Makalah KGD Aritmia
Makalah KGD Aritmia
Makalah KGD Aritmia
Penyusun
i
DAFTAR ISI
B. Tujuan ................................................................................................................. 2
b. Deteksi Aritmia.......................................................................................... .. 9
c. Jenis Aritmia................................................................................................12
d. Penyebab dan Faktor Resiko Aritmia .......................................................... 13
f. Pemeriksan Aritmia.......................................................................................16
g. Penatalaksaan Medis ...................................................................................17
h. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Aritimia..............................................18
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 37
B. Saran ................................................................................................................. 37
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah diketahui bahwa aktivitas irama jantung terletak pada permukaan
jantung dekat muara vena cava superior, yaitu pada atrium kanan.
Kumpulan sel-sel ini disebut SA node yang bertindak sebagai pace maker.
Melalui pace maker ini aktivitas otot jantung secara sinkron memompa
darah ke sirkulasi paru-paru dan ke sirkulasi darah sistemik (ke seluruh
tubuh). Suatu keadaan dimana terjadi kehilangan sinkronisasi yang disebut
sebagai fibrilasi. Fibrilasi dapat terjadi pada atrium maupun ventrikel
dikenal sebagai fibrilasi ventrikel.
Distrirmia atau aritmia dapat diartikan sebagai abnormalitas irama
jantung. Distritmia bisa diakibatkan oleh gangguan otomatisasi, gangguan
hantaran, atau kombinasi keduanya. Ada beberapa macam jenis aritmia,
salah satunya adalah fibrilasi ventrikel. Fibrilasi ventrikel (Ventricular
Fibrillation) adalah kontraksi sangat cepat yang tidak beraturan pada ruang
bawah jantung (ventrikel). Fibrilasi ventrikel merupakan jenis terburuk
dari gangguan irama jantung dan merupakan bentuk serangan jantung.
Pada kondisi fibrilasi ventrikel jantung memompa darah ke seluruh tubuh
pada jantung berkontraksi pada saat yang bersamaan yang menyebabkan
kontraksi jantung menjadi disorganisasi. Kekacauan denyut jantung yang
parah ini biasanya berakhir dengan kematian dalam hitungan menit,
kecuali segera dirawat misalnya implantable cardiac defibrilator (ICD) dan
Resusitasi Kardiopulmoner (CPR).
1
Fibrilasi ventrikel ini merupakan penyebab kematian tersering
mengikuti infark miokard akut. Umumnya merupakan keadaan reversibel
dengan pengobatan yang memadai, dan pengenalannya menjadi dasar
pemantauan kardiak dalam CCU. Faktor resiko termasuk hipokalemi,
ketidak seimbangan asam-basa dan katekolamin seperti adrenalin IV.
Harus dikenali dari kolaps kardiovaskuler dan suatu EKG yang
menunjukkan bentuk kompleks QRS yang kacau. Pengobatan adalah
dengan kardioversi arus searah segera, diikuti lidokain (100 mg dalam 2
menit) dan natrium bikarbonat untuk memperbaiki asidosis metabolik
yang timbul setelah suatu periode henti jantung. Pengobatan oral untuk
mencegah resiko kekambuhan adalah sama seperti pada takikardi
ventrikel.
Bentuk dan ukuran gelombang pada fibrilasi ventrikel sangat bervariasi,
dan tidak terlihat gelombang P, QRS maupun T. Tidak ada depolarisasi
ventrikel yang terorganisasi sehingga ventrikel tidak mampu berkontraksi
sebagai suatu kesatuan. Kenyatannya, ventrikel kelihatan seperti bergetar
dengan sangat cepat dan tidak teratur tanpa menghasilkan curah jantung.
Sehingga tidak ada atau hanya sedikit darah yang dipompa oleh jantung ke
seluruh tubuh. Bentuk fibrilasi ventrikel ada yang kasar (coarse) dan halus
(fine) tergatung pada besarnya amplitudo gelombang fibrilasi.
B. Tujuan
1. Bisa mengetahui apa yang dimaksud aritmia
2. Bisa mengetahui penyebab aritmia
3. Bisa mengetahui bagaimana manajemen pasien aritmia
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price,
1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas
denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan
konduksi (Hanafi, 1996).
5
Gangguan irama jantung dapat di bagi dua:
6
Pengalaman kami seorang pasien diabetes dengan hipertensi melakukan
olahraga berat tiba-tiba saat olah raga ia merasakan se-akan-akan jantungnya
ngadat kebetulan rumah sakit dekat dan ia langsung masuk ruang emergensi
dan ditolong. Pemeriksaan segera dilakukan dengan memasang 10 detektor
ECG(6 di dada an 4 masing-masing di pergelangan tangan dan kaki) dan
ditemukan adanya gangguan serambi jantung yang tidak menguncup(fibrilasi)
jelas dengan adanya resiko terbentuknya bekuan dalam serambi jantung yang
kelak dapat lepas dan menimbulkan stroke.
Kepada pasien diberikan obat-obatan untuk mencegah timbulnya bekuan dan
juga obat untuk menormalkan irama jantung. Keadaan pasien membaik
beberapa hari kemudian. Pemeriksaan ECG sangat membantu untuk
menentukan penyebab gangguan jantung dan pengobatannya.
7
Kedua keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap kerja jantung
memompa darah ke seluruh tubuh.
Bila jantung berdenyut terlalu lambat, maka jumlah darah yang mengalir
di dalam sirkulasi menjadi berkurang, sehingga kebutuhan tubuh tidak
terpenuhi. Hal ini akan menimbulkan gejala seperti mudah capek,
kelelahan yang kronis, sesak, keleyengan bahkan sampai pingsan. Yang
berbahaya, bila jumlah darah yang menuju otak menjadi berkurang
bahkan minimal sehingga terjadi pingsan atau perasaan melayang. Pada
keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan stroke.
8
dilakukan pemutusan/eliminasi sumber takiaritmia dengan menggunakan
panas yang dihasilkan oleh gelombang frekuensi radio. Tingkat
keberhasilan ablasi pada takiartmia yang umum terjadi, sangat tinggi yaitu
sekitar 95%. Dengan resiko yang sangat kecil.
b. Deteksi Aritmia
10
terisi cukup darah, oleh karena itu, hanya sedikit darah yang terpompa
ke seluruh tubuh. Ini dapat mrp aritmia yang serius, khususnya pd
orang dengan penyakit jantung dan mkn berhubungan dg lebih banyak
gejala. Seorang dokter jantung sebaiknya mengevaluasi aritmia ini.
9. Ventricular fibrilasi. Letupan impuls yang tidak teratur dan tidak
terorganisir yang berasal dari ventrikel. Ventrikel gemetar dan tidak
mampu berkontraksi atau memompa darah ke tubuh. Ini merupakan
kondisi emergensi yang harus diterapi dg CPR dan defibrilasi sesegera
mungkin.
10. Long QT syndrome. Interval QT adalah area pd ECG yang
merepresentasikan waktu yang diperlukan otot jantung untuk
berkontraksi dan kemudian relaksasi, atau yang diperlukan impuls
listrik utk meletupkan impuls dan kmd recharge. Jika interval QT
memanjang, ini meningkatkan resiko terjadinya “torsade de pointes”,
suatu bentuk ventricular tachicardia yang mengancam hidup. Long QT
syndrome merupakan suatu kondisi yang diturunkan yang dapat
menyebabkan kematian mendadak pada orang muda. Ini dapat diterapi
dengan obat2 antiaritmia, pacemaker, electrical cardioversion,
defibrilasi, defibrilator/cardioverter implant atau terapi ablasi.
11. Bradiaritmia. Ini merupakan irama jantung yang pelan yang dapat
muncul dari kelainan pada sistem konduksi listrik jantung. Contohnya
adalah sinus node dysfunction dan blok jantung.
12. Sinus node dysfunction. HR yang lambat yang disebabkan oleh SA
node yang abnormal. Diterapi dengan pacemaker.
13. Blok jantung. Suatu penundaan (delay) atau blok total impuls listrik
ketika berjalan dari sinus node ke ventrikel. Blok atau delay dapat
terjadi pada AV node atau sistem HIS purkinje. Jantung berdenyut
ireguler dan sering lebih lambat. Jika serius blok jantung perlu diterapi
dengan pacemaker.
11
c. Macam-Macam Aritmia
1) Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada
ECG adalah : laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama
teratur dan ada gelombang P tegak disandapan I, II dan aVF.
2) Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada
ECG adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang
p tgak disandapan I,II dan aVF.
