Bab 5 DWDM

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

BAB V

WDM dan DWDM

5.1. Pendahuluan

Kecenderungan peningkatan sistem optikal secara umum menggambarkan bahwasanya


teknologi serat optik dengan menggunakan multiplexing DWDM akan terus berkembang. Komponen
pendukung DWDM yang digunakan akan disesuaikan dengan panjang gelombang informasi yang
dilewatkan serta serat optik yang digunakan.

5.2. Kebutuhan pengembangan bandwidth

Seperti telah dipaparkan sebelumnya bahwa serat optik dipilih untuk komunikasi
jarak jauh dengan kapasitas besar karena dari karakteristiknya mempunyai attenuasi yang
kecil. Corning salah satu merk serat optik mengeluarkan tipe Corning SMF-28 dengan
attenuasi sekitar 0.2 dB/km pada panjang gelombang 1550 nm dengan kapasitas yang dibawa
sangat besar, yaitu mencapai 100 Gbps. Teknologi ini harus ditunjang juga oleh perangkat
solid state dan photonic termasuk teknik multiplexingnya. Dikembangkan teknik
multiplexing WDM Wavelength Division Multiplexing memungkinkan SONET, ATM dan
kanal lainnya dapat berpropagasi dalam satu fiber optic, seperti gambar 5.1.

Gambar 5.1. Teknologi WDM

Market pertumbuhan transceiver optikal berasal dari segment jaringan LAN menurut
Jagdish Rebello Ph.D seorang analis prinsipal dalam Networking and Optical
Communication magazine Desember 2006 memperkirakan bahwa pertumbuhan pemakaian
DWDM transceiver akan meningkat, tetapi disisi SONET/SDH menurun dan Ethernet
Transceiver meningkat, seperti diperlihatkan pada gambar 5.2. Meningkatnya Ethernet
dikarenakan makin berkembangnya penggunaan internet dewasa ini. Kecenderungan dari
sistem optikal secara umum menggambarkan bahwasanya teknologi serat optik dengan
66
menggunakan multiplexing DWDM akan terus berkembang. Hal ini dapat diperkirakan
dengan makin meningkatnya komunikasi saat ini dengan muatan data, voice dan multimedia
yang berkapasitas besar.

Perangkat pendukung yang digunakan pada jaringan seperti serat optik, transceiver haruslah
yang dapat kompatibel dengan DWDM. Pada DWDM sendiri, bukan hanya semata sebagai
perangkat, lebih dari itu kecenderungan atau karakteristik sistem seperti OSNR dan jumlah
penguat yang digunakan harus diperhatikan. Pada akhirnya akan diperhitungkan link budget
suatu jaringan serat optik..

Gambar 5.2. Perkiraan pertumbuhan pemakaian perangkat optikal

System komunikasi kabel laut atau SKKL merupakan jaringan transmisi


menggunakan serat optik yang berfungsi menyambungkan antarkanal. Transmisi ini bisa
berupa data, suara, dan gambar seperti telepon melalui teknologi GSM, akses internet,
melihat tayangan TV, dan melakukan video conference. Contohnya SMW3 dan APCN.
SMW3 atau (Southeast Asia-Middle East-Western Europe 3) adalah sebuah konsorsium kabel
laut yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan carrier di wilayah Asia - Australia, Timur
Tengah dan Eropa. Kabel yang beroperasi sejak awal tahun 2000 ini menghubungkan Asia -
Australia, Timur Tengah dan Eropa sepanjang lebih kurang 40.000 km. Sedangkan APCN
(Asia Pacific Cable Network) adalah sebuah konsorsium kabel yang menghubungkan 9
negara di Asia Pasifik dan Australia yang beroperasi sejak awal tahun 1999.
5.3. DWDM

