523 - Tablet Betametason
523 - Tablet Betametason
523 - Tablet Betametason
BAB I
TINJAUAN FARMAKOLOGI
dan glibulin (transcortin) memiliki afinitas tinggi akan tetapi kapasitas mengikat
rendah, albumin memiliki afinitas rendah tetapi kapasitas mengikat besar.
Kortikosteroid sintetik yang kurang terikat oleh protein contohnya hidrokortison
(kortisol). Memiliki t1/2 yang cukup panjang. Kortikosteroid dimetabolisme
terutama di hati tapi juga dapat di jaringan lain, dan diekskresikan dalam urin
(Sweetman, 2009).
Betametason terikat pada protein plasma sebanyak 64%, termetabolisme di
hati, memiliki t1/2 eliminasi 6,5 jam dan ditemukan dalam urin sebesar <5% dalam
bentuk tidak berubah (APhA, 2009)
1.5. Dosis dan Cara Pemberian
1.5.1. Parenteral Ester Natrium Fosfat
Diberikan secara intravena melalui suntikan atau infus atau intramuskular
melalui suntikan dalam dosis setara dengan 4-20 mg betametason. Juga dalam
pemberian lokal, injeksi ke jaringan lunak dengan dosis setara dengan 4-8 mg
betametason.
1.5.2. Dosis Pada Anak-Anak, Sebagai Injeksi Intravena yang Lambat
a. Bayi – 1 tahun: setara dengan 1 mg betametason
b. 1 - 5 tahun: 2 mg
c. 6 – 12 tahun: 4 mg
Dosis dapat diulang 3 atau 4 kali selama 24 jam jika perlu, tergantung pada
kondisi pasien yang sedang dirawat dan bagaimana respon klinisnya.
1.5.3. Topikal
Betametason natrium fosfat juga digunakan dalam pengobatan topikal pada
kondisi alergi dan inflamasi mata, telinga, atau hidung, biasanya sebagai obat tetes
atau salep yang mengandung 0,1%. Untuk penggunaan topikal dalam pengobatan
berbagai gangguan kulit dipropionat dan valerat ester betametason lebih banyak
digunakan; konsentrasi yang tersedia biasanya setara dengan 0,05% dari
betametason dipropionat, dan 0,025 atau 0,1% valerat (Sweetman, 2009).
1.5.4. Oral
Dosis untuk pemberian per oral adalah 0,5-5 mg per hari (BNF 54, 2007).
4
1.6. Kontraindikasi
Kortikosteroid sistemik harus digunakan dengan benar dan hati-hati pada
pasien dengan gagal jantung, miokard infark, atau hipertensi, pada pasien dengan
diabetes mellitus, epilepsi, glaukoma, hipotiroidisme, gagal hati, osteoporosis,
tukak lambung, psikosis afektif atau parah gangguan, dan gangguan ginjal. Anak-
anak mungkin berada pada peningkatan risiko beberapa efek samping; sebagai
tambahan, kortikosteroid dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan, dan
penggunaan jangka panjang jarang dibenarkan. Orang tua juga dapat berada pada
risiko yang lebih besar dari efek samping.
Kortikosteroid biasanya dikontraindikasikan pada keadaan infeksi akut
yang tidak terkontrol oleh terapi antimikroba. Demikian pula, pasien yang sudah
menerima kortikosteroid lebih rentan terhadap infeksi. Pasien dengan TB aktif TB
laten, harus diamati ketat dan harus menerima kemoprofilaksis jika kortikosteroid
digunakan sebagai terapi berkepanjangan. Risiko cacar dan herpes zoster akan
diperparah, meningkat pada pasien yang menerima dosis terapi kortikosteroid
sistemik, dan pasien harus menghindari kontak pribadi yang dekat dengan baik
infeksi.
Imunisasi pasif direkomendasikan untuk pasien non-imun yang
bersentuhan dengan cacar air. Tindakan pencegahan yang sama berlaku untuk
campak. Vaksin hidup tidak boleh diberikan kepada pasien yang menerima dosis
tinggi kortikosteroid sistemik atau terapi untuk di Setidaknya 3 bulan setelah itu;
vaksin dibunuh atau toksoid dapat diberikan meskipun respon dapat dilemahkan
(Sweetman, 2009).
1.7. Efek Samping dan Toksisitas
Efek glukokortikoid merugikan menyebabkan mobilisasi kalsium dan
fosfor, osteoporosis dan spontan fraktur; atropi otot dan deplesi nitrogen,
hiperglikemia dengan aksentuasi atau pengendapan diabetes. Peningkatkan nafsu
makan sering dilaporkan. Mengganggu perbaikan jaringan dan fungsi kekebalan
tubuh, sehingga dapat menyebabkan tertundanya penyembuhan luka, dan
peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Peningkatan kerentanan terhadap semua
jenis infeksi, termasuk septikemia, tuberkulosis, infeksi jamur, dan infeksi virus,
5
BAB II
ASPEK KIMIA DAN PREFORMULASI
BAB III
PENGEMBANGAN FORMULA
d. Magnesium Stearat
- Pemerian: Serbuk sangat halus berwarna putih terang, berbau lemah dan
berasa khas. Terasa berminyak jika disentuh dan menempel dikulit.
- Kelarutan: praktis tidak larut dalam etanol, etanol 95% eter dan air. Agak
larut dalam benzena hangat dan etanol 95% hanagat.
- Daya alir: Tidak baik, serbuk lengket
- Inkompatibilitas: asam kuat, alkali dan garam besi. Hindari pencampuran
dengan bahan oksidator kuat, aspirin, beberapa vitamin dan banyak garam
alkaloid
- Kegunaan: Lubrikan tablet
- Alassan penggunaan : Umumnya digunakan sebagai pelincir pada
pembuatan tablet dengan konsentrasi kecil yaitu 0,25-5 % (w/w) serta
mempunyai daya lubrikan yang lebih besar dibandingkan bentuk asamnya
e. Air murni
- Pemerian: jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau
- Kelarutan: Pelarut polar
- Titik didih: 100 °C
- Inkompatibilitas: logam alkali, logam alkalin dan oksidanya seperti kalsium
oksida dan magnesium oksida, garam anhidrous, bahan-bahan organik dan
kalsium karbida
- Kegunaan: Pembasah bahan pengikat
- Alassan penggunaan : Dapat digunakan sebagai pembasah dalam proses
gelatinisasi bahan pengikat
(Rowe et al, 2009)
BAB IV
MANUFAKTUR DAN QC
Keterangan:
* Ruang antara dapat berupa airlock, pass box / pigeon hole
+ : tekanan udara relatif
4.1.7. Ketentuan bangunan
26
27
4.1.8. Peralatan
28
4.2.Desain IPC
dengan menentukan % bobot tablet yang hilang selama diputar dan dijatuhkan
pada ketinggian tertentu dalam waktu tertentu.
Alat : friabilator
Penafsiran hasil : kehilangan bobot adalah < 1%, jika tablet pecah maka
tidak memenuhi syarat dan tidak dimasukkan dalam penimbangan tablet akhir,
jika hasil meragukan/kehilangan bobot lebih bersar dari yang ditargetkan maka
pengujian diulang 2-3 kali.
e. Uji keseragaman sediaan (Ditjen POM, 2014)
Meliputi keseragaman kandungan dan keragaman bobot.
Tujuan : menjamin keseragaman zat aktif.
Prinsip :
- Menetapkan kadar 10 tablet satu persatu sesuai dengan penetapan kadar pada
monografi (keseragaman kandungan)
- Menetapkan berat 10 tablet satu persatu, kemudian menghitung kadar zat aktif
dalam tiap tablet yang dinyatakan dalam % dari yang tertera pada etiket pada
tiap tablet dari bobot masing-masing tablet dan hasil dari penetapan kadar
(keragaman bobot)
Penafsiran hasil :
1. Keseragaman sediaan dipenuhi jika nilai penerimaan dari 10 unit pertama
dosis tunggal lebih kecil atau sama dengan L 1%. Kecuali dinyatakan lain
pada monografi L1 sama dengan 15,0.
2. Jika nilai penerimaan lebih besar dari L 1%, lakukan pengujian 20 satuan
berikutnya dan hitung nilai penerimaan akhir dari 30 satuan, Kecuali
dinyatakan lain pada monografi, dan L2 sama dengan 25,0.
f. Uji waktu hancur (Ditjen POM, 1979)
Tujuan : untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi,
Prosedur : masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, bila tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan
keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit. Tanpa menggunakan
cakram jalankan alat, gunakan cairan lambung buatan LP bersuhu 37º ±
32
2º sebagai media. Setelah alat dijalankan selama satu jam, angkat keranjang dan
amati semua tablet: tablet tidak hancur, refak atau menjadi lunak. Kemudian
masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan cairan usus
buatan LP bersuhu 37º ± 2º sebagai media selama jangka waktu 2 jam
ditambah dengan batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi
atau bila dalam monografi dinyatakan hanya tablet salut enterik, maka hanya
selama batas waktu yang dinyatakan.dalam monografi. Angkat keranjang dan
amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2
tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak
kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
g. Uji disolusi (Ditjen POM, 2014)
Tujuan : menentukan kesesuaian dengan persyaratan pelepasan
obat yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet.