12
d. Penyebab dan factor resiko gangguan irama jantung
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1) Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
2) Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme
arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3) Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan
obat-obat anti aritmia lainnya
4) Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5) Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung
6) Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7) Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8) Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9) Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10) Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung).
13
4) Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan
hormon tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur sehingga
menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup
melepaskan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi
(bradycardia).
5) Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine
dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.
6) Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas
dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
7) Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi
akan meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula
darah rendah (hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.
8) Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur.
Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat
tidur dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.
9) Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut
elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada
jantung.
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan
kontribusi terhadap terjadinya aritmia jantung.
14
10) Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di
dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak
kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian
otot jantung).
11) Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia
jantung yang lebih serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi
jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian
mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).
15
7) Pingsan
8) Rasa tidak nyaman di dada
9) Lemah atau keletihan (perasaan
10) Detak jantung cepat (tachycardia)
11) Detak jantung lambat (bradycardia)
16
g. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a) Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial
fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial
fibrilasi dan aritmi yang menyertai
anestesi.Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang.
Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia
miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT.
Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b) Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung,
angina pektoris dan hipertensi
c) Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
d) Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)Verapamil,
indikasi supraventrikular aritmia
2) Terapi mekanis
a) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
b) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat.
17
c) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk
mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami
fibrilasi ventrikel.
d) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.
18
o Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
o Kondisi psikososial
Pengkajian fisik
o Aktivitas : kelelahan umum
o Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin
tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi
ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal
pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila
curah jantung menurun berat.
o Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
o Makanan/cairan: hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan,
perubahan kelembaban kulit
o Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
o Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat
hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
o Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk,
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
o Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus
otot/kekuatan
j. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.
19
3. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
inadekuat suplay oksigen ke jaringan.
4. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan.
5. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi/salah
pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
k. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :
Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang
dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin
adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa.
Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.
Intervensi :
a. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi,
keteraturan, amplitudo dan simetris.
Rasional : Perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi
menunjukkan efek gangguan curah jantung pada sirkulasi
sistemik/perifer.
b. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya
denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
Rasional : Disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan
pendengaran dari pada dengan palpasi. Pendengaran terhadap bunyi
jantung ekstra atau penurunan nadi membantu
mengidentifikasidisritmia pada pasien tak terpantau.
c. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi
jaringan.
20
Rasional : Meskipun tidak semua disritmia mengancam hidup,
penanganan tepat untuk mengakhiri disritmia diperlukan pada
adanya gangguan curah jantung dan perfusi jaringan.
d. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi;
disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung.
Rasional : Berguna dalam menentukan kebutuhan /tipe intervensi.
e. Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas
selama fase akut.
Rasional : Penurunan rangsang dan penghilangan stress akibat
katekolamin yang menyebabkan / meningkatkan disritmia dan
vasokontriksi dan meningkatkn kerja miokardia.
f. Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres
misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi.
Rasional : Meningkatkan partisipasi klien dalam mengeluarkan
beberapa rasa control dalam situasi penuh stress.
g. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh
wajah mengkerut, menangis, perubahan TD.
Rasional : Sebab nyeri dada bermacam-macam dan tergantung
penyebab disritmia. Namun, nyeri dada dapat menunjukkan
iskemia karena penurunan perfusi miokardia
h. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi.
Rasional : Terjadinya disritmia yang mengancam hidup
memerlukan upaya intervensi untuk mencegah kerusakan iskemia.
i. Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit.
Rasional : Ketidakseimbangan elektrolit seperti kalium,
magnesium dan kalsium, secra merugikan mempengaruhi irama
dan kontraktilitas jantung.
j. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk miokard,
yan menurunkan iritabilitas yang disebabkan oleh hipoksia.
k. Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmia.
21
Rasional : Disritmia umumnya diobati secra simtomatik, kecuali
untuk ventrikel premature, diman dapat diobati secara proliferatik
pada IM akut
l. Siapkan untuk bantu kardioversi elektif.
Rasional : Dapat digunakan pada fibriasi atrial atau disritmia tidak
stabil untuk menyimpan frekuensi jantung normal/menghilangkan
gagal jantung normal.
m. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung.
Rasional : Pacu sementara mungkin perlu untuk meningkatkan
pembentukan impuls dan maenghambat takidisritmia.
n. Masukkan/pertahankan masukan IV.
