Laporan Pembuatan Tempe
Laporan Pembuatan Tempe
Laporan Pembuatan Tempe
TEMPE
A. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah :
1. Untuk memahami pembuatan tempe
2. Untuk memahami dan mempelajari proses fermentasi kacang dalam pembutan
tempe
B. Dasar teori
Tahu dan tempe merupakan suatu cara yang dikenal dan digunakan sejak jaman kuno.
Bioteknologi berbasis fermentasi sebagian besar merupakan prosesproduksi barang dan jasa
dengan menerapkan teknologi fermentasi atau menggunakan mikroorganisme untuk
memproduksi makanan dan minuman (Nurcahya,2011).
Tempe merupakan olahan kedelai dengan fermentasi kapang Rhizopus. Kapang yang
sering digunakan dalam pembuatan tempe adalah Rhizopus Mi crosporus dan R.Orizae.
kedua kapang tersebut mempunyai aktivitas enzim β-glukosidase berbeda. Aktivitas enzim β-
glukosifase, R.Mikrosporus, Var. Chinansis lebih kuat dari pada R. Oruzae ( Purwoko,2004).
Proses pembuatan tempe dapat terbilang membutuhkan waktu yang cukup lama,
hingga diperoleh hasil jadi tempe. Waktu yang dibutuhkan yaitu minimal 24 jam dan
maksimal 72 jam. Lamanya proses pembuatan tempe karena proses fermentasi. Fermentasi
akan berlangsung baik dan cepat bila dibantu dengan kondisi suhu yang optimal, jumlah rapgi
yang tepat dan ph yang asam berkisaran 14-5 (Lumawa,2014).
C. Metode
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah panic, pemanas, kain saring,
plastic pembungkus, daun pisang sebagai pembungkus dan alat pembelah kacang (pisau).
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kacang kedelai (Glucine Max)
1/2 kilogram dari tempe0,1 kg.
Prosedur kerja
Kacang Kedelai
Kacang kedelai
Hasil
D. Hasil Pengamatan
1. Data hasil pengamatan
No Gambar Keterangan
E. Pembahasan
Dari praktikum fermentasi dalam pembuatan tempe ini dapat diketahuai bahwa untuk
mendapatkan suatu tempe yang berkualitas bagus diperlukan ragi yang bagus pula serta
kualitas kedelai yang bagus. Pengolahan kedelai dengan tepat sangat dibutuhkan bertujuan
agar kedelai tidak terkontaminasi dengan bahan atau mikroba lain.
Fermentasi tempe terjadi karena aktifitas kapang Rhizopus sp. Pada kedelai sehingga
membentuk massa yang padat dan kompak. Proses pengolahan tempe kedelai keadaan ruang
atau lingkungan disekitar juga haruslah steril. Ruangan yang agak lembab juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan ragi. Keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menyebabkan
gagalnya pembuatan proses pembuatan kedelai. Hal ini disebabkan oleh kontaminasi dari
mikroba-mikroba lain yang masuk kedalam kedelai. Selain itu proses perendaman harus
diperhatikan agar tempe tetap segar dan tidak bau. Hal ini sesuai dengan pernyataan (
Widayati. 2002 dalam lumowa. 2014) yang menyatakan, fermentasi akan berlangsung baik
dan cepat apabila dibantu dengan kondisi lingkungan dan suhu yang optimal, jumlah ragi
yang tepat dan pH yang asam.
Sampel tempe dibungkus menjadi 4, masing – masing diberi label 1, 2, 3 dan
bungkusan daun pisang. Bungkusan tempe yang pertama raginya tumbuh dengan sempurna,
padat dan suhunya lebih hangat, beraroma tempe dan kedelainya memadat. Bungkusan tempe
kedua yang tidak ditusuk-tusuk bungkusannya hanya pada sebagian yang tumbuh , sedangkan
pada bagian lain kedelainya memisah atau jarang-jarang. Bungkusan tempe yang ketiga,
pada bagian yang ditegahnya tidak ditumbuhi jamur tempe ( belum menjadi tempe ),
aromanya masih seperti aroma kedelai pada umumnya, tetapi teksturnya sudah sedikit padat.
Tempe yang dibungkus dengan daun pisang teksturnya memadat, pertumbuhan raginya
sempurna dan memiliki aroma tempe yang khas.
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan dapat di simpulkan bahwa:
1. Keberhasilan pembuatan tempe sangat bergantung pada jenis bahan utama berupa
kedelai dan ragi yang cocok.
2. Kapang yang berperan dalam pembuatan tempe adalah Rhizopus orizae dan
Rhizopus oligospora.
3. Berbagai macam mikroba yang aktif serta kondisi lingkungan sekitar pembuatan
tempe dapat mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut.
4. Proses pembuatan tempe harus terjaga kebersihannya agar tempe yang dihasilkan
memiliki kualitas yang baik.
5. Fermentasi tempe terjadi karena aktifitas kapang rhizopus sp pada kedelai
sehingga membentuk massa yang padat.
G. Daftar pustaka
Lumowa, Sonja V.T. 2014. Pengaruh Perendaman Kedelai ( Glycine max L.) Dalam
Media Perasan Kulit Nanas ( Ananas comosus ) Terhadap Kadar Protein
Pada Pembuatan Tempe. Jurnal Penelitian. Vol.2 No. 2.
Nurcahya, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Purwoko, Tjahjadi. 2014. Kandungan Isofiafon Aglikan Pada Tempe Hasil
Fermentasi Rhizopus vos oligosporus. Jurnal Pengaruh Perendaman. Vol.6
No.2.
Lampiran
Pertanyaaan :
Saran :
Saran nya untuk praktikum selanjutnya lebih di jelaskan proses-proses kimia yang terjadi
pada setiap percobaan.