EPTM (Stroke)

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT

TIDAK MENULAR
“STROKE”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2


KELAS C

SAVIRA NURULITA K11116503


NURKHALISAH HARIS K11116323
BELA SANDITA RUSMAN K11116309
NURUL REZKIAH K11116000
MITHA RAHMILAH K11116339
A. M. FADEL K11116000
ALDIAN EKHA WARDANI K11116000
ACHMAD NUGRAHA K11116000
LINDA
NEL

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin 2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas KehadiratNya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular: Stroke” ini. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun kata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah “Epidemiologi Penyakit Tidak Menular:
Stroke” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Penyusun

Kelompok 2

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................
B. Epidemiologi Penyakit Stroke .....................................................................
C. Patofisiologi Penyakit Stroke ......................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor Risiko Penyakit Stroke ....................................................................
B. Riwayat Alamiah Penyakit Stroke ..............................................................
C. Pencegahan Penyakit Stroke ......................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

3|Page
A. Latar Belakang Masalah
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat
ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh
dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang mendadak dapat mengakibatkan
kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada usia produktif maupun usia lanjut
(Junaidi, 2011). Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat
stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain itu,
diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar glukosa darah
dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam tubuh secara patologis berperan dalam
peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang merupakan pencetus beberapa penyakit
vaskuler. Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar
kemungkinan meluasnya area infark karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme
glukosa secara anaerobik yang merusak jaringan otak (Rico dkk, 2008).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di Indonesia
meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga
kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24
tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-
laki (7,1%)
Penyakit stroke sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu,
stroke hanya terjadi pada usia tua mulai 60 tahun, namun sekarang mulai usia 40 tahun
seseorang sudah memiliki risiko stroke, meningkatnya penderita stroke usia muda lebih
disebabkan pola hidup, terutama pola makan tinggi kolesterol. Berdasarkan pengamatan
di berbagai rumah sakit, justru stroke di usia produktif sering terjadi akibat kesibukan
kerja yang menyebabkan seseorang jarang olahraga, kurang tidur, dan stres berat yang
juga jadi faktor penyebab (Dourman, 2013).

B. Epidemiologi Penyakit Stroke


Stroke dapat ditemukan pada semua golongan usia namun sebagian besar akan
dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke meningkat
secara eksponensial dengan bertambahnya usia, dimana akan terjadi peningkatan 100 kali
lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-90 adalah 300/10.000

4|Page
dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30-40 tahun. Stroke banyak
ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita.
Berdasarkan sumber Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes
Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementrian Kesehatan
RI tahun 2013 bahwa jumlah penderita penyakit stroke umur ≥ 15 tahun di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang
(7,0%), sedangkan berdasarkan diagnosis nakes/gejala diperkirakan sebanyak 2.137.941
orang (12,1%).
Berdasarkan diagnosis nakes maupun diagnosis nakes/gejala, Provinsi Jawa Barat
memiliki estimasi jumlah penderita terbanyak yaitu sebanyak 238.001 orang (7,4%) dan
533.895 orang (16,6%), sedangkan Provinsi Papua Barat memiliki jumlah penderita
paling sedikit yaitu sebanyak 2.007 orang (3,6%) dan 2.955 orang (5,3%).
Adapun data epidemiologi penyakit stroke secara Global dan di Indonesia.
1. Global
Stroke adalah penyebab utama dari disabilitas. Stroke menurunkan
mobilitas pada lebih dari 65% pasien penderita stroke. Lebih dari 85% jenis
serangan stroke adalah stroke jenis penyumbatan/iskemik. Stroke adalah
penyebab kematian ketiga terbesar di Eropa setelah penyakit jantung dan
kanker dan menyumbang 10% sebagai penyebab kematian di dunia.
Ras kulit hitam memiliki morbiditas dan mortalitas dua kali lebih tinggi
jika dibandingkan orang kulit putih. Suku Amerika Indian, Alaska dan kulit
hitam lebih cenderung terkena stroke. Lebih dari 25% pasien yang menderita
stroke pernah terkena serangan stroke sebelumnya. Lebih dari 30% pasien
yang memiliki stroke berusia di atas 65 tahun. Di Amerika, setiap 4 detik
seseorang terkena stroke dan setiap 4 menit seseorang meninggal karena
stroke. Stroke menghabiskan biaya hingga 33 milyar dolar di Amerika setiap
tahunnya.
2. Indonesia
Lebih dari 2.000.000 jiwa didiagnosis stroke di Indonesia pada 2013.
Daerah dengan insiden stroke tertinggi adalah provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sumatra Barat dan Banten. Stroke menjadi penyebab
kematian tertinggi baik pada pria atau wanita pada 2014. Selama tahun 2007-
2013 hanya ada 5 provinsi di Indonesia yang memiliki penurunan insiden
stroke yaitu Aceh, Riau, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo dan Papua Barat.

5|Page
Di Indonesia, kelompok yang didiagnosis stroke oleh nakes jumlahnya
meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur ≥75 tahun
yaitu, laki-laki sebanyak 43,1% dan perempuan sebanyak 67,0%. Secara
keseluruhan, sebanyak 57,9% penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes.
Pria 1,25 kali lebih mungkin terkena stroke daripada wanita. Laki-laki yang
berumur 45 tahun bila bertahan hidup sampai 85 tahun kemungkinan terkena
stroke 25%, sedangkan risiko bagi wanita hanya 20%.
Di indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan
setelah jantung dan kanker. Bahkan menurut survei 2004, stroke merupakan
pembunuh nomor 1 di RS pemerintah di seluruh penjuru indonesia.
Prevalensi penyakit stroke terlihat meningkat seiring peningkatan umur
responden dan banyak dialami pada lanjut usia. Dilihat dari karakteristiknya,
prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan
rendah, masyarakat kota dan masyarakat yang tidak bekerja.

C. Patofisiologi Penyakit Stroke


1. Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh
thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat,
aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian
menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui
arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-
tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat
disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi
atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial
yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat

6|Page
dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.
Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid
dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah
tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis
jaringan otak.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Risiko
Sebagian besar stroke terjadi akibat kombinasi faktor penyebab medis (misalnya,
peningkatan tekanan darah) dan faktor penyebab perilaku (misalnya merokok).
Penyebab-penyebab ini disebut “faktor risiko”. Sebagian faktor risiko dapat dikendalikan
atau dihilangkan sama sekali baik dengan cara medis, misalnya minum obat tertentu atau
dengan cara nonmedis, misalnya perubahan gaya hidup. Ini disebut faktor risiko yang
dapat dimodifikasi. Diperkirakan bahwa hampir 85% dari semua stroke dapat dicegah
dengan mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi tersebut. Namun,
terdapat sejumlah faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat
diubah. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi ini mencakup penuaan,
kecenderungan genetis dan suku bangsa. Faktor risiko medis pada stroke mencakup :
1. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
2. Tingginya kadar zat-zat berlemak seperti kolesterol di dalam darah
3. Aterosklerosis (mengerasnya arteri)

7|Page
4. Berbagai gangguan jantung, termasuk fibrilasi atrium (misalnya denyut
jantung tidak teratur), diabetes dan aneurisma intrakranium yang belum pecah
5. Riwayat stroke dalam keluarga atau penanda genetis lainnya
6. Migrain

Banyak dari faktor risiko ini saling berkaitan dan dapat saling memperparah.
Sebaagai contoh, orang dengan tekanan darah tinggi cenderung menderita penyakit
jantung dan aterosklerosis serta diabetes mendorong terjadinya ateroklerosis dan
peningkatan tekanan darah. Risiko terkena stroke meningkat dengan kombinasi dari
faktor-faktor risiko. Namun kebanyakan faktor risiko dapat dihindari atau dapat dikontrol
secara efisien.

