Manajemen Nabi Muhammad SAW

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Manajemen Nabi Muhammad Saw

Anggota:
Hanif Abdul Kabir
Imam Mu’aziz
Ricky Ilham

FAKULTAS AGAMA ISLAM


JURUSAN EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

20014-2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas mata
kuliah Manajemen Syariah dengan judul Manajemen Nabi Muhammad SAW.

Penulis telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan
penulis terhadap makalah ini yaitu semoga malakalah ini bisa bermanfaat untuk pembaca.

Tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen saya tercinta Bpk.Hendri
Tanjung atas dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis. Sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah sesuai dengan
apa yang penulis harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Pada dasarnya makalah yang penulis sajikan ini khusus mengupas tentang Manajemen Nab
Muhammad SAW yang mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran
sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya. Amiin.

Bogor, 26 Maret 2015

Penyusun

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................................................................................ ii
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 3
BAB II ............................................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 4
2.1. Sejarah Nabi Muhammad SAW .......................................................................................................... 4
2.2. Konsep Dasar Manajemen Pada Masa Nabi ...................................................................................... 5
2.3.Manajemen Syariah Pada Zaman Rasulullah SAW ............................................................................. 6
2.4. Prinsip Kepemimpinan Rasulullah.................................................................................................... 10
BAB III .......................................................................................................................................................... 13
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................................... 13
3.2. Saran ................................................................................................................................................ 14
Daftar pustaka............................................................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rasulullah Muhammad SAW adalah sosok pribadi yang paripurna sehingga menjadi
teladan utama terbaik bagi umat manusia, khususnya umat Islam dalam menjalankan
kehidupan di dunia untuk meraih kebahagiaan kehidupan akhirat. Keteladanan tersebut bukan
hanya dalam sisi tertentu atau beberapa sisi kehidupan, melainkan dalam semua sisi dan
lingkup kehidupan; sisi intelektualitas, spiritualitas (keimanan), akhlak, fisik, kesehatan,
mentalitas, manajemen, strategi, perencanaan, kemasyarakatan, kenegaraan, negosiasi,
kesabaran, leadership (kepemimpinan) dan seterusnya.
Semua sisi tersebut dapat direalisasikan secara sempurna oleh Rasulullah dalam
lingkup individu, rumah tangga, masyarakat dan bahkan dalam sebuah negara dan
pemerintahan moderen pertama di dunia. Yang lebih mengagumkan lagi ialah pesona
kepribadian Muhammad SAW yang sempurna itu bukan hanya dirasakan semasa Beliau
masih hidup, akan tetapi memancar cahaya dan pengaruhnya setelah Beliau wafat dan sampai
akhir zaman dan menjadi keharusan bagi umat Islam untuk meneladaninya. Tidak akan ada
lagi manusia teladan terbaik di dunia ini setelah Muhammad SAW sampai dunia ini Allah
hancurkan (kiamat). Allah menjelaskan :

--٢١ ‫سنَةٌ أُس َآوة ٌ الل‬ َ ‫ّللاَ َوذَك ََر آاْلخِ َر َو آاليَ آو َم‬
َ ‫ّللاَ يَ آر ُجو َكانَ ِل َمن َح‬ َ ً ‫سو ِل فِي لَ ُك آم َكانَ لَقَ آد َّّ َكثِيرا‬
ُ ‫ِه َر‬

“Sungguh ada dalam diri Rasulullah keteladanan yang terbaik bagi kalian, yakni bagi orang
yang mengharapkan pertemuan dengan Allah dan hari akhir dan berzikir dengan banyak“
(Al-Ahzab : 21).

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, manajemen dan leadership Rasulullah


adalah bagian hidup yang sangat menarik dan sangat istimewa. Melihat kondisi umat islam
yang sedang terpuruk dalam semua sisi kehidupan saat ini, maka sisi mamanjemen dan
leadership ini salah satu yang paling dibutuhkan umat Islam. Karena dengan memahami dan
menerapkan manajemen dan leadership Rasulullah dalam semua lini kehidupan, insya Allah

1
kehidupan kita akan mengalami peningkatan dan perubahan ke arah yang benar seperti yang
dialami generasi Sahabat, Tabi’in, Tabi’ittabi’in dan seterusnya.

Untuk membuktikan betapa dahsyat dan efektifnya manajemen dan leadership


Rasulullah dapat kita saksikan pada perubahan besar-besaran yang terjadi dalam bangsa dan
negeri-negeri Arab setelah mereka dipimpin Nabi kita Muhammad SAW. Bangsa Arab
sebelum dipimpin Rasulullah adalah bangsa pengekor, terdiri dari beberapa kabilah (suku)
yang saling berperang di antara mereka, tunduk kepada kekuatan kerajaan Persia dan
kerajaan Romawi, kekacauan terjadi dalam semua lini kehidupan; sejak dari kehidupan
pribadi, rumah tangga, masyarakat, akhlak, intelektualitas, spiritualitas dan ekonomi sehingga
melahirkan sebuah budaya primitif yang digambarkan Al-Qur’an sebagai sebuah budaya
kehidupan jahiliyah.
Setelah dipimpin Rasulullah, bangsa Arab berubah menjadi bangsa pemimpin, yang
sebelumnya bermusuhan dan saling berperang menjadi bersaudara, menjadi bangsa yang
sangat ditakuti pasukan Persia dan Romawi dan menjadi bangsa yang sangat beradab,
berakhlak mulia, hidup teratur, bersih lahir dan batin sehinga melahirkan budaya yang sangat
manusiawi, intelek, cerdas, pemberani dan memiliki tanggung jawab sosial yang sangat
tinggi. Itulah peradaban Islam yang tiada duanya sepanjang sejarah manusia di atas bumi ini.
Peradaban tersebut bertahan sampai sekitar 13 abad lamanya membentang dari Jakarta
sampai Maroko, dan bahkan menyeberang sampai ke Spanyol dan Eropa Timur lainnya.
Sampai saat ini, aroma dan pengaruh peradaban mulia tersebut masih dapat dirasakan umat
manusia sejak dari Timur sampai Barat.

Satu hal yang perlu kita yakini bahwa Rasul Allah yang mulia, Muhammad SAW
adalah seorang negarawan, panglima militer, hakim agung, legislator dan sekaligus kepala
rumah tangga dan teman dekat bagi para Sahabat yang sangat mulia. Artinya, kegemilangan
Nabi Muhammad SAW bukan masalah manusia biasa, melaikan sudah menjadi kehendak
Allah atau domain Rabbani, baik yang bersifat prinsip, jalan atau strategi dan juga tujuan.
Sebuah skenario Allah terlihat dengan jelas dalam semua sisi kehidupan Beliau agar dapat
dijadikan teladan yang benar dan tepat oleh umatnya di kemudian hari sampai kiamat terjadi.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah sejarah nabi Muhammad SAW?


2. Apakah konsep dasar manajemen pada zaman nabi?
3. Apakah konsep manajemen pemerintahan nabi Muhammad SAW?
4. Apakah prinsip kepemimpinan rasulullah?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Nabi Muhammad SAW

Sebagai Rasul terakhir Allah SWT, Nabi Muhammad SAW tercatat dalam sejarah adalah
pembawa kemaslahatan dan kebaikan yang tiada bandingan untuk seluruh umat manusia.
Bagaimana tidak karena Rasulullah SAW telah membuka zaman baru dalam pembangunan
peradaban dunia. .

Setelah kakeknya yang bernama Abdul Muthalib wafat, seorang pamannya yang bernama
Abu Thalib lalu memeliharanya. Abu Thalib yang sangat menyayangi Muhammad SAW
sebagaimana anaknya sendiri adalah seorang pedagang. Karier bisnis jiwa entrepreneurship
beliau sudah dipupuk sejak usia 12 tahun tatkala pamannya Abu Thalib mengajak melakukan
perjalanan bisnis ke Syam negeri meliputi Syria Jordan dan Lebanon saat ini. Demikian juga
sebagai seorang yatim piatu yang tumbuh besar bersama pamannya beliau telah ditempa untuk
tumbuh sebagai seorang wirausahawan yg mendiri. Tidak heran jika beliau telah pandai
berdagang sejak berusia belasan tahun. Kesuksesan Rasulullah SAW dalam berbisnis tidak
terlepas dari kejujuran yang mendarah daging dalam sosoknya.

Maka ketika pamannya tidak bisa lagi terjun langsung menangani usaha pada usia 17
tahun Muhammad saw telah diserahi wewenang penuh utk mengurusi seluruh bisnis pamannya.
Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam perjalanan bisnis Rasul karen
beliau harus mandiri dan bersaing dgn pemain pemain senior dalam perdagangan regional. Usia
20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan entrepreneurship Muhammad saw terbukti degan
terpincutnya hati perempuan konglomerat Makkah Khadijah Binti Khuwalaid yg meminangnya
utk menjadi suami.

Setelah mendapatkan back-up financial yang lebih mapan dari sang istri sepak terjang
bisnis Muhammad saw semakin meroket saja. Nabi Muhammad sering terlibat dalam perjalanan
bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman Oman dan Bahrain. Beliau mulai mengurangi kegiatan

4
bisnisnya ketika mencapai usia 37 tahun. Dari Usia ini ke 40 tahun beliau lebih banyak terlibat
dalam perenungan perbaikan masalah sosial masyarakat sekitarnya yang jahiliyah.

Ada dua hal yang patut kita cermati. Pertama waktu atau umur yg dihabiskan Rasulullah
saw untuk bisnis ternyata lebih panjang dari umur kenabiannya atau 25 tahun berbanding 23
tahun. Kedua Umur bisnis ditambah “masa kepedulian sosial” yang jumlahnya sekitar 28 tahun
membentuk suatu business skill yang sangat penting bagi proses pengambilan hukum hukum
perdata dan komersial kelak kemudian ketika telah menjadi Rasul.

Sebagai seorang calon Rasul Muhammad saw telah menunjukkan keluhuran akhlak sejak
usia belia dan ini ia terapkan dalam dunia bisnis. Oleh karena itu ia terkenal dgn julukan al-Amin
atau Mr Clean. Setelah menjadi Rasul Muhammad saw dianugerahi sifat sifat yg mulia yg sangat
kita butuhkan dalam dunia bisnis dan ekonomi. Terapan dari sifat sifat tersebut dapat kita
rangkum sebagai berikut Dari business skills ke business laws Mungkin ada sebagian yg
berpendapat bahwa pengalaman dan teladan bisnis Muhammad sebagian besar terjadi dan
dilakukan jauh sebelum beliau diangkat menjadi Rasul.

2.2. Konsep Dasar Manajemen Pada Masa Nabi

Dalam pandangan Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan
teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-
asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam. Rasulullah Saw. Bersabda dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani, ”Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang
yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat waktu, terarah, jelas dan
tuntas). Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap, dan cara mendapatkannya yang
transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai oleh Allah Swt.
Dalam konsep manajemen syariah yang dirumuskan oleh Dr. KH. Didin Hafidhuddin,
M.Sc. dan Hendri Tanjung, S.Si., MM. Dalam bukunya berjudul ”Manajemen Syariah dalam
Praktik”, manajemen syariah adalah perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan
ketauhidan. Setiap perilaku orang yang terlibat dalam sebuah kegiatan dilandasi dengan nilai
tauhid, maka diharapkan perilakunya akan terkendali dan tidak terjadi perilaku KKN (korupsi,
kolusi, dan nepotisme) karena menyadari adanya pengawasan dari yang Mahatinggi, yaitu Allah
Swt. yang akan mencatat setiap amal perbuatan yang baik maupun yang buruk. Hal ini berbeda

5
dengan perilaku dalam manajemen konvensional yang sama sekali tidak terkait bahkan terlepas
dari nilai-nilai tauhid. Orang-orang yang menerapkan manajemen konvensional tidak merasa
adanya pengawasan yang melekat, kecuali semata-mata pengawasan dari pemimpin atau atasan.
Setiap kegiatan dalam manajemen syariah, diupayakan menjadi amal saleh yang bernilai abadi.

2.3. Manajemen Syariah Pada Zaman Rasulullah SAW

Sebenarnya, sejak awal, Islam telah mendorong umatnya untuk mengorganisasi setiap
pekerjaan dengan baik. Jadi, dalam ajaran Islam, manajemen telah diterapkan sejak zaman
rasulullah saw, bahkan sejak masa nabi-nabi terdahulu. Pembagian tugas-tugas telah mulai
dibentuk.
Rasulullah telah mendelegasikan Muadz bin Jabal ke Yaman dengan job description
yang jelas, seraya bersabda: “Engkau aku utus untuk datang kedapa kaum ahli kitab. Persoalan
pertama yang harus emgkau dakwahkan kepada mereka adalah untuk beribadah kepada Allah.
Jika mereka telah mengetahui Allah swt, beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah
mewajibkan membayar zakat. Zakat ditarik (diwajibkan) dari orang-orang kaya, dan selanjutnya
dibagikan kepada kaum fakir mereka. Jika mereka mentaatinya, maka ambillah dari mereka dan
jaga kemuliaan harta mereka. Dan takutlah terhadap dua orang yang terdzalimi, karena doa
mereka tidak terhijab dengan Allah.
Penempatan the right man in the right place merupakan hal yang sangat penting yang
harus diperhatikan oleh seorang manejer. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda :
“Apabila sebuah urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah saat
kehancurannya” (HR. Bukhari).
Rasulullah saw pernah mengirimkan surat kepada pegawainya Amr bin Harits tentang
persoalan zakat, sedekah dan diyat. Rasulullah juga selektif dalam memilih pegawainya, yakni
mereka yang agamanya kuat (shalih) dan merupakan pionir dalam masuk agama Islam.
Disamping itu, Rasulullah juga meminta pendapat sahabat tentang trackrecord ataupun
kepribadian calon pegawai. Rasulullah pernah mencopot dan melengser kepegawaian ‘Ala’ bin
Alhadhrami di Bahrain karena ada laporan dari utusan Abdul Qais dan menggantinya dengan
Aban bin Sa’ad. Rasulullah juga menolak permintaan Abu Dzar Al-Ghifari untuk dijadikan
sebagai pegawai di salah satu wilayah Islam, karena terdapat persyaratan kompetensi yang tidak
terpenuhi.

6
1. Syura dan Partnership
Rasulullah saw sering meminta pendapat dan bermusyawarah dengan para sahabat,
terutama dengan mereka yang memiliki kecermatan dan kedalaman ilmu agama, sahabat yang
memiliki kelebihan intelektual, kekuatan iman dan getol mendakwahkan Islam. Majlis syura di
masa Rsulullah terdiri atas 7 orang sahabat Muhajirin dan 7 orang sahabat Anshar. Di antara
mereka adalah Hamzah, Ja’far, Abu Bakar, Umar, Ali, Ibn Mas’ud, Salman, ‘Imar, Hudzaifah,
Abu Dzar, Miqdad dan Bilal. Mereka mendapat predikat An-Nuqaba karena mereka adalah
pioneer bagi keislaman kaum.
Sebagai contoh Rasulullah melakukan musyawarah dengan para sahabat untuk
menghadapi pasukan kafir yang banyak saat perang khandaq. Pada saat itu jumlah umat Islam
masih sedikit; hanya sekitar 3 ribu personil, padahal jumlah pasukan musuh telah mencapai 10
ribu personil. Tentunya mereka beranggapan tidak ada daya dan kekuatan untuk menghadapi
mereka secara konfrontatif, kecuali dengan membangun benteng sehingga dapat menghalangi
langkah musuh. Umat Islam ketika itu berhadapan dengan dua buah pilihan yang sama beratnya.
Mereka tidak mungkin menyongsong pasukan lawan karena sama saja bunuh diri. Namun untuk
bertahan pun, jumlah mereka terlampau sedikit.

Namun Salman Al-Farisi punya ide lain. Beliau berkata: ”Wahai Rasulullah, sewaktu
kami di Persia, jika kami diserang, kami membuat parit, alangkah baik jika kita juga membuat
Parit sehingga dapat menghalangi dari melakukan serangan”.

Secara cepat nabi saw menyutujui pendapat Salman. Maka dari itu, membuat parit
menjadi peristiwa pertama yang disaksikan oleh Arab dan umat Islam, karena mereka belum
pernah menyaksikan sebelumnya parit sebagai sarana untuk berperang.
Inilah asal muasal nama Perang Khandaq.

Akhirnya Rasulullah dan para sahabat keluar dari kota Madinah dan berkemah di salah satu
tempat di bukit gunung Sala’ sehingga membelakangi kota Madinah. Kemudian mereka mulai
melakukan penggalian parit untuk memisahkan antara mereka dan musuh.

Dari peristiwa tersebut turunlah Firman ALLAH SWT:

7
‫امعٍ لَ آم َيذآ َهب آُوا َحتَى َي آست َأ آ ِذنُ آوهُ … إلى قوله… َّ ا آستَ آغ ِف ِر هللاَ ِإ َن‬
ِ ‫لى أ َ آم ٍر َج‬ ُ ‫ِإنَ َما آال ُمؤآ ِمنُ آونَ الَ ِذيآنَ آ َمنُ آوا ِباهللِ َو َر‬
َ ‫س آو ِل ِه َو ِإذَا كَانُ آوا َم َعهُ َع‬
‫هللاَ َغفُ آو ٌر َر ِح آي ٌم‬

“Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu
urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta
izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka
Itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Maka apabila mereka meminta
izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di
antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS An-Nuur:62)

Merekapun mulai bekerja siang malam menggali parit itu. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam ikut serta mencangkul, mengangkat pasir dan seterusnya. Demikian diriwayatkan oleh
Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahihnya dari Al-Barra` radhiyallahu ‘anhu

2. Pembagian Tugas dan Wewenang


Penerapan manajemen syariah yang dicontohkan oleh Nabi, seperti yang dicontohkan
oleh Rasulullah : Dengan menempatkan orang-orang pada posisi yang tepat atau sesuai
keahliannya masing-masing (right man on the right place) .Sehingga dalam menjalankan setiap
kegiatan akan selalu berjalan dengan baik dan lancar dan tercapainya tujuan seperti yang
diharapkan. Misalnya : dalam memilih panglima angkatan perang, kalau Rasul tidak
memanajemennya dengan baik maka perang akan kacau dan terjadi kekalahan besar dipihak
kaum muslimin.
Contoh lain misalnya :Pada zaman Rasul, belum ditemukan Baitul Maal guna
menyimpan harta zakat, ghanimah, sedekah dan lainnya. Untuk itu, Rasulullah membagikan
harta fa’I setiap hari, terutama yang berupa binatang ternak, seperti onta, domba, kuda dan
keledai. Rasul berusaha memanajemen semua itu dengan baik guna menegakkan keadilan dan
persamaan perlakuan hokum kepada umatnya, mencukupi kebutuhan setiap individu masyarakat,
sehingga tercipta masyarakat yang makmur dan sejahtera.
Beliau mengutus sahabat Ali bin Abi Thalib untuk menangani tugas kesekretariatan dan
perjanjian-perjanjian yang dilakukan Rasulullah. Dokumen rahasia ditangani oleh Hudzaifah bin

8
Aliman. Orang yang dipercaya untuk menangani tanda tangan dan stempel Rasul adalah Al-
Harits bin ‘Auf dan Handzalah bin Al-Rabi bin Shaifi. Ada lagi yang mencatat harta ghanimah,
menarik zakat para raja, mencatat harta zakat, mencatat utang-piutang dan transaski muamalah.
Sebagai penerjemah Nabi dari bahasa Persi, Romawi, Qibu, Habsy dan Yahudi adalah Zaid bin
Tsabit. Bertugas menulis mushaf adalah Najiyah al Thafawi dan Nafi’ bin Dzarib al-Noufali.
3. Pemilihan Pegawai
Kebanyakan pegawai Nabi berasal dari bani Umayah, karena Rasulullah memilih
pegawai dari para sahabat yang relatif kaya dan tidak membutuhkan gaji. Rasulullah mengangkat
Abu Sofyan bin Harb sebagai pegawai di Najran, Itab bin Usaid sebagai pemimpin di Makkah.
Mereka mendapatkan gaji sebesar satu dirham setiap harinya. Itab bin Usaid berkhutbah di atas
mimbar dan berkata, “Wahai manusia, Allah adalah dzat yang memberikan rasa lapar pada
lambung seorang hamba atas uang satu dirham. Rasulullah telah memberikan rizki kepadaku satu
dirham setiap hari, dan saya tidak lagi membutuhkan bantuan dari orang lain.” Penggajian ini
merupakan sistem renumenasi karyawan yang pertama kalinya. Para tokoh sahabat ramai-ramai
memberikan sedekah, harta ghanimah dan lainnya. Diantara mereka (pegawai) ada yang kaya
dan tidak berkenan mengambil gaji mereka.
4. Harmonisasi Kemakmuran dan Keadilan
Pada zaman Rasulullah, belum ditemukan Baitul Mal guna menyimpan harta zakat,
ghanimah, sedekah dan lainnya. Untuk itu, Rasulullah membagikan harta fai’ setiap hari,
terutama yang berupa binatang ternak, setiap onta, domba, kuda dan keledai. Rasulullah
memberikan dua bagian untuk yang sudah berkeluarga, dan satu bagian untuk yang masih
bujang. Rasul juga berusaha menegakkan keadilan dan persamaan perlakuan hokum kepada
umatnya, mencukupi kebutuhan setiap individu masyarakat, sehingga tercipta masyarakat yang
makmur dan sejahtera.
Di awal Islam, rasa kasih sayang, persaudaraan, dan saling menopang di antara sesama
sangat kental. Mereka saling berbagi dan bersekutu atas harta benda yang dimiliki, kaum fakir
berhak mengambil harta sahabat lain. Hal ini senada dengan firman Allah “Dan mereka (Anshor)
tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri,
sekalipun mereka dalam kesusahan” (Al-Hasyr : 59) yang intinya adalah mereka lebih
mementingkan kebutuhan sahabat yang lain, walaupun sebenarnya mereka juga membutuhkan.

9
Semua keterangan di atas merupakan cerminan manajemen yang dijalankan Rasulullah
pada masanya. Mulai dari pengaturan kerja, pemilihan pegawai sesuai dengan konpetensi,
konsep syura dalam pengambilan keputusan, pengawasan terhadap kinerja pegawai, atau pun
pengarahan dan memberikan petunjuk kepada mereka.

2.4. Prinsip Kepemimpinan Rasulullah

Dalam sebuah buku yang berjudul The Leadership Of Muhammad yang di tulis oleh John
Adair dapat kita ambil bagaimana prinsip kepemimpinan rasulullah, yaitu:

Inilah cara berpikir Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan peran dan tugasnya sebagai
pemimpin.

1. Beliau menomorsatukan fungsi sebagai landasan dalam memilih orang atau sesuatu,
bukan penampilan atau faktor-faktor luar lainnya.
2. Beliau mengutamakan segi kemanfaatan daripada kesia-siaan.
Tidak ada perkataan, perbuatan bahkan diamnya seorang Muhammad yang
menjadi sia-sia dan tidak bermakna. Pilihan terhadap kurma, madu, susu kambing dan
air putih sebagai makanan yang bermanfaat untuk tubuh adalah salah satu contohnya.
Bagaimana sukanya Muhammad terhadap orang yang bekerja keras dan memberikan
manfaat terhadap orang banyak dan kebencian beliau terhadap orang yang
menyusahkan dan merugikan orang lain adalah contoh yang lain.
3. Beliau mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa ditunda.
Ketika ada yang bertanya kepadanya, mana yang harus dipilih apakah
menyelamatkan seorang anak yang sedang menghadapi bahaya atau meneruskan
shalat, maka beliau menyuruh untuk membatalkan shalat dan menyelamatkan anak
yang sedang menghadapi bahaya.
4. Beliau lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri.
Ketika datang wahyu untuk melakukan hijrah dari kota Makkah ke Madinah, Nabi
Muhammad SAW baru berangkat ke Madinah setelah semua kaum Muslimin Makkah

10
berangkat terlebih dulu. Padahal saat itu beliau terancam akan dibunuh, namun tetap
mengutamakan keselamatan kaumnya yang lebih lemah.
Ketika etnik Yahudi yang berada di dalam kekuasaan kaum Muslimin meminta
perlindungan kepadanya dari gangguan orang Islam di Madinah, beliau sampai
mengeluarkan pernyataan: "Bahwa barang siapa yang mengganggu dan menyakiti
orang-orang Yahudi yang meminta perlindungan kepadanya, maka sama dengan
menyatakan perang kepada Allah dan Rasulnya." Padahal tindakan demikian bisa
menjatuhkan kredibilitas Beliau di mata kelompok-kelompok etnik Arab yang sudah
lama memusuhi etnik Yahudi.
5. Beliau memilih jalan yang tersukar untuk dirinya dan termudah untuk umatnya
Apabila ada orang yang lebih memilih mempersulit diri sendiri dari pada
mempersulit orang lain, maka dia adalah para Nabi dan Rasul. Begitu pun dengan
Muhammad SAW. Ketika orang lain disuruh mencari jalan yang termudah dalam
beragama, maka Beliau memilih untuk mengurangi tidur, makan dan shalat sampai
bengkak kakinya.
Ketika dia menyampaikan perintah Allah SWT kepada umat untuk mengeluarkan
zakat hartanya hanya sebesar 2,5 bagian saja dari harta mereka, dia bahkan
menyerahkan seluruh hartanya untuk perjuangan dan tidak menyisakan untuknya dan
keluarganya, kecuali rumah yang menempel di samping mesjid, satu dua potong
pakaian dan beberapa butir kurma atau sepotong roti kering untuk sarapan. Sampai-
sampai tidurnya hanya di atas pelepah korma.
Seperti pernah dia bertanya kepada Aisyah RA. Istrinya apakah hari itu ada
sepotong roti kering atau sebiji korma untuk dimakan. Ketika istrinya berkata bahwa
tidak ada semua itu, maka Nabi Muhammad SAW mengambil batu dan
mengganjalkannya ke perut untuk menahan lapar.
6. Beliau lebih mendahulukan tujuan akhirat daripada maksud duniawi.
Para Nabi dan Rasul adalah orang-orang terpilih sekaligus contoh teladan bagi
kita. Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa jalan akhirat itu lebih utama
daripada kenikmatan dunia dengan seluruh isinya ini. Karena pandangannya yang
selalu melihat akhirat sebagai tujuan, maka tidak ada yang sanggup menggoyahkan
keyakinannya untuk menegakkan kebenaran.

11
“Seandainya kalian letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan
kiriku, maka aku tidak akan berhenti dalam menyampaikan risalah ini.” Demikian
Nabi Muhammad SAW berkata kepada para pemimpin Quraisy yang mencoba
menyuap Muhammad SAW dengan harta benda, menjanjikan kedudukan tertinggi di
kalangan suku-suku Arab dan juga menyediakan wanita-wanita cantik asalkan
Muhammad SAW mau menghentikan dakwahnya di kalangan mereka.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Inilah cara berpikir Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan peran dan tugasnya sebagai
pemimpin.

1. Beliau menomorsatukan fungsi sebagai landasan dalam memilih orang atau sesuatu,
bukan penampilan atau faktor-faktor luar lainnya.
2. Beliau mengutamakan segi kemanfaatan daripada kesia-siaan.
3. Beliau mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa ditunda.
4. Beliau lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri.
5. Beliau memilih jalan yang tersukar untuk dirinya dan termudah untuk umatnya
6. Beliau lebih mendahulukan tujuan akhirat daripada maksud duniawi.

Beberapa konsep manajemen Pemerintahan Rasulullah Saw yang dapat kita contoh yaitu;

1. Syura dan Partnership


Rasulullah sering meminta pendapat dan bermusyawarah dengan para sahabat,
terutama dengan mereka yang memiliki kecermatan dan kedalaman ilmu agama,
sahabat yang memiliki kelebihan intelektual, kekuatan iman dan getol
mendakwahkan Islam
2. Pembagian Tugas dan Wewenang
Dengan menempatkan orang-orang pada posisi yang tepat atau sesuai keahliannya
masing-masing (right man on the right place)
3. Pemilihan Pegawai
Kebanyakan pegawai Nabi berasal dari Bani Umayah, karena Rasulullah memilih
pegawai dari para sahabat yang relatif kaya dan tidak membutuhkan gaji.
4. Harmonisasi Kemakmuran dan Keadilan

13
3.2. Saran

Sebagai umat nabi muhammad patutlah kita mencontoh apa saja yang di contohkan oleh
Rasululluh SAW, maka sisi mamanjemen dan leadership yang telah rasulullah lakukan ini salah
satu yang paling dibutuhkan umat Islam. Karena dengan memahami dan menerapkan manajemen
dan leadership Rasulullah dalam semua lini kehidupan, insya Allah kehidupan kita akan
mengalami peningkatan dan perubahan ke arah yang benar seperti yang dialami generasi
Sahabat, Tabi’in, Tabi’ittabi’in dan seterusnya.

14
Daftar pustaka
Avicenna, Keisya.2012. Rahasia Bisnis Nabi Muhammad SAW.Blog.

Nisjar, Karichi dan Winardi .1997.Manajemen Strategik . Maju Mundur : Bandung.

Dr. Ahamad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis Dan
Kontemporer, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006

Didin Hafidhuddin,Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, PT. Gema Insani,
Jakarta, 2003

15

Anda mungkin juga menyukai