Rasional : jalan masuk paten diperlukan untuk pemberian oba
darurat.
o. Siapkan untuk prosedur diagnostik invasive.
Rasional : Diagnosa banding berdasarkan penyebab mungkin
diperlukan untuk membuat rencana pengobatan yang tepat.
p. Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrillator.
Rasional : Alat ini melalui pembedahan ditanam pada pasien
dengan disritmia berulang yang mengancam hidup meskipun diberi
obat terapi secara hati-hati.
22
gerakan atau berbaring dan hilang dengan duduk
tegak/membungkuk.
b. Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan mis:
perubahan posisi, masasage punggung, kompres hangat dingin,
dukungan emosional.
Rasional : untuk menurunkan ketidaknyamanan fisik dan
emosional pasien.
c. Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
Rasional : mengarahkan perhatian, memberikan distraksi dalam
tingkat aktivitas individu.
d. Berikan obat-obatan sesuai indikasi nyeri.
Rasional : untuk menghilangkan nyeri dan respon inflamasi.
23
a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas.
Rasional : Dapat mempengaruhi aktivitas curah jantung.
b. Pantau frekuensi jantung, TD, pernapasan setelah aktivitas.
Rasional : Membantu menentukan derajat kompensasi jantung dan
pulmonal, penurunan TD, takikardi,disritmia dan takipneu adalah
indikatif dari kerusakan toleransi terhadap aktivitas.
c. Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai
indikasi.
Rasional : Meningkatkan resolusi inflamasi selama faseakut dari
perikarditis/endokarditis.
d. Bantu pasien dalam program latihan aktivitas.
Rasional : Saat inflamasi/ kondisi dasar teratasi, pasien mungkin
mampu melakukan aktivitas yang diinginkan.
24
c. Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh
kelemahan, perubahan mental, vertigo.
Rasional : disritmia dapat menurunkan curah jantung
dimanifestasikan oleh gejala gagal jantung.
d. Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat
diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan
bila dosis terlupa.
Rasional : informasi perlu untuk pasien dalam membuat pilihan
berdasarkan informasi dan menangani program pengobatan.
e. Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan
berlebihan.
Rasional : bila disritmia ditangani dengan tepat, aktifitas normal
harus dilakukan.
f. Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein.
Rasional : tergantung masalah khusus, pasien perlu meningkatkan
diet kalium, seperti saat kalium menurun karena penggunaan
diuretik.
g. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk
dibawa pulang.
Rasional : instruksi tulisan membantu pasien dalam kontak tak
langsung dengan tim kesehatan.
h. Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat.
Rasional : observasi secara terus menerus memberikan intervensi
berkala untuk menghindari komplikasi berkala.
i. Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu
jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis.
Rasional : meningkatkan perawatan secara mandiri, memberikan
intervensi berkala untuk mencegah komplikasi serius
j. Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan
karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu.
25
Rasional : kadang kadang prosedur ini perlu pada beberapa pasien
untuk memperbaiki irama teratur /curah jantung pada situasi
darurat.
(Idioventrikular Rhytm)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi 20 - 40 x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar or lebih dari normal
(Accelerated Idioventrikular)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi antara 40 - 100 x/menit
Tidak ada gel P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal, RR interval regular
26
(Ventrikel Takikardia/ VT)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi 100-250x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal
(VT Polymorphic)
Ciri-cirinya :
Irama regular irregular
Lainya sama dengan VT.
(ventrikel Fibrilasi/VF)
Ciri-cirinya :
Irama chaotic atau kacau balau
No denyut jantung.
27
a. SA Node
( Sinus Bradikardia)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai
bentuk sama dalam 1 lead panjang.
Frekwensi (HR) dibawah 60x/menit
Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.
(Sinus Takikardia)
Ciri-cirinya):
Sama dengan sinus bradikardia, yang membedakanya adalah frekwensi
jantung (HR) lebih dari 100x/menit.
(Sinus Aritmia)
Ciri-cirinya :
Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang membedakannya adalah pada
sinus aritmia iramanya tidak teratur karena efek inspirasi & ekspirasi.
28
(Sinus Arrest)
Ciri-cirinya:
Gel P dan komplek QRS normal
Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang muncul.
Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.
(Sinus Blok)
Ciri-cirinya :
Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap tanpa adanya gelombang yang
muncul, dimana jarak gapnya 2 kali dari RR interval.
b. Junctional Region
(Junctional Rhytm)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya 40-60 x/menit
29
Gelombang P bisa tidak ada, bisa terbalik (tidak bakal positip)
Kompleks QRS normal
Kalau frekwensinya lebih dari 40x/menit dinamakan slow junctional rhytm.
(Junctional Takikardia)
Ciri-cirinya:
Sama dengan junctional rhytm, bedanya frekfensi atau HR pada junctional
takikardia lebih dari 100 x/menit
.
(Accelerated Junctional)
Ciri-cirinya :
Sama dengan junctional rhytm, bedanya frekwensi atau HR pada accelerated
junctional antara 60-100 x/menit.
30
Ciri-cirinya :
Irama tidak teratur
Ada premature beat sebelum waktunya, dengan adanya gel P yang terbalik
atau tidak adanya gel P.
(JunctionalEscapeBeat)
Ciri-cirinya :
Irama irregular
Komplek QRS normal
Pada EKG normal yang seharusnya muncul normal beat pada beat berikutnya,
tapi impuls normal diambil alih oleh juction region sehingga tampak pada
EKG tidak adanya gel P, misalkan ada gel P tapi bentuknya akan terbalik.
31
AV Blok first Degree
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Gel P normal, PP interval regular
32
PR interval mengalami perpanjangan, mulai dari normal PR interval dan
memajang pada beat berikutnya, sampai ada gel P yang tidak diikuti komplek
QRS, kemudian kembali lagi ke normal PR interval dan seterusnya.
Misalkan awalnya PR interval 0,16 detik, kemudian memanjang dibeat
berikutnya 0,22 detik, terus memanjang lagi menjadi 0,28 detik, lalu ada gel P
yang tidak diikuti oleh QRS, setelah itu kembali lagi ke normal PR interval
yaitu 0,16 detik, dan seterusnya.
33
lainya karena gel P juga ikut tertanam di komplek QRS, RR interval regular.
Gel P normal, kadang bentuknya beda karena tertanam di komplek QRS.
C. Otot Atrium
(PAC or AES)
Ciri-cirinya :
Anda perhatikan normal gel P yang berasal dari SA node, gel P yang
berasal dari otot atrium tidak sama dengan gel P yang berasal dari SA
node. PAC (premature atrial contraction)or AES ( atrial ekstra sistole)
yaitu gel P yang muncul sebelum waktunya dan bentuk gelombangpun
beda dengan normal gel P yang berasal dari SA node. Kalau anda temukan
gel P yang berbeda dan muncul persis sama dengan waktu yang
seharusnya, ini dinamakan Atrial escape beat.
34
(AtrialFlutter)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Ciri utama yaitu gelombang P yang mirip gigi gergaji (saw tooth).
(AtrialTakikardia)
Ciri-cirinya
Irama teratur
Komplek QRS normal
PR interval <0,12detik dan
Frekwensi jantungnya > 150x/menit
Apabila gambaran EKG dari normal tiba tiba berubah menjadi Atrial
takikardia maka gambaran ini dinamakan paroksimal atrial takikardia (PAT).
35
(MultifocalAtrialTakikardia)
Ciri-cirinya :
Irama irreguler
Kadang mirip dengan atrial fibrilasi, tapi pada MAT gel P masih terlihat dan
tiap beat bentuk gelombang P nya berbeda (minimal 3 macam).
Frekwensi > 100x/menit, PR intervalpun bervariasi, normal komplek QRS.
(WanderingAtrialPacemaker)
Ciri-cirinya :
Sama dengan multifokal atrial takikardia, hanya pada wandering pacemaker
HR nya normal.
36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai aritmia di atas dapat ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh
konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia
timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.
Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price,
1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas
denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan
konduksi (Hanafi, 1996).
2. Penyebab Aritmia adalah Peradangan jantung, misalnya demam
reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi). Gangguan
sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Berdasarkan penyebabnya, meningitis dibagi menjadi dua, yaitu
meningitis purulenta dan meningitis serosa.
B. Saran
Dengan terselesaikannya Makalah Asuhan Keperawatan dengan Aritmia
ini diharapkan bagi mahasiswa keperawatan agar lebih bisa
mengidentifikasi dan membedakan gejala Aritmia dengan gejala penyakit
yang ada pada jantung.
37
DAFTAR PUSTAKA
38