Analisis Fitokimia Kuantitatif 2
Analisis Fitokimia Kuantitatif 2
Analisis Fitokimia Kuantitatif 2
Indarto
Pendidikan Fisika, FTK IAIN Raden Intan Lampung; e-mail: [email protected]
Abstrak: Sekarang ini kimia tumbuhan atau yang dikenal dengan fitokimia telah berkembang menjadi
suatu disiplin ilmu tersendiri, yang berada di antara kimia organik bahan alam dan biokimia tumbuhan,
serta mempunyai kaitan erat dengan keduanya. Bidang perhatian fitokimia adalah aneka ragam senyawa
organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimiannya, biosintesisnya,
perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara alamiah, dan fungsi biologinya. Penentuan secara
kualitatif dapat memberikan informasi keberadaan senyawa atau golongan senyawa tertentu, dan
kuantitatif memungkinkan kita membedakan mana komponen utama dan mana komponen tambahan
dalam campuran. Tumbuhan A. dadah Miq. merupakan salah satu spesies dari Artocarpus. Uji yang
dilakukan secara kualitatif meliputi uji tanin, saponin, flavonoid, steroid, terpenoid, dan kardiak glikosida.
Uji kuantitatif meliputi uji fenol total, alkaloid, tanin, dan flavonoid. Dari uji yang telah dilakukan,
sampel kulit batang positif mengandung senyawa tanin, saponin, flavonoid, terpenoid, alkaloid, dan
kardiakglikosida. Sedangkan sampel kayu batang positif mengandung senyawa tanin, saponin, flavonoid,
steroid, terpenoid, dan alkaloid. Sedangkan uji yang dilakukan secara kuantitatif meliputi uji fenol total,
tanin, alkaloid, dan uji flavonoid. Dari uji ini, kandungan dalam kulit batang sebesar 0.0529 % untuk
fenol total, 27,7176 % tanin, 9,455 % flavonoid, dan 2,756 % alkaloid. Sedangkan dalam kayu batang
sebesar 0,5555 % fenol total, 0,8987 % tanin, 3,312 % flavonoid, dan 0,694 % alkaloid.
CH3
CH3
O CH3
CH3 OH
C
OH
O
HO H3C
(CH3CO)2O
a
b
Gambar 2. senyawa 5-Kolestan-3, 6-diol, b. senyawa 3-asetoksi-5-
Kolestan-6-ol
Uji Kuantitatif
Alkaloid
Fenol total
Dalam uji ini, sampel disoklet Dalam uji alkaloid ini, sampel
terlebih dahulu dengan eter selama dua dimaserasi dengan asam asetat 10 %
jam, hal ini untuk menghilangkan dalam metanol. Hal ini bertujuan untuk
kandungan lemak yang ada dalam mengekstrak alkaloid yang bersifat basa
sampel. Lemak bersifat non polar (Robinson, 1995). Hasil ekstrak ini
sehingga digunakan pelarut eter yang kemudian dipekatkan hingga
juga non polar. Kemudian sampel bebas volumenya menjadi ¼ dari volume
lemak dilarutkan kembali dalam eter awal. Kemudian ekstrak tersebut
dan ditambahkan NH4OH dan n-butanol dibasakan dengan menambahkan
selanjutnya diencerkan dengan air, NH4OH sehingga alkaloid tersebut akan
dikocok dan didiamkan hingga mengendap. Fungsi dari penambahan
terbentuk dua fase. Fase organik dan NH4OH adalah untuk mengendapkan
fase air dipisahkan, fase air diukur alkaloid. Endapan tersebut dipisahkan
absorbansinya dengan spektrofotometer dengan cara disaring dan kemudian
UV/VIS pada panjang gelombang 255 dikeringkan, setelah kering ditimbang
nm. Sebelumnya disiapkan larutan beratnya. Dari hasil pengerjaan ini,
standar fenol dengan konsentrasi 0, 10, diperoleh berat alkaloid untuk sampel
20, 40, 60 dan 80 ppm. kulit batang sebesar 0,1378 gram atau
Dari hasil pengukuran dan 2,756 % berat sampel. Sedangkan untuk
dilakukan perhitungan, diperoleh sampel kayu batang sebesar 0,0347
kandungan fenol dalam sampel kulit gram atau 0,694 % berat sampel. Dari
batang sebanyak 1,058 mg atau 0,0529 data tersebut dapat disimpulkan bahwa
% berat sampel. Sedangkan kandungan kandungan alkaloid dalam kulit batang
fenol total dalam sampel kayu batang lebih banyak dibandingkan dalam kayu
sebanyak 1,111 mg atau 0,555 % berat batang.
sampel. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa kayu batang Tanin
mengandung senyawa fenol lebih Pada uji ini, sampel dilarutkan
banyak dari pada kulit batang. dalam air dan dikocok dengan
menggunakan pengocok mekanik
selama satu jam. Kemudian disaring, 1
83
DAFTAR PUSTAKA