Pak Tua Pemungut Sampah
Pak Tua Pemungut Sampah
Pak Tua Pemungut Sampah
Setelah mencium tangan Bunda dan mengucap salam, Ra berlari keluar rumah. Teman-
temannya sudah menunggu di halaman depan, ada Fathia, Tary, dan Rita.
Setiap hari, Ra melihat orang itu mengambil sampah lalu menaruhnya di gerobak dorong tanpa
merasa jijik. Sampah-sampah itu bau dan busuk. Ada kulit pisang, sayuran busuk, kertas
pembungkus, botol pecah, dan lainlain.
"Eh, bukankah itu sampah-sampah bekas dari rumah kita juga?" bela Tary.
"Tapi kita kan mau lewat. Pak Tua itu harusnya berhenti dulu supaya baunya tidak menyengat,"
kata Fathia.
"Iya. Kita lari saja yuk begitu lewat gerobak sampahnya! Supaya tidak kena baunya," usul Ra.
"Bunda, sampah di depan rumah bau sekali," ujar Ra seraya menghampiri Bunda yang sedang
menggoreng nasi untuk sarapan. Ra masih menggenggam sapu.
Karena hari ini hari Minggu, dia membantu Bunda menyapu lantai.
"Iya, sudah beberapa hari sampah tidak diambil. Pak Soleh sedang sakit. Nanti Ra antar Bunda
menjenguk beliau ya?" kata Bunda. Ra sebenarnya tidak mengerti apa yang dikatakan Bunda.
Tapi melihat Bunda sedang repot, Ra tidak bertanya lagi dan melanjutkan pekerjaannya.
(Beranda rumah ada seperangkat kursi. Hari masih pagi. Di dekat kursi Ra mencium tangan
ibu. Sementara Fathia, Tary, dan Rita menunggu di halaman depan)
(Ra, Fathia, Tary, dan Rita berjalan dan bertemu lelaki tua sedang mengaduk tempat sampah.)
Tary : "Eh, bukankah itu sampah-sampah bekas dari rumah kita juga?"
Fathia : "Tapi kita kan mau lewat. Pak Tua itu harusnya berhenti dulu supaya baunya tidak
menyengat."
Ra : "Iya. Kita lari saja yuk begitu lewat gerobak sampahnya! Supaya tidak kena baunya."
(Ra menghampiri Bunda yang sedang menggoreng nasi untuk sarapan. Hari ini hari Minggu, Ra
membantu Bunda menyapu lantai)
Bunda : "Iya, sudah beberapa hari sampah tidak diambil. Pak Soleh sedang sakit. Nanti Ra
antar Bunda menjenguk beliau ya?"
(Ra melanjutkan menyapu sambil berlalu dari hadapan Bunda, tanpa mengerti apa yang
dikatakan Bunda)