Tinjauan Pustaka Unggas

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Jenis dan Ras Ayam Broiler

1. Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan hasil dari kecanggihan teknologi dalam dunia

peternakan yaitu persilangan antara ayam Cornish dengan Plymouth Rock, yang

mana memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil

daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat,

serta sebagai penghasil daging dengan serat lunak. Ayam pedaging biasanya dijual

dengan bobot rata-rata 1,4 kg, tergantung pada efisiensi perusahaan. Untuk

mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki pada waktu yang

tepat, maka perlu diperhatikan pemberian pakan yang tepat. Kandungan energi

pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi

pakannya. Tingkat petumbuhan dan produktifitas dari ayam yang diternakkan,

terutama pada fase starter, sangat tergantung dari bibit yang digunakan (Sheila,

2014).

Berikut ini merupakan karakteristik kualitas DOC yang baik yakni DOC

terbebas dari penyakit, seperti pullorum, ophalitis dan jamur. Jika diperhatikan

secara saksama, DOC yang berkualitas baik akan terlihat aktif, memiliki kaki

yang besar dan berminyak, pantat tidak kotor dan tidak terdapat pasta putih, bulu

cerah dan penuh serta setiap DOC memiliki bobot tidak kurang dari 37 gram

(Narantaka, 2012).

4
Strain merupakan sekelompok ayam yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan pembibitan melalui proses pemulia-biakan untuk tujuan ekonomis

tertentu (Suprijatna dkk, 2005). Strain yang paling banyak dikembangkan oleh

breeder (perusahaan pembibitan) di Indonesia untuk ayam broiler antara lain

Cobb, Loghman, Ross dan Hubbard. Biasanya, karakteristik yang membedakan

tiap strain ialah kecepatan pertumbuhan, daya tahan terhadap penyakit, daya

adaptasi terhadap lingkungan dan kualitas daging (Tilman,2012).

Ada beberapa karakteristik serta keunggulan strain broiler dan layer di

Indonesia antara lain (Anonim, 2018) :

 Strain Cobb.

Cobb berasal dari persilangan bangsa ayam (Plymouth Rock USA) dengan

bangsa ayam lain. Ciri-ciri secara fisik strain cob yaitu terdapat DOC berbulu

hitam diantara DOC yang berwara kuning. Jenis ayam ini memiliki kelebihan

yaitu: memiliki titik tekan pada perbaikan feed consumption rate(FCR),

pengembangan genetik diarahkan pada pembentukan daging dada, mudah

beradaptasi dengan lingkungan tropis (heat stress) serta produksinya yang efisien

(bobot badan 1,8 – 2 kg; FCR 1,65).

 Strain Hybro

Jenis ayam ini berasal dari pembibitan Euribrid yang berpusat di Belanda.

Strain Hybro memilki fokus terhadap kekuatan dan daya hidup, menjaga

keseimbangan antara sifat broiler dan breeder, performa bagus pada iklim tropis,

tahan terhadap penyakit ascites dan fokus pengembangan genetik pada hasil

maupun produk karkas.

5
 Strain Ross

Jenis ayam ini berasal dari persilangan bangsa ayam Cornish dengan

bangsa ayam yang berasal dari Inggris. Ciri-ciri fisik DOC dari jenis ayam broiler

ini adalah memiliki warna bulu kuning. Jenis ini memilki keunggulan yaitu FCR

yang efisien, laju pertumbuhan yang lebih cepat, daya hidup lebih bagus, dan

berfokus pada pengembangan kekuatan kaki sebagai penyeimbang berat badan.

Terdapat beberapa jenis ayam yang diduga digunakan untuk menghasilkan

jenis ayam – ayam broiler seperti penjelasan di atas, seperti 1. Ayam kelas

Amerika yang memiliki ciri : a). Kulit berwarna kuning; b). Cakar kaki tidak

berbulu; c). Cuping daun telinga berwarna merah ; d). serta kerabang/kulit telur

biasanya berwarna coklat ; 2. Ayam dari bangsa Plymouth Rock, yang mana

sebagian besar jenis ini memiliki bulu berwarna putih; 3. Ayam kelas Inggris,

yang memiliki ciri : a). bentuk badan kompak dan berdaging penuh ; b). cakar

kaki besar, tidak berbulu, dan berwarna kuning ; c). kulit telur berwarna coklat

(Tamalludin, 2014).

Ayam broiler memiliki karakteristik tubuh yang berbeda dengan jenis

ayam lainnya. Berikut adalah karakteristik broiler (Tilman, 2012) :

- Kepala. Lengkap yang terdiri atas mata, paruh, jengger, cuping telinga

dan lubang hidung.

- Badan. Pada umumnya gemuk, terutama dibagian dada. Memiliki

kerangka tubuh yang melindungi organ dalam (jantung, hati, ginjal, dan

usus)

- Sayap. Terdapat dua buah di kanan dan di kiri

6
- Bulu. Berfungsi untuk menutupi tubuh dan melindungi dari suhu panas

atau dingin. Warna pada umumnya adalah putih.

- Kaki. Terdapat sepasang, kokoh dan cenderung pendek. Cakar tidak

berbulu.

7
II. Manajemen Pembibitan Ayam Broiler

Salah satu kunci sukses memelihara ayam broiler adalah memilih bibit

ayam yang berkualitas. Bibit ayam (DOC) yang beredar di Indonesia bukan

berasal dari strain yang dikembangkan khusus untuk daerah tropis, tetapi bibit

yang telah diperbaiki (up grade) kualitas genetiknya yang dikembangkan di

daerah subtropis. Dengan kata lain, DOC tersebut akan memunculkan potensi

genetiknya jika lingkungan yang dibutuhkan untuk perkembangan DOC terpenuhi

(Rasyaf, 2006).

Adapun ciri-ciri DOC yang berkualitas, yaitu: 1) DOC terlihat aktif, mata

cerah, dan lincah. 2) Kaki besar dan basah seperti berminyak. 3) Bulu cerah, tidak

kusam, dan penuh 4) Keadaan tubuh ayam normal 5) Berat badan sesuai dengan

standar strain, biasanya di atas 37 gram. Dari bibit ayam (DOC) yang berkualitas,

serta dukungan lingkungan yang memadai, produksi ayam broiler komersial akan

mencapai pertumbuhan yang baik.

 Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit / DOC (Day Old

Chicken) / ayam umur sehari:

a. Anak ayam (DOC) berasal dari induk yang sehat.

b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya.

c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.

d. Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik.

e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.

f. Tidak ada letakan tinja di duburnya.

8
Perawatan Bibit dan Calon Induk Dilakukan setiap saat, bila ada gejala

kelainan pada ternak supaya segera diberiperhatian secara khusus dan diberikan

pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang

bertugas di daerah yang bersangkutan.

9
III. Morfometrik dan Penentuan Umur (Periode) Ayam Broiler
Morfometri merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau

ukuran. Secara umum untuk memperlihatkan karakteristik eksternal. Pengukuran

secara morfometri merupakan suatu metode yang lebih baik untuk membedakan

bentuk tubuh pada populasi. Metode morfometri ini dapat dilakukan untuk

membedakan spesies atau populasi, menentukan jarak genetik dan mencari

indikator morfologi untuk tujuan seleksi (Kusrini dkk., 2009). Morfometrik

diartikan sebagai suatu cara yang mencakup pengukuran bentuk atau suatu cara

pengukuran yang memungkinkan sesuatu untuk diuji. Berdasarkan pengertian

diatas, maka terdapat dua komponen besar mengenai morfometrik, yaitu size atau

ukuran dan shape atau bentuk. Size dapat diartikan sebagai dimensi, besar,

volume, ukuran relatif, sedangkan shape atau bentuk diartikan sebagai model,

pola, karakteristik sebagai pembeda panampilan eksternal (Biology Online Team,

2005).

10
Warwick et al. (1995) menyatakan bahwa sifat kuantitatif penting dalam

bidang peternakan. Beberapa sifat kuantitatif yang penting adalah bobot badan,

panjang jari ketiga, panjang maxilla panjang femur, panjang shank dan lingkar

shank (tarsometatarsus), panjang jari ketiga, panjang sayap dan tinggi jengger

(Hutt, 1949). Dinyatakan lebih lanjut bahwa beberapa sifat yang berhubungan

dengan produktivitas unggas yaitu panjang shank, panjang maxilla, lingkar dada,

panjang paha dan dada. Frandson (1992) menyatakan bahwa tulang memberi

dasar pada struktur eksternal dan wujud hewan. Tulang-tulang yang berpengaruh

pada wujud ternak adalah humerus, ulna, radius, tibia, femur, fibula, metatarsalia

dan falanges. Skeleton ayam yang dibentuk oleh tulang merupakan struktur hidup

dengan fungsi utama sebagai pelindung tubuh yang memberikan kekerasan dan

bentuk pada tubuh, berperan sebagai pengungkit, tempat cadangan mineral dan

memberikan fasilitas tempat untuk pembentukan darah. Tulang panjang

mempunyai fungsi sebagai pengungkit dan memperkuat penyokong, gerak dan

prehensi. Tulang adalah jaringan yang mempunyai respon tinggi pada lingkungan

(Frandson, 1992). Sifat yang berhubungan dengan produktivitas adalah sternum,

panjang shank, lingkar metatarsus, lingkar dada, panjang paha dan dada

(Crawford, 1990). Ukuran dari tulang paha, betis dan shank serta perbandingan

antara panjang shank dengan lingkar shank menunjukkan nilai-nilai yang efektif

untuk pendugaan konformasi tubuh. Ukuran tubuh ayam dipengaruhi oleh

jengger, panjang tibia, panjang sayap dan panjang femur (Nishida et al., 1980).

Mansjoer (1981) meneliti hubungan bobot badan masing-masing dengan

panjang shank, panjang betis, panjang paha, panjang dada, lingkar tarsometatarsus

11
dan lingkar dada dan diperoleh hubungan yang nyata antara bobot badan dengan

panjang tibia (r=0,98) dan bobot badan dengan panjang paha (r=0,98). Selain itu,

dikemukakan pula bahwa terdapat hubungan yang nyata antara panjang shank

dengan bobot badan (r=0,98) dan lingkar dada dengan bobot badan (r=0,95), serta

A B tidak didapatkan hubungan antara panjang dada dengan bobot badan (r=0,95)

dan lingkar tarsometatarsus dengan bobot badan (r=0,96). Selanjutnya Mansjoer

(1981) menyimpulkan, bahwa panjang shank merupakan penduga yang paling

tepat untuk penentuan bobot badan. Jull (1951) menyatakan, bahwa panjang kaki

(a) mempunyai korelasi positif dengan bobot tubuh, dan (b) menentukan

komposisi tubuhnya. Namun demikian, dikatakan bahwa dalam seleksi ayam

untuk produksi daging, ayam yang mempunyai kaki terlalu panjang dianjurkan

untuk disingkirkan, karena kurang menguntungkan.

Pengaruh Jenis Kelamin Ayam jantan memiliki postur tubuh yang lebih

besar dibandingkan ayam betina. Perbedaan postur disebabkan oleh tingkat

konsumsi pakan dan agresivitas yang tinggi pada ayam jantan (Kholik 2016).

Hasil penelitian ini menunjukan perbedaan pada minggu ke-5 sedangkan minggu

pertama dan ke-3 tidak terdapat perbedaan. Hasil pengukuran berdasarkan jenis

kelamin disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis ragam menunjukan jenis kelamin

ayam mempengaruhi hampir seluruh peubah yg diukur kecuali panjang dada dan

panjang paruh. Lingkar dada, panjang sayap, panjang femur, panjang tibia, dan

panjang shank ayam jantan nyata (P< 0,01) lebih besar dari pada ayam betina.

Hal ini disebabkan ayam jantan memiliki hormon testosteron yang lebih banyak

dan lebih agresif. Hormon testosteron dapat merangsang peningkatan sekresi

12
growth hormone (GH). Growth hormone mampu merangsang pertumbuhan yang

lebih cepat dengan cara mempercepat pembelahan sel dan sintesis protein (Ma’ruf

2004).

Rataan hasil pengukuran berdasarkan jenis kelamin

Pertumbuhan kerangka ayam broiler jantan pada sistem pemeliharaan

intensif, ayam broiler betina pada sistem pemeliharaan intensif, ayam broiler

jantan pada sistem pemeliharaan free-range, dan ayam broiler betina pada sistem

pemeliharaan free-range disajikan pada Tabel 4. Data yang disajikan menunjukan

kerangka ayam broiler terus tumbuh secara cepat pada minggu pertama sampai

minggu ke-3. Ternak mengalami pertumbuhan cepat sejak lahir hingga dewasa

kelamin (Ashifudin 2017). Hampir seluruh tulang pada tubuh ayam mengalami

pertumbuhan lebih dari 50% pada umur 1 minggu sampai umur 3 minggu kecuali

panjang paruh. Panjang paruh mengalami pertumbuhan kurang dari 40%. Panjang

paruh ayam yang dipelihara pada free-range memiliki pertumbuhan yang lebih

seragam antara ayam jantan dan ayam betina yaitu 33,15% dan 33,52%. Albar

(2018) menjelaskan semakin panjang paruh ayam diharapkan dapat meningkatkan

13
konsumsi pakan pada ayam karena jarak jangkau untuk mematuk akan semakin

pendek. Ayam yang dipelihara pada pemeliharaan intensif mangalami

pertumbuhan tulang paruh 38,22% pada jantan dan betina 30,93% saat umur 3

minggu. Hal ini dimungkinkan karena jantan lebih agresif dari betina sehingga

pertumbuhan tulangnnya lebih optimal. Pertumbuhan tulang pada free-range

cenderung sama antara jantan dan betina dimungkinkan di area free-range ayam

betina lebih terpancing untuk mematuk rumput sehingga ayam betina free-range

lebih banyak menggerakan paruhnya dibandingkan ayam intensif dengan

demikian pertumbuhan paruh betina free-range cenderung sama dengan ayam

jantan di free-range.

Pertumbuhan tulang ayam jantan lebih besar persentasenya pada tulang

sayap, lebar dada, dan lingkar dada. Sesuai dengan Mufti (2003) yang menyatakan

14
ayam jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari betina. Pertumbuhan

panjang dada pada ayam betina lebih besar dari jantan. Hal ini dimungkinkan

karena yang disajikan adalah persentase pertumbuhannya namunsecara fisik

jantan lebih panjang pada umur yang sama, seperti disajikan pada Tabel 1 dan 2

bahwa rataan betina lebih rendah daripada jantan. Tulang leher, femur, shank, dan

dalam dada memiliki pertumbuhan yang mulai melambat pada minggu ke-3

sampai ke-5. Pertumbuhan bagian tersebut hanya bertambah paling tinggi 31,19%.

Semakin bertambah umur ayam pertumbuhan tulangnya akan semakin berkurang.

Pada umur tertentu pertumbuhan tulang dan otot ayam akan berhenti karena sudah

mencapai batasnya (Ashifudin 2017). Tulang paruh, tibia, dan punggung

menunjukan persentase pertumbuhan yang paling kecil diantara yang lainnya

yaitu di bawah 20% pada minggu ke-3 sampai minggu ke5. Penurunan percepatan

pertumbuhan pada tulang tibia dimungkinkan pada umur 3 minggu bobot ayam

broiler semakin meningkat sehingga mengakibatkan broiler suka bermalas-

malasan (duduk) dan lebih sedikit menggerakan bagian tibia dan femur

dibandingkan bagian shank.

Menurut Candrawati (2007) tibia merupakan salah satu tulang yang

memiliki pertumbuhan lambat. Tulang punggung merupakan tulang yang sangat

jarang untuk digerakan sehingga dapat mempengaruhi laju pertumbuhannya.

Panjang paruh ayam betina free-range memiliki laju pertumbuhan yang paling

besar. Hal ini dimungkinkan karena ayam yang dipelihara di free-range cenderung

lebih aktif bergerak dan mengais-ngais tanah dibandingkan ayam yang dipelihara

intens

15
IV. Manajemen Perkandangan dan Pakan Ayam Broiler

1. Manajemen Perkandangan pada Ayam Broiler

Kandang di Farm PT. Semesta Mitra Sejahtera Jombang

Letak kandang dari Farm PT. Semesta Mitra Sejahtera berada cukup jauh

dari pemukiman penduduk dan terletak didataran tinggi perbukitan. Terdapat 4

zonasi yang ada pada Farm PT. Semesta Mitra Sejahtera yang pertama ada Zona 1

yaitu meliputi Pos Security dan parkiran kendaraan, untuk sanitasi barang atau

peralatan kandang dan kendaraan yang akan masuk ke area farm dilakukan

penyemprotan desinfektan. Yang kedua adalah Zona 2 meliputi biosecurity untuk

lalu lintas orang atau pegawai yang masuk ke area farm. Biosecurity tersebut

meliputi mandi sekaligus terkena desinfektan dan bisa juga dengan dipping

desinfektan kemudian memakai handuk dan baju kandang yang telah disediakan.

Selanjutnya ada Zona 3 yaitu Kandang ayamnya sendiri, sebelum masuk ke dalam

kandang harus dilakukan desinfeksi petugas dengan cara dipping kaki untuk

memastikan benar-benar bersih dari kontaminasi mikroorganisme pathogen. Yang

16
terakhir ada Zona 4 adalah bagian dalam kandang atau ayam itu sendiri.. Disini

baik petugas dan peralatan kandang harus sudah steril sehingga tidak

mengkontaminasi ayam yang ada didalam kandang.

Tipe kandang yang ada di farm PT. Semesta Mitra Sejahtera adalah Close

House atau tertutup maka dengan itu suhu, cahaya dan sirkulasi udara diatur oleh

petugas secara otomatis menggunakan alat. Terdapat kipas diujung kandang untuk

mengatur dan membuang udara kotor didalam kandang secara otomatis sesuai

pengaturan yang telah ditentukan. Untuk memasukan udara bersih dari luar

menggunkan Cooling Pad yang bekerja secara otomatis. Dalam pengaturan suhu

yang ada didalam kandang menggunakan penghangat atau Heater dengan sensor

suhu sehingga jika suhu didalam kandang terlalu rendah dari suhu yang ada

dipengaturan maka pemanas anak menyala otomatis. Begitupun sebaliknya

pemanas akan mati jika suhu didalam sudah sesuai pengaturan.

Kondisi didalam kandang PT. Semesta Mitra Sejahtera Jombang

17
Kandang di farm PT. Semesta Mitra Sejahtera terdiri dari 4 kandang yang

masing-masing kandang terdiri dari 2 lantai. Alas atau litter kandang memakai

sekam padi yang berguna untuk menyerap kotaran ayam. Alasannya

menggunakan sekam padi karena harga murah dan mudah didapatkan.Untuk

tempat pakan menggunakan Pan Feeder yaitu tempat pakan yang bekerja secara

otomatis terisi jika salah satu tempat pakan mulai berkurang makannya. Tempat

minum yang digunakan adalah nipple yang dapat mengeluarkan air secara

otomatis. Ketinggian tempat pakan dan tempat minum dapat disesuaikan menurut

usia ayam. Untuk tempat pakan ukuran tingginya adalah setara dengan tembolok

ayam. Sedangkan untuk tempat minum disesuaikan ayam mendongak keatas. Pada

usia ayam 1 hari tempat pakan menggunakan alas kertas dan ditebar, setelah usia

7 hari mulai menggunakan Baby Chick secara manual dengan mengontrol

ketersediaan pakan.

Pan Feeder dan Baby Chick yang digunakan

18
Nipple atau tempat minum yang digunakan

Ukuran kandang di farm PT. Semesta Mitra Sejahtera memiliki panjang

120 meter dan lebar 12 meter dengan tinggi 6 meter. Bahan yang digunakan untuk

kandang menggunakan baja ringan dengan dinding kawat ram dan dilapisi dengan

terpal supaya angin tidak bisa masuk kedalam yang dapat mempengaruhi suhu

didalam kandang. Pencahayaan masih dilakukan secara manual dengan lampu 9

watt berwarna kuning pada usia 1-16 hari. Kemudian pada usia 17 hari diganti

lampu 1 watt yang bertujuan untuk menurunkan aktifitas gerak ayam.

2. Manajemen Pakan pada Ayam Broiler

Manajemen pakan pada PT. Semesta Mitra Sejahtera telah diatur oleh SOP

induk perusahaannya yaitu PT Chairoen Pukhand Indonesia dimana mulai dari

persediaan pakan yang mana semua pakan telah disupply oleh induk perusahaan ,

prosedur pemberian pakan juga ditentukan oleh pabrik dimana pakan fase starter

berbeda dengan pakan fase finisher, serta kandungan gizi yang terdapat pada

pakan.

19
 Distribusi Pakan

Ketersediaan pakan di PT SMS cukup bagus dimana distribusi pakan terus

berjalan, mulai dari kedatangan pakan dari perusahaan induk ke PT SMS terbilang

sangat tercukupi baik untuk fase starter maupun finisher. Distribusi pakan dalam

kandang sangat bagus, dimana ayam diberi pakan dari pagi hingga malam secara

libbitum hal ini bertujuan untuk menghasilkan daging yang berkualitas dan

diberhentikan untuk istirahat pada tengah malam hal ini bertujuan agar tidak

mengganggu proses istirahat ayam.

Pendistribusian pakan pada PT SMS yaitu pada tahap awal menggunakan

kertas yang digelar di atas alas kandang, baby chick dan pan fidder. Pada usia

awal ayam broiler pendistribusian pakan menggunakan kertas yang diberi pakan

dan digelar pada alas kandang, hal ini diterapkan mengingat behavior ayam dalam

mencari makan yaitu mematuk kebawah. Untuk melatih ayam agar makan pada

tempat pan fidder maka disebarlah baby chick.

Gambar Baby chick

20
Sesuai dengan namanya penggunaan tempat pakan ini hanya digunakan

pada fase starter. Dimana baby chick akan disebar kesemua sudut kandang.

Penggunaan baby chick ini bertujuan untuk melatih ayam fase starter untuk

terbiasa makan pada tempat pakan yaitu pan fidder. Setelah ayam sudah terbiasa

makan pada baby chick, kertas akan dihilangkan dan sedikit demi sedikit jumlah

baby chick akan berkurang dan digantikan oleh pan fidder.

Gambar Pan fidder

Penggunaan Pan fidder memudahkan petugas untuk mendistribusikan

pakan keseluruh area kandang. Alat tersebut bekerja secara otomatis dimana saat

pan fidder mulai kosong dan tertangkap oleh sensor pada pan fidder maka secara

otomatis pakan akan diditribusikan ke pan fidder yang kosong. Akan tetapi alat

ini memiliki kelemahan dimana pakan yang ada di bagian dasar dari pan fidder

akan menjadi tempat berkembangnya bakteri dan jamur. Melihat hal tersebuh

pihak manajemen kadang selalu melakukan control secara acak pada setiap pan

fidder. Hal ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri pada

tempat pakan.

21
 Komposisi pakan

Pakan ternak harus dapat memenuhu asupan kebutuhan ternak baik dari

segi karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Hal tersebut sudah

terkandung dalam pakan yang diberikan PT SMS pada ayam broiler yang sedang

diternak. Untuk masa awal biasanya diberikan pakan BR0 500 pakan ini diberikan

pada masa awal anak unggas. Kemudian diteruskan dengan pemberia pakan BR 1

untuk starter dan BR2 untuk finisher. Dalam hal komposisi pakan tidak dibedakan

antara usia starter atau finisher semua sama yaitu terdiri dari kadar air max

13,0%, protein, lemak min 5.0%, serat max 5.0%, abu max 7.0%, kalsium min

0,90%, fosfor min 0.55% dan aflatoksin max 50 ppd. Yang membedakan ialah

takarannya dari masing-masing kandungan.

Perbedaan yang paling signifikan terletak pada kandungan protein pada

setiap jenis pakan. Untuk masa awal ayam dating diberikan BR0 500 dimana

kadar proteinnya paling tinggi daripada yang lain yaitu sebesar 23.0-24.0%,

sedangkan BR1 untuk fase starter kandungan proteinnya mencapai 21.0-23.0 %

dan yang terakhir BR2 dengan kandungan protein 19.0-21.0%. hal ini dilakukan

karena pada masa awal ayam sangat membutuhkan protein untuk pertumbuhan,

sedangkan pada masa finisher kadar protein dikurangi agar proses pembentukan

daging lebih optimal.

22
V. Manajemen Reproduksi dan Perkawinan Ayam

Ayam broiler adalah ayam dengan umur potong cepat dengan kualitas

daging yang baik, berserat lunak dan memiliki protein tinggi (Hardjosworo dan

Rukmiasih, 2000). Ayam broiler adalah ayam hibrida modern yang memiliki

strain tertentu dari perusahaan pembibitan (Gordon and Charles, 2002). Ayam

broiler adalah ayam yang dipelihara relatif singkat, sehingga pada umur 5-6

minggu sudah bisa dipanen, dan memiliki konversi pakan yang rendah

(Prihatman, 2002). Jenis ayam broiler yang berada di Indonesia seluruhnya

berasal dari luar negeri. Jenis-jenis strain ayam pedaging yang banyak beredar di

pasaran adalah Super 77, Tegel 70, ISA, Kim Cross, Lohman 202, Hyline, Vdett,

Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor Arcres, Tatum,

Indian River, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-broiler, Ross,

Marshall „‟in‟‟, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo dan Cp 707 (Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional, 2000).

Peternakan ayam broiler memerlukan bibit ayam atau day old chick

(DOC). Persyaratan mutu bibit ayam broiler atau day old chick (DOC) yaitu berat

DOC per ekor minimal 37 g dengan kondisi fisik sehat dan kaki normal, dapat

berdiri tegak, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ditemukan kelainan

bentuk dan cacat fisik sekitar pusar dan dubur kering. Warna bulu seragam sesuai

dengan warna galur dan kondisi bulu kering dan berkembang serta jaminan

kematian DOC selama perjalanan maksimal 2% (Badan Standardisasi Nasional,

2005).

23
Ayam “parent stock” adalah ayam penghasil ayam komersil yang

merupakan hasil silangan “grand final stock” ayam yang dipilih sebagai induk

penghasil telur tetas adalah ayam dewasa yang berumur antara 6-8 bulan dan telah

siap bertelur sedang untuk ayam jantan berumur 1 tahun strain ayam sebagai bibit

unggul yang dihasilkan oleh pembibit merupkan “final stock” yang umumnya

diarahkan pada tiga sifat ekonomi yaitu pertumbuhan cepat, daya hidup yang baik

dan produktivitasnya yang tinggi (Malik, 2001). Ayam pembibit “parent stock”

tipe pedaging mempunyai ciri-ciri bulu bersih, kulit kuning, mata besar dan

kokoh, dada lebar dan padat, bentuk kepala besardan tubuh besar, mata cerah dan

pertumbuhan bulu dan badan yang cepat (Whendarto dan Madyana, 1986).

Ayam “parent stock” yang akan di ternakan oleh perusahaan peternakan

ayam pembibit harus berasal dari induk ayam pembibit yang telah diakui

kemurniannya atau keunggulannya yang dibuktikan dengan surat keterangan dari

instansi yang berwenang di lokasi dimana ayam “parent stock” dihasilkan, “final

stock” sudah tidak dapat dikawinkan lagi karena produksi telur atau daging akan

jauh menurun dan tidak menguntungkan (Sudaryanti dan Santosa, 1999). Final

stock diperoleh dari keturunan parent stock dan merupakan hasil seleksi yang

dilakukan secara terus menerus sehingga diperoleh hasil akhir yang produktif

DOC yang biasa di jual adalah strain final stock (Blakely dan Bade, 1998).

1. Ayam Pembibit

Pembibitan ayam broiler dimulai dari Great grand parents stock, Grand

parents stock, Parents stock, dan Final stock. Great grand parents stock adalah

jenis ayam hasil persilangan dan seleksi dari berbagai kelas, bangsa, atau varietas

24
yang dilakukan oleh pembibit dan untuk membentuk Grand parents stock yang

dihasilkan dari persilangan galur murni (pure line). Grand parents stock adalah

jenis ayam yang digunakan untuk menghasilkan Parents stock. Parents stock

adalah jenis ayam yang dipelihara untuk menghasilkan Final stock. Final stock

adalah ayam yang dipelihara khusus dengan tujuan untuk menghasilkan telur

melalui berbagai persilangan dan seleksi (Sudaryanti dan Santosa, 2003). Strain

Lohman Indian River berasal dari negara Amerika strain jenis ini merupakan

ayam tipe jenis sedang atau medium memiliki ciri ukuran daya hidup tinggi,

konversi pakan rendah dan konformasi otot dada dan kaki yang baik (Sudarmono,

2003).

Jenis strain parent stock broiler breeder yang banyak dipelihara oleh

perusahaan breeding farm di Indonesia adalah parent stock strain Cobb dan strain

Ross. Strain Ross berasal dari negara Inggris dan memiliki keunggulan laju

pertumbuhan yang cepat, efisiensi pakan tinggi, mortalitas rendah, memiliki kaki

yang kuat sehingga tidak mudah lumpuh, sistem kerja jantung kuat sehingga tahan

terhadap suara-suara yang keras dan daya hidup lebih bagus. Strain Ross mulai

berproduksi pada umur 25 minggu atau 175 hari dengan HDP 5% serta body

weigth 2.975 gram. Ayam jenis strain cobb berasal dari benua Amerika yang

merupakan ayam broiler dengan ciri warna bulu putih, jengger tunggal, kaki

kuning dan besar. Keunggulan dari cobb mempunyai daya konversi pakan yang

cukup baik, pertumbuhan cepat dan tingkat keseragaman tinggi (Cobb, 2008).

Strain Cobb merupakan salah satu strain ayam pembibit broiler yang ada di

Indonesia yang memiliki keunggulan tingkat pertumbuhan yang cepat, breast

25
formation yang baik, konversi ransum yang baik, mempunyai struktur tulang dan

otot yang lebih baik dan mempunyai kualitas daging yang baik (Rasyaf, 2008).

2. Organ Reproduksi

Organ reproduksi pada unggas adalah ovarium dan oviduct untuk unggas

betina dan untuk unggas jantan. Pada unggas betina organ reproduksi bagian kiri

yang berkembang normal dan berfungsi dengan baik, tetapi untuk bagian kanan

mengalami rudimeter. Organ reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium dan

oviduct. Pada ovarium terdapat banyak folikel dan ovum. Oviduct terdiri dari

infudibulum, magnum, ithmus, kelenjar kerabang telur dan vagina. Secara lengkap

reproduksi pada unggas betina seperti pada Gambar 2.1

Gambar Organ Reproduksi Unggas

26
Ovarium terletak pada daerah kranial ginjal diantara rongga dada dan rongga

perut pada garis punggung sebagai penghasil ovum. Ovarium sangat kaya akan

kuning telur atau yang disebut yolk. Ovarium terdiri atas dua lobus besar yang

banyak mengandung folikel-folikel. Ovarium biasanya terdiri dari 5 sampai 6

ovum yang telah berkembang dan sekitar 3.000 ovum yang belum masak yang

berwarna putih(DPSMK, 2013).

Oviduk terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung antara

ovarium dan uterus. Pada unggas oviduk hanya satu yang berkembang baik dan

satunya mengalami rudimeter. Bentuknya panjang dan berkelok-kelok yang

merupakan bagian dari ductus Muller. Ujungnya melebar membentuk corong

dengan tepi yang berjumbai. Oviduk terdiri dari lima bagian yaitu: infundibulum

atau funnel, magnum, ithmus, uterus atau shell gland dan vagina. Oviduk

mempunyai struktur yang kompleks untuk menghasilkan bahan sekitar 40 g (10 g

padat dan 30 g air) dalam waktu sekitar 26 jam(DPSMK, 2013).

Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan mempunyai panjang

sekitar 9 cm. Infundibulum berbentuk seperti corong atau fimbria dan menerima

telur yang telah diovulasikan. Pada bagian kalasiferos merupakan tempat

terbentuknya kalazayaitu suatu bangunan yang tersusun dari dua tali mirip ranting

yang bergulung memanjang dari kuning telur sampai ke kutub-kutub telur. Pada

bagian leher infundibulum yang merupakan bagian kalasiferos juga merupakan

tempat penyimpanan sperma, sperma juga tersimpan pada bagian pertemuan

antara uterus dan vagina. Penyimpanan ini terjadi pada saat kopulasi hingga saat

fertilisasi.Infundibulum selain tempat ovulasi juga merupakan tempat terjadinya

27
fertilasi. Setelah fertilasi, ovum akan mengalami pemasakkan setelah 15 menit di

dalam infundibulum, dan dengan gerak peristaltik ovum yang terdapat pada yolk

akan masuk ke bagian magnum(DPSMK, 2013).

Magnum merupakan saluran kelanjutan dari oviduk dan merupakan bagian

terpanjang dari oviduk. Batas antara infundibulum dengan magnum tidak dapat

terlihat dari luar. Magnum mempunyai panjang sekitar 33 cm dan tempat

disekresikan albumen telur. Proses perkembangan telur dalam magnum sekitar 3

jam. Albumen padat yang kaya akan mucin disekresikan oleh sel goblet yang

terletak pada permukaan mukosa magnum dan jumlah albumen yang disekresikan

sekitar 40 sampai 50% total albumen telur(DPSMK, 2013).

Setelah melewati infundibulum telur masuk ke dalam Ithmus. Antara

ithmus dan magnum terdapat garis pemisah yang nampak jelas yang disebut garis

penghubung ithmus-magnum. Panjang ithmus sekitar 10 cm dan merupakan

tempat terbentuknya membran sel (selaput kerabang lunak) yang banyak tersusun

dari serabut protein, yang berfungsi melindungi telur dari masuknya

mikroorganisme ke dalam telur. Membran sel yang terbentuk terdiri dari membran

sel dalam dan membran sel luar, di dalam ithmus juga disekresikan air ke dalam

albumen. Calon telur di dalam ithmus selama 1,25 jam. Dua lapisan membran sel

telur saling berhimpit dan ada bagian yang memisah/melebar membentuk bagian

yang disebut rongga udara (air cell), air cell akan berkembang mencapi 1,8 cm.

Rongga udara bisa digunakan untuk mengetahui umur telur dan besar telur

(DPSMK, 2013).

28
Uterus merupakan bagian oviduk yang melebar dan berdinding kuat. Di

dalam uterus telur mendapatkan kerabang keras yang terbentuk dari garam-garam

kalsium. Uterus (shell gland) mempunyai panjang sekitar 10 sampai 12 cm dan

merupakan tempat perkembangan telur paling lama di dalam oviduk, yaitu sekitar

18 sampai 20 jam. Selain pembentukan kerabang pada uterus juga terjadi

penyempurnaan telur dengan disekresikannya albumen cair, meneral, vitamin dan

air melalui dinding uterus dan secara osmosis masuk ke dalam membran sel. Pada

uterus terjadi penambahan albumen antara 20 sampai 25%.Formasi terbentuknya

kerabang telur dengan adanya ketersediaan ion kalsium dan ion carbonat didalam

cairan uterus yang akanmembentuk kalsium karbonat. Sumber utama ion karbonat

terbentuk karena adanya CO2 dalam darah hasil metabolisme dari sel yang

terdapat pada uterus, dan dengan adanya H2O, keduanya dirombak oleh enzim

carbonic anhydrase(dihasilkan pada sel mukosa uterus) menjadi ion bikarbonat

yang akhirnya menjadi ion karbonat setelah ion hidrogen terlepas. Pembentukan

kerabang juga diikuti dengan pewarnaan kerabang. Warna dominan kerabang telur

adalah putih dan coklat, yang pewarnaannya tergantung pada genetik setiap

individu (DPSMK, 2013).

29
VI. Manajemen Kesehatan dan Penanganan Penyakit Ayam Broiler

Koassistensi PPDH dilakukan pada bulan juli yang mana terjadi pancaroba

atau suhu yang ekstrim bagi ayam broiler. Di siang hari, suhu lingkungan sangat

panas dan di malam hari, suhu lingkungan sangat dingin. Hal ini menciptakan suatu

kondisi yang sangat tidak stabil mengkipun di dalam ruangan terdapat fan pengatur

suhu.

Kondisi yang tidak stabil ini menciptakan kejadian immunosuppressant.

Keadaan immunosuppressant memperantarai merebaknya penyakit infeksius, salah

satu diantaranya adalah Colibacