Modul Hidrolisa Pati

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

 

MODUL
PRAKTIKUM PROSES KIMIA
 

Materi :
Hidrolisa Pati 
 

JURUSAN TEKNIK KIMIA


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI FATAHILLAH
CILEGON-BANTEN
2018
 

BAB I
PENDAHULUAN
 
1.1 Latar Belakang
 
Pati dan juga produk turunannya merupakan bahan yang multiguna dan banyak digunakan
pada berbagai industri antara lain pada minuman, makanan yang diproses, kertas, makanan
ternak, farmasi dan bahan kimia serta industri non pangan seperti tekstil, detergent, kemasan
dan sebagainya. Dalam industri makanan sebagai pembentuk gel dan encapsulating agent.
Dalam industri kertas digunakan sebagai zat aditive seperti wet-end untuk surface size dan
coating binder, bahan perekat, dan glass fiber sizing (Chiu & Solarek, 2009).
Berbagai varian pati didasarkan pada perbedaan struktural, kandungan amilosa,
amilopketin, protein dan lipid. Secara umum kandungan pati yang utama yaitu polimer
anhidroglukosa meliputi amilosa dan amilopketin, keduanya diikat dengan ikatan α (1,4) dalam
segmen linear, serta ikatan α (1,6) di titik percabangan. Amilopektin merupakan kandungan
utama pati, berkisar 70-80% dan berpengaruh pada physiochemical serta cita rasa pati (Dona,
Pages & Kuchel, 2010).
Pada reaksi hidrolisa biasanya dilakukan dengan menggunakan katalisator asam seperti HCl
(asam klorida). Bahan yang digunakan untuk proses hidrolisis adalah pati. Di Indonesia banyak
dijumpai tanaman yang menghasilkan pati. Tanaman-tanaman itu seperti seperti padi, jagung,
ketela pohon, umbi-umbian, aren dan sebagainya.

1.2 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu menjelaskan mengenai
beberapa hal berikut :
1. Mempelajari pengaruh jenis tepung terhadap reaksi hidrolisa tepung.
2. Menghitung konstanta kecepatan reaksi dan menganalisa pengaruh jenis tepung
terhadap konstanta kecepatan reaksi.

1.3 Manfaat Percobaan


 
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh jenis tepung terhadap reaksi hidrolisa
tepung.
2. Mahasiswa dapat menghitung konstanta kecepata reaksi dan menganalisa pengaruh
jenis tepung terhadap konstanta kecepatan reaksi.
 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 
2.1 Pengertian Pati
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glukosidik. Berbagai macam pati
tidak sama sifat nya, tergantung dari panjang rantai C – nya serta lurus atau bercabang rantai
molekulnya. Pati mempunyai dua ujung berbeda, yakni ujung non reduksi dengan gugus OH
bebas yang terikat pada atom nomor 4 dan ujung pereduksi dengan gugus OH anomerik. Gugus
hidroksil dari polimer berantai lurus / bagian lurus dari struktur berbentuk cabang yang terletak
sejajar akan berasosiasi melalui ikatan hidrogen yang mendorong pembentukan kristal pati.
Pati terdiri dari 2 fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut
amilosa dan fraksi yang tidak larut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus
dan amilopektin mempunyai rantai cabang (Winarno, 2002).

2.2 Amilosa dan Amilopektin


Pati termasuk dalam polisakarida yang merupakan polimer glukosa, yang terdiri atas
amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan bagian polimer linier dengan ikatan α-(1,4) unit
glukosa yang merupakan rantai linear. Derajat polimerisasi (DP) amilosa berkisar antara
500−6.000 unit glukosa bergantung pada sumbernya. Adapun amilopektin merupakan polimer
α (1,4) unit glukosa dengan rantai samping α-(1,6) unit glukosa. Ikatan α-(1,6) unit glukosa ini
jumlahnya sangat sedikit dalam suatu molekul pati, berkisar antara 4−5%. Namun, jumlah
molekul dengan rantai cabang, yaitu amilopektin, sangat banyak dengan DP berkisar antara
105 dan 3x106 unit glukosa dan merupakan komponen utama yang dapat mempengaruhi
physiochemical dan cita rasa dari pati.

 
 
Gambar 2.1. Struktur Amilosa
 

 
 

 
Gambar 2.2 Struktur Amilopektin
 
2.3 Hidrolisa Pati
Hidrolisa merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh suatu senyawa. Gugus
OH dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisis dapat digolongkan menjadi hidrolisis murni,
hidrolisis katalis asam, hidrolisis katalis basa, hidrolisis gabungan alkali dengan air dan
hidrolisis dengan katalis enzim. Sedangkan berdasarkan fase reaksi yang terjadi
diklasifikasikan menjadi hidrolisis fase cair dan hidrolisis fase uap. Hidrolisis pati terjadi antara
suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi ini adalah orde satu, karena reaktan air yang
dibuat berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat
dilakukan menggunakan katalisator H+ yang dapat diambil dari asam. Reaksi yang terjadi pada
hidrolisis pati adalah sebagai berikut:
(C6H10O5)x + x H2O → x C6H12O6
 

Berdasarkan teori kecepatan reaksi:


 
-rA = k.CA.CB………………………………………………………………………………… (1)
Dimana, CA : konsentrasi pati
CB : konsentrasi air
 
karena volume air cukup besar, maka dapat dianggap konsentrasi air selama
 
perubahan reaksi sama dengan k’, dengan besarnya k’:
 
k’ = k. CB…………………………………………………………………………………….... (2)
sehingga persamaan 1 dapat ditulis sebagai berikut -rA=k’.CA dari persamaan kecepatan
reaksi ini, reaksi hidrolisis merupakan reaksi orde satu. Jika harga
–rA = -dCA/dt maka persamaan 2 menjadi

…………………………………………………………………………………….... (3)
 

…………………………………………………………………………………….... (4)

Apabila CA = CA0 (1-Xa) dan diselesaikan dengan integral dan batas kondisi t1, CA0 dan t2: CA
akan diperoleh persamaan :

……………………………………………………………………………………...(5)

2 1 ……………………………………………………………………………………... (6)

2 1 ……………………………………………………………………………………(7)

Dimana Xa = konversi reaksi setelah satu detik.


Persamaan 7 dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan regresi Y = mX + C
dengan Y= dan X= t2

 
 
2.4 Modifikasi Pati
 
Pati asli pada umumnya memiliki struktur granular, tidak larut air, dan dalam bentuk ini
digunakan hanya dalam beberapa aplikasi spesifik yang terbatas. Modifikasi adalah pati yang
gugus hidroksinya telah mengalami perubahan. Pati memiliki sifat tidak dapat digunakan
secara langsung dan oleh karena itu harus dimodifikasi secara kimia atau fisik untuk
meningkatkan sifat positif dan mengurangi sifat yang tidak diinginkan. Pati biasanya
digunakan untuk produk makanan, bahan perekat dan glass fiber sizing. Selain itu juga
ditambahkan dalam plastik untuk mempercepat proses degradasi. Modifikasi secara kimia
umumnya meliputi esterifikasi, etherifikasi, hidrolisis, oksidasi dan cross-linking (Chiu &
Solarek, 2009). Pati yang telah termodifikasiakan mengalami perubahan sifat yang dapat
disesuaikan untuk keperluan-keperluan tertentu. Akan tetapi sama seperti pati alami, pati
termodifikasi bersifat tidak larut dalam air dingin (Koswara, 2009).

2.5 Variabel yang Berpengaruh


 
Variabel - variabel yang berpengaruh dalam reaksi hidrolisa pati meliputi :
 
1. Katalisator
 
 

Hampir sama semua reaksi hidrolisa membutuhkan katalisator untuk mempercepat


jalannya reaksi. Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim atau asam karena kinerjanya lebih
cepat. Asam yang dipakai beraneka jenisnya mulai dari HCl (Agra dkk, 1973; Stout & Rydberg
Jr, 1939), H2SO4 sampai HNO3. Yang mempengaruhi kecapatan reaksi adalah konsentrasi ion
H+, bukan jenis asamnya. Meskipun demikian, di dalam industri umumnya asam klorida (HCl).
Pemilihan ini didasarkan atas sifat garam yang terbentuk pada penetralan tidak menimbulkan
gangguan apa-apa selain rasa asin jika konsentrasinya tinggi. Oleh karena itu, konsentrasi asam
dalam air penghidrolisa ditekan sekecil mungkin. Umumnya dipergunakan larutan asam yang
mempunyai konsentrasi asam yang lebih tinggi daripada pembuatan sirup. Hidrolisa pada
tekanan 1 atm memerlukan asam yang jauh lebih pekat.

2. Suhu dan Tekanan


 
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arrhenius, dimana
semakin tinggi suhu maka semakin cepat laju reaksinya. Untuk mencapai konversi tertentu,
diperlukan waktu sekitar 3 jam untuk menghidrolisa pati ketela rambat pada suhu 100°C.
Tetapi jika suhunya dinaikkan hingga 135°C, konversi yang sama dapat dicapai dalam waktu
40 menit (Agra dkk, 1973). Hidrolisis pati gandum dan jagung dengan katalisator H2SO4
memerlukan suhu 160 °C. Karena panas reaks mendekati nol dan reaksi berjalan dalam fase
cair maka suhu dan tekanan tidak banyak mempengaruhi keseimbangan.

3. Pencampuran (pengadukan)
Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya perlu adanya
pencampuran. Untuk proses Batch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan pengaduk atau alat
pengocok (Agra dkk, 1973). Apabila prosesnya berupa proses alir (kontinyu), maka
pecampuran dilakukan dengan cara mengatur aliran didalam reaktor supaya terbentuk olakan.

4. Perbandingan zat pereaksi


Jika salah satu zat pereaksi dibuat berlebihan jumlahnya maka keseimbanga n dapat
bergeser kearah kanan dengan baik. Oleh karena itu, suspensi pati yang kadarnya rendah
memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang kadarnya tinggi. Bila kadar suspensi
pati diturunkan dari 40% menjadi 20% atau 1% maka konversi akan bertambah dari 80%
menjadi 87 atau 99 % (Groggis, 1958). Pada permukaan, kadar suspensi pati yang tinggi
sehingga molekul molekul zat pereaksi akan sulit bergerak. Untuk menghasilkan glukosa
biasanya dipergunakan suspensi pati sekitar 20%.
 

2.6 Aplikasi Pati Di Industri


 
Produk hidrolisis pati banyak digunakan dalam industri makanan untuk sifat fungsional.
Selain itu, aplikasi praktis telah ditemukan di bidang farmasi, kosmetik, deterjen, tekstil, kertas
dan cat (Ba et al., 2013). Berikut aplikasi hidrolisa pati :
1. Sebagai pemanis dari glukosa yang dihasilkan pada industri makanan dan minuman.
2. Pembuatan lem.
3. Sebagai bahan pencampur tablet pada industri farmasi.
4. Sebagai bahan pengaduk warna pada industri tekstil.
5. Sebagai pelapis dan pembentuk permukaan kertas pada industri kertas
6. Pembuatan bioetanol.

2.7 Kandungan Pada Tepung Beras


Tepung beras merupakan salah satu alternatif bahan dasar dari tepung komposit dan
terdiri atas karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Tepung beras adalah produk
setengah jadi untuk bahan baku industri lebih lanjut. Untuk membuat tepung beras
membutuhkan waktu selama 12 jam dengan cara beras direndam dalam air bersih, ditiriskan,
dijemur, dihaluskan dan diayak menggunakan ayakan 80 mesh (Hasnelly dan Sumartini,
2011).
Beras kaya akan vitamin B, juga mengandung sedikit lemak dan mineral. Protein yang
terdapat di dalam tepung beras lebih tinggi dari pada pati beras yaitu tepung beras sebesar 5,2-
6,8% dan pati beras 0,2-0,9% (Inglett dan Munk,
1980; Singh, et al., 2000). Komposisi zat gizi tepung beras per 100 g bahan dapat dilihat
pada tabel 2.1.

Komponen Komposisi
Kalori (kal) 364,00
Protein (g) 7,00
Lemak (g) 0,50
Karbohidrat (g) 80,00
Kalsium (mg) 5,00
Fosfor (mg) 140,00
Besi (mg) 0,80
Vitamin B1 (mg) 0,12
Air (g) 12,00
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, (2004)
 
Tabel 2.1. Komposisi zat gizi tepung beras per 100 g bahan 
 

 
Pati dalam beras terdiri dari dua polimer karbohidrat yaitu, amilosa dan amilopektin.
Perbandingan kedua golongan pati ini dapat menentukan warna dan teksur nasi. Berdasarkan
kandungan amilosanya beras dibedakan dari amilosa tinggi sampai amilosa rendah secara
berturut-turut adalah kadar amilosa > 25%, kadar amilosa sedang 20-25%, dan kadar amilosa
rendah 10-20% serta beras ketan dengan kada amilosa < 10% (Dianti, 2010).
 
Beras yang mengandung amilosa tinggi setelah dimasak menghasilkan nasi yang tidak
lengket, dapat mengembang, dan akan mengeras setelah dingin. Beras yang mengandung
amilosa rendah setelah dimasak menghasilkan nasi yang lengket, mengkilap, tidak
mengembang dan menggumpal pada saat dingin (Damardjati, 1995). Komponen utama yang
ada dalam beras adalah karbohidrat. Karbohidrat tersebut terdiri dari pati merupakan bagian
besar dan bagian kecil beras adalah gula, selulosa, hemiselulosa dan pentosa. Pati yang ada
dalam beras 85-90% dari berat kering beras, pentosa 2,0-2,5% dan gula 0,6-1,4% dari berat
beras pecah kulit. Oleh karena itu, sifat-sifat pati merupakan faktor yang dapat menentukan
sifat fisikokimia dari beras (Haryadi, 2006).

2.8 Tepung Tapioka


 
Selain beras ubi kayu/singkong juga mengandung karbohidrat yang banyak dan juga
dapat dijadikan sebagai bahan baku industri tepung tapioka, gaplek, asam sitrat, gasohol, gula
pasir dan protein sel tunggal. Tapioka memiliki kadar amilopektin yang tinggi tetapi
mengandung amilosa yang rendah, sehingga tapioka memiliki banyak manfaat. Singkong dan
tapioka dapat diolah menjadi berbagai jenis kue dan makanan ringan (Rismayani, 2007).
Komponen fisik ubi kayu meliputi kulit yang terdiri dari kulit luar dan kulit dalam,
daging umbi yang terdiri dari lapisan kambium dan daging umbi. Umbi akan dihasilkan ubi
kayu setelah berumur 6 bulan. Warna daging umbi ubi kayu ini putih, kuning atau gading. Dan
memiliki rasa yang manis dan ada pula yang pahit. Di samping itu, terdapat pula sedikit racun
sianida dan minyak atsiri. Komposisi yang paling dominan terdapat pada ubi kayu ialah
karbohidrat (Syarief dan Irawati, 1988). Adapun komposisi kimia gizi dalam 100 g tepung
tapioka secara umum dapat dilihat pada tabel 2.2.

Komponen Komposisi
Kadar air 11,5 %
Karbohidrat 83,8 %
Lemak 0,9 %
Protein 1,0 %
Serat Kasar 2,1 %
 

Abu 0,7 %
Kadar HCN 29 ppm
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, (2004)
Tabel 2.2. Komposisi zat gizi tepung tapioka per 100 g bahan 

Tepung umbi ialah bentuk kecil hasil pengolahan bahan dengan cara penggilingan
atau penepungan. Perbedaan dengan proses tepung pati terletak pada adanya proses ekstraksi
dengan cara pengepresan. Pemanfaatan pati dari umbi-umbian masih terbatas akibat
kurangnya informasi sifat fisikokimia, dan teknologi prosesnya. Umbi mengandung
karbohidrat tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai tepung umbi, tepung komposit dan tepung
pati (Richana dan Sunarti, 2004).
 

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
 
 
3.1 Rancangan Percobaan
 
3.1.1 Skema Rancangan Percobaan
 
Menghitung
Densitas HCl
 
 
 
Menghitung
Densitas Pati
 
 
 
 
Membuat
Glukosa Standar
 
 
 
Standarisasi larutan
fehling
 
 
 
 
Penentuan kadar awal pati pada
tepung beras (variabel 1) dan tapioka
(variabel 2)
 
 
 
 
Hidrolisa pati (pada 70oC) sebanyak
5 kali pengambilan sampel setiap 5
menit
 
 
 
Titrasi menggunakan glukosa
standar
 
Gambar 3.1. Skema rancangan percobaan
 
 
3.1.2 Variabel Proses
 
a. Variabel Tetap
1. Jenis Katalis : HCl 0,2 N
2. % Suspensi : 6%
 

3. Temperatur operasi 70oC


4. Volume basis 435 ml (l10.903 ml HCl; 398.745 ml aquades dan
25.352 ml tepung)
5. W pati 25.35 gr
b. Variabel Berubah
1. Tepung Beras
2. Tepung Tapioka

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1 Bahan
a. Glukosa Anhidrit
b. Tepung Beras
c. NaOH
 
d. HCl
 
e. Indikator MB
 
f. Fehling A
g. Fehling B
h. Aquades

3.2.2 Alat
 
a. Gelas Ukur h. Pipet tetes b.
Termometer i. Corong
c. Erlemenyer j. Pipet volume d.
Statif dan Klem k. Pengaduk
e. Buret
 
f. Labu Takar
 
g. Rangkaian Alat Hidrolisa Pati
 

3.3 Gambar Alat


 

  Gambar 3.2. Rangkaian Alat Hidrolisa


 
Keterangan:

1. Magnetic stirrer +heater


 
2. Waterbath
 
3. Labu Leher Tiga
 
4. Termometer
 
5. Pendingin Balik
 
6. Klem
 
7. Statif
 
3.4 Prosedur Percobaan
 
1. Persiapan awal
 
a. Menghitung densitas pati ke dalam gelas ukur, 5 ml aquades dimasukkan
 
1gram pati, catat penambahan volume.

b Menghitung densitas HCl. Timbang berat picnometer kosong (m1),


masukkan HCl ke dalam picnometer yang telah diketahui volumenya (V),
timbang beratnya (m2), hitung densitas HCl.
 
2 1

 

 
c. Membuat glukosa standar, Glukosa anhidrit sebanyak 2 gram dilarutkan
dalam 1000 ml aquades.

2. Penentuan Kadar Pati


a. Standarisasi larutan fehling
5 ml Fehling A + 5 ml Fehling B + 15 ml glukosa standar, dipanaskan
sampai mendidih. Setelah mendidih ditambahkan 3 tetes MB, kemudian larutan
dititrasi dengan glukosa standard hingga warna berubah menjadi merah bata.
Catat volume titran (F) yang diperlukan, proses titrasi dilakukan dalam
keadaan mendidih (diatas kompor).

b. Hidrolisa pati
Sebanyak 25.35gram tepung beras, 10.9 ml katalis HCl dan 398.75
ml aquadest dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga suhu
70oC, anggap sebagai t0 diambil sampel sebanyak 20 ml. Kemudian sampel
dinetralkan dengan NaOH (PH = 7). Larutan diambil 5 ml diencerkan sampai
100 ml, diambil 5 ml. Ke dalam Erlenmeyer dimasukkan 5 ml larutan + 5 ml
Fehling A + 5 ml fehling B + 15 ml glukosa standard, kemudian dipanaskan
sampai mendidih. Lalu ditambahkan 2 tetes indikator MB. Kemudian larutan
dititrasi dengan glukosa standard sehingga berubah warna menjadi warna
merah bata. Catat V titran yang dibutuhkan (M). Yang perlu diperhatikan,
proses titrasi dilakukan dalam keadaan mendidih diatas kompor. Pengambilan
sampel dilakukan setiap selang waktu 5 menit sebanyak 5 kali yaitu 20 menit.
(t0=menit ke-0, t1=menit ke-5, t2= menit ke-10, t3=menit ke-15, t4=menit ke-
20). Lakukan hal yang sama untuk variabel 2 yaitu 25.35gram tepung
tapioka, 10.9 ml katalis HCl dan 398.75 ml aquadest.

c. Penentuan kadar pati awal


Sebanyak 25.35gram tepung beras, 10.9 ml katalis HCl dan 398.745
ml aquadest dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga suhu
70oC, selama 1 jam (t0 = 0 menit (ketika suhu 700C; t1 = 1 jam). Setelah itu
larutan didinginkan, diencerkan dengan aquades sampai 500 ml lalu diambil
 

20 ml dan dinetralkan dengan NaOH (Ph=7). Larutan diambil 5 ml diencerkan


sampai 100 ml, diambil 5 ml. Ke dalam erlenmeyer dimasukkan 5 ml larutan
+ 5 ml Fehling A + 5 ml fehling B + 15 ml glukosa standard, kemudian
dipanaskan sampai mendidih. Lalu ditambahkan 2 tetes indikator MB.
Kemudian larutan dititrasi dengan glukosa standard sehingga berubah warna
menjadi warna merah bata. Catat volum titran yang dibutuhkan (M). Yang
perlu diperhatikan, proses titrasi dilakukan dalam keadaan mendidih diatas
kompor. Lakukan hal yang sama untuk variabel 2, yaitu 25.35gram tepung
tepung tapioka, 10.9 ml katalis HCl dan 398.745 ml aquadest. Rumus
penentuan kadar pati awal =

 
Dimana N = 0,002 gr/ml
W = berat pati
 
 
 
Perhitungan kebutuhan reagen:
 
a) Menghitung kebutuhan HCl
 

 
Dimana :
kadar HCl = 0,25 untuk 25%
0,37 untuk 37%
grek HCl = 1
 

b) Menghitung kebutuhan pati


 

 
Dimana :
 

 
 
 

DAFTAR PUSTAKA

Abu Khalaf, A.M., Chemical Engineering Education, 28 (1), 48. 1994.


Agra, I. B., Warnijati, S., Pujianto, B.,1973. Pati Ketela Rambat pada Suhu Lebih dari 100oC,
Forum Teknik, 3.
Astawan, M., 2006. Membuat Mi dan Bihun. Penebar Swadaya : Jakarta.
Bej, Barnali, RK Basu and S N Ash. 2008. Journal of Scientific & Indusrtial Research Kinetic
studies on acid catalysed hydrolysis of starch.Departement of Chemical
Engineering.University of Calcutta.
Charles, E. R, Harold, SM and Thomas K.S., Applied Mathematics in Chemical Engineering
2nd end.,Mc. Graw Hill Book Ltd. 1987, New York.
Chiu, C.-w., & Solarek, D. 2009. Modification of starch. Starch: Chemistry and Technology,
Third Edition ISBN: 978-0-12-746275-2.
Dona, A. C., Pages, G., & Kuchel, P. W. 2010. Digestion of starch:In vivo andin vitro kinetic
models used to characterise. Carbohydrate Polymers 80 (2010) 599–617.
Dianti, R.W. 2010. Kajian Karakteristik Fisikokimia dan Sensori Beras Organik Mentik Susu
dan IR64, Pecah Kulit dan Giling Selama Penyimpanan. [Skripsi]. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta. Hal 5.
Haryadi., 2006. Teknologi Pengolahan Beras.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hasnelly dan Sumartini.,2011. Kajian Sifat Fisiko Kimia Formulasi Tepung Komposit
Produk Organik. Seminar Nasional.PATPI. 75 -379.
Hill, G.C., An Introduction to Chemical Engineering Kinetika and Reactor Design. 2nd ed, John
Willey, New York, N.Y, 1977
Jacobs, H. and J.A. Delcour. 1998. Hydrothermal modifications of granular starch, with
retention of the granular structure: a review. J. Agric. Food Chem. 46(8) : 2895−2905.
Koswara, S. 2009. Teknologi Modifikasi Pati. ebookpangan.com.
Levenspiel. O., Chemical Reaction Engineering 2nd ed, Mc. Graw Hill Book Kogakusha
Ltd, Tokyo, 1970.
Matz, S.A. 1972. Bakery Technology and Engineering. Second Edition. The AVI Publishing
Company. Westport. Connecticut.
Richana, N. dan T. C. Sunarti. 2004. Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung Umbi Dan Tepung
Pati Dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubi Kelapa Dan Gembili. Jurnal Pascapanen. 1 (1) :
29-37.

 
 

Rismayani,2007.Usaha Tani dan Pemasaran Hasil Pertanian. USU-Press, Medan.


Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Stout, Rydberg Jr .,1939.Tropical Forest and Their Crops, Cornell Univ, Ithaca.

Anda mungkin juga menyukai