Keslinggggg 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN KUALITAS AIR PADA AIR GALON


DI SEKRETARIAT BEM FKM UNHAS
KOTA MAKASSAR

NAMA : NURSAFITRI ANJANI


NIM : K111 16 044
KELAS :C
KELOMPOK : 1 (SATU)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN KUALITAS AIR PADA AIR MINUM DI
SEKRETARIAT BEM FKM UNHAS
KOTA MAKASSAR
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN

NAMA : NURKHALISAH HARIS


NIM : K111 16 323
KELAS :C
KELOMPOK : 1 (SATU)

Makassar, 18 April 2018

Mengetahui,

Koordinator Asisten, Asisten,

MUHAMMAD SYAHRUL RAMADHAN SALMIAH


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Adapun
penyusunan laporan ini adalah sebagai laporan pertanggung jawaban hasil pemeriksaan
kualitas air minum di Sekretariat BEM FKM Universitas Hasanuddin.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penyusunan laporan ini,
penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Makassar, 18 April 2018

Penulis,
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii


KATA PENGANTAR ......................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan Praktikum .................................................................................... 4
C. Prinsip Percobaan .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Air Bersih ........................................................ 6
B. Tinjauan Umum tentang Air Minum ...................................................... 8
C. Tinjauan Umum tentang Parameter Fisik Air ......................................... 9
D. Tinjauan Umum tentang Parameter Kimia Air ..................................... 11
E. Tinjauan Umum tentang Parameter Biologi Air ................................... 15
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan ...................................................................................... 17
B. Waktu dan Tempat ................................................................................ 19
C. Prosedur ................................................................................................ 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ..................................................................................................... 23
B. Pembahasan .......................................................................................... 23
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 27
B. Saran .................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan
makhluk hidup di muka bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan
oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan
adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di
dalam tubuh manusia itu sendiri. Air diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis
zat yang diperlukan oleh tubuh. Air juga ikut mempertahankan suhu tubuh dengan
cara penguapan keringat pada tubuh manusia (Galus, 2014).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih
adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun
persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi, dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping (Permenkes, 1990). Peningkatan kuantitas air minum
adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat
hidup seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari
masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum dibutuhkan air rata-rata sebanyak 5
liter/hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu rumah tangga
untuk masyarakat Indonesia diperkirakan sebanyak 60 liter/hari (Sutrisno dkk,
2006).
Keberadaan air bersih menjadi sangat penting mengingat aktivitas
kehidupan masyarakat yang sangat dinamis. Bentuk topografi pada suatu daerah
dapat memengaruhi air tanah pada daerah tersebut. Daerah dataran rendah, yang
merupakan daerah yang cenderung lebih cepat berkembang dibandingkan daerah
yang memiliki topografi lebih tinggi, sehingga frekuensi pengambilan air tanah

1
2

relative besar karena pada daerah ini perkembangan penduduk tumbuh pesat.
Sedangkan daerah dataran tinggi, daerah ini terletak dilereng kaki gunung. Daerah
ini tataguna lahan masih didominasi oleh hutan dan tidak ada perubahan signifikan
sehingga air tanah lebih banyak meresap daripada mengalir. Air juga merupakan
sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua
makhluk hidup. Oleh karena itu harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Air
bersih yang memenuhi standar syarat kesehatan harus bebas dari pencemaran,
sedangkan air minum harus memenuhi standar yaitu persyaratan fisik, kimia dan
biologis, karena air minum yang tidak memenuhi standar kualitas air minum yang
tidak memenuhi standar kualitas dapat menimbulkan gangguan kesehatan
(Morintoh, 2015).
Sebagai negara yang memiliki 6% persediaan air sedunia dan 21%
persediaan air di Asia Pasifik, Indonesia digolongkan sebagai negara yang kaya
akan sumber daya air. Namun, kenyataan krisis air bersih kini sering melanda
negara kita. Potensi ketersediaan air bersih dari tahun ke tahun cenderung merosot.
Hal itu diakibatkan oleh rusaknya daerah tangkapan air dan pencemaran
lingkungan yang diperkirakan sebesar 15%-35% per kapita per tahun. Krisis air
bersih membuat sebagian besar penduduk Indonesia mengonsumsi air yang
seharusnya tidak layak minum. United States Agency for International
Development (USAID) dalam laporannya pada 2007 menyebutkan di berbagai
kota di Indonesia hamper 100% sumber air minum kita tercemar oleh bakteri
Escherichia coli dan Coliform. Kesimpulan relatif serupa juga dikeluarkan studi
Basic Human Services 2007 yang menyatakan hampir semua rumah tangga di
Indonesia (99,20%) telah memasak air untuk mendapatkan air minum. Namun,
sayangnya akibat tidak dikelola dengan baik, sekitar 47,5% air rebusan tetap
mengalami kontaminasi bakteri Escherichia coli, bakteri penyebab diare (Susanto,
2012).
Negara-negara berkembang termasuk Indonesia, pencemaran oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, dan fungi) terhadap badan air maupun dalam
3

suplai air minum merupakan kasus yang sering terjadi, dan saat ini pencemaran
oleh factor kimia dan fisika mutagenic, dan atau penyebab kanker (corsinogenic)
serta tidak sedikit mengakibatkan lahir cacat (teratogenic) perlu segera
diwaspadai. Telah diketahui secara luas bahwa dengan adanya suplay air bersih
yang cukup dan sehat, dapat menurunkan angka penderita penyakit, khususnya
penyakit yang berhubungan dengan air seperti waterbone disease, waterwash
disease, dan waterbased disease. Penyakit-penyakit tersebut bukan saja cholera,
thypus, disentry, tetapi juga penyakit kulit, trachoma, kecacingan, dan penyakit
lainnya dapat ditekan samapai ke angka nol kasus khususnya di negara maju
karena akses air bersih yang hamper 100% telah teratasi (Daud, 2007).
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air
minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis,
kimiawi, dan radioaktif. Parameter wajib penentuan kualitas air minum secara
mikrobiologi adalah total bakteri Coliform dan Escherichia coli (Rumondor,
2014). Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum, syarat kesehatan yang dimaksud adalah mikrobiologi
kimia fisika dan radio aktif (Walangitan dkk, 2016).
Persyaratan kualitas air minum untuk seluruh penyelenggara air minum
wajib memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimia, dan radioaktif.
Parameter wajib penentuan kualitas air minum secara mikrobiologi adalah bakteri
total Coliform dan Escherichia coli. Kadar maksimum yang diperkenankan adalah
0 per 100 ml sampel (Permenkes, 2010). Era sekarang ini kesadaran masyarakat
untuk mendapatkan air minum yang memenuhi syarat kesehatan semakin
meningkat. Seiring dengan majunya teknologi diiringi dengan semakin sibuknya
aktivitas manusia maka masyarakat cenderung memilih cara yang lebih praktis
dengan biaya yang relative murah dalam memenuhi kebutuhan air minum
terutama di daerah perkotaan misalnya Kota Makassar. Kebutuhan air minum di
masyarakat terus meningkat sementara masyarakat semakin sulit mendapatkan air
4

minum dengan kualitas baik yang berasal dari air tanah maupun air dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sehingga salah satu pemenuhan
kebutuhan air minum yang menjadi alternatif yaitu dengan menggunakan air
minum isi ulang (Ma’arif dkk, 2017).
Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada dalam
organ, seperti 80% darah adalah air, kehilangan 15% dari berat badan dapat
mengakibatkan kematian. Kebutuhan akan air minum untuk setiap orang antara
2,1 liter sampai 2,8 liter perhari. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, syarat kesehatan dimaksud adalah
mikrobiologi, kimia, fisik, dan radio aktif (Suriadi, 2016).
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa pemeriksaan kualitas air
dapat dilakukan dengan menggunakan parameter fisik, kimia, dan biologi.
Pemeriksaan kualitas air sangat membantu dalam menentukan apakah air yang
diperiksa termasuk kedalam air bersih atau air minum layak konsumsi. Hal ini
yang melatar belakangi dilaksanakannya praktikum pemeriksaan kualitas air yang
telah kami lakukan.
B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari praktikum adalah untuk mengetahui kualitas air
minum melalui pemeriksaan berdasarkan parameter fisik, kimia, dan biologi.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari praktikum pemeriksaan kualitas air minum, yaitu:
a. Mengetahui kualitas air minum melalui pemeriksaan bakteriologi air
b. Mengetahui kualitas air minum melalui pemeriksaan kadar Fe
c. Mengetahui kualitas air minum melalui pemeriksaan pH
d. Mengetahui kualitas air minum melalui pemeriksaan warna
C. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan kegiatan praktikum uji kualitas air minum pada air
minum yaitu:
5

1. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan handscoon dan tangan


dimasukkan sedalam 20 cm di bawah permukaan air.
2. Dilakukan fiksasi pada mulut botol sampel dan cawan petri sebelum digunakan
sebagai sampel.
3. Gelas beaker, tabung cuvet, botol sampel, pipet ukur 10ml dibilas dengan
menggunakan aquades setelah itu dibilas dengan air sampel.
4. Perhitungan dilakukan dengan melihat batas bawah lengkungan air yang
terambil pada pipet ukur untuk mengetahui perhitungan pada pipet ukur.
5. Perhitungan pH dilakukan dengan membandingkan hasil pewarnaan air dengan
pH indicator solution dengan kertas pH.
6. Setiap sampel yang dicampur harus di homogenkan untuk campuran EMBA
dan air sampel, dihomogenkan dengan cara diputar sebanyak 12 kali
membentuk angka 8.
7. Pada saat air sampel dimasukkan ke dalam botol sampel kimia, tidak boleh ada
gelembung udara.
8. Pada saat air sampel dimasukkan kedalam botol sampel biologi, botol sampel
di isi sampai penuh kemudian dibuang 1/3 air dari dalam botol.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Air Bersih


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan
bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah
persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi, dan
radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping
(Permenkes, 1990).
Air yang diperuntukan bagi konsumsi harus berasal dari sumber yang
bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman yaitu bebas
dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit, bebas dari subtansi kimia yang
berbahaya dan beracun, tidak berasa dan tidak berbau, dapat digunakan untuk
mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga, memenuhi standar minimal
yang ditentukan oleh WHO (World Health Organization) atau Depertemen
Kesehatan RI (Sumantri, 2010).
Standar kualitas air bersih adalah ketentuan-ketentuan yang biasa
dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan
yang harus dipenuhi agar air bersih tersebut tidak menimbulkan gangguan
kesehatan, penyakit, gangguan teknis, dan gangguan dalam segi estetika.
Persyaratan kualitas air bersih meliputi syarat fisik, kimia, dan bakteriologis
adalah sebagai berikut (Permenkes, 1990):
1. Syarat fisik, yaitu air yang kualitasnya baik harus memenuhi syarat fisik yaitu
tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
2. Syarat kimia, yaitu air yang tidak mengandung bahan atau zat-zat berbahaya
untuk kesehatan, seperti zat-zat beracun dan tidak mengandung mineral-

6
7

mineral serat zat organik lebih tinggi dari jumlah yang telah ditentukan oleh
pemerintah.
3. Syarat bakteriologis, yaitu air tidak boleh mengandung kuman parasit, kuman
patogen, dan bakteri Coliform. Persyaratan bakteriologis air bersih
berdasarkan kandungan jumlah total bakteri Coliform dalam air bersih 100 ml
air, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 adalah
sebagai berikut:
a. Untuk air bersih bukan air perpipaan, total Coliform maksimal 50 MPN
atau APM per 100 ml air.
b. Untuk air bersih air perpipaan, total Coliform maksimal 10 MPN atau
APM per 100 ml air.
4. Syarat radioaktif yaitu, tidak mengandung unsur radioaktif melebihi ketentuan
yang ditetapkan pemerintah.
Sumber air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari secara umum harus
memenuhi standar kuantitas dan kualitas, yaitu (Purbowarsito, 2011):
1. Standar kuantitas air adalah salah satu diantara kebutuhan hidup yang paling
penting. Air termasuk dalam sumber alam yang dapat diperbaharui, karena
secara terus menerus dipulihkan melalui siklus hidrologi yang berlangsung
menurut kodrat. Namun, air merupakan sumber alam yang lain dari pada yang
lain dalam arti bahwa jumlah keseluruhan air yang bisa didapat di seluruh dunia
adalah tetap, persediaan totalnya tidak dapat ditingkatkan atau dikurangi melalui
upaya-upaya pengelolaan untuk mengubahnya. Persediaan total dapat diatur
secara lokal dengan dibuatnya bendungan atau sarana-sarana lainnya.
Disepakati bahwa volume total air di bumi adalah sekitar 1,4 milyaryang 97%
adalah air laut. Sisanya 2,7% adalah air tawar yang terdapat di daratan dan
berjumlah 37,8 jutaberupa lapisan es di puncak-puncak gunung gletser (77,3%),
air tanah resapan (22,4%), air danau dan rawa-rawa (0,35%), uap air di atmosfir
(0,04%), dan air sungai (0,01%).
8

2. Standar kualitas (mutu) air. Secara langsung atau tidak langsung pencemaran
akan berpengaruh terhadap kualitas air. Sesuai dengan dasar pertimbangan
penetapan kualitas air minum, usaha pengelolaan terhadap air yang digunakan
oleh manusia sebagai air minum berpedoman pada standar kualitas air terutama
dalam penilaian terhadap produk air minum yang dihasilkannya, maupun dalam
merencanakan sistem dan proses yang akan dilakukan terhadap sumber daya air.
Kualitas air tanah dipengaruhi beberapa hal antara lain iklim, litologi, waktu,
dan aktivitas manusia.
B. Tinjauan Umum tentang Air Minum
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum. Agar air minum tidak dapat menyebabkan penyakit, air
yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut (Notoatmodjo., 2007):
1. Syarat fisik, persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak
berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara di luarnya.
2. Syarat bakteriologis, air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari
segala bakteri, terutama bakteri patogen.
3. Syarat kimia, air minum yang mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang
tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air, akan
menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Kebutuhan air minum masyarakat luas, saat ini terdapat lebih dari 350
industri air minum dalam kemasan dengan produksi lebih dari lima milyar liter
per tahun. Bukan hanya industri air minum dalam kemasan, industri Air Minum
Isi Ulang (AMIU) juga tumbuh pesat dan merupakan salah satu alternatif terhadap
suplay air minum di kota-kota besar dengan harga terjangkau. Disisi lain
perkembangan air minum isi ulang berpotensi menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan bila tidak ada regulasi yang efektif (Suprihatin, 2004).
Air minum isi ulang (AMIU) adalah air minum dalam bentuk curah yang
dihasilkan oleh usaha industri melalui proses pengolahan air baku yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Parameter mikrobiologi kualitas air
9

minum adalah total bakteri Coliform dan Escherichia coli dengan kadar
maksimum yang diperbolehkan adalah 0 per 100 ml sampel. Adanya bakteri
Coliform di dalam perairan menunjukkan adanya mikroba yang bersifat
enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Sedangkan,
adanya Escherichia coli di dalam air minum menandakan telah terjadi kontaminasi
tinja manusia maupun mamalia berdarah panas (Utami dkk, 2018).
C. Tinjauan Umum tentang Parameter Fisik Air
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990, menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan
digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas yang
baik sebagai sumber air minum maupun air baku (air bersih), antara lain harus
memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta
tidak berwarna.
Tabel II.1
Persyaratan Kualitas Air Minum Menurut Permenkes RI No. 492 Tahun
2010
Kadar Maksimum
Jenis Parameter Satuan
yang Diperbolehkan
Fisik
- Suhu °C Suhu udara ± 3
- Bau - Tidak berbau
- Rasa - Tidak berasa
- Kekeruhan NTU 5
- Warna TCU 15
- Total zat padat terlarut (TDS) mg / l 500
(Sumber: Permenkes RI No: 416/MENKES/PER/IX/1990)
Pada umunya syarat fisik air diperhatikan untuk estetika air. Adapun sifat-
sifat air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai
berikut (Permenkes RI No. 416 Tahun 1990):

1. Suhu
10

Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air


tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya
terutama apabila temperature sangat tinggi. Berdasarkan Permenkes RI No.492
tahun 2010, temperatur yang diinginkan adalah ±3°C suhu udara disekitarnya
yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis dari sumber-
sumber air akan mempengaruhi temperatur air. Temperaturpada air
mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar,
pertumbuhan mikroorganisme, dan virus.Temperature atau suhu air diukur
dengan menggunakan termometer air (Siregar, 2012).
2. Bau dan Rasa
Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya
disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe
tertentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia
seperti phenol. Bahan-bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari
berbagai sumber. Intensitas bau dan rasa dapat meningkat bila terdapat
klorinasi. Karena pengukuran bau dan rasa ini tergantung pada reaksi individu
maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak (Siregar, 2012). Untuk standar air
bersih sesuai dengan Permenkes RI No.492 tahun 2010 ditetapkan bahwa air
bersih tidak berbau dan tidak berasa.
3. Kekeruhan
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak
partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang
berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi
tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel
kecil yang tersuspensi. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus
dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa
kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha
penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno,
1991).Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium
11

dengan metode Turbidimeter. Untuk standar air bersih ditetapkan oleh


Permenkes RI No. 492 tahun 2010 ditetapkan bahwa kekeruhan yang
dianjurkan maksimum adalah 5 Nephelometric Turbidity Unit (NTU).
4. Warna
Banyak air permukaan khususnya yang berasal dari daerah rawa-rawa,
seringkali berwarna sehingga tidak dapat diterima oleh masyarakat baik untuk
keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan industri, tanpa dilakukan
pengolahan untuk menghilangkan warna tersebut (Sutrisno, 2006). Bahan
buangan dan air limbah yang berupa bahan anorganik dan bahan organik
seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dan air limbah dapat
larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air. Air dalam keadaan
normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih
(Wardhana, 2004). Dalam Permenkes RI. No. 492 tahun 2010 ditetapkan bahwa
warna yang dianjurkan maksimum adalah 15 True Color Unit (TCU).
D. Tinjauan Umum tentang Parameter Kimia Air
Air yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah yang
tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air, akan
menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia (Notoatmodjo, 2003).
Kandungan zat kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak
melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam PP. No.
82 Tahun 2001, yaitu:
1. pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai
pH sekitar 6,5 - 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya
pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan
air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan
buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu
kehidupan organisme di dalam air (Wardhana, 2004).
2. Oksigen Terlarut
12

Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak


dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa
organik dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi
fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak
efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae
untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam
air tergantung pada temperatur dan tekanan atmosfir (Warlina, 2004).
3. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah banyaknya oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah
(mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air lingkungan
tersebut. Pada dasarnya, proses oksidasi bahan organik berlangsung cukup lama
(Wardhana, 2004). Semakin besar kadar BOD, maka merupakan indikasi
bahwa perairan tersebut telah tercemar, sebagai contoh adalah kadar maksimum
BOD yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang
kehidupan organisme akuatik adalah 3,0-6,0 mg/L berdasarkan
UNESCO/WHO/UNEP, 1992. Sedangkan berdasarkan
Kep.51/MENKLH/10/1995 nilai BOD untuk baku mutu limbah cair bagi
kegiatan industri golongan I adalah 50 mg/L dan golongan II adalah 150 mg/L.
4. Kebutuhan Oksigen Kimiawi
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang
diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui
reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar
didegradasi. Bahan buangan organik tersebut akan dioksidasi oleh kalium
bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi
gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom. Seperti pada BOD, perairan
dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan
pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari
13

20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada
limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L (Warlina, 2004).
5. Nitrogen
Nitrogen merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan
organisme dan proses pembentukan protoplasma, serta merupakan salah satu
unsur utama pembentukan protein. Di perairan, nitrogen biasanya ditemukan
dalam bentuk amonia, amonium, nitrit (NO2) dan nitrat (NO3) serta beberapa
senyawa nitrogen organik lainnya. Sumber nitrogen organik di perairan berasal
dari proses pembusukan makhluk hidup yang telah mati, karena protein dan
polipeptida terdapat pada semua organisme hidup. Sumber antropogenik
nitrogen organik adalah limbah industri dan limpasan dari daerah pertanian,
terutama urea. Urea juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan plastik dan
obat-obatan, serta sebagai pelarut selulosa pada industri kertas (Harahap, 2013).
Nitrat biasanya ada di air permukaan dalam konsentrasi kecil, dan
kemungkinan mencapai konsentrasi tinggi pada air tanah. Nitrat adalah unsur
penting dalam proses protosyntesis tanaman air. Adanya NO3 ,dalam air adalah
berkaitan erat dengan siklus Nitrogen dalam alam. Dalam siklus tersebut dapat
diketahui bahwa Nitrat dapat terjadi baik dari atmosfir maupun dari pupuk-
pupuk (fertilizer) yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari
kelompok nitrobacter. Asam yang dibentuk dari nitrat dapat bereaksi
membentuk nitrosamines yang kebanyakan diketahui potensi carcinogen
(Sutrisno, 2006).
Nitrat dapat digunakan untuk mengelompokkan tingkat keseburan
perairan. Perairan oligotrofik memiliki kadar nitrat antara 0 - 1 mg/L, perairan
mesotrofik memiliki kadar nitrat antara 1 - 5 mg/L, dan perairan eutrofik
memiliki kadar nitrat yang berkisar antara 5 - 50 mg/L (Effendi, 2003). Kadar
maksimum NO3 sebagai N dalam air bersih yang masih diperbolehkan 10 mg/L
(Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001).
6. Fosfat
14

Fosfat banyak terdapat diperairan dalam bentuk inorganik dan organik


sebagai larutan, debu, dan tubuh organisme. Sumber utama fosfat inorganik dari
penggunaan detergen, dan pupuk pertanian. Fosfat organik berasal dari
makanan dan buangan rumah tangga. Semua fosfat mengalami proses
perubahan biologis menjadi fosfat iorganik yang selanjutnya digunakan oleh
tanaman untuk membuat energi (Sutrisno, 2006).
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain
yang merupakan penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer.
Pada kerak bumi, keberadaan fosfor relatif sedikit dan mudah mengendap.
Fosfor juga merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan
algae, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan dan alga
akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan (Harahap,
2013).
Kadar fosfor yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah
0,2 mg/L dalam bentuk fosfat PO4 Kadar fosfor pada perairan alamai berkisar
sekitar 0,02 mg/liter P - PO4 (UNESCO/WHO/UNICEP, 1992). Kadar fosfor
dalam ortofosfat P - PO4 jarang melebihi 0,1 mg/liter, meskipun pada perairan
eutrof. Kadar fosfor total pada perairan alami jarang melebihi 1 mg/L.
Berdasarkan kadar ortofosfat, perairan di klasifikasikan menjadi tiga, yaitu
perairan oligotrofik yang memiliki kadar ortofosfat 0,003 - 0,01 mg/L, perairan
mesotrofik yang memiliki kadar ortofosfat 0,011 - 0,03 mg/L, dan perairan
eutrofik yang memiliki kadar ortofosfat 0,031 - 0,1 mg/L (Effendi, 2003). Kadar
maksimum fosfat sebagai P dalam air minum yang masih diperbolehkan 0,2
mg/L (Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001).
E. Tinjauan Umum tentang Parameter Biologi Air
Masalah utama yang harus dihadapi dalam pengolahan air ialah semakin
tingginya tingkat pencemaran air, baik pencemaran yang berasal dari air limbah
rumah tangga maupun limbah industri, sehingga upaya-upaya baru terus dilakukan
15

untuk mendapatkan sumber air, khususnya untuk pemenuhan akan air minum yang
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam pengelolaannya, air minum
isi ulang rentan terhadap kontaminasi dari berbagai mikroorganisme terutama
bakteri Coliform (Bambang dkk, 2014 ). Bakteri Coliform pada umumnya tidak
terdapat di air bersih, hanya terdapat di kotoran manusia atau hewan. Jika terdapat
Coliform maka hal ini memungkinkan kontaminasi bakteri yang bersifat patogen
dan bisa menimbulkan penyakit seperti diare (Jonanda, 2016).
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air
angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai
dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan
melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan
metazoa. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus
bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coliform tidak merupakan bakteri
patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri
patogen (Soemirat, 2011). Menurut Permenkes RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990, bakteri Coliform yang memenuhi syarat untuk air
bersih bukan perpipaan adalah < 50 MPN.
Berdasarkan aspek parameter biologis, diketahui parameter yang
mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan adalah adanya kandungan
bakteri dan mikroba. Bakteri penyebab bawaan air terbanyak adalah Salmonella
thypi, shigella, dan vibrio cholera, sedangkan penyakit bersumber virus seperti
Rotavirus, virus Hepatitis A, Poliomylitis, dan virus trachoma. Essecheria coli
adalah salah satu bakteri pathogen yang tergolong Coliform dan hidup secara
normal didalam kotoran manusia maupun hewan sehingga Esceria coli digunakan
sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah
panas (Fardiaz, 1992). Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang
digunakan untuk menentukan aman atau tidaknya air yang dikonsumsi. Bila
Coliform dalam air ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan
16

adanya bakteri patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium di dalamnya


(Soemirat, 2011).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


1. Pemeriksaan Bakteri
a. Alat
1) Autoclave 1 unit
2) Gelas beaker 1 buah
3) Botolsampel 1 buah
4) Bulb 1 buah
5) Bunsen 1 buah
6) Cawan petri 1 buah
7) Incubator37oC 1 unit
8) Korek api (gas) 1 buah
9) Pipet 10 ml 1 buah
10) Pipet ukur 1 buah
b. Bahan
1) Alkohol pads 70% secukupnya
2) Akuades secukupnya
3) EMBA secukupnya
4) Sampel air minum 1 ml
2. Pemeriksaan Fe
a. Alat
1) Botol Sampel 1 buah
2) Bulb 1 buah
3) Cuvet 2 buah
4) Gelas ukur 1 buah
5) Gunting 1 buah

17
18

6) Pipet ukur 1 buah


7) Rak tabung 1 buah
8) Spektrofotometer HS-3300 1 unit
9) Stopwatch 1 buah
b. Bahan
1) Akuades secukupnya
2) Kertas label secukupnya
3) Powder pillow HS-Fe 1 bungkus
4) Sampel air minum 5 ml
5) Tisu secukupnya
3. Pemeriksaan pH
a. Alat
1) Bulb 1 buah
2) Gelas beaker 2 buah
3) pH indicator strip 1 buah
4) Pipet ukur 1 buah
b. Bahan
1) Akuades secukupnya
2) pH indicator solution 5 tetes
3) Sampel air minum 5 ml
4) Tisu secukupnya
4. Pemeriksaan Warna
a. Alat
1) Bulb 1 buah
2) Cuvet 2 buah
3) Gelas beaker 1 buah
4) Pipet ukur 1 buah
5) Rak tabung 1 buah
6) Spektofotometer DR 2800 1 unit
19

b. Bahan
1) Akuades secukupnya
2) Kertas label secukupnya
3) Sampel air minum 10 ml
4) Tisu secukupnya
B. Waktu dan Tempat
1. Pengambilan Sampel
a. Kimia dan Fisik
1) Waktu : Rabu, 18 April 2018, pukul 09.00 WITA
2) Tempat : Depan Sekretariat BEM FKM UNHAS
b. Biologi
1) Waktu : Rabu, 18 April 2018, pukul 09.30 WITA
2) Tempat : Depan Sekretariat BEM FKM UNHAS
2. Pemeriksaan Sampel
a. Kimia
1) Waktu : Rabu, 18 April 2018, pukul 10.00 WITA
2) Tempat : Laboratorium Kimia Biofisik FKM UNHAS
b. Biologi
1) Waktu : Rabu, 18 April 2018, pukul 11.00 WITA
2) Tempat : Laboratorium Kimia Biofisik FKM UNHAS
c. Fisik
1) Waktu : Rabu, 18 April 2018, pukul 11.15 WITA
2) Tempat : Laboratorium Kimia Biofisik FKM UNHAS
C. Prosedur
1. Pengambilan Sampel
a. Kimia dan Fisik
1) Siapkan botol sampel.
2) Cuci botol sampel terlebih dahulu dengan menggunakan air sampel
sebanyak 3 kali sebelum air sampel dimasukkan.
20

3) Isi botol sampel dengan air sampel hingga penuh dan tidak terdapat
ruang udara.
b. Biologi
1) Siapkan botol sampel.
2) Desinfeksi handscoon dengan handsanitizer.
3) Desinfeksi keran pada dispenser dengan alcohol swab.
4) Buka bungkus botol dan botol dipegang pada bagian bawah, yang
masih ada kertas pembungkusnya sehingga tangan tidak bersentuhan
dengan botol.
5) Fiksasi mulut botol dan bagian bawah tutup botol menggunakan
korek api hingga mengelilingi mulut botol dan bagian bawah tutup
botol.
6) Cuci botol sampel terlebih dahulu dengan menggunakan air sampel
sebanyak 3 kali sebelum air sampel dimasukkan.
7) Isi botol sampel dengan air sampel hingga volume air menjadi 2/3
volume botol.
8) Fiksasi lagi mulut botol dan bagian bawah tutup botol menggunakan
korek api hingga mengelilingi mulut botol dan bagian bawah tutup
botol.
9) Tutup botol dengan rapat kemudian ikat dengan tali.
2. Pemeriksaan Sampel
a. Pemeriksaan Bakteri Coliform
1) Siapkan alat dan bahan yang telah disterilkan.
2) Sterilkan tangan menggunakan handsanitizer dan meja kerja
menggunakan alkohol.
3) Nyalakan pembakar bunsen.
4) Fiksasi pipet ukur dan cawan petri.
5) Pipet air sampel sebanyak 1 ml kedalam cawan petri.
6) Tambahkan media EMBA.
21

7) Homogenkan membentuk angka 8 sebanyak 12 kali. Kemudian


didiamkan sampai memadat.
8) Inkubasi selama 1 x 24 jam di dalam incubator dengan suhu 37oC.
Masukkan ke incubator dengan posisi terbalik.
9) Setelah 1 x 24 jam, cawan petri dikeluarkan dari inkubator dan
dilanjutkan dengan perhitungan jumlah bakteri.
b. Pemeriksaan Kadar Fe
1) Siapkan alat dan bahan.
2) Beri label cuvet 1 untuk kontrol dan cuvet 2 untuk sampel.
3) Pipet 5 ml akuades kedalam cuvet kontrol.
4) Pipet 5 ml air sampel kedalam cuvet sampel.
5) Tambahkan satu bungkus powder pillow Hs-Fe kedalam cuvet sampel
lalu tutup botol cuvet dan homogenkan dengan cara dibolak-balikkan
selama 30 detik secara perlahan.
6) Diamkan cuvet sampel selama 5 menit.
7) Pastikan alat Spektrofotometer HS 3300 terhubung dengan sumber
arus.
8) Tekan “power” pada alat Spektrofotometer HS 3300.
9) Lalu pilih menu “water analyzer”.
10) Kemudian cari metode 4100 HS-Fe.
11) Masukkan cuvet kontrol kedalam cell holder yang telah diseka
menggunakan tisu khusus lalu tekan “zero base”.
12) Keluarkan cuvet kontrol lalu masukkan cuvet sampel yang telah diseka
menggunakan tisu khusus kedalam cell holder, kemudian tekan “read”
hingga muncul hasil pada layar.
13) Catat hasil pengamatan pada layar.
c. Pemeriksaan pH
1) Siapkan alat dan bahan.
22

2) Bilas gelas beaker dengan akuades sebanyak 1 kali dan sampel air
sebanyak 3 kali.
3) Lalu isi dengan air sampel hingga 5 ml.
4) Tambahkankan 5 tetes pH indicator solution dan homogenkan.
5) Tempatkan botol ukur pada bagian tengah pH indicator strip dan
bandingkan warna larutan dengan warna strip pada indikator.
6) Baca nilai pH.
d. Pemeriksaan Warna
1) Siapkan alat dan bahan.
2) Bilas cuvet sampel dengan akuades sebanyak 1 kali dan air sampel
sebanyak 3 kali.
3) Masukkan air sampel kedalam cuvet sampel sebanyak 10 ml.
4) Masukkan akuades kedalam cuvet kontrol sebanyak 10 ml.
5) Pilih program pemeriksaan warna kedalam spektrofotometer DR 2800.
6) Masukkan cuvet kedalam spektrofotometer.
7) Baca hasil pemeriksaan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Setelah melakukan pemeriksaan kualitas air minum, diperoleh data hasil
pengukuran sebagai berikut:
Tabel IV.1
Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Minum pada Setiap Parameter
di Laboratorium Kimia Biofisik Universitas Hasanuddin
Tahun 2018
No. Parameter Hasil
1. Bakteri Coliform Ada
2. Fe 0,03 mg/L
3. pH 7,5
4. Warna 15 PtCo = 15 TCU
(Sumber: Data Primer, 2018)
Berdasarkan tabel hasil pemeriksaan kualitas air di atas didapatkan bahwa
terdapat bakteri Coliform dalam sampel air minum. Kadar Fe yang terkandung di
dalam sampel air minum tersebut berjumlah 0,03 mg/L. Adapun pH sampel air
minum adalah 7,5, dan warna pada sampel air minum yaitu 15 TCU.
B. Pembahasan
1. Bakteri Coliform
Dari hasil pemeriksaan bakteriologis yang dilakukan pada air galom
diperoleh keberadaan dan kuantitas bakteri Coliform, namun jumlahnya
sedikit. Bakteriologis merupakan salah satu persyaratan yang terdapat dalam
persayaratan kualitas air minum. Adapun hasilnya yaitu pada sampel
ditemukan bakteri Coliform. Hal ini membuktikan bahwa sampel sudah
tercemar. Berdasarkan Permenkes RI No.492 Tahun 2010 tentang air minum,
dalam parameter biologi, kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa sampel melebihi batas maksimum.

23
24

Setelah 1 x 24 jam, hasil dari sampel yang telah diinkubasi sudah dapat
dilihat. Pada saat pemeriksaan sampel yaitu pada saat dikeluarkan dari
incubator, sampel ternyata mengalami sedikit kerusakan. Karena pada saat
sebelum dimasukkan ke incubator sampel dibalik terlebih dahulu dan ternyata
sampel masih belum memadat sepenuhnya. Sehingga kemungkinan di dalam
incubator tumpah ke bagian atas cawan petri dan mengalami kerusakan. Jadi
pada saat perhitungan jumlah bakteri Coliform kelompok kami kurang bisa
melihat keberadaan bakteri Coliform dengan jelas.
Bakteri Coliform pada umumnya tidak terdapat di air bersih, hanya
terdapat di kotoran manusia atau hewan. Jika terdapat Coliform maka hal ini
memungkinkan kontaminasi bakteri yang bersifat patogen dan bisa
menimbulkan penyakit seperti diare (Jonanda, 2016). Jumlah Coliform dalam
air disebabkan oleh desinfeksi yang tidak sempurna serta pencucian dan
pembilasan galon yang rawan pencemaran. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi kualitas air hasil produksi adalah air baku, jenis peralatan yang
digunakan, pemeliharaan peralatan, dan penanganan pengolahan, dan
pendistribusian air (Mirza, 2014).
2. Besi (Fe)
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Fe pada sampel air minum, dapat
diketahui bahwa kadar Fe pada sampel sebesar 0,03 mg/L. Dalam Permenkes
RI No.492 Tahun 2010 ditetapkan bahwa kadar Fe maksimum yang
diperbolehkan untuk persyaratan kualitas air minum adalah sebesar 0,3 mg/L.
Hal ini menunjukkan bahwa kadar Fe pada sampel tidak melebihi nilai
ambang batas yang diperbolehkan. Prosedur kerja baik pada pengambilan
sampel maupun pada pemeriksaan sampel sudah dilakukan dengan benar dan
sesuai yang tertulis pada buku penuntun laboratorium. Selain itu terdapat
kakak asisten yang mengarahkan dan membantu kami sehingga dapat berjalan
dengan baik.
25

Kelebihan zat besi bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi


muntah, kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, mudah
marah, radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker, cardiomyopathies,
sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, kulit kehitam-
hitaman, sakit kepala, gagal hati, hepatitis, hiperaktif, infeksi, insomnia, sakit
liver, masalah mental, rasa logam di mulut, myasthenia gravis, nausea, nevi,
mudah gelisah, dan iritasi, Parkinson, rematik, sikoprenia, sariawan perut,
sickle-cell anemia, keras kepala, strabismus, gangguan penyerapan vitamin,
dan mineral, serta hemokromatin (Anggaraini, 2012).
3. pH
Dari hasil pemeriksaan pH yang dilakukan pada sampel air minum
diperoleh hasil yaitu 7,5. pH standar untuk air minum sesuai dengan
Permenkes RI No.492 Tahun 2010 adalah sebesar 6,5 - 8,5. Artinya sampel
air minum tersebut memenuhi syarat air minum untuk pH. Prosedur kerja yang
baik pada pengambilan sampel maupun pada pemeriksaan sampel sudah
dilakukan dengan benar dan sesuai yang tertulis pada buku penuntun
laboratorium. Selain itu terdapat kakak asisten yang mengarahkan dan
membantu kami sehingga dapat berjalan dengan baik.
pH atau yang sering disebut dengan derajat keasaman diduga sangat
berpengaruh terhadap daya racun bahan pencemaran dan kelarutan beberapa
gas, serta menentukan bentuk zat di dalam air. Air normal memenuhi syarat
untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 - 7,5. Air akan bersifat asam
atau basa bergantung besar kecilnya Ph. Bila pH di bawah pH normal, maka
air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH
normal, maka air akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan akan
mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik
(Isnaini, 2011).
26

4. Warna
Berdasarkan hasil pemeriksaan warna sampel air minum diperoleh
hasil yaitu 15 PtCo yang jika dikoversi ke TCU maka didapatkan hasil sebesar
15 TCU. Dalam Permenkes RI No. 492 tahun 2010 ditetapkan bahwa kadar
maksimum yang diperbolehkan untuk persyaratan kualitas air minum pada
parameter fisik air, yaitu warna ialah 15 TCU. Artinya sampel air minum
tersebut memenuhi syarat parameter warna untuk air minum. Prosedur kerja
baik pada pengambilan sampel maupun pada pemeriksaan sampel sudah
dilakukan dengan benar dan sesuai yang tertulis pada buku penuntun
laboratorium. Selain itu terdapat kakak asisten yang mengarahkan dan
membantu kami sehingga dapat berjalan dengan baik.
Air minum sebaiknya tidak berwarna dengan alasan estetis dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat yang secara
alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urine. Oleh karena
itu masyarakat tidak menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena
khlor dapat membentuk senyawa khloroform yang beracun. Warnanya dapat
berasal dari buangan industri. Warna dalam air dapat disebabkan oleh adanya
ion-ion metal alam (besi, dan mangan), hunus, plankton, tanaman air dan
buangan industri. Warna air biasanya dihilangkan untuk penggunaan air
industri dan air minum (Abditya, 2010).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan sesuai dengan tujuan praktikum, maka hasil dari
pembahasan hasil praktikum dapat ditarik kesimpulan:
1. Hasil pemeriksaan bakteri Coliform pada sampel air galon ialah ada bakteri
Coliform dalam sampel air galon.
2. Hasil pemeriksaan kadar Fe pada sampel air galon ialah 0,03 mg/L.
3. Hasil pemeriksaan pH pada sampel air galon diperoleh hasil sebesar 7,5.
4. Hasil pemeriksaan warna pada sampel air galon diperoleh hasil sebesar 15
TCU.
B. Saran
1. Kepada pemerintah, hendaknya lebih memperketat dalam hal peraturan,
sanksi, moitoring, dan evaluasi AMIU secara berkala, sehingga tercipta air
minum dengan kualitas yang baik serta tidak membahayakan kesehatan
tubuh masyarakat.
2. Kepada masyarakat, diharapkan agar dapat lebih teliti dalam memilih jenis
air minum dengan baik yang akan dikonsumsi agar nantinya tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi dirinya sendiri.
3. Kepada institusi, PDAM hendaknya menyediakan air yang akan digunakan
oleh masyarakat dengan kualitas yang baik dan memenuhi standar yang
telah ditetapkan agar masyarakat tetap sehat dan terhindar dari penyakit
yang mungkin diakibatkan oleh gangguan kualitas pada air.
4. Kepada asisten, sebaiknya asisten memperhatikan praktikan agar tidak
terdapat kesalahan atau kecerobohan yang dilakukan praktikan dalam setiap
praktikum. Asisten tetap membimbing praktikan dengan baik agar kegiatan

27
praktikum dapat berjalan dengan lancar sehingga praktikan lebih mudah
memahami apa yang disampaikan oleh asisten.

