Modul Hidrolisa Pati
Modul Hidrolisa Pati
Modul Hidrolisa Pati
MODUL
PRAKTIKUM PROSES KIMIA
Materi :
Hidrolisa Pati
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pati dan juga produk turunannya merupakan bahan yang multiguna dan banyak digunakan
pada berbagai industri antara lain pada minuman, makanan yang diproses, kertas, makanan
ternak, farmasi dan bahan kimia serta industri non pangan seperti tekstil, detergent, kemasan
dan sebagainya. Dalam industri makanan sebagai pembentuk gel dan encapsulating agent.
Dalam industri kertas digunakan sebagai zat aditive seperti wet-end untuk surface size dan
coating binder, bahan perekat, dan glass fiber sizing (Chiu & Solarek, 2009).
Berbagai varian pati didasarkan pada perbedaan struktural, kandungan amilosa,
amilopketin, protein dan lipid. Secara umum kandungan pati yang utama yaitu polimer
anhidroglukosa meliputi amilosa dan amilopketin, keduanya diikat dengan ikatan α (1,4) dalam
segmen linear, serta ikatan α (1,6) di titik percabangan. Amilopektin merupakan kandungan
utama pati, berkisar 70-80% dan berpengaruh pada physiochemical serta cita rasa pati (Dona,
Pages & Kuchel, 2010).
Pada reaksi hidrolisa biasanya dilakukan dengan menggunakan katalisator asam seperti HCl
(asam klorida). Bahan yang digunakan untuk proses hidrolisis adalah pati. Di Indonesia banyak
dijumpai tanaman yang menghasilkan pati. Tanaman-tanaman itu seperti seperti padi, jagung,
ketela pohon, umbi-umbian, aren dan sebagainya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pati
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glukosidik. Berbagai macam pati
tidak sama sifat nya, tergantung dari panjang rantai C – nya serta lurus atau bercabang rantai
molekulnya. Pati mempunyai dua ujung berbeda, yakni ujung non reduksi dengan gugus OH
bebas yang terikat pada atom nomor 4 dan ujung pereduksi dengan gugus OH anomerik. Gugus
hidroksil dari polimer berantai lurus / bagian lurus dari struktur berbentuk cabang yang terletak
sejajar akan berasosiasi melalui ikatan hidrogen yang mendorong pembentukan kristal pati.
Pati terdiri dari 2 fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut
amilosa dan fraksi yang tidak larut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus
dan amilopektin mempunyai rantai cabang (Winarno, 2002).
Gambar 2.1. Struktur Amilosa
Gambar 2.2 Struktur Amilopektin
2.3 Hidrolisa Pati
Hidrolisa merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh suatu senyawa. Gugus
OH dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisis dapat digolongkan menjadi hidrolisis murni,
hidrolisis katalis asam, hidrolisis katalis basa, hidrolisis gabungan alkali dengan air dan
hidrolisis dengan katalis enzim. Sedangkan berdasarkan fase reaksi yang terjadi
diklasifikasikan menjadi hidrolisis fase cair dan hidrolisis fase uap. Hidrolisis pati terjadi antara
suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi ini adalah orde satu, karena reaktan air yang
dibuat berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat
dilakukan menggunakan katalisator H+ yang dapat diambil dari asam. Reaksi yang terjadi pada
hidrolisis pati adalah sebagai berikut:
(C6H10O5)x + x H2O → x C6H12O6
…………………………………………………………………………………….... (3)
…………………………………………………………………………………….... (4)
Apabila CA = CA0 (1-Xa) dan diselesaikan dengan integral dan batas kondisi t1, CA0 dan t2: CA
akan diperoleh persamaan :
……………………………………………………………………………………...(5)
2 1 ……………………………………………………………………………………... (6)
2 1 ……………………………………………………………………………………(7)
2.4 Modifikasi Pati
Pati asli pada umumnya memiliki struktur granular, tidak larut air, dan dalam bentuk ini
digunakan hanya dalam beberapa aplikasi spesifik yang terbatas. Modifikasi adalah pati yang
gugus hidroksinya telah mengalami perubahan. Pati memiliki sifat tidak dapat digunakan
secara langsung dan oleh karena itu harus dimodifikasi secara kimia atau fisik untuk
meningkatkan sifat positif dan mengurangi sifat yang tidak diinginkan. Pati biasanya
digunakan untuk produk makanan, bahan perekat dan glass fiber sizing. Selain itu juga
ditambahkan dalam plastik untuk mempercepat proses degradasi. Modifikasi secara kimia
umumnya meliputi esterifikasi, etherifikasi, hidrolisis, oksidasi dan cross-linking (Chiu &
Solarek, 2009). Pati yang telah termodifikasiakan mengalami perubahan sifat yang dapat
disesuaikan untuk keperluan-keperluan tertentu. Akan tetapi sama seperti pati alami, pati
termodifikasi bersifat tidak larut dalam air dingin (Koswara, 2009).
3. Pencampuran (pengadukan)
Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya perlu adanya
pencampuran. Untuk proses Batch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan pengaduk atau alat
pengocok (Agra dkk, 1973). Apabila prosesnya berupa proses alir (kontinyu), maka
pecampuran dilakukan dengan cara mengatur aliran didalam reaktor supaya terbentuk olakan.
Komponen Komposisi
Kalori (kal) 364,00
Protein (g) 7,00
Lemak (g) 0,50
Karbohidrat (g) 80,00
Kalsium (mg) 5,00
Fosfor (mg) 140,00
Besi (mg) 0,80
Vitamin B1 (mg) 0,12
Air (g) 12,00
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, (2004)
Tabel 2.1. Komposisi zat gizi tepung beras per 100 g bahan
Pati dalam beras terdiri dari dua polimer karbohidrat yaitu, amilosa dan amilopektin.
Perbandingan kedua golongan pati ini dapat menentukan warna dan teksur nasi. Berdasarkan
kandungan amilosanya beras dibedakan dari amilosa tinggi sampai amilosa rendah secara
berturut-turut adalah kadar amilosa > 25%, kadar amilosa sedang 20-25%, dan kadar amilosa
rendah 10-20% serta beras ketan dengan kada amilosa < 10% (Dianti, 2010).
Beras yang mengandung amilosa tinggi setelah dimasak menghasilkan nasi yang tidak
lengket, dapat mengembang, dan akan mengeras setelah dingin. Beras yang mengandung
amilosa rendah setelah dimasak menghasilkan nasi yang lengket, mengkilap, tidak
mengembang dan menggumpal pada saat dingin (Damardjati, 1995). Komponen utama yang
ada dalam beras adalah karbohidrat. Karbohidrat tersebut terdiri dari pati merupakan bagian
besar dan bagian kecil beras adalah gula, selulosa, hemiselulosa dan pentosa. Pati yang ada
dalam beras 85-90% dari berat kering beras, pentosa 2,0-2,5% dan gula 0,6-1,4% dari berat
beras pecah kulit. Oleh karena itu, sifat-sifat pati merupakan faktor yang dapat menentukan
sifat fisikokimia dari beras (Haryadi, 2006).
Komponen Komposisi
Kadar air 11,5 %
Karbohidrat 83,8 %
Lemak 0,9 %
Protein 1,0 %
Serat Kasar 2,1 %
Abu 0,7 %
Kadar HCN 29 ppm
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, (2004)
Tabel 2.2. Komposisi zat gizi tepung tapioka per 100 g bahan
Tepung umbi ialah bentuk kecil hasil pengolahan bahan dengan cara penggilingan
atau penepungan. Perbedaan dengan proses tepung pati terletak pada adanya proses ekstraksi
dengan cara pengepresan. Pemanfaatan pati dari umbi-umbian masih terbatas akibat
kurangnya informasi sifat fisikokimia, dan teknologi prosesnya. Umbi mengandung
karbohidrat tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai tepung umbi, tepung komposit dan tepung
pati (Richana dan Sunarti, 2004).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Rancangan Percobaan
3.1.1 Skema Rancangan Percobaan
Menghitung
Densitas HCl
Menghitung
Densitas Pati
Membuat
Glukosa Standar
Standarisasi larutan
fehling
Penentuan kadar awal pati pada
tepung beras (variabel 1) dan tapioka
(variabel 2)
Hidrolisa pati (pada 70oC) sebanyak
5 kali pengambilan sampel setiap 5
menit
Titrasi menggunakan glukosa
standar
Gambar 3.1. Skema rancangan percobaan
3.1.2 Variabel Proses
a. Variabel Tetap
1. Jenis Katalis : HCl 0,2 N
2. % Suspensi : 6%
3.2.2 Alat
a. Gelas Ukur h. Pipet tetes b.
Termometer i. Corong
c. Erlemenyer j. Pipet volume d.
Statif dan Klem k. Pengaduk
e. Buret
f. Labu Takar
g. Rangkaian Alat Hidrolisa Pati
c. Membuat glukosa standar, Glukosa anhidrit sebanyak 2 gram dilarutkan
dalam 1000 ml aquades.
b. Hidrolisa pati
Sebanyak 25.35gram tepung beras, 10.9 ml katalis HCl dan 398.75
ml aquadest dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga suhu
70oC, anggap sebagai t0 diambil sampel sebanyak 20 ml. Kemudian sampel
dinetralkan dengan NaOH (PH = 7). Larutan diambil 5 ml diencerkan sampai
100 ml, diambil 5 ml. Ke dalam Erlenmeyer dimasukkan 5 ml larutan + 5 ml
Fehling A + 5 ml fehling B + 15 ml glukosa standard, kemudian dipanaskan
sampai mendidih. Lalu ditambahkan 2 tetes indikator MB. Kemudian larutan
dititrasi dengan glukosa standard sehingga berubah warna menjadi warna
merah bata. Catat V titran yang dibutuhkan (M). Yang perlu diperhatikan,
proses titrasi dilakukan dalam keadaan mendidih diatas kompor. Pengambilan
sampel dilakukan setiap selang waktu 5 menit sebanyak 5 kali yaitu 20 menit.
(t0=menit ke-0, t1=menit ke-5, t2= menit ke-10, t3=menit ke-15, t4=menit ke-
20). Lakukan hal yang sama untuk variabel 2 yaitu 25.35gram tepung
tapioka, 10.9 ml katalis HCl dan 398.75 ml aquadest.
Dimana N = 0,002 gr/ml
W = berat pati
Perhitungan kebutuhan reagen:
a) Menghitung kebutuhan HCl
Dimana :
kadar HCl = 0,25 untuk 25%
0,37 untuk 37%
grek HCl = 1
Dimana :
DAFTAR PUSTAKA