PEMINDAHAN TANAH MEKANIS Tujuan Khusus
PEMINDAHAN TANAH MEKANIS Tujuan Khusus
PEMINDAHAN TANAH MEKANIS Tujuan Khusus
penggunaan alat berat pada pekerjaan konstruksi. - Mahasiswa dapat menjelaskan dasar pemindahan
tanah mekanis. - Mahasiswa dapat menjelaskan dasar pengoperasian alat berat. - Mahasiswa dapat
menjelaskan persiapan dalam pekerjaan pemindahan tanah mekanis Bahan Bacaan Afrizal Nursin, Drs,
1995, Alat Berat, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung. Nabar Darmansyah, Drs, 1998,
Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat, Unsri, Palembang. Rochmanhadi, Ir, 1992, Alat-alat Berat dan
Penggunaannya. Team, 1998, Pemindahan Tanah Mekanis, Bagian penerbitan ITN, Malang. Prasyarat
Sudah pernah mengambil Mata Kuliah Ekonomi Rekayasa 1.1 Tujuan Penggunaan Alat Berat Pada
Pekerjaan Konstruksi Seiring dengan makin memasyarakatnya penggunaan alat berat ini maka perlu
diketahui secara mendalam hal-hal yang berhubungan dengan peralatan berat, yang meliputi perhitungan
biaya pemilikan dan operasi serta produktifitas peralatan tersebut. Jika hal ini tidak diperhatikan maka
investasi peralatan akan merugikan. Bagi seorang kontraktor yang akan menginvestasikan modalnya
dalam industri pemindahan tanah, pemilihan menggunakan alat berat tidak hanya sekedar dapat Modul
PTM dan Alat Berat Page 3
4 menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dengan kualitas memadai saja, melainkan juga harus benar-benar
dapat mendatangkan keuntungan semaksimal mungkin. Dengan kata lain membeli alat berat harusnya
merupakan alternatif investasi yang paling menguntungkan, diantara banyak pilihan dan peluang yang ada.
Pengoperasian alat berat seharusnya tidak hanya dapat memberikan kepuasan secara teknis tetapi
sekaligus mendatangkan keuntungan secara ekonomis. Oleh karena itu pertimbangan teknis juga harus
dibarengi dengan pertimbangan ekonomis agar keputusan yang dibuat untuk menggunakan alat berat
merupakan suatu keputusan yang tepat. Pertimbangan teknis sangat diperlukan untuk melihat apakah
pemilihan alat benar-benar dapat menjamin bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu yang
ditentukan dengan memenuhi persyaratan kualitas yang berlaku. Sedangkan pertimbangan ekonomis
memunculkan pertanyaan apakah pengoperasian alat berat untuk menyelesaikan pekerjaan akan
mendatangkan keuntungan yang lebih prospektif dibandingkan dengan investasi dibidang lain. Beberapa
alasan mengapa diperlukan alat berat dalam proyek konstruksi, antara lain yaitu : - Kapasitas pekerjaan
konstruksi, dimana semakin lama kapasitas pekerjaan konstruksi akan semakin bertambah sehingga
memerlukan prasarana dan peralatan yang besar, kuat dan kualitas yang tinggi. - Kemajuan industri mesin-
mesin konstruksi, dimana dengan berkembangnya teknologi dalam industri mesin-mesin konstruksi banyak
peralatan konstruksi yang dapat dipakai dalam menunjang dan memperlancar proyek-proyek konstruksi
sehingga pekerjaan menjadi lebih produktif. - Kebutuhan terhadap mutu pekerjaan, dimana tuntutan
terhadap mutu pekerjaan semakin tinggi sedangkan volume pekerjaan semakin besar sehingga diperlukan
peralatan untuk mengerjakannya. - Kemajuan sosial dan budaya, dimana setiap orang memiliki
kecenderungan bekerja dengan sedikit menggunakan tenaga fisik terutama pada pekerjaan kasar.
Penggunaan peralatan dapat menggantikan tenaga manusia dalam pekerjaan kasar. Modul PTM dan Alat
Berat Page 4
5 - Nilai-nilai ekonomi, dimana pekerjaan konstruksi dengan volume sangat besar, memerlukan peralatan
untuk kepentingan ekonomi yaitu dapat menurunkan unit cost dari suatu pekerjaan. 1.2 Pengertian Dasar
Pemindahan Tanah Mekanis Seperti kita ketahui bersama bahwa pekerjaan tanah terutama dalam
proyekproyek sipil menempati bagian yang penting. Dimana tanah tidak memiliki sifat-sifat yang khas
seperti beton dan baja. Pemindahan tanah adalah ilmu yang menyangkut perubahan tata letak tanah atau
material yang diolah dan akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh unsur tanah itu sendiri.
Perubahan inilah yang akan memberikan perlawanan terhadap alat pemindahnya. Perlawanan ini tidak
sama pada setiap jenis material dan perlawanan inilah yang biasanya menunjukkan tingkat kesulitan
pengolahannya. Untuk itu harus diketahui terlebih dahulu jenis material yang akan diolah agar dalam
perhitungan produksi kerja alat, didapatkan hasil yang lebih akurat. Jenis tanah atau material yang akan
diolah ini perlu diketahui agar dapat menentukan tingkat kemudahan dan kesulitan pengolahannya seperti
kemudahan pemuatan, kemudahan penggusuran, kemudahan penggalian dan sebagainya. Kemudahan
atau kesulitan pengolahan material akan mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan. Misalnya bila
suatu material dapat digali dan dimuat dengan mudah, maka material tersebut memiliki tingkat loadability
yang tinggi. Sebaliknya jika sukar dimuat maka material tersebut dianggap mempunyai loadability yang
rendah. Untuk kemudahan memuat ini biasanya dalam perhitungan produksi kerja dinyatakan dalam
bentuk angka faktor yang sering disebut faktor muat. Sedangkan menggali dan menggusur dinyatakan
dalam bentuk faktor koreksi. Pada beberapa jenis tanah liat dianggap sangat mudah dimuat, sedangkan
jenis material lainnya seperti batu-batuan dan lapisan tanah keras harus dibongkar terlebih dengan ripper
atau bahkan diledakkan terlebih dahulu sebelum dipindahkan. 1.3 Pengetian Dasar Pengoperasian Alat
Berat Modul PTM dan Alat Berat Page 5
6 Pengoperasian peralatan diorganisir oleh bagian peralatan dengan membuat bagan penggunaan
peralatan (equipment working schedule) dengan tujuan untuk menghindarkan adanya waktu kosong dari
setiap peralatan. Waktu kosong atau waktu peratan tidak bekerja merupakan waktu dimana peralatan
menganggur untuk menunggu tugas, menunggu suku cadang dan menunggu operator, hal ini tentunya
dapat merugikan karena berarti pemborosan terhadap waktu. Penggunaan peralatan harus diprogramkan
dengan seksama sehingga waktu kosong menjadi sedikit. Program ini biasa dibuat oleh bagian peralatan
setelah mendapatkan program pelaksanaan proyek. Biasanya cara-cara pengoperasian peralatan terdapat
didalam operation manual, sedangkan perawatan peralatan terdapat didalam shop manual dari masing-
masing peralatan. Penggunaan peralatan menuntut pengelolaan yang baik dan ketat untuk menghindari
pemborosan dan meningkatkan efisiensi, untuk itu diperlukan suatu manajemen peralatan sehingga
pengelolaan peralatan menjadi lebih menguntungkan. Konsep manajemen peralatan mencakup beberapa
hal, antara lain yaitu : - Perencanaan peralatan, dimana faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan
peralatan adalah volume pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan waktu pelaksanaan pekerjaan. - Organisasi
bagian peralatan, merupakan perangkat manajemen yang sangat penting. Dengan organisasi ini maka
peralatan dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, pada suatu proyek organisasi peralatan
merupakan unsure penunjang yang sangat penting karena berhasilnya suatu proyek yang menggunakan
peralatan tergantung dari berhasilnya organisasi bagian peralatan. Pengetahuan yang diperlukan untuk
menyusun organisasi bagian peralatan antara lain pengalaman, pengetahuan/keterampilan operasi
peralatan, efisiensi penggunaan peralatan, perawatan peralatan dan penyediaan suku cadang. -
Pelaksanaan, dimana hasil dari pelaksanaan operasi dicatat dan dikumpulkan di dalam catatan peralatan,
agar dapat dianalisis kemampuan tiap jenis, tipe dan merek peralatan. Bahan-bahan tersebut dapat
digunakan oleh manajemen dalam menentukan pilihan peralatan. Modul PTM dan Alat Berat Page 6
7 - Pengawasan dan evaluasi, merupakan pengendalian program yang dilakukan terhadap operasi
maupun pemeliharaan/perawatan. 1.4 Persiapan Pekerjaan Pemindahan Tanah Mekanis Dalam
melakukan persiapan terhadap pekerjaan pemindahan tanah maka harus diperhitungkan beberapa
keadaan tanah yang dapat berpengaruh terhadap volume tanah yang dijumpai dalam pekerjaan
pemindahan tanah, yaitu meliputi : a. Keadaan asli sebelum diadakan pengerjaan, ukuran tanah demikian
biasanya dinyatakan dalam satuan ukuran alam, Bank Measure (BM), ini digunakan sebagai dasar
perhitungan jumlah pemindahan tanah. b. Keadaan lepas, yakni keadaan tanah setelah diadakan
pengerjaan (disturb), tanah demikian misalnya terdapat di depan dozer blade, di atas truk, di dalam bucket
dan sebagainya. Ukuran volume tanah dalam keadaan lepas biasanya dinyatakan dalam Loose Measure
(LM) yang besarnya sama dengan BM + % Swell x BM (swell = kembang). Swell ini tergantung dari jenis
tanah, dapat dimengerti bahwa LM mempunyai nilai lebih besar dari BM. c. Keadaan padat, ialah keadaan
tanah setelah ditimbun kembali kemudian dipadatkan. Volume tanah setelah dipadatkan mungkin lebih
besar atau mungkin juga lebih kecil dari volume dalam keadaan Bank, hal ini tergantung dari usaha
pemadatan yang dilakukan. Bank Measurement (BM) Loose Measurement (LM) Compact Measurement
(CM) Gambar 1.1. Kondisi Tanah dalam Beberapa Keadaan Sebagai gambaran pada tabel 1.1 akan
diberikan beberapa faktor kembang : Tabel 1.1. Faktor Kembang Beberapa Jenis Tanah Modul PTM dan
Alat Berat Page 7
8 Jenis tanah Swell (% BM) - Pasir Tanah Lempung Tanah biasa Lempung (Clay) Batu (Sumber ;
Rochmanhadi, Ir, 1992, Alat-alat Berat dan Penggunaannya) Sebagai contoh dari tabel tersebut diatas :
Tanah biasa pada keadaan asli (Bank) = 1,00 M 3 Swell % = 0,20-0,45 M 3 Volume dalam keadaan loose
= 1,20-1,45 M 3 Sebagai catatan bahwa angka-angka dalam tabel 1.1 tidak pasti (exact), tergantung dari
berbagai faktor yang dijumpai secara nyata dilapangan. Beberapa rumus yang dapat digunakan untuk
menghitung faktor kembang dan faktor susut dapat dilihat berikut : 1) Swell (pengembangan) ditentukan
dari : B L Swell Sw x100% L (1.1) 2) Shrinkage (penyusutan) ditentukan dari : C B Shrinkage Sh x100%..
(1.2) C dimana : Sw = Swell = % pengembangan Sh = Shrinkage = % penyusutan B = Berat tanah keadaan
asli L = Berat tanah keadaan lepas C = Berat tanah keadaan padat Cara lain ialah dengan menggunakan
Load Factor (LF) ialah presentase pengurangan density material dalam keadaan asli menjadi keadaan
lepas. LF ditentukan sebagai berikut : Modul PTM dan Alat Berat Page 8
9 LF Berat isi tan ah gembur Volume tan ah asli... (1.3) Berat isi tan ah asli Volume tan ah lepas Volume
tanah asli = LF x Volume tanah lepas dangan demikian : B Sw 1 x100% L 1 Sw ( 1) x100% L B 1 Sw ( 1)
x100% LF (1.4) (1.5) (1.6) Contoh soal : 1) Pada suatu daerah yang memiliki berat isi tanah asli sebesar
1780 kg/m 3, berat isi tanah gembur sebesar 1550 kg/m 3 dan berat isi tanah padat sebesar 2075 kg/m 3.
Hitunglah persen pengembangan dan persen penyusutan dari kondisi tanah tersebut! Penyelesaian : Swell
Sw B L x100% L kg / m 1550kg / m kg / m 3 x100% 14,84% C B Shrinkage Sh x100% C kg / m 1780kg /
m kg / m 3 x100% 14,22% 2) Tentukan pula Load Factor dari kondisi tanah pada soal no 1! Penyelesaian
: Modul PTM dan Alat Berat Page 9
10 LF Berat isi tan ah gembur Berat isi tan ah asli 1550kg / m 1780kg / m 3 3 0,87 Rangkuman Beberapa
alasan mengapa diperlukan alat berat dalam proyek konstruksi, antara lain yaitu : - Kapasitas pekerjaan
konstruksi. - Kemajuan industri mesin-mesin konstruksi. - Kebutuhan terhadap mutu pekerjaan. - Kemajuan
sosial dan budaya. - Nilai-nilai ekonomi. Pemindahan tanah adalah ilmu yang menyangkut perubahan tata
letak tanah atau material yang diolah dan akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh unsur tanah
itu sendiri. Perubahan inilah yang akan memberikan perlawanan terhadap alat pemindahnya. Perlawanan
ini tidak sama pada setiap jenis material dan perlawanan inilah yang biasanya menunjukkan tingkat
kesulitan pengolahannya. Konsep manajemen peralatan mencakup beberapa hal, antara lain yaitu : -
Perencanaan peralatan. - Organisasi bagian peralatan. - Pelaksanaan. - Pengawasan dan evaluasi.
Beberapa keadaan tanah yang dapat berpengaruh terhadap volume tanah yang dijumpai dalam pekerjaan
pemindahan tanah, yaitu meliputi : 1. Keadaan asli sebelum diadakan pengerjaan. 2. Keadaan lepas, yakni
keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan (disturb). 3. Keadaan padat, ialah keadaan tanah setelah
ditimbun kembali kemudian dipadatkan. Latihan Soal 1) Sebutkan tujuan dari penggunaan alat berat pada
pekerjaan konstruksi! Modul PTM dan Alat Berat Page 10
11 2) Sebutkan alasan-alasan dari penggunaan alat berat pada pekerjaan konstruksi! 3) Apa saja yang
perlu diperhatikan dalam persiapan penggunaan alat berat pada pekerjaan konstruksi! 4) Sebutkan faktor-
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pekerjaan pemindahan tanah! 5) Jika suatu kondisi tanah pada
saat gembur dan padat memiliki berat isi tanah masing-masing adalah 2000 kg/m 3 dan 2500 kg/m 3,
sedangkan tanah memiliki persentase pengembangan dan penyusutan sebesar 20 % dan 22 %. Berapakah
berat isi tanah pada keadaan asli dan tentukan pula Load Faktor dari masingmasing kondisi tanah tersebut!
6) Pada suatu daerah yang akan dibangun jalan, dilakukan penggalian sedalam 2,5 m. Luas daerah yang
akan digali adalah 2 Ha. Berapakah volume tanah asli dan tanah gembur jika faktor gembur tanah adalah
1,25! 7) Berapakah % pengembangan dan % penyusutan dari volume tanah yang memiliki berat isi tanah
1500 kg/m 3 BM, 1000 kg/m 3 LM dan 2000 kg/m 3 CM! 8) Tentukan berat isi tanah pada keadaan asli
(BM) dan pada keadaan padat (CM), jika diketahui berat isi tanah pada keadaan lepas (LM) adalah 900
kg/m 3, % pengembangan dan % penyusutan masing-masing adalah 66 % dan 40 %. Tentukan pula LF
dari kondisi tanah tersebut! Modul PTM dan Alat Berat Page 11
12 KLASIFIKASI DAN FUNGSI ALAT BERAT Tujuan Khusus - Mahasiswa dapat menyebutkan jenis-jenis
serta fungsi alat berat dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi - Mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi
alat berat berdasarkan jenis dan fungsinya Bahan Bacaan Afrizal Nursin, Drs, 1995, Alat Berat, Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung. Nabar Darmansyah, Drs, 1998, Pemindahan Tanah
Mekanis dan Alat Berat, Unsri, Palembang. Rochmanhadi, Ir, 1992, Alat-alat Berat dan Penggunaannya.
Team, 1998, Pemindahan Tanah Mekanis, Bagian penerbitan ITN, Malang. Prasyarat Sudah pernah
mengambil Mata Kuliah Ekonomi Rekayasa 2.1 Jenis dan Fungsi Alat Berat Dalam bidang Teknik Sipil,
pertambangan dan pekerjaan tanah lain, relatif cukup banyak jenis alat berat yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan. Beberapa jenis alat berat yang biasa digunakan dalam pekerjaan konstruksi
antara lain : Modul PTM dan Alat Berat Page 12
13 1) Traktor Gambar 2.1. Wheel Traktor Traktor adalah alat yang mengubah energi mesin menjadi energi
mekanik. Sebenarnya Traktor merupakan prime mover (penggerak utama) dari sebagian alat-alat berat.
Kegunaan utama dari Traktor ini adalah sebagai penarik atau pendorong beban yang memerlukan tenaga
yang besar, tetapi disamping itu traktor dapat juga dipergunakan untuk keperluan lain. Pada prinsipnya
Traktor dibedakan menjadi 2, yaitu : a. Traktor roda kelabang (Crawler Tractor), dimana penggunaannya
antara lain : - sebagai tenaga penggerak untuk mendorong dan menarik beban - sebagai tenaga penggerak
untuk winch dan alat angkut - sebagai tenaga penggerak blade (Bulldozer) - sebagai tenaga penggerak
front-end bucket Loader b. Traktor roda ban (Wheel Tractor), penggunaannya dimaksudkan untuk
mendapatkan kecepatan yang lebih besar, sebagai konsekuensinya tenaga tariknya menjadi lebih kecil,
kadang-kadang kecepatannya mencapai 45 km/jam. Perbedaan dari Crawler Tractor dan Wheel Tractor,
yaitu : * Crawler Tractor : Modul PTM dan Alat Berat Page 13
14 - tenaga tarik besar - kecepatan relatif kecil - ground contact bidang singgung antara roda dengan tanah
lebih besar - dapat bekerja pada kondisi tanah yang buruk, karena daya apungnya lebih besar -
kemungkinan slip kecil * Wheel Tractor - tenaga tarik yang relatif lebih kecil untuk ukuran yang sama
dengan Crawler Tractor - kecepatan besar - ground contact lebih kecil - sangat dipengaruhi oleh kondisi
tanah di lapangan - ada kemungkinan slip 2) Excavator Gambar 2.2. Excavator Kegunaan utama dari
Excavator adalah : - menggali - memuat - mengangkat material - membuat saluran air atau saluran pipa
Modul PTM dan Alat Berat Page 14
15 Beberapa jenis Excavator, yaitu : - Backhoe, dikhususkan untuk penggalian yang letaknya dibawah
kedudukannya sendiri, untuk penggalian parit, pondasi bangunan, dan sebagainya sehingga fungsinya
hampir sama dengan dragline atau clampshell, namun backhoe dapat menggali dengan kedalaman yang
jauh lebih teliti dan dapat digunakan sebagai alat pemuat bagi truk-truk. - Power Shovel, baik sekali bila
digunakan untuk melakukan penggalian, pemuat tanpa bantuan alat lain, digunakan terutama pada
penggalian tebing yang lebih tinggi tempat kedudukannya daripada power shovel. Sistem pengendalian
dengan sistem kabel dan hydraulic. - Dragline, alat ini didapat dengan menambahkan attachment boom
crane dan drag bucket pada excavator. Dragline mempunyai jangkauan lebih besar dari pada jenis shovel
tetapi tenaga penggali lebih kecil karena tenaga penggali yang digunakan hanya mengandalkan keuatan
daripada berat sendiri digging bucket. Prinsip kerja dari dragline : menggali mengangkat bucket swing
dumping kembali ketempat permulaan penggalian. - Clamshell, merupakan Excavator dengan
perlengkapan dragbucket clamshell yang cocok digunakan untuk pekerjaan penggalian pada tanah atau
material lepas seperti Lumpur, pasir, kerikil maupun batu pecah. Cara kerjanya : dengan menjatuhkan
bucket secara vertical dengan kekuatan berat sendiri dan mengangkatnya secara vertikal kemudian
melakukan swing untuk menumpahkan material. 3) Bulldozer Gambar 2.3. Bulldozer Modul PTM dan Alat
Berat Page 15
16 Pada dasarnya Bulldozer adalah alat yang menggunakan traktor sebagai penggerak utama. Disebut
Bulldozer karena biasanya tractor dilengkapi dengan dozer attachment, dalam hal ini attachmentnya adalah
blade atau perlengkapannya adalah blade. Bulldozer sebenarnya adalah nama jenis dari dozer yang
mempunyai kemampuan untuk mendorong ke muka. Bulldozer digunakan pada pelaksanaan pekerjaan
seperti tersebut dibawah ini : - Pembersihan medan dari kayu-kayuan, pokok-pokok/ tonggak-tonggak
pohon dan batu-batuan. - Pembukaan jalan kerja di pegunungan maupun di daerah berbatu-batu. -
Memindahkan tanah yang jauhnya hingga 300 feet atau kurang lebih 90 m. - Menarik Scraper. -
Menghampar tanah isian (fills). - Menimbun kembali trencher. - Pembersihan sites/ medan. - Pemeliharaan
jalan kerja. - Menyiapkan bahan-bahan dari soil borrow pit dan quarry pit/ tempat pengambilan bahan.
Namun secara umum fungsi dan keguanaan Bulldozer adalah : menggusur, mendorong, menggali,
meratakan dan menarik 4) Ripper Gambar 2.4. Ripper Modul PTM dan Alat Berat Page 16
17 Ripper adalah suatu alat yang digunakan untuk menggemburkan material dengan cara menggaru atau
membajak (ripping). Alat ini biasanya hampir sama dengan Bulldozer, hanya perlengkapan tambahannya
yang berbeda, dimana Bolldozer menggunakan blade sedangkan Ripper menggunakan shank. Pada saat
ini ada Bulldozer yang dilengkapi langsung dengan shank, sehingga dapat berfungsi ganda, yakni
menggusur sekaligus menggemburkan atau sebaliknya. 5) Wheel Loader/ Track Type Loader Wheel
Loader adalah alat pemuat yang beroda ban sedangkan Track Type Loader adalah alat pemuat yang
beroda rantai, karena beroda rantai maka Track Type Loader sering digunakan pada daerah dengan
permukaan tanahnya jelek, licin dan berlumpur. Gambar 2.5. Wheel Loader Loader ini selain sebagai alat
pemuat, juga dapat digunakan untuk : - memindahkan material (jarak pendek) - mengumpulkan material -
mengisi hopper, dll. Modul PTM dan Alat Berat Page 17
18 6) Wheel Tractor Scraper Gambar 2.6. Wheel Tractor Scraper Wheel Tractor Scraper adalah alat berat
yang lebih serba guna. Alat ini beroda ban dan biasanya terdiri dari 2 jenis : - Towed Scraper, merupakan
Scraper yang tidak bermesin, sehingga dalam pengoperasiannya harus ditarik oleh Bulldozer. - Motor
Scraper, merupakan Scraper yang memiliki mesin. Fungsi utamanya adalah sebagai alat angkut jarak
sedang, disamping itu dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut : - memotong - mengangkut
sekaligus membongkar material yang lepas (loose material) - memuat (keperluan sendiri) -
menghamparkan (dengan ketebalan yang merata) 7) Dump Truk Gambar 2.7. Dump Truk Modul PTM dan
Alat Berat Page 18
19 Dump Truk adalah alat yang digunakan sebagai alat angkut jarak jauh. Dapat juga digunakan sebagai
alat angkut jarak sedang bila Wheel Tractor Scraper tidak dapat digunakan karena kondisi pekerjaan yang
tidak memungkinkan. Dikenal 3 macam Dump Truk, yaitu : - Side Dump Truk (penumpahan ke samping) -
Rear Dump Truk (penumpahan ke belakang) - Rear dan Side Dump Truk (penumpahan ke belakang dan
ke samping) 8) Motor Grader Gambar 2.8. Motor Grader Motor Grader adalah alat berat yang dapat
digunakan untuk keperluan perataan tanah, juga sebagai pembentuk permukaan yang dikendaki. Motor
Grader juga diperlukan untuk keperluan sebagai berikut : - Grading (perataan permukaan tanah) - Shaping
(pemotongan untuk mendapatkan bentuk/ profil tanah) - Bank Shaping (pemotongan untuk mendapatkan
bentuk/ profil tanah) - Scarifiying ( pengerukan untuk pembuatan saluran) - Dithing (pemotongan untuk
pembuatan saluran) - Mixing and Spreading (mencampur dan menghampar material di lapangan) Modul
PTM dan Alat Berat Page 19
20 9) Compactor/ Roller Gambar 2.9. Compactor Kedua jenis alat di atas memiliki fungsi yang sama yakni
sebagai alat pemadat. Hanya saja Compactor sering diartikan sebagai alat pemadat sedangkan Roller
sering disebut sebagai alat penggilas. Alat pemadat digunakan untuk memadatkan tanah yang merupakan
upaya untuk mengatur kembali susunan butiran tanah agar menjadi lebih rapat sehingga tanah akan
menjadi lebih padat. Jenis-jenis alat pemadat mekanis, antara lain yaitu : - Three Wheel Roller (mesin gilas
roda tiga) - Tandem Roller (mesin gilas roda dua atau tandem) - Sheepfoot Type Roller (mesin gilas roda
besi dengan permukaan seperti kaki kambing) - Pneumatic Tire Roller (mesin gilas dengan roda ban karet
bertekanan angin) - Soil Compactor ( pemadat tanah) - Asphalt Compactor (pemadat aspal) - Landfill
Compactor Modul PTM dan Alat Berat Page 20
21 10) Asphalt Mixing Plant Gambar Asphalt Mixing Plant Asphalt Mixing Plant digunakan sebagai mesin
pencampur aspal atau hot mixed bituminous material lainnya. Pengolahan aspal biasanya digunakan untuk
kepentingan pembuatan perkerasan jalan, dalam produksi secara besar-besaran yang dilakukan dalam
sebuah plant (pengolah aspal). Yang dimaksud dengan pencampuran aspal, tentunya bukan hanya proses
pencampuran aspal saja, melainkan untuk mencampur aspal dengan agregat lainnya, sehingga didapatkan
suatu campuran yang memenuhi syarat untuk perkerasan. 2.2 Klasifikasi Berdasarkan Jenis dan Fungsi
Alat Berat Berdasarkan jenis dan fungsi dari masing-masing alat berat seperti yang telah diuraikan di atas
ditambah dengan jenis-jenis alat lainnya, maka alat-alat berat tersebut dapat di klasifikasikan sebagai
berikut : 1) Klasifikasi alat pemindah dan perataan tanah - Tractor (prime mover) - Scraper - Bulldozer -
Motor Grader - Loader Modul PTM dan Alat Berat Page 21
22 2) Klasifikasi alat pengangkut - Dump Truk - Trailer 3) Klasifikasi alat pemadatan - Three Wheel Roller
- Tandem Roller - Sheepfoot Type Roller - Pneumatic Tire Roller - Soil Compactor - Asphalt Compactor -
Landfill Compactor - Mesh Grid Roller, Segmented Wheel Rollers 4) Klasifikasi alat penggali dan pemuat -
Excavator - Shovels - Backhoe - Draglines - Clamshell - Crane dan Pile Drivers 5) Klasifikasi alat
pengangkat - Forklift - Truck Crane 6) Klasifikasi peralatan pabrik - Asphal Mixing Plant - Crushing Crane
7) Klasifikasi peralatan dengan tekanan udara - Crawler Drill - Compresor Modul PTM dan Alat Berat Page
22
23 (a) Pneumatic Tire Roller (b) Shovel (c) Water Tank Truk (d) Truck Mixer (e) Truck Crane (f) Lanfill
Compactor Modul PTM dan Alat Berat Page 23
24 (g) Dragline (h) Calmshell Gambar Jenis-jenis Alat Berat Rangkuman berikut : Jenis-jenis dan
klasifikasikan alat berat dapat dikelompokkan sebagai 1) Klasifikasi alat pemindah dan perataan tanah
meliputi : Tractor (prime mover), Scraper, Bulldozer, Motor Grader dan Loader 2) Klasifikasi alat
pengangkut, meliputi : Dump Truk dan Trailer 3) Klasifikasi alat pemadatan, meliputi : Three Wheel Roller,
Tandem Roller, Sheepfoot Type Roller, Pneumatic Tire Roller, Soil Compactor, Asphalt Compactor, Landfill
Compactor, Mesh Grid Roller dan Segmented Wheel Rollers 4) Klasifikasi alat penggali dan pemuat,
meliputi : Excavator, Shovels, Backhoe, Draglines, Clamshell, Crane dan Pile Drivers 5) Klasifikasi alat
pengangkat, meliputi : Forklift dan Truck Crane 6) Klasifikasi peralatan pabrik, meliputi : Asphal Mixing
Plant dan Crushing Crane 7) Klasifikasi peralatan dengan tekanan udara, meliputi : Crawler Drill dan
Compresor Modul PTM dan Alat Berat Page 24
25 Latihan Soal 1) Sebutkan jenis-jenis alat berat yang biasa digunakan pada pekerjaan konstruksi! 2)
Jelaskan perbedaan dan persamaan fungsi alat berat Bulldozer dan Motor Grader! 3) Jelaskan perbedaan
dan persamaan fungsi alat berat Dump Truk dengan Trailer! 4) Jelaskan perbedaan dan persamaan fungsi
alat berat Tandem Roller dengan Pneumatic Tire Roller! 5) Jelaskan perbedaan dan persamaan fungsi alat
berat Shovel dan Backhoe! 6) Jelaskan cara kerja alat berat Bulldozer! 7) Jelaskan cara kerja alat berat
Excavator! 8) Jelaskan cara kerja alat berat Motor Grader! 9) Jelaskan cara kerja alat berat Compactor
Roller! 10) Jelaskan fungsi alat berat Asphalt Mixing Plant! Modul PTM dan Alat Berat Page 25
26 PEMILIHAN ALAT BERAT Tujuan Khusus - Mahasiswa dapat menyebutkan merk, pabrik/ distributor
dan harga alat berat untuk tujuan perhitungan biaya pekerjaan. - Mahasiswa dapat menentukan pilihan
investasi atau pembelian alat berat. Bahan Bacaan Afrizal Nursin, Drs, 1995, Alat Berat, Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung. Marsudi Joyowiyono, Ir, SE, 1993, Ekonomi Teknik,
Cetakan ke 3, Jilid 1, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta. Nabar Darmansyah, Drs, 1998,
Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat, Unsri, Palembang. Rochmanhadi, Ir, 1992, Alat-alat Berat dan
Penggunaannya. Team, 1998, Pemindahan Tanah Mekanis, Bagian penerbitan ITN, Malang. Prasyarat
Sudah pernah mengambil Mata Kuliah Ekonomi Rekayasa 3.1 Macam-macam Merk, Pabrik/ Distributor
dan Harga Alat Berat Beberapa jenis dan merk alat berat yang biasa digunakan dalam bidang konstruksi (
Internet), antara lain yaitu : - ASPHALT FINISHER, Merk : SUMITOMO, VOGELE, MITSUBISHI, NIGATA
- ASPHALT TANKER TRUCK, Merk : MITSUBISHI - ASPHALT DISTRIBUTOR TRUCK, Merk : NIGATA -
AIR COMPRESSOR, Merk : DENYO, AIRMAN, KOMATSU Modul PTM dan Alat Berat Page 26
27 - BULLDOZER, Merk : KOMATSU, CAT, FIAT ALLIS - BACKHOE LOADER Merk : CASE - CRAWLER
CRUSHER, Merk : KOMATSU - CRAWLER LOADER, Merk : CAT - CRAWLER SCRAPDOZER, Merk :
NIPPON SHARYO - CRAWLER CRANE, Merk : KOBELCO, SUMITOMO, P&H - CONCRETE PUMP
TRUCK, Merk : MITSUBISHI, NIGATA, NISSAN CARRIER - COMBINATION ROLLER, Merk : SAKAI -
DUMP TRUCK, Merk : MITSUBISHI, NISSAN, HINO, MERCEDES BENZ - DOUBLE CAB PICKUP, Merk
: TOYOTA, NISSAN - DIESEL HAMMER, Merk : KOBELCO, IHI, IDH - EXCAVATOR, Merk : CAT,
KOMATSU - LIGHTING TRUCK, Merk : ISUZU - MOTOR GRADER, Merk : MITSUBISHI, CAT, KOMATSU
- MIXER TRUCK, Merk : HINO, NISSAN - MINI EXCAVATOR, Merk : YANMAR, KOBELCO, KOMATSU -
MINI CRANE, Merk : KATO, HITACHI, IHI, SUMITOMO - MINI EXCAVATOR, Merk : AIRMAN, KUBOTA -
MACADEM ROLLER, Merk : SAKAI - MANLIFT TRUCK, Merk : ISUZU - MECHANICAL TRUCK CRANE,
Merk : SUMITOMO - OVER FENCE TRUCK, Merk : NIKKEN - REACH LOADER, Merk : KOMATSU -
PRIME MOVER, Merk : NISSAN, MITSUBISHI, SCANIA, VOLVO - ROUGH TERRAIN CRANE, Merk :
KATO, TADANO - REACH LOADER, MerK : KOMATSU - ROUGH TERRAIN CRANE, Merk : KATO,
TADANO, KOBELCO - SPRINKLER TANK TRUCK, Merk : MITSUBISHI - SCISSOR LIFT, Merk :
HAULETTE - SELF LOADER, Merk : MITSUBISHI, TOYOTA Modul PTM dan Alat Berat Page 27
28 - TRUCK WITH CRANE, Merk : NISSAN, MITSUBISHI - TRUCK CRANE, Merk : TADANO, KATO, P&H
- VIBRATORY ROLLER, Merk : CAT, BOMAG, SAKAI, INGERSOLL - WATER TANKER, Merk :
MITSUBISHI, ISUZU - WHEEL LOADER, Merk : KOMATSU, CAT, TOYOTA, TCM, KAWASAKI - WHEEL
EXCAVATOR, Merk : KOMATSU, BOMAG, MITSUBISHI, HITACHI - WELDER, Merk : DENYO,
Sedangkan pabrik dan distributor berbagai jenis alat berat yang ada antara lain : - P.T. Airindo Sakti,
merupakan distributor dan agen peralatan berat dan industri di Jakarta. - P.T. Pundarika Atma Semesta,
merupakan produsen mobil pemadam kebakaran di Jakarta. - P.T. Cipta Intrasarana Intitama, merupakan
pembuat mobil pemadam kebakaran dan penarik pesawat terbang. - P.T. Hexindo Adhiperkasa Tbk,
merupakan distributor alat berat terutama Excavator di Jakarta. - P.T. Jatitengah Perdana, merupakan
spesialis perawatan dan perbaikan forklift dan generator set di Jakarta. - P.T. United Tractors Pandu
Engineering, merupakan pabrik alat berat dan anak perusahaan P.T. United Tractor Tbk di Jakarta, yang
juga memiliki cabang di Palembang. - P.T. Probesco Disatama, merupakan pusat penjualan, rental dan
pemeliharaan alat berat di Jakarta, yang juga memiliki cabang di Palembang. - P.T. Swadaya Harapan
Nusantara, merupakan rental alat berat dan genset di Jakarta. - P.T. Trakindo Utama Indonesia,
merupakan dealer alat berat dan mesin Cartepillar di Jakarta. Pada tabel 3.1. dapat dilihat secara garis
besar beberapa harga alat berat yang biasa digunakan. Modul PTM dan Alat Berat Page 28
29 Tabel 3.1. Harga Beberapa Jenis Alat Berat No. Jenis Alat Kapasitas (HP) Harga Alat (Rp) 1. Bulldozer
,00 2. Motor Grader ,00 3. Excavator ,00 4. Crusher 30 T ,00 5. Wheel Loader ,00 6. Tractor Wheeled ,00
7. Roller 6 8 Ton ,00 8. Roller Vibrator ,00 9. Roller Pneumatic , Vibrator 1 Ton , Tamper Vibrator , Concrete
Vibrator , Sprayer 100 Liter , Sprayer 400 Liter , AMP 30 Ton/ Jam , Asphlat Finisher , Water Tank Truck
,00 18 Dump Truck 3,5 Ton , Dump Truck 5 Ton , Flat Bed truck , Concrete Mixer , Air Compressor , Water
Pump 5 CM ,00 (Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, 2006) 3.2 Pertimbangan Investasi dan
Pembelian Alat Berat Untuk melakukan pertimbangan terhadap investasi dan pembelian terhadap alat
berat dapat digunakan suatu analisa ekonomi teknik dimana beberapa alternatif dibandingkan. Sering
dijumpai biaya total dari suatu alternatif merupakan fungsi dari suatu variabel yang sama, maka dapat dicari
titik persekutuan dimana biaya total dari beberapa alternatif pada titik tersebut bernilai sama. Dalam banyak
situasi yang dijumpai dalam analisa ekonomi teknik, biaya dari sebuah alternatif dapat merupakan suatu
fungsi dari suatu variabel tungga. Apabila dua atau lebih alternatif merupakan fungsi dari variabel yang
sama, maka bisa dikehendaki untuk menemukan nilai variabel yang akan menghasilkan biaya yang Modul
PTM dan Alat Berat Page 29
30 sama untuk alternatif-alternatif yang dipertimbangkan. Nilai dari sebuah variabel yang demikian disebut
juga sebagai titik break event atau Break Event Point (BEP). Analisa break event adalah analisis yang
mempelajari hubungan antara biaya total (biaya tetap + biaya variabel), keuntungan dan volume kegiatan/
produksi. Masalah-masalah break event menyangkut perbandingan alternatif-alternatif dimana satu
alternatif akan paling ekonomis untuk dioprasikan pada suatu tingkat operasi tertentu dan alternatif yang
lain akan paling ekonomis untuk dioperasikan pada suatu tingkat operasi yang lain. Untuk menetapkan
BEP dari beberapa alternatif yang biaya totalnya merupakan fungsi dari sebuah variabel dapat dilakukan
dengan cara grafis, matematis maupun coba-coba. Untuk dapat menemukan titik break event, perlu untuk
menemukan biayabiaya tetap dan biaya-biaya tidak variabel dari tiap peralatan. Kedua tipe biaya ini dapat
digambarkan pada suatu grafik seperti terlihat pada gambar 3.1. Dimana biayabiaya tetap pada grafik akan
diperlihatkan sebagai suatu garis horizontal yang menunjukkan biaya tahunan konstan. Nilai tahunan
ekivalen (Rp/tahun) Jumlah biaya tetap dan biaya variabel Biaya-biaya variabel Jam operasi per tahun
Gambar 3.1. Biaya Variabel dan Biaya Tetap Linear Bilamana biaya dari dua alternatif dipengaruhi oleh
suatu faktor tidak tetap (variabel), maka dapat timbul suatu nilai dari faktor tak tetap dimana alternatif akan
Modul PTM dan Alat Berat Page 30
31 mendatangkan biaya yang sama. Biaya dari tiap alternatif dapat dinyatakan sebagai fungsi dari faktor
tidak tetap biasa yang bebas dan akan berbentuk : TC 1 = f 1 (x) dan TC 2 = f 2 (x). (3.1) Dimana : TC 1
dan TC 2 x = suatu jumlah total yang ditetapkan per periode waktu, per proyek atau per satuan
dipergunakan masing-masing untuk alternatif 1 dan alternatif 2. = suatu faktor tak tetap biasa bebas yang
mempengaruhi alternatif 1 dan alternatif 2. Pemecahan nilai untuk x diselesaikan dengan mempersamakan
fungsi-fungsi : TC 1 = TC 2 dan f 1 (x) = f 2 (x).. (3.2) Hasil nilai x memberikan biaya yang sama untuk
alternatif-alternatif yang dipertimbangkan dan oleh karenanya menunjukkan titik keseimbangan (break-
event point). Rumus yang digunakan : Dimana : TC (1) = CR (i) 1 + M + C (1). t.. (3.3) CR(i) 1 = (P S) (A/P,
i,n) + S (i) (3.4) n i(1 i) ( A / P, i, n). (3.5) n (1 i) 1 atau nilai (A/P, i, n) dapat langsung dilihat pada tabel
bunga CR (i) 1 = biaya tahunan ekivalen pemulihan modal (Rp) M C (1) t P S n = biaya (pengeluaran/
pendapatan) tahunan (Rp) = biaya (per jam/ per km/ per satuan) operasi (Rp) = jumlah satuan operasi
pertahun (jam atau tahun atau km, dll) = nilai sekarang (Rp) = nilai jual kembali (Rp) = jumlah tahun i =
bunga (%) Modul PTM dan Alat Berat Page 31
32 Contoh Soal : 1) Untuk mengalirkan air dari sebuah terowongan diperlukan sebuah pompa yang
digerakkan dengan sebuah mesin berkekuatan 20 HP. Jumlah jam yang akan dijalani oleh mesin tersebut
untuk beroperasi selama setahun adalah tergantung pada turunnya hujan, oleh karenanya tidak pasti
(uncertain). Unit pompa yang diperlukan diperkirakan mempunyai usia kegunaan 6 tahun. Ada dua
alternatif sedang dalam pertimbangkan, yaitu : Rencana A mengusulkan untuk membangun suatu aliran
tenaga (power line) dilengkapi dengan sebuah mesin listrik, dengan total biaya Rp ,- Nilai jual lagi dari
peralatan ini pada akhir tahun ke-6 diperkirakan Rp ,- Biaya aliran per jam kerja adalah diperkirakan Rp ,-
biaya pemeliharaan Rp ,- per tahun dan tingkat bunga 10 %. Tidak diperlukan pembantu, karena alat
tersebut adalah otomatis. Rencana B mengusulkan membeli sebuah motor gas dengan harga Rp ,- Mesin
ini tidak mempunyai nilai jual lagi pada akhir periode tahun ke-6. Biaya untuk bensin dan minyak per jam
operasi diperkirakan Rp 6.300,- pemeliharaan Rp 2.200,- per jam operasi dan upah-upah yang dibayarkan
apabila mesin dijalankan adalah Rp ,- per jam. Tingkat suku bunga ditentukan 10 %. Penyelesaian :
Rencana A : Misalkan TC A adalah total biaya tahunan ekivalen dari rencana A, maka berdasarkan
ketentuan-ketentuan : CR(i) A = Biaya tahunan ekivalen pemulihan modal = (P S) (A/P, 10,6) + S (0,1) =
Rp ( ) (0,2296) + Rp (0,1) = Rp Rp = Rp ,- Modul PTM dan Alat Berat Page 32
33 M = biaya pemeliharaan tahunan = Rp ,- C (A) t = biaya aliran per jam operasi = Rp ,- = jumlah jam
operasi per tahun maka : TC (A) = CR (i) A + M + C (A). t = Rp Rp Rp t = Rp Rp t. (1) Rencana B : Misalkan
TC B adalah total biaya tahunan ekivalen dari rencana B, maka berdasarkan ketentuan-ketentuan : CR(i)
B = Biaya tahunan ekivalen pemulihan modal = P (A/P, 10,6) = Rp (0,2296) = Rp ,- C (B) t = biaya bensin
dan minyak, pemeliharaan dan upah per jam = Rp Rp Rp = Rp ,- per jam = jumlah jam operasi per tahun
maka : TC (B) = CR (i) B + M + C (B). t = Rp Rp t. (2) TC (A) = TC (B) menghasilkan : Rp Rp t = Rp Rp t
Rp ( ). t = Rp ( ) Rp ,- t = Rp 7.900,- t = 541,92 jam per tahun Biaya tahunan ekivalen total adalah sama
untuk kedua alternatif dengan jumlah jam operasi 541,92 jam per tahun, dapat ditunjukkan dengan
memasukkan nilai t = 541,92 ini ke dalam persamaan (1) dan (2), yang memberikan jumlah Rp ,- Modul
PTM dan Alat Berat Page 33
34 Perbedaan dalam biaya tahunan ekivalen diantara kedua alternatif dapat dihitung untuk setiap jumlah
jam operasi. Sebagai contoh, andaikata mesin tersebut dioprasikan untuk 200 jam per tahun, maka : TC =
TC (A) - TC (B) = CR(i) A + M + C (A). t (CR (i) B + C (B). t) = Rp ( (200)) Rp ( (200)) = Rp ,- Dengan data-
data diberikan dalam contoh ini, biaya tahunan dari kedua alternatif adalah sama untuk 541,92 jam operasi
per tahun. Jika peralatan digunakan kurang dari 541,92 jam per tahun, pemilihan untuk menggunakan
motor gas lebih ekonomis, sebaliknya untuk lebih dari 541,92 jam operasi per tahun, maka penggunaan
motor listriklah yang lebih ekonomis. Hasil ini dapat digambarkan pada grafik seperti pada gambar 3.2
berikut. (x1000) Rp TC B TC A Rp Rp Motor listrik Rp 600 Motor Gas jam 541,92 Gambar 3.2. Break Event
Point Rencana A dan Rencana B Modul PTM dan Alat Berat Page 34
35 2) Suatu pekerjaan pengangkutan tanah mempertimbangkan pemilihan untuk membeli sebuah truk
dengan dua alternatif (Truk A dan Truk B). Dari data yang ada mengenai informasi tentang truk adalah
sebagai berikut : Truk A Truk B Harga pembelian (Rp) Umur (tahun) Biaya Pemeliharaan tahunan (Rp)
Nilai jual kembali (Rp) Biaya Eksploitasi (Rp/km) , , , , , , , ,- Kendaraan ini akan dioperasikan untuk
pekerjaan dengan jarak kurang lebih 600 km dan tingkat suku bunga yang berlaku adalah 15 % per tahun.
Truk manakah yang harus dipilih? Penyelesaian : Truk A : Misalkan TC A adalah total biaya tahunan
ekivalen dari Truk A, maka berdasarkan ketentuan-ketentuan : CR(i) A = Biaya tahunan ekivalen pemulihan
modal = (P S) (A/P, 15%,5) + S (0,15) = Rp (150 juta - 30 juta) (0,29832) + Rp 30 juta (0,15) = Rp ,- + Rp
,- = Rp ,- C (A) t = biaya eksploitasi per km operasi = Rp ,- = jumlah km maka : TC (A) = CR (i) A + M + C
(A). t = Rp ,- + Rp ,- + Rp t.. (1) Truk B : Misalkan TC B adalah total biaya tahunan ekivalen dari Truk B,
maka berdasarkan ketentuan-ketentuan : Modul PTM dan Alat Berat Page 35
36 CR(i) B C (B) t = Biaya tahunan ekivalen pemulihan modal = (P S) (A/P, 15%,7) + S (0,15) = Rp (225
juta - 45 juta) (0,29832) + Rp 45juta (0,15) = Rp ,- + Rp ,- = Rp ,- = biaya eksploitasi per km operasi = Rp
,- = jumlah km maka : TC (B) = CR (i) B + C (B). t = Rp ,- +Rp ,- + Rp t.. (2) TC (A) = TC (B) menghasilkan
: Rp ,- + Rp t = Rp ,- + Rp t Rp ,- t = Rp ,- = 497,48 km Biaya tahunan ekivalen total adalah sama untuk
kedua alternatif dengan jumlah km operasi 503,73 km, dapat ditunjukkan dengan memasukkan nilai t =
503,73 ini ke dalam persamaan (1) dan (2), yang memberikan jumlah Rp Hasil ini dapat digambarkan pada
grafik seperti pada gambar 3.3. (juta) Rp. 110 TC A TC B Rp. 100 Rp. 90 Truk B Rp. 80 Truk A Rp. 70 Rp.
60 Rp. 50 Rp km 497,48 Gambar 3.3. Break Event Point Truk A dan Truk B Modul PTM dan Alat Berat
Page 36
37 Dari grafik dapat dilihat bahwa sebaiknya dipilih Truk B karena BEP didapat pada titik 497,48 sedangkan
Truk akan dioperasikan hingga jarak 600 km, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk Truk B setelah titik
BEP lebih murah dibandingkan dengan Truk A. Rangkuman Beberapa pabrik dan distributor berbagai jenis
alat berat yang ada antara lain: P.T. Airindo Sakti, P.T. Pundarika Atma Semesta, P.T. Cipta Intrasarana
Intitama, P.T. Hexindo Adhiperkasa Tbk, P.T. Jatitengah Perdana, P.T. United Tractors Pandu Engineering,
P.T. United Tractor Tbk di Jakarta, P.T. Probesco Disatama, P.T. Swadaya Harapan Nusantara, P.T.
Trakindo Utama Indonesia. Untuk menghitung biaya Break Event Point (BEP) dari tiap alternatif dapat
dinyatakan sebagai fungsi dari faktor tidak tetap biasa yang bebas dan akan berbentuk: TC 1 = f 1 (x) dan
TC 2 = f 2 (x) Dimana : TC 1 dan TC 2 x = suatu jumlah total yang ditetapkan per periode waktu, per proyek
atau per satuan dipergunakan masing-masing untuk alternatif 1 dan alternatif 2. = suatu faktor tak tetap
biasa bebas yang mempengaruhi alternatif 1 dan alternatif 2. Pemecahan nilai untuk x diselesaikan dengan
mempersamakan fungsi-fungsi : TC 1 = TC 2 dan f 1 (x) = f 2 (x) Hasil nilai x memberikan biaya yang sama
untuk alternatif-alternatif yang dipertimbangkan dan oleh karenanya menunjukkan titik keseimbangan
(break-event point). Modul PTM dan Alat Berat Page 37
38 Rumus yang digunakan : TC (1) CR(i) 1 = CR (i) 1 + M + C (1). t = (P S) (A/P, i,n) + S (i) n i(1 i) ( A/ P,
i, n) n (1 i) 1 atau nilai (A/P, i, n) dapat langsung dilihat pada tabel bunga Dimana : CR (i) 1 = biaya tahunan
ekivalen pemulihan modal (Rp) M C (1) t P S n = biaya (pengeluaran/ pendapatan) tahunan (Rp) = biaya
(per jam/ per km/ per satuan) operasi (Rp) = jumlah satuan operasi pertahun (jam atau tahun atau km, dll)
= nilai sekarang (Rp) = nilai jual kembali (Rp) = jumlah tahun i = bunga (%) Latihan Soal 1) Sebutkan
beberapa merk alat berat yang ada dalam bidang konstruksi! 2) Sebutkan beberapa pabrik/ distributor alat
berat yang menyediakan kebutuhan alat alat berat! 3) Jelaskan apa tujuan diketahuinya harga-harga alat
berat dalam mempelajari alat berat! 4) Jelaskan tujuan dari Analisa Break Event Point pada pemilihan alat
berat! 5) Suatu perusahaan konsultan teknik memperoleh sebuah kontrak untuk melakukan pekerjaan
penggalian material disuatu lokasi penimbunan. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan
tersebut adalah 2 tahun dan diperlukan 2 buah Excavator dan 10 buah Dump Truk untuk melakukan
pekerjaan tersebut. Dua alternatif tersedia, dengan biaya-biaya yang ditawarkan adalah sebagai berikut :
Modul PTM dan Alat Berat Page 38
39 a. Membeli 2 unit Excavator dan menyewa 10 unit Dump Truk. Harga satu unit Excavator adalah Rp ,-
dan penjual bersedia mengoper kembali setiap saat dalam waktu 2 tahun dengan harga 40 % dari harga
pembelian. Total biaya pemeliharaan dan keperluan lainnya termasuk biaya operator adalah Rp ,- perbulan,
sedangkan biaya sewa untuk 10 unit Dump Truk apabila dihitung perbulannya adalah Rp ,- dan operator
sudah termasuk didalam biaya tersebut. b. Membeli 2 unit Excavator dengan harga seperti alternatif
pertama, dan membeli 10 unit Dump Truk dengan harga 1 unit Dump Truk adalah Rp ,- dan penjual juga
bersedia mengoper kembali setiap saat dalam waktu 2 tahun dengan harga 40 % dari harga pembelian.
Biaya pemeliharaan dan keperluan lain-lain perbulan yang harus dikeluarkan adalah Rp ,- sedangkan total
biaya operator perbulan yang harus dikeluarkan adalah Rp ,- Dari kedua alternatif yang ada, alternatif
manakah yang lebih menguntungkan untuk dipilih jika tingkat suku bunga yang digunakan adalah 10 %
dan gambarkan grafik Break Event Pointnya! Modul PTM dan Alat Berat Page 39
40 ANALISIS TENAGA ALAT BERAT Tujuan Khusus - Mahasiswa dapat menghitung tenaga yang
dibutuhkan pada pengoperasian alat berat dengan mempertimbangkan tahanan gelinding dan kemiringan
medan kerja. - Mahasiswa dapat menghitung tenaga yang tersedia pada pengoperasian alat berat dengan
menganalisis Draw Barpull dan Rimpull yang ada. - Mahasiswa dapat menghitung tenaga yang dapat
digunakan dalam pengoperasian alat berat dengan menganalisis koefisien traksi dan pengaruh ketinggian
medan kerja. Bahan Bacaan Afrizal Nursin, Drs, 1995, Alat Berat, Pusat Pengembangan Pendidikan
Politeknik, Bandung. Cartepillar Tractor Co., 1995, Cartepilar Performance Handbook : Edition 26 nd,
Peoria Illiois, USA. Nabar Darmansyah, Drs, 1998, Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat, Unsri,
Palembang. Rochmanhadi, Ir, 1992, Alat-alat Berat dan Penggunaannya. Team, 1998, Pemindahan Tanah
Mekanis, Bagian penerbitan ITN, Malang. Prasyarat Sudah mempelajari Bab I Bab II Salah satu langkah
penting yang harus diperhatikan dalam perhitungan produksi kerja alat berat adalah analisis dari tenaga
alat berat tersebut, karena tenaga yang ada akan menentukan sanggup tidaknya alat berat dalam
melakukan pekerjaan dan akan mempengaruhi waktu penyelesaian pekerjaan, sehingga tenaga yang
Modul PTM dan Alat Berat Page 40
41 tersedia pada suatu alat berat akan menentukan besar kecilnya produksi kerja dari alat tersebut. Tiga
faktor yang diperhitungkan dalam menganalisis tenga alat berat yaitu tenaga yang dibutuhkan, tenaga yang
tersedia dan tenaga yang dapat digunakan. 4.1 Tenaga Yang Dibutuhkan Tenaga yang dibutuhkan (Nabar,
1998), adalah tenaga yang diperlukan untuk menggerakan alat berat pada permukaan jalan. Tenaga yang
dibutuhkan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : berat muatan dan daya hambat yang terjadi meliputi :
Tahanan Gelinding (Rolling Resistance) Tahanan gelinding adalah gaya tahanan yang mengimbangi mesin
peralatan saat bergerak di atas permukaan tanah. Besar atau kecilnya tahanan gelinding tergantung pada
beberapa faktor antara lain: - Jenis permukaan jalan, bahwa setiap jenis permukaan jalan akan
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap daya hambat yang terjadi, misalnya permukaan jalan dari
tanah liat tentunya akan memberikan daya hambat yang berbeda dari permukaan jalan aspal. - Penentrasi
ban, alat yang bekerja pada permukaan jalan becek selain daya hambat yang terjadi akan menjadi lebih
besar tentunya akan ada kemungkinan ban akan terbenam ke dalam tanah. Terbenamnya ban ke dalam
tanah inilah yang disebut sebagai penetrasi ban. - Kelenturan roda, disebabkan oleh beberapa hal seperti
tekanan angin rancangan ban dan permukaan jalan yang dilalui ban, misalnya sebuah ban berkekuatan
angin rendah tentunya akan menyebabkan permukaan ban menjadi lebih berat sehingga bidang kontak
dengan permukaan jalan semakin luas dan kembang ban akan terpuntir, hal ini akan menyebabkan daya
hambat menjadi lebih besar dibanding dengan ban yang berkekuatan angin tinggi. Pada beberapa kondisi
pekerjaan biasanya telah disyaratkan tekanan angin pada ban. Modul PTM dan Alat Berat Page 41
42 - Gesekan pada bagian dalam, merupakan suatu faktor yang diperhitungkan terhadap daya hambat
yang terjhadi namun relatif kecil oleh karena itu biasanya untuk menghitung tenaga yang dibutuhkan faktor
ini hampir selalu diabaikan. Pada tabel 4.1 berikut dapat dilihat perkiraan harga tahanan gelinding untuk
berbagai jenis roda dan permukaan jalan. Tabel 4.1. Harga Tahanan Gelinding Jenis roda Ban besi dan
Crawler track Ban karet tahanan geser Permukaan tumpuan rata dan wheel Tinggi Rendah Beton rata
Aspal baik Tanah padat Tanah non padat Tanah becek Pasir lepas Tanah berlumpur (Sumber : Nursin,
1995) Sedangkan koefisien tahanan gelinding (C RR ) dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2.
Koefisien Tahanan Gelinding (C RR ) Tipe dan kondisi landasan Rel besi Beton Jalan macadam
Perkerasan kayu Jalan datar non perkerasan kering Tanah keras Tanah gembur Tanah lunak Kerikil, non
pemadatan Pasir non pemadatan Tanah basah, lumpur (Sumber : Nursin, 1995) Roda besi 0,01 0,02 0,03
0,03 0,05 0,10 0,12 0,16 0,15 0,15 - C RR Roda ban - 0,02 0,03-0,04 0,04 0,05 0,09 0,12 0,12 0,16 Modul
PTM dan Alat Berat Page 42
43 Apabila faktor tahanan gelinding (C RR ) tidak diketahui maka dapat dihitung dengan rumus : RR = C
RR x berat kendaraan beroda. (4.1) C RR = 2 % + (0,6 %) setiap cm terbenamnya roda (4.2) Rumus di
atas merupakan nilai konstan yang digunakan untuk menghitung daya hambat yang terjadi antara roda
dengan permukaan jalan yang harus diatasi. Dengan kata lain bahwa setiap ton berat alat diperlukan
tenaga 20 kg/ton untuk menariknya. Namun daya hambat juga akan bertambah bila terjadi penetrasi ban
dan besarnya penetrasi dinyatakan sebagai berikut bahwa setiap 1 cm penetrasi ban ke dalam permukaan
tanah akan menambah daya hambat sebesar 6 kg/ ton (0,6 %), sehingga semakin dalam penetrasi ban
maka daya hambat yang terjadi akan semakin besar. Berdasarkan data (Caterpillar Performance
Handbook dalam Nabar, 1998) dinyatakan bahwa setiap inci penetrasi ban akan meningkatkan daya
hambat sebesar 15 kg/ton berat alat. Contoh soal : 1) Sebuah Dump Truk beroperasi mengangkut tanah
pada suatu lokasi penggalian tanah. Dari jalan yang dilewatinya terlihat bekas roda dengan penetrasi
sedalam 6 cm. Hitunglah koefisien Rolling Resistance yang terjadi! Penyelesaian : Setiap 1 cm penetrasi
terjadi penambahan daya hambat sebesar 0,6 % (6 kg/ton), maka untuk penetrasi sedalam 6 cm Rolling
Resistance menjadi : 6 kg/ton x 6 = 36 kg/ton Faktor Rolling Resistance menjadi : C RR = 20 kg/ton + 36
kg/ton = 56 kg/ton 2) Berapa faktor Rolling Resistance dari sebuah Wheel Loader yang bekerja mengangkut
material, dimana pada lintasan kerja terjadi penetrasi sedalam 2 inch! Modul PTM dan Alat Berat Page 43
44 Penyelesaian : Setiap 1 inci penetrasi terjadi penambahan daya hambat sebesar 1,5 % (15 kg/ton),
maka untuk penetrasi sedalam 2 inci Rolling Resistance menjadi : 15 kg/ton x 2 = 30 kg/ton Faktor Rolling
Resistance menjadi : C RR = 20 kg/ton + 30 kg/ton = 50 kg/ton Pengaruh kelandaian Gaya tarik kendaraan
dipengaruhi oleh kemiringan jalan. Alat yang bergerak pada jalan angkut menanjak biasanya akan
mengatasi dua hambatan, yaitu hambatan akibat tahanan gelinding dan akibat tanjakan itu sendiri yang
disebut tahanan kelandaian (Grade Resistance). Besarnya Grade Resistance berbanding lurus dengan
besarnya tanjakan yang dilaluinya, artinya bahwa semakin besar tanjakan yang akan dilewati kendaraan
maka semakin besar hambatan yang terjadi sehingga semakin besar tenaga yang dibutuhkan. Setiap 1 %
tanjakan akan menyebabkan terjadinya hambatan sebesar 10 kg/ton berat alat. Sedangkan pada kondisi
permukaan jalan menurun alat angkut akan memperoleh daya dorong tambahan akibat kelandaian.
Kelebihan daya dorong akibat kemiringan ini biasanya disebut Grade Asistance. Apabila turunan akibat
kemiringan tidak terlalu curam maka hambatan akibat kelandaian masih perlu diperhitungkan, namun
apabila turunan cukup curam sehingga alat dapat bergerak dengan sendirinya tanpa harus menggerakkan
mesin maka hambatan akibat kelandaian tidak perlu diperhitungkan. Pada pelaksanaannya tidak seluruh
daya dorong akibat kelandaian dapat dimanfaatkan untuk memacu alat bergerak dengan kecepatan tinggi,
maka ada batasan-batasan maksimal yang tidak boleh dilewati karena jika melebihi kecepatan maksimal
maka akan dapat menimbulkan masalah dalam keselamatan kerja. Faktor yang membatasi kecepatan alat
pada saat melewati turunan yang curam adalah kemampuan rem yang menentukan tingkat kecepatan
maksimal. Modul PTM dan Alat Berat Page 44
45 Untuk menentukan kecepatan maksimal saat menurun dapat menggunakan kurva kemampuan rem
seperti pada gambar 4.1 berikut : Contoh soal : Berapa kecepatan maksimal dari sebuah Dump truk dengan
berat total 100 ton yang melewati jalan kerja menurun dengan kemiringan 20 %. Penyelesaian : Langkah-
langkah yang dapat diikuti adalah sebagi berikut : - Tentukan berat total alat pada skala berat (bagian atas)
dalam satuan kg (100 ton) Gambar 4.1. Kurva Kemampuan Rem (Sumber : Nabar, 1998) - Dari titik tersebut
buat garis vertikal kebawah sampai memotong garis kemiringan turunan (pada skala 20 %) Modul PTM
dan Alat Berat Page 45
46 - Dari titik perpotongan, buat garis horisontal sampai memotong kurva tingkatan gigi (pada gigi 3) - Titik
perpotongan antara gigi dan garis horisontal disambung kebawah secara vertikal hingga memotong skala
kecepatan (antara 10 15 km/jam) - Dari perpotongan titik ini didapatkan kecepatan maksimal alat kurang
lebih 12 km/jam. Dari penjelasan mengenai tahanan gelinding (RR) dan tahanan akibat pengaruh
kemiringan (GR) serta dorongan akibat kelandaian (GA) maka secara umum rumus yang digunakan untuk
menghitung tenaga yang dibutuhkan adalah : Tenaga Yang Dibutuhkan (dalam Kg) = GVW x (RR + GR)
Tenaga Yang Dibutuhkan (dalam Kg) = GVW x (GA RR). (4.3) Dimana : GVW = Gross Vehicle Weight
(berat total alat) = berat kosong + berat muatan =.. (ton) RR = Rolling Resistance (Kg/ton) GR = Grade
Resistance (Kg/ton) GA = Grade Asistance (Kg/ton) Contoh soal : 1) Sebuah Wheel Loader bergerak di
atas permukaan jalan yang keras dan halus dengan faktor Rolling Resistance 35 kg/ton, menurun dengan
kelandaian 12 %. Hitung daya dorong akibat kelandaian! Penyelesaian : Daya dorong akibat kelandaian =
Grade Asistance - Rolling Resistance = 12 % - 3,5 % = 8,5 % atau = 120 kg/ton - 35 kg/ton = 85 kg/ton
Modul PTM dan Alat Berat Page 46
47 2) Sebuah Dump Truk beroperasi sengan berat kosong 50.000 kg. Alat ini beroperasi pada suatu proyek
dengan kondisi jalan tanah liat lunak dengan Rolling Resistance 55 kg/ton. Jika kapasitas muat Dump Truk
20 m 3 dan berat isi material yang diangkut adalah 2.000 kg/m 3. Berapakah tenaga yang dibutuhkan agar
alat dapat bergerak? Penyelesaian : Berat kosong alat = 50 ton Berat muatan = 20 m 3 x 2 t/m 3 = 40 ton
GVW = 90 ton Tenaga Yang Dibutuhkan = GVW x Rolling Resistance = 90 ton x 55 kg/ton = 4950 kg 3)
Suatu permukaan jalan dengan kelandaian 3% akan dilewati oleh suatu Dump Truk dengan berat kosong
alat 18 ton dan kapasitas bak adalah 30 m 3. Jika faktor RR adalah 50 kg/ton dan berat isi material 3 t/m
3. Hitung tenaga yang dibutuhkan untuk dapat melewati jalan tersebut! Penyelesaian : Berat kosong alat =
18 ton Berat muatan = 30 m 3 x 3 t/m 3 = 90 ton GVW = 108 ton Rolling Resistance = 50 kg/ton Grade
Resistance = 30 kg/ton Total Resistance = 80 kg/ton Tenaga Yang Dibutuhkan = GVW x Total Resistance
= 108 ton x 80 kg/ton = 8640 kg 4.2 Tenaga Yang Tersedia Tenaga yang tersedia adalah tenaga yang
dapat disediakan oleh mesin alat berat untuk melakukan suatu pekerjaan. Tenaga yang tersedia perlu
diketahui agar dapat dibandingkan dengan tenaga yang dibutuhkan. Alat tidak akan dapat bergerak jika
tenaga yang tersedia lebih kecil daripada tenaga yang dibutuhkan. Modul PTM dan Alat Berat Page 47
48 Dua faktor yang menentukan persediaan tenaga adalah tenaga kuda (Horse Power) dan kecepatan
(Speed). Tenaga kuda (HP) adalah waktu rata-rata untuk melakukan pekerjaan dan merupakan nilai
konstan bagi setiap alat. Hubungan antara kecepatan, tenaga kuda dan tenaga tarik adalah sebagai berikut
: Tenaga kuda (HP) = Tenaga tarik (Kg) x Kecepatan (km/jam)... (4.4) Besarnya tenaga tarik akan berubah
sesuai dengan tinggi rendahnya kecepatan, dimana bila kecepatan bergerak semakin tinggi maka tenaga
tarik yang tersedia semakin kecil, demikian juga sebaliknya jika tenaga tarik bertambah maka kecepatan
akan semakin rendah, misalnya tenaga yang tersedia pada gigi 1 adalah besar namun kecepatan yang
ada rendah, jika dibandingkan dengan kecepatan pada gigi 5 yang besar namun tenaga tarik yang tersedia
rendah. Tenaga yang tersedia pada prinsipnya dibedakan antara alat beroda rantai dengan alat beroda
ban. Dimana tenaga tarik yang tersedia pada alat berat beroda rantai dikenal dengan istilah Draw Bar Pull,
sedangkan untuk alat yang beroda ban disebut dengan istilah Rimpull. Draw Bar Pul dinyatakan dalam kg
atau lb. Besarnya Draw Bar Pull dikeluarkan oleh pabrik dalam bentuk label dan diukur dalam keadaan
standar seperti pada tabel 4.3. berikut. Tabel 4.3. Draw Bar Pull Track D4E-SA Gear Kecepatan Draw Bar
Pull km/jam mph kg lbs Maju 1 2 3 4 5 Mundur 1 2 3 4 5 (Sumber : Nursin, 1995) 4,0 4,7 5,7 6,6 7,6 4,8 5,6
6,9 7,8 8,9 2,5 2,9 3,6 4,1 4,7 3,0 3,5 4,3 4,9 5,5 4876 4173 3311 2840 2418 - - - - - 10750 9200 7305 6260
5330 - - - - - Modul PTM dan Alat Berat Page 48
49 Rimpull dinyatakan dalam kg atau lbs, jika Rimpull tidak diketahui maka untuk menghitung Rimpull dapat
digunakan rumus : Dimana : 375 x HP x Effisiensi Rimpull... (4.5) Kecepa tan Rimpull = tenaga tarik (dalam
kg atau lbs) 375 = angka konstan HP = Horse Power (tenaga kuda) Effisiensi = Effisiensi berkisar antara
80 % - 85 % Kecepatan = kecepatan kerja alat (dalam km/jam atau mph) Contoh soal : 1) Sebuah Dump
Truk dengan daya mesin 180 HP mempunyai effisiensi mesin 0,85. Tentukan berapa Rimpull pada masing-
masing gear, jika diketahui : Gear 1 4,35 mph Gear 2 7,60 mph Gear 3 12,40 mph Gear 4 18,30 mph Gear
5 28,55 mph Penyelesaian : 375x180HPx0,85 Gear 1 Rimpull = 13189, 66 4,35mph 375x180HPx0,85 Gear
2 Rimpull = 7549, 340 7,60mph 375x180HPx0,85 Gear 3 Rimpull = 4627, 020 12,40mph lbs lbs lbs
375x180HPx0,85 Gear 4 Rimpull = 3135, 25 18,30mph lbs 375x180HPx0,85 Gear 5 Rimpull = 2009, 63
lbs 28,55mph 2) Hitung kecepatan Dump Truk yang mempunyai daya kerja 400 HP, dimana Dump Truk
tersebut memiliki tenaga tarik sebesar 15000 kg pada gigi 1, 10000 kg pada Modul PTM dan Alat Berat
Page 49
50 gigi 2, 6000 kg pada gigi 3, 5000 kg pada gigi 4 dan 3500 kg pada gigi 5, jika effisiensi alat adalah 0,8!
Penyelesaian : 375x400HPx0,8 Kecepatan pada gigi 1 = 8 15000kg 375x400HPx0,8 Kecepatan pada gigi
2 = 12 10000kg 375x400HPx0,8 Kecepatan pada gigi 3 = 20 6000kg 375x400HPx0,8 Kecepatan pada gigi
4 = 24 5000kg 375x400HPx0,8 Kecepatan pada gigi 5 = 34 3500 km/jam km/jam km/jam km/jam km/jam
3) Sebuah Traktor dengan berat 15 ton, bergerak dengan kecepatan 40 km/jam. Traktor tersebut
beroperasi pada jalan dengan tahanan gelinding sebesar 40 kg/ton dan kemiringan 3 %. Tentukan berapa
daya yang disediakan mesin! Penyelesaian : Tenaga yang dibutuhkan = GVW x Total Resistance = 15 ton
x ( 40 kg/ton + 30 kg/ton ) = 1050 kg Kecepatan x tenaga yang dibutuhkan HP = ---------------------------------
------------- 375 40 km/jam x 1050 kg = ---------------------------- = 112 HP 375 Jadi daya yang disediakan mesin
adalah 112 HP. Modul PTM dan Alat Berat Page 50
51 4.3 Tenaga Yang Dapat Digunakan Tidak seluruh tenaga yang tersedia dapat digunakan secara penuh
untuk menggerakkan alat dikarenakan beberapa kondisi yang membatasinya, antara lain setelah
dipengaruhi oleh faktor traksi dan faktor ketinggian lokasi pekerjaan. Koefisien Traksi Koefisien traksi
adalah perbandingan beratnya tenaga yang dapat dikerahkan pada roda penggerak dengan beban yang
bekerja pada roda tersebut sebelum terjadi slip. Sedangkan traksi adalah daya cengkraman antara roda
atau track dengan permukaan jalan pada waktu kendaraan bergerak. Cengkraman inilah yang
memungkinkan roda dapat bergerak melewati permukaan jalan sehingga tidak terjadi slip. Untuk
mendapatkan traksi kritis maka koefisien traksi dikalikan dengan berat total kendaraan. Traksi kritis =
koefisien traksi (Ct) x berat total kendaraan (GVW).. (4.6) Sedangkan untuk mengetahui besarnya koefisien
traksi dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut. Tabel 4.4. Koefisien Faktor Traksi No. Jenis Permukaan Jalan
Jenis Roda Ban Karet Rantai 1 Beton 0,90 0,45 2 Tanah Liat Kering 0,55 0,90 3 Tanah Liat Basah 0,45
0,70 4 Tanah Liat Penuh Bekas Roda Kendaraan 0,40 0,70 5 Pasir Kering 0,20 0,30 6 Pasir Basah 0,40
0,50 7 Penambangan Batu 0,65 0,55 8 Jalan Kerikil (Gembut/ Tidak Padat) 0,36 0,50 9 Tanah Padat 0,55
0,90 10 Tanah Gembur 0,45 0,60 11 Batubara Timbunan 0,45 0,60 (Sumber : Nabar, 1998) Modul PTM
dan Alat Berat Page 51
52 Contoh Soal : 1) Sebuah Traktor roda kelabang dengan berat 15 ton, bekerja pada kondisi kerja dengan
landasan tanah liat kering, berapakah traksi kritis yang akan terjadi? Penyelesaian : Traksi Kritis = Ct x
berat kendaraan = 0,90 x 15 ton = 13,5 ton 13.500 kg 2) Sebuah Dump Truk yang memiliki berat total 85
ton, mengalami slip setelah sebelumnya ditarik dengan tenaga 50000 kg. Berapakah faktor traksi yang
terjadi? Penyelesaian : Tenaga tarik sebelum terjadi slip Faktor traksi = ---------------------------------------------
- Beban pada roda penggerak 50 ton Faktor traksi = ------------ = 0,59 85 ton Pengaruh ketinggian Dalam
prinsip fisika bahwa semakin tinggi kedudukan suatu tempat maka kadar oksigen pada daerah tersebut
akan semakin menurun sehingga akan berpengaruh terhadap hasil-hasil pembakaran dan tenaga mesin.
Tenaga mesin akan berkurang sebesar 3 % setiap penambahan ketinggian 1000 feet (setelah 3000 feet
yang pertama). Jadi setiap mesin yang bekerja pada lokasi dengan ketinggian lebih dari 3000 feet akan
mengalami kehilangan tenaga mesin. Untuk menghitung kehilangan tenaga mesin akibat pengaruh
ketinggian lokasi kerja, maka dapat digunakan rumus : Kehilangan tenaga mesin = 3 % x HP x (ketinggian
tempat kerja - 3000 feet) = ---------------------------------------------------------------- (4.7) 1000 feet Modul PTM dan
Alat Berat Page 52
53 Contoh soal : 1) Sebuah Traktor mempunyai daya 300 HP pada keadaan standar. Beroperasi pada
ketinggian 7500 feet. Tentukan daya efektif mesin jika mesin Traktor 4 langkah! Penyelesaian : Hilangnya
tenaga mesin = 3 % x 300 HP x (7500 feet - 3000 feet) = ----------------------------------------------------- = 40, 5
HP 1000 feet Tenaga efektif yang bekerja adalah = 300 HP - 40,5 HP = 259,5 HP 2) Bila sebuah Traktor
bekerja pada ketinggian 5000 feet diatas permukaan laut, berapakah tenaga yang akan berkurang?
Penyelesaian : Hilangnya tenaga mesin = 3 % x (5000 feet - 3000 feet) = ----------------------------------------- =
6 % 1000 feet Dari keterangan di atas maka untuk menghitung besarnya tenaga yang dapat digunakan,
rumus yang dapat dipakai adalah : Tenaga Yang Dapat Digunakan (dalam Kg) = GVW x Berat Pada Roda
Penggerak x Faktor Traksi x Faktor Ketinggian.. (4.8) Modul PTM dan Alat Berat Page 53
54 Contoh soal : 1) Jika sebuah Wheel Tractor dengan berat 100 ton lewat pada jalan berpasir basah,
berapakah tenaga tarik yang digunakan jika distribusi berat pada roda penggerak adalah 50 %?
Penyelesaian : Tenaga tarik yang dapat digunakan adalah = berat alat pada roda penggerak x faktor traksi
= 100 ton x 50 % x 0,4 = 20 ton 20000 kg 2) Sebuah Wheel Tractor Scraper dengan berat total 85 ton,
bergerak pada suatu permukaan jalan menanjak dengan kemiringan 4 % sedangkan kondisi permukaan
jalan adalah tanah liat kering dengan tahanan gelinding sebesar 50 kg/ton. Hitunglah tenaga yang
dibutuhkan dan tenaga yang dapat digunakan jika alat tersebut bekerja pada ketinggian 8000 feet dengan
dengan distribusi pada roda penggerak sebesar 50 %! Penyelesaian : Tenaga yang dibutuhkan = GVW x
Total Resistance = 85 ton x ( 50 kg/ton + 40 kg/ton ) = 7650 kg Hilangnya tenaga mesin = 3 % x (8000 feet
- 3000 feet) = ---------------------------------------- = 15 % 1000 feet Tenaga efektif yang bekerja adalah = 100
% - 15 % = 85 % Tenaga tarik yang dapat digunakan adalah : =GVW x Berat Pada Roda Penggerak x
Faktor Traksi x Faktor Ketinggian = 85 ton x 0,5 x 0,55 x 0,85 = 19,869 ton 19869 kg Modul PTM dan Alat
Berat Page 54
55 Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa tenaga yang dibutuhkan lebih kecil dari pada tenaga yang dapat
digunakan, hal ini berarti alat tersebut dapat bergerak sesuai dengan tenaga yang dibutuhkan. Rangkuman
Secara umum rumus yang digunakan untuk menghitung tenaga yang dibutuhkan adalah : Tenaga Yang
Dibutuhkan (dalam Kg) = GVW x (RR + GR) Tenaga Yang Dibutuhkan (dalam Kg) = GVW x (GA RR)
Dimana : GVW = Gross Vehicle Weight (berat total alat) = berat kosong + berat muatan =.. (ton) RR =
Rolling Resistance (Kg/ton) GR = Grade Resistance (Kg/ton) GA = Grade Asistance (Kg/ton) Jika Rimpull
tidak diketahui maka untuk menghitung Rimpull dapat digunakan rumus : 375 x HP x Effisiensi Rimpull
Kecepa tan Untuk menghitung kehilangan tenaga mesin yang bekerja pada ketinggian di atas 3000 ft
digunakan rumus : 3 % x HP x (ketinggian tempat kerja - 3000 feet) = -----------------------------------------------
---------------------- 1000 feet Secara umum rumus yang dapat digunakan untuk menghitung tenaga yang
digunakan adalah : Tenaga Yang Dapat Digunakan (dalam Kg) = GVW x Berat Pada Roda Penggerak x
Faktor Traksi x Faktor Ketinggian Modul PTM dan Alat Berat Page 55
56 Latihan Soal 1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan Tenaga Yang Dibutuhkan, Tenaga Yang Tersedia
dan Tenaga Yang Dapat Digunakan! 2) Apa yang dimaksud dengan Grade Resistance, Rolling Resistance
dan Grade Asistance! 3) Sebuah Dump Truk dengan berat 50 ton mengangkut material dengan berat 40
ton. Kendaraan tersebut bekerja pada suatu daerah dengan kemiringan 4 % dan permukaan jalan becek
sehingga terjadi penetrasi ban sedalam 5 cm. Berapa tenaga yang dibutuhkan untuk dapat bekerja! 4)
Sebuah Wheel Loader memiliki kapasitas 400 HP dan berat 90 ton, beroperasi pada suatu permukaan
jalan yang memiliki faktor traksi 0,4. Distribusi berat pada roda penggerak adalah 50 %. Berapa tenaga
tarik yang dapat digunakan, jika alat beroperasi pada ketinggian 6500 kaki diatas muka laut! 5) Berapa
tenaga efektif mesin pada alat dan berapa tenaga tarik yang dapat digunakan jika sebuah wheel loader
yang memiliki kapasitas 350 HP dengan berat 80 t, beroperasi pada ketinggian 4000 ft dengan kondisi
permukaan jalan memiliki faktor traksi 0,5 dan distribusi pada roda penggerak adalah 30 %! 6) Berapa
tenaga yang dibutuhkan oleh sebuah Dump Truk 500 HP dengan berat 40 ton untuk dapat bekerja
mengangkut material dengan berat 30 ton. Kendaraan tersebut bekerja pada suatu daerah dengan
kemiringan 4 % dan permukaan jalan becek sehingga terjadi penetrasi ban sedalam 4 cm. Berapa
kecepatan maksimal yang diijinkan agar alat dapat beberja dengan aman bila efisiensi kerja alat adalah 80
%. 7) Dump Truk dengan model 769 C/ 450 HP dengan berat 40 ton, memiliki kapasitas bak sebesar 15 m
3, mengangkut material dengan berat isi tanah sebesar 1200 kg/m 3 LM. Jika Dump Truk bekerja pada
kemiringan 4,5 % dan memiliki RR sebesar 40 kg/ton. Sedangkan kecepatan rata-rata dari alat adalah :
pada gear 1 = 8 km/jam; pada gear 2 = 11 km/jam; pada gear 3 = 15 km/jam; pada gear 4 = 19 km/jam;
pada gear 5 = 32 km/jam. Effisiensi alat adalah 80 % Modul PTM dan Alat Berat Page 56
57 Koefisien traksi yang terjadi adalah 0,3 dengan distribusi berat pada roda sebesar 60 %, alat tersebut
bekerja pada ketinggian 7000 ft diatas permukaan laut! Hitunglah : B. Tenaga yang dibutuhkan C. Tenaga
yang tersedia pada setiap tingkatan gigi D. Tenaga yang digunakan 8) Sebuah off highway Truck 550 HP
dioperasikan untuk mengangkut material sirtu dari suatu lokasi proyek A menuju lokasi D untuk melakukan
penimbunan, seperti tergambar berikut : C D A B Model alat Kapasitas : 60 m 3 Berat Kosong Alat : 651 E
/ 550 HP : 50 ton Berat Isi Material : 1500 kg/m 3 Effisiensi Kerja : 0,85 Kecepatan rata-rata : Gigi 1 6,98
km/jam Gigi 2 7,30 km/jam Gigi 3 10,36 km/jam Gigi 4 18,53 km/jam Gigi 5 26,50 km/jam Gigi 6 40,30
km/jam A - B RR = 4 % GR = 0 % Jarak = 1050 m B - C RR = 5 % GR = 4 % Jarak = 650 m C - D RR =
4,5 % GR = 3,5 % Jarak = 850 m Hitunglah : 1. Tenaga yang dibutuhkan pada masing-masing section dari
A D dan dari D A! 2. Tenaga yang tersedia! 3. Kecepatan maksimum untuk setiap section! Modul PTM dan
Alat Berat Page 57
58 Tujuan Khusus FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KERJA - Mahasiswa dapat
menganalisis faktor waktu dalam perhitungan produksi kerja alat berat - Mahasiswa dapat menganalisis
faktor material dalam perhitungan produksi kerja alat berat - Mahasiswa dapat menganalisis faktor-faktor
efisiensi yang ada dalam perhitungan produksi kerja alat berat Bahan Bacaan Afrizal Nursin, Drs, 1995,
Alat Berat, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung. Nabar Darmansyah, Drs, 1998,
Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat, Unsri, Palembang. Rochmanhadi, Ir, 1992, Alat-alat Berat dan
Penggunaannya. Team, 1998, Pemindahan Tanah Mekanis, Bagian penerbitan ITN, Malang. Prasyarat
Sudah mempelajari Bab IV 5.1 Faktor Waktu Yang dimaksud dengan waktu adalah waktu yang diperlukan
untuk merampungkan satu siklus pekerjaan. Waktu siklus secara garis besar terdiri dari dua, yaitu : - Waktu
tetap (fixed time) adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan gerakan-gerakan tetap, dimana besarnya
hampir selalu konstan. Tiap jenis alat memiliki gerakan-gerakan yang berbeda-beda, misalnya pada Dump
Truk waktu Modul PTM dan Alat Berat Page 58
59 tetapnya adalah pada saat membuang muatan, pada Excavator waktu tetapnya pada saat mengayun
baik bermuatan maupun kosong dan lain sebagainya. - Waktu tidak tetap (variabel time) adalah waktu yang
diperlukan untuk melakukan gerakan-gerakan tidak tetap. Waktu tidak tetap ini lebih dipengaruhi oleh
kondisi pekerjaan, misalnya pada Bulldozer kondisi medan kerja akan mempengaruhi waktu gusurnya,
pada Excavator kondisi material akan mempengaruhi waktu pengusian bucket dan lain sebagainya.
Dengan mengetahui waktu tetap dan waktu tidak tetap maka siklus kerja dari suatu alat berat dapat
dihitung. Waktu siklus merupakan penjumlahan dari waktu tetap dan waktu tidak tetap. Waktu siklus ini
akan sangat berpengaruh terhadap produksi kerja alat berat karena waktu siklus adalah faktor penentu
dalam menghitung jumlah trip atau rit yang dapat dilakukan dalam satu jam kerja. Jadi besar kecilnya waktu
siklus akan menghasilkan tinggi rendahnya produksi kerja, dimana total waktu siklus yang relatif kecil
tentunya akan mengakibatkan tingginya produksi kerja begitu pula sebaliknya besarnya waktu siklus akan
mengakibatkan rendahnya produksi kerja yang dapat dihasilkan oleh suatu alat berat. Pada tabel 5.1 dan
5.2 berikut ini akan dapat dilihat siklus kerja dan komponen waktu siklus pada beberapa jenis alat berat.
Tabel 5.1. Siklus Kerja dari Alat Berat No Jenis Alat Bentuk Siklus I II III IV 1. Excavator Mengisi bucket
Mengayun Membuang Mengayun bermuatan muatan kosong 2. Bulldozer Menggusur Kembali - - 3. Motor
Grader Meratakan Berputar - - 4. Wheel Loader Mengisi bucket Mengangkut Membuang Kembali 5. Dump
Truk Memuat Mengangkut Membuang Kembali 6. Wheel Tractor Mengisi/ Mengangkut Membuang/
Kembali Scraper memotong menghampar 7. Campactor/ Roller Memadatkan - - - (Sumber : Nabar,1998,
Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat) Modul PTM dan Alat Berat Page 59
60 Tabel 5.2. Komponen Waktu Siklus Alat Berat No Jenis Alat Waktu Siklus Yang Dihitung I II III IV 1.
Excavator Waktu mengisi bucket Waktu mengayun bermuatan Waktu membuang muatan Waktu mengayu
n kosong 2. Bulldozer Waktu Waktu - - menggusur kembali 3. Motor Grader Waktu Waktu - - grading
berputar 4. Wheel Loader Waktu mengisi Waktu angkut Waktu buang Waktu kembali bucket 5. Dump Truk
Waktu muat Waktu angkut Waktu buang Waktu kembali 6. Wheel Tractor Scraper Waktu mengisi/ Waktu
angkut Waktu buang/ Waktu kembali memotong hampar 7. Campactor/ Roller Waktu memadatkan - - -
(Sumber : Nabar,1998, Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat) 5.2 Faktor Material Tanah merupakan
faktor yang mempengaruhi pekerjaan konstruksi. Tanah mempunyai sifat yang khas, yang berbeda dengan
beton atau baja. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terhadap perhitungan material dalam pekerjaan
konstruksi antara lain yaitu : 1) Klasifikasi material, dalam industri pemindahan tanah pada umumnya
dibedakan dalam tiga jenis, yaitu : material batu, material tanah dan material batu-tanah. Dimana pada
setiap jenis material ini akan memiliki tingkat kemudahan dan Modul PTM dan Alat Berat Page 60
62 No 1. Pasir Tabel 5.3. Faktor Pemuaian dan Penyusutan Material Jenis Material 2. Tanah liat berpasir/
tanah biasa 3. Tanah liat 4. Tanah campur kerikil 5. Kerikil 6. Kerikil kasar 7. Pecahan cadas atau batuan
lunak 8. Pecahan granit atau batuan keras Kondisi Material Yang Akan Diolah Material Semula Asli Gembur
Padat Asli 1.00 1,11 0,95 Gembur 0,90 1,00 0,86 Padat 1,05 1,17 1,00 Asli 1,00 1,25 0,95 Gembur 0,80
1,00 0,72 Padat 1,11 1,39 1,00 Asli 1,00 1,25 0,90 Gembur 0,70 1,00 0,91 Padat 0,97 1,11 1,00 Asli 1,00
1,18 1,08 Gembur 0,85 1,00 0,91 Padat 0,93 1,09 1,00 Asli 1,00 1,13 1,03 Gembur 0,88 1,00 0,91 Padat
1,05 1,42 1,00 Asli 1,00 1,11 0,95 Gembur 0,90 1,00 0,86 Padat 1,05 1,17 1,00 Asli 1,00 1,11 0,95 Gembur
0,90 1,00 0,86 Padat 1,05 1,17 1,00 Asli 1,00 1,11 0,95 Gembur 0,90 1,00 0,86 Padat 1,05 1,17 1,00 9.
Pecahan batu Asli 1,00 1,11 0,95 Gembur 0,90 1,00 0,86 Padat 1,05 1,17 1,00 10. Batuan hasil ledakan
Asli 1,00 1,11 0,95 Gembur 0,90 1,00 0,86 Padat 1,05 1,17 1,00 (Sumber : Nabar,1998, Pemindahan Tanah
Mekanis dan Alat Berat) 5.3 Faktor Efisiensi Pertimbangan terhadap faktor efisiensi perlu dilakukan agar
kondisi lapangan dapat di sesuaikan. Beberapa faktor efisiensi yang perlu diperhatikan dalam perhitungan
produksi kerja alat berat (Nabar, 1998) antara lain yaitu : (1) Faktor Efisiensi Kerja Dua faktor yang
menyebabkan perlu diperhitungkannya efisiensi kerja antara lain: Modul PTM dan Alat Berat Page 62
63 - Faktor alat, dimana apabila ditinjau dari segi peralatannya maka tidak mungkin menggunakan suatu
alat batas waktu yang tidak terbatas tanpa istirahat sehingga dibutuhkan waktu untuk pendinginan alat
setelah bekerja dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan petunjuk/ aturan pakai yang dikeluarkan dari
pabrik. Hal inilah yang menyebabkan efisiensi dari suatu alat tidak dapat diperhitungkan 100 %. Disamping
itu pengaruh usia alat juga akan mempengaruhi produksi kerja dari suatu alat sehingga produksi kerja alat
tidak menjadi 100 %. - Faktor manusia, dimana tenaga manusia yang mengoperasikan alat sebagai
operator juga tidak mungkin dapat bekerja secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang
dikarenakan keterbatasan dari tenaga manusia itu sendiri. Hal inilah yang menyebabkan perlu dilakukan
koreksi terhadap faktor efisiensi dalam suatu perhitungan agar perhitungan produksi kerja menjadi lebih
aktual. Dengan adanya waktu istirahat ini baik yang dibutuhkan oleh alat berat maupun manusia sebagai
operatornya maka waktu efektif akan menjadi berkurang. Berkurangnya waktu efektif untuk bekerja ini
sangat tergantung dari waktu istirahat yang diperlukan. Contoh soal : 1) Berapa faktor efisiensi dari seorang
operator yang membutuhkan waktu istirahat selama 5 menit setelah bekerja selama 1 jam? 2) Berapa
faktor efisiensi dari sebuah alat yang memerlukan pendinginan mesin selama 1 jam setelah bekerja selama
8 jam? Penyelesaian : 60menit 5menit 1) x100% 91,67% 60menit 480menit 60menit 2) x100% 87,5%
480menit Modul PTM dan Alat Berat Page 63
64 (2) Faktor Koreksi Faktor koreksi digunakan untuk merubah taksiran produksi dengan pekerjaan tertentu
dan kondisi setempat. Dimana faktor koreksi akan berbeda-beda sesuai dengan jenis pekerjaan dan jenis
alat yang digunakan. Angka faktor dari berbagai jenis material dan alat disamping besarnya tidak sama,
juga penamaan dari faktorfaktor tersebut sedikit terjadi perbedaan, misalnya ada yang menamakannya
faktor isi untuk menyatakan tingkat kepenuhan Wheel Loader, ada yang menamakan faktor muatan untuk
menyatakan tingkat kepenuhan bak Dump Truk, ada yang menamakannya carry faktor untuk menyatakan
faktor angkut atau tingkat kepenuhan Excavator, Shovel dan lain-lain serta ada yang hanya menyatakannya
dengan faktor koreksi terhadap pengaruh kondisi kerja Buldozer di lapangan. Disamping itu ada juga istilah
yang digunakan dalam menentukan pengaruh faktor kondisi pengelolaan dan sebagainya yang digabung
menjadi satu angka faktor, yang biasa disebut dengan istilah efisiensi kerja. (3) Faktor Lain-lain Faktor-
faktor lain ini diperhitungkan untuk menghindarkan kerugian akibat adanya kesalahan dari perhitungan
ataupun kesalahan dalam memprediksi berbagai faktor yang akan mempengaruhi produksi kerja alat berat.
Hal ini dimaksudkan untuk memperkecil kesalahan dan penyimpangan yang mungkin terjadi didalam
perhitungan. Rangkuman Waktu siklus secara garis besar terdiri dari dua, yaitu : - Waktu tetap (fixed time)
adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan gerakan-gerakan tetap, dimana besarnya hampir selalu
konstan. - Waktu tidak tetap (variabel time) adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan gerakan-
gerakan tidak tetap. Modul PTM dan Alat Berat Page 64
65 Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terhadap perhitungan material dalam pekerjaan konstruksi
antara lain yaitu : klasifikasi material, berat isi material, kegemburan material dan penyusutan material.
Beberapa faktor efisiensi yang perlu diperhatikan dalam perhitungan produksi kerja alat berat, antara lain
yaitu : 1) Faktor Efisiensi Kerja, meliputi : faktor alat dan faktor manusia. 2) Faktor Koreksi 3) Faktor Lain-
lain Latihan soal : 1) Apa yang dimaksud dengan waktu siklus? 2) Apa yang dimaksud dengan waktu tetap
dan waktu tidak tetap? 3) Jelaskan siklus kerja dari alat berat Excavator dan Wheel Loader dan dari siklus
kerja tersebut tentukan kelompok siklus kerja yang masuk dalam waktu tetap dan waktu tidak tetap! 4)
Jelaskan siklus kerja dari alat berat Dump truk dan Wheel Tractor Scraper dan dari siklus kerja tersebut
tentukan kelompok siklus kerja yang masuk dalam waktu tetap dan waktu tidak tetap! 5) Jelaskan mengapa
faktor effisiensi perlu dipertimbangkan dalam perhitungan produksi kerja alat berat! 6) Hitunglah faktor
effisiensi sebuah alat yang dapat bekerja selama 40 menit/jam! 7) Hitunglah faktor effisiensi tenaga kerja
yang memerlukan waktu istirahat 40 menit selama 4 jam kerja! Modul PTM dan Alat Berat Page 65
66 ANALISA PRODUKSI KERJA ALAT BERAT Tujuan Khusus Mahasiswa dapat menghitung produksi
kerja aktual Excavator, Bulldozer, Ripper, Wheel Loader dan Track Loader, Wheel Tractor Scraper, Dump
Truk, Motor Grader, Compactor dan Asphalt Mixing Plant Bahan Bacaan Afrizal Nursin, Drs, 1995, Alat
Berat, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung. Cartepillar Tractor Co., 1995, Cartepilar
Performance Handbook : Edition 26 nd, Peoria Illiois, USA. Nabar Darmansyah, Drs, 1998, Pemindahan
Tanah Mekanis dan Alat Berat, Unsri, Palembang. Rochmanhadi, Ir, 1992, Alat-alat Berat dan
Penggunaannya. Team, 1998, Pemindahan Tanah Mekanis, Bagian penerbitan ITN, Malang. Prasyarat
Sudah mempelajari Bab V Pendahuluan Secara umum produksi kerja alat berat memiliki prinsip
perhitungan yang sama. Adapun prinsip dasar dari perhitungan produksi kerja alat berat ada 4 langkah
(Nabar, 1998), yaitu : 1) Menghitung kapasitas aktual Untuk menghitung kapasitas actual maka tergantung
pada ukuran mangkok pembawa material yang ada pada setiap alat, misalnya blade pada Bulldozer, Modul
PTM dan Alat Berat Page 66
67 bucket pada Excavator dan Wheel Loader, bak pada Dump Truk dan lain sebagainya. Kapasitas aktual
dihitung dalam satuan (m 3 ). 2) Menghitung waktu siklus Waktu siklus merupakan waktu yang diperlukan
untuk merampungkan satu siklus pekerjaan. Total waktu siklus terdiri dari waktu tetap dan waktu tidak tetap
dalam satuan (menit atau detik). 3) Menghitung Produksi Kerja Kasar (PKK) Produksi kerja kasar adalah
produksi kerja yang dapat dihasilkan oleh alat berat dalam satu jam tanpa memperhitungkan faktor-faktor
koreksi dan faktor-faktor efisiensi dalam satuan (m 3 / jam). Untuk menghitung produksi kerja kasar maka
isi aktual (hasil dari perhitungan langkah 1) dikalikan dengan jumlah siklus perjam (60 menit dibagi total
waktu siklus dalam menit). 4) Menghitung Produksi Kerja Aktual (PKA) Produksi kerja aktual merupakan
produksi kerja yang dapat dihasilkan oleh alat berat dalam satu jam dengan memperhitungkan seluruh
faktor-faktor koreksi dan faktor-faktor efisiensi yang ada dalam satuan (m 3 / jam). Perhitungan produksi
kerja actual didapat dari perhitungan produksi kerja kasar dikalikan dengan faktor-faktor koreksi dan faktor-
faktor efisiensi. Dari keempat prinsip dasar diatas dapat dirangkum dalam satu rumus produksi kerja yang
umum digunakan yaitu : Dimana : Q = q x N x E..... (6.1) Q = produksi kerja per jam (m 3 / jam) q = produksi
kerja per siklus (m 3 ) 60 menit/ jam N = jumlah siklus = --------------------------------- Total waktu siklus (menit)
E = efisiensi kerja Modul PTM dan Alat Berat Page 67
68 6.1 Produksi Kerja Excavator Produksi kerja Excavator adalah berapa meter kubik material yang dapat
digali/ dipindahkan dalam satu jam kerja. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung produksi
kerja Excavator, yaitu : a. Menghitung kapasitas actual bucket, yaitu menghitung volume material yang
diangkut bucket Excavator dalam satu siklus kerja. Rumus yang digunakan : Kapasitas aktual bucket =
kapasitas bucket x carry faktor.... (6.2) Pada tabel 6.1 dan 6.2 di bawah ini dapat dilihat kapasitas bucket
Excavator dan carry faktor dari beberapa jenis material. Model Alat Tabel 6.1. Kapasitas Bucket Excavator
(Backhoe) Kapasitas Bucket (m 3 ) Model Alat Kapasitas Bucket (m 3 ) 219 D LC 0,44 1,04 224 B 0,35
1,20 235 C 1,00 2,30 E 70 B 0,14 0,34 235 C TA 1,00 2,30 E 110 B 0,22 0,63 245 B SH 1,90 3,30 E 120
B 0,22 0,71 205 B 0,28 0,79 E 140 B 0,29 0,75 211 LC 0,34 0,85 E 200 B 0,67 1,10 213 LC 0,45 0,98 E
240 B 0,58 1,44 206 B FT 0,28 0,79 E 300 B 0,58 1,44 214 B 0,95 0,98 EL 300 B 0,76 1,82 215 D LC 0,44
1,04 E 450 B 1,15 2,35 219 D 0,44 1,04 E 650 B 1,80 3,00 (Sumber : Cartepillar Performance Handbook,
dalam Nabar, 1998) Tabel 6.2. Carry Faktor Hydraulic Excavator (Backhoe) Jenis Material Faktor Tanah
liat basah atau tanah liat pasir 1,00 1,10 Pasir dan kerikil 0,90 1,00 Tanah liat keras 0,75 0,85 Batu hasil
ledakan sempurna 0,60 0,75 Batu hasil peledakan tidak sempurna 0,40 0,60 (Sumber : Cartepillar
Performance Handbook, dalam Nabar, 1998) Modul PTM dan Alat Berat Page 68
69 b. Menghitung waktu siklus Excavator yang terdiri dari waktu memuat bucket, waktu mengayun
bermuatan, waktu membuang muatan dan waktu mengayun kosong. Waktu siklus dapat ditentukan
berdasarkan 5 kondisi kerja (Nabar, 1998), yaitu : 1) Kondisi bagus sekali (waktu tercepat) Penggalian
mudah (tanah gembur, pasir, kerikil), meliputi : - kedalaman galian < 30 % kemampuan jangkauan alat -
sudut ayun kurang dari 30 o - membuang diatas timbunan tanah galian - tidak ada halangan 2) Kondisi di
atas rata-rata Penggalian sedang (tanah gembur, tanah liat kering dan keras), meliputi : - batu yang
terkandung dalam tanah < 25 % - kedalaman galian sampai 40 % jangkauan maksimal alat - sudut ayun
60 o - tempat pembuangan berukuran besar dan sedikit halangan 3) Kondisi khas Penggalian sedang
sampai sulit (tanah keras padat mengandung batu sampai 50 %), meliputi : - kedalaman sampai 50 %
kemampuan maksimal alat - sudut ayun sampai 90 o - memuati truk yang terletak disamping Excavator 4)
Kondisi di bawah rata-rata (agak lambat) Penggalian sulit (batu hasil ledakan atau tanah keras
mengandung batu sampai 75 %), meliputi : - kedalaman sampai 75 % dari kemampuan maksimal alat -
sudut ayun sampai 120 o - saluran landai - tempat pembuangan berukuran kecil - bekerja di atas
persilangan pekerjaan pempipaan 5) Kondisi sangat sulit (waktu paling lambat) Modul PTM dan Alat Berat
Page 69
70 Penggalian yang paling sulit (batu pasir, cadas, batu kapur), meliputi : - penggalian diatas 75 % dari
jangkauan maksimal alat - sudut ayun > 120 o - tempat pembuangan berukuran kecil - membutuhkan
jangkauan maksimal - terdapat orang dan halangan disekitar lokasi Waktu siklus untuk kondisi tanah
lempung keras dan sudut ayun antara 60 o 90 o serta kemampuan operator di atas rata-rata dapat dilihat
pada tabel 6.3 berikut. Tabel 6.3. Waktu Siklus Khas Hydraulic Excavator Uraian Model Alat 215 225 235
245 Ukuran bucket (m 3 ) 0,93 1,11 1,64 2,61 Kedalaman galian (m) 2,00 3,00 4,00 5,20 Memuati bucket
(detik) 5,50 6,00 6,00 7,00 Mengayun bermuatan (detik) 4,50 5,00 6,00 7,00 Membuang muatan (detik)
1,50 2,00 2,50 3,00 Mengayun kosong (detik) 3,50 4,00 5,00 6,00 Total Waktu Siklus 15,00 17,00 20,00
23,00 (Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998) c. Menghitung produksi kerja
kasar (PKK), yaitu jumlah material yang sanggup digali Excavator dalam satu jam tanpa memperhitungkan
factor-faktor effisiensi. Rumus yang digunakan : PKK = Kapasitas aktual bucket x jumlah siklus per jam.....
(6.3) Dimana : PKK = Produksi Kerja Kasar (m 3 /jam) 3600 detik/jam Jumlah siklus per jam = ---------------
------------ Waktu siklus (detik) d. Menghitung produksi kerja aktual (PKA), jumlah material yang sanggup
digali Excavator dalam satu jam dengan memperhitungkan faktor-faktor effisiensi. Modul PTM dan Alat
Berat Page 70
71 Rumus yang digunakan : PKA = PKK x faktor-faktor effisiensi.. (6.4) Dimana : PKA = Produksi kerja
aktual (m 3 /jam) Dalam beberapa kondisi waktu siklus Excavator dapat ditentukan dengan menggunakan
diagram perkiraan waktu siklus Excavator seperti pada gambar 6.1 berikut. Gambar 6.1. Diagram Perkiraan
Waktu Siklus Contoh soal : 1) Sebuah Excavator model 219 DLC dengan kapasitas bucket 1,04 m 3,
beroperasi menggali tanah dengan kondisi kerja sangat sulit. Hitunglah produksi kerja Excavator, jika carry
faktor 0,85 dan efisiensi kerja adalah 0,85! Penyelesaian : Kapasitas actual bucket = kapasitas bucket x
carry factor = 1,04 m 3 x 0,85 = 0,884 m 3 Modul PTM dan Alat Berat Page 71
72 Waktu siklus (diambil dari diagram waktu siklus untuk kondisi sangat sulit), diperoleh nilai Produksi kerja
kasar = 27,5 detik. = kapasitas aktual bucket x jumlah siklus per jam 3600 detik/jam = 0,884 m 3 x ----------
---------- 27,5 detik = 115,72 m 3 / jam Produksi kerja aktual = PKK x faktor efisiensi = 115,72 m 3 /jam x
0,85 = 98,36 m 3 /jam 2) Hitunglah produksi kerja Excavator jika diketahui kondisi kerja dan data-data alat
adalah sebagai berikut : Model alat : 215 DLC Kapasitas bucket : 0,93 m 3 Waktu muat Waktu ayun
bermuatan : 5,5 detik : 4,5 detik Waktu membuang muatan: 1,5 detik Waktu ayun kosong : 3,5 detik Carry
factor : 0,85 Efisiensi kerja Penyelesaian : : 50 menit/jam Kapasitas aktual bucket = kapasitas bucket x
carry factor Waktu siklus Produksi kerja kasar = 0,93 m 3 x 0,85 = 0,7905 m 3 = waktu muat + waktu ayun
bermuatan + waktu membuang muatan + waktu ayun kosong = 5,5 detik + 4,5 detik + 1,5 detik + 3,5 detik
= 15 detik = kapasitas aktual bucket x jumlah siklus per jam 3600 detik/jam = 0,7905 m 3 x -------------------
- 15 detik Modul PTM dan Alat Berat Page 72
73 = 189,72 m 3 / jam Produksi kerja aktual = PKK x faktor efisiensi = 189,72 m 3 /jam x 50/60 = 158,10 m
3 /jam 6.2 Produksi Kerja Bulldozer Untuk menghitung produksi kerja Bulldozer, beberapa pabrik
memberikan tabel-tabel estimated dozing production, tetapi secara perhitungan dapat pula ditentukan
karena mengingat factor-faktor yang ada. Adapun langkah-langkah perhitungan produksi kerja Bulldozer
adalah sebagai berikut : a. Menghitung kapasitas blade actual Kapasitas blade aktual merupakan blade
Bulldozer yang melakukan pekerjaan penggusuran. Besarnya kapasitas blade aktual sama dengan
besarnya volume gusur yaitu volume material yang dapat digusur Bulldozer dalam satu siklus kerja. Untuk
menghitung volume gusur ini beberapa anggapan yang mendekati kondisi lapangan adalah bahwa bentuk
material yang berada didepan blade pada saat dilakukan penggusuran adalah prisma bersisi tiga dimana
kemiringan material pada saat penggusuran didasarkan pada kemiringan material yang ditumpuk dalam
blade dan bentuk material setiap kali penggusuran dianggap sama. Prinsip ini dapat dilihat pada gambar
6.2 berikut. F C D E A B Gambar 6.2. Gambaran Bentuk Blade Bulldozer Volume Prisma Segitiga = ½ AB
x AC x AD... (6.5) Modul PTM dan Alat Berat Page 73
74 Dimana AB = 2 AC dengan anggapan bahwa tanah menggulung di depan blade dengan jumlah
maksimal, jika tanah sudah sampai setinggi blade akan jatuh kedepan sebanding dengan 2 : 1, sehingga :
Volume Prisma Segitiga menjadi = ½. 2 AC x AC x AD = AC 2 x AD = H 2 x L. (6.6) Namun jika anggapan
tanah yang jatuh kedepan sebanding dengan 1,6 : 1, maka AB = 1,6 AC dan volume prima segitiga menjadi
: = ½. 1,6 AC x AC x AD = 0,8 AC 2 x AD = 0,8 H 2 x L... (6.7) Dimana : H = Tinggi blade (meter) L = Lebar
blade (meter) Pada tabel 6.4 berikut dapat dilihat ukuran blade yang umum digunakan. Tabel 6.4. Ukuran
Blade Bulldozer Model Alat Ukuran Blade Tinggi (m) Lebar (m) D4E/ 4A 0,710 3,12 D5B/ 5A 0,855 3,63
D6D/ 6A 0,910 3,90 D6D/ 6S 1,128 3,20 D7G/ 7A 0,970 4,27 D7G/ 7S 1,270 3,66 D7G/ 7U 1,270 3,81
D8L/ 8SU 1,803 4,17 D8N/ 8A 1,162 4,96 D8N/ 8SU 1,690 3,94 D8N/ 8U 1,740 4,26 D9N/ 9SU 1,815 4,32
D9N/ 9U 1,810 4,66 D10N/ 10SU 2,050 4,86 D10N/ 10U 2,050 5,26 D11N/ 11SU 2,310 5,60 D11N/ 11U
2,310 6,36 (Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998) Modul PTM dan Alat Berat
Page 74
75 b. Menghitung waktu siklus Waktu siklus dari Bulldozer adalah waktu gusur, waktu kembali dan waktu
tetap. Waktu gusur adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan penggusuran, dapat dihitung dengan
rumus : Jarak gusur (m) Waktu gusur = ----------------------------------. (6.8) Kecepatan gusur (m/jam)
Sedangkan waktu kembali dapat dihitung dengan rumus : Jarak kembali (m) Waktu kembali = ---------------
---------------------... (6.9) Kecepatan kembali (m/jam) Waktu tetap merupakan waktu yang diambil konstan
pada setiap pengoperasian Bulldozer, misalnya dalam menentukan waktu percepatan dan perlambatan.
Pada tabel berikut 6.5 berikut dapat dilihat tingkatan gigi dan kecepatan Bulldozer. Tabel 6.5. Tingkatan
Gigi dan Kecepatan Bulldozer Model Kecepatan (km/jam) Alat Gigi Maju Gigi Mundur 1 2 3 1 2 3 D4E 3,40
6,00 9,50 4,00 7,10 11,40 D5B 3,50 6,10 10,10 4,20 7,40 12,20 D6D 4,00 6,90 10,80 4,80 8,40 12,90 D6E
4,00 6,90 10,80 4,80 8,40 12,90 D7G 3,70 6,60 10,00 4,50 7,90 12,20 D8L 3,90 6,80 11,90 4,80 8,40 14,80
D8N 3,50 6,20 10,80 4,70 8,10 13,90 D9N 3,90 6,90 12,10 4,80 8,50 14,90 D10N 4,00 7,10 12,50 5,00
8,90 15,60 D11N 3,90 6,80 11,60 4,70 8,20 14,10 (Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam
Nabar, 1998) Modul PTM dan Alat Berat Page 75
76 c. Menghitung produksi kerja kasar (PKK) Dihitung dengan menggunakan rumus : PKK = Volume gusur
x jumlah siklus per jam..... (6.10) Dimana : PKK = volume kerja kasar (m 3 /jam) 60 menit/jam Jumlah siklus
per jam = --------------------------- Waktu siklus (menit) d. Menghitung produksi kerja aktual (PKA) Dihitung
dengan menggunakan rumus : PKA = PKK x faktor-faktor effisiensi...... (6.11) Pada tabel 6.6 dapat dilihat
faktor koreksi kerja Bulldozer. Tabel 6.6. Faktor Koreksi Kerja Bulldozer Uraian Kondisi Kerja OPERATOR
Bagus sekali Sedang Kurang MATERIAL Timbunan gembur Sukar digali, beku dengan silinder pengungkit
Tanpa silinder pengungkit Blade dikendalikan dengan kabel Sukar digusur, non kohesif, sangat lengket
Batu yang digaru atau diledakkan PENGGUSURAN Dalam celah Berdampingan Faktor Koreksi Track
Wheel 1,00 0,75 0,60 1,20 0,80 0,70 0,60 0,80 0,60 0,80 1,20 1,15 1,25 1,00 0,60 0,50 1,20 0,70 - - 0,80-
1,20 1,15 1,25 CUACA (KEJELASAN PANDANGAN) Debu, hujan, kabut, salju dan gelap 0,8 0,70
EFFISIENSI KERJA 50 menit/ jam 40 menit/ jam 0,83 0,67 DIRECT DRIVE TRANSMISION Waktu tetap
0,10 menit 0,8 - KOREKSI KEMIRINGAN (lihat gambar) (Sumber : Cartepillar Performance Handbook,
dalam Nabar, 1998) 0,83 0,67 Modul PTM dan Alat Berat Page 76
77 Contoh Soal : 1) Hitunglah produksi kerja Bulldozer yang memiliki data-data sebagai berikut : Model alat
Tinggi Blade Lebar Blade Kecepatan gusur Kecepatan kembali Waktu tetap Jarak gusur/ kembali Faktor
koreksi : Operator : 0,75 Cuaca (hujan) : 0,80 Efisiensi kerja : 0,67 Penyelesaian : : D 7G/ 7A : 0,970 m :
4,27 m : 6,6 km/jam : 12,2 km/jam : 0,1 menit : 85 m Volume gusur = 0,8 H 2. L = 0,8. 0,97 2. 4,27 = 3,214
m 3 Waktu siklus Jarak gusur (m) Waktu gusur = ---------------------------------- Kecepatan gusur (m/jam) 85
m x 60 menit/jam = ----------------------------- = 0,773 menit 6600 m/jam Jarak kembali (m) Waktu kembali = -
----------------------------------- Kecepatan kembali (m/jam) Waktu tetap Produksi kerja kasar 85 m x 60
menit/jam = ----------------------------- = 0,418 menit 12000 m/jam Total waktu siklus = 0,100 menit = 1,291
menit = volume gusur x jumlah siklus per jam 60 menit/jam = 3,214 m 3 x -------------------- 1,291 menit =
149,373 m 3 / jam Modul PTM dan Alat Berat Page 77
78 Produksi kerja aktual = PKK x faktor efisiensi = 149,373 m 3 /jam x 0,75 x 0,80 x 0,67 = 60,05 m 3 /jam
2) Pada suatu lokasi penimbunan dilakukan penggusuran tanah dengan menggunakan Bulldozer model
D10N/ 10 SU dengan data-data sebagai berikut : Tinggi Blade Lebar Blade Kecepatan gusur Kecepatan
kembali Waktu tetap Jarak gusur/ kembali Faktor koreksi : Operator : 0,75 Cuaca (hujan) : 0,80 : 2,05 m :
4,86 m : 7,10 km/jam : 15,6 km/jam : 0,12 menit : 80 m Efisiensi kerja : 50 menit/jam Penyelesaian : Volume
gusur = 0,8 H 2. L = 0,8. 2,05 2. 4,86 = 16,34 m 3 Waktu siklus Jarak gusur (m) Waktu gusur = --------------
-------------------- Kecepatan gusur (m/jam) 80 m x 60 menit/jam = ----------------------------- = 0,676 menit 7100
m/jam Jarak kembali (m) Waktu kembali = ------------------------------------ Kecepatan kembali (m/jam) Waktu
tetap 80 m x 60 menit/jam = ----------------------------- = 0,308 menit 15600 m/jam = 0,120 menit Total waktu
siklus = 1,104 menit Modul PTM dan Alat Berat Page 78
79 Produksi kerja kasar = volume gusur x jumlah siklus per jam 60 menit/jam = 16,34 m 3 x ------------------
-- 1,104 menit = 888,04 m 3 / jam Produksi kerja aktual = PKK x faktor efisiensi = 888,04 m 3 /jam x 0,75 x
0,80 x 50/60 = 444,02 m 3 /jam 6.3 Produksi Kerja Ripper Ripper adalah alat berat yang digunakan untuk
menggemburkan material keras (batuan) dengan cara menggaru, biasa juga disebut dengan bajak batu.
Konstruksi Ripper hampir sama dengan Bulldozer. Perbedaannya hanya terletak pada bentuk
perlengkapannya. Jika Bulldozer Traktor dilengkapi dengan blade didepannya yang berguna untuk
menggusur maka Ripper Traktor dilengkapi dengan shank (sejenis) bajak yang berguna untuk menggaru
material. Untuk menghitung produksi kerja Ripper dapat dilakukan dengan cara grafis dan secara analitis,
namun perhitungan dengan cara analitis yang sering digunakan dilapangan karena perhitungan yang
dilakukan dapat lebih akurat. Empat langkah yang dilakukan dalam menghitung produksi kerja Ripper, yaitu
: a. Perhitungan Volume Ripping Aktual Volume Ripping Aktual = Lebar Garuan x Penetrasi x Panjang
Garuan. (6.12) Dimana : Jarak/ Lebar Garuan = lebar material yang dapat hancur setelah dilakukan satu
lintasan ripping (m) Penetrasi = kedalaman terbenamnya shank kedalam tanah (m) Penetrasi tergantung
pada batas-batas kondisi pekerjaan dan batasan kemampuan alat. Pada tabel 6.7 berikut ini beberapa
batasan penetrasi dari beberapa model alat. Modul PTM dan Alat Berat Page 79
80 Tabel 6.7. Lebar Garuan dan Penetrasi Multi Shank Ripper Model Alat Lebar Garuan (mm) Penetrasi
Maksimum (mm) D8N/ No. 8 2170 780 D9N/ No. 9 2350 802 D10N/ No. 10 2630 941 D11N/ No. 11 2990
1070 (Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998) Panjang Garuan b. Menghitung
Waktu Siklus = panjang lintasan yang dilakukan pekerjaan, dianjur-kan 30 kaki (91 m) Waktu siklus pada
Ripper yaitu waktu Ripping + waktu tetap Dimana : Waktu Ripping adalah waktu yang diperlukan untuk
menempuh satu lintasan kerja (tergantung dari kecepatan alat dan panjang lintasan) Panjang lintasan (m
atau km) Waktu Ripping = ----------------------------------------... (6.13) Kecepatan (m/jam atau km/jam) Waktu
tetap adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan gerakan-gerakan tetap yang besarnya tidak terlalu
bervariasi (misalnya waktu manuver, percepatan dan perlambatan) Waktu siklus pada Ripper tidak
memperhitungkan waktu kembali karena Ripper dapat melakukan pekerjaan ulang-alik. c. Menghitung
Produksi Kerja Kasar PKK (m 3 /jam) = volume Ripping x jumlah siklus per jam. (6.14) d. Menghitung
Produksi Kerja Aktual PKA (m 3 /jam) = PKK x faktor-faktor effisiensi (6.15) Contoh Soal : 1) Hitunglah
produksi kerja Ripper yang bekerja pada suatu lokasi proyek penambangan dengan kondisi batu-batuan,
jika data-data yang diketahui adalah sebagai berikut : Modul PTM dan Alat Berat Page 80
81 Model alat = D9N/ N0. 9 Penetrasi = 0,802 m Lebar Garuan = 2,35 m Panjang Garuan = 80 m Waktu
tetap = 0,25 menit Kecepatan Ripping = 2,1 km/ jam Faktor material = 0,8 Efisiensi kerja = 0,83
Penyelesaian : - Volume Ripping = Lebar Garuan x Penetrasi x Panjang Garuan = 0,802 m x 2,35 m x 80
m = 150,776 m 3 - Waktu siklus = 80 m x 60 menit/jam Waktu Ripping = --------------------------------- = 2,29
menit 2100 m/jam Waktu tetap Total waktu siklus = 0,25 menit = 2,54 menit 150,776 m 3 x 60 menit/ jam -
PKK = ---------------------------------- = 3561,638 m 3 / jam 2,54 menit - PKA = 3561,638 m 3 / jam x 0,83 x 0,8
= 2364,91 m 3 / jam 2) Dalam suatu proyek penambangan beroperasi sebuah Ripper untuk menggaru
batuan yang cukup keras. Adapun data-data Ripper adalah sebagai berikut : Model alat = D8N/ N0. 8
Penetrasi = 0,78 m Lebar Garuan = 2,17 m Panjang Garuan = 91 m Waktu tetap = 0,2 menit Kecepatan
Ripping = 3,9 km/ jam Modul PTM dan Alat Berat Page 81
82 Faktor material = 0,9 Efisiensi kerja = 0,85 Penyelesaian : - Volume Ripping = Lebar Garuan x Penetrasi
x Panjang Garuan = 0,78 m x 2,17 m x 91 m = 154,03 m 3 - Waktu siklus = 91 m x 60 menit/jam Waktu
Ripping = --------------------------------- = 1,40 menit 3900 m/jam Waktu tetap Total waktu siklus = 0,20 menit
= 1,60 menit 154,03 m 3 x 60 menit/ jam - PKK = ---------------------------------- = 5776,125 m 3 / jam 1,60
menit - PKA = 5776,125 m 3 / jam x 0,85 x 0,9 = 4418,74 m 3 / jam 6.4 Produksi Kerja Loader Loader
merupakan alat yang berfungsi memuat material ke unit pengangkut seperti Dump Truk. Disamping itu juga
dapat digunakan untuk memindahkan material berjarak pendek yang tidak lebih dari 300 meter (Nabar,
1998). Langkah-langkah dalam menghitung produksi kerja Loader adalah sebagai berikut : a. Menghitung
Kapasitas Aktual Bucket Kapasitas aktual bucket tergantung pada kapasitas bucket dan faktor isi. Pada
tabel 6.8. dapat dilihat ukuran bucket Track Loader. Modul PTM dan Alat Berat Page 82
83 Tabel 6.8. Ukuran Bucket Track Loader Model Alat Ukuran Bucket (M 3 ) 933 1,00 939 1,15 953 B 1,75
963 B 2,30 973 2,80 (Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998) Sedangkan pada
tabel 6.9. dapat dilihat faktor isi dari Wheel Loader Tabel 6.9. Faktor Isi Wheel Loader Jenis Material Faktor
Isi Material : Agregat campuran basah 0,95 1,00 Agregat seragam diatas 3 mm 0,95 1,00 3 mm sampai
dengan 9 mm 0,90 0,95 12 mm sampai dengan 20 mm 0,85 0,90 24 mm atau lebih 0,80 0,90 Batuan hasil
ledakan : Hasil ledakan sempurna 0,80 0,90 Sedang 0,75 0,90 Hasil ledakan tidak sempurna 0,60 0,75
Lain-lain : Batuan campuran 1,00 1,20 Tanah liat basah 1,00 1,10 Tanah, bongkahan batu dan akar 0,80
1,00 Material yang di semen 0,85 0,90 (Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998)
Jadi rumus yang dapat digunakan untuk menghitung kapasitas aktual bucket : Kapasitas Aktual Bucket =
Kapasitas Bucket x Faktor Isi. (6.16) Modul PTM dan Alat Berat Page 83
84 b. Menghitung Waktu Siklus Waktu siklus dari Loader meliputi waktu muat, waktu angkut, waktu buang
dan waktu kembali. Namun apabila Loader memuat Dump Truk secara langsung tanpa menempuh
perjalanan maka waktu angkut dan waktu kembali tidak perlu diperhitungkan. Waktu siklus pada Loader
berbeda dengan alat-alat lainnya dimana Loader mempunyai waktu standar untuk suatu siklus kerja yang
biasa disebut dengan waktu siklus dasar, maksudnya Loader hanya bergerak dengan gerakan-gerakan
dasar seperti pemuatan, pembuangan, pengolahan gerak, siklus hidrolik penuh dan perjalanan minimal.
Sedangkan untuk menghadapi berbagai kondisi kerja yang bermacam-macam, maka waktu siklus harus
ditambahkan atau dikurangi faktor koreksi. Pada tabel 6.10, 6.11 dan 6.12 dapat dilihat waktu siklus dasar,
waktu muat Track Loader dan koreksi waktu Wheel Loader. Tabel 6.10. Waktu Siklus Dasar Memuat Truk
Model Alat Waktu Siklus (menit) 910 dan 950 B 0,45 0,50 966 dan 980 C 0,50 0,55 988 B 0,55 0,60 992 C
0,65 0,75 (Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998) Tabel 6.11. Waktu Muat Track
Loader Menurut Jenis Material Jenis Material Waktu Muat (menit) Campuran seragam 0,03 0,05 Campuran
basah 0,04 0,06 Tanah liat basah 0,05 0,07 Tanah berbongkah, batu, akar 0,05 0,20 Material yang disemen
0,10 0,20 (Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998) Modul PTM dan Alat Berat
Page 84
85 Tabel 6.12. Koreksi Waktu Wheel Loader Jenis Material Faktor Koreksi Material : Material campuran +
0,02 menit Material di bawah 3 mm + 0,02 menit Material 3 mm sampai dengan 20 mm - 0,02 menit Material
20 mm sampai dengan 150 mm 0,00 menit Material di atas 150 mm > + 0,02 menit Timbunan : Conveyor
atau Dozer (> 3 m) 0,00 menit Conveyor atau Dozer (< 3 m) + 0,01 menit Hasil Timbunan Dump Truk 0,00
menit Lain-lain : Truk dan Loader milik sendiri > + 0,04 menit Truk disewa + 0,04 menit Operasi konstan >
- 0,04 menit Operasi tidak konstan > + 0,04 menit Tempat pembuangan kecil > + 0,04 menit Tempat
pembuangan agak lunak > + 0,05 menit (Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998)
c. Menghitung Produksi Kerja Kasar PKK (m 3 /jam) = Isi aktual bucket x jumlah siklus per jam (6.17) d.
Menghitung Produksi Kerja Aktual PKA (m 3 /jam) = PKK x faktor effisiensi kerja. (6.18) Contoh Soal : 1)
Sebuah Wheel Loader model 966 D memiliki kapasitas bucket 2,6 m 3, memuat material dengan campuran
seragam sampai dengan 3 mm dan factor isi 0,95. Wheel Loader hanya memuat/ tidak menempuh jarak
angkut sehingga diambil waktu dasar 0,5 menit dengan koreksi waktu operasi konstan, tempat Modul PTM
dan Alat Berat Page 85
86 pembuangan kecil dan truk sewaan. Hitunglah produksi kerja Wheel Loader jika efisiensi kerja 50
menit/jam. Penyelesaian : Isi aktual bucket = Kapasitas bucket x faktor isi = 2,60 m 3 x 0,95 = 2,47 m 3
Waktu siklus = waktu dasar + truk sewaan + tempat pembuangan kecil Produksi kerja kasar operasi
konstan + koreksi material = 0,5 + 0,04 + 0,04 0,04 + 0,02 = 0,56 menit = kapasitas bucket x jumlah siklus
per jam 60 menit/jam = 2,47 m 3 x -------------------- 0,56 menit = 264,64 m 3 /jam Produksi kerja aktual =
PKK x faktor efisiensi = 264,64 m 3 /jam x 50/60 = 219,654 m 3 /jam 2) Hitunglah produksi kerja dari Track
Loader jika diketahui data-data alat sebagai berikut : Model alat : 953 B Kapasitas bucket : 1,75 m 3 Waktu
siklus dasar Jarak angkut Kecepatan angkut Kecepatan kembali Waktu tetap Faktor isi : 0,8 : 0,5 menit :
50 meter : 8,5 km/jam : 12 km/jam : 0,15 menit Faktor efisiensi kerja : 0,83 Penyelesaian : Isi aktual bucket
= Kapasitas bucket x faktor isi = 1,75 m 3 x 0,8 = 1,4 m 3 Modul PTM dan Alat Berat Page 86
87 Waktu siklus Waktu siklus dasar Jarak angkut (m) Waktu angkut = ---------------------------------- Kecepatan
angkut (m/jam) = 0,500 menit 50 m x 60 menit/jam = ----------------------------- = 0,353 menit 8500 m/jam Jarak
kembali (m) Waktu kembali = ------------------------------------ Kecepatan kembali (m/jam) Waktu tetap 50 m x
60 menit/jam = ----------------------------- = 0,250 menit 12000 m/jam = 0,150 menit Total waktu siklus = 1,253
menit Produksi kerja kasar = isi aktual bucket x jumlah siklus per jam 60 menit/jam = 1,40 m 3 x -------------
------- 1,253 menit = 67,04 m 3 / jam Produksi kerja aktual = PKK x faktor efisiensi = 67,04 m 3 /jam x 0,83
= 55,64 m 3 /jam 6.5 Produksi Kerja Wheel Tractor Scraper Wheel Tractor Scraper merupakan alat angkut
yang dapat melakukan pekerjaan lebih mandiri disbanding alat angkut lain karena dapat memuat sendiri
(dengan cara memotong), menghampar dengan ketebalan merata dan mengangkut dalam jarak sedang
maksimal 1600 m (Nabar, 1998). Perhitungan produksi kerja Wheel Tractor Scraper adalah sebagai berikut
: a. Menghitung Isi Aktual Bowl Isi aktual bowl dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Isi Aktual Bowl
= Kapasitas bowl x faktor muatan..... (6.19) Modul PTM dan Alat Berat Page 87
88 Pada tabel 6.13 berikut dapat dilihat kapasitas bowl dari beberapa model alat Wheel Tractor Scraper.
Tabel 6.13 Kapasitas Bowl dan Berat Kosong Wheel Tractor Scraper Model Alat Kapasitas Bowl (m 3 )
Berat Kosong Peres Munjung (Kg) 613C 8,40-15,264 615C 13,00-25,605 621F 10,70 15,30 32,070 623F
17,60-35,290 627E 10,70 15,30 36,538 631E 16,10 23,70 43,945 633E 26,00-50,805 637E 16,10 23,70
50,845 651E 24,50 33,60 60,950 657E 24,50 33,60 68,860 (Sumber : Cartepillar Performance Handbook,
dalam Nabar, 1998) b. Menghitung Waktu Siklus Waktu siklus Wheel Tractor Scraper terdiri dari waktu
muat, waktu angkut, waktu hampar, waktu kembali dan waktu tetap (untuk manuver, percepatan,
perlambatan, dan lain-lain). - Waktu muat Kapasitas Bowl x 60 menit/jam Waktu Muat = -----------------------
------------------------------------ (6.20) Lebar x Tebal Pemotongan x Kecepatan x F. Gembur - Waktu hampar
Waktu hampar adalah waktu yang diperlukan untuk menumpahkan muatan Wheel Tractor Scraper,
prinsipnya hampir sama dengan Dump Truk namun Wheel Tractor Scraper membuang muatannya dalam
bentuk hamparan material dengan ketebalan merata, sehingga factor-faktor yang mempengaruhinya
seperti kapasitas bowl, ketebalan, lebar penghamparan dan Modul PTM dan Alat Berat Page 88
89 kecepatan penghamparan akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap waktu hampar.
Rumus yang digunakan untuk menghitung waktu hampar adalah sebagai berikut : Kapasitas bowl x 60
menit/jam Waktu hampar = ---------------------------------------------------- (6.21) Lebar x tebal penghamparan x
kecepatan - Waktu angkut dan kembali Waktu angkut/kembali dapat dihitung dengan menggunakan rumus
namun keakuratan perhitungan sangat tergantung pada pengalaman dan ketepatan dalam menentukan
angka kecepatan yang digunakan. Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut : Jarak angkut x 60
menit/jam Waktu angkut = --------------------------------------. (6.22) Kecepatan angkut Jarak kembali x 60
menit/jam Waktu kembali = ---------------------------------------.. (6.23) Kecepatan kembali Namun waktu angkut/
kembali juga dapat dihitung dengan cara grafik dan analisis tenaga (tidak dibahas pada materi ini). c.
Menghitung Produksi Kerja Kasar Prinsip dasar perhitungan produksi kerja kasar sama dengan pada alat-
alat sebelumnya, yaitu : PKK = Isi aktual bowl x jumlah siklus per jam. (6.24) d. Menghitung Produksi Kerja
Aktual Sedangkan produksi kerja aktual dihitung dengan rumus : PKA = PKK x faktor-faktor effisiensi..
(6.25) Waktu muat dapat ditentukan dengan melihat waktu muat khas yang telah ditentukan dari pabrik
seperti pada tabel 6.14. Modul PTM dan Alat Berat Page 89
90 Tabel 6.14. Waktu Khas Scraper Memuat, Menghampar dan Lebar Blade Model alat Dimuat dengan
Waktu muat (menit) Waktu manuver dan hampat (menit) Lebar blade (m) Kedalaman penetrasi maksimal
(m) 613C Sendiri 0,90 0,70 2,35 0,160 615C Sendiri 0,90 0,70 2,89 0,414 633E Sendiri 0,90 0,70 3,50
0,431 623F Sendiri 0,90 0,70 3,50 0,333 621F Satu D8N 0,50 0,70 3,02 0,333 621F Satu D9N 0,50 0,60
3,02 0,333 627F Satu D8N 0,40 0,70 3,02 0,333 627F Satu D9N 0,40 0,60 3,02 0,333 631E/S.II Satu D9N
0,60 0,70 3,49 0,437 631E/S.II Satu D9N 0,60 0,60 3,49 0,437 637E/S.II Satu D10N 0,50 0,70 3,51 0,437
637E/S.II Satu D10N 0,50 0,60 3,51 0,437 651E Satu D11N 0,60 0,70 3,85 0,660 657E Satu D11N 0,60
0,60 3,85 0,660 621F Auger 0,90 0,60 - - 627F Auger 0,70 0,70 - - 631E/S.II Auger 0,90 0,70 - - 637E/S.II
Auger 0,80 0,70 - - 651E Auger 1,30 0,70 - - 657E Auger 1,00 0,70 - - (Sumber : Cartepillar Performance
Handbook, dalam Nabar, 1998) Contoh soal : 1) Pada suatu lokasi akan dilakukan pekerjaan pemotongan
dan setelah itu langsung dihamparkan dengan menggunakan dengan menggunakan alat Wheel Tractor
Scraper. Hitunglah produksi kerja alat, jika data alat adalah sebagai berikut : Model alat : 623 F Kapasitas
bowl : 17,6 m 3 Lebar pemotongan/ penghamparan Ketebalan pemotongan/ penghamparan Kecepatan
muat Kecepatan hampar Waktu tetap : 3,5 m : 0,33 m : 6 km/jam : 7 km/jam : 0,7 menit Modul PTM dan
Alat Berat Page 90
91 Kecepatan angkut Kecepatan kembali Jarak angkut/ kembali : 10 km/jam : 12 km/jam : 500 meter Faktor
isi : 0,85 Faktor gembur material : 1,25 Faktor efisiensi kerja Penyelesaian : Isi aktual bowl Waktu siklus :
50 menit/jam = kapasitas bowl x faktor isi = 17,6 m 3 x 0,85 = 14,96 m 3 Kapasitas Bowl x 60 menit/jam
Waktu Muat = ----------------------------------------------------------- Lebar x Tebal Pemotongan x Kecepatan x F.
Gembur 17,6 x 60 menit/jam = ----------------------------------------- = 0,12 menit 3,5 m x 0,33 m x 6000 m/jam
x 1,25 Kapasitas bowl x 60 menit/jam Waktu hampar = ---------------------------------------------------- Lebar x
tebal penghamparan x kecepatan 17,6 m 3 x 60 menit/jam = -------------------------------------- = 0,13 menit 3,5
m x 0,33 m x 7000 m/jam Jarak angkut x 60 menit/jam Waktu angkut = --------------------------------------
Kecepatan angkut 500 m x 60 menit/jam = ------------------------------- = 3,00 menit 10000 m/jam Jarak kembali
x 60 menit/jam Waktu kembali = --------------------------------------- Kecepatan kembali 500 m x 60 menit/jam =
------------------------------ = 2,50 menit 12000 m/jam Waktu tetap = 0,70 menit Total waktu siklus = 6,45 menit
Modul PTM dan Alat Berat Page 91
92 Produksi kerja kasar = isi aktual bowl x jumlah siklus per jam 60 menit/jam = 14,96 m 3 x ------------------
-- 6,45 menit = 139,163 m 3 / jam Produksi kerja aktual = PKK x faktor efisiensi = 156,10 m 3 /jam x 50/60
= 116 m 3 /jam 2) Pada suatu lokasi akan dilakukan pekerjaan pemotongan dan setelah itu langsung
dihamparkan dengan menggunakan dengan menggunakan alat Wheel Tractor Scraper. Hitunglah produksi
kerja alat, jika data alat adalah sebagai berikut : Model alat : 633 E Kapasitas bowl : 26 m 3 Lebar
pemotongan/ penghamparan : 3,5 m Waktu muat : 0,9 menit Waktu hampar : 0,7 menit Waktu tetap : 0,7
menit Kecepatan angkut : 12 km/jam Kecepatan kembali : 16 km/jam Jarak angkut/ kembali : 700 meter
Faktor isi : 0,80 Faktor efisiensi kerja : 55 menit/jam Penyelesaian : Isi aktual bowl = kapasitas bowl x faktor
isi = 26 m 3 x 0,8 = 20,80 m 3 Modul PTM dan Alat Berat Page 92
93 Waktu siklus Waktu muat = 0,90 menit Waktu hampar = 0,70 menit Waktu tetap = 0,70 menit Jarak
angkut x 60 menit/jam Waktu angkut = -------------------------------------- Kecepatan angkut 700 m x 60
menit/jam = ------------------------------- = 3,50 menit 12000 m/jam Jarak kembali x 60 menit/jam Waktu kembali
= --------------------------------------- Kecepatan kembali Produksi kerja kasar 700 m x 60 menit/jam = -----------
------------------- = 2,60 menit 16000 m/jam Total waktu siklus = 8,40 menit = isi aktual bowl x jumlah siklus
per jam 60 menit/jam = 20,08 m 3 x ------------------- = 143,43 m 3 /jam 8,40 menit Produksi kerja aktual =
PKK x faktor efisiensi = 143,43 m 3 /jam x 55/60 = 131,48 m 3 /jam 6.6 Produksi Kerja Dump Truk Dump
Truk merupakan alat angkut yang hampir selalu digunakan dalam kegiatan-kegiatan konstruksi, dimana
analisis produksi kerja Dump Truk adalah untuk menghitung kemampuan alat dalam mengangkut material
dalam satu jam kerja. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung produksi kerja Dump Truk, yaitu
: a. Menghitung Isi Aktual Bak Modul PTM dan Alat Berat Page 93
94 Untuk mendapatkan kapasitas actual bak adalah dengan rumus : Kapasitas aktual bak = kapasitas bak
x faktor muat.... (6.26) Pada tabel 6.15 dapat dilihat kapasitas bak Dump Truk. Tabel 6.15. Kapasitas Bak
Dump Truk Tipe Dump Truk Kapasitas Peres Kapasitas Munjung 769 C (40 ton) 17,5 m 3 23,60 m 3 773
B (58 ton) 26,00 m 3 34,10 m 3 777 C (95 ton) 36,40 m 3 51,30 m 3 785B (185 ton) 57,00 m 3 78,00 m 3
789B (195 ton) 73,00 m 3 105,00 m 3 793B (240 ton) 96,00 m 3 129,00 m 3 (Sumber : Nabar, 1998)
Sedangkan faktor muat dapat digunakan pendekatan antara 0,8 sampai dengan 0,9 artinya tingkat
kepenuhan bak Dump Truk berkisar antara 80 % sampai dengan 90 % (Sukoto dalam Nabar, 1998). b.
Menghitung Waktu Siklus Waktu siklus Dump Truk terdiri dari waktu muat, waktu manuver, waktu
menumpahkan muatan dan waktu angkut/ kembali. Waktu siklus Dump Truk dapat dihitung dengan rumus-
rumus berikut : Kapasitas bak Dump truk (m 3 ) x 60 menit/jam Waktu muat = -------------------------------------
-------------------------. (6.27) PKA alat pemuat (m 3 /jam) Jarak angkut/ kembali (km)) x 60 menit/jam Waktu
angkut/kembali = ----------------------------------------------------... (6.28) Kecepatan angkut/ kembali (km/jam) c.
Menghitung Produksi Kerja Kasar Produksi kerja kasar dihitung dengan rumus : PKK = Kapasitas aktual
bak x jumlah siklus per jam... (6.29) d. Menghitung Produksi Kerja Aktual Dan produksi kerja aktual dihitung
dengan rumus : PKA = PKK x faktor efisiensi (6.30) Modul PTM dan Alat Berat Page 94
95 Contoh soal : 1) Hitung Produksi Kerja Dump Truk, jika diketahui data-data Dump Truk adalah sebagai
berikut : Model alat : 785 B Kapasitas bak : 57 m 3 Waktu buang Kecepatan angkut Kecepatan kembali
Jarak angkut/ kembali Waktu tetap Produksi kerja Wheel Loader : 2 menit : 20 km/jam : 25 km/jam : 5 km
Faktor isi : 0,9 Faktor efisiensi kerja Penyelesaian : : 4,5 menit : 380 m 3 /jam : 50 menit/jam > Isi aktual
bak = kapasitas bak x faktor isi = 57 m 3 x 0,9 = 51,3 m 3 > Waktu siklus 57 m 3 x 60 menit/jam Waktu
muat = ------------------------------- = 9,00 menit 380 m 3 /jam 5 km x 60 menit/jam Waktu angkut = -------------
------------------- = 15,00 menit 20 km/jam 5 km x 60 menit/jam Waktu kembali = -------------------------------- =
12,00 menit 25 km/jam Waktu buang = 2,00 menit Waktu tetap = 4,50 menit Produksi kerja kasar Total
waktu siklus = 42,50 menit = isi aktual bak x jumlah siklus per jam 60 menit/jam = 51,3 m 3 x -----------------
-- = 72,42 m 3 /jam 42,5 menit Modul PTM dan Alat Berat Page 95
96 Produksi kerja aktual = PKK x faktor efisiensi = 72,42 m 3 /jam x 50/60 = 60,35 m 3 /jam 2) Hitung
produksi kerja Dump Truk yang memiliki kapasitas bak 26 m 3, kecepatan rata-rata kosong adalah 30
km/jam sedangkan kecepatan rata-rata berisi adalah 25 km/jam. Dumping dan standby adalah 2 menit,
waktu muat 5 menit dan jarak angkut yang harus ditempuh adalah 10 km dengan efisiensi kerja 55 menit/
jam, sedangkan faktor penyusutan bahan adalah 0,85. Penyelesaian : > Isi aktual bak = kapasitas bak x
faktor isi > Waktu siklus = 57 m 3 x 0,85 = 22,1 m 3 Waktu muat = 9,00 menit Waktu dumping & standby =
2,00 menit 10 km x 60 menit/jam Waktu angkut = -------------------------------- = 25 km/jam 10 km x 60
menit/jam Waktu kembali = -------------------------------- = 30 km/jam Produksi kerja kasar 24,00 menit 20,00
menit Total waktu siklus = 51,00 menit = isi aktual bak x jumlah siklus per jam 60 menit/jam = 22,1 m 3 x -
------------------ 51,00 menit = 26,00 m 3 /jam Produksi kerja aktual = PKK x faktor efisiensi = 26,00 m 3 /jam
x 55/60 = 28,83m 3 /jam Modul PTM dan Alat Berat Page 96
97 6.7 Produksi Kerja Motor Grader Motor Grader digunakan untuk membentuk permukaan tanah sesuai
dengan tuntutan pekerjaan. Sesuai dengan fungsinya sebagai pembentuk permukaan tanah maka produksi
kerja Motor Grader dihitung berdasarkan besar luas permukaan tanah yang dapat dibentuk atau
dibersihkan dalam setiap jam (m 2 /jam). Empat langkah dalam menghitung produksi kerja Motor Grader,
yaitu : a. Menghitung Luas Lintasan Kerja Luas lintasan kerja merupakan luas areal permukaan tanah yang
dapat dibersihkan atau dibentuk dalam satu lintasan kerja. Dimana luas lintasan kerja tergantung dari lebar
efektif blade yaitu perkiraan lebar bersih permukaan tanah yang dapat diratakan dan panjang lintasan
tergantung pada kondisi lapangan. Luas lintasan kerja dapat dihitung dengan rumus : Luas lintasan kerja
= Lebar Blade x Panjang Lintasan. (6.31) Pada tabel 6.16 dapat dilihat lebar blade Motor Grader. Tabel
6.16 Lebar Blade Motor Grader Model Alat Lebar Blade (m) Perkiraan Lebar Efektif Blade (m) 120 B 2,62
2,42 2,32 140 B 2,76 2,56 2,46 120 G 2,49 2,29 2,19 130 G 2,57 2,37 2,27 12 G 2,57 2,37 2,27 140 G 2,57
2,37 2,27 14 G 2,87 2,67 2,57 16 G 3,10 2,90 2,80 (Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam
Nabar, 1998) b. Menghitung Waktu Siklus Waktu siklus pada Motor Grader terdiri dari waktu grading dan
waktu tetap. Dimana waktu grading adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan perataan
dan waktu tetap adalah waktu yang digunakan untuk berputar, percepatan, perlambatan dan lain-lain.
Modul PTM dan Alat Berat Page 97
98 Waktu grading dapat dihitung dengan rumus : Panjang lintasan (m) x 60 menit/jam Waktu grading = ---
----------------------------------------------.. (6.32) Kecepatan Grding (m/jam) Kecepatan Motor Grader dalam
berbagai tingkatan gigi dapat dilihat pada tabel 6.17. Tabel 6.17. Kecepatan Motor Grader Tiap Tingkatan
Gigi Model Tingkatan Gigi dan Kecepatan (km/jam) Alat 1 2 3 4 5 6 7 8 120 B Maju Mundur 4,20 7,2 6,40
11,40 10,10 15,40 15,60 23,80 22,70-35,40 - - - - - 140 B Maju Mundur 4,50 7,70 6,90 12,00 10,70 16,70
16,50 25,60 24,40-37,60 - - - - - 120 G Maju 3,90 6,20 9,80 16,20 25,90 44,90 - - Mundur 130 G Maju 3,70
6,00 9,50 15,60 25,00 39,40 - - Mundur 12 G Maju 3,70 6,00 9,50 15,60 25,00 39,40 - - Mundur 140 G
Maju 3,90 6,20 9,80 15,60 26,00 41,00 - - Mundur 140 B Maju Mundur 3,70 4,40 5,30 6,20 7,10 8,30 10,40
12,00 15,60 18,20 22,00 25,60 29,70 34,60 43,00 50,00 16 G Maju Mundur 3,90 5,30 7,20 10,80 15,80
22,30 30,10 43,60 (Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998) c. Menghitung
Produksi Kerja Kasar Produksi kerja kasar dihitung dengan rumus : PKK (m 2 /jam) = Luas Lintasan Kerja
x Jumlah Siklus Per Jam (6.33) d. Menghitung Produksi Kerja Aktual Sedangkan produksi kerja aktual
dihitung dengan rumus : PKA (m 2 /jam) = PKK x faktor-faktor efisiensi kerja (6.34) Modul PTM dan Alat
Berat Page 98
99 Contoh soal : 1) Diketahui kondisi kerja dan data Motor Grader adalah sebagai berikut : Model alat Lebar
Blade Panjang lintasan Jumlah lintasan : 5 : 130 G : 2,37 m : 900 meter Waktu tetap per lintasan : 3 menit
Kecepatan pada : - Lintasan 1 dan 2 : 3,7 km/jam - Lintasan 3 : 6,0 km/jam - Lintasan 4 dan 5 : 9,5 km/jam
Faktor efisiensi kerja : 0,83 Hitunglah produksi kerja alat! Penyelesaian : > Luas lintasan kerja = Lebar
Blade x Panjang Lintasan > Waktu siklus = = 900 m x 2,37 m = 2133 m 2 Panjang lintasan (m) x 60
menit/jam Waktu grading = ------------------------------------------------- Kecepatan Grding (m/jam) 900 m x 60
menit/jam Lintasan 1 & 2 = ------------------------------ x 2 = 29,19 menit 3700 m/jam 900 m x 60 menit/jam
Lintasan 3 = ------------------------------- = 9,00 menit 6000 m/jam 900 m x 60 menit/jam Lintasan 4 & 5 = -----
--------------------------- x 2 = 11,37 menit 9500 m/jam Waktu tetap per lintasan = 3 menit x 5 Total waktu siklus
= 15,00 menit = 64,56 menit Modul PTM dan Alat Berat Page 99
100 > Produksi kerja kasar = Luas lintasan x jumlah siklus per jam 60 menit/jam = 2133 m 2 x ---------------
---- = 1982,34 m 2 /jam 64,56 menit > Produksi kerja aktual = PKK x faktor efisiensi = 1982 m 2 /jam x 0,83
= 1645,34 m 3 /jam 2) Hitunglah produksi kerja dari Motor Grader jika data-data yang diketahui adalah
sebagai berikut : Model alat Lebar Blade Panjang lintasan Jumlah lintasan : 7 : 120 G : 2,29 m Waktu tetap
per lintasan : 1,5 menit Kecepatan pada : - Lintasan 1 : 6,2 km/jam - Lintasan 2 & 3 : 9,8 km/jam - Lintasan
4 & 5 : 16,2 km/jam - Lintasan 6 : 3,9 km/jam - Lintasan 7 : 25,9 km/jam Faktor efisiensi kerja Penyelesaian
: : 800 meter dengan ketebalan penghamparan 20 cm : 55 menit/jam > Luas lintasan kerja = Lebar Blade
x Panjang Lintasan > Waktu siklus = = 800 m x 2,29m = 1832m 2 Panjang lintasan (m) x 60 menit/jam
Waktu grading = ------------------------------------------------- Kecepatan Grding (m/jam) Modul PTM dan Alat
Berat Page 100
101 800 m x 60 menit/jam Lintasan 1 = ------------------------------ = 7,74 menit 6200 m/jam 800 m x 60
menit/jam Lintasan 2 & 3 = ------------------------------- x 2 = 9,80 menit 9800 m/jam 800 m x 60 menit/jam
Lintasan 4 & 5 = -------------------------------- x 2 = 5,93 menit 16200 m/jam 800 m x 60 menit/jam Lintasan 6
= ------------------------------ = 12,31 menit 3900 m/jam 800 m x 60 menit/jam Lintasan 7 = ------------------------
------ = 1,85 menit 25900 m/jam Waktu tetap per lintasan = 1,5 menit x 7 = 10,50 menit Total waktu siklus
> Produksi kerja kasar = Luas lintasan x jumlah siklus per jam = 48,13 menit 60 menit/jam = 1832 m 2 x --
--------------- = 2283,81 m 2 /jam 48,13 menit > Produksi kerja aktual = PKK x tebal penghamparan x faktor
efisiensi = 2283,81 m 2 /jam x 0,25 m x 0,83 = 523,37 m 3 /jam 6.8 Produksi Kerja Compactor (Alat
Pemadat) Pada prinsipnya perhitungan produksi kerja untuk semua alat pemadat ataupun alat penggilas
adalah sama. Bila dianalisis bentuk operasinya maka dapat dikatakan bahwa system operasi dari
Compactor adalah ulang alik, dimana saat beroperasi memadatkan alat ini bergerak maju dan kembali
dengan cara mundur dalam keadaan beroperasi. Pada perhitungan produksi kerja alat pemadat tidak perlu
dihitung isi aktual dan waktu siklus, jadi langsung dapat dihitung peroduksi kerja kasar dan produksi kerja
aktual dari alat dengan rumus : Modul PTM dan Alat Berat Page 101
103 Untuk faktor effisiensi diambil angka efektif berkisar 0,83 sampai dengan 0,91 karena secara umum
tingkat kesulitan operasi dari alat pemadat lebih ringan (Nabar, 1998). Contoh Soal : 1) Diketahui kondisi
kerja dan data Soil Campactor model C5-583 C adalah sebagai berikut : Lebar pemadatan Ketebalan
pemadatan Kecepatan alat Jumlah lintasan = 6 = 2,13 m = 15 cm Faktor efisiensi kerja = 0,83 = 12,8
km/jam Hitunglah produksi kerja alat tersebut! Penyelesaian : W x L x S 2,13 m x 0,15 m x 12800 m/jam >
PKK = ------------------ = ----------------------------------------------- P 6 = 681,6 m 3 /jam > PKA = PKK x faktor
efisiensi = 681,6 m 3 /jam x 0,83 = 565, 73 m 3 /jam 2) Hitunglah produksi kerja dari Pneumatic Tire Roller
jika diketahui data-data alat adalah sebagai berikut : Model alat Lebar pemadatan Ketebalan pemadatan
Kecepatan alat Jumlah lintasan = 5 Faktor efisiensi kerja Penyelesaian : = PS-500 = 2,42 m = 20 cm = 26,5
km/jam = 50 menit/jam Modul PTM dan Alat Berat Page 103
105 Rangkuman Prinsip dasar dari perhitungan produksi kerja alat berat, yaitu : 1) Menghitung kapasitas
actual 2) Menghitung waktu siklus 3) Menghitung Produksi Kerja Kasar (PKK) 4) Menghitung Produksi
Kerja Aktual (PKA) digunakan yaitu : Dimana : Atau dapat dihitung dengan satu rumus produksi kerja yang
umum Q = q x N x E Q = produksi kerja per jam (m 3 / jam) q = produksi kerja per siklus (m 3 ) 60 menit/
jam N = jumlah siklus = --------------------------------- Total waktu siklus (menit) E = efisiensi kerja Latihan Soal
1) Hitunglah produksi kerja Excavator, jika data yang diketahui adalah sebagai berikut : Model alat : E 200/
148 HP Kapasitas bucket : 0,85 m 3 Waktu muat : 0,08 menit Waktu ayun bermuatan : 0,07 menit Waktu
membuang muatan: 0,05 menit Waktu ayun kosong : 0,05 menit Carry factor : 0,80 Efisiensi kerja : 50
menit/jam 2) Hitunglah produksi kerja Bulldozer, jika kondisi kerja yang diketahui adalah sebagai berikut :
Tinggi Blade : 2,20 m Lebar Blade : 4,12 m Modul PTM dan Alat Berat Page 105
106 Kecepatan gusur : 6,30 km/jam Kecepatan kembali : 8,90 km/jam Waktu tetap : 0,50 menit Jarak gusur/
kembali : 80 m Faktor koreksi : Operator : 0,75 Cuaca (hujan) : 0,80 Efisiensi kerja : 55 menit/jam 3)
Hitunglah produksi kerja Wheel Loader, jika data-data yang diketahui adalah sebagai berikut : Kapasitas
bucket : 4,0 m 3 Waktu siklus dasar : 0,5 menit Jarak angkut/ kembali : 50 meter Kecepatan angkut : 5,2
km/jam Kecepatan kembali : 6,4 km/jam Waktu tetap : 1,5 menit Faktor isi : 0,84 Faktor efisiensi kerja :
0,83 4) Hitunglah produksi kerja Ripper yang bekerja didaerah penambangan, jika data yang diketahui
adalah sebagai berikut : Model alat = D10N/ N0. 10 Penetrasi = 0,941 m Lebar Garuan = 2,63 m Panjang
Garuan = 91 m Waktu tetap = 0,25 menit Kecepatan Ripping = 2,5 km/ jam Faktor material = 0,9 Efisiensi
kerja = 0,75 5) Hitunglah produksi kerja Dump Truk, jika kondisi kerja yang diketahui adalah sebagai berikut
: Modul PTM dan Alat Berat Page 106
107 Kapasitas bak : 20 m 3 Waktu buang : 0,8 menit Kecepatan angkut : 15 km/jam Kecepatan kembali :
20 km/jam Jarak angkut/ kembali : 2 km Waktu tetap : 0,7 menit Produksi kerja Wheel Loader : 200 m 3
/jam Faktor isi : 0,9 Faktor efisiensi kerja : 50 menit/jam 6) Hitunglah produksi kerja Motor Grader yang
bekerja meratakan tanah, jika kondisi kerja diketahui sebagai berikut : Lebar Efektif Blade : 2,00 m Panjang
lintasan : 500 meter Jumlah lintasan : 5 Waktu tetap per lintasan : 2,5 menit Kecepatan pada : - Lintasan 1
: 3,10 km/jam - Lintasan 2 dan 3 : 6,50 km/jam - Lintasan 4 dan 5 : 8,20 km/jam Faktor efisiensi kerja : 40
menit/jam 7) Hitunglah produksi kerja Compactor, jika diketahui data-data sebagai berikut : Lebar
pemadatan = 2,00 m Ketebalan pemadatan = 25 cm Kecepatan alat = 4,5 km/jam Jumlah lintasan = 5
Faktor efisiensi kerja = 50 menit/jam 8) Hitunglah produksi kerja Wheel Tractor Scraper yang bekerja
melakukan pemotongan dan penghamparan, jika data yang diketahui adalah sebagai berikut : Model alat :
613 C Kapasitas bowl : 8,4 m 3 Lebar pemotongan/ penghamparan : 2,35 m Modul PTM dan Alat Berat
Page 107
108 Waktu muat : 0,19 menit Waktu hampar : 0,7 menit Waktu tetap : 0,7 menit Kecepatan angkut : 15
km/jam Kecepatan kembali : 20 km/jam Jarak angkut/ kembali : 800 meter Faktor isi : 0,85 Faktor efisiensi
kerja : 45 menit/jam Modul PTM dan Alat Berat Page 108
109 BIAYA PEMILIKAN DAN OPERASI Tujuan Khusus - Mahasiswa dapat menghitung biaya pemilikan
alat berat - Mahasiswa dapat menghitung biaya operasi alat berat Bahan Bacaan Afrizal Nursin, Drs, 1995,
Alat Berat, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung. Direktorat Pembangunan Jalan, 1983,
Petunjuk Analisa Biaya Proyek Pembangunan Jalan Padalarang Ciliunyi Jakarta, Direktorat Jenderal Bina
Marga Departemen Pekerjaan Umum. Nabar Darmansyah, Drs, 1993, Biaya Pemilikan dan Operasi Alat
Berat, Palembang Sriwijaya Media Utama. Nabar Darmansyah, Drs, 1998, Pemindahan Tanah Mekanis
dan Alat Berat, Unsri, Palembang. Rochmanhadi, Ir, 1993, Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan
dengan Menggunakan Alat-alat Berat, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta. Prasyarat
Sudah mempelajari Bab VI Pendahuluan Apabila kita telah menentukan kebijaksanaan untuk
menggunakan peralatan dalam proyek konstruksi, maka kita harus menentapkan perhitungan biaya
peralatannya. Menggunakan peralatan memerlukan suatu investasi atau modal yang harus dibayar
kembali, yang dapat digunakan untuk investasi peralatan yang baru, Modul PTM dan Alat Berat Page 109
110 sebagai pengganti peralatan lama dan membiayai investasi lain yang dikeluarkan dalam rangka
menyelesaikan suatu pekerjaan. Karena itulah biaya peralatan merupakan faktor yang penting dalam
proyek konstruksi, tanpa pembayaran kembali atas jasa yang diberikan oleh peralatan tersebut maka jasa
industri konstruksi tidak akan berkelanjutan. Perhitungan biaya peralatan ditetapkan berdasarkan harga
satuan pekerjaan. Dalam teknik konstruksi, digunakan istilah Biaya Pemeliharaan dan Operasi, biaya ini
dihitung untuk setiap jam. Dalam menentukan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengoperasian alat berat
ada dua bagian penting yang perlu diperhitungkan yaitu biaya pemilikan, dimana biaya ini harus dikeluarkan
baik alat sedang beroperasi maupun keadaan menganggur dan yang kedua adalah biaya operasi yang
dikeluarkan hanya bila alat beroperasi. Dan dalam membuat harga satuan pekerjaan kedua biaya ini
dianggap paling menentukan harga penawaran pekerjaan. 7.1 Biaya Pemilikan Biaya pemilikan disebut
juga biaya tetap atau biaya pasti atau fixed cost yaitu biaya yang harus dikeluarkan dalam pemakaian
peralatan yang disebabkan oleh investasi. Terdapat empat komponen biaya tetap, yaitu : - Biaya
penyusutan atau depresiasi, yaitu biaya atas konsekuensi dengan menurunkan harga jual peralatan karena
dipakai atau aus dari umur peralatan mulai saat pembelian. - Biaya asuransi, yaitu biaya yang harus
ditanggung untuk menjamin penggantian biaya peralatan apabila terjadi kecelakaan atas penggunaan
peralatan. - Biaya pajak/ pajak tahunan, yaitu biaya yang harus ditanggung oleh adanya beban pajak atas
peralatan. - Biaya bunga atau biaya modal, yaitu biaya yang harus ditanggung atau uang yang dipinjam
dari bank untuk membeli peralatan. Jika membeli dengan modal sendiri bunga atas modal yang dikeluarkan
apabila modal tersebut disimpan di bank. Sebelum menghitung biaya pemilikan maupun biaya operasi,
terlebih dahulu harus diketahui umur ekonomis alat. Umur ekonomis alat ditaksir dalam jam, yaitu berapa
jam peralatan dapat digunakan yang masih menghasilkan keuntungan. Modul PTM dan Alat Berat Page
110
111 Taksiran ini didasarkan terutama pada daerah atau jenis pekerjaan dan dalam prakteknya umur
ekonomis alat juga dipengaruhi oleh faktor kecakapan operator, staf pemeliharaan dan perbaikan, model
dan lain sebagainya. Pada tabel 7.1 dapat dilihat perkiraan usia ekonomis alat berat. Jenis Alat Tabel 7.1.
Perkiraan Usia Ekonomis Alat Berat Kondisi Daerah Kerja 8.000 jam 10.000 jam 12.000 jam Excavator
8.000 jam 10. 000 jam 12. 000 jam Bulldozer D3 D7 D8 D10 8.000 jam 15. 000 jam 10. 000 jam 18. 000
jam 12. 000 jam 20. 000 jam Motor Grader 12. 000 jam 15. 000 jam 20. 000 jam Wheel Loader 910 966
980 982 8. 000 jam 10. 000 jam 10. 000 jam 12. 000 jam 12. 000 jam 15. 000 jam Dump Truk 15. 000 jam
20. 000 jam 25. 000 jam Wheel Tractor Scraper 8. 000 jam 12. 000 jam 16. 000 jam Asphalt Compactor 8.
000 jam 12. 000 jam 15. 000 jam (Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998) Biaya
Penyusutan Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung biaya penyusutan adalah dengan
metode langsung (straight line method). Metode ini menggunakan rumus : D = P - S. (7.1) Dimana : D =
Biaya penyusutan P = Harga pembelian S = Harga jual bekas Contoh soal : Modul PTM dan Alat Berat
Page 111
112 Sebuah Bulldozer dengan harga pembelian Rp 300.000.000,- dan nilai sisa alat setelah 8 tahun bernilai
10 % dari harga pembelian. Jika umur ekonomis alat adalah 10.000 jam, hitung biaya penyusutan alat per
tahun dan per jamnya! Penyelesaian : Biaya penyusutan seluruhnya : D = Rp 300.000.000 - (10 % x Rp
300.000.000) = Rp 300.000.000 - Rp 30.000.000 = Rp 270.000.000 Biaya penyusutan tiap tahun : Rp
270.000.000 Dt = ------------------------- = Rp 33.750.000,-/ tahun 8 tahun Biaya penyusutan per jam : Rp
270.000.000 Dj = ------------------------ = Rp 27.000,-/ jam 10.000 jam Biaya Asuransi, Pajak dan Bunga
Perhitungan ketiga jenis biaya ini ditentukan oleh peraturan yang berlaku tiap-tiap tahunnya. Adanya
kemungkinan inflasi akan mempengaruhi biaya peralatan. Kenaikan biaya atas kenaikan inflasi ini juga
harus dimasukkan kedalam modal. Untuk memudahkan perhitungan, dibuat satu rumus biaya investasi
rata-rata per tahun. Biaya investasi merupakan penjumlahan biaya asuransi, pajak dan bunga atas modal.
Rumus yang digunakan tersebut yaitu : n 1 xpxi It 2n... (7.2) Hpy Dimana : It n P i Hpy = biaya investasi =
jumlah tahun investasi = harga pembelian = persen (bunga + pajak + asuransi) = jumlah jam kerja rata-rata
(jam/tahun) Modul PTM dan Alat Berat Page 112
113 Atau biaya pasti ini dapat juga dihitung dengan cara lain yang biasa digunakan dalam perhitungan
biaya pasti di lapangan, yaitu menggunakan rumus : Dimana : (B C) x D + F G = --------------------------... (7.3)
W G B C = biaya pasti per jam = harga alat = nilai sisa yaitu nilai/ harga dari peralatan yang bersangkutan
setelah umur ekonomisnya berakhir, biasa diambil 10 % dari harga alat. D = faktor angsuran/ pengembalian
modal = A ix(1 i) A (1 i) 1 (7.4) A = umur ekonomis peralatan dalam tahun yang lamanya tergantung dari
tingkat penggunaan dan standar dari pabrik pembuatnya. F = biaya asuransi, pajak, bunga per tahun.
Besarnya nilai ini diambil sebesar 2 permil dari harga alat atau 2 persen dari nilai sisa alat ( 0,002 x B) atau
(0,02 x C) W = jumlah jam kerja alat dalam satu tahun - bagi peralatan yang bertugas berat (memungkinkan
bekerja secara terus menerus sepanjang tahun) dianggap bekerja 8 jam/hari dan 250 hari/ tahun, maka :
W = 8 x 250 x 1 = 2000 jam/ tahun - bagi peralatan yang bertugas sedang dianggap bekerja 8 jam/hari dan
200 hari/ tahun, maka : W = 8 x 200 x 1 = 1600 jam/ tahun - bagi peralatan yang bertugas ringan dianggap
bekerja 8 jam/hari dan 150 hari/ tahun, maka : W = 8 x 150 x 1 = 1200 jam/ tahun Modul PTM dan Alat
Berat Page 113
114 Contoh soal : Hitunglah biaya kepemilikan atau biaya pasti dari alat berat Bulldozer jika harga alat
adalah Rp 250.000.000,-. Alat tersebut memiliki jam kerja rata-rata 2000 jam per tahun dengan umur
ekonomis diperkirakan 5 tahun, sedangkan nilai sisa dari alat adalah sebesar 10 % dari harga alat dengan
tingkat suku bunga yang berlaku adalah 6 %. Coba bandingkan dengan menggunakan kedua alternatif
yang ada! Penyelesaian : Cara pertama : Harga penyerahan = Rp. 250.000.000,- Nilai sisa 10 % = Rp.
25.000.000,- (-) Harga penyerahan untuk dasar penyusutan = Rp. 225.000.000,- Rp. 225.000.000 Biaya
Penyusutan = ------------------------- = Rp. 22.500,- 2000 jam x 5 tahun Biaya bunga, pajak, asuransi = n 1 5
1 xpxi xrp.250.000.000x0,06 It 2n 2.5 = Rp. 4.500,- Hpy 2000 jam Jadi biaya pemilikan per jam = Rp. 22.500
+ Rp. 4.500 = Rp 27.000,- Cara kedua : (B C) x D + F G = -------------------------- W (Rp. 250.000.000 Rp.
25.000.000) x 0,237 + Rp. 500.000 = -------------------------------------------------------------------------------- 2000
jam = Rp 26.912,-/ jam A 5 ix(1 i) 0,06x(1 0,06) D = 0, 237 A 5 (1 i) 1 (1 0,06) 1 F = 0,002 x Rp 250.000.000
= Rp. 500.000,- Modul PTM dan Alat Berat Page 114
115 Dari kedua cara di atas dapat dilihat bahwa selisih antara cara pertama dan cara kedua tidak terlalu
besar (Rp 326,-) sehingga penyelesaian soal dapat dilakukan dengan menggunakan kedua cara. 7.2 Biaya
Operasi dan Pemeliharaan Biaya operasi dan pemeliharaan disebut juga biaya variabel yaitu semua biaya
yang dikeluarkan untuk mengoperasikan peralatan dalam pekerjaan konstruksi. Secara teoritis biaya-biaya
yang harus dibuat dalam biaya operasi dan pemeliharaan ini antara lain yaitu : 1) Biaya bahan bakar Biaya
bahan bakar ini dihitung dengan mengalikan jumlah bahan bakar yang dikonsumsi alat dengan satuannya.
Jumlah konsumsi bahan bakar ini agak sulit ditentukan secara akurat karena banyak faktor yang
mempengaruhinya, misalnya HP mesin, efisiensi kerja, faktor lapangan dan factor alat itu sendiri. Konsumsi
bahan bakar secara umum dapat ditentukan dengan rumus : Mesin Diesel qf = Hp x f x 0,15 Mesin Bensin
qf = Hp x f x 0,23.. (7.5) Dimana : qf = jumlah bahan bakar yang diperlukan f = faktor efisiensi 2) Biaya
pelumas dan filler Merupakan biaya yang diperlukan untuk kebutuhan minyak lumas dan gemuk lumas.
Biaya yang dikeluarkan tergantung dari kebutuhan setiap jam yang bervariasi sesuai dengan ukuran HP
mesin, kapasitas bak mesin, kondisi ring piston, interval penggantian pelumas dan banyaknya bagian yang
memerlukan pelumasan serta kondisi kerja. Namun jika tidak ada data lengkap tentang kebutuhan minyak
lumas maka dapat ditentukan dengan rumus : Modul PTM dan Alat Berat Page 115
117 Model Alat Tabel 7.3. Konsumsi Minyak dan Gemuk Lumas Per Jam Crankcase (liter) Transmission
(liter) Final Drive (liter) Hydraulic Control (liter) Gemuk Lumas (kg) 206B FT 0,040 0,008 0,040 0,060 0,520
211B LC 0,040-0,040 0,060 0,428 212B FT 0,040 0,008 0,040 0,040 0,520 E 450 0,187 0,003 0,019 0,029
0,070 E 650 0,357 0,007 0,068 0,430 0,075 613 C 0,049 0,026 0,016 0,049 0,684 627 E 0,219 0,155 0,104
0,066 0,286 657 E 0,454 0,257 0,182 0,094 0,158 768 C 0,182 0,101 0,083 0,447 0,096 775 B 0,273 0,101
0,078 0,475 0,058 793 0,864 0,224 0,331 0,796 0,136 814 B 0,113 0,060 0,051 0,043 0,019 834 B 0,166
0,102 0,102 0,121 0,031 910 E 0,038 0,023 0,009 0,036 0,082 936 F 0,089 0,038 0,015 0,038 0,045 994
0,787 0,276 0,442 0,435 0,369 D6D 0,109 0,045 0,038 0,024 0,042 D8L 0,181 0,166 0,022 0,035 0,051 D
11N FT 0,424 0,242 0,019 0,125 0,049 120 G 0,084 0,068 0,049 0,034 0,063 16 G 0,120 0,197 0,121 0,057
0,062 (Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998) 3) Biaya ban Biaya ban dihitung
untuk alat-alat yang beroda ban dan biasanya dipengaruhi harga satuan ban dan usia pelayanan ban itu
sendiri. Untuk menentukan usia pelayanan ban memang agak sulit karena usia ban ini banyak dipengaruhi
kondisi kerja di lapangan, terutama untuk medan kerja yang sangat bervariasi. Usia pelayanan ban rata-
rata dapat dilihat pada tabel 7.4. Tabel 7.4. Usia Pelayanan Rata-rata Type Ban Usia Pelayanan Ban Jam
Mil Km E-3Std Blas Belt 2510 25100 40400 E-4 Xtra Tread 3510 35100 56500 Radial R1 4 Xtra 4200
42000 67600 (Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998) Modul PTM dan Alat Berat
Page 117
118 Faktor koreksi usia pelayanan ban Dump Truk dan Scraper dapat dilihat pada tabel 7.5. Tabel 7.5.
Faktor Koreksi Usia Pelayanan Ban Dump Truk dan Scraper Uraian Kondisi I. Pemeliharaan Baik Sedang
Buruk II. Kecepatan 16 km/jam 32 km/jam 48 km/jam III. Permukaan Jalan Tanah lunak tanpa batuan
Tanah lunak dengan beberapa batuan Jalan kerikil terpelihara baik Hasil ledakan yang tajam IV. Posisi
Roda Trailing Depan Penggerak Penggerak belakang Self propelled V. Muatan Muatan ijin Kelebihan 20
% Kelebihan 40 % VI. Tikungan Tidak ada Sedang Banyak VII. Kemiringan Jalan Rata (datar) Maksimal 5
% Maksimal 15 % VIII. Kombinasi dengan lainnya Ada Sedang Tidak ada (Sumber : Cartepillar
Performance Handbook, dalam Nabar, 1998) Faktor 1,090 0,981 0,763 1,090 0,872 0,763 1,090 0,981
0,763 0,654 1,090 0,981 0,872 0,736 0,654 1,090 0,872 0,545 1,090 0,981 0,872 1,090 0,981 0,763 1,090
0,981 0,872 Modul PTM dan Alat Berat Page 118
119 Dengan mengetahui usia pelayanan ban maka biaya ban dapat dihitung dengan rumus : Harga ban
(Rp) Biaya ban (Rp/ jam) = -----------------------------------.... (7.7) Usia pelayanan ban (jam) 4) Biaya roda
rantai Ada empat faktor yang mempengaruhi biaya roda rantai, antara lain yaitu : - Undercarriage Basic
Factor Merupakan faktor basis untuk biaya roda rantai. Faktor ini mempunyai pengaruh yang paling besar
terhadap biaya roda rantai. Angka faktor ini berbeda pada setiap alat dan selalu berubah sesuai dengan
pergeseran waktu. - Impact Factor Merupakan angka faktor yang menunjukkan tingkat benturan yang
terjadi pada roda rantai saat beroperasi di lapangan. benturan ini didasarkan pada tiga kondisi yaitu : Dalam
prakteknya factor benturan tinggi : terdapat benjolan-benjolan pada permukaan jalan setinggi lebih dari 15
cm benturan sedang : sebagian permukaan jalan dapat digilas, dengan tinggi benjolan antara 7,5 sampai
15 cm. benturan rendah : seluruh permukaan jalan dapat digilas dan benjolan masuk ke dalam tanah. -
Abrasiveness Factor Merupakan angka faktor yang menunjukkan tingkat keausan pada roda rantai ketika
melewati suatu jenis permukaan jalan. Tingkat keausan ini dibagi dalam 3 kondisi, yaitu : keausan tinggi :
bila suatu jenis alat melewati permukaan jalan tanah basah, mengandung pasir dan kerikil tajam. keausan
sedang : permukaan jalan tanah agak basah mengandung pasir dan kerikil tajam keausan rendah :
permukaan jalan tanah yang kering mengandung sedikit bahan tajam. Modul PTM dan Alat Berat Page 119
120 - Z Factor Merupakan angka faktor yang menunjukkan tingkat pemeliharaan dan pengoperasian alat.
Faktor basis untuk roda rantai dari faktor ini dapat dilihat pada tabel 7.6. Tabel 7.6. Faktor Basis Roda
Rantai Model Alat Faktor D11N 17,50 D10N 12,00 D9R 9,50 D8, 973, 594, 245 dan D7 LGP 8,50 D7, 968,
583, D6 LGP, D7 SA 8,00 D6, 953, 572, 235, D5 LGP, D7 SA 6,20 D5, 934, 571, 227, D4 LGP, dan D6 SA
5,00 D4, 831, 561, 225, 215 SA, D3 LGP 3,70 D3, D4 SA, 215 2,50 (Sumber : Cartepillar Performance
Handbook, dalam Nabar, 1998) Dari angka-angka faktor basis roda rantai, impact, abrasiveness dan Z,
dapat ditentukan biaya roda rantai dengan rumus : Biaya roda rantai = Faktor Basis x (I + A + Z) x kurs
(7.8) Dimana : Kurs = kurs mata uang karena faktor basis dibuat berdasarkan standar 5) Biaya reparasi
Amerika. Biaya reparasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk reparasi dalam pemeliharaan alat secara
periodic. Biay reparasi sangat sulit ditentukan karena adanya variasi yang sangat tinggi. Untuk lebih
memudahkan perhitungan, biaya reparasi dimulai dari peralatan beroperasi sampai dengan dihapuskan
(sepanjang umur ekonomis), diperkirakan 80 % smapai dengan 90 % dari biaya penyusutan total. 6) Biaya
perlengkapan khusus Biaya perlengkapan khusus merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perlengkapan
seperti cutting edges, ripper tip, bucket teeth dan lain-lain. Disini termasuk biaya-biaya pengelesan pada
boom dan sticknya. Biaya-biaya ini sangat bervariasi tergantung pada penggunaan, jenis material dan
teknik operasinya. Modul PTM dan Alat Berat Page 120
121 Secara umum untuk menghitung biaya perlengkapan khusus ini sama dengan biaya ban. Ada dua
faktor yang mempengaruhinya yaitu harga satuan dan usia pelayanannya. Rumus yang digunakan yaitu :
Harga Perlengkapan Khusus (Rp) Biaya perlengkapan khusus = ------------------------------------------ (7.9) Usia
Pelayanan (jam) 7) Biaya operator Biaya operator relatif sudah dapat ditentukan karena hal ini merupakan
ketentuan yang dibuat langsung sebelum operator bekerja. Biasanya ditetapkan berdasarkan ketentuan
yang berlaku atau kesepatakatan kedua belah pihak. Biasanya dihitung upah dalam setiap jam operasi
alat. Mengingat banyak ragamnya peralatan dari berbagai merk yang akan dipergunakan, estimator akan
mengalami kesulitan apabila perhitungan biaya operasi dan pemeliharaan menggunakan manual tiap-tiap
alat yang bersangkutan. Untuk memudahkan perhitungan biaya operasi dan pemeliharaan suatu peralatan
digunakan rumus-rumus pendekatan yang berlaku. Rumus-rumus perhitungan pendekatan biaya operasi
dan pemeliharaan tersebut adalah sebagai berikut : A. Biaya bahan bakar (H) Besarnya bahan bakar yang
digunakan untuk mesin penggerak adalah tergantung dari besarnya kapasitas mesin yang biasa diukur
dengan HP (Horse Power) H = (12,50% s/d 17,50%) x Ms x HP. (7.10) Dimana : H = besarnya bahan bakar
yang digunakan dalam 1 jam dalam 1 liter HP = kapasitas mesin penggerak dalam HP 12,50 % = untuk
alat yang bertugas ringan 17,50 % = untuk alat yang bertugas berat B. Biaya pelumas (L) Besarnya
pelumas (seluruh pemakaian pelumas) yang digunakan untuk alat yang bersangkutan dihitung
berdasarkan kapasitas mesin yang diukur dengan HP. L = ( 1,00 % s/d 2,00%) x Mp x HP (7.11) Modul
PTM dan Alat Berat Page 121
122 Dimana : L = besarnya pemakaian pelumas dalam 1 jam dalam 1 liter HP = kapasitas mesin penggerak
dalam HP 1 % = untuk peralatan sederhana 2 % = untuk peralatan cukup kompleks C. Biaya perbaikan
dan perawatan (K) Untuk menghitung biaya spare part, ban, accu, perbaikan alat dan lain sebagainya yang
berkaitan dengan perbaikan dalam per jam kerja digunakan pendekatan : B K = (12,50% s/d 17,50%) x ---
--.... (7.12) W Dimana : B = harga pokok alat W = jumlah jam kerja dalam 1 tahun 12,5% = untuk alat yang
bertugas ringan 17,5% = untuk alat yang bertugas berat D. Biaya Operator (M) Upah di dalam biaya operasi
biasanya dibedakan antara upah untuk operator/ driver upah untuk pembantu operator. Adapun besarnya
upah untuk operator/ driver dan pembantunya tersebut diperhitungkan sesuai dengan perhitungan upah
kerja dimana upah operator dan upah pembantunya diperhitungkan dalam jam. Contoh Soal : Hitunglah
biaya operasi dan pemeliharaan dari Dump Truck dengan model alat 775 B/ 100 HP dengan menggunakan
kedua cara, jika data-data yang diketahui adalah sebagai berikut : - Harga alat = Rp 500.000.000,00 - Jam
operasi per tahun = 2000 jam - Biaya penggantian ban = Rp 40.000.000,00 - Usia pelayanan ban = 4000
jam - Bahan bakar diesel 23 liter/jam = Rp 5500 per liter - Pelumas mesin 0,273 liter/jam = Rp 20.000 per
liter Modul PTM dan Alat Berat Page 122
123 - Pelumas Transmission 0,101 liter/jam = Rp 20.000 per liter - Pelumas Final Drive 0,078 liter/jam =
Rp 20.000 per liter - Pelumas Hidrolik 0,0475 liter /jam = Rp 20.000 per liter - Grease 0,058 kg/jam = Rp
25.000 per kg - Filter 0,012 buah/jam = Rp 30.000 per buah - Upah Operator = Rp 8000 per jam
Penyelesaian : Cara 1 : - Biaya bahan bakar = 23 liter/jam x Rp 5500 = Rp 126.500,00 - Biaya pelumas,
filter dan gemuk = Pelumas mesin = 0,273 liter/jam x Rp 20.000 = Rp 5.460,00 Pelumas Transmission =
0,101 liter/jam x Rp 20.000 = Rp 2.020,00 Pelumas Final Drive = 0,078 liter/jam x Rp 20.000 = Rp 1.560,00
Pelumas Hidrolik = 0,0475 liter /jam x Rp 20.000 = Rp 950,00 Grease = 0,058 kg/jam x Rp 25.000 = Rp
1.450,00 Filter = 0,012 buah/jam x Rp 30.000 = Rp 360,00 Rp 40.000.000,00 - Biaya ban = -------------------
------- = Rp 10.000,00 4000 jam - Operator = Rp 8.000,00 Cara 2 : Total biaya operasi dan pemeliharaan
per jam = Rp 156.300,00 - Bahan bakar = 17,5 % x Rp 5500 x 100 = Rp 96.250,00 - Pelumas = 1 % x Rp
20000 x 100 = Rp 20.000,00 Rp. 500.000.000 - Perbaikan dan perawatan = 17,5 % x ---------------------- =
Rp 43.750,00 2000 - Operator = Rp 8.000,00 Total biaya operasi dan pemeliharaan per jam =
Rp168.000,00 Modul PTM dan Alat Berat Page 123
124 Rangkuman Biaya pemilikan disebut juga biaya tetap atau biaya pasti atau fixed cost yaitu biaya yang
harus dikeluarkan dalam pemakaian peralatan yang disebabkan oleh investasi. Terdapat empat komponen
biaya tetap, yaitu : - Biaya penyusutan atau depresiasi - Biaya asuransi - Biaya pajak/ pajak tahunan - Biaya
bunga atau biaya modal Biaya operasi dan pemeliharaan disebut juga biaya variabel yaitu semua biaya
yang dikeluarkan untuk mengoperasikan peralatan dalam pekerjaan konstruksi. Secara teoritis biaya-biaya
yang harus dibuat dalam biaya operasi dan pemeliharaan ini antara lain yaitu : - Biaya bahan bakar - Biaya
pelumas dan filter - Biaya ban - Biaya roda rantai - Biaya reparasi - Biaya perlengkapan khusus - Biaya
operator Secara garis besar perhitungan biaya operasi dan pemilikan dapat dilakukan dengan dua
alternatif. Kedua alternatif tersebut dapat dirangkum dalam sebuah tabel seperti terlihat pada tabel 7.7 dan
7.8. Modul PTM dan Alat Berat Page 124
125 Tabel 7.7. Perhitungan Biaya Operasi dan Pemilikan Nama alat : Tanggal : Perlengkapan : NILAI
PENYUSUTAN Harga Penyerahan (termasuk perlengkapan) ( A ) Rp.. Biaya Penggantian Ban (B) Rp...
Ban depan Rp.. Ban penggerak Rp.. Ban belakang Rp Nilai penyerahan tanpa ban ( C ) ( A - B ) Rp... Nilai
jual kembali ( D ). % X A Rp... Nilai bersih untuk dasar penyusutan ( E ) ( A - B - D ) Rp... Biaya pemilikan
1. Biaya penyusutan ( F ) Nilai bersih penyusutan ( E ) Rp... Usia ekonomis alat (jam) 2. Biaya bunga, pajak
dan asuransi ( G ) Faktor x harga penyerahan (A) x % Rp... Jam kerja alat per tahun Jumlah Biaya Pemilikan
Per Jam ( H ) (F + G) Rp... BIAYA OPERASI 3. Biaya Bahan Bakar ( l ) Jumlah konsumsi x harga satuan
Rp... 4. Biaya pelumas, filter dan gemuk ( J ) a. Pelumas mesin Jumlah konsumsi x harga satuan Rp... b.
Pelumas Transmisi Jumlah konsumsi x harga satuan Rp... c. Pelumas Final Drive Jumlah konsumsi x harga
satuan Rp... d. Pelumas Hidrolik Jumlah konsumsi x harga satuan Rp... e. Filter Jumlah konsumsi x harga
satuan Rp... f. Gemuk Lumas Jumlah konsumsi x harga satuan Rp... 5. Biaya ban ( K ) Jumlah biaya ban
( B ) Rp... Usia pelayanan ban 6. Biaya reparasi ( L ) Faktor basis x ELM x kurs Rp... 7. Biaya roda rantai
(Undercarriage) ( M ) Faktor basis x (I + A+Z) x kurs Rp... 8. Biaya perlengkapan khusus ( N ) Harga
perlengkapan khusus Rp... Usia pelayanan Jumlah Biaya Operasi ( O ) per jam (I + J + K + L + M + N) Rp...
9. Upah Operator dan Pembantu Operator ( P ) Rp... Total biaya pemilikan, operasi dan upah operator per
jam (M + O + P) Rp... (Sumber : Nabar, 1998) Modul PTM dan Alat Berat Page 125
126 Tabel 7.8. Perhitungan Biaya Operasi dan Pemilikan dengan Rumus Pendekatan No. Uraian Kode
Koefisien Satuan A. Uraian Peralatan 1. Jenis Peralatan 2. Tenaga Pw 3. Kapasitas Cp Liter 4. Alat baru :
a. Umur Ekonomis A tahun b. Jam kerja ( 1 tahun ) W jam c. Harga alat B Rupiah Alat yang dipakai : a.
Umur Ekonomis A' tahun b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' jam c. Harga alat B' Rupiah B. Biaya Pasti per jam
Kerja 1. Nilai sisa alat : 10 % x B C Rupiah 2. Faktor Angsuran Modal : i x ( 1+ i)^a' D (1 + i)^a - 1 3. Biaya
pasti per jam : a. Biaya Pengembalian Modal (B' - C) x D E Rupiah W' b. Asuransi, dan lain-lain 0,002 x B'
F Rupiah W' Biaya Pasti per jam (E + F) G Rupiah C. Biaya Operasi per jam Kerja 1. Bahan Bakar : (0,125-
0,175 liter/hp/jam) x Pw x Ms H Rupiah 2. Pelumas : (0,01-0,02 liter/hp/jam) x Pw x Mp I Rupiah 3.
Perawatan dan Perbaikan 12,5% - 17,5% x B' K Rupiah W' 4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L Rupiah 5.
Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M Rupiah Biaya Operasi per jam (H + I + K + L + M) P Rupiah D.
Total Biaya Sewa Alat/jam ( G + P ) S Rupiah E. Lain-lain 1. Tingkat Suku Bunga i per tahun 2. Upah
Operator/ Sopir V1 Rupiah/jam 3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 Rupiah/jam 4. Bahan
Bakar Bensin Mb Rp/liter 5. Bahan Bakar Solar Ms Rp/liter 6. Minyak Pelumas Mp Rp/liter (Sumber : RAB
Jalan Departemen Pekerjaan Umum, 2006) Modul PTM dan Alat Berat Page 126
127 Latihan Soal : 1) Hitunglah biaya kepemilikan alat berat Excavator jika diketahui harga penyerahan
alat Rp 700 juta. Sedangkan nilai sisa alat setelah 10 tahun diperkirakan 10 % dari harga alat, sedangkan
jam kerja rata-rata alat per tahun adalah 2000 jam dan tingkat suku bunga yang berlaku 12,5 %! 2)
Hitunglah biaya kepemilikan alat berat Bulldozer jika diketahui harga penyerahan alat Rp 950 juta.
Sedangkan nilai sisa alat setelah 5 tahun diperkirakan 30 % dari harga alat, sedangkan jam kerja rata-rata
alat per tahun adalah 1500 jam dan tingkat suku bunga 12 %, asuransi 1 % dan pajak 1 %! 3) Hitunglah
biaya kepemilikan alat berat Motor Grader jika diketahui harga penyerahan alat Rp 800 juta. Sedangkan
nilai sisa alat setelah 10 tahun diperkirakan 10 % dari harga alat, sedangkan jam kerja rata-rata alat per
tahun adalah 1500 jam dan tingkat suku bunga yang berlaku 12 %! 4) Hitunglah biaya operasi dan
pemeliharaan dari Concrete Vibrator yang memiliki kapasitas alat 4 HP dengan harga alat Rp 11 juta.
Sedangkan jam kerja rata-rata per tahun adalah 1500 jam dengan tingkat suku bunga 12,5 %! 5) Hitunglah
biaya operasi dan pemeliharaan dari Dump Truck model 814 B, jika data-data yang diketahui adalah
sebagai berikut : Jam operasi per tahun = 1500 jam Biaya penggantian ban = Rp 50 juta Usia pelayanan
ban = 3000 jam Bahan bakar diesel = 24 liter/ jam Cranckcase = 0,113 liter/ jam Transmission = 0,06 liter/
jam Final Drive = 0,051 liter/ jam Hidraulic Control = 0,043 liter/ jam Gemuk lumas = 0,019 kg/ jam Filter =
0,01 buah/ jam 6) Hitunglah biaya pemilikan dan operasi dari Excavator model E 110 B/ 140 HP dengan
harga alat Rp 750 juta, jika jam kerja alat rata-rata 1500 jam/ tahun Modul PTM dan Alat Berat Page 127
128 dengan usia ekonomis 5 tahun dengan nilai sisa alat 10 % dari harga alat dan tingkat suku bunga yang
berlaku 18 %. 7) Hitunglah biaya pemilikan dan operasi alat dari Wheel Loader dengan data-data sebagai
berikut : Harga alat = Rp 600 juta Umur manfaat = 5 tahun Jam operasi per tahun = 1500 jam Nilai sisa =
25 % dari harga alat Biaya penggantian ban = Rp 45 juta Usia pelayanan ban = 4000 jam Bunga uang =
12 % per tahun Pajak = 1 % per tahun Asuransi = 1 % per tahun Bahan bakar diesel = 7,5 liter/ jam
Cranckcase = 0,038 liter/ jam Transmission = 0,023 liter/ jam Final Drive = 0,009 liter/ jam Hidraulic Control
= 0,036 liter/ jam Gemuk lumas = 0,082 kg/ jam Filter = 0,015 buah/ jam Catatan : Asumsi daftar harga
upah, bahan bakar dan pelumas yang digunakan : Operator = Rp 8500 per jam Pembantu Operator = Rp
8000 per jam Bensin = Rp 6000 per liter Solar = Rp 5500 per liter Pelumas = Rp 20.000 per liter Gemuk
lumas = Rp 25.000 per liter Filter = Rp 30.000 per buah Modul PTM dan Alat Berat Page 128
129 PERHITUNGAN BIAYA PEKERJAAN DENGAN ALAT BERAT Tujuan Khusus - Mahasiswa dapat
menghitung volume pekerjaan - Mahasiswa dapat menghitung waktu pelaksanaan yang dibutuhkan -
Mahasiswa dapat menghitung jumlah alat berat yang dibutuhkan - Mahasiswa dapat menghitung biaya
satuan dan biaya total pekerjaan Bahan Bacaan Afrizal Nursin, Drs, 1995, Alat Berat, Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung. Direktorat Pembangunan Jalan, 1983, Petunjuk Analisa
Biaya Proyek Pembangunan Jalan Padalarang Ciliunyi Jakarta, Direktorat Jenderal Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum. Nabar Darmansyah, Drs, 1993, Biaya Pemilikan dan Operasi Alat Berat,
Palembang Sriwijaya Media Utama. Nabar Darmansyah, Drs, 1998, Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat
Berat, Unsri, Palembang. Rochmanhadi, Ir, 1993, Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan dengan
Menggunakan Alat-alat Berat, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta. Prasyarat Sudah
mempelajari Bab VII Modul PTM dan Alat Berat Page 129
130 Pendahuluan Di dalam menghitung perkiraan biaya pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan
alat-alat berat sangatlah perlu mengetahui biaya utama untuk keperluan tersebut. Biaya utama yang
dimaksud disini adalah biaya di dalam rupiah untuk satu satuan volume, luas, panjang dan sebagainya
yang dihasilkan oleh alat yang bersangkutan untuk satu jenis pekerjaan. Biaya utama biasanya dihitung
untuk satu alat, tetapi dapat juga untuk satu armada alat untuk satu jenis pekerjaan. Yang dimaksud dengan
armada alat disini adalah satu group/ beberapa alat yang bekerja bersama atau pun secara estafet di dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Misalnya didalam melaksanakan pekerjaan drainase maka alat yang
bekerja antara lain satu Dragline, satu Backhoe dan satu Bulldozer, disini ketiga alat tersebut merupakan
satu armada alat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan drainase. Contoh lain misalnya
alat-alat yang dibutuhkan untuk pembuatan jalan antara lain adalah alat pencampur aspal atau alat
pencampur beton, alat-alat pemadat dan sebagainya. Perhitungan biaya utama dapat dihitung dengan
menggunakan rumus : Biaya Kepemilikan + Biaya Operasi Alat atau Armada Alat Biaya Utama = -----------
------------------------------------------------------------.. (8.1) Hasil Produksi Alat atau Armada Alat Untuk jenis-jenis
pekerjaan, terutama pekerjaan tanah yang dilaksanakan dengan satu alat, maka biaya utama akan sama
dengan harga satuan produksi alat. Jadi untuk jenis pekerjaan dengan alat tunggal dapat digunakan rumus
: Biaya Kepemilikan + Biaya Operasi Alat Biaya Utama = ------------------------------------------------------------...
(8.2) Produksi Alat 8.1 Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) Sebetulnya istilah Bill of Quantity adalah berupa
daftar semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan lengkap dengan volume dan satuan-satuannya, harga
satuan Modul PTM dan Alat Berat Page 130
131 jenis pekerjaannya dan sub total serta total harganya. Jadi sudah merupakan Rekapitulasi Engineer s
Estimate secara menyeluruh. Tetap pada umumnya orang menyebut volume pekerjaan dengan Bill of
Quantity karena biasanya sebelum pelelangan pekerjaan, setiap peserta pelelangan dibagikan daftar
volume pekerjaan yang telah tercantum di dalam Bill of Quantity dengan maksud agar para peserta lelang
tinggal mengisi blanko tersebut. Volume pekerjaan diperoleh dari perhitungan dan gambar rencana dari
hasil survey dan pengukuran dilapangan. Didalam menghitung volume pekerjaan harus pula
memperhitungkan semua faktor yang mungkin mempengaruhi. Untuk pekerjaan tanah harus
diperhitungkan faktor-faktor konversi antara tanah asli, tanah gembur, tanah padat dan sebagainya, seperti
jika kita menghitung kapasitas dan produksi alat. Satuan volume pekerjaan dapat bermacam-macam : m,
m 2, m 3, dan lain sebagainya. Selain faktor tersebut di atas juga harus diperhitungkan pengaruh-pengaruh
yang menyebabkan bertambahnya ataupun berkurangnya volume pekerjaan, misalnya pengendapan
lumpur pada pekerjaan pengerukan lumpur dari pekerjaan rehabilitasi sistem drainase, gugusan tebing
karena banjir pada pekerjaan pembuatan tanggul pengaman sungai dan lain sebagainya. Contoh soal : 1)
Hitunglah volume tanah yang sedang dikerjakan pada pekerjaan galian di lokasi gunung cadas sedangkan
daerah yang harus digali berukuran panjang 15 km, lebar 6 m dan kedalaman 5 m. Penyelesaian : Volume
galian = panjang x lebar x kedalaman x faktor gembur = 15.000 m x 6 m x 5 m x 1,11 = 499.500 m 3 2)
Hitunglah volume galian dari sauatu saluran berbentuk trapesium dengan panjang 20 km, seperti pada
gambar berikut : Modul PTM dan Alat Berat Page 131
132 6,00 m Penyelesaian : 4,00 m 2 a + 2 b Volume pekerjaan galian = ------------- x t x p 2 4,00 m (2.1m)
+ (2.4 m) = ----------------------- x 4 m x 20.000 m 2 = 400.000 m 3 8.2 Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Waktu
pelaksanaan pekerjaan merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Setiap pekerjaan akan mempunyai target volume pekerjaan yaitu berapa besar pekerjaan yang
dapat dilakukan oleh alat-alat berat kita secara keseluruhan atau masing-masing di dalam jangka waktu
satu jam. Target pelaksanaan pekerjaan merupakan angka yang harus kita jadikan patokan bekerja selama
suatu satuan jangka waktu, misalnya : berapa m 3 per jam, per minggu atau per bulan, berapa km per
minggu, per bulan atau per tahun, berapa m 2 per jam, per minggu atau per bulan dan lain sebagainya.
Perhitungan produksi kerja dan volume pekerjaan merupakan dasar untuk menghitung waktu pelaksanaan
pekerjaan dengan menggunakan alat berat. Dimana waktu pelaksanaan pekerjaan dihitung dengan
menggunakan rumus : Volume pekerjaan (m 3 ) Waktu pelaksanaan pekerjaan = --------------------------------
--------.. (8.3) Produksi Kerja Alat (m 3 /jam) Modul PTM dan Alat Berat Page 132
133 Umumnya pada pelaksanaan pekerjaan, jam kerja dihitung sebesar 8 jam dalam sehari, sehingga jika
waktu pelaksanaan pekerjaan diinginkan dalam satuan hari maka waktu pelaksanaan pekerjaan dalam jam
harus dibagi dengan 8 jam. Contoh soal : 1) Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh Excavator dengan
produksi kerja 173 m 3 / jam untuk menyelesaikan pekerjaan galian, sedangkan daerah kerja yang harus
digali berukuran panjang 3 km, lebar 11 m dan kedalaman 2 m! Penyelesaian : Volume pekerjaan = p x l x
t = 3000 m x 11 m x 2 m = 66.000 m 3 Volume pekerjaan Waktu penyelesaian pekerjaan = -------------------
----- PKA Excavator 381,5 jam Dalam hari = --------------- = 47,7 48 hari 8 jam/hari 66.000 m 3 = --------------
---------- = 381,5 jam 173 m 3 / jam 2) Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh Excavator dengan produksi
kerja 200 m 3 / jam untuk menggali saluran dengan panjang 15 km berbentuk trapesium seperti pada
gambar berikut : 8,00 m 4,00 m Penyelesaian : 4,00 m 2 a + 2 b Volume pekerjaan galian = ------------- x t
x p 2 Modul PTM dan Alat Berat Page 133
135 Contoh soal : 1) Pada suatu pekerjaan perataan tanah sebanyak 20.000 m 3 menggunakan Bulldozer
dengan produksi kerja 72 m 3 / jam. Berapa unit Bulldozer yang dibutuhkan jika pekerjaan diharapkan
dapat diselesaikan dalam waktu 10 hari? Penyelesaian : Volume Pekerjaan Waktu penyelesaian pekerjaan
= ------------------------ PKA Bulldozer 277,78 jam Dalam hari = --------------- = 34,7225 hari 8 jam/hari 20.000
m 3 = ------------------------ = 277,78 jam 72 m 3 / jam Jika diinginkan waktu penyelesaian dalam waktu 10
hari maka jumlah Bulldozer yang dibutuhkan adalah : 34,7225 hari Jumlah Bulldozer = ---------------- = 3,5
4 unit 10 hari 2) Berapa unit Dump Truk yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan pengangkutan
tanah dalam waktu 15 hari dengan volume pekerjaan 60.000 m 3, jika produksi kerja Dump Truk adalah 50
m 3 / jam? Penyelesaian : 60.000 m 3 Waktu penyelesaian pekerjaan = ------------------------ = 1200 jam 50
m 3 / jam 1200 jam Dalam hari = --------------- = 150 hari 8 jam/hari Jika diinginkan waktu penyelesaian
dalam waktu 15 hari maka jumlah Bulldozer yang dibutuhkan adalah : 150 hari Jumlah Bulldozer = ---------
------- = 10 unit 15 ari Modul PTM dan Alat Berat Page 135
136 Biaya Satuan dan Biaya Total Pekerjaan Setelah kita menghitung biaya-biaya kepemilikan dan biaya-
biaya operasi untuk tiap-tiap alat maupun untuk suatu armada alat dan juga kita telah menghitung kapasitas
atau produksi tiap-tiap alat ataupun produksi suatu armada alat, maka kita bisa menentukan biaya per
satuan produksi. Biaya per satuan produksi dihitung seperti pada rumus (8.1). Kadang-kadang biaya per
satuan produksi dapat terdiri dari satu kegiatan, tetapi dapat pula terdiri dari beberapa kegiatan, misalnya
: - Yang terdiri dari satu kegiatan, antara lain : stripping, galian, timbunan, ripping, pemadatan, dan
sebagainya. - Yang terdiri dari beberapa jenis kegiatan, antara lain : pembuatan jalan, pembuatan tanggul,
dan sebagainya. Sebelum menghitung biaya pelaksanaan pekerjaan hal lain yang perlu diperhitungkan
adalah harga satuan bahan-bahan bangunan pada lokasi pekerjaan atau tempat-tempat disekitarnya.
Perhitungan biaya pelaksanaan pekerjaan dapat didasarkan pada perhitungan-perhitungan pokok, yaitu
biaya utama (prime cost), biaya tambahan (mark up cost), biaya persiapan (establishment cost) dan biaya-
biaya untuk pajak. Seperti telah dijelaskan di atas secara terperinci bahwa biaya utama tersebut didasarkan
pada biaya pemilikan dan operasi alat serta produksi yang dihasilkan oleh alat-alat yang dipergunakan
untuk pelaksanaan pekerjaan, satu per satu atau untuk suatu armada alat, ataupun per satu jenis pekerjaan
atau untuk beberapa jenis pekerjaan. Untuk menghitung biaya total pekerjaan maka biaya per unit alat atau
pun armada alat pada suatu pekerjaan dikalikan dengan dengan volume pekerjaan, selanjutnya
dijumlahkan, sehingga didapatkan biaya total pekerjaan. Perhitungan ini juga harus mempertimbangkan
harga material dan upah tenaga kerja. Contoh soal : 1) Pada suatu proyek pembangunan jalan memerlukan
tanah timbunan dari material sebesar 120.000 m 3 dan faktor gembur material 1,2 dimana harga tanah per
m 3 Modul PTM dan Alat Berat Page 136
137 adalah Rp 50.000. Hitung biaya satuan pekerjaan dan biaya total pekerjaan jika data-data yang
diketahui adalah sebagai berikut : Jenis Alat PKA Sewa per jam (Rp) Dump Truk 56 m 3 /jam 21.420 Wheel
Loader 124 m 3 /jam 96.700 Bulldozer 80 m 3 /jam 150.000 Motor Grader 500 m 2 /jam (tebal hamparan
80.000 30 cm) = 150 m 3 /jam Tandem Roller 120 m 3 /jam 100.000 Penyelesaian : Jam kerja alat : 120.000
m 3 - Dump Truk = ---------------- = 2142,86 jam 56 m 3 / jam 120.000 m 3 - Wheel Loader = ---------------- =
967,74 jam 124 m 3 / jam 120.000 m 3 - Bulldozer = ---------------- = 1500 jam 80 m 3 / jam 120.000 m 3 -
Motor Grader = ---------------- = 800 jam 150 m 3 / jam 120.000 m 3 - Tandem Roller = ---------------- = 1000
jam 120 m 3 / jam Total biaya pekerjaan : - Dump Truk = Rp. 21420 x 2142,86 = Rp 45.900.061,- - Wheel
Loader = Rp. 96700 x 967,74 = Rp 93.580.458,- - Bulldozer = Rp. 150000 x 1500 = Rp 225.000.000,- -
Motor Grader = Rp. 80000 x 800 = Rp 64.000.000,- - Tandem Roller = Rp. 100000 x 1000 = Rp
100.000.000,- - Tanah timbunan = (1,2 x 120000 m 3 ) x Rp 50000= Rp7.200.000.000,- Total biaya
pekerjaan = Rp 7.728.480.519,- Modul PTM dan Alat Berat Page 137
139 Total biaya pekerjaan = volume pekerjaan x biaya satuan pekerjaan = 120.000 m 3 x Rp 64.675,22 =
Rp. 7.761.026.400,- Rangkuman Biaya utama dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Biaya
Kepemilikan + Biaya Operasi Alat atau Armada Alat Biaya Utama = --------------------------------------------------
------------------------ Hasil Produksi Alat atau Armada Alat Waktu pelaksanaan pekerjaan dihitung dengan
menggunakan rumus : Volume pekerjaan (m 3 ) Waktu pelaksanaan pekerjaan = --------------------------------
-------- Produksi Kerja Alat (m 3 /jam) Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah alat adalah :
Waktu penyelesaian pekerjaan untuk satu alat Jumlah alat = ----------------------------------------------------------
Waktu penyelesaian pekerjaan yang diinginkan Atau jumlah alat dapat juga dihitung dengan menggunakan
rumus : Volume pekerjaan total Jumlah alat = ------------------------------------------------------------- Produksi kerja
alat dalam waktu yang diinginkan Latihan Soal 1) Diketahui data-data alat berat adalah sebagai berikut :
Excavator : Model alat : 224 D Kapasitas bucket : 1,7 m 3 Carry factor : 0,95 Faktor efisiensi : 0,83 Alat ini
beroperasi menggali tanah yang merupakan material batu hasil ledakan dan tempat pembuangan
berukuran kecil. Modul PTM dan Alat Berat Page 139
140 Dump Truk : Model alat : 773 B Kapasitas bak : 26 m 3 Waktu buang : 1,20 menit Kecepatan angkut :
22 km/jam Kecepatan kembali : 28 km/jam Jarak angkut/kembali : 2 km Waktu tetap : 3 menit Faktor isi :
0,85 Faktor efisiensi kerja : 0,83 Ditanya : b. Hitunglah waktu yang dibutuhkan Excavator untuk
menyelesaikan pekerjaan jika daerah kerja yang harus digali berukuran : Panjang = 3,00 km Lebar = 11,00
m Kedalaman = 2,00 m c. Berapa buah Dump Truk yang dibutuhkan untuk mengimbangi pekerjaan
Excavator? 2) Untuk menyelesaikan saluran proyek irigasi dioperasikan beberapa buah Excavator dan
Dump Truck. Sesuai dengan rencana proyek tersebut harus selesai dalam jangka waktu 50 hari kerja.
Dump Truck disewa dengan harga Rp 100.000 per jam. Produksi kerja Dump Truck adalah 75 m 3 /jam.
Sedangkan biaya sewa alat Excavator adalah Rp 250.000 per jam dengan produksi kerja adalah 200 m 3
/jam. Hitunglah berapa buah Excavator dan Dump Truk yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
dalam waktu 50 hari dan berapa biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, jika
volume pekerjaan yang harus diselesaikan adalah 300.000 m 3! 3) Pada suatu proyek pembangunan jalan,
dilakukan pekerjaan galian sebesar 100000 m 3 dan pekerjaan timbunan 150000 m 3. Harga tanah
timbungan per m 3 adalah Rp 55.000,- dan tingkat suku bunga bank yang berlaku adalah 24 %. Modul
PTM dan Alat Berat Page 140
141 Pekerjaan dilakukan dengan menggunakan alat berat Excavator dan Dump truk, dengan data sebagai
berikut : * Excavator type Front Shovel (Harga alat : Rp. 750 juta) Model Alat = E 110 B/ 79 Hp Kapasitas
bucket = 3,1 m 3 Waktu muat = 0,13 menit Waktu ayun bermuatan = 0,07 menit Waktu menumpahkan
muatan = 0,04 menit Waktu ayun kosong = 0,07 menit Carry factor = 1,15 Effisiensi kerja = 0,91 * Dump
Truk (Harga alat : Rp 400 juta) Model alat = 789 B Kapasitas bak = 73 m 3 Waktu buang = 2,5 menit
Kecepatan angkut = 12 km/jam Kecepatan kembali = 23 km/jam Jarak angkut/kembali = 3,5 km Waktu
tetap = 3,5 menit Faktor isi = 0,85 Effisiensi kerja = 0,83 Pertanyaan : a. Berapa buah Dump Truk yang
dibutuhkan jika digunakan 2 buah Excavator! b. Berapa lama waktu yang diperlukan masing-masing alat
untuk menyelesaikan pekerjaan galian dan timbunan tersebut! c. Berapa total biaya yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan galian dan timbunan tersebut jika rata-rata alat mempunyai jam kerja 1500
jam/tahun! d. Hitunglah koefisien alat dan 3 orang pekerja bila jam kerja 1 hari adalah 8 jam/hari! Modul
PTM dan Alat Berat Page 141
142 4) Diketahui data pada pekerjaan galian dengan menggunakan 2 buah alat berat Excavator dan Dump
Truck adalah sebagai berikut : Volume pekerjaan galian = 100000 m 3 Produksi kerja Excavator = 155 m
3 / jam Produksi kerja Dump Truck = 35 m 3 / jam Sewa alat Excavator = Rp 130.000 per jam Sewa alat
Dump Truck = Rp 110.000 per jam Hitunglah biaya satuan pekerjaan jika upah pekerja Rp 7000 per jam
dan upah mandor Rp 8000 per jam. 5) Hitunglah biaya satuan pekerjaan urugan tanah yang menggunakan
beberapa alat berat, jika data-data yang diketahui adalah sebagai berikut : No. Alat Yang Digunakan PKA
Sewa Alat per jam 1. Wheel Loader 191 m 3 /jam Rp. 145.600,- 2. Dump Truk 38 m 3 /jam Rp. 123.000,-
3. Motor grader 1782 m 2 /jam Rp. 154.000,- 4. Vibro Roller 145 m 3 /jam Rp. 138.000,- 5. Water Tanker
200 m 3 /jam Rp. 119.000,- Jika volume pekerjaan adalah 200000 m 3, sedangkan harga tanah timbunan
per m 3 adalah Rp 45.000,- dan ketebalan hamparan yang diinginkan adalah 25 cm dengan faktor gembur
tanah adalah 1,2. Catatan : Asumsi daftar harga upah dan bahan bakar (jika diperlukan) : Mandor = Rp
8500 per jam Pekerja = Rp 8000 per jam Bensin = Rp 6000 per liter Solar = Rp 5500 per liter Pelumas =
Rp 20.000 per liter Gemuk lumas = Rp 25.000 per liter Filter = Rp 30.000 per buah Modul PTM dan Alat
Berat Page 142