DAFTAR PUSTAKA

Abditya, H., 2010. Analisis Biaya Uji Kualitas Air Sumur. [Skripsi]. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Anggraini, R., 2012. Kandungan Logam Air Sumur dan Air PDAM dengan Sistem
Pendeteksi Kelayakan Air Minum (Elektrolizer Air) Di Kecamatan
Sumbersari. [Skripsi]. Jawa Timur: Universitas Jember.
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/4523 [diakses 21 April 2018]

Daud, Anwar., 2007. Aspek Kesehatan Penyediaan Bersih. Makassar: CV. Healthy
And Sanitation.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Galus, R. 2014. Gambaran Jumlah Bakteri Escherichia coli Pada Air Minum Isi Ulang
(AMIU) Sumber Depot Berdasarkan Lama Penggunaan Pada Penguhuni Kos
Smart Center Kota Gorontalo. KIM Fakultas Ilmu Kesehatan dan
Keolahragaan, [Online] 2(2). http://kim.ung.ac.id/ [Diakses 23 April 2018].

Harahap. 2013. Daya Dukung Lingkungan (Carrying Capacity) Danau Siais terhadap
Kegiatan Keramba Jaring Apung.

Isnaini, A., 2011. Penilaian Kualitas Air Dan Kajian Potensi Situ Salam Sebagai
Wisata Air di Universitas Indonesia, Depok. [Tesis]. Jakarta: Universitas
Indonesia [Diakses 23 April 2018].

Jonanda, Heri Okta, Aziz Djamal dan Yulistini. 2016. Identifikasi Bakteri Coliform
pada Kontak Permukaan Galon Air Minum Isi Ulang Distribusi Akhir di
Kecamatan Bungus: Padang.

Ma’arif, M. N., Mary, S., Bambang, B., 2017. Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang
di Kota Makassar. Jurnal Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Mirza, M. N., 2014. Hygiene Sanitasi Dan Jumlah Coliform Air Minum. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, [Online] 9(2). Hal 167-173. [Diakses pada tanggal 18 April 2018].

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1990 tentang
Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta: Menteri Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomot 492 Tahun 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta: Menteri Kesehatan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Purbowarsito, Hariyono. 2011. Uji Bakteriologis Air Sumur di Kecamatan Semampir
Surabaya. Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga:
Surabaya. [Diakses 23 April 2018].

Rumondor, P. P., John P., & Olivia W., 2014. Identifikasi Bakteri Pada Depot Air Minum Isi
Ulang Di Kota Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM) 2(2). [Diakses 23 April 2018].

Siregar. 2012. Analisis Kualitas Fisik, Biologi, dan Kimia pada Air Minum dalam
Kemasan Berbagai Merk yang dijual Di Kota Medan Tahun 2012.

Soemirat, J., 2011. Kesehatan Lingkungan. Revisi. Yogyakarta: Gadjah Mada

Sumantri , A., 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta: Kencana.

Suriadi, Dkk., 2016. Hubungan Hygiene Sanitasi Dengan Kualitas Bakteriologis Depot
Air Minum (DAM) Di Kabupaten Balangan. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia, [Online]. 15(1). Hal. 28-29 [Diakses pada tanggal 22 April 2018].

Susanto, Cornelius Eko. 2012. Lestarikan Sumber Air Demi Generasi Mendatang.
Media Indonesia.

Sutrisno. T.C. 1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Sutrisno, T.dan E. Suciastuti. 2006. Teknologi Penyedian Air Bersih, Rineka Cipta
Jakarta.

Utami, E. S., Martini, M., Saraswati, L. D., & Purwantisari, S., 2018. Hubungan
Kualitas Mikrobiologi Air Baku dan Higiene Sanitasi dengan Cemaran
Mikroba pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Tembalang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1), 236-244. [Online] Hal. 236-244.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/19874 [diakses 21
April 2018].

Walangitan, M. R., Margareth S., & Jane P., 2016. Gambaran Kualitas Air Minum Dari
Depot Air Minum Isi Ulang Di Kelurahan Ranotana-Weru Dan Kelurahan
Karombasan Selatan Menurut Parameter Mikrobiologi. Jurnal Kedokteran
Komunitas dan Tropik, 4(1).

Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Cetakan keempat.


Yogyakarta : Penerbit ANDI.
LAMPIRAN FOTO
A. Alat
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3
Botol Sampel 1 Botol Sampel 2 Bulp

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6


Bunsen Cawan Petri Cuvet

Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9


GelasBeaker GelasUkur Incubator
Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12
KorekApi (gas) pH Indicator Strip Pipet Ukur

Gambar 13 Gambar 14 Gambar 15


RakTabung Spektrofotometer Spektrofotemeter
DR 2800 HS 3300

B. Bahan
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3
Air Sampel Alcohol Pads 70%
Aquades

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6


EMBA Powder Pillow Tissue

C. Prosedur
1. PengambilanSampel
a) BotolSampel 1

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


FiksasiMulut FiksasiMulut FiksasiPenutup
Dispenser BotolKaca BotolKaca

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6


Masukkan air ke Buang 1/3 air sampel Fiksasikembali
dalambotolkaca botolkaca
Gambar 7
Tutupbotolkacadengantali

b) BotolSampel 2

Gamabar 1 Gambar 2
Masukkan air kedalam Balikkanbotoluntuk
botolsampel melihatoksigen di
dalambotol
2. PemeriksaanSampel
a) Bakteriologi Coliform

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Nyalakanbunsen Fiksasi pipet ukur Fiksasicawan petri

Gambar 4 Gambar 5
PenambahanlarutanMasukkancawan petri
EMBA kedaalamincubator

b) Kadar Fe
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3
Pipet air sampelMasukkankedalam Tambahkanpowder
cuvet pillow

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6


DiamkancuvetselamamenyekacuvetdenganMasukkancuvetke
5 menit tisukhusus cell holder
Spektrofotometer

c) pH
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3
Pipet air sampelMasukkankedalamHomogenkan
gelasbeaker

Gambar 4
Membandingkanwarna
airsampeldengan
pHindicator strip

d) Warna
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3
Pipet air sampelmasukkankedalamMasukkancuvetke
dalamspektrofotometer

Anda mungkin juga menyukai