Makalah KGD Aritmia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN IRAMA JANTUNG


(ARRHYTHMIA)
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah keperawatan Gawat Darurat
Dosen : Ns. Supriyadi, Skep

Di Susun Oleh : Kelompok 2


Chandra putra
Fatiyah Nurhajjah
Kurniati

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ichsan Medica Center Bintaro


Program studi S1 Keperawatan Ekstensi
Tangerang Selatan Tahun 2018 – 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabil’alamin saya panjatkan atas kehadiran Allah


Subhanahu Wata’alla yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya , sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : “Keperawatan Gawat
Darurat“. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Management Keperawatan. Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama proses penyusunan makalah ini.

Tangerang Selatan, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 2

B. Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3

A. Anatomi Fisiologi Jantung ................................................................................. 4

B. Gangguan Irama Jantung ................................................................................... 4

a. Pengertian Irama Jantung ............................................................................. 4

b. Deteksi Aritmia.......................................................................................... .. 9

c. Jenis Aritmia................................................................................................12
d. Penyebab dan Faktor Resiko Aritmia .......................................................... 13

e. Tanda dan Gejala Aritmia............................................................................ 15

f. Pemeriksan Aritmia.......................................................................................16
g. Penatalaksaan Medis ...................................................................................17
h. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Aritimia..............................................18

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 37

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 37

B. Saran ................................................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 38

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telah diketahui bahwa aktivitas irama jantung terletak pada permukaan
jantung dekat muara vena cava superior, yaitu pada atrium kanan.
Kumpulan sel-sel ini disebut SA node yang bertindak sebagai pace maker.
Melalui pace maker ini aktivitas otot jantung secara sinkron memompa
darah ke sirkulasi paru-paru dan ke sirkulasi darah sistemik (ke seluruh
tubuh). Suatu keadaan dimana terjadi kehilangan sinkronisasi yang disebut
sebagai fibrilasi. Fibrilasi dapat terjadi pada atrium maupun ventrikel
dikenal sebagai fibrilasi ventrikel.
Distrirmia atau aritmia dapat diartikan sebagai abnormalitas irama
jantung. Distritmia bisa diakibatkan oleh gangguan otomatisasi, gangguan
hantaran, atau kombinasi keduanya. Ada beberapa macam jenis aritmia,
salah satunya adalah fibrilasi ventrikel. Fibrilasi ventrikel (Ventricular
Fibrillation) adalah kontraksi sangat cepat yang tidak beraturan pada ruang
bawah jantung (ventrikel). Fibrilasi ventrikel merupakan jenis terburuk
dari gangguan irama jantung dan merupakan bentuk serangan jantung.
Pada kondisi fibrilasi ventrikel jantung memompa darah ke seluruh tubuh
pada jantung berkontraksi pada saat yang bersamaan yang menyebabkan
kontraksi jantung menjadi disorganisasi. Kekacauan denyut jantung yang
parah ini biasanya berakhir dengan kematian dalam hitungan menit,
kecuali segera dirawat misalnya implantable cardiac defibrilator (ICD) dan
Resusitasi Kardiopulmoner (CPR).

1
Fibrilasi ventrikel ini merupakan penyebab kematian tersering
mengikuti infark miokard akut. Umumnya merupakan keadaan reversibel
dengan pengobatan yang memadai, dan pengenalannya menjadi dasar
pemantauan kardiak dalam CCU. Faktor resiko termasuk hipokalemi,
ketidak seimbangan asam-basa dan katekolamin seperti adrenalin IV.
Harus dikenali dari kolaps kardiovaskuler dan suatu EKG yang
menunjukkan bentuk kompleks QRS yang kacau. Pengobatan adalah
dengan kardioversi arus searah segera, diikuti lidokain (100 mg dalam 2
menit) dan natrium bikarbonat untuk memperbaiki asidosis metabolik
yang timbul setelah suatu periode henti jantung. Pengobatan oral untuk
mencegah resiko kekambuhan adalah sama seperti pada takikardi
ventrikel.
Bentuk dan ukuran gelombang pada fibrilasi ventrikel sangat bervariasi,
dan tidak terlihat gelombang P, QRS maupun T. Tidak ada depolarisasi
ventrikel yang terorganisasi sehingga ventrikel tidak mampu berkontraksi
sebagai suatu kesatuan. Kenyatannya, ventrikel kelihatan seperti bergetar
dengan sangat cepat dan tidak teratur tanpa menghasilkan curah jantung.
Sehingga tidak ada atau hanya sedikit darah yang dipompa oleh jantung ke
seluruh tubuh. Bentuk fibrilasi ventrikel ada yang kasar (coarse) dan halus
(fine) tergatung pada besarnya amplitudo gelombang fibrilasi.

