengembangkan secara khusus ini

menurut:

1. Ketentuan Pasal 103 KUHP "Zex specialist derogate lex generalist" yang

pada intinya adalah bahwa ketentuan undang-undang pidana khusus


mengesampingkan atau meniadakan ketentuan dalam Ketentuan Undang-

Undang Pidana Umum (KUHP). Jadi, pasal ini bisa disebut pintu pembuka

untuk mengembangkan seeara lebih luas lagi Hukum Pidana khusus di luar

KUHP.

2. Sebaga i tugas hakim adalah dalam rangka menemukan hukum

(rechfinding), bahwa hakim tidak seharusnya serta merta membakukan

setiap putusan seeara "zakelick" separti yaag tercantum dalam undang-

undang tentang Mahkamah Agung.

3. Kenyataan bahwa penafsiran sempit terhadap UU, dirasakan timpang dalam

pergaulan masyarakat, sehingga seeara yuridis tidak lagi mampu menunjang

tingkah laku kehidupan di masyarakat serta tidak mampu lagi memecahkan

masalah dewasa ini. Padahal tuntutan dalam masyarakat dewasa ini, hukum

diharapkan dapat berfungsi sebagaimana mestinya terhadap gejata yang

tetjadi di dalam kehidupan masyarakat dewasa ini.

Pada dasarnya, walaupun ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) dan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) tidak mengenal peradilan tanpa hadimya terdakwa (peradilan in

absensia). Hal ini tentunya sejalan dengan tugas dan fungsi pokok Hukum

Acara Pidana. Van Bemelen merumuska n tiga hal yang penting yaitu :2

1. Mencari dan mendapatkan kebenaran yang selengkap-lengkapnya.

2. Memberikan putusan oleh hakim agar diputuskan atau tidak.

3. Pelaksanaan dari putusan yang telah diambil itu.

2
Lamintang, 1987, Delik-Delik Khusus, Senar Baru, Bandung, hal. 527
Bahwa kedudukan terdakwa sebagai subjek yang harus mendapatkan

penghargaan sepenuhnya ini, tidak mengurangi pentingnya akan tujuan pidana

untuk mengejar kebenaran dalarn pemeriksaan perkara pidana, sebab kebenaran

yang hams menjadi dasar putusan hakim pidana. 3 Usaha pencarian kebenaran

bukan semata-mata guna diterapkan Hukum Pidana Materiel, melainkan juga

guna menetapkan bahwa justru hukum pidana materiil dalam hal tertentu tidak

perlu diterapkan. Hukum acara pidaaa menentukan agar para pengusutan

akhimya hakim, dapat berusaha menembus ke arah diketemukannya kebenaran

dari perbuatan yang disangka telah dilakukan seseorang. Dengan demikian,

baik undang-undang maupun yuriprudensi menentukan sebagai hal penting dari

"penentu pidana" (strafvordering} adalah mengungkapkan kebenaran hakiki.

Baik itu dalam tahap penyelidikan, pemeriksaan pendahuluan maupun

pemeriksaan di muka persidangan.

Beberapa waktu yang lalu, dunia peradilan Indonesia diramaikan dengan

adanya terobosan baru di bidang hukum dibalik Keputusan Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat yang telah dijatuhkan vonis kepada Bos PT Bank Harapan

Sentosa (BHS) Hendra Raharja secara in absensia terhadap kasus tindak pidana

korupsi. 4

Praktek-praktek yang dilakukan terdakwa untuk menghindari tuntutan

maupun putusan pengadilan menuntut untuk dilakukannya peradilan secara in

absensia. Adakalanya terdakwa tidak dapat dihadirkan di muka persidangan,

karena alasan sakit maupun karena bertempat tinggal di luar negeri atau sedang

bepergian ke luar negeri, atau alasan-alasan lain untuk menghindari penuntutan

3
R. Wirjono Projodikoro, 1985, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Sumur, Bandung, hal. 34
4
Jawa Pos, 23 Maret 2002, Hendra Raharja Tersangkut Korupsi Bank Harapan Sentosa, hal. 2
dan pemeriksaan oleh pengadilan. 5 Sehingga untuk kasus-kasus tertentu yang

melibatkan persoalan yang melintas batas dengan negera lain, penangkapan

tidak dapat dilakukan begitu saja, walaupun keberadaannya sudah diketahui

dengan jelas. Hal ini menyangkut ada tidaknya perjanjian ekstradisi. Karena

masalah ektradisi bukanlah masalah yang sederhana, disatu pihak ada negara

yang menolak untuk mengekstradisikan orang yang diminta. Sedangkan pihak

yang lam lagi, ada negara yang begitu mudah menangkap orang yang dicari

negara yang note bene negara yang berdaulat.

Salah satu satu hambatan penegak hukum, terlebih jaksa sebagai penuntut

umum dan eksekutor putusan hakim, atau sangat terganggu apabila jatannya

sidang peradilan tidak lancar disebabkan ketidak-hadiran terdakwa maupun

saksi. Hal ini selain dari pada menimbulkan permasalahan dari proses

persidangannya, juga jelas akan mengakibatkan tunggakan-tunggakan perkara /

ataupun denda. Perkara -perkara yang seharusnya sudah diputuskan dan

eksekusi, tetapi karena terhukum tidak hadir dalam persidangan, maka akan

berakibat jenis perkara tersebut menunggu tertangkapnya tertuduh atau apabila

perkara diputuskan tanpa hadimya terdakwa. Dakwa perkara itu tetap menjadi

tanggung jawab jaksa seba gai eksekutor putusan hakim, apabila si tersangka

tidak diketahui lagi alamatnya. Apabila hat aa berlarut-larut, tidak segera

tertanggutangi, maka sudah barang tentu akan menambah jumtah perkara

maupun bertambah besar jumlah kerugian negara akibat denda (piutang negara)

yang tidak tertagih.

5
Kompas, 28 Januari 2003, Peradilan Putuskan Kasus Hendra Raharja Secara hi Absensia, hal. 4
Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk menulis permasalahan-

permasalahan serta proses jalannya peradilan in absensia, agar mengarah pada

pokok permasalahan yang telah ditentukan, penulis mengambil judul:

"PERADILAN IN ABSENSIA DALAM PERKARA TINDAK PIDANA

KORUPSI".

B. Pe rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang penting di dalam suatu

penelitian, guna memberikan gambaran yang terfokus mengenai objek peneliti

dan sasaran yang hendak dicapai menjadi jelas, terarah dan memudahkan

pemahaman terhadap masalah yang diteliti.

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan, maka penulis

merumuskan permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berik ut:

1. Sejauh mana kekuatan daya ikat peradiian in absensia dalam menyelesaikan

terhadap tindak pidana korupsi ?

2. Dalam hal apa pengadilan menyelenggarakan peradilan in absensia ?

3. Upaya pengadilan dalam hal terdakwa meninggalkan dunia sebelum atau

sesudah putusan dijatuhkan ?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian untuk menyusun suatu karya ilmiah sudah selayaknya

memiliki tujuan yang tidak terlepas dari obyek yang diteliti. Adapun tujuan dari

karya ilmiah atau skripsi ini adalah sebagai berikut:


1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui sejauh mana kekuatan daya ikat peradilan in absensia

dalam menyelesaikan terhadap tindak pidana korupsi ?

b. Dalam hal apa pengadilan menyelenggarakan peradilan in absensia.

c. Upaya pengadilan dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum atau

sesudah putusan dijatuhkan.

2. Tujuan Subyektif

Untuk mengumpulkan data-data yang akan penulis gunakan sebagai

bahan utama penyusunan penulisan hukum untuk memenuhi syarat dalam

mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum, memperdalam

pengetahuan penulisan di dalam mendalami berbagai teori yang penulis

peroleh setama kuliah dan pemahaman aspek hukum dalam praktek.

Terkhusus dalam Hukum Pidana dan Hukam Acara Pidana.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian yang penulis lakukan ini mempunyai manfaat

bukan hanya bagi penulis saja, tetapi diharapkan juga berguna bagi pihak-pihak

lain.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum

pada ummnnya dan terkhusus Hukum Acara Pidana.


b. Diharapkan dapat menambah literatur dan bahan-bahan informasi ilmiah,

mengingat fenomena hukum yang semakin berkembang sejalan

perkembangan hukum masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan jawban atas masalah yang diteliti dengan pemikiran yang

dinamis guna mengembangkan penalaran sehingga mengetahui

kemampuan penulis dalam bemsaha memecahkan suatu masalah dengan

metode ilmiah sehingga menghasilkan hasil penelitian yang bermanfaat.

b. Guna mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis,

sekaligus mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang

diperoleh.

c. Untuk melatih penulisan hukum dalam mengungkapkan permasalahan

seeara sistemtatis dan berusaha memecahkan masatah yang ada tersebut

dengan metode ilmiah menunjang pengembangan ilmu hukum yang

pernah penulis terima selama kuliah.

E. Kerangka Teoritis

Tindak pidana merupakan suatu pengertian dasar dalam Hukum Pidana.

Tindak Pidana adalah pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan

jahat atau kejahatan (crime atau verbrechen atau misdaad) yang biasa diartikan

seeara yuridis (hukum) atau secara kr iminologis.

Menurut Wirjono Projodikoro, "Bahwa pengertian tindak pidana adalah

suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan pidana, sedangkan menurut

Moeljatno, perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat


dikenakan pidana, bagi yang melanggar perbuatan tersebut. Jadi perbuatan yang

dapat dikenakan pidana dibagi menjadi 2 (dua)", 6 yakni sebagai berikut:

1. Perbuatan yang dilarang oleh undang-undang.

2. Orang yang melanggar larangan itu.

Di dalam perundang-undangan tindak pidana sering disebut dengan

berbagai istilah seperti: perbuatan pidana (UU Drt 1951 No. 1), peristiwa

pidana (Konstitusi RIS maupun UUDS 1950) dan dalam ilmu pengetahuan

hukum sering disebut dengan "delik". Istilah lain menunjuk kepada pelanggaran

pidana, perbuatan yang boleh dihukum, perkara hukuman pidana dan lain

sebagainya.

Sementara itu korupsi merupakan perbuatan tindak pidana yang

tergolong perkembangannya mempunyai potensi tinggi untuk dijangkau

kejahatan hukumnya. Hat itu terkait dengan sifat kejahatan korupsi bersifat

tidak kasat mata dalam artian tidak jelas siapa saja yang menjadi korbannya

begitu juga dengan pelakunya. Biasanya pelaku kejahatan korupsi identik

dengan orang-orang yang pandai dan mempunyai jabatan, sehingga Hukum

Acara Pidana hams dibentuk dan dikembangkan secara khusus untuk

menghadapi tindak pidana korupsi. Tindak pidana korupsi di Indonesia

semenjak bergulimya reformasi 1998 tumbuh dan berkembang dengan pesat,

hal ini disebabkan bahwa Indonesia belum begitu banyak mengalami perubahan

yang berarti dalam arti yang positif, terutama reformasi di bidang hukum lebih

subsidir pada masalah korupsi. Sorotan masyarakat inte rnasional dalam

masalah korupsi yang mendudukan Indonesia sebagai negara terkorup di dunia.

Hal ini disebabkan tidak bagusnya kinerja aparat hukum kita yang peduli

6
Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Semarang : Yayasan Sudarto, Hal. 38
terhadap penegakan hukum terhadap kasus korupsi, sehingga jarang sekali

pelaku tindak pidana korupsi kasusnya sampai tuntas diselesaikan, hal ini

disebabkan karena cerdiknya si pelaku dalam mengelabuhi aparat hukum dan

menggunakan berbagai alasan sehingga enggan datang di dalam persidangan.

In absensia yaitu pengadilan memeriksa perkara dengan tidak hadimya

terdakwa, jika terdakwa peraah hadir kemudian tidak hadir lagi maka hal

tersebut dianggap bahwa terdakwa telah hadir. Mengenai kehadiran terdakwa

ini dalam perkara korupsi atau ekonomi dik enal dengan istilah "in absensia".

Jika dikatakan in absensia terdakwa setelah dipanggil dengan semestinya tidak

hadir dalam sidang panggilan tanpa memberi alasan yang jelas atau sah maka

perkara dapat diperiksa dan diputuskan oleh hakim tanpa kehadirannya.

Mengenai putusan peradilan in absensia diumumkan oleh Panitera dalam Berita

Negara serta di dalam satu atau lebih surat kabar yang ditunjuk oleh hakim dan

turunan dari putusan tersebut disampa ikan di rumah yang bersangkutan. 7

Hal ini membuat pengadilan menggelar pengadilan in absensia yaitu

peradilan yang tanpa dihadiri seorang terdakwa. Peradilan ini dilakukan untuk

menghindari larinya terdakwa dari tuntutan hukum atau pemeriksaan

pengadilan untuk menghindari alasan-alasan terdakwa yang enggan ke

pengadilan, dengan begitu aset-aset negara dibawa oleh koruptor dapat

dikembalikan melalui pengadilan in absensia.

7
Laden Marpaung, 1992, Proses Penanganan Perkawa Pidana, Sinar Grafika, Bandung, hal. 374
F. Metode Penelitian

Metode adalah cara tertentu untuk mencari dan mengumpulkan data

secara lengkap dari objek yang menjadi sasaran penelitian, sedangkan

penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji

kebenaran suatu pengetahuan, atau usaha yang menggunakan suatu metode

ilmiah.

Denga n demikian yang dimaksud dengan metode penelitian adalah cara

tertentu untuk mencari kebenaran ilmiah sebagai usaha untuk menemukan,

mengembangkan dan menguji suatu kebenaran. Adapun metode penulisan

hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Desain atau rancangan penelitian merupakan strategi yamg

menunjukkan langkah-langkah yang diambil pene liti dalam memecahkan

suatu permasalahan. Dalam hal ini desain penelitian berkaitan erat dengan

jenis dan sifat penelitian itu sendiri.

Penelitian ini ditinjau dari sifatnya adalah penelitian deskriptis yaitu

penelitian yang bermaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin

tentang manusia, keadaan atau gejala-gejalanya. Maksudnya adalah

mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu di dalam memperkuat

teori-teori lama atau teori-teori baru. 8 Metode penelitian jenis ini

dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang ada saat ini, dengan jalan

mengumpulkan data dan kemudian menyusun dan mengklasifikasikan,

8
Soerjono Soekamto, 1985, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Pres, hal. 10
selanjutnya dianlisis dan menginterpretasikan data untuk kemudian

memperoleh suatu hasil.

Adapun mengenai desain penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Mengumpulkan data

b. Menyajikan data

1) Menampilkan data dan instrumen penelitian

2) Kategori kasus

c. Redaksi data

d. Penarikan kesimpulan

2. Pendekatan yang Digunakan

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis

yang dispesifikasi dalam pendekatan:

a. Analisis isi (content analisys), di gunakan untuk menganalisis pasal- pasal

dalam produk perundang-undangan dalam penelitian ini.

b. Analisis kasus (case study), digunakan dalam kasus yang diteliti dalam

penelitian ini.

3. Sumber data

Obyek dalam penelitian ini adalah sejumlah data sekunder berupa

artikel yang memuat permasalahan-permasalahan mengenai peradilan in

absensia.

4. Tehnik Pengumpulan Data


Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara

pengumpulan data sekunder yang be rupa artikel dan dokumen lain yaag-

dibutuhkan untuk kemudian dikategorikan menurut pengelompokan yang

tepat. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan tehnik studi pustaka untuk

mengumpulkan dan menyusun data yang diperlukan. Studi pustaka ini sendiri

adalah mempakaa tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

membaca, mempelajari dan menganalisa buku-buku, artikel, dan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok permasalahan dalam

penelitian ini.

5. Tehnik Analisis Data

Tehnik memegang peranan penting dimana data yang sudah terkumpul

dapat dipertanggung-jawabkan sehingga menghasilkan jawaban dari

permasalahan. Adapun tehnik analisis data yang digunakan adalah proses

analisis interaktif, proses analisis dengan menggunakan 3 (tiga) komponen

yang terdiri dari reduksi data, sajian data, dan kemudian penarikan

kesimpulan yang aktifitasnya berbentuk interaksi dengan proses

pengumpulan data sebagai proses siklus antara tahap-tahap tersebut.

Data yang tericumpul, kemudian direduksi yang berupa seleksi dan

penyederhanaan data yang beriangsung terus menerus selama penelitian, dan

kemudian diambil kesimpulan. Tahap-tahap ini tidak harus unit, misalnya

diperoleh data tanpa harus direduksi sudah lengkap, data dapat. langsung

disajikan. Dan apabila sampai pada tahap display ditemukan kesulitan dalam
menarik kesimpulan karena data kurang, atur kembali ke tahap pengumpulan

data. Jadi, antara tahap yang satu dengan yang lain tidak hams unit tetapi

berhubungan terus-menerus dengan membentuk siklus.9

G. Siste matika Penulisan

Agar mendapat gambaran mengenai arah dan ruang lingkupnya, maka

perlu dibuat sistematika dari penulisan hukum tersebut Penulisan telah

menyiapkan sistematika penulisan hukum secara garis besar sebagai berikut:

PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan diketemukan mengenai apa

yang menjadi latar belakang masalah dari peradilan in absensia dalam perkara

tindak pidana korupsi, pemmusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kerangka teoritis dan metode penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini berisi pengertian-pengertian

dari tindak pidana, tindak pidana korupsi, korupsi serta peradilan in absensia.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan

diuraikan tentang pembahasan dari pembuktian yang penulis lakukan yaitu :

mengenai kekuatan daya ikatnya dalam peradilan in absensia mampu

menyelesaikan perkara tindak pidaaa korupsi, dalam hal apa pengadilan

menyelenggarakan peradilan in absensia, upaya pengadilan dalam hal

terdakwa meninggal dunia sebelum atau sesudah putusan dijatuhkan.

9
HB Sutopo, 1998, Metode Penelitain Kwantitatif, Surakarta, Pusat Penelitian UNS, hal. 8
PENUTUP. Dalam bab ini akan berisikan tentang kesimpulan-

kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian oleh penulis dan saran-saran

bagi pihak yang be rkaitan dengan penulisan ini.

Anda mungkin juga menyukai