Radar Dan Navigasi PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Rangkuman Radar dan Navigasi di dalam sistem radar seolah-olah adalah noise tingkat tinggi,

sebagai perkiraan dari suatu target atau berbagai target, atau


 Prinsip Kerja Radar (Blok Diagram) sebagai target yang penting pada clones gema target yang
sah.
- Electromagnetic interference (EMI) adalah gangguan yang
berasal dari sumber lain, seperti radar lain, sistem
komunikasi, dan sesama jammers. EMI ditekan terutama
dengan pencegahan. Pengolahan sinyal bisa mengurangi efek,
tergantung pada bagaimana perbedaan dari sinyal target yang
benar/sah.

 Target Information Extraction


1. Pendeteksi
Pendeteksian menentukan ya atau tidaknya suatu target
untuk ada/hadir. Pendeteksian terpenuhi dengan
Pembangkit Frekuensi menghasilkan sinyal sinkronisasi dan membandingkan sinyal gangguan terhadap suatu gangguan
frekwensi yang diperlukan oleh sistem. Prinsip kerja radar threshold.
dibagi ke dalam 2 mode, yaitu :

Pemancaran Sinyal Elektromagnetik (Tx)


Tahap ini pembangkit frekuensi pada sisi transmitter
menghasilkan sinyal sinkronisasi (radio) yang ditembakkan ke
segala arah yang akan mengenai target. Saat mengenai target
sinyal akan memantul dan menghasilkan sinyal echo. Sinyal
echo tersebut akan terpantul dan diterima oleh antenna.
2. Lokasi Posisi Target
Penerimaan Sinyal Echo (Rx) Posisi target digambarkan dalam bentuk koordinat bola.
Sinyal echo ditangkap oleh antenna, duplexer merubah Sumbu-Sumbu utama terdiri dari range (R), sudut azimut
system yang awalnya transmite menjadi receiver. Sinyal
diproses oleh receiver guna memperkuat level sinyal gema
untuk proses sistem berikutnya, seperti pengolah sinyal yang Range (jarak) adalah suatu jarak target dari radar, dengan
pada proses ini ada pendeteksian apakah ada target atau mengabaikan arah.
tidak dan memperbaiki(recover) sinyal inti seperti jarak dan Horisontal lokal adalah, untuk radar berpangkalan di darat,
Doppler shift. Lalu masuk ke proses data display yang akan melintasi antena pusat radiasi dan tegak lurus terhadap radius
mengkonversi posisi target pada system koordinat dan bumi yang melintas titik yang sama.
membuat informasi dapat dibaca. Vertikal lokal merupakan satu baris tegak lurus ke horisontal
lokal melalui/sampai referensi ruang radar, yang mana pada
 Sinyal Interferensi umumnya adalah pusat radiasi dari antena.
Sudut azimut adalah sudut beam antenna pada horisontal
local dari beberapa referensi/acuan.
Sudut elevasi adalah sudut antara poros beam antena radar
dengan garis horisontal lokal.

3. Ranging
Ranging terpenuhi dengan mengukur waktu tunda antara
-
radar transmisi dan pendeteksian dari sinyal gema target.
Noise, disebabkan oleh gerakan secara acak pada muatan
Waktu yang biasa diukur dari pusat/central memancarkan
elektric yang terjadi pada temperatur di atas kemutlakan nol,
pulsa ke pusat dari gema yang diterima (pusat ranging), tetapi
tidak dapat dihindari pada penerima radar, dengan sejumlah
adakalanya dari tepi yang terkemuka (menyangkut)
kecil juga dari jalur transmisi, antena, dan dari sumber
memancarkan sinyal ke tepi yang terkemuka (menyangkut)
eksternal, yang terutama matahari.
gema itu (leading-edge ranging).
- Clutter adalah sinyal gema yang tidak dikehendaki berasal
dari laut, cuaca dan daratan. Clutter merupakan suatu sinyal
gema nyata yangmana pada umumnya dihilangkan
berdasarkan pada penggeseran Doppler menjadi berbeda dari
target diinginkan. Seperti : Laut, daratan, dan awan
- Electronic countermeasures (ECM), atau gangguan adalah
gangguan yang disengaja dihasilkan dalam percobaan untuk
mengganggu pendeteksian gema target. ECM boleh bertindak
* Single Target Track (STT), yaitu radar mengikuti satu target
mengabaikan target yang lain. Jalur pada radar STT serta
bentuk sampling yang digunakan target adalah PRF.
 Macam-macam noise
* Spotlight Track, yaitu radar dalam waktu beberapa saat
Macam-macam noise yang terjadi dalam hubungan transmisi:
mengikuti target pertama, kemudian pindah ke target yang
1. Thermal Noise
kedua kemudian pindah kembali ke target yang pertama lalu
2. Intermodulation Noise
ke target kedua, hal ini berlanjut seterusnya. Pada Spotlight
3. Crosstalk Noise
Trck keakuratan yang dihasilkan sedikit lebih akurat apabila
4. Impulse Noise
dibandingkan radar tipe STT hal ini disebabkan karena pada
saat mendeteksi satu target, maka target yang lain tidak
Thermal Noise disebabkan oleh pergerakan elektron. Thermal
diperhatikan.
Noise terjadi pada semua media transmisi / benda.
Rumus umum Thermal Noise: * Multi-Target Track, yaitu radar secara terus menerus
Pn = K T Bw (w) mendeteksi posisi beberapa target, dimana masing-masing
Pn(dB) = - 228,6 dBw + 10 Log T + 10 Log Bw target telah disampling beberapa kali dalam tiap detiknya.
Dimana: Dimana fungsi umum dari radar yaitu untuk mendeteksi suatu
K = Konstanta Boltzman = 1,38 x 10-23 J / K target.
T = Temperatur absolut (K) Multi-Target Track membutuhkan beam antena dimana
Bw = Bandwith frekuensi (Hz) posisinya yang bisa diubah, dan pada saat keadaan normal
Thermal Noise pada penerima dirumuskan sebagai berikut; antena ini dapat di-scan secara elektrik. Untuk bisa
Pn = -228,6 dBw + 10 Log T + 10 Log Bw + NF dB mendeteksi target dengan benar maka salah satu cara yang
dilakukan yaitu dengan menyampling target pada servo radar,
a) Intermodulation Noise terjadi akibat karakteristik dimana target disampling 10 sampai 20 kali per detik.
peralatan transmisi yang tidak linier. Intermodulation Noise
* Track While Scan (TWS), yaitu suatu proses dimana radar
merupakan timbulnya frekuensi-frekuensi lain yang tidak ada
mencari posisi beberapa target setiap kali melakukan scan
pada sinyal inputnya ( merupakan harmonisa-harmonisa
dengan menggunakan peralatan canggih dan perhitungan
interaksi antar
algoritma untuk menentukan keberadaan posisi target. Yang
sinyal inputnya)
menentukan ciri jalur suatu target yaitu setiap per satu detik
Intermodulation Noise dirumuskan sebagai berikut:
atau per 15 detik. Jadi proses penyamplingan yang benar bisa
menentukan posisi suatu target dengan tepat.

Dimana:
 Macam-Macam PRF
K = Koefisien distorsi non linear
Sh = Harga efektif amplitudo komponen harmonisa
a) Low PRF (LPRF)
S = Hargta efektif seluruh sinyal komponen yang dihasilkan
Dalam system LPRF, echo target diterima dari pulsa yang
ditembakkan terakhir sebelum pulsa berikutnya ditembakkan.
b) Impluse Noise merupakan noise yang tidak kontinu:
Sehingga jarak dapat ditentukan, karena jarak dari pulsa
beberapa pulsa (spike) pendek, relatif dengan amplitudo
transmit yang satu jauh waktunya dengan pulsa transmit
tinggi. Impluse Noise Tidak terlalu dalam pentransmisian atau
berikutnya, dan semua pantulan akan kembali sebelum pulsa
hubungan analog, namun berpengaruh besar pada hubungan
baru dipancarkan. Tetapi dalam hal ini ranging menjadi sulit
atau transmisi digital dan transmisi data.
untuk dikenali.
Pergeseran Doppler hamper selalu undersampled pada low
c) Crosstalk Noise ada dua jenis yaitu:
PRF. Sehingga, radar dengan mode low PRF dapat mendeteksi
a. Dapat dimengerti informasinya -> Crosstalk
pergeseran Doppler target. Radar tersebut mampu
b. Tidak dapat dimengerti informasinya -> noise
mendeteksi bahwa target bergerak, namun tidak dapat
mengetahui berapa kecepatan target.
Beberapa penyebab Crosstalk Noise:
1. Redaman antar saluran yang tidak besar b) High PRF (HPRF)
2. Adanya gangguan elektris + magnetis antar saluran High PRF terjadi ketika kecepatan sampling cukup cepat untuk
3. Frekuensi respon alat tidak baik memenuhi pergeseran Doppler dari target. Dengan kata lain
4. Performansi non linier suatu sistem, misalnya FDM analog PRF lebih besar dari dua kali pergeseran Doppler target yang
5. Adanya coupng inductive dan capasitive pada kanal yang mungkin. High PRF disebut juga sebagai pulsa Doppler.
berdekatan Pada umumnya, pulsa dengan PRF yang besar terjadi
Satuan Crosstalk Noise antara lain: manakala PRI yang pendek yang echo target kembali cepat
- dBx sebelum transmitter menembakkan pulsa lagi. Oleh karena
- CU (Crosstalk Unit) itu, jarak adalah sangat rancu dan menentukan jarak pada
high PRF sangat problematic.
 Macam-macam tracking c) Medium PRF (MPRF)
Tracking Radar dibagi menjadi 4 macam yaitu: Jarak dan Doppler “moderately ambiguous‟ pada kelas PRF
ini.
Terlihat jelas bahwa karena terdapat kerancuan pada jarak Digital Limiting CFAR.
dan Doppler, kelas PRF ini memiliki batasan relaif.
Kenyataannya, seperti prosesor data radar, memungkinkan Model lain dari limiting CFAR kadang ditemui pada
RADAR yang menstramisikan bentuk gelombang kode digital,
untuk menanggulangi ambiguitas (deghosting).
kadang kode binary modulasi phasa kedalam sinyal transmisi. Tidak
semua atau kadang seringkali bentuk gelombang phase-coded
digunakan pada proses limiting pada pendeteksian.

Sinyal pantul dapat dibatasi dengan membuang semua


informasi kecuali bagian real dan imajiner dari sinyal ( tanda I dan
Q), Setelah pembatasan sinyal gema dibandingkan dengan N binary
bit dari I dan N dari Q. Tanpa interferensi gema mempunyai kode
binary yang sama dengan sinyal yang ditransmisikan.

Deteksi pada limited phase-coded sinyal dideskripsikan


dengan M dari N proses pada persamaan 1-11 dan 1-12, dimana N
adalah jumlah bit dari urutan kode. Probabilitas noise match
dengan kode pada setiap bit secara tepat sama dengan ½. Jika pada
contoh urutan kode sepanjang 13 bit dan semua 13 bit harus match
untuk detiap deteksi, pobabilitas noise pada criteria ini adalah 2-13
atau 0.000124 (persamaan 1-12). Dengan kata lain, rata – rata
setiap 8192 (213) pulsa akan memproduksi satu pulsa salah.
Amplitude interferensi, karena pembatasan tidak mempunyai efek
pada peringatan kesalahan rata – rata, disebabkan CFAR.

Pada contoh deretan 13 bit mengilustrasikan problem


yang sangat besar dengan digital hard-limiting CFAR. Meski banyak
jumlah bit dalam kode, satu pulsa alarm kesalahan adalah tinggi.
 Limiting CFAR (bab 5) Jelasnya makin banyak bit dalam kode makin rendah Pfa
Sinyal plus high amplitude, interferensi dengan pita lebar  Range-Doppler Ambiguity (bab 6)
dikuatkan pada amplifier pemancar, responnya diman cocok
Range
terhadap interferensi (gambar 1-23a). Penguatan sinyal plus
Untuk mengenali pulsa iluminasi yang mana menyebabkan
interferensi kemudian dibatasi, setelah dibatasi sinyal dan
pantulan/echo, maka konsep dari zona range sangat diperlukan.
interferensi mempunyai ampllitudo yang sama dalam waktu yang
Sebuah echo target disebabkan oleh gelombang transmit terakhir
sama, dan pada area frekuensi yang sama. Selama bandwidth dari
dan yang datang pada radar sebelum gelombang transmit baru
interferensi lebih besar dari sinyal, meskipun ampiludo interferensi
dipancarkan, ini dinamakan berada dalam zona range 1. Target
dalam domain frekuensi lebih kecil dari amplitudo gema. Didalam
terlihat berada dan jarak yang benar adalah sama. Jika ada lebih
bandpass sinyal, terdapat energy interferensi yang lebih kecil
dari satu periode gelombang tetapi ada kurang dari dua periode
daripada energi dari target.
yang dilalui, sebelum sinyal pantulan datang dari gelombang yang
Setelah pembatasan, sisa sinyal plus interferensi
pertama, target berada dalam zona range 2. Jika ada lebih dari dua
melewati filter yang match dengan sinyal (gambar 1-23c dan 1-
periode tetapi kurang dari tiga yang dilalui, maka ini merupakan
23d). Sekarang area domain frekuensi dari sinyal lebih besar
zona range 3 dan selanjutnya.
daripada interferensi, selama bandwidth filter sama, tetapi
amplitude sinyal lebih besar. Dalam domain waktu, amplitude
sinyal adalah lebih besar daripada interferensi.
Jadi ini dan skema pembatasan yang lain bekerja hanya
jika bandwidth dari interferensi lebih besar daripada echo sinyal
target, seperti wide-band noise jamming dan impulse jamming.

Gambar 6.9. Zona-zona Range

Jika bentuk gelombang yang ditransmisikan perodik,


waktu propagasi untuk penjarakkan zona 1 tidak dapat mengatasi
waktu bentuk gelombang kurang dari lebar pulsa (TU).
Dikebanyakan radar, ini merupakan waktu propagasi maksimum
untuk jarak yang tidak rancu. Di dalam zona 1, jarak yang terlihat
sama dengan jarak sebenarnya.
1  Range Doppler Deghosting (bab 6)
TU  PRI   E  PRI 
PRF
Range
dimana: Target dianggap sebagai range yang tidak tepat karena adanya
ambiguitas yang disebut range ghost. Proses menentukan waktu
TU = Waktu propagasi maksimum zona 1 propagasi aktual dengan range dan waktu propagasi yang terbaca
dengan range adalah range deghosting. Target yang berada diluar
PRI = Periode bentuk gelombang zona 1 menunjukan range yang berbeda untuk PRF yang berbeda-
beda pula (lihat gambar dibawah). Kebanyakan radar (tertapi tidak
PRF = Pulsa perulangan dari frekwensi semuanya) mengalami deghosting dalam range menggunakan
fenomena ini dalam pemerosessan mereka.
E = Lebar pulsa yang ditransmisikan

cTU cPRI   E  c
Ru   
2 2 2 PRF

dimana:

Ru = jarak maksimum yang tidak rancu

Persamaan berikutnya memberikan penjelasan hubungan antara


waktu dan jarak propagasi yang tampak/kelihatan, zona range dan
waktu dan jarak yang benar.

Gambar 6.10. Ambiguitas Range dan Perubahan PRF


TA  TP MOD PRI
RA  R MOD c PRI  / 2 Gambar range deghosting langakah 1 dan langkah 2
menunjukkan metoda dari range deghsting. Langkah pertama

TP  TA  nR  1 PRI
adalah mengiluminasikan jarak target dengan menggunakan
beberapa PRF yang berbeda dan mengetes masing-masing
pembagian jarak untuk kemudian dideteksi. Didalam contoh ini,
R  c TP / 2 (6.14) luas PRF dari pembagian jarak adalah sebesar 1 km dan merupakan

R  c TA  nR  1 PRI / 2
angka bilangan bulat dari pembagian jarak di masing-masing
periode bentuk gelombang.
Zona target 1 (target 1 pada jarak 7 km) digambarkan
R  c TA  nR  1 / PRF / 2 pada jarak kelihatan nya sama semua tanpa terkecuali dari semua
PRF. Target di zona lain (target 2 pada jarak 26 km dan target 3
R  RA  c / 2  nR  1 / PRF  pada jarak 42km) mempunyai jarak kelihatan yang berbeda-beda
untuk PRF yang berbeda-beda pula. Pada contoh ini menggunakan
dimana: 8 pulsa dari masing-masing lima PRF yang dipergunakan. Catatan,
target 1 selalu berada pada zona 1 untuk semua PRF, muncul
TA = Waktu propagasi yang terlihat sehabis pulsa pertama setiap penglihatan. Echo atau pantulan dari
target 2 dan target 3 (masing-masing berada diluar zona 1 di semua
TP = Waktu propagasi yang aktual (sebenarnya) PRF) tidak dapat dideteksi sebelum transmitter menembakkan
pulsa untuk waktu ke dua, tiga, empat atau lima. Ini tergantung dari
target atau PRF-nya.
RA = Jarak yang terlihat
Sehabis lima kali look (pengamatan) dari 8 pulsa,
masing-masing look menentukan apa yang telah dibuat dari
R = Jarak yang aktual (sebenarnya) pendeteksian mengenai mana target yang ada pada pembagian
jarak. Skema 3 dari 8 dipergunakan disini, dan ini mencari semua
nR = Zona range (seperti yag telah dijelaskan tiga target untuk setiap PRF. Ringkasan dari lima PRF ini demikian
telah dibuat. Untuk contoh 3 dari 8 kali scan untuk PRF 1
diatas)
menggambarkan target verada di bin 7, 11 dan 12. Untuk jarak
PRF = Frekwensi perulangan dari bentuk gelombang penglihatannya 7, 11 dan 12 km. Target yang dideteksi dengan
menggunakan PRF 2 pada jarak penglihatannya dari 2, 6 dan 7 km
iluminasi dan selanjutnya. Pada point ini, sistem tidak mengetahui
dimanakah target beradapada range bin, ini hanya mengetahui
PRI = Periode dari gelombang yang ditrasmisikan pendeteksian telah dibuat dibeberapa bin. Dengan kata lain, ini
(berbanding terbalik dari PRF) tidak mengetahui target 1 dari target2 dari target 3. Catatan untuk
PRF 5 (11.530 pps), target 2 berada pada blind range dan pada PRF
2 dan PRF 3 memberikan identifikasi hasil baik dari kedua target
Operator MOD telah dijelaskan pada bagian 6.1. (target 2 dan target 3) telah bertukar posisi. Target diidentifikasikan
dengan angka untuk meyakinkan posisi bagi pembaca.
Untuk mempunyai hasil yang tetap perlu menunggu Metoda yang lain dari permasalahan range deghosting
semua echo sebelum memulai grup PRF selanjutnya, iluminasi dan ada. Satu metoda yang mudah adalah skema untuk radar penjejak
frekwensi receiver dapat berubah antara grup-grup. Ini juga satu target yang digambarkan nanti dalam bab ini. Radar dan model
membantu permasalahan dalam Doppler deghosting. Ini akan ini hanya berkerja dengan satu target dan sedikit range bin yang
didiskusikan nanti dalam bagian bab ini. digunakan pada waktu yang ditetapkan.
Pada langkah kedua, hasil pendeteksian dari langkah
pertama disusun seperti pada gambar yang dilihat. Dari atu periode Pergeseran Doppler diukur secara rancu jika criteria
diulang dengan waktu yang cukup untuk memperluas jarak dari nol sampling Nyquist tidak dilakukan, sebagaimana yang terjadi pada
ke jarak maksimum dari peralatan radar, menempatkan low PRF. Tetapi ambiguitas Doppler dapat diatasi, tekniknya mirip
pendeteksian dari masing-masing jarak yang ambigu. Perluasan dengan range deghosting. Dengan mengamati target pada PRF yang
jarak bin pada sistem diuji bin per bin dari jarak nol sampai ke jarak berbeda, mencatat pergeseran Doppler yang muncul satu dengan
maksimum peralatan. Di contoh ini, jika pendeteksian ada dalam lainnya dan mencoba untuk bekerja di luar ambiguitas.
sebuah jarak yang khas pada range bin untuk 3 dari 5 (3 dari 5 kali Daerah doppler ada, sama halnya mencakup zone. Ada suatu
pendeteksian), sebuah target diasumsikan berada dalam bin nomor daerah Doppler, yang dapat menjadi beberapa bilangan
tersebut. Target dengan demikian dinyatakan pada bin 7, 26 dan integer (negatif, nol, atau positif), dihubungkan dengan setiap
42. Pada masing-masing bin luasnya adalah 1 km, dengan 3 target target. Doppler sebenarnya adalah:
pada jarak 7 km, 26 km dan 42 km. f d  f A  n D .PRF
Skema ini berkerja dengan baik untuk angka yang
terbatas. Dengan banyaknya pendeteksian dilakukan, probabilitas
naik hingga kriteria deghosting menjadi salah, menghasilkan target dimana:
yang salah pada suatu jarak dimana target tidak ada. Walaupun nD = nomor daerah Doppler, suatu bilangan integer yang
dengan angka dari target terbatas, beberapa kasus ada dari suatu bisa negative, nol atau positif.
pendeteksian menghasilkan alarm palsu (false alarm). Persamaan 6.23 menunjukkan problem yang sama
Pemecahannya dengan meningkatkan jumlah PRF, kita harus hati- dengan range; tidak terjadi bagaimana banyaknya PRF yang
hati terhadap penentuan nilainya. Simulasi komputer dari digunakan, akan selalu ada satu lagi yang tak dikenal dibanding
kombinasi variasi PRF sangat membantu dalam pembuatan PRF. penyamaan. Seperti dengan range, jika ada PRF yang tepat dan
Keuntungan untuk mengganti frekwensi transmisi tidak begitu banyak target, sebuah solusi unik dari semua alas an
adalah pada sama waktu berubahnya PRF, jadi target tersisa dari pergeseran Doppler yang sebenarnya dapat ditemukan.
satu PRF tidak akan mengkontaminasi pengukuran yang telah
dibuat oleh sample rata-rata selanjutnya.  Tracking metode sudut kerucut (bab 7) 335
Dengan menggunakan pendekatan secara analisa,
pemerosessan penyelesaian masalah kerancuan terdiri atas Untuk proses tracking yang benar yaitu setiap sinyal
R  RA  c / 2   nR  1 / PRF  ( TP  TA  nR  1 PRI ) frekuensi yang terdeteksi (di-scan) maka sinyal tersebut minimal
untuk tiap PRF dan menyelesaikan secara simultan harus disampling sebanyak 4 kali yaitu dua pada waktu sampling
untuk jarak yang benar. Menguji persamaan diatas menimbulkan azimuth dan dua pada waktu elevasi. Sinyal antena diatur secara
sebuah permasalahan. Yang diketahui pada persamaan ini adalah mekanik yaitu dengan membalik atau memutar sinyal pada antena
jarak yang terlihat (perhitungan berdasarkan tiap-tiap PRF), PRF secara bertahap (per step) atau secara elektronik dengan
dan kecepatan propagasi. Yang tidak diketahui adalah jarak menggeser phasa seperti ditunjukkan pada gambar 9.
sesungguhnya dan zona rangenya. Untuk satu PRF terdapat satu
Sejumlah squint seperti gain beam pada sumbu antena
persamaan dan dua tidak diketahui. Untuk dua PRF, terdapat dua
dikurangi dari gain puncak antar 3 sampai 6 dB. Jika beam transmit
persamaan dan tiga tidak diketahui (jarak sesungguhnya dan zona
dan beam receive di-scan kedua-duanya, maka rugi-rugi gain two-
rangenya). Tidak berdasarkan beberapa banyak PRF yang
way pada crossover menjadi berlipat ganda (dalam dB) dari rugi-
digunakan, akan selalu atau lebih persamaan yang tidak dapat
rugi one-way. Untuk mencapai crossover 3 dB (untuk one-way, 6 dB
diketahui.
untuk two-way) memerlukan sudut squit sekitar ½ beamwidth 3 dB.
Berdasarkan perhitungan aljabar kuno, sistem tidak
Gambar berikut menunjukkan squint pada 3 dB.
dapat dipecahkan dan kita tidak akan pernah bisa menemukan
jarak sesungguhnya. Itu tidak sesunguhnya benar. Zona range Squint Loss disebabkan karena tidak ada pendeteksian tegangan
adalah angka natural (bilangan bulat lebih besar dari nol) dan jarak puncak pada gain antena. Losses ini ditentukan oleh squint angle
sesungguhnya terbatas berdasarkan jarak yang dihasilkan peralatan dan ada tidaknya sinyal yang dipancarkan. Squint -6 dB hal ini
radar. Berdasarkan pembatasan ini, dapat dimungkinkan pemilihan berarti mempunyai error gradient yang lebih besar dari pada squint
PRF yang mana yang dapat mengatasi permasalahan kerancuan loss.
dengan sebuah probabilitas tinggi yang sangat benar. Dari
permasalahan ini pembuat radar harus yakin atau menjamin bahwa
cukup banyaknya PRF dan nilai PRF adalah angka yang cukup
beralasan dari target untuk mengatasi probabilitas kesalahan zona
angat kecil. Tujuan dari pembuatan PRF adalah harus dapat
mempunyai hanya satu penyelesaian yang beralasan. Untuk
contoh, data dapat diberikan target pada posisi 12 mil atau 200.012
mil, dimana hanya 12 mil lah penyelesaian yang beralasan dan
untuk semua maksud perkerjaan adalah memberikan hasil yang
benar. Target yang banyak dan sedikit PRF secara sangat
meningkatkan probabilitas dari lebih satu penyelesaian beralasan
Gambar 10 Blok Diagram Sistem Scan Kerucut
yang ada dan kita akan mendapatkan false alarm. Analisa ini
tergantung dari dari penglihatan buku ini, tetapi lebih baik
memberikan pemecahan numerik menggunakan simulasi
komputer.
Gambar 10 merupakan diagram blok dari sistem scan mendeteksi target dengan tepat. Dalam suatu kasus antena beam
kerucut error. Scan generator menyebabkan beam squint untuk dapat mendeteksi lebih dari satu target, dimana target yang
men-scan dalam bentuk pola lingkaran dan pada waktu yang sama diinginkan harus ditentukan lebih dulu dan target yang tidak sesuai
menghasilkan sinyal sinus (referensi dari scan) yang bervariasi dengan kriteria di abaikan. Proses ini disebut dengan Gating dan
kemudian phasanya terkunci untuk proses scan dimulai. Dalam hal dapat dilihat pada gambar 3. pada prinsipnya penyeleksian
ini digambarkan, puncak positif dari mulai diukur ketika beam didasarkan atas sinyal datang yang berasal dari target. Jika sinyal
squint diatas poros, negatie zero berpindah ketika dibawah poros, diperoleh maka sinyal akan diterima dan diproses. Pemilihan
positif nol berpindah ketika beam squint berada dikanan dan waktunya didasarkan pada daerah cakupannya dan dijelaskan pada
puncak negativ ketika di bawah poros. Referensi Scan digunakan bagian 5. Penentuan frekuensi pada Tracker Doppler atau
untuk mendemodulasi error. percepatan tracker akan dijelaskan pada bagian 6

Scan Rate: Standarisasi dari scan kerucut ditentukan dengan sinyal


sampling dan mekanisme untuk membangkitkan sinyal scan. Paling
sedikitnya harus ada empat target yang diterima dalam
menyecannya. Oleh karena itu kecepatan scan maksimum adalah ¼
PRF. Berdasarkan kriteria Nyquist, rata-rata kecepatan scan yang
diatur oleh mekanisme scan. Dua digunakan untuk penentuan error
azimuth dan dua untuk penentuan error elevasi. Mechanical scan
memerlukan waktu yang lebih lama apabila dibandingkan dengan
electrical scan dan dengan kecepatan 30 kali scan per detiksehingga
keakuratannya bisa diperoleh.

 Blok diagram system tracking (333)


Dalam mode tracking otomatis, sistem menggunakan informasi
yang diperoleh dari antena, penerima, dan sirkuit tracking. Untuk
menggerakkan beam antena sehingga titik sumbunya dalam arah
target. Kebanyakan juga menggunakan sirkuit pewaktu untuk
mengikuti objek dalam delay waktu (jarak tracking). Beberapa
radar juga melakukan track kecepatan. Blok diagram dari tracking
radar ditunjukkan dalam gambar 2.

Gambar 2 : Blok diagram sistem tracking


(Byron Edde, 1993)

Error angular harus dikembangkan dari hanya satu target pada satu
waktu, jika tidak sistem tidak akan secara akurat mentrack target
yang diinginkan. Dalam kasus-kasus dimana lebih dari satu target
dihadirkan pada beam antena, target yang diinginkan harus
diseleksi dan target yang lain ditolak berdasarkan beberapa kriteria.
Proses ini, dinamakan gating, ditunjukkan dalam gambar 3.
Biasanya seleksinya dibuat berdasarkan waktu kedatangan sinyal
(Doppler gating). Jika sinyal digating, sebuah mekanisme harus
dilakukan untuk membangkitkan dan memodifikasi gatenya. Seleksi
waktu dilakukan dalam jarak tracker atau ranging machine,
dijelaskan di bagian 5. Penyeleksian frekuensi kemudian
disempurnakan dalam Doppler tracker, atau velocity tracker.
Tracking radar diklasifikasikan berdasarkan cara untuk
mendapatkan error sudut, dengan tipe yang prinsipil seperti
peninjauan secara conical (connical scan), lobing, perbandingan
amplitudo monopulsa, dan perbandingan fasa mopulsa.
Kesalahan sudut bisa diperoleh dari sebuah target pada waktu
tertentu, jika hal ini tidak terjadi maka sistem tidak dapat

Anda mungkin juga menyukai