B. Tujuan
1. Bisa mengetahui apa yang dimaksud aritmia
2. Bisa mengetahui penyebab aritmia
3. Bisa mengetahui bagaimana manajemen pasien aritmia

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Dan Fisiologi Jantung


System kardiovaskuler terdiri atas 3 bagian yang saling
mempengaruhi yaitu jantung, pembuluh darah, dan darah. Interaksi antara
ketiganya dibawah kendali system syaraf dan hormone untuk
mempertahankan keseimbangan dinamis oksigen dalam sel. Jantung
adalah organ yang mensirkulasi darah teroksigenasi keparu untuk
pertukaran gas. Terpisahnya ruangan dalam jantung mencegah terjadinya
percampuran antara daerah yang menerima darah yang tidak teroksigenasi
dari vena cava superior dan vena cava inferior dan system coroner.
Gangguan aliran dalam jantung mengakibatkan oksigenasi tidak adekuat,
darah arteri dan vena yang tercampur mengakibatkan perfusi sel
berkurang.
System sirkulasi
1. Sirkulasi paru (Pulmonalis)
Darah dari jantung (ventrikel kanan) melalui arteri pulmonalis masuk
ke paru vena pulmonalis masuk ke jantung (atrium kiri).
2. Sirkulasi sistemik
Darah dari sirkulasi sistemik melalui vena cava superior dan vena cava
inferior masuk ke atrium kanan ventrikel kanan melalui katub
trikuspidalis transcuspulmonalis melalui katub smilunaris pulmonal
arteri pulmonalis paru (terjadi pertukaran gas) vena pulmonalis atrium
kiri ke ventrikel kiri melalui katub mitral dari ventrikel kiri ke aorta
melalu katub aorta lalu keseluruh tubuh.
3. Sirkulasi koronari
Arteri koroner berawal dari basis aorta acendens. Untuk menjamin
pasokan darah ke jantung, arteri koroner memiliki banyak anastomosis
hambatan pada sirkulasi koroner, apakah karna spasme atau sumbatan,
akan menimbulkan ischemia miokard dan bila tidak diatasi akan terjadi
MCI.
3
Struktur Jantung
Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada
diantara kedua paru. Sel selaput yang mengitasi jantung disebut
perikardium, terdiri atas dua lapisan :
1. Perikardium parietalis (lapisan luar yang melekat pada tulang dada
dan selaput paru)
2. Perikardium viseralis (lapisan permukaan jantung / epikardium )
Diantara lapisan ini, terdapat cairan perikardium yang berfungsi
mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak jantung saat
memompa.

Dinding jantung terdiri atas 3 lapisan otot jantung :


1. Epicardium (paling luar)
2. Myocardium (tengah)
3. Endocardium (paling dalam)

Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh


tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme. Jantung
melaksanakan fungsi terssebut dengan mengumpulkan darah yang
kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru,
dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida
dari jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-
paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

B. GANGGUAN IRAMA JANTUNG (ARRHYTHMIA)


a. Pengertian Aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh
konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia
timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.
Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan

4
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price,
1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas
denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan
konduksi (Hanafi, 1996).

Aritmia jantung (heart arrhythmia)menyebabkan detak jantung


menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung
umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan orang sesekali mengalami
detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang
melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan
gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. . Aritmia
dan HR abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg
HR yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia -
kurang dari 60 per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang
cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit).

Pengobatan aritmia jantung seringkali dapat mengendalikan atau


menghilangkan denyut jantung tidak teratur. Selain itu, aritmia juga
dapat diatasi dengan menjalankan gaya hidup sehat. Tanda dan gejala
aritmia jantung tidak selalu mudah dikenali. Pemeriksaan kesehatan
rutin bisa membantu untuk mendeteksi aritmia lebih dini. Irama jantung
yang tidak teratur dapat juga terjadi pada jantung yang ‘normal dan
sehat.

5
Gangguan irama jantung dapat di bagi dua:

1. Gangguan irama fibrilasi(tidak kuncup)pada serambi beresiko


stroke
2. Gangguan irama fibrilasi (tidak kuncup) pada bilik jantung
berakibat langsung fatal.

Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah "serambi


jantung tidak menguncup" atau fibrilasi-bergetar kecil saja dan hanya
sekali-sekali saja kuncup secara normal dimana yang seharusnya pacu
jantung SA di serambi kiri memberikan pacu untuk serambi jantung agar
menguncup secara teratur tetapi tidak berhasil dan seluruh dinding serambi
hanya bergetar saja tanpa memompa jantung alias ngadat, hal akan sangat
berbahaya dan beresiko untuk terjadinya stroke. Walaupun serambi tidak
menguncup sempurna karena adanya gangguan irama tetapi darah masih
dapat mengalir lambat ke bilik jantung dan selanjutnya dipompakan
keseluruh tubuh.
Kasus-kasus fibrilasi serambi tidak kuncup banyak terjadi Uni Eropah
dan Amerika Serikat, terutama pada mereka yang telah berusia di atas 60
tahun, apalagi bagi yang memiliki usia di atas 80 tahun resiko terjadinya
fibrilasi serambi jantung semakin tinggi dapat terjadi.
Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung maka
akan mengakibatkan kefatalan karena tidak adanya darah yang
dipompakan keluar jantung, dan dengan sekejap saja orang dapat
meninggal. Akibatnya Gangguan Irama pada serambi jantung ini
membahayakan karena sebagai akibat aliran darah yang tidak lancar dalam
serambi jantung dapat terbentuk bekuan darah yang semakin besar dimana
kemudian bekuan ini dapat lepas dan menyangkut di otak serta
menimbulkan stroke. Bekuan darah ini dapat juga lepas dan meyangkut di
ginjal serta menimbulkan gagal ginjal.