Faktor risiko perilaku adalah faktor yang terjadi akibat perilaku atau gaya hidup
seseorang. Faktor yang terpenting adalah merokok (aktif dan pasif), makanan yang tidak
sehat, konsumsi alkohol berlebihan, tidak banyak aktivitas fisik, mendengkur dan apnea
tidur, kontrasepsi oral, narkoba (misalnya heroin, amfetamin, kokain dan mariyuana)
serta kelebihan berat badan.

1. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terkena stroke 4 kali lipat. Hal ini
berlaku bagi semua jenis rokok dan untuk semua tipe stroke, terutama
perdarahan subaraknoid dan stroke iskemik. Merokok menyebabkan
penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh (termasuk yang ada di
otak, jantung dan tungkai), sehingga merokok mendorong terjadinya
aterosklerosis, mengurangi aliran darah dan menyebabkan darah mudah
menggumpal. Merokok juga meningkatkan pembentukan dan pertumbuhan
aneurisma intrakranium.

2. Makanan yang tidak sehat


Untuk mempertahankan berat badan, seorang dewasa yang sehat rata-
rata memerlukan asupan makanan harian sekitar 30-35 kkal untuk setiap
kilogram beratnya. Bagi orang yang lebih tua, kebutuhan ini mungkin lebih
sedikit, terutama jika mereka tidak banyak beraktivitas fisik. Makanan adalah
satu-satunya sumber energi kita, tetapi jenis makanan yang berbeda memiliki
kandungan kalori yang berbeda. Secara rata-rata :

8|Page
a) Lemak (misalnya, mentega biasa, minyak goreng, lemak daging, dan
margarin) menghasilkan 9 kkal/gram.
b) Protein (misalnya daging dan produk hewani dan termasuk susu dan
produk susu, kacang-kacangan) menghasilkan 4 kkal/gram.
c) Karbohdirat (misalnya roti, sereal, buah dan sayur menghasilkan 4
kkal/gram).
d) Alkohol menghasilkan 7 kkal/gram.

3. Kurangnya aktifitas fisik


Orang yang kurang aktif secara fisik (mereka yang berolharga kurang
dari tiga kali atau kurang per minggu, masing-masing selama 30 menit)
memiliki hampir 50% peningkatan risiko terkena stroke dibandingkan dengan
mereka yang aktif. Kurangnya aktifitas fisik dapat menyebabkan masalah
berat badan dan meningkatkan tekanan darah serta berkaitan dengan diabetes
yang semuanya merupakan faktor risiko stroke yang penting.

B. Riwayat Alamiah Penyakit Stroke


Masing-masing penyakit memiliki perjalanan alamiahnya sendiri jika tidak
diganggu dengan intervensi medis atau jika penyakit dibiarkan sampai melengkapi
perjalanannya. Proses suatu penyakit dimulai dari seseorang yang rantan penyakit
dan di serang oleh agen patogenik yang cukup virulen untuk menimbulkan penyakit,
perjalanan alami penyakit ini juga disebut dengan riwayat alamiah penyakit
(Timmreck, 2009).
Penyakit stroke memiliki riwayat alamiah sebagai berikut:
1. Tahap Peka/ Rentan/ Pre pathogenesis
Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit.
Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada
di luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh pejamu. Pada keadaan
ini belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit dan daya tahan tubuh
pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat
(Effendy, 1998).
Tahap Pre pathogenesis meliputi orang-orang yang sehat, tetapi
mempunyai faktor resiko atau predisposisi untuk terkena penyakit Stroke.
Faktor-faktor resiko dari penyakit tersebut adalah; usia dan jenis kelamin,
genetika, ras, mendengkur dan sleep apnea, inaktivitas fisik, hipertensi,

9|Page
merokok, diabetes militus, penyakit jantung, arteriosklerosis, dislipidemi,
alcohol dan narkoba, kontrasepsi oral, serta obesitas (Dewanto, 2009).
2. Tahap pragejala/ Sub-klinis
Pada tahap ini telah terjadi infeksi, tetapi belum menunjukkan gejala dan
masih belum terjadi gangguan fungsi organ. Pada penyakit non-infeksi
merupakan periode terjadinya perubahan anatomi dan histology mis : terjadinya
aterosklerotik pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan penyempitan
pembuluh darah. Pada tahap ini sulit untuk diagnose secara klinis (Budiarto,
2001).
Aterosklerosis adalah penyakit yang merupakan dasar serangan jantung
(infark miokard) dan stroke (thrombosis serebri). Arterosklerosis ditandai
dengan penebalan berupa bercak daru intima yang mengandung endapan
lipidintrasel dan ekstrasel. Menjelang usia 15, penimbunan fokal kecil dari sel-
sel otot polos berisikan lipid, dikelilingi oleh endapan lipid kaya kolesterol,
membentuk “fatty streaks” (corengan berlemak) kuning dalam intima aorta yang
tampak dengan mata telanjang. Mereka berangsur bertambah sampai 30% atau
lebih dari permukaan intima menjelang umur 25, apakah corengan berlemak
yang mncul dini adalah fisiologik atau merupakan precursor lesi aterosklerosis
yang lebih lanjut, masih diperdebatkan, yang lebih patologik adalah plak fibrosa
yang muncul pada orang yang lebih tua. Mereka tampak putih dan lebih teba,
sehingga agak menonjol didalam lumen. Mereka timbul oleh proliferasi local
dari sel-sel otot pols dari intima dan oleh migrasi sel-sel otot pols dari tunika
media melalui fenestrasi dalam lamina elastika interna untuk bergabung dengan
yang di intima. Normalnya, sel otot polos dinding srteri sangat lambt
diperbarui,namun di tempat cedera pada endotel dan agregasi trombosit darah,
seperti pada tahap awal aterosklerosis, berdasarkan faktor penumbuhan asal-
trombosit (PDGF), yang merangsan proli-ferasi otot polos. Lipid berkumpul di
dalam sekitar sel-sel ini dan mereka dirangasng untuk menghasilkan lebih
banyak kolagen dan proteoglikans yang ikut menebalkan tunika intima. Dengan
berkembangnya penakit ini, maka terjadi nekrosis sel, erosi endotel, dan agregasi
trombosit untuk membentuk thrombus mural (bekuan darah) yang dapat
menyumbat lumen (Bloom, 2002).

10 | P a g e
Jadi proses utama yang terlibat dalam aterosklerosis adalah poiferasi
setempat dari sel-sel otot polos, kelebihan produksi matriks eksternalnya, dan
penimbunan lipid intra dan ekstrasel, penelitian tentang pathogenesis penyakit
ini terpusat pada peran kolesterol, berbagai lipoprotein plasma, dan yang
dibebaskan setempat oleh trombosit yang diaktifkan (Bloom, 2002).
Kelainan pembuluh darah yang sering menimbulkan hipertensi dan stroke
adalah stenosis (penyempitan) karena aterosklerosis, displasia (stenosis non
aterosklerosis) dinding arteri di lapisan intima, lapisan media dan adventisia juga
turut berperan. Di dalam lapisan intima terjadi fibroplasia intima, yaitu
penimbunan jaringan fibrous sehingga lumen arteri menyempit. Pada lapisan
media terjadi fibroplasias media, yaitu penimbunan jaringan fibrous dan atrofi
otot polos, sehingga lumen arteri menyempit. Pada lapisan adventisia, terjadi
penggantian dengan jaringan kolagen yang meluas ke jaringan ikat sehingga
menjadi kaku dan sempit (Pediatri, 2012).
3. Tahap Klinis (stage of clinical disease)
Tahap klinis merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi
organ yang terkena dsn menimbulksn gejala. Tahap klinis pada penyakit Stroke
tergantung pada neuroanatomi dan Vaskularisasinya. Gejala klinis dan deficit
neurologic yang ditemukan berguna menilai lokasi iskemi (Dewanto, 2009).
Gangguan peredaran darah arteri serebri anterior menyebabkan
hemiparesis dan hemihipestesis kontralateral yang terutama melibatkan tungkai.
Gangguan peredaran darah arteri serebri media menyebabkan hemiparesis dan
hemihipestisi kontralateral yang terutama mengenai lengan di sertai dengan
gangguan fungdi luhur berupa afasia (bila mengenai area otak dominan) atau
hemispatial neglect (bila mengenai area otak nondominan). Gangguan peredaran
darah arteri serebri prosterior menimbulkan menianopsi homonym atau
kuadrantanopsi kontralateral tanpa disertai gangguan motorik maupun sensorik.
Gangguan daya ingat terjadi apabila terjadi infark pada lobus temporaliss
medial. Aleksia tanpa agrafia timbul bila infark terjadi pada korteks visual
dominan dan splenium korpus kalosum. Agnosia dan porosopagnosia
(ketidakmampuan mengenali wajah) timbul akibat infark pada korteks
rooksipitalis inferior. Gangguan peredaran darah batang otak menyebabkan

11 | P a g e
gangguan saraf cranial seperti disartri, diplopi dan vertigo; gangguan serebral,
seperti ataksia atau hilang keseimbangan; atau penurunan kesadaran. Infark
lekunar merupakan infark kecil dengan klinis gangguan mumi motorik atau
sensorik tanpa disertai gangguan fungsi luhur (Dewanto, 2009).
4. Tahap Penyakit Lanjut/ Ketidakmampuan
Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap
penyakit lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan
pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan
(Effendy, 1998).
Salah satu aspek yang tidak menguntungkan dan menghancurkan dari
beberapa penyakit akut dan kronis adalah hasil akhir yang berupa kecacatan atau
ketidakmampuan. Pada stroke dapat menyebabkan penderitanya menjadi lumpuh
(Timmreck, 2005).
5. Tahap Terminal (Akhir Penyakit)
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya perjalanan
penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu sembuh sampurna,
sembuh dengan cacat (fisik, fungsional, dan social). Kecacatan ada stroke
umumnya dinilai dengan kemampuan pasien untuk melanjutkan fungsinya
kembali seperti sebelum sakit dan kemampuan pasien untuk mandiri. Salah satu
skala ukur yang aling sering dipakai untuk menggambarkan kecacatan akibat
stroke adalah skala Raknin, sebagai berikut: Tidak ada distabilitas yang
significant, dapat melakukan tugas harian seperti biasa; Distabilitas ringan, tidak
dapat melakukan beberapa aktivitas seperti sebelum sakit, namun dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bentuan; Distabilitas sedang berat, tidak
dapat berjalan tanpa bantuan dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
tanpa bantuan; Distabilitas berat, di tempat tidur, inkontinisia, memerlukan
perawatan dan perhatian (Pinzon, 2010).
Penelitian di Amerika Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari separuh
(55%) pasien stroke sumbatan dapat mandiri dalam waktu 3 bulan
pascaserangan. Ada 18% pasien yang mengalami kecacatan berat dan
memerlukan bantuan dalam banyak aspek kehidupannya. Faktor yang berperan
adalah keparahan stroke pada saat awal. Stroke yang menunjukan derajat

12 | P a g e
keparahan yang tinggi saat serangan lebih sering dihubungkan dengan kecacatan
pascastroke (Pinzon, 2010).
Bagi para stroke survivor, masalah belum selesai. Stroke dapat
memberikan gejala sisa atau dampak lanjut. Bagi para stroke surviver,
pencegahan serangan ulang pada penanganan gejala sisa stroke merupakan hal
yang utama (Pinzon, 2010). Selain itu, penyakit dapat berlangsung kronik
maupun berakhir dengan kematian. Stroke merupakan penyebab kematian
nomor tiga, setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke merupakan penyebab
kecacatan nomor satu bagi para penyandangnya. Angka kematian akibat stroke
di seluruh dunia masaihlah tinggi. Kematian paling tinggi dijumpai pada satu
bulan pascaserangan stroke. Kematian akibat stroke ditemukan pada 10-30%
[asien yang dirawat. Masa kritis umumnya dijumpai pada minggu-minggu
pertama pasca serangan stroke. Chen, dkk (2006) menyimpulkan bahwa 68,3%
kematian terjadi pada lima hari pertama perawatan di RS (Pinzon, 2010).
Kematian akibat stroke perdarahan adalah lebih tinggi daripada stroke
sumbatan. Penelitian McGuire, dkk (2007) menunjukan bahwa angka kematian
stroke adalah 45,7% untuk pendarahan intraserebral 30,1% untuk stroke iskemik.
Dalam satu tahun pengamatan, angka kematian akibat pendarahan intraserebral
adalah 51,2% dan angka kematian stroke iksemik adalah 39,2%. Penelitian
menunjukan bahwa sebagian besar kasus kematian akibat stroke terjadi pada dua
minggu pasca-onset (Pinzon, 2010).
Pada stroke perdarahan, kematian terutama berhubungan dengan lokasi
dan luas perdarahan di batang otak pada umumnya akan berakhir fatal.
Penelitian menunjukan bahwa volume perdarahan yang lebih dari 60 cc dan
lokasi perdarahan yang memiliki resiko kematian sebesar 93%. Pada perdarahan
otak yang kurang dari 30 cc angka kematian adalah 23% (EUSI, 2006, EUSI
2009). Penelitian Nadeau, dkk (2006) menyimpulkan bahwa angka kematian
stroke perdarahan dalam perawatan di RS adalah 15% dan 21% pada
pengamatan 6 bulan setelah stroke (Pinzon, 2010).
Berbagai dampak pascastroke adalah depresi, kepikunan, gangguan gerak,
nyeri, epilepsy, tulang keropos, dan gangguan menelan. Penanganan bersifat
individual sesuai kondisi pasien (Pinzon, 2010).

13 | P a g e
C. Pencegahan Penyakit Stroke

1. Health Promotion
Health Promotion yaitu usaha yang merupakan pelayanan terhadap
pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Dalam mencegah penyakit stroke usaha
tersebut dilakukan dengan cara mengubah gaya hidup, olahraga, kurangi stres,
tambah serta kurangi kolesterol dan berhenti merokok (Hendrahadi,2008).
2. Spesific Protection
Usaha ini merupakan tindakan terhadap pencegahan penyakit-penyakit
tertentu, contohnya dengan Konsumsi garam rendah sodium dan diet lemak
yang dapat mengurangi risiko tekanan darah tinggi yang mengakibatkan
stroke. Selain itu, konsumsi buah, sayuran dan gandum sangat bermanfaat
mencegah stroke (Hendrahadi, 2008).
3. Early Diagnosis
Waspadai gangguan irama jantung (attrial fibrillation). Detak jantung
yang tidak wajar menunjukkan ada perubahan fungsi jantung yang
mengakibatkan darah terkumpul dan menggumpal di dalam jantung. Detak
jantung ini mampu menggerakkan gumpalan darah sehingga masuk pada aliran
darah, yang mengakibatkan stroke. Gangguan irama jantung dapat dideteksi
dengan menilai detak nadi.
Waspadai gangguan sirkulasi darah. Stroke berkaitan dengan jantung,
pembuluh arteri dan vena. Tiga bagian ini penting bagi sirkulasi darah ke
seluruh tubuh, termasuk dari jantung ke otak. Ketika ada tumpukan lemak
yang menghambat aliran, maka risiko stroke meningkat. Masalah ini dapat
diobati dengan obat, bisa juga dengan operasi yang mampu mengatasi
hambatan di pembuluh arteri seperti tumpukan lemak.
4. Disabillity Limitation
Dengan minum obat-obatan untuk kendalikan penyakit faktor risiko,
minum obat dan menurunkan berat badan, kendalikan kolesterol dan berhenti
merokok, kendalikan diabetes dan makanan, dukungan keluarga, serta
memelihara oksidasi glukosa tubuh.
Rutin memeriksa tekanan darah. Tingkat tekanan darah adalah faktor
paling dominan pada semua jenis stroke. Makin tinggi tekanan darah
makin besar risiko terkena stroke. Jika tekanan darah meningkat, segera

14 | P a g e
konsultasi ke dokter. Tekanan darah yang harus diwaspadai adalah jika angka
tertinggi di atas 135 dan angka terbawah di atas 85.
Periksa kadar kolesterol dalam tubuh. Mengetahui tingkat kolesterol
dapat meningkatkan kewaspadaan stroke. Kolesterol tinggi mengarah pada
risiko stroke. Jika kolesterol sudah tinggi, segeralah menurunkannya dengan
memilih makanan rendah kolesterol. Agar kolesterol dalam tubuh tidak
berlebih sebaiknya asupan lemak jenuh diganti dengan asupan asam lemak tak
jenuh seperti Omega 3, Omega 6 dan Omega 9.
5. Rehabilitasi
Rehabilítasí stroke merupakan sebuah program komprehensíf yang
terkoordínasí antara medís dan rehabílítasí dengan tujuan mengoptímalkan dan
mernodifikasi kemampuarl fungsíonal yang ada. Gejala sísa fungsíonal yang
dísebabkan karena densit motorik merupakan fokus utama program rehabílitasí
stroke. Program rehabílítasí stroke sendírí telah terbukti dapat mengoptímalkan
pemulíhan sehingga penyandang stroke mendapat keluaran fungsíonal dan
kualitas hídup yang lebíh baík (Widiyanto, 2009).
Salah satu program rehabílítasí yang sering dipergunakan untuk
mengembalíkan fungsí karena defisít motorik adalah program latíhan gerak.
Dalam tekník mi dílakukan latíhan fungsíonal dan ídentífíkasí kunci utama
tugas-tugas motorik. Setiap tugas motorik dianalisis, ditentukan komponen-
komponen yang tidak dapat dilakukan, melatih penderita untuk hal-hal tersebut
serta memastikan latihan ini dilakukan pada aktivitas sehari-hari pasien. Latihan
motorik harus dílakukan dalam bentuk aktivitas fungsíonal karena tujuan dari
rehabílítasi tídak hanya sekedar mengembalíkan suatu pergerakan akan tetapi
mengembalíkan fungsi (Widiyanto, 2009).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

15 | P a g e
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Secara garis besar, stroke dibagi
menjadi 2 yaitu Stroke karena pendarahan (Haemorragic) dan Stroke bukan karena
pendarahan (Non Haemorragic/ Iskemik). Penyakit ini dapat dicegah secara umum
dengan menerapkan pola hidup yang sehat dan pola makan yang memiliki asupan gizi
yang adekuat.

B. Saran
Penulis berharap setelah membaca makalah ini ada beberapa hal yang dapat diambil
sebagai pelajaran, salah satu poin pentingnya adalah mencegah lebih baik daripada
mengobati. Untuk mencegah terjadinya stroke maka yang harus kita ubah mulai sekarang
adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan teratur. Jika kita membiasakan hidup
sehat, maka kita tidak akan mudah terserang penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, T. Epidemiologi Tidak Menular (Stroke). ACADEMIA.


www.academia.edu/11032718/EPIDEMIOLOGI_TIDAK_MENULAR_STROKE_ [diakses 12
April 2018].

National Geographic Indonesia. 2014. Penyakit Stroke Salah Satu Penyebab Utama Kematian di
Indonesia. nationalgeographic.co.id/berita/2014/07/penyakit-stroke-salah-satu-penyebab-utama-
kematian-di-indonesia [diakses 12 April 2018].

16 | P a g e
2014. Situasi Kesehatan Jantung. KEMENTRIAN KESEHATAN RI PUSAT DATA DAN
INFORMASI. Jakarta Selatan.

2013. RISET KESEHATAN DASAR. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan


Kementrian Kesehatan RI.

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai