Modul Efi
Modul Efi
Modul Efi
EFI
(ELECTRONIC FUEL INJECTION)
A. Definisi
Electronic Fuel Injection (EFI) System adalah sebuah sistem penyaluran bahan
bakar ke dalam ruang bakar sebuah mesin dengan cara diinjeksikan melalui sebuah
injektor dengan menggunakan kontrol mekanis ataupun kontrol elektronik.
A.1 Dasar Percampuran Bahan Bakar
Bensin yang masuk ke dalam ruang bakar mesin harus dalam kondisi mudah
terbakar, agar dapat menghasilkan efisiensi tenaga yang maksimal. Campuran yang
belum sempurna akan sulit terbakar, bila tidak dalam bentuk gas yang homogen.
Bensin tidak dapat terbakar dengan sendirinya, harus dicampur dengan udara dalam
takaran yang tepat. Perbandingan campuran udara dan bensin ini sangat
mempengaruhi pemakaian bahan bakar.
Perbandingan udara dan bahan bakar dinyatakan dalam bentuk volume atau
berat dari bagian udara dan bahan bakar. Bensin harus terbakar keseluruhannya
untuk dapat menghasilkan tenaga yang besar pada mesin dan meminimalkan tingkat
emisi gas buang dari mesin. Secara teori perbandingan udara dan bahan bakar
adalah 14,7 : 1 yaitu 14,7 untuk udara berbanding 1 untuk bensin.
Pada kondisi sebenarnya, mesin membutuhkan campuran udara dan bensin
dalam perbandingan yang berbeda – beda, tergantung pada temperatur, kecepatan
putaran mesin, beban dan kondisi lainya.
Jumlah udara yang masuk lebih kecil dari jumlah syarat udara dalam
teori, pada situasi ini mesin kekurangan udara, campuran gemuk, dalam
batas tertentu dapat meningkatkan daya mesin
Jumlah udara yang masuk lebih banyak dari syarat udara secara teoritis,
saat ini mesin kelebihan udara, campuran kurus dan daya kurang.
Dalam situasi seperti ini campuran bensin dan udara sangat kurus
sehingga pembakaran berkemungkinan tidak dapat terjadi pada tempat yang
lebih luas.
A.2 Prinsip Dasar Pencampuran Udara dan Bensin Pada Karburator
Prinsip kerja karburator sama dengan prinsip kerja semprotan obat serangga
atau spray cat. Ketika udara di tekan, maka cairan yang berada dalam tabung akan
terisap dan bersama-sama dengan udara terkarburasi keluar berupa gas.
b. Injeksi
Sedangkan pada sistem injeksi secara elektronik, bensin disemprotkan bukan
berdasarkan kevacuuman pada intake manifold melainkan karena adanya respon
terhadap suatu sinyal listrik dari komputer ke injector.
2. Saat Starting
a. Karburator
Prosedur menghidupkan mesin saat kondisi dingin adalah dengan
mengaktifkan choke valve (manual choke) untuk menghambat masuknya udara
sehingga akan memperkaya campuran. Setelah mesin hidup maka choke opener
akan membuka choke valve untuk mencegah campuran terlalu kaya. Saat mesin
sudah pada temperatur kerja maka knob choke harus dikembalikan lagi ke posisi
semula supaya choke valve terbuka penuh.
b. Injeksi
Putaran mesin, jumlah udara yang masuk dan temperatur mesin yang masih
dingin akan dideteksi oleh sensor yang akan memberikan input kepada komputer
(ECU/ECM) untuk mengaktifkan cold start injector (untuk beberapa tipe mesin yang
dilengkapi cold start injection) atau mengaktifkan semua injector selama mesin
starting (untuk semua tipe kendaraan Suzuki) untuk memperkaya campuran.
3. Saat Akselerasi
a. Karburator
Pada karburator dilengkapi dengan sebuah pompa percepatan yang akan
memberikan tambahan suplai bensin melalui pump nozzle saat pedal gas diinjak
secara tiba-tiba.
b. Injeksi
Saat throttle valve terbuka semakin besar maka ECM / ECU akan
mengkombinasikannya dengan aliran udara masuk atau tingkat kevacuuman di
intake manifold untuk menghitung besarnya beban. Komputer akan mengirim sinyal
ke injektor untuk merubah lamanya waktu injektor terbuka (injection pulse width),
untuk memperkaya campuran.
b. Injeksi
Saat throttle valve terbuka semakin besar maka ECM / ECU akan
mengkombinasikannya dengan aliran udara masuk atau tingkat kevacuuman di
intake manifold untuk menghitung besarnya beban. Komputer akan mengirim sinyal
ke injektor untuk merubah lamanya waktu injektor terbuka (injection pulse width),
untuk memperkaya campuran.
D. DASAR-DASAR EFI
Electronic Fuel Injection (EFI) biasa disebut juga Electronic Petrol Injection
(EPI) ataupun disebut juga dengan istilah PGM-FI. Sistem pengontrolan
penginjeksian bahan bakar dewasa ini berkembang dengan pesat terutama pada
mesin bensin, walaupun harus kita ingat bahwa tidak hanya kendaraan dengan
bahan bakar bensin yang menggunakan sistem control injeksi, tapi sistem control
injeksi sebenarnya sudah ada pada mesin diesel. Perbedaannya hanya terletak
pada sistem pengontrol penginjeksiannya; yaitu secara mekanik atau secara
elektronik. Walaupun dewasa ini sistem injeksi pada diesel juga sudah banyak yang
menggunakan pengontrol elektronik.
b. Direct Injection
Pada direct injection system bahan bakar disemprotkan langsung ke dalam ruang
bakar. Sistem penginjeksian langsung ini umumnya digunakan pada sistem
penginjeksian mesin diesel.
Pada model ini sejumlah bakan bakar disemprotkan secara terus menerus
(kontinu) oleh injector. Besar-kecilnya volume bahan bakar yang
disemprotkan diatur oleh sebuah plunyer yang dikontrol oleh sebuah
timbangan pengukur udara masuk mekanis. Jika kecepatan udara yang
mengalir masuk ke intake manifold semakin tinggi (pembukaan throttle
semakin lebar), hal ini akan menyebabkan pembukaan timbangan semakin
besar dan melalui lengan timbangan akan mengontrol plunyer untuk semakin
membuka sehingga volume bahan bakar yang diinjeksikan semakin
meningkat.
Sebaliknya jika kecepatan udara yang mengalir masuk ke intake manifold
semakin rendah (pembukaan throttle kecil), hal ini akan menyebabkan
pembukaan timbangan semakin kecil dan lengan timbangan akan mengontrol
plunyer untuk membuka semakin kecil (celah semakin sempit) sehingga
volume bahan bakar yang diinjeksikan semakin sedikit, menyesuaikan
dengan volume udara yang juga semakin sedikit.
