Laporan Kunjungan PT Jababeka Infrastruktur-Utamy-F451180041
Laporan Kunjungan PT Jababeka Infrastruktur-Utamy-F451180041
Laporan Kunjungan PT Jababeka Infrastruktur-Utamy-F451180041
Oleh :
Utamy Sukmayu Saputri
Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Erizal, M. Agr
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
2
Anak Perusahaan
Jababeka saat ini mempunyai 22 anak perusahaan yang dibentuk untuk
mengelola dan menjalankan proyek real estate, infrastruktur dan sarana bisnis
lainnya.
Gambar 4. Air Limbah yang Masuk Wastewater Treatment Plant (WWTP) Jababeka
Sumber : dokumentasi penulis
Influen
Efluen
Skema Aliran
Skema aliran proses pengolahan WWTP Jababeka dapat dilihat pada Gambar
berikut
Air limbah dari pabrik-pabrik masuk menuju WWTP secara bersamaan dimana
tidak ada penjadwalan khusus yang mengaturnya. Air limbah dari industri dibuang ke
saluran pengumpul air limbah yang terdapat di depan industri masing-masing. Saluran
ini akan membawa air limbah menuju stasiun pompa dengan sistem gravitasi. Air
dipompa menuju grit chamber untuk memisahkan air limbah dengan padatan-padatan
berukuran besar seperti pasir, kerikil dan sampah. Dibutuhkan pompa karena elevasi
tanah di bagian stasiun pompa lebih rendah dibandingkan grirt chamber.
Dari grit chamber, air menuju primary settling tank dimana terjadi proses
pengendapan padatan tersuspensi. Pada sedimentasi ini terdapat scrapper dengan
kecepatan 130 rpm yang berfungsi untuk memisahkan lumpur yang terbentuk ke bagian
dasar tengah bak sedimentasi, busa dan lemak juga akan ikut dipisahkan pada tahap
ini. Waktu detensi air limbah di bak ini adalah selama mungkin. Air yang telah terpisah
8
dari padatan tersuspensi akan mengalir melalui weir di sekeliling bak sedimentasi
menuju bak pengumpul air bersih.
Selanjutnya air limbah masuk ke unit oxidation ditch dengan reaktor lumpur aktif
dimana dimanfaatkan bakteri untuk menguraikan polutan pada air limbah. Oxidation
ditch ini berkapasitas 5000 m3. Di unit ini akan terjadi proses aerasi dengan waktu
detensi ±23 jam dimana dihasilkan oksigen sebesar 2 ppm. Terkadang selama proses
aerasi dihasilkan busa dalam jumlah yang banyak, hal ini mungkin disebabkan karena
menurunnya jumlah bakteri sehingga kadar oksigen ikut menurun serta rasio C N P
yang rendah.
Air limbah beserta flok yang terbentuk mengalir ke distribution box kemudian
dialirkan menuju secondary sedimentation tank. Di unit sedimentasi ini terjadi proses
pemisahan air limbah yang telah diolah dengan flok-flok yang dihasilkan. Terdapat
pula scrapper dengan kecepatan kurang dari 100 ppm. Air yang masuk ke bak
sedimentasi ini terlihat berwarna hitam namun sebesarnya air ini telah memenuhi baku
mutu efluen. Warna tidak dapat hilang seluruhnya akibat campuran dari air limbah
industri tekstil yang umumnya menggunakan pewarna buatan. Air limbah yang telah
terpisah denga flok akan keluar melalui weir pada bak kemudian menuju discharge box
untuk langsung dibuang ke badan air penerima. Di dekat discharge box ini terdapat
ultrasonic flow meter untuk mengukur debit air limbah yang dibuang. Terdapat pula
kolam ikan berisi air limbah untuk mengetahui kualitas alir limbah terolah yang
dihasilkan dengan parameter berupa ikan lele.
Lumpur yang mengendap pada bagian tengah dasar primary settling tank dan
secondary settling tank dipompakan ke unit belt filter press dengan menggunakan
pompa lumpur. Di unit belt filter press ini air akan diperas keluar dari lumpur sehingga
dihasilkan cake sludge dengan kadar air yang rendah. Cake sludge akan dijemur hingga
kering dimana proses ini dilakukan secara manual dengan sumber daya manusia yang
ada kemudian akan dikirim ke PPLi (Prasadha Pamunah Limbah Industri) di Bogor.
Air hasil perasan dari primary settling tank dan secondary settling tank akan ditampung
dalam back wash holding tank untuk selanjutnya dialirkan atau di resirkulasi kembali
ke oxidation ditch untuk diolah kembali sehingga tidak terjadi kehilangan air.
Profil Hidrolis
Berdasarkan SNI 00004-2008 profil hidrolis merupakan gambaran yang
menunjukkan garis ketinggian muka air bebas dalam tiap unit paket IPAL ketika proses
berlangsung. Unit pengolahan air limbah yang diaplikasikan di PT Jababeka
Infrastruktur umumnya mengandalkan pengaliran air dari satu unit ke unit lainnya
dengan gravitasi. Pompa hanya digunakan untuk mengalirkan air limbah dari rumah
pompa menuju grit chamber karena letak rumah pompa yang lebih rendah. Kemudian
elevasi unit pengolahan beserta profil hidrolisnya terus menurun mulai dari grit
chamber,primary settling tank, oxidation ditch, secondary settling tank, dan discharge
box.
sehingga padatan bisa juah berkurang dan pengolahan selanjutnya dapat dilakukan
dengan beban yang tidak terlalu berat.
Oxidation ditch
Unit ini berkapasitas 5000 m3. Selang jarak tertentu terdapat rotor panjang
berbentuk seperti roda yang berfungsi untuk menghasilkan golakan pada air sehingga
terjadi kontak udara dengan air kemudian kadar oksigen pada air dapat meningkat.
Rotor ini digerakkan secara hidrolis dengan arus aliran air (tidak menggunakan mesin).
10
Kesimpulan
Instalasi Pengolahan Air Limbah di kawasan Jababeka dibangun untuk sektor
industri demi peningkatan pelayanan pada setiap sektornya Pada pengolahan air
limbah, air limbah yang dihasilkan khususnya pada sektor industri dipantau oleh
Jababeka untuk memastikan bahwa air limbah yang dibuang telah memenuhi ketentuan
/ baku mutu yang ada sehingga air hasil pengolahan dapat dialirkan ke badan air tanpa
menyebabkan pencemaran di lingkungan sekitar. Pada pengolahan air limbah, terdapat
perencanaan pengembangan dimana akan menerapkan sistem organika (Food Change
Reactor) yaitu pengolahan air limbah dengan memanfaatkan reaktor sedalam 7 meter
berupa akar tanaman tropis yang dijadikan tempat berkembang biak organisme
pengurai air limbah. Sistem pengolahan tersebut memiliki kelebihan yaitu dapat
mengurangi biaya listrik dan operasi pengolahan lumpur atau dengan kata lain
meningkatkan efisiensi.
Saran
Penggunaan unit-unit dengan tiap-tiap ukurannya yang ada pada WWTP di
Jababeka dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan dalam merancang unit pengolahan
yang akan digunakan pada tugas besar. Terlebih pada WWTP yang direncanakan akan
menggunakan Food change reactor dimana tidak memerlukan listrik dalam jumlah
besar.
12