Prinsip : menggunakan dua tahap pengujian yaitu tahap asam dan
tahap dapar menggunakan alat yang dinyatakan pada masing-masing monografi.
Persyaratan : dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 75%
Kondisi disolusi yang digunakan :
1. Alat : tipe 1 atau 2 gunakan alat seperti yang tertera pada masing-masing
monografi
2. Media disolusi : 900 mL air
3. Kecepatan: 75 rpm (apparatus 2)
4. Waktu : 30 menit
Tabel 4.2 Penerimaan (tahap asam)
Tahap Σ yang diuji Kriteria Penerimaan
A1 6 Tidak satupun jumlah zat aktif yang terlarut melebihi 10%
A2 6 Rata-rata zat aktif yang terlarut dari 12 unit sediaan (A1 + A2)
tidak lebih dari 10% dan tidak satu unit sediaan pun dari
jumlah zat aktif yang terlarut lebih dari 25%
A3 12 Rata-rata zat aktif yang terlarut dari 24 unit sediaan (A1 + A2
+ A3) tidak lebih dari 10% dan tidak satu unit sediaan pun dari
jumlah zat aktif yang terlarut lebih dari 25%
33
NB : Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut dalam kedua tahap asam dan dapar yang
tertera pada monografi.
Tanggal
No. Nama Alat Merk/Type Alat Kapasitas Kalibrasi Pemeriksa Tanggal
Terakhir
HVAC - -
Campurkan zat aktif betametason dengan laktosa monohidrat lalu ayak dengan
menggunakan pengayak 250 µm. Ayak pati jagung sebanyak dengan ukuran
pengayak yang sama Campurkan semua bahan tersebut di dalam mixer dengan
kecepatan lambat selama 15 menit (b)
Tambahkan pasta pati jagung (a) ke dalam campuran (b) di dalam mixer, campur
selama 10 menit. Ayak campuran tersebut dengan menggunakan Fitzmill sieve
dengan menggunakan kecepatan sedang. Keringkan granul dengan menggunakan
fluid bed dryer pada suhu 55 °C selama 10 jam. Ayak granul kering menggunakan
pengayak ukuran 1 mm, hasil ayakan langsung dimasukkan kedalam blender double
cone. Masukkan magnesium stearat yang sudah diayak menggunakan pengayak
ukuran 250 µm ke dalam blender double cone tersebut dan campur dengan granul
selama 1 menit
Produk ruah tablet yang sudah jadi dilakukan rekonsiliasi dan kemudian dibawa ke
ruang pengemasan
39
S1 S2 S3
S5
S4 S6
S10
S7 S8 S9
1. Pencetakan
Sampel diambil dari pencetakan awal, tengah, dan akhir.
2. Sripping
Sampel diambil dari penyetripan awal, tengah, dan akhir.
3. Pengemasan
Lakukan pemeriksaan pada awal, tengah, dan akhir proses pengemasan.
4.4.9. Kriteria Penerimaan
Validasi dianggap lulus dan dapat diterima apabila hasil pengujian yang
diperoleh memenuhi batasan spesifikasi. Seluruh parameter pengujian yang
tercantum dalam lampiran telah dilaksanakan.
40
4.5.Pengemasan
Kemasan primer untuk tablet betametason dipilih dalam bentuk strip dimana
tiap strip berisi 10 tablet, sedangkan untuk kemasan sekunder dipilih dalam
bentuk dus karton dimana tiap dus karton berisi 10 strip. Sehingga untuk 105.000
tablet menghasilkan 10.500 strip atau 1.050 dus. Alasan pemilihan kemasan
tersebut adalah untuk menjaga stabilitas dan kualitas dari tablet. Pemilihan bentuk
strip untuk melindungi tablet dari pengaruh udara luar serta agar terhindar dari
cahaya matahari yang memungkinkan mengganggu stabilitas dari sediaan. Jenis
kemasan yang digunakan adalah strip foil polos perak yang bertuliskan nama
produk, nama perusahaan, logo penandaan dan kekuatan sediaan. Pada salah satu
sisi strip tredapat jet print BN, ED dan HET. Poly fl polos perak, jenis kemasan
ini banyak digunakan untuk senyawa yang relatif stabil dan mengacu pada sediaan
yang sudah ada dipasaran jenis kemasan yang digunakan adalah poly fl polos
perak. Sehingga dengan penggunana jenis kemasan ini dapat menjaga stabilitas
dari obat betametason. Contoh gambar kemasan terlihat pada gabar 4.1 dan 4.2
Berikut merupakan proses pengemasan secara umum saat produksi :
a. Siapkan dokumen pengemasan induk sebagai pedoman dalam melakukan
proses pengemasan
b. Lakukan cek kesesuaian bahan-bahan yang digunakan dalam proses
pengemasan
c. Lakukan pembersihan jalur pengemasan sebelum dilakukan kegiatan
d. Penyiapan bahan pengemas diruang produksi
e. Cek sesuaian setting mesin pengemasan untuk emastikan bahwa proses
pengemasan
f. Dilakukan initial running striping tanpa menggunakan tablet hingga diperoleh
hasil strip yang baik
g. Lakukan cek sensor pocket kosong mesin blister
h. Lakukan prosedur stripping sesuai dengan protap
i. Lakukan uji kebocoran dengan menggunakan alat uji kebocoran
41
j. Letakan hasil strip baik pada conveyor untuk dilanjutkan tahap kemas
sekunder. pisahkan produk yang rusak pada tempat khusus dan pastikan tidak
terjadi campur baur dengan dengan produk yang baik
k. Lakukan rekonsiliasi pada produk sebelum dilakukan ke proses pengemasan
sekunder
l. Lakukan cek kesiapan jalur pengemasan sekunder
m. Siapkan produk yang akan dikemas sekunder
n. Lakukan proses pengemasan yaitu dengan memasukan 10 strip produk BeTab
dan 1 brosur kedalam kemasan dus.
o. Di lakukan penyegelan dengan menggunakan cellotape
p. Setting mesin yang digunakan selama proses pengemasan sekunder, tremasuk
mesin jetprint untuk cetak penandaan BN, MD, ED dan HET
q. Lakukan jetprint BN, MD, ED dan HET
r. Lakukan proses wrapping dus yang kemudian dimasukan kedalam masterbox,
dus yang disusun kedalam masterbox.
s. Lakukan penutupan dan penandaan pada master box
t. Lakukan rekonsiliasi terhadap material kemasan sekunder yang digunakan
u. Lakukan pemusnahan kemasan afkir primer dan sekunder
v. Semua kegiatan proses pengemasan dilakukan berdasarkan prosedur
pengemasan induk, dan seriap kegiatan harus tredokumentasi dengan baik
w. Sebleum melakukan ketahapan berikutnyaharus mendapat persetujuan
penaggung jawab line produksi khususnya bagian pengemasan.
42
BeTab
Betametason 0,5 mg
BeTab
Betametason 0,5 mg
BeTab
BeTab : 15111001
: 10 2018
DKL1510400110A1
Betametason 0,5 mg :
Betametason 0,5 mg
No. Batch
Exp. Date
No. Reg
Simpan pada suhu di bawah 250C ditempat kering dan terlindung cahaya
PT. Bubuhan Pharma
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Bandung - Indonesia
4.6.Penyimpanan
Produk yang telah dikemas kedalam master box dibawa ke dalam gudang
produk jadi kemudian disimpan pada suhu yang tercantum di label (<30 °C)
ditempat kering dan terlindung cahaya.
44
BAB V
REGULASI DAN PERUNDANGAN
5.1.Registrasi
Berdasarkan Permenkes Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008 tentang
Registrasi Obat dan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.10.11.08481
tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat, maka tablet
betametason termasuk registrasi baru kategori 2 karena merupakan Obat Copy.
Prosedur registrasi obat jadi dibagi menjadi dua tahapan, yaitu:
5.1.1. Pra registrasi
Permohonan pra-registrasi obat dilakukan untuk penapisan registrasi obat,
penentuan kategori registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya evaluasi
dan penentuan dokumen registrasi obat.
Paling lama dalam jangka waktu 40 (empat puluh) hari sejak diterimanya
permohonan, Kepala Badan POM memberikan surat Hasil Pra-Registrasi (HPR)
kepada pendaftar. HPR berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal dikeluarkan.
5.1.2. Registrasi
Registrasi obat dilakukan setelah tahap pra-registrasi. registrasi diajukan
oleh Pendaftar secara tertulis kepada Kepala Badan POM dilampiri dengan
dokumen registrasi. Terhadap permohonan registrasi dikenai biaya sebagai
penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dokumen registrasi terdiri atas:
a. Bagian I : Dokumen Administratif, Informasi Produk, dan Penandaan
b. Bagian II : Dokumen Mutu
c. Bagian III : Dokumen Non-klinik
d. Bagian IV : Dokumen Klinik
5.2.Penandaan Sesuai Undang-undang
Betametason 0,5 mg tablet termasuk ke dalam daftar obat keras (G =
Gevaarlijk). Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan
resep dokter. SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
45
BAB VI
INFORMASI OBAT
6.2.Brosur Obat
MekanismeKerja:
Betametason merupakan long acting glukorkotikoid yang bekerja dengan cara menekan atau mengurangi pembentukan, pelepasan dan aktivitas
mediator inflamasi, termasuk prostaglandin, kinin, histamin, enzim liposom dan juga merubah respon imun tubuh
Indikasi:
Betametason digunakan untuk pengobatanpenyakit reumathoid (arthritis rheumatoid), alergi dan inflamasi, gangguan pernafasan, gangguan
darah dan tuberkolosis meningitis.
Dosis:
Dewasa : 1-3 kali sehari 1-2 tablet
Anak-anak (6-12 tahun) : 1-3 kali sehari ½ - 1 ½ tablet
Sebaiknyadigunakanbersamaandenganmakananatausesudahmakanuntukmengurangiefeksampingpadalambung-usus
Efeksamping:
- Rasa haus dan tenggorokan kering, gangguan pencernaan
- Elektrolit: retensi natrium dan cairan, kehilangan kalium, hipertensi, dapat timbul moon face pada penggunaan jangka panjang
- Saluran pencernaan: ulkus peptik, pankreatitis
- Endokrin: ketidakteraturan menstruasi, hambatan pertumbuhan pada anak-anak, manifestasi diabetes mellitus laten, peningkatan
penggunaan insulin dan antidiabetes oral pada penderita diabetes mellitus
Kontraindikasi:
- Penderita yang hipersensitif terhadap setiap komponen obat ini
- Bayi baru lahir dan prematur
- Pasien dengan infeksi jamur sistemik
Peringatan:
- Penggunaan betametason jangka panjang sebaiknya dihindari. Segera hentikan penggunaan obat ketika reaksi klinis yang diinginkan
tercapai. Penurunan dosis yang bertahap harus dilakukan sebelum pengobatan dihentikan.
- Jangan memberi imunisasi pada penderita yang sedang mendapat terapi kortikosteroid.
- Setelah penghentian pada terapi jangka panjang atau dosis tinggi, mungkin perlu pemantauan sampai setahun
- Hati-hati penggunaan kortikosteroid pada ibu hamil (Risk Factor C) dan ibu menyusui karena kortikosteroid dapat menembus plasenta
dan terdistribusi melalui ASI, konsultasikan terlebih dahulu dengan tenaga medis.
- Kortikosteroid dapat menghambat pertumbuhan dan produksi kortikosteroid pada anak-anak.
Interaksi:.
- Antasida dapat menurunkan bioavailabilitas kortikosteroid (oral). Disarankan untuk modifikasi terapi.
- Penggunaan bersama dengan Phenobarbital, Phenytoin, Rifampisin, atau Efedrin dapat meningkatkan metabolisme kortikosteroid.
- Penggunaan bersama kortikosteroid dengan diuretika yang menguras kalium dapat meningkatkan hipokalemia
- Echinacea dapat menurunkan efek terapi dari penggunaan immunosupresan, disarankan untuk modifikasi terapi.
- Hindari penggunaan obat ini bersamaan dengan alkohol
Penyimpanan:
Padasuhukamar (di bawah 30°C)dan di ruangterlindungdaricahaya.
Kemasan:
Dusberisi 5 strip @10 tablet
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
No. Registrasi :
No. Batch :
Expire date :
PT. xxxxxBANDUNG
49
DAFTAR PUSTAKA
Lachman, Leon, Herbert A. Lieberman, and Joseph L. Kanig. 1990. The Theory
and Practice of Industrial Pharmacy. Third Edition. Bombay: Varghese
Publishing House
Tatro, et al. 2003. A to Z Drug Facts. Facts and Comparisons: San Fransisco