Secara umum, konstruksi injeksi mekanis elektronis ini tidak jauh berbeda
dengan model injeksi mekanis. Hanya pada injeksi mekanis elektronis ini
terdapat sebuah engine control unit (CPU) yang berfungsi untuk mengontrol
kadar emisi gas buang sehingga emisi gas buang rendah.
c. Injeksi elektronis
Pada system injeksi elektronis ini, pengaturan injeksi bakar dikontrol
sepenuhnya oleh sebuah engine control unit (ECU) berdasarkan sinyal dari
sensor. Jadi ECU masih hanya mengontrol penginjeksian bahan bakar, belum
ter-integrasi dengan system yang lain pada mesin.
d. Injeksi motronik
Pada system injeksi motronik ini pengaturan injeksi bakar juga telah dikontrol
sepenuhnya oleh sebuah engine control unit (ECU) berdasarkan sinyal dari
sensor. Namun pada system injeksi ini, ECU tidak hanya mengontrol
penginjeksian bahan bakar saja. Akan tetapi juga mengontrol seluruh system
yang bekerja pada mesin; seperti system pengapian, system pendinginan
mesin dan lain sebagainya. Jadi seluruh system yang bekerja pada mesin ter-
integrasi dan dikontrol oleh ECU yang umumnya disebut dengan Engine
Management System.
Komputer mendapatkan input jumlah udara yang masuk ke intake air chamber
dari sebuah sensor yang dipasang di intake manifold atau mendapatkan sumber
identifikasi dari kevacuuman intake manifold. Input inilah yang dijadikan dasar
penginjeksian selain input dari putaran mesin
b. L-Jetronic.
“L” asal kata dari bahasa Jerman “LUFT” yang berarti udara. Artinya banyaknya
udara yang masuk ke intake air chamber diukur berdasarkan kecepatan aliran
udara yang masuk.
Pada tipe ini komputer mendapat input jumlah udara masuk dari sebuah sensor
yang ditempatkan sebelum throttle body. Kecepatan aliran udara yang masuk
akan dideteksi oleh sebuah sensor yang akan memberikan informasi kecepatan
alir udara sehingga komputer akan mengetahui jumlah udara yang masuk
sebagai dasar lamanya penginjeksian bensin.
Sistem aliran bahan bakar pada sistem EFI terdiri dari fuel tank, fuel pump,
fuel filter, fuel delivery pipe, injector, pulsation dumper, fuel pressure regulator
dan fuel return pipe.
Bensin dari tangki bensin ditekan oleh sebuah pompa bensin elektrik yang
dikontrol kerjanya oleh ECM dan mengalir melewati fuel filter, menuju ke fuel
delivery pipe dan dialirkan ke masing-masing injecktor. Sebuah injektor atau lebih
bekerja menyemprotkan bensin yang dikontrol oleh ECM.
Tekanan pada pipa pembagi akan dijaga supaya tetap oleh adanya fuel
pressure regulator. Oleh sebab itulah banyaknya bensin yang disemprotkan
tergantung dari lamanya injektor terbuka. Semakin banyak udara yang mengalir,
semakin lama pula injector terbuka. Sebaliknya jika semakin sedikit udara yang
masuk, semakin sedikit pula waktu injektor terbuka.
Getaran-getaran tekanan bahan bakar akibat bekerjanya injektor pada
beberapa tipe kendaraan tertentu juga akan diminimalkan oleh sebuah pulsation
dumper.
Sistem kontrol elektronik pada sistem EFI terdiri atas sensor-sensor, sebuah
Engine Control Unit (ECU) atau Engine Control Modul (ECM), aktuator-aktuator,
penyuplai tegangan (baterai), wire harness dan konektor-konektor untuk
menghubungkan wire harness dengan semua komponen kontrol elektronik.
ECU/ECM akan menghitung secara akurat berapa banyak bahan bakar yang
dibutuhkan mesin yang akan diberikan oleh injektor dengan memonitor sensor-
sensor yang terdapat pada mesin.
ECU/ECM akan mengontrol kerja injektor berdasarkan lebar/lama pulsa
penginjeksian atau durasi penginjeksian untuk memberikan campuran yang
sesuai dengan kondisi kerja mesin.
Pada sistem kontrol elektronik ini, sebuah ECU/ECM yang berfungsi sebagai
pusat pengontrolan system, mendapat input dari 2 sensor utama yaitu, sensor
jumlah udara masuk dan sensor putaran mesin yang akan digunakan untuk
menentukan basic injection volume. Selain 2 sensor tersebut ada sensor –
sensor lain yang berfungsi sebagai input ECM untuk mengoreksi jumlah bensin
yang disemprotkan injector.
Pada beberapa kendaraan yang mutakhir, selain berfungsi untuk mengontrol
penginjeksian bahan bakar, ECU/ECM juga berfungsi untuk mengontrol sistem
pengapian, emisi bahan bakar dan sistem keamanan kendaraan.
Injektor terpasang pada bagian belakang intake manifold dan dekat dengan
katub masuk. Injektor merupakan sebuah selenoid yang dioperasikan oleh
ECU/ECM.
ECU/ECM memberikan pulsa ke injektor dengan menghubungkan atau
memutuskan ground injektor.
Jika injektor menyala, injektor akan terbuka dan bahan bakar akan disemprotkan
pada saluran di bagian belakang katub masuk.
Ketika bahan bakar disemprotkan ke dalam intake port, bahan bakar akan
bercampur dengan udara dari air intake chamber dan membentuk uap pada
tekanan rendah di dalam intake port.
ECU/ECM memberikan sinyal ke injektor dan mempertahankan campuran ideal
berkisar antara 14,7:1 dan selalu berpatokan pada kondisi kerja mesin.
Salah satu fungsi dari ECU/ECM adalah memberikan bahan bakar ke dalam
mesin secara akurat.
ECU/ECM menghitung Basic Injection Volume berdasarkan volume udara masuk
dan putaran mesin.
Volume penginjeksian akan berubah-ubah tergantung kondisi mesin. ECU/ECM
akan memantau beberapa variable seperti: temperatur air pendingin, kecepatan
mesin, sudut pembukaan throttle dan kandungan oksigen pada gas buang untuk
mengoreksi jumlah bahan bakar yang akan disemprotkan.
Tujuan utama dari sistem ini adalah untuk menyaring dan mengukur udara yang
mengalir masuk kedalam mesin.
Udara disaring oleh filter dan masuk kedalam mesin dengan jumlah yang
bervariasi berdasarkan sudut pembukaan throttle valve dan putaran mesin.