67
DWDM didefinisikan sebagai teknik transmisi fiber optic yang menggunakan panjang
gelombang untuk mentransmit data parallel menjadi data serial per karakter. Dengan DWDM
selama penjalaran didalam serat optic tidak dibutuhkan perangkat pengubah dari optic ke
elektronik dan ke optic kembali (O-E-O). Protokol dan Bit rate dalam DWDM tidak saling
berhubungan sehingga memungkinkan protokol dan bit rate yang digunakan karakteristiknya
berbeda. Disisi lain DWDM meningkatkan seluruh kapasitas dengan biaya yang murah
karena perencanaan investasi fiber telah dioptimasi dengan faktor pengali 32. Strategi
Migrasi dan provision dengan kemampuan fiber optic dikembangkan dan kemampuan meng-
upgrade kanal sehingga sesuai dengan solusi jangka panjang dan tetap untuk jangka pendek.
Losses daya pada tranmisi merupakan pembatas fundamental terutama pada
kecepatan dan jarak yang dihasilkan. Losses akan bertambah dengan adanya coupling dan
splitting pada jaringan optic serta switch photonic, yang pada akhirnya membuat ukuran
jaringan menjadi terbatas. Untuk mengatasi keterbatasan jarak maka digunakan penguat
(amplifier ) yang diletakan antara Tx dan Rx dengan jumlah penguat yang digunakan sangat
tergantung pada perangkat pendukung dari penguat.
Komponen pendukung DWDM secara umum terdiri dari 4 bagian , yaitu Transponder,
optical multiplexer, optical demultiplexer dan optical add/drop multiplexer (OADM), seperti
gambar 10.3. Komponen ini secara umum juga digunakan pada DWDM dengan panjang
gelombang yang dilewatkan disesuaikan dengan panjang gelombang DWDM dan panjang
gelombang serat optik yang digunakan.

Gambar 5.3. Komponen pendukung DWDM

Teknologi WDM merupakan pengembangan dari physical optikal. Dalam aplikasi


jaringan WDM perlu diketahui analisa phenomena physical dengan memilih variasi
komponen pendukung dan subsystem yang secara meluas digunakan. Pemilihan didasarkan

68
pada performa, biaya dan kebutuhan komponen pada jaringan. DWDM didefinisikan sebagai
teknik transmisi fiber optic yang menggunakan panjang gelombang untuk mentransmit data
parallel menjadi data serial per karakter.

Dengan DWDM, selama penjalaran didalam serat optik tidak membutuhkan


perangkat pengubah dari optic ke elektronik dan ke optik kembali (O-E-O). Data yang
dikirim dengan protokol dan bit rate tidak saling berhubungan, dimana keragaman ini bersifat
Transparency. Artinya arsitektur physical layer mensupport TDM dan format-format data
seperti ATM, Gigabit Ethernet dan sebagainya DWDM juga akan meningkatkan seluruh
kapasitas dengan biaya yang murah karena perencanaan investasi serat telah dioptimasi
dengan faktor pengali 32. Perencanaan bersifat scalability dengan banyaknya kegunaan
fiber optik pada area metropolitan dan jaringan perusahaan. Denganpola ini membuat
DWDM menjadu satu strategi migrasi dan provision dengan kemampuan serat optik dapat
dikembangkan dan mampu meng-upgrade kanal sehingga sesuai dengan solusi jangka
panjang dan tetap untuk jangka pendek. Berikut ini gambar 5.4. contoh dari DWDM
membawa sejumlah kanal dari beragam kapasitas. Dari gambar tersebut terlihat bahwa
beragam kapasitas dapat dimultiplek menggunakan DWDM

Gambar 5.4. Beragam kapasitas dimultiplek menggunakan DWDM

Dengan menggunakan DWDM memungkinkan peningkatan dari 2,4 GHz sampai


dengan 16 kalinya., 16 sistem kanal mampu mensupport 40 Gb/s dan dengan 40 sistem kanal
mampu mensupport kapasitas 100 Gb/s yang ekivalen dengan 10 STM 64 atau OC192. Pada
aplikasinya teknologi pendukung DWDM terdiri dari Filter optikal dan Laser dengan band
yang sempit, amplifier optic dengan gain yang flat, improvisasi fiber optic dengan
menggunakan EDFA dan menggunakan fiber Bragg grate untuk multiplexer add/droop
optikal.

69
5.4. Perangkat pendukung DWDM

Komponen pendukung DWDM seperti terlihat pada gambar 5.3, yaitu

1. DWDM Multiplexer/Demultiplexer
DWDM multiplexer berfungsi untuk memultiplex atau menggabungkan kanal-kanal
yang berisikan sinyal-sinyal input menjadi satu panjang gelombang agar dapat
dibawa dalam satu fiber. Sedangkan DWDM Demultiplexer berfungsi untuk
memecah panjang gelombang yang berisikan kanal-kanal input menjadi sesuai
dengan sinyal input sebelum dimasukkan pada multiplexer.

2. Optical Add-Drop Multiplexer (OADM)

Optical add-drop multiplexer dapat menambah atau mengambil wavelength


tertentu hingga maksimal 4 panjang gelombang. Diantara titik multiplexing dan
demultiplexing dalam sistem DWDM merupakan daerah dimana berbagai macam
panjang gelombang berada. Pada beberapa titik sepanjang span ini sering
diinginkan untuk diturunkan atau ditambah satu atau lebih panjang gelombang.
OADM (Optical Add/Drop Multiplexer) seperti ditunjukan pada gambar 10.5
digunakan untuk melewatkan sinyal dan melakukan fungsi add and drop yang
bekerja pada level optik.

Gambar 5.5. Add& Drop panjang gelombang

3. Optical Cross Connect (OXC)


Optical cross connect mampu melakukan switching sinyal optik tanpa melalui
konversi Optical Elektronik Optical. Sehingga proses switching akan lebih singkat.
Selain itu dapat pula melakukan routing kanal tertentu. Dengan penggabungan
DWDM, OADM dan OXC maka kedepannya semua jaringan dapat terdiri atau
bersifat optical. Sehingga manajemen bandiwidth pun lebih mudah.
70
4. Optical Amplifier
Merupakan penguat optik yang bekerja dilevel optik, yang dapat berfungsi sebagai
pre-amplifier, in line-amplifier dan post-amplifier.

5.5. BER, Q dan OSNR

Untuk mendisain jaringan, sangat penting melengkapi disain system dengan BER
yang dibutuhkan oleh system. BER selalu berhubungan dengan factor Q untuk
memperhitungkan daya minimum penerima yang dibutuhkan. Misalkan untuk menerima bit 1
arusnya I dan untuk bit 0 arusnya Io=0 (dengan anggapan untuk logika 0 arusnya nol) besar
Q menurut Gumataste Aashwin

I0
Q (5.1)
1   0

Daya bit untuk bit 1 P1=1 dan untuk bit 0 Po=0, maka besar Q adalah

2 R P1  P0 
Q
     
2
s
2
T T
(5.2)

Besarnya BER adalah

1  Q 
BER  refc   (5.3)
2  2

Dari persamaan Telecom Engineering Inc. v2.14 tahun 2008 memberikan rumus terapan

 2

EXP  Q 
 2  (5.4.)
BER 
Q 2

Daya yang diterima sebanding dengan Q, sedang faktor Q dari sinyal yang besar akan
membuat BER rendah. Daya yang diterima sebanding juga dengan bit rate. Gabungan antara
BER dengan data rate tergantung pada sensitivitas penerima., yang artinya dibutuhkan daya
optikal untuk mendapatkan BER yang dibutuhkan pada bit rate tertentu. Hal ini bukan berarti
daya dinaikan pada link optikal akan menghasilkan BER yang bagus. Karena daya optikal
yang meningkat akan membuat efek nonlinier pada penguat.

71
Komunikasi point to point dengan OSNR (optical Signal to Noise Ratio) dan factor Q.
Faktor Q didiskripsikan sebagai kualitatif dari performa penerima karena merupakan fungsi
dari Signal to Noise ratio dari optikal. Factor Q merupakan minimum SNR yang dibutuhkan
untuk memperhitungkan BER yang spesifik dari sinyal. Gambar 5.6. menggambarkan fungsi
tersebut.

Gambar 5.6. Hubungan Q dan BER

Noise pada amplifier merupakan hal yang menjengkelkan pada disain sistem. Figure
of merit suatu sistem kepekaan instrument dalam bentuk OSNR sangat dibutuhkan sistem.
OSNR dispesifikasikan sebagai perbandingan antara daya dengan noise yang diperkuat.
Sistem OSNR menunjukan kualitas dari sinyal yang digunakan dalam perbandingan ini.
Seringkali OSNR digunakan sebagai alat bantu tool disain dasar optikal yang paling penting.

OSNR tidak hanya dibatasi pada jaringan dasar optical amplifier. Perangkat aktif
maupun pasif lainnya dapat menambahkan noise dan membuat pemecahan disain sistem
dibatasi. Perangkat aktif seperti LASER dan amplifier akan menambah noise. Perangkat pasif
seperti tap dan fiber menambahkan komponen noise. Dalam perhitungan disain sistem, noise
dari optical amplifier dipertimbangkan sumber utamanya untuk penalti OSNR dan degradasi.

OSNR optical Signal to Noise Ratio juga merupakan parameter yang sangat penting
yang dari sinyal optikal yang diberikan. Keterkaitannya dengan faktor Q diperlihatkan
dengan persamanaan 5.5.

72
Bo
QdB  20 log OSNR (5.5)
Be

Bo
atau QdB  OSNR  10 log (5.6)
Be

dimana

Bo : bandwidth optikal dari perangkat photodetector

Be : bandwidth elektrikal pada filter penerima

Dari persamaan 9.6 terlihat bahwa Q sebanding dengan OSNR, jika Bo<Bc, maka
OSNR(dB) >Q(dB). Untuk disain dibuat OSNR(dB) >Q(dB) dengan perbedaan 1-2 dB.
Untuk disain system dengan bit rate yang tinggi, margin dari penerima mendekati 2 dB,
dengan demikian factor Q lebih kecil 2dB dibandingkan OSNR.

Misalkan dalam satu link phisikal antara AB dengan jarak jauh (long haul)
menggunakan fiber optic dan multiplexing WDM. Karena jaraknya jauh maka dibutuhkan
amplifier yang diletakkan secara periodic yang akan memperkuat sinyal, sehingga sinyal
dapat mencapai jarak melebihi akumulasi loss yang diperbolehkan juga loss yang disebabkan
attenuasi fiber. Pada setiap stage amplifier akan ada komponen tambahan yang menghasilkan
noise ASE amplified spontaneous emission (ASE) yang akan menurunkan OSNR. Lebih
jauh lagi amplifier akan memperkuat noise yang sudah ada. Noise ada pada semua spectrum
dan seringkali sulit untuk dipindahkan. Oleh karenanya perlu dipikirkan metode untuk
menghitung OSNR pada bagian akhir dari system stage amplifier N dan melihat apakah nilai
N masih valid.

Dalam disain dasar OSNR, kita harus memastikan OSNR stage akhir memenuhi
kebutuhan OSNR system dan kebutuhann BER. Untuk membuat system mendukung BER
tertentu, maka dibutuhkan membuat system OSNR memenuhi disain. OSNR pada setiap
stage memenuhi persamaan 5.7
Pin
OSNR  (5.7)
NFstage hf f

Dimana
NFstage : noise figure dari stage
h : konstanta Plank6.6260x10-34J-s

73
f : frekuensi optikal THz
f : bandwidth pada saat mengukur NF, besarnya mayoritas 0,1nm atau 10 GHz
Total OSNR dari N stage adalah

1 1 1 1 1
   .....   (5.8)
OSNR final OSNR1 OSNR2 OSNRN i OSNRi

Besarnya OSNR untuk satu amplifier (misalkan amplifier yang digunakan EDFA Erbium
Doped Fiber Amplifier) adalah

Pin Pin
OSNR   (5.9)
PASE 2n sp  G  1 hff

n sp : faktor inversi populasi dari penguat

N2 NF
n sp  n sp  0,5 x10 10
N 2  N1

Dimana
N2 : volume elektron dalam keadaan excited (excited state)
N1 : volume elektron dari ground state

Gambar 5.7. Amplifier cascade

Untuk N amplifier maka nilai OSNR nya menjadi

Pin Pin
OSNR   (5.10)
PASE NFhff .N

Dengan memasukan nilai konstanta Plank 6.63x10-34 Js, f frekuensi optikal 193 THz atau
panjang gelombang 1550 nm maka besar OSNR dalam dB adalah

OSNRdB  158.93  Pin  dB  NFdB  10 log N  10 log f

74
Bandwidth f sekitar 0.1 nm atau 10 GHZ ; dengan demikian besarnya OSNR menjadi

OSNRdB  Pin  58.93  dB  NFdB  10 log N (5.11)

Dengan merujuk persamaan 5.11, maka besarnya PASE adalah sebesar

PASE  58.93  dB  NFdB  10 log N (5.12)

Dari persamaan tersebut ada beberapa ketetapan

1. NF dari setiap amplifier besarnya sama, dengan maksud perangkat menggunakan


produk yang sama sehingga NF nya menjadi sama untuk semua amplifier
2.  adalah span loss dan nilainya sama untuk semua span
3. Noise merupakan polarisasi total sehingga merupakan noise yang tidak terpolarisasi.

5.6. Efek FWM dan XPM pada disain jarak jauh

Four wave modulation FWM adalah ordo ketiga dari nonlinieritas pda link optikal
yang dapat dibandingkan dengan distorsi intermodulasi pada sistem elektrikal standar. FWM
merupakan keburukan sistem WDM dengan penjarakan yang sama dan dengan daya yang
tinggi. Misalkan ada tiga kanal optikal ωi, ωj, dan ωk berjalan dan ketiga frekuensi tersebut
panjang gelombang dispersinya nol, ketiganya akan bercampur menghasilkan sinyal keempat
sebagaimana diperlihatkan oleh persamaan 5.13.

 ijk   i   j   k (5.13)

Dimana  ijk dapat mencampur kanal lain dari WDM sehingga menyebabkan crosstalk.
Untuk panjang gelombang W pada fiber, jumlah kanal FWM yang dihasilkan(N) adalah

W2
N  (W  1) (5.14)
2

Dari contoh diatas yaitu 3 panjang gelombang maka jumlah kanal FWM yang dihasilkan
adalah 9, seperti ditunjukan pada gambar 5.8. dimana tiga FWM yang dihasilkan berada
pada panjang gelombang utama dari WDM

75
Gambar 5.8. Spasi kanal yang sama membangkitkan 9 kanal FWM
Untuk meminimalkan FWM dapat digunakan spasi kanal yang tidak sama sebagai suatu cara
agar kanal FWM yang dihasilkan tidak berada pada panjang gelombang WDM yang
diinginkan sehingga akan mengurangi faktor interferensi. Jumlah kanal FWM yang
dihasilkan sama dengan diatas, tetapi tidak ada FWM yang berinterferensi dengan kanal
utama seperti diperlihatkan gambar 5.9. Untuk meminimalkan FWM dapat digunakan
NZDSF Nonzero dispersion shift fiber.

Gambar 5.9. Minimalis FWM dengan spasi kanalWDM yang tidak sama
Pada sistem WDM multikanal, XPM menyebabkan modulasi yang didasarkan
intensitas terhadap kanal yang berdekatan. XPM menyebabkan fluktuasi pada propagasi pulsa
juga efek dari kanal yang lain. Lebih jauh, jika kanal yang berdekatan berjalan denga bit rate
yang sama, maka efek XPM lebih terasa. Salah satu cara mengatasi XPM adalah dengan
memilih kanal yang berdekatan tidak mempunyai bit rate yang sama. Dalam disain link
WDM digunakan margin pinalti untuk FDM dan XPM sebesar 0,5 dB . XPM lebih
berdampak pada tipe format modulasi tertentu. FSK dan PSK berdampak lebih besar
dibandingkan coding modulasi NRZ maupun RZ .
Untuk mengetahui perbedaan panjang gelombang yang akan diumpankan pada
DWDM digunakan channel spacing. Channel spacing merupakan jarak minimum antar
panjang gelombang agar tidak terjadi interferensi. Channel spacing menentukan system
performansi dari DWDM dan bergantung pada system komponen yang dipakai. Standarisasi
spasi perlu dilakukan agar system DWDM dari berbagai vendor yang berbeda dapat saling
berkomunikasi. Standart channel spacing dari ITU adalah 50 GHz sampai 100 GHz (100 GHz

76
akhir-akhir ini sering digunakan). Spacing (sekat) ini membuat channel dapat dipakai dengan
memperhatikan batasan-batasan fiber amplifier.
Jika panjang gelombang operasi berbanding terbalik dengan frekuensi, hubungan
bedanya dikenal dalam panjang gelombang masing-masing sinyal. Faktor yang
mengendalikan besar spasi kanal adalah bandwidth pada penguat optik dan kemampuan
penerima mengidentifikasi dua set panjang gelombang yang lebih rendah dalam spasi kanal.
Kedua faktor itulah yang membatasi jumlah panjang gelombang yang melewati penguat. Saat
ini terdapat dua pilihan untuk melakukan standarisasi kanal, yaitu menggunakan spasi lamda
atau spasi frekuensi. Hubungan antara spasi lamda dan spasi frekuensi adalah:

Dimana
Δ f : spasi frekuensi (GHz)
Δλ: spasi lamda (nm)
λ : panjang gelombang daerah oprasi (nm)
c: kecepatan cahaya 3x10-8 m/s
Konversi spasi lamda ke spasi frekuensi (dan sebaliknya) akan menghasilkan nilai
yang kurang presisi, sehingga sistem DWDM dengan satuan yang berbeda akan mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi. ITU-T kemudian menggunakan spasi frekuensi sebagai
standar penentuan spasi kanal. Contoh spasi dari ITU-T dapat dilihat pada lampiran.

5.7. Latihan soal

1. Pelanggan A ingin membangun jaringan fiber yang panjangnya 200 km dengan trafik OC
48. Parameter disain SMF 28 dengan redaman 0,25 dB/km dan karakteristik dispersi 18
ps/nm.km. Sensitivitas penerima -18 dBm untuk BER 10-12
Receiver overload -10 dBm untuk BER 10-12
Daya transmit +7 sampai dengan +9 dBm, toleransi dispersi 1500 ps/nm.
Pinalti dispersi 1.5 dB pada 1500 ps/nm
OSNR toleransi 20 dB dengan resolusi bandwidth 0.1 nm.

77
EDFA dengan range daya input +3 sampai dengan -25 dBm, gain 20 ~ 14 dB.
Maksimum daya keluaran +17 dBm; Noise Fifure 5 dB.
DCU mempunyai loss 6 dB dengan kompensasi dispersi -1100 ps.

Jawab
Pin
OSNR 
NFstagehvf
Jarak (km) 200 Km A
attenuasi serat optik
(dB/km) 0.25 a
attenuasi kabel 50 dB B=A*a
ps/nm.k
dispersi ps/nm.km 18 m C
dispersi toleransi ps/nm 1500 ps/nm D
total dispersi ps/nm.km 3600 ps/nm E=A*C
maksimum jarak tanpa dcu 83.33 Km F=D/C
Kompensasi Dispersi DCU 1100 ps/nm G
Dispersi dengan 3 DCU 300 ps/nm H=E-3*G
loss DCU 6 dB

Jarak dibagi 3 stage, stage I :40 Km, stage kedua 80 km stage ketiga 80 km
Stage I Stage 2 Stage 3 Satuan
Daya transmit (1) dB 7 C23 9.5 D23 2
Jarak (km) dan attenuasi 40 10 80 20 80 20 dB
Margin 1.5 1.5 1.5 dB
loss DCU 6 6 6 dB
loss stage 1 (2) 17.5 27.5 27.5 dB
Pin (power pada ujung
stage 1 (3) (1)-(2) -10.5 -18 -25.5 dB
Amplifier EDFA (4) 20 20 20 dB
9.5
Keluaran amplifier (4)-(3) (C23) 2(D23) -5.5 dB
dB
Input penguat EDFA pada setiap stage yaitu -10,5 dB; -18dB dan -25.5 dB ini memenuhi
kriteria EDFA yang kisaran input dari +3 sampai dengan -25 dBm.
1 1 1 1
  
ONSRfinal ONSR1 ONSR2 ONSR3
NF =5 dB (6) 3.162 3.162 3.162
bandwidth
0.1nm=10GHz
(7) 1010 1010 1010
konstanta plank 6.6x10-34 6.6x10-34 6.6x10 -34

h (8)
kecepatan
cahaya C 3x108
panjang
gelombang λ 1.55x10-6
frekuensi cahaya
C/λ (9) 1.94x1014 1.94x1014 1.94x1014

78
Pin Watt (10) -10.5dB 8.90x10-5 -18 dB 1.50x10-5 -25,5dB 2.8210-6
ONSR(11)=(10) 6.95x10+2
/(6*7*8*9) 2.19 10+4 [11] 3.70x10+2 [12] [14]
10log(11) dB 43.41 35.68088 28.4193814
[15]=1/
[13]=1/ (1/[14])
(1/ +(1/
[12]) [12])
ONSR final dng +(1/ +(1/
stage 2 dan 3 [11]) 3.17x10+3 (11)) 5.70x10+2
10log[ 10log[1
dB 14] 35.00 5] 27.56

OSNR juga dapat dihitung menggunakan


P  58.93  dB  NFdB  10 log N
Atau P  58  dB  NFdB  10 log N dimana N =1,
shg untuk stage 1 OSNR = 58-10.5-5=43 db
2. Hitung daya keluaran komposit dari DWDM yang memultiplek 8 kanal, daya input
masing-masing 0 dBm dan insertion loss dari DWDM =5 dB
Jawab

P composite = Pchannel+10log N-insertion loss (dengan adanya N kanal)


= 0 +10 log8-5dB=0+9-5=4dB

79

Anda mungkin juga menyukai