Tinjauan Kepustakaan Poultry Grading
Tinjauan Kepustakaan Poultry Grading
Tinjauan Kepustakaan Poultry Grading
Ayam dibagi menjadi 2 tipe yaitu ayam petelur dan ayam pedaging. Ayam petelur
adalah ayam yang dimanfaatkan untuk diambil telurnya sedangkan ayam pedaging
adalah ayam yang dimanfaatkan untuk diambil dagingnya. Salah satu jenis ayam yang
sering digunakan sebagai ayam pedaging adalah jenis ayam broiler. Ayam broiler
memiliki pertumbuhan yang relatif lebih cepat dibandingkan ayam lokal dan memiliki
perdagingan yang baik. Daging ayam yang dijual untuk keperluan konsumsi biasanya
dijual dalam bentuk karkas. Karkas ayam pedaging adalah bagian dari ayam pedaging
dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya (Dewan Standardidasi Nasional, 1995).
tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien
Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala, kaki,
darah, bulu serta organ dalam. Kualitas karkas dipengaruhi oleh factor sebelum
pemotongan antara lain genetic, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur dan
pakan serta proses setelah pemotongan. Proses setelah pemotongan antara lain metoda
metoda penyimpanan dan preservasi serta macam otot daging (Abubakar et al., 1991).
Karkas ayam broiler adalah bagian tubuh ayam setelah disembelih, dicabut bulu,
dikeluarkan isi perut dan dibersihkan tanpa leher, kepala dan kaki atau dengan kata lain
karkas adalah berat hidup ayam dikurangi kepala, leher, darah, bulu, kaki dan jeroan
Daging adalah semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan
didefinisikan sebagai bagian-bagian hewan yang disembelih atau dibunuh dan lazim
dimakan manusia, kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain dari pada pendinginan
dan penyembelihan dianjurkan dengan cara yang religius (Parry, 1989). Cara-cara
1992). Penyembelihan pada hewan biasa disebut dzakah yang secara lutghoh berarti
daging, tulang, jantung dan ginjal. Bobot karkas ayam broiler berkisar antara 1750-
1800 gram atau 71-73% dari bobot badan. Persentase ayam broiler siap potong menurut
Karkas ayam broiler terdiri dari beberapa bagian, yaitu: dua buah sayap, satu
bagian dada, satu bagian punggung dan dua bagian paha yang terdiri dari dua bagian
thigh dan dua bagian drum stick (Judge et al., 1989). Menurut Swatland (1984) sayap
(F) adalah bagian yang terdiri dari daging pada tulang radius, ulna dan humerus dengan
tulang-tulang tersebut. Dada (D) terdiri dari tulang-tulang sternum dan daging yang
melekat padanya. Paha (A) terdiri dari daging yang melekat pada pelvis tanpa tulang
pelvis ditambah daging dan tulang pada paha. Thigh (C) terdiri dari daging yang
melekat pada tulang femur sampai pertemuan tulang femur dengan tulang tibia dengan
tulangnya. Drumstick (B) terdiri dari daging yang melekat pada tulang tibia dan tulang
fibula pada paha dengan tulangnya. Punggung (E) adalah bagian yang memanjang dari
pangkal leher sampai pada bagian pelvis dengan daging dan tulang yang ada padanya
(Ilustrasi 1).
Ilustrasi 1. Bagian – Bagian Karkas
Menurut Siregar (1980) bahwa karkas yang baik berbentuk padat dan tidak kurus,
tidak terdapat kerusakan kulit ataupun dagingnya. Sedangkan karkas yang kurang baik
mempunyai daging yang kurang padat pada bagian dada sehingga kelihatan panjang
dan kurus. Pada dasarnya mutu dan persentase bobot karkas dipengaruhi oleh galur,
jenis kelamin, umur, bobot dan kualitas makanan yang dibentuk. Hal ini juga didukung
oleh Berg dan Butterfield (1976), yang menyatakan bahwa karkas yang baik ditandai
dengan jumlah daging yang maksimum, sedangkan tulangnya minimum dan jumlah
Faktor yang menentukan nilai kakas meliputi berat karkas, jumlah daging yang
dihasilkan dan kualitas daging dari karkas yang bersangkutan. Nilai karkas
ternak, dan jumlah lemak intramuskular dalam otot. Komposisi karkas broiler
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain bangsa, jenis kelamin, umur, dan tingkat
kepadatan kandang. Pada umur yang relatif muda akan menghasilkan persentase karkas
yang lebih rendah dibandingkan umur yang sudah dewasa. Produksi karkas erat
hubungannya dengan bobot badan. Selain faktor bobot badan, bobot karkas juga
mempengaruhi genetis atau strain, umur, mutu ransum, tata laksana dan kesehatan
Unggas yang dagingnya empuk, yaitu unggas yang daging karkasnya lunak, lentur,
kulitnya bertekstur halus dan kartilago sternalnya fleksibel. Unggas dengan keempukan
daging sedang diidentifikasikan dengan umur yang relatif lebih tua, kulit yang kasar
dan kartilago sternalnya kurang fleksibel (Swatland, 1984 disitasi Soeparno, 1994).
jumlah lemak karkas. Jadi penilaian karkas dapat didasarkan atas berat karkas dan
tingkat perlemakan. Meskipun demikian, karena lemak tidak selalu terdistribusi secara
merata, maka estimasi nilai-nilai karkas (kualitas hasil) masih menghadapi problem
Bobot karkas normal adalah 60 -70 % dari berat tubuh. Sedangkan persentase
karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup dikalikan 100 %
(Siregar, 1994).
karena produksi erat hubungannya dengan bobot hidup, di mana semakin bertambah
Persentase karkas broiler yang normal yang berkisar antara 65 – 67 % dari bobot
hidup (Mc Nitt, 1983). Persentase karkas dipengaruhi oleh bangsa, umur, jenis
kelamin, bobot hidup dan makanan. Persentase ayam jantan lebih besar dibandingkan
persentase ayam betina lebih banyak menghasilkan kulit dan lemak abdomen dari pada
penting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat hubungannya dengan
bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya maka produksi karkasnya
semakin meningkat. Hal ini ditegaskan lagi oleh oleh Ahmad dan Herman (1992)
disitasi Presdi (2001) menyatakan bahwa ayam yang bobot tubuhnya tinggi
menghasilkan persentase karkas yang tinggi, sebaliknya ayam yang bobot hidupnya
Menurut Parry (1988) ayam broiler pertamakali diambil dari peternak dan
kemudian baru dipasarkan. Secara garis besar prosesing ini meliputi penyembelihan,
Suplai
Penyembelihan
Pencabutan bulu
Penyimpanan
Pemasaran
Ilustrasi 2. Diagram prosesing ayam dari suplai sampai pemasaran (Parry, 1989)
Pemingsanan dengan menggunakan aliran listrik pada suatu water bath yang berjalan
dengan memasang elektode, sehingga ketika kepala ayam menyentuh air akan
tersetrum. Pemingsanan juga dapat dilakukan dengan alat listrik yang berupa piringan
logam yang bisa dioperasikan tangan dari petugas stunning (Parry, 1989).
Pada tempat prosesing ayam disembelih pada bagian leher dekat kepala dengan
Oeshopagus
Trakhea
Dalam agama Islam menyembelih disebut dzakah yang secara lutghoh diartikan
memotong bagian tertentu. Bagi negara yang mayoritas muslim penyembelihan dengan
metode Islam, yaitu dengan sistem dzabh dengan memotong mari' (kerongkongan),
hulqum (jalan pernapasan) dan dua urat darah leher (Nuhriawangsa, 1999).
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penyembelihan secara Islam
hewan sembelihan: hewan masih dalam keadaan hidup dan termasuk yang dihalalkan.
Syarat kedua berhubungan dengan alat untuk menyembelih: alat harus benar-benar
tajam dan terbuat dari logam, batu dan kayu. Syarat yang ketiga berhubungan dengan
orang yang menyembelih yang meliputi: (1) orang yang telah disepakati boleh
melakukan penyembelihan yaitu Islam, lelaki dewasa, berakal dan tidak melalaikan
sholat, (2) orang yang dilarang untuk melakukan penyembelihan yaitu orang-orang
musyrik penyembah berhala, (3) orang yang masih diperselisihkan dalam menyembelih
yaitu ahli kitab, Majusi dan Shabi'in, wanita dan anak-anak, orang gila, orang mabuk,
orang yang melalaikan sholat, pencuri dan perampas harta orang lain. Syarat keempat
(scalding) dengan menggunakan air panas pada suhu tertentu dan waktu tertentu
(Parry, 1989).
sampai 140oF selama 30 sampai 75 detik dan semiscalding menggunakan suhu 123
dibanding suhu perendaman. Jika suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan hasil yang
kurang memuaskan. Begitu juga jika waktu perendaman terlalu lama akan
meningkatnya kehilangan kandungan air ketika karkas didinginkan atau dibekukan dan
(Parry, 1989).
Mesin pencabut bulu ini terdiri dari dua buah silinder karet yang pada kedua
permukaannya terdapat duri-duri lunak yang terbuat dari karet. Kedua silinder berputar
dengan arah yang berlawanan, sehingga jika karkas unggas diletakkan di dalamnya
bulu-bulunya akan terkait dan tercabut dari permukaannya. Alat ini biasanya hanya
Pada RPA sekala besar pencabutan bulu sisa ini dengan menggunakan metode
perendaman pada lilin (wax) cair. Lilin cair ditempatkan pada dua buah tangki, tangki
pertama dengan suhu 71oC dan kedua 53 sampai 59oC. Pertama karkas unggas dicelup
pada tangki pertama dengan waktu sekitar tiga detik, didinginkan pada udara luar
sehingga terbentuk lapisan tipis. Kemudian karkas dicelupkan pada tangki kedua
supaya terjadi lapisan lilin yang lebih tebal. Pencelupan tersebut tidak dilakukan pada
ujung kaki unggas. Setelah itu karkas didinginkan dengan merendam pada air dingin
atau menyemprot dengan air dingin. Lapisan lilin kemudian dikelupas, sehingga bulu-
bulu sisa yang menempel pada lilin dapat terlepas. Pada proses ini diharapkan semua
bulu dapat dibersihkan. Setelah bulu habis biasanya dilakukan penyemprotan dengan
air bersih sehingga sisa-sisa bulu dan kotoran yang menempel pada kulit hilang
(Hadiwiyoto, 1992).
1.4.5 Eviserasi
dalam, juga dilakukan pemotongan kaki, kepala dan leher sehingga diperoleh
karkas. Organ dalam yang dikeluarkan adalah organ yang terletak pada rongga dada
dan perut. Organ visera yang layak untuk dimakan seperti giblet (hati, empedal,
jantung) serta leher dan kepala biasanya setelah dipotong atau diambil akan
empedal, hati, usus, ginjal, indung telur) dan memotong bagian-bagian yang tidak
dikehendaki seperti kaki, kepala, ujung sayap dan ekor (Hadiwiyoto, 1992).
Pemotongan kaki dan ujung sayap. Karkas digantung pada alat penggantung
untuk mempermudah pemotongan kaki dan ujung sayap. Pemotongan kaki dengan
menghilangkan bagian shank dan jari-jari kaki (ilustrasi 4). Bagian ujung sayap dengan
menghilangkan lapisan tanduk yang menempel pada bagian ujung sayap. Pemotongan
menyukai dengan danya kandungan lemak yang tinggi dan secara estetika jijik.
Pemotongan ekor dari arah punggung (ilustrasi 5) dengan menggunakan pisau atau
Pemotongan kepala dan leher. Pemotongan kepala dan leher dilakukan karena
(Hadiwiyoto, 1992). Pemotongan kepala dan leher pada bagian pangkal leher ke arah
punggung dengan membuat irisan tegak lurus pada leher sejajar dengan tonjolan
pangkal sayap.
menggunakan pisau atau gunting yang tajam pada bagian perut dekat dengan ekor
(ilustrasi 6) serta pada bagian leher bawah kira-kira tepat pada tembolok (ilustrasi 7).
lobang bekas pembedahan, lobang bagian atas ditali atau ditekan dengan tangan.
Setelah tampak pada bagian atas oeshopagus (kardiak), usus ditali dengan erat pada
dua bagian yang bersisihan dan dipotong diantaranya. Hal tersebut bertujuan agar
kerongkongan akan ikut tertarik juga, sehingga keduanya sampai terlepas dari leher
terjadi luka pada usus yang dapat mengakibatkan pencemaran kotoran pada karkas.
Secara sederhana jerohan dapat diambil dengan cara memasukkan jari tangan pada
bekas pembedahan perut dan tangan yang lain memegang pada bagian perut yang tidak
dibedah (abdomen). Tiga jari tengah dimasukkan diantara karkas dengan jerohan
sampai bagian hati. Jari dibengkokkan dan bagian jerohan ditarik keluar (ilustrasi 9).
Bagian pangkal anus diikat dengan benang dan dipotong mengelilingi lubang anus dan
menggunakan mesin yang dikendalikan oleh operator eviserasi. Mesin standar yang
digunakan meliputi mesin pemotong vent, mesin pembuka visera, mesin pemotong
eviserasi dan pemotong leher, dan mesin vakum untuk menyedot kotoran-kotoran sisa.
Mesin pemotong vent dilengkapi dengan pisau silindris yang dapat berputar, dan dapat
bergerak mengikuti lingkaran pada vent ketika pemotongan, sehingga vent dapat tetap
mesin pembuka visera setelah pemotongan visera, sehingga intestinum tidak rusak dan
tidak terjadi kontaminasi oleh fecal. Proses pemotongan visera, jantung dan tembolok
menggunakan pendingin air ataupun udara (Parry, 1989). Menurut May (1974) pada
psikrotropik meningkat).
Pada proses chilling di rumah potong ayam berskala besar biasanya digunakan
(Thompson et al., 1974). Pada metode penyemprotan didapatkan hasil lebih baik
monocytogenes dan Escherichia coli (Dickson, 1991). Pada proses ini biasanya
menggunakan temperatur pendinginan sekitar 18oC (Hadiwiyoto, 1992), tercapai 1oC
suhu dalam tubuh (Mead, 1989), suhu 41oF (Mountney, 1976) dan 40oF (Traylor,
1974). Waktu yang digunakan juga bervariasi dari 20 sampai 60 menit (Soeparno,
1992b), 2 jam (Ziegler dan Stadelman 1955 yang disitasi oleh Thompson et al., 1974),
4 jam (Hadiwiyoto, 1992) dan 24 jam (Mead, 1989). Pada proses chilling total mikrobia
dapat direduksi antara 81 sampai 91% (May, 1974). Proses ini berguna untuk
mengurangi populasi mikrobia yang biasanya digunakan senyawa klorin atau disebut
internasional ada tiga grade yaitu: A (kualitas no. 1), B (kualitas no. 2) dan C (kualitas
no.3) (Tabel 1). Selanjutnya dinyatakan pula penilainan grade karkas menggunakan
penilaian dengan parameter tertentu yang telah ditentukan oleh USDA pada
1. Kesehatan dan kekuatan, dengan melihat ciri-ciri ayam yang sehat (mata
cerah, gerak aktif, jengger bagus, bulu warna cemerlang dan bersih, vent
2. Bulu dengan melihat cirri-ciri bulu bagus menyeliputi seluruh tubuh dengan
disertai bulu halus dan lembut dan bulu pada bagian punggung dan kulit halus
dan kuat.
3. Konformasi dengan melihat perdagingan pada bagian dada dan paha dan
4. Daging dengan melihat penyebaran daging pada bagian dada dan paha yang
5. Lemak dengan melihat penyebaran lemak pada daging yang baik dan sedikit
gigitan serangga atau penyakit, warna pada karkas, kerusakan tulang dan
Ilustrasi 10. Grade A, B dan C karkas broiler menurut United State Departement of
Tabel 1. Faktor yang digunakan untuk penilaian grade A, B dan C pada karkas ayam
Normal
Punggung Normal
Tidak normal
Perdagingan Menyelimuti dengan ba-ik, Perdagingan agak
Sobek dan
Pengelupasan sisik
se-dang
Bentuk pemotongan ayam pedaging untuk dipasarkan ada dua macam, yaitu
“New York Dressed”, 10 % hilang dari bobot tubuh dan “Ready to Cock”, 25 % hilang
dari tubuh. Karkas terdiri dari komponennya yaitu otot, tulang lemak, dan kulit.
daging, lemak, sisa-sisa bulu dan cacat. Berat karkas juga dapat dimasukkan sebagai
faktor mutu untuk menjamin kesegaran daging ayam (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Karkas ayam dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas mutu yaitu: A, B dan C.
Karkas yang termasuk dalam kelas mutu A, B dan C kondisinya harus lolos
pemeriksaan dan bebas dari bulu-bulu yang menonjol, memar/luka, sisa-sisa organ
dalam, feces, darah, pakan, gemuk dan bahan asing lain (Muchtadi dan Sugiyono,
1992).
Memilih daging ayam hendaknya daging ayam terlihat segar, bersih, dengan
daging paha dan dada penuh membulat dan padat. Warna daging tidak ada
hubungannya dengan rasa. Warna kuning yang kadang-kadang dipulaskan pada daging
hanya sekedar untuk daya pikat saja. Tidak memilih daging ayam yang telah
kadaluwarsa (terlihat layu, kebiru-biruan). Memilih daging ayam yang belum pernah
1989). Pengepakan ini bertujuan agar karkas tidak mengalami kontaminasi oleh
segala kontaminan, mudah dibawa dan terlindung dari dehidrasi, oksigen, kerusakan
fisik dan gas-gas yang lain (Mountney, 1976). Karkas kemudian disimpan dalam
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau
kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan,
pertukaran, dan nilai produk (Philips, 1993). Pemasaran adalah bagian yang sangat
penting dalam suatu rangkaian proses produksi, salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap besar kecilnya keuntungan yang akan dicapai oleh para pelaku rantai
pemasaran ayam ras pedaging, sehingga hal ini ditentukan oleh proses pemasarannya.
Suatu pemasaran yang terjadi akan membentuk suatu saluran yang disebut saluran
ayam, baik ayam ras maupun ayam buras, umumnya panjang. Hal ini karena saluran
diperpendek untuk memperkecil selisih harga yang terjadi di tingkat peternak dan di
tingkat konsumen.
Dari peternak sampai ke pedagang pengecer ayam ras pedaging bisa jadi di
dalamnya dilakukan kegiatan pengolahan seperti mengubah ayam ras pedaging hidup
ke dalam bentuk ayam siap masak, sehingga sering di pasarpasar dijumpai ayam ras
pedaging yang sudah dipotong, sudah dikuliti, dan bahkan sudah dikeluarkan
jeroannya. Mereka beranggapan ada sebagian konsumen yang alergi bila memotong,
menguliti, atau mengeluarkan jeroan ayam ras pedaging. Hal ini terutama terjadi di
ayam ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing produk perunggasan, antara lain
karena usaha peternakan ayam potong masih menjual ayam dalam bentuk ayam hidup.
Kegiatan utama pemasaran atau juga disebut marketing mix adalah suatu perangkat
perusahaan yang terdiri dari 4 variable yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi
dan saluran distribusi dengan tujuan untuk menentukan tingkat keberhasilan pemasaran
Menurut Daryanto dan Saptana (2009), sistem informasi yang dibutuhkan adalah
mengenai sistem pengadaan bahan baku, distribusi bahan baku dan hasil panen ayam
broiler, serta informasi harga input dan output. Daryanto dan Saptana (2009)
menambahkan, ketersediaan data dan informasi baik yang menyangkut aspek sarana
produksi peternakan, produksi hasil ternak, pemasaran (harga, daya serap pasar, dan
tujuan pasar), pengelolaan hasil ternak, serta permintaan merupakan input utama dalam
eksekusi suatu aktivitas dam merupakan determinan dari sistem koordinasi yang harus
yang bersifat kontinu dan merupakan sebuah perluasan pasar. Kondisi ini
yaitu sebuah hierarki keterkaitan nilai yang diilustrasikan melalui pemikiran langsung
pada proses produksi. Antara organisasi industri global dan rantai nilai tambah (value
aded chain) juga memiliki keterkaitan yang bersifat langsung (Gereffi, et al., 2005).
tinggi yang didasarkan pada produksi skala global dan sistem distribusi yang dibangun
Para peternak biasanya tidak langsung menjual ayamnya ke pasar atau memotong
Perusahaan inti ataupun kelompok peternak ini berfungsi sebagai pengumpul. Mereka
yang akan memasarkan ayam ke pangkalan ayam. Tempat ini umumnya berada di pasar
10−20%, terutama adanya memar-memar (90%) pada dada dan paha. Sampai saat ini,
posisi peternak rakyat masih lemah, karena mereka tidak memiliki akses yang cukup
terhadap tiga komponen bisnis yang sangat menentu-kan, yaitu sarana produksi,
bersih karena masih banyak bulu jarum yang tertinggal serta bekas akar bulu tampak
menonjol. Hal ini sangat ditentukan oleh keahlian clan ketekunan personil yang
melakukan pencabutan bulu, disamping faktor temperatur air clan waktu yang
digunakan dalam pencelupan ayam setelah dipotong. Telmik pencabutan bulu dengan
mesin menghasilkan karkas yang lebih bersih, tetapi kalau kurang hati-hati akan
mengakibatkan terjadinya memar, kulit sobek atau patah tulang. Kejadian ini sebagai
akibat benturan fisik yang tejadi selama ayam didalam mesin, baik benturan sesama
ayam atau dengan mesin. Juga bisa terjadi karena ayam masih terlalu muda atau
pencelupan kedalam air yang temperatumya terlalu tinggi serta waktu terlalu lama
(Soeparno 1994).
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Triyantini, dan H. Setianto. 1991. Kualitas Fisik Karkas Broiler (Studi
Hlm. 31-35.
Abubakar dan Wahyudi. 1994. Pengaruh pemotongan sebelum atau sesudah rigor
mortis terhadap penampakan karkas broiler. Pros Sem Nas Sains dan
Badan Agribisnis. 1995. Sistem, strategi dan program pengembangan agribisnis. Badan
Berg, R. T. dan Butterfield. R. M., 1976. New Conceps of Cattle Growth. Sydney
Regimen and Diet Interaction in Meat Chicken. I. Growth, Organ Size and Feed
Sci. 56:191-193.
Ensiminger.1998. Poultry Science. The Interstate Printer and Publiser, Denvile. p. 10-
11.
Fadilah, R. Agustin P, Sjamsirul A. dan Eko P. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler.
PT. Agromedia Pustaka: Jakarta.
Hadiwiyoto, S., 1992. Kimia dan Teknologi Daging Unggas. Buku Monograf. PAU
Swadaya, Jakarta.
Iskandar, S. 2006. Pertumbuhan Ayam-Ayam Lokal sampai dengan Umur 12 Minggu
Iowa.
Jull, M. A. 1972. Poultry Husbandry. 2nd Ed, Tata Mc Graw Hill Book Publishing Co.
Swadaya: Jakarta.
May, K. N., 1974. Changes in microbial numbers during final washing and
Mead, 1989 Mead, G. C., 1989. Hygiene Problems and Control of Process
Morran, E.T and H.L. Orr., 1970. Influence of Strain on the Carcass. Poult. Sci. 49:
725-729.
Mountney, G. J., 1976. Poultry Product Technology. 2nd ed. The Avi Publishing Co.,
Muchtadi, T.R. dan Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen
Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Cetakan pertama. Kanisius:
Yogyakarta.
Nuhriawangsa, A. M. P., 1999. Pengantar Ilmu Ternak dalam Pandangan Islam: Suatu
Presdi, H., 2001. Pengaruh Pemberian Tepung Bulu Ayam Dalam Ransum Terhadap
Jakarta.
Romans, J. R. dan P. T. Ziegler, 1974. The Meat We Eat. 10th ed.The InterstatePrinters
Siregar, A. P., M. Sabrani dan P. Suroprawiro, 1980. Teknik Beternak Ayam Ras di
_______, 1994. Tehnik Beternak Ayam Pedaging Indonesia. Margie group: Jakarta.
Soeparno. 1992a. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-1. Gadjah Mada
________. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta.
Traylor, S., 1974. The federal inspector's viewpoint on poultry chilling. Poultry
Sci. 53:1288-1290.