6
Pengalaman kami seorang pasien diabetes dengan hipertensi melakukan
olahraga berat tiba-tiba saat olah raga ia merasakan se-akan-akan jantungnya
ngadat kebetulan rumah sakit dekat dan ia langsung masuk ruang emergensi
dan ditolong. Pemeriksaan segera dilakukan dengan memasang 10 detektor
ECG(6 di dada an 4 masing-masing di pergelangan tangan dan kaki) dan
ditemukan adanya gangguan serambi jantung yang tidak menguncup(fibrilasi)
jelas dengan adanya resiko terbentuknya bekuan dalam serambi jantung yang
kelak dapat lepas dan menimbulkan stroke.
Kepada pasien diberikan obat-obatan untuk mencegah timbulnya bekuan dan
juga obat untuk menormalkan irama jantung. Keadaan pasien membaik
beberapa hari kemudian. Pemeriksaan ECG sangat membantu untuk
menentukan penyebab gangguan jantung dan pengobatannya.

a. Bradiaritmia dan Takiaritmia

Berbagai keadaan dapat menimbulkan kelainan pada sistem listrik


jantung. Pada umumnya gangguan sistem listrik jantung akan
menimbulkan perubahan irama jantung menjadi terlalu lambat
(Bradiaritmia, jantung berdenyut kurang dari 60 kali permenit) atau
terlalu cepat (Takiaritmia, jantung berdenyut lebih dari 100 kali
permenit).

7
Kedua keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap kerja jantung
memompa darah ke seluruh tubuh.

Bila jantung berdenyut terlalu lambat, maka jumlah darah yang mengalir
di dalam sirkulasi menjadi berkurang, sehingga kebutuhan tubuh tidak
terpenuhi. Hal ini akan menimbulkan gejala seperti mudah capek,
kelelahan yang kronis, sesak, keleyengan bahkan sampai pingsan. Yang
berbahaya, bila jumlah darah yang menuju otak menjadi berkurang
bahkan minimal sehingga terjadi pingsan atau perasaan melayang. Pada
keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan stroke.

Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan


mengalami kelelahan dan akan menimbulkan gejala-gejala berdebar yang
biasanya disertai perasaan takut karena debaran jantung yang begitu cepat
(sampai lebih dari 200 kali permenit). Pada keadaan yang ekstrim dimana
bilik jantung berdenyut sangat cepat dan tidak terkendali, maka terjadi
kegagalan sirkulasi darah yang bila dilakukan pertolongan cepat dengan
kejut listrik (DC shock) dapat mengakibatkan kematian.

Syukurlah, kebanyakan takiaritmia tidak menimbulkan kematian


mendadak. Akan tetapi tentu harus dipastikan jenis aritmia apa yang
terdapat pada seorang pasien.

Bradiaritmia yang terjadi akibat hambatan transmisi listrik jantung,


umumnya menetap sehingga diperlukan alat bantu yang dapat menjamin
kecukupan frekuensi denyut jantung. Alat tersebut adalah alat pacu
jantung tetap (Permanent Pace Maker, PPM). PPM ditanam dibawah kulit
dada lalu dihubungkan ke jantung melalui sejenis kabel. Hanya
diperlukan operasi kecil dengan bius lokal saja untuk pemasangan PPM.

Takiaritmia, pada umumnya dapat disembuhkan total melalui tindakan


ablasi. Setelah dilakukan tindakan ablasi, pasien terbebas dari penyakit
takiaritmia dan tidak memerlukan obat-obatan lagi. Ablasi adalah
tindakan invasif yang merupakan kelanjutan dari EPS. Pada ablasi

8
dilakukan pemutusan/eliminasi sumber takiaritmia dengan menggunakan
panas yang dihasilkan oleh gelombang frekuensi radio. Tingkat
keberhasilan ablasi pada takiartmia yang umum terjadi, sangat tinggi yaitu
sekitar 95%. Dengan resiko yang sangat kecil.

b. Deteksi Aritmia

Pada dasarnya deteksi aritmia cukup sederhana, yaitu dengan


menggunakan alat perekam irama jantung yang disebut elektrokardiografi
(EKG). Bila pasien datang pada saat ada keluhan-keluhan diatas lalu
dilakukan perekaman EKG, maka dapat diketahui ada tidaknya gangguan
gangguan irama/aritmia jantung. Kadangkala, gejala timbul di rumah dan
ketika sampai di RS gejalanya sudah hilang sehingga pada perekaman
EKG-pun tidak tertangkap aritmia-nya. Oleh karena itu diperlukan
pemeriksaan lain yang lebih komprehensif seperti Holter Monitoring atau
pemeriksaan yang canggih yang disebut Electrophysiology Study (EPS).
Holter monitoring adalah perekaman EKG secara kontinue selama 24-48
jam sehingga memperbesar peluang deteksi aritmia. Bila aritmianya
hanya terjadi sangat jarang maka diperlukan rekaman yang lebih lama.
Kadang dilakukan pemasangan alat kecil dibawah kulit yang disebut
Insertable Loop Recorder (ILR). EPS adalah suatu pemeriksaan invasive
dimana dilakukan perekaman listrik jantung secara langsung pada sistem
listrik jantungnya

Ada beberapa tipe-tipe aritmia

1. Premature atrial contractions. Ada denyut tambahan di awal yg


berasal dari atrium (ruang jantung bagian atas). Ini tidak berbahaya dan
tidak memerlukan terapi.
2. Premature venticular contractions (PVCs). Ini merupakan aritmia
yang paling umum dan terjadi pd orang dengan atau tanpa penyakit
jantung. Ini merupakan denyut jantung lompatan yang kita semua
kadang2 mengalami. Pada beberapa orang, ini bisa berkaitan dengan
stres, terlalu banyak kafein atau nikotin, atau terlalu banyak latihan.
9
Tetapi kadang-kadang, PVCs dpt disebabkan oleh penyakit jantung
atau ketidakseimbangan elektrolit. Orang yang sering mengalami
PVCs dan/atau gejala2 yg berkaitan dgnya sebaiknya dievaluasi oleh
seorang dokter jantung. Namun, pada kebanyakan orang, PVC
biasanya tidak berbahaya dan jarang memerlukan terapi.
3. Atrial fibrilasi (AF). Ini merupakan irama jantung tidak teratur yang
sering menyebabkan atrium, ruang atas jantung, berkontraksi secara
abnormal.
4. Atrial flutter. Ini merupakan aritmia yang disebabkan oleh satu atau
lebih sirkuit yang cepat di atrium. Atrial flutter biasanya lebih
terorganisir dan teratur dibandingkan dengan atrial fibrilasi. Aritmia ini
terjadi paling sering pada orang dengan penyakit jantung, dan selama
minggu pertama setelah bedah jantung. Aritmia ini sering berubah
menjadi atrial fibrilasi.
5. Paroxysmal supraventricular tachycardia (PSVT). Suatu HR yang
cepat, biasanya dengan irama yang teratur, berasal dari atas ventrikel.
PSVT mulai dan berakhir dg tiba2. Terdapat dua tipe utama :
accessory path tachycardia dan AV nodal reentrant tachycardia (lihat
bawah).
6. Accessory pathway tachicardia. HR yang cepat disebabkan oleh jalur
atau hubungan extra yang abnormal antara atrium dan ventrikel.
Impuls berjalan melewati jalur ekstra selain juga melewati rute biasa.
Ini membuat impuls berjalan di jantung dg sangat cepat menyebabkan
jantung berdenyut dg cepat.
7. AV nodal reentrant tachycardia. HR yang cepat disebabkan lebih
dari satu jalur melewati AV node. Ini dapat menyebabkan palpitasi
(jantung berdebar), pingsan atau gagal jantung. Pada banyak kasus, ini
dapat disembuhkan dg menggunakan suatu manuver sederhana yang
dilakukan oleh seorang profesional medis yang terlatih, dg obat2an
atau dengan suatu pacemaker.
8. Ventricular tachycardia (V-tach). HR yang cepat yang berasal dari
ruang bawah jantung (ventrikel). Denyut yang cepat mencegah jantung

10
terisi cukup darah, oleh karena itu, hanya sedikit darah yang terpompa
ke seluruh tubuh. Ini dapat mrp aritmia yang serius, khususnya pd
orang dengan penyakit jantung dan mkn berhubungan dg lebih banyak
gejala. Seorang dokter jantung sebaiknya mengevaluasi aritmia ini.
9. Ventricular fibrilasi. Letupan impuls yang tidak teratur dan tidak
terorganisir yang berasal dari ventrikel. Ventrikel gemetar dan tidak
mampu berkontraksi atau memompa darah ke tubuh. Ini merupakan
kondisi emergensi yang harus diterapi dg CPR dan defibrilasi sesegera
mungkin.
10. Long QT syndrome. Interval QT adalah area pd ECG yang
merepresentasikan waktu yang diperlukan otot jantung untuk
berkontraksi dan kemudian relaksasi, atau yang diperlukan impuls
listrik utk meletupkan impuls dan kmd recharge. Jika interval QT
memanjang, ini meningkatkan resiko terjadinya “torsade de pointes”,
suatu bentuk ventricular tachicardia yang mengancam hidup. Long QT
syndrome merupakan suatu kondisi yang diturunkan yang dapat
menyebabkan kematian mendadak pada orang muda. Ini dapat diterapi
dengan obat2 antiaritmia, pacemaker, electrical cardioversion,
defibrilasi, defibrilator/cardioverter implant atau terapi ablasi.
11. Bradiaritmia. Ini merupakan irama jantung yang pelan yang dapat
muncul dari kelainan pada sistem konduksi listrik jantung. Contohnya
adalah sinus node dysfunction dan blok jantung.
12. Sinus node dysfunction. HR yang lambat yang disebabkan oleh SA
node yang abnormal. Diterapi dengan pacemaker.
13. Blok jantung. Suatu penundaan (delay) atau blok total impuls listrik
ketika berjalan dari sinus node ke ventrikel. Blok atau delay dapat
terjadi pada AV node atau sistem HIS purkinje. Jantung berdenyut
ireguler dan sering lebih lambat. Jika serius blok jantung perlu diterapi
dengan pacemaker.

11
c. Macam-Macam Aritmia
1) Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada
ECG adalah : laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama
teratur dan ada gelombang P tegak disandapan I, II dan aVF.
2) Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada
ECG adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang
p tgak disandapan I,II dan aVF.

3) Komplek atrium premature


Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus
menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu denyut
sinus berikutnya. Gambaran ECG menunjukan irama tidak teratur,
terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P
berikutnya.
4) Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks
atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
5) Fluter atrium
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium
cept dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III
dan atau aVF seperti gambaran gigi gergaji
6) Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah
reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit
7) Komplek jungsional premature
8) Irama jungsional
9) Takikardi ventrikuler

12
d. Penyebab dan factor resiko gangguan irama jantung
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1) Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
2) Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme
arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3) Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan
obat-obat anti aritmia lainnya
4) Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5) Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung
6) Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7) Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8) Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9) Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10) Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung).

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia


jantung atau kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya
adalah:

1) Penyakit Arteri Koroner


Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung
abnormal, kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor
resiko untuk hampir semua jenis aritmia jantung.
2) Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit
arteri koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri
menjadi kaku dan tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di
jantung.
3) Penyakit Jantung Bawaan
Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.

13
4) Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan
hormon tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur sehingga
menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup
melepaskan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi
(bradycardia).
5) Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine
dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.
6) Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas
dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
7) Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi
akan meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula
darah rendah (hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.
8) Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur.
Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat
tidur dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.
9) Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut
elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada
jantung.
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan
kontribusi terhadap terjadinya aritmia jantung.

14
10) Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di
dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak
kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian
otot jantung).
11) Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia
jantung yang lebih serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi
jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian
mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).

e. Tanda Dan Gejala Aritmia


Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu
1) Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak
teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran
urin menurun bila curah jantung menurun berat.
2) Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
3) Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
4) Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5) Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
6) Palpitasi

15
7) Pingsan
8) Rasa tidak nyaman di dada
9) Lemah atau keletihan (perasaan
10) Detak jantung cepat (tachycardia)
11) Detak jantung lambat (bradycardia)

f. Pemeriksaan Gangguan Irama Jantung


1) EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan
konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek
ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2) Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan
untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus
bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3) Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4) Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5) Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan
latihan yang menyebabkan disritmia.
6) Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7) Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung,
adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis,
quinidin.
8) Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid
serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9) Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses
inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10) GDA/nadioksimetri:Hipoksemiadapatmenyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia

16
g. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a) Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
 Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial
fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial
fibrilasi dan aritmi yang menyertai
anestesi.Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang.
 Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia
miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT.
 Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b) Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung,
angina pektoris dan hipertensi
c) Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
d) Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)Verapamil,
indikasi supraventrikular aritmia

2) Terapi mekanis
a) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
b) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat.

17
c) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk
mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami
fibrilasi ventrikel.
d) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.

h. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian
a) Pengkajian primer :
(1) Airway
 Apakah ada peningkatan sekret ?
 Adakah suara nafas : krekels ?
(2) Breathing
 Adakah distress pernafasan ?
 Adakah hipoksemia berat ?
 Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
 Apakah ada bunyi whezing ?
(3) Circulation
 Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
 Apakah ada takikardi ?
 Apakah ada takipnoe ?
 Apakah haluaran urin menurun ?
 Apakah terjadi penurunan TD ?
 Bagaimana kapilery refill ?
 Apakah ada sianosis ?
i. Pengkajian sekunder
 Riwayat penyakit
o Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
o Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit
katup jantung, hipertensi

18
o Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
o Kondisi psikososial
 Pengkajian fisik
o Aktivitas : kelelahan umum
o Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin
tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi
ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal
pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila
curah jantung menurun berat.
o Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
o Makanan/cairan: hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan,
perubahan kelembaban kulit
o Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
o Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat
hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
o Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk,
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
o Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus
otot/kekuatan

j. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.

19
3. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
inadekuat suplay oksigen ke jaringan.
4. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan.
5. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi/salah
pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.

k. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :
 Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang
dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin
adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa.
 Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
 Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.

Intervensi :
a. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi,
keteraturan, amplitudo dan simetris.
Rasional : Perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi
menunjukkan efek gangguan curah jantung pada sirkulasi
sistemik/perifer.
b. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya
denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
Rasional : Disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan
pendengaran dari pada dengan palpasi. Pendengaran terhadap bunyi
jantung ekstra atau penurunan nadi membantu
mengidentifikasidisritmia pada pasien tak terpantau.
c. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi
jaringan.

20
Rasional : Meskipun tidak semua disritmia mengancam hidup,
penanganan tepat untuk mengakhiri disritmia diperlukan pada
adanya gangguan curah jantung dan perfusi jaringan.
d. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi;
disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung.
Rasional : Berguna dalam menentukan kebutuhan /tipe intervensi.
e. Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas
selama fase akut.
Rasional : Penurunan rangsang dan penghilangan stress akibat
katekolamin yang menyebabkan / meningkatkan disritmia dan
vasokontriksi dan meningkatkn kerja miokardia.
f. Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres
misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi.
Rasional : Meningkatkan partisipasi klien dalam mengeluarkan
beberapa rasa control dalam situasi penuh stress.
g. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh
wajah mengkerut, menangis, perubahan TD.
Rasional : Sebab nyeri dada bermacam-macam dan tergantung
penyebab disritmia. Namun, nyeri dada dapat menunjukkan
iskemia karena penurunan perfusi miokardia
h. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi.
Rasional : Terjadinya disritmia yang mengancam hidup
memerlukan upaya intervensi untuk mencegah kerusakan iskemia.
i. Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit.
Rasional : Ketidakseimbangan elektrolit seperti kalium,
magnesium dan kalsium, secra merugikan mempengaruhi irama
dan kontraktilitas jantung.
j. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk miokard,
yan menurunkan iritabilitas yang disebabkan oleh hipoksia.
k. Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmia.

21
Rasional : Disritmia umumnya diobati secra simtomatik, kecuali
untuk ventrikel premature, diman dapat diobati secara proliferatik
pada IM akut
l. Siapkan untuk bantu kardioversi elektif.
Rasional : Dapat digunakan pada fibriasi atrial atau disritmia tidak
stabil untuk menyimpan frekuensi jantung normal/menghilangkan
gagal jantung normal.
m. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung.
Rasional : Pacu sementara mungkin perlu untuk meningkatkan
pembentukan impuls dan maenghambat takidisritmia.
n. Masukkan/pertahankan masukan IV.
Rasional : jalan masuk paten diperlukan untuk pemberian oba
darurat.
o. Siapkan untuk prosedur diagnostik invasive.
Rasional : Diagnosa banding berdasarkan penyebab mungkin
diperlukan untuk membuat rencana pengobatan yang tepat.
p. Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrillator.
Rasional : Alat ini melalui pembedahan ditanam pada pasien
dengan disritmia berulang yang mengancam hidup meskipun diberi
obat terapi secara hati-hati.

2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan


Kriteria hasil :
 Laporkan mulai berkurangnya nyeri dengan segera
 Tampak nyaman dan bebas nyeri
Intervensi
a. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan factor pemberat
dan penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal ketidak nyamanan.
Rasional : Nyeri secara khas terletak subternal dan dapat menyebar
keleher dan punggung. Namun ini berbeda dari iskemia infark
miokard. Pada nyeri ini dapat memburuk pada inspirasi dalam,

22
gerakan atau berbaring dan hilang dengan duduk
tegak/membungkuk.
b. Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan mis:
perubahan posisi, masasage punggung, kompres hangat dingin,
dukungan emosional.
Rasional : untuk menurunkan ketidaknyamanan fisik dan
emosional pasien.
c. Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
Rasional : mengarahkan perhatian, memberikan distraksi dalam
tingkat aktivitas individu.
d. Berikan obat-obatan sesuai indikasi nyeri.
Rasional : untuk menghilangkan nyeri dan respon inflamasi.

3. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan


inadekuat suplay oksigen ke jaringan.
Kriteria Hasil: Resiko tidak terjadi
Intervensi
a. Selidiki nyeri dada,dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea,
nyeri pleuritik,sianosis pucat.
Rasional : Emboli arteri. Mempengaruhi jantung dapat terjadi
sebagai akibat penyakit katup dan disritmia kronis.
b. Observasi ekstremitas terhadap edema, eroitema.
Rasional : Ketidakaktifan/tirah baring lama mencetuskan stasis
vena, meningkatkan resiko pembentukan trombosis vena.
c. Observasi hematuri.
Rasional : Menandakan emboli ginjal
d. Perhatikan nyeri abdomen kiri atas.
Rasional : menandakan emboli splenik

4. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan


Kriteria Hasil: Dapat memenuhi aktivitas
Intervensi

23
a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas.
Rasional : Dapat mempengaruhi aktivitas curah jantung.
b. Pantau frekuensi jantung, TD, pernapasan setelah aktivitas.
Rasional : Membantu menentukan derajat kompensasi jantung dan
pulmonal, penurunan TD, takikardi,disritmia dan takipneu adalah
indikatif dari kerusakan toleransi terhadap aktivitas.
c. Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai
indikasi.
Rasional : Meningkatkan resolusi inflamasi selama faseakut dari
perikarditis/endokarditis.
d. Bantu pasien dalam program latihan aktivitas.
Rasional : Saat inflamasi/ kondisi dasar teratasi, pasien mungkin
mampu melakukan aktivitas yang diinginkan.

5. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan


berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi.
Kriteria hasil :
 Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan.
 Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek
samping obat.
 Melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakan.
 Menghubungkan tanda pacu jantung
Intervensi :
a. Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal.
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan untuk memahami
variasi individual dan memahami alasan intervensi teraupetik.
b. Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik
pada pasien/keluarga.
Rasional : Informasi terus-menerus dapat menurunkan cemas
sehubungan dengan ketidaktahuan dan menyiapkan pasien/orang
terdekat.

24
c. Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh
kelemahan, perubahan mental, vertigo.
Rasional : disritmia dapat menurunkan curah jantung
dimanifestasikan oleh gejala gagal jantung.
d. Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat
diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan
bila dosis terlupa.
Rasional : informasi perlu untuk pasien dalam membuat pilihan
berdasarkan informasi dan menangani program pengobatan.
e. Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan
berlebihan.
Rasional : bila disritmia ditangani dengan tepat, aktifitas normal
harus dilakukan.
f. Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein.
Rasional : tergantung masalah khusus, pasien perlu meningkatkan
diet kalium, seperti saat kalium menurun karena penggunaan
diuretik.
g. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk
dibawa pulang.
Rasional : instruksi tulisan membantu pasien dalam kontak tak
langsung dengan tim kesehatan.
h. Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat.
Rasional : observasi secara terus menerus memberikan intervensi
berkala untuk menghindari komplikasi berkala.
i. Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu
jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis.
Rasional : meningkatkan perawatan secara mandiri, memberikan
intervensi berkala untuk mencegah komplikasi serius
j. Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan
karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu.

25
Rasional : kadang kadang prosedur ini perlu pada beberapa pasien
untuk memperbaiki irama teratur /curah jantung pada situasi
darurat.

l. Contoh Aritmia EKG dengan Kriterianya

(Idioventrikular Rhytm)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi 20 - 40 x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar or lebih dari normal

(Accelerated Idioventrikular)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi antara 40 - 100 x/menit
Tidak ada gel P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal, RR interval regular

26
(Ventrikel Takikardia/ VT)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi 100-250x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal

(VT Polymorphic)
Ciri-cirinya :
Irama regular irregular
Lainya sama dengan VT.

(ventrikel Fibrilasi/VF)
Ciri-cirinya :
Irama chaotic atau kacau balau
No denyut jantung.

27
a. SA Node

( Sinus Bradikardia)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai
bentuk sama dalam 1 lead panjang.
Frekwensi (HR) dibawah 60x/menit
Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.

(Sinus Takikardia)
Ciri-cirinya):
Sama dengan sinus bradikardia, yang membedakanya adalah frekwensi
jantung (HR) lebih dari 100x/menit.

(Sinus Aritmia)
Ciri-cirinya :
Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang membedakannya adalah pada
sinus aritmia iramanya tidak teratur karena efek inspirasi & ekspirasi.

28
(Sinus Arrest)
Ciri-cirinya:
Gel P dan komplek QRS normal
Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang muncul.
Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.

(Sinus Blok)
Ciri-cirinya :
Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap tanpa adanya gelombang yang
muncul, dimana jarak gapnya 2 kali dari RR interval.

b. Junctional Region

(Junctional Rhytm)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya 40-60 x/menit

29
Gelombang P bisa tidak ada, bisa terbalik (tidak bakal positip)
Kompleks QRS normal
Kalau frekwensinya lebih dari 40x/menit dinamakan slow junctional rhytm.

(Junctional Takikardia)
Ciri-cirinya:
Sama dengan junctional rhytm, bedanya frekfensi atau HR pada junctional
takikardia lebih dari 100 x/menit
.

(Accelerated Junctional)
Ciri-cirinya :
Sama dengan junctional rhytm, bedanya frekwensi atau HR pada accelerated
junctional antara 60-100 x/menit.

(Junctional Ekstra Sistole or PJC)

30
Ciri-cirinya :
Irama tidak teratur
Ada premature beat sebelum waktunya, dengan adanya gel P yang terbalik
atau tidak adanya gel P.

(JunctionalEscapeBeat)
Ciri-cirinya :
Irama irregular
Komplek QRS normal
Pada EKG normal yang seharusnya muncul normal beat pada beat berikutnya,
tapi impuls normal diambil alih oleh juction region sehingga tampak pada
EKG tidak adanya gel P, misalkan ada gel P tapi bentuknya akan terbalik.

(Supra Ventrikuler Takikardia/SVT)


Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya lebih dari 150x/menit
Gel P tertutup oleh gel T
Komplek QRS normal dan tingginya harus sama ( ingat duri ikan)

31
AV Blok first Degree
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Gel P normal, PP interval regular

Komplek QRS normal, RR interval regular


PR interval > 0,20 detik atau > 5 kotak kecil
Panjang PR interval harus sama di setiap beat !! Misalkan panjang PR
intervalnya 0,24detik, maka di tiap beat PR intervalnya harus sama yaitu
0,24detik.

(AV Blok 2nd Degree Type I atau Wenckebach)


Ciri-cirinya :
Irama irregular
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS bisa normal juga bisa tidak normal, RR interval irregular

32
PR interval mengalami perpanjangan, mulai dari normal PR interval dan
memajang pada beat berikutnya, sampai ada gel P yang tidak diikuti komplek
QRS, kemudian kembali lagi ke normal PR interval dan seterusnya.
Misalkan awalnya PR interval 0,16 detik, kemudian memanjang dibeat
berikutnya 0,22 detik, terus memanjang lagi menjadi 0,28 detik, lalu ada gel P
yang tidak diikuti oleh QRS, setelah itu kembali lagi ke normal PR interval
yaitu 0,16 detik, dan seterusnya.

(AV Blok 2nd Degree Type II)


Ciri-cirinya :
Irama irregular
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS bisa normal atau bisa juga tidak normal, RR interval irregular
PR interval harus sama di tiap beat!! Panjangnya bisa normal dan lebih dari
normal.
Ada 2 atau lebih, gelombang P tidak diikuti oleh komplek QRS.

(AV Blok Total/Komplit)


Ciri-cirinya :
Irama regular
Tidak ada hubungan antara atrium dengan ventrikel.
Makanya kadang gelombang P muncul bareng dengan komplek QRS.
Komplek QRS biasanya lebar dan bentuknya berbeda dengan komplek QRS

33
lainya karena gel P juga ikut tertanam di komplek QRS, RR interval regular.
Gel P normal, kadang bentuknya beda karena tertanam di komplek QRS.

C. Otot Atrium

(PAC or AES)

Ciri-cirinya :
Anda perhatikan normal gel P yang berasal dari SA node, gel P yang
berasal dari otot atrium tidak sama dengan gel P yang berasal dari SA
node. PAC (premature atrial contraction)or AES ( atrial ekstra sistole)
yaitu gel P yang muncul sebelum waktunya dan bentuk gelombangpun
beda dengan normal gel P yang berasal dari SA node. Kalau anda temukan
gel P yang berbeda dan muncul persis sama dengan waktu yang
seharusnya, ini dinamakan Atrial escape beat.

34
(AtrialFlutter)

Ciri-cirinya :

Irama teratur

Ciri utama yaitu gelombang P yang mirip gigi gergaji (saw tooth).

Komplek QRS normal, interval RR normal

(AtrialTakikardia)
Ciri-cirinya
Irama teratur
Komplek QRS normal
PR interval <0,12detik dan
Frekwensi jantungnya > 150x/menit
Apabila gambaran EKG dari normal tiba tiba berubah menjadi Atrial
takikardia maka gambaran ini dinamakan paroksimal atrial takikardia (PAT).

35
(MultifocalAtrialTakikardia)
Ciri-cirinya :
Irama irreguler
Kadang mirip dengan atrial fibrilasi, tapi pada MAT gel P masih terlihat dan
tiap beat bentuk gelombang P nya berbeda (minimal 3 macam).
Frekwensi > 100x/menit, PR intervalpun bervariasi, normal komplek QRS.

(WanderingAtrialPacemaker)
Ciri-cirinya :
Sama dengan multifokal atrial takikardia, hanya pada wandering pacemaker
HR nya normal.

36
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai aritmia di atas dapat ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh
konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia
timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.
Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price,
1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas
denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan
konduksi (Hanafi, 1996).
2. Penyebab Aritmia adalah Peradangan jantung, misalnya demam
reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi). Gangguan
sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Berdasarkan penyebabnya, meningitis dibagi menjadi dua, yaitu
meningitis purulenta dan meningitis serosa.

B. Saran
Dengan terselesaikannya Makalah Asuhan Keperawatan dengan Aritmia
ini diharapkan bagi mahasiswa keperawatan agar lebih bisa
mengidentifikasi dan membedakan gejala Aritmia dengan gejala penyakit
yang ada pada jantung.

37
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan.


Edisi 3. Jakarta:EGC.
Carpenito J.L. 1997. Nursing Diagnosis. Philadelpia: J.B Lippincott
Carpenito J.L. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne & Brenda G. Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 vol 1. Jakarta :EGC
Huon H. Gray. 2005. Lecture Notes; Kardiologi. Edisi Keempat. Jakarta : EM
http://kumpulanmaterikeperawatan.blogspot.com/2010/04/askep-disritmia.htm
http://dezlicious.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan_05.html
http://blogilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatan-disritmia.html
NBZ Blogger, diposting tanggal 2012/12/12. Askep Gadar Aritmia

38

Anda mungkin juga menyukai