Umumnya pada sistem EFI menggunakan dua metode pengukuran jumlah udara
masuk sebagaimana telah dijelaskan; yaitu dengan mengukur kecepatan aliran
udara (tipe L dengan menggunakan air flow meter) dan dengan mengukur
tekanan udara di dalam intake manifold (tipe D dengan menggunakan air
pressure sensor).
Throttle valve mengontrol volume udara yang masuk secara langsung
berdasarkan perintah dari pengemudi melalui pedal gas.
Dalam kondisi pedal gas dilepas, throttle valve harus dalam kondisi menutup
rapat. Sedangkan untuk mempertahankan putaran idle, pada sistem udara
masuk umumnya dilengkapi dengan idle speed control valve (ISCV) yang
dikontrol oleh ECU/ECM dan fast idle air control valve (FIACV) tipe bimetal atau
wax untuk mempercepat tercapainya temperatur kerja mesin ketika temperatur
mesin masih dingin.
Pada beberapa tipe kendaraan, ISCV maupun FIACV dikontrol oleh ECU/ECM.
2. Throttle Body
Merupakan saluran utama yang dilalui oleh udara sebelum masuk ke intake
manifold, di dalam throttle body terdapat :
a. Throttle valve
b. TPS (Throttle Position Sensor)
c. ISC(Idle Speed Control) Valve
d. FIAC (Fast Idle Air Control) Valve
e. ISAS (Idle Speed Adjusting Screw)
a. Throttle Valve
1.Untuk membuka dan menutupnya throttle valve digerakkan langsung oleh
acceleration pedal (pedal gas).
2.Besar kecilnya sudut buka katup berpengaruh pada banyak/sediktnya volume
udara yang masuk ke mesin.
3.Pada beberapa type mobil, gerakan throttle valve ini sudah digerakkan oleh
motor yang dikontrol oleh ECU/ECM. Teknologi ini dikenal dengan istilah Drive
By Wire.
-
e. Idle Speed Adjusting Screw (ISAS)
Walaupun secara umum besar kecilnya putaran idle sudah ditentukan oleh
ECM, akan tetapi pada beberapa type kendaraan masih dilengkapi dengan ISAS
untuk mengatur besar kecilnya putaran idle secara manual.
Apabila pada karburator, ISAS distel untuk mempengaruhi besar kecilnya
pembukaan throttle valve, maka pada mesin dengan EFI system, ISAS distel
untuk mempengaruhi besar kecilnya udara yang masuk ke intake air chamber
saat idle. Sesuai dengan prinsip dasar injeksi bahwa semakin besar udara yang
masuk maka semakin besar pula bensin yang disemprotkan, demikian juga
sebaliknya semakin sedikit udara yang masuk maka semakin sedikit bensin yang
disemprotkan.
Karakteristik
Pada type ini sensor jumlah udara masuk, menjadi satu unit dengan sensor
temperatur udara masuk (IATS). Voltage referensi 5 volt dari ECM digunakan
pada sensor jumlah udara masuk dan sensor temperatur udara masuk. Ketika
slider potensiometer bergerak melalui resistor sesuai dengan jumlah udara
masuk (besarnya aliran udara masuk) sinyal voltase yang keluar ke ECM
bervariasi sesuai pergerakan slider.
permukaan resistor ini diakibatkan oleh gesekan aliran udara yang melewati
permukaan heat resistor. Variasi tahanan ini akan dirubah dalam bentuk variasi
voltage yang akan dikirimkan sensor ke ECM sebagai dasar untuk menentukan
banyaknya udara yang masuk ke intake air chamber.
Kendaraan SUZUKI yang menggunakan MAF sensor adalah : Vitara, Escudo
2.0, XL-7, New Escudo 1.6.
Karakteristik
Prinsip kerja sensor ini adalah mengukur pusaran udara yang terbentuk ketika
udara mengalir melewati vortex generator. Peningkatan frekwensi pusaran udara
yang terbentuk tergantung pada jumlah udara yang mengalir melewati vortex
generator. Frekuensi pusaran udara ini dideteksi oleh sebuah photocoupler dan
mengubahnya menjadi suatu variabel frekwensi sinyal digital yang dikirimkan ke
ECU/ECM.
Karakteristik MAPS
Pada MAP sensor terdiri dari 3 kabel, yaitu: input 5 volt (reverence
voltage) dari ECM, ground dan output dari sensor ke ECM bervariasi
antara 0 ~ 5 volt.
Jika kevakuman di intake semakin tinggi, maka tegangan output akan
semakin rendah. Sebaliknya jika kevakuman semakin rendah maka
tegangan output semakin tinggi.
MAPS ada yang terpasang melekat pada intake manifold dan untuk
beberapa tipe ada yang terpasang terpisah (dihubungkan dengan selang).
Contoh 1
DIAGRAM ALIRAN UDARA SUZUKI VITARA EPI
1. Air cleaner 2. Air Flow Meter (MAFS) 3. Air intake pipe 4. Throttle body
5. Throttle valve 6. Idle Speed Adjusting Screw 7. Air valve (FIACV) 8. ISC
solenoid valve (ISCV) 9. Intake manifold 10. Cylinder head 11. Exhaust
manifold 12. Air flow when engine cold 13. Air flow when ISC solenoid valve
open 14. Fres air
Pada gambar diatas ditunjukkan bahwa pada SE 416 antara fast idle (FIACV)
saat mesin dihidupkan kondisi dingin dengan IAC valve (ISCV) untuk idle up
saat mesin mendapat beban, dibuat terpisah. Disamping 2 saluran by pass di
atas, masih ada lagi saluran by pass untuk Idle Speed Adjusting Screw
(ISAS).
Contoh 2
DIAGRAM ALIRAN UDARA SUZUKI BALENO 1.6
1. Air cleaner 2. IAT sensor 3. Air cleaner outlet hose 4. Throttle body 5.
Throttle valve 6. ISAS 7. IAC valve 8. Intake manifold 9. Cylinder head 10.
Exhaust manifold 11. Air flow 12. MAP sensor 13. Gas filter (jika dilengkapi)
14. Gas filter
Sedangkan pada SY 416 antara fast idle (air valve) dan IAC valve (ISC
solenoid valve), dibuat menyatu. Pada SY 416 saluran by pass untuk ISAS
masih dipertahankan.
Contoh 3
DIAGRAM ALIRAN UDARA SUZUKI APV
Air cleaner 2. Intake air hose 3. Throttle body 4. IAC valve 5. Intake manifold
6. Throttle valve 7. Udara.
IAC valve pada GC 415 secara prinsip kerja hamper sama dengan SY 416.
Hanya saluran udara yang mengalir ke IAC valve telah menyatu denga
throttle body serta MAPS-nya terpasang langsung pada intake manifol.
1. Fuel Pump
Pada hamper semua tipe mesin dengan injeksi, penempatan pompa bensin
selalu ada di dalam tangki bensin. Tipe fuel pump yang digunakan adalah elektrik
dengan motor listrik. Pompa terdiri dari motor, pump impeler, check valve, relief
valve dan filter yang diletakkan di saluran masuk pompa.
Impeler Pump
Terdiri dari satu atau dua impeller yang diputar oleh motor, casing dan pump
cover tersusun menjadi satu unit. Bila motor berputar maka impeller akan ikut
berputar.
Bilah pada bagian luar impeller menghisap bensin dari saluran masuk dan
didorong keluar melalui saluran keluar.
Bensin yang dikeluarkan dari saluran keluar akan melalui sekitar motor (motor
terendam bensin) dan dialirkan keluar dari pompa melalui chek valve.
Check Valve
Check valve akan tertutup bila pompa bensin berhenti bekerja. Check valve
dan fuel pressure regulator mempertahankan sisa tekanan di dalam system
saluran bensin bila mesin berhenti agar mudah dihidupkan pada saat mesin
distarting. Tekanan bensin yang rendah pada saluran akan memudahkan
penguapan pada temperatur tinggi dan mesin akan sulit saat dihidupkan
kembali.
Relief Valve
Relief valve menjaga tekanan bensin supaya tidak melebihi tekanan yang
diperbolehkan untuk menghindari kerusakan pada pompa, pipa dan slang
bensin.
Relief valve akan terbuka bila tekanan bensin yang dikeluarkan pompa lebih
dari 6,0 kg/cm2 (85,3 psi/588,4 kpa). Bensin yang dikeluarkan melalui relief
valve akan langsung dikembalikan lagi ke tangki bensin.
2. Fuel Filter
Berfungsi menyaring kotoran – kotoran dan partikel asing lainnya pada bensin
supaya tidak masuk ke injector. Fuel filter dipasangkan pada saluran tekanan tinggi
dari fuel pump. Fuel filter ada yang diletakkan diluar tangki bensin, ada juga yang
terpasang menjadi satu dengan fuel pump di dalam tangki bensin.
4. Pulsation Dumper
Pulsation dumper terpasang pada Fuel Delivery Pipe yang berfungsi
menyerap variasi tekanan bensin yang diakibatkan perubahan kevacuuman intake
manifold dan penginjeksian bensin oleh injektor, untuk membantu mempertahankan
tekanan bensin pada 2,1 – 2,6 kg/cm2 di dalam pipa pembagi (fuel delivery pipe).
Tidak semua sistem injeksi dilengkapi dengan komponen ini.
5. Injector
Injector adalah nosel electromagnet yang bekerjanya dikontrol oleh ECU/ECM
untuk menginjeksikan bensin ke intake manifold. Injector dipasangkan di ujung
intake manifold dekat intake port (lubang pemasukan) dan ditahan oleh delivery
pipe.
Cara kerja:
- Bila signal dari ECM diterima oleh coil solenoid, maka plunger akan tertarik
melawan kekuatan pegas. Karena needle valve dan plunger merupakan satu
unit, valve juga akan tertarik dari dudukann dan bensin akan disemprotkan
selama katup terbuka. Pengaturan banyak sedikitnya bensin yang disemprotkan
sesuai dengan lamanya signal dari ECM (lamanya katup terbuka), karena
langkah needle valve tetap.
-
Type Injector
Secara umum berdasarkan konstruksi dasarnya, tipe-tipe injector adalah sebagai
berikut.
Bentuk lubang injeksi
- Tipe pintle (penyemprotannya baik)
- Tipe hole (sulit untuk tersumbat)
Nilai resistance
- Resistance rendah (2 ~ 3 ohm)
- Resistance tinggi (11 ~14 ohm)
Warna konektor
Ada empat bentuk konektor, yang disesuaikan dengan lubang injeksi dan nilai
resistance. Warna konektor juga berbeda sesuai dengan volume injeksi.
- Bentuk Connector Injector
- Contoh Beberapa Produk Injektor
Bentuk Konektor
PERMUKAAN
BENTUK NILAI
LUBANG
KONEKTOR RESISTAN
INJEKTOR
Bahwa untuk memenuhi kebutuhan campuran udara dan bensin pada semua
kondisi kerja mesin ternyata tidak cukup dengan mengandalkan basic injection
volume, yang bersumber dari 2 sensor utama; yaitu sensor udara masuk dan
sensor putaran mesin. Oleh karena itu untuk menyempurnakan air fuel ratio
sesuai dengan kondisi kerja mesin diperlukan sistem koreksi yang berupa
sensor-sensor pendukung untuk mengoreksi air fuel ratio. Sebagai contoh saat
mesin distart pada kondisi temperature masih dingin, ECM membutuhkan input
dari ECT (engine cooling temperature) sensor untuk memperkaya campuran
supaya mesin mudah dihidupkan.
Dengan mengetahui kondisi kerja sensor-sensor pendukung ini kita bisa
mengetahui bahwa ECM punya kemampuan menambah atau mengurangi jumlah
bensin yang disemprotkan sekalipun jumlah udara yang masuk tetap.
Dari diagram elektronik kontrol sistem injeksi diatas dapat kita bagi dalam 3
bagian utama, yaitu:
1. Bagian Input; berupa sensor-sensor ataupun sinyal-sinyal lainnya.
2. Bagian Prosesor; berupa ECU/ECM.
3. Bagian Output; berupa aktuator-aktuator yang dikontrol oleh ECU/ECM
1. Sensor-sensor
a. Crankshaft Position Sensor
CKP sensor digunakan sebagai sensor utama untuk mendeteksi putaran
mesin, output signal dari CKP sensor (1) dikirim ke ECM untuk menentukan
besarnya basic injection volume.
Karakteristik
CKP terdiri dari magnit dan coil yang ditempatkan di bagian bawah timing
belt pulley atau dibelakang V-belt pulley. Saat mesin berputar CKP
menghasilkan pulsa tegangan listrik bolak-balik seperti pada grafik.
Frekuensi tegangan inilah yang akan dikirim ke ECU/ECM untuk
menentukan putaran poros engkol.
CKP jenis ini memiliki dua konektor yang keduanya terhubung dengan
ECU/ECM.
Selain digunakan untuk mendeteksi putaran mesin, CKP sensor juga
digunakan sebagai sensor utama sistem pengapian. Output signal dari
CKP sensor digunakan ECM untuk menentukan ignition timing.
Karakteristik
CMP sensor terdiri dari komponen elektronik (bahan semi konduktor) yang
terdapat di dalam sensor case. Pada beberapa tipe, CMP sensor tidak
dapat distel, sensor ini mendeteksi posisi piston pada langkah kompresi,
melalui putaran signal rotor yang diputar langsung oleh camshaft, untuk
mengetahui posisi pembukaan dan penutupan intake dan exhaust valve.
CKP sensor mendapat tegangan input 12 volt dari kunci kontak dan
mengeluarkan sinyal digital ke ECM untuk digunakan memproses kerja
dari sistem EPI bersama-sama dengan signal dari CKP sensor.
Karakteristik
Pada type ini sensor jumlah udara masuk, menjadi satu unit dengan sensor
temperatur udara masuk (IATS). Voltage referensi 5 volt dari ECM digunakan
pada sensor jumlah udara masuk dan sensor temperatur udara masuk. Ketika
slider potensiometer bergerak melalui resistor sesuai dengan jumlah udara
masuk (besarnya aliran udara masuk) sinyal voltase yang keluar ke ECM
bervariasi sesuai pergerakan slider.
Karakteristik
Pada MAFS ini terdapat 3 kabel yaitu : kabel input (12 volt), output dari
sensor ke ECM (variasi 0~5 volt), kabel massa sensor yang akan
dihubungkan ke body.
Heat resistor mempunyai sifat dapat berubah-ubah nilai tahanannya apabila
temperatur di permukaan resistor berubah-ubah. Perubahan temperatur pada
permukaan resistor ini diakibatkan oleh gesekan aliran udara yang melewati
permukaan heat resistor. Variasi tahanan ini akan dirubah dalam bentuk
variasi voltage yang akan dikirimkan sensor ke ECM sebagai dasar untuk
menentukan banyaknya udara yang masuk ke intake air chamber.
Kendaraan SUZUKI yang menggunakan MAF sensor adalah : Vitara, Escudo
2.0, XL-7, New Escudo 1.6.
Karakteristik
Prinsip kerja sensor ini adalah mengukur pusaran udara yang terbentuk ketika
udara mengalir melewati vortex generator. Peningkatan frekwensi pusaran
udara yang terbentuk tergantung pada jumlah udara yang mengalir melewati
vortex generator. Frekuensi pusaran udara ini dideteksi oleh sebuah
photocoupler dan mengubahnya menjadi suatu variabel frekwensi sinyal
digital yang dikirimkan ke ECU/ECM.
Karakteristik MAPS
Pada MAP sensor terdiri dari 3 kabel, yaitu: input 5 volt (reverence voltage)
dari ECM, ground dan output dari sensor ke ECM bervariasi antara 0 ~ 5 volt.
Jika kevakuman di intake semakin tinggi, maka tegangan output akan
semakin rendah. Sebaliknya jika kevakuman semakin rendah maka tegangan
output semakin tinggi.
MAPS ada yang terpasang melekat pada intake manifold dan untuk beberapa
tipe ada yang terpasang terpisah (dihubungkan dengan selang).
Karakteristik
Ada 2 kabel pada IAT yang keduanya dari ECM. ECM akan menyuplai
tegangan sebesar 5 volt dan memberi ground untuk sensor. Karena nilai
tahanan pada sensor bervariasi akibat perubahan temperatur maka tegangan
yang mengalir dari ECM juga akan bervariasi.
Variasi tegangan inilah yang dijadikan dasar bagi ECM untuk menentukan
temperatur udara masuk yang tepat sebagai input bagi ECM untuk
menentukan koreksi jumlah bensin yang nantinya disemprotkan oleh injektor.
Karakteristik
Ada 2 kabel pada ECT yang keduanya dari ECM. ECM akan menyuplai
tegangan sebesar 5 volt dan memberi ground untuk sensor. Karena nilai
tahanan pada sensor bervariasi akibat perubahan temperatur air pendingin,
maka tegangan yang mengalir dari ECM juga akan bervariasi antara 0 – 5
volt.
Variasi tegangan inilah yang dijadikan dasar bagi ECM untuk menentukan
temperatur air pendingin yang tepat sebagai input bagi ECM untuk
menentukan koreksi jumlah bensin yang nantinya disemprotkan oleh injektor.
Karakteristik
Oksigen sensor terdiri dari element yang terbuat dari zirconium dioksid
(semacam keramik), yang sisi luar dan dalamnya dilapisi platinum tipis.
Sifat element ini adalah pada temperatur rendah tahanan listriknya tinggi,
sehingga arus yang mengalir akan kecil. Pada temperatur tinggi ion oksigen
melalui element karena perbedaan konsentrsi oksigen di udara luar dan di
gas buang. Hal ini menyebabkan perbedaan potensial listrik yang diperkuat
oleh platinum.
Apabila campuran lebih gemuk dari nilai teoritis perbedaan konsentrasi
oksigen antara element sisi udara luar dengan element sisi gas buang akan
besar, sehingga sensor menghasilkan tegangan yang relatif kuat (kira-kira 1
V). sebaliknya apabila campuran lebih kurus daripada nilai teoritis maka
perbedaan konsentrasi oksigennya kecil sehingga oksigen sensor
menghasilkan tegangan yang relatif lemah (mendekati 0 V)
Berdasarkan informasi dari oksigen sensor inilah ECM akan mengatur
perbandingan udara dan bensin supaya tetap mendekati nilai teoritis.
Apabila oksigen sensor menginformasikan campuran terlalu gemuk, maka
ECM akan secara bertahap mengurangi bensin yang diinjeksikan
(mengurangi lebar pulsa penginjeksian) sehingga campuran menjadi lebih
kurus dari nilai teoritis. Bila hal ini terjadi maka oksigen sensor akan
menginformasikan ke ECM bahwa campuran lebih kurus daripada nilai
teoritis, maka ECM akan menambah bensin yang diinjeksikan (menambah
lebar pulsa penginjeksian), sehingga campuran menjadi lebih gemuk.
Demikian siklus ini terjadi secara berulang-ulang. Dengan cara ini ECM akan
menjaga agar perbandingan udara dan bensin selalu mendekati
perbandingan teoritis.
Karakteristik
Signal yang dihasilkan oleh VSS berupa gelombang bolak-balik yang oleh
komparator yang terdapat di speedometer pada panel instrument, frekuensi
gelombang bolak-balik tersebut dirubah menjadi sinyal digital yang kemudian
dikirim ke ECM.
2) CO Adjusting Resistor
Berfungsi untuk mengatur campuran air fuel ratio secara manual karena
alasan kwalitas bahan bakar, jumlah udara, maupun kondisi kerja mesin yang
mengakibatkan perubahan campuran. Umumnya terdapat pada kendaraan yang
tidak dilengkapi dengan oksigen sensor. CO adjuster umumnya ditempatkan
dibawah dash board atau di dekat area mesin.
CATATAN:
Hanya trouble ignition circuit yang tidak tersimpan di dalam memory pada
ECM atau ECM tidak mendeteksi trouble pada ignition circuit ketika kunci
kontak dalam keadaan OFF sehingga lampu indikator (CHECK ENGINE)
tidak memberikan tanda (tidak menyala) meskipun diagnostic switch terminal
dihubungkan dengan ground dan kunci kontak pada posisi ON. Selanjutnya
untuk memeriksa diagnostic trouble code ketika mesin sulit distarter,
hubungkan diagnostic switch terminal dengan ground dan kunci kontak pada
posisi ON.
Meskipun terdapat masalah di dalam sensor putaran mesin atau idle switch
circuit (open circuit), ECM tidak dapat menunjukkan masalahnya dan lampu
indikator (CHECK ENGINE) juga tidak menyala selama mesin hidup. Dan jika
circuit – circuit yang mengalami kerusakan sudah diatasi (diperbaiki) dengan
hasil yang baik, memory akan terhapus secara otomatis meskipun sumber
arus listrik ke ECM tidak terputus selama 30 detik atau lebih.
1) Mode Start
Ketika kunci kontak pertama kali di”ON” kan, ECM akan mengaktifkan
relay pompa bensin dengan cara memberi massa arus pengendali relay
selama 2-3 detik, akibatnya pompa bensin dapat menaikkan tekanan
dalam sistem bahan bakar. Apabila selama 2-3 detik ECM tidak menerima
sinyal start maka ECM akan memutuskan massa relay, sehingga relay
pompa bensin akan ”OFF”
Sebelum mesin berputar saat kunci kontak ”ON”, ECM menerima sinyal
untuk pembacaan-pembacaan data sensor seperti: ECT, IAT, MAP dan
TPS untuk menentukan perbandingan campuran udara bensin yang
pertama.
Selama mesin berputar saat start, ECM mengirim pulsa ke injektor
berdasarkan pulsa refernsi rpm. Bila temperatur air pendingin yang lebih
rendah, lebar pulsa lebih panjang dan terjadilah pengayaan perbandingan
campuran udara dan bensin. Jika temperatur air pendingin naik, lebar
pulsa menjadi lebih pendek dan perbandingan campuran udara dan
bensin menjadi lebih kurus.
Pada kendaraan Suzuki, saat mesin di start ECM memungkinkan untuk
mengaktifkan semua injektor, agar mesin mudah untuk dihidupkan.
Pada waktu start perbandingan udara dan bensin ditentukan oleh ECM
berkisar dari 1,5 : 1 pada 36o C sampai 14,7 : 1 pada 94o C.
Mode start normal injektor menyemprotkan bensin mengikuti prosedur di
atas selama throttle valve tertutup penuh. Jika throttle valve dibuka,
walaupun kecil, perbandingan campuran udara dan bensin akan berubah.
Pada saat ECM menerima signal start dan signal putaran mesin kurang
dari 500 rpm, maka ECM akan mengaktifkan semua injektor supaya mesin
mudah dihidupkan.
Terlihat adanya perbedaan pada masing-masing type kendaran, hal ini
karena program pada ECM dan perkembangan dari teknologi itu sendiri.
Pada generasi pertama Vitara EPI penyemprotan dilakukan 2 kali dalam
satu siklus motor 4 tak selama mesin starting. Pada generasi kedua dari
Vitara EPI penyemprotan dilakukan selama 4 kali dalam satu siklus motor
4 tak. Pada generasi Baleno 1.6 sama halnya denga Vitara generasi
MODUL ELECTRONIC FUEL INJECTION Page 60
MODUL ELECTRONIC FUEL INJECTION 2010
Jika mesin menjadi banjir bensin, pengemudi dapat menekan pedal gas
sebesar 80% atau lebih besar untuk mengaktifkan Mode Pembersih Saat
Banjir. Agar lebih yakin untuk mengaktifkan mode ini maka kita dapat
menekan penuh pedal gas ke lantai (throttle valve akan terbuka penuh ).
Pada saat throttle valve terbuka penuh dan putaran mesin kurang dari 600
rpm (ECM menerima sinyal start) maka ECM akan memberikan pulsa injektor
dengan perbandingan 20:1 atau bahkan memungkinkan pula beberapa saat
ECM akan menghentikan penyemprotan secara total dengan jalan ECM akan
memutus sinyal ke semua injektor.
3) Mode Jalan
Mode Jalan mempunyai 2 kondisi, yaitu :
- Loop Terbuka
- Loop Tertutup
Open Loop
Closed Loop
Ketika throttle valve dibuka secara tiba-tiba, maka akan terjadi perubahan
yang cepat pada sudut throttle valve, dan menyebabkan penambahan secara
simultan tekanan dalam Manifold Absolute Pressure (MAP).
Penyemprotan bensin harus ditingkatkan untuk mengimbangi udara yang
berlebih juga untuk merespon perubahan tiba-tiba sinyal TPS dan
MAPS/MAFS. ECM mengatur pulsa injektor yang lebih panjang atau mungkin
mengaktifkan semua injektor agar campuran tidak menjadi kurus.
ECM mendeteksi kondisi temperatur konverter terus naik, maka ECM akan
mengurangi campuran udara dan bensin untuk menurunkan temperatur.
9) Mode Backup / Fail Safe Mode
Dalam mode ini, ECM bekerja melalui kalibrasi internal yang mengijinkannya
menjalankan mesin dengan hanya melalui input-input rpm, posisi throttle
valve dan temperatur air pendingin untuk merubah penghitungan
penyemprotan bensin. Peristiwa ini hanya terjadi saat ECM tidak dapat
beroperasi secara normal melalui masukan sensor yang lain.
ECM bekerja melalui mode ini jika ada beberapa, atau kombinasi kondisi-
kondisi seperti berikut di bawah ini :
- Tegangan sumber daya ECM di bawah 9 volt
- Tegangan saat start di bawah 9 volt
- PROM hilang atau tidak berfungsi
- Rangkaian sinyal lain gagal untuk memberikan input.
Jenis- jenis ignition control system yang umumnya digunakan pada system
injeksi adalah sebagai berikut
1. FTI (Full Transistor Ignition)
2. ESA (Electronic Spark Advance)
3. DLI (Distributor Less Ignition)
Sedangkan komponen utama dari system pengapian pada mesin injeksi adalah
sebagai berikut:
1. Camshaft Position Sensor (CMP)
2. Crankshaft Position Sensor (CKP)
3. Knock Sensor
4. Ignition Timing Adjusting Resistor
5. ECM
6. Ignition Coil
7. Busi
2. Gas Hydrocarbon
Bila uap bensin dipanaskan pada temperature tinggi, akan terjadi oksidasi,
akibatnya adalah pembakaran tidak sempurna bahkan ada bagian yang tidak
terbakar. Bensin yang tidak terbakar ini keluar dari ruang bakar dalam bentuk
HC. HC bersumber dari :
Bensin yang tidak terbakar akibat overlap katup
Gas sisa di dinding silinder dan terbuang saat langkah buang
Gas yang tidak terbakar yang tertinggal di belakang ruang bakar setelah
misfiring ketika jalan menurun atau saat engine brake
Gas yang tidak terbakar akibat pembakaran terlalu singkat atau campuran
terlalu gemuk
3. Nitrogen Oxyde
Nitrogen oksid terjadi karena reaksi molekul nitrogen dengan oksigen pada
temperature yang tinggi (1800o C). dengan demikian NOx terbentuk selama
berlangsungnya pembakaran yang sempurna, karena pada pembakaran yang
sempurna akan menghasilkan panas yang maksimal.
Bila temperature tidak naik sampai diatas 1800 o C, kemudian nitrogen dan
oksigen dibuang ketika langkah buang tanpa bergabung membentuk NO.
Dengan demikian factor yang mempunyai efek terbesar terhadap timbulnya
NOx selama proses pembakaran adalah temperature maksimum di ruang
bakar dan perbandingan udara dan bensin.
Jalan terbaik untuk mengurangi NOx adalah dengan mencegah temperature
di ruang bakar mencapai 1800o C atau memperpendek waktu dalam
mencapai temperature tinggi, kemungkinannya adalah menurunkan
konsentrasi oksigen.
Konsentrasi Nox paling besar dihasilkan pada perbandingan udara dan
bensin 16:1, perbandingan di atas atau di bawah nilai tersaebut akan
menghasilkan Nox yang lebih rendah. Konsentrasi Nox pada campuran kaya
(< 16:1) akan rendah karena konsentrasi oksigen rendah, sedangkan untuk
campuran yang lebih kurus, pembakarannya lebih lambat sehingga
menghambat kenaikan temperature di ruang bakar sampai tingkat
maksimumnya.
Beberapa kondisi kerja mesin dan pengaruhnya terhadap emisi gas buangnya
adalah sebagai berikut:
a. Pemanasan
Waktu pemanasan adalah dari mesin dihidupkan dalam kondisi
dingin sampai mesin mencapai temperature kerja. Dalam kondisi dingin
bensin tidak dapat menyerap dengan sempurna sehingga campuran
menjadi gemuk dan pembakaran menghasilkan CO dan HC yang banyak.
Air fuel ratio berkisar 5~14:1
b. Idling
Selama idling, temperature di ruang bakar rendah sehingga bensin
belum sempurna menguap. Untuk menjaga agar putaran idling stabil maka
diperlukan suplai bensin tambahan (memperkaya campuran). Produksi
CO dan HC akan meningkat disebabkan pembakaran yang tidak
sempurna, sedangkan produksi NOx akan berkurang sampai nol karena
temperature pembakaran yang masih rendah.
e. Akselerasi/Percepatan
Apabila throttle valve dibuka mendadak maka akan ada suplai
bensin murni ke ruang baker yang akan memperkaya campuran. Pada
kondisi ini produksi CO dan HC akan meningkat. Selanjutnya karena
f. Deselerasi/Perlambatan
Saat engine brake, throttle valve akan menutup rapat sehingga
meningkatkan kevacuuman di ruang bakar dan intake manifold.
Kevacuuman ini akan menurunkan kecepatan rambat api, dan
menyebabkan api padam sebelum merambat ke seluruh ruang bakar.
Kondisi ini akan meningkatkan produksi HC di gas buang. Selain itu
dengan berkurangnya oksigen yang masuk maka campuran akan menjadi
gemuk yang dapat meningkatkan kadar CO pada gas buang. Dengan
tidak adanya (berkurangnya) pembakaran, maka temperature ruang bakar
akan turun sehingga produksi NOx juga akan rendah.
g. Beban Berat
Bila kendaraan mendapat beban berat (mendaki) maka system
pengaya akan bekerja, sehingga campuran udara dan bensin menjadi
gemuk sekali. Pada kondisi ini produksi CO dan HC akan naik sedangkan
produksi NOx akan turun.
Banyaknya blow-by gas lebih tergantung dari vacuum intake manifold dan
atau beban mesin daripada kecepatan mesin. Oleh karena itu apabila dari
cylinder head cover ke intake manifold hanya dihubungkan dengan pipa,
hasilnya tidak efektif. Karena beban ringan kevacuuman pada intake manifold
kuat sedangkan produksi blow-by gas sedikit, sedangkan pada beban berat
kevacuuman di intake manifold rendah sedangkan blow-by gas yang
dihasilkan banyak.
Oleh karena itu katup PCV dipasangkan diantara cylinder head cover
dengan intake manifold, untuk mengatur jumlah blow-by gas yang masuk ke
intake manifold untuk dibakar kembali sesuai dengan vacuum intake manifold.
Beberapa Kondisi Kerja Katup PCV yang dipengaruhi kondisi kerja mesin
adalah sebagai berikut:
a. Mesin Berhenti atau Back Firing (Pembakaran Balik)
Katup menutup karena beratnya sendiri dan berat pegas.
b. Normal
Kevacuuman di intake manifold normal, katup sedikit turun dari posisi
idling, saluran terbuka semakin lebar.
Grafik PCV
Pada grafik di atas terlihat bahwa jumlah blow-by gas yang dialirkan oleh
katup PCV pada beban berat sangat kecil, walaupun jumlah gas yang dihasilkan
cukup besar. Oleh karena itu apabila jumlah blow-by gas diluar kemampuan
katup PCV untuk mengalirkan ke intake manifold, maka blow-by gas juga
disalurkan dari saringan udara melalui pipa penyambung saringan udara ke
cylinder head cover.
bensin di dalam tanki akan menguap. Uap bensin tersebut dapat menekan
pressure control valve, sehingga uap terhisap oleh canister.
EGR system berfungsi untuk mengontrol pembentukan gas NOx pada gas
buang. NOx terbentuk karena meningkatnya temperature pada ruang bakar. EGR
system bekerja untuk mengalirkan kembali gas buang ke ruang bakar melalui
intake manifold, untuk memperkurus campuran udara bensin sehingga
temperature ruang bakar akan turun dan pembentukan gas NOx dapat dicegah.
7. CATALYTIC CONVERTER
Catalist adalah suatu zat yang menimbulkan reaksi kimia yang zat itu sendiri
tidak berubah bentuk maupun beratnya. Sebagai contoh apabila HC,CO dan
NOx dipanaskan dengan oksigen sampai 500 o C, tidak terjadi reaksi kimia. Akan
tetapi apabila pemanasan tersebut berlangsung di catalyst maka akan terjadi
reaksi kimia dan gas ini berubah menjadi CO 2,H2O dan N2 yang tidak berbahaya.
Pada umumnya catalyst terbuat dari platinum, palladium, iridium, rhodium dan
lain-lain. Catalyst ditempelkan pada permukaan carrier agar permukaan yang
terkena gas buang bertambah.
Apabila kendaraan sudah menggunakan catalyst, maka harus selalu
menggunakan bensin yang tidak mengandung timah karena apabila
menggunakan bensin yang mengandung timah, permukaan catalyst akan
terlapisi timah dan menjadi tidak efektif lagi.
Seperti terlihat pada grafik bahwa ternyata catalyst akan bekerja maksimal
apabila temperature catalyst di atas 400o C. Artinya catalyst tidak bekerja dengan
maksimal pada temperature di bawah 400o C.
Purification rate digunakan sebagai ukuran bila perbandingan gas polusi di
dalam gas buang yang dapat dirubah menjadi gas non pulosi.
Ada 3 system catalytic converter, yaitu :
1. System Oxidation Catalyst (OC)
2. System Three-Way Catalyst (TWC)
3. System Three-Way Catalyst dan Oxidation Catalyst (TWC-OC)
2CO + O2 2CO2
4HC + 5O2 4CO2 + 2H2O
Agar oksidasi bekerja dengan efisien, maka harus ada kelebihan oksigen
pada exhaust manifold. Oleh karena itu harus ada udara murni yang di masukkan
ke converter. Akan tetapi karena hanya mengurangi sedikit NOx, gas buang
harus diresirkulasikan melalui system EGR.
NOx + CO N2 + CO2
NOx + HC N2 + CO2 + H2O
O2 + CO CO2
O2 + HC H2O + CO2
Agar type converter ini bekerja dengan baik maka syarat mutlak yang harus
dipenuhi adalah perbandingan udara dan bensin harus sedekat mungkin dengan
nilai teoritis (14,7:1). Bila ini tercapai maka akan didapat purification rate yang
tinggi sekali untuk ketiga pollutant, seperti pada grafik di bawah ini.
Untuk mendapatkan nilai perbandingan udara dan bensin seakurat mungkin
untuk mendekati nilai teoritis, maka pada type converter ini selalu dilengkapi
dengan oksigen sensor. Oksigen sensor akan menghitung nilai perbandingan
udara dan bensin dari kandungan oksigen pada gas buang, untuk memberi input
ke ECM yang akan mengoreksi secara terus menerus air-fuel ratio.
J. PERAWATAN
1. PROSEDUR MEMERIKSA IAC DUTY
Sebelum melakukan penyetelan idle mixture pastikan bahwa :
- Lead wire dan hose sistim electronic fuel injection terpasang dengan
baik
- Mainnya kabel gas sesuai spesifikasi
- Celah valve sesuai spesifikasi
- Timing sesuai spesifikasi
- Busi dalam keadaan baik
- Air cleaner dalam keadaan baik
- Fuel filter dalam keadaan baik
- Air Intake Sistym dalam keadaan baik
- Accessories ( wiper, heater, lampu penerangan, AC dll ) dalam
keadaan baik
- ECM / PCM tidak mendeteksi / menyimpan DTC ( Diagnosa Trouble
Code)
Catatan :
Sebelum menghidupkan mesin, tempatkan tuas transmisi pada posisi
netral dan tarik
tuas rem tangan.
Menyetel Idle Speed / IAC Duty
Arah “ A ” menambah CO %
Arah “ B ” mengurangi CO %
Jika idle mixture telah disetel, periksa idle speed/IAC duty
Ulangi langkah 2 dan 3 sampai betul – betul sesuai spesifikasi.
Antara 1 & 2
3&2 35 – 43 Ώ
4&5
6&5
Lepaskan tutup tanki dan ON kan kunci kontak, maka akan terdengar suara
bekerjanya fuel pump selama 3 detik kemudian OFF.
Tekanan bensin harus dapat dirasakan pada fuel return hose selama 3 detik
setelah kunci kontak ON.
9. PROSEDUR PEMERIKSAAN FUEL PRESSURE REGULATOR
Lepaskan selang vacuum, dengan mesin mati dan kunci kontak ON, periksa
adanya kebocoran bensin.
Gunakan sound scope untuk memeriksa kerjanya injector saat mesin hidup,
suara bekerjanya injector harus bervariasi tergantung dari naik turunnya
putaran mesin. Jika tidak ada suara atau terdengar adanya kelainan, periksa
sirkuit injector atau injector.
Lepaskan connector kabel dari injector, pasang ohm meter antara terminal
injector dan periksa resistancenya.
11. PROSEDUR PEMERIKSAAN MAF SENSOR
volt (ground)
OFF kan kunci kontak dan lepaskan cover ECM/PCM dari bracket
ON kan kunci kontak dan periksa voltage pada output terminal MAF sensor
Hidupkan mesin dan periksa apakan voltage lebih kecil dari 5 volt dan akan
naik jika putaran mesin meningkat. (Data referensi : 1,7 – 2,0 V pada
kecepatan idle). Jika hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan spesifikasi,
kemungkinan penyebabnya berasal dari sirkuit kabel, hubungan connector
kabel, MAF sensor atau ECM/PCM.
12. PROSEDUR PEMERIKSAAN IAT SENSOR
Masukkan IAT sensor ke dalam bejana berisi air yang dipanaskan dan ukur
resistance antara terminal sensor sambil memanaskan air secara perlahan.
Jika hasil pengukuran tidak sesuai karakteristik seperti dalam gambar, ganti
IAT sensor.
13. PROSEDUR PEMERIKSAAN MAP SENSOR
Hubungkan secara seri 3 battery 1,5 volt yang baru (total voltage adalah 4,5-
5,0 volt)
Lepaskan kabel negative (-) dari battery dan connector dari TP sensor
Lepaskan kabel negative (-) dari battery dan connector dari TP sensor
Rendam ujung ECT sensor dalam air dingin yang dipanaskan dan ukur
resistancenya, jika resistance tidak sesuai petunjuk pada gambar, ganti
ECT sensor.
16. PROSEDUR PEMERIKSAAN CKP Sensor
ON kan kunci kontak dan periksa voltage setiap terminal connector CMP
sensor :
- Terminal B+ : 10-14 V
- Terminal Vout : 4-5 V
- Terminal GDN : 0 V
- Lepaskan CMP sensor dari case
- ON kan kunci kontak
- Periksa voltage pada terminal CMP pada connector yang terhubung ke
ECM dengan menggunakan besi magnit dengan jarak dari CMP
sensor 1 mm
- Voltage terbangkit bervariasi 0 - 1 V atau 4 - 5 V
18. PROSEDUR PEMERIKSAAN OKSIGEN SENSOR
Gunakan Ohm meter untuk mengukur resistance antara terminal “A” dan
“B” pada connector sensor
CATATAN:
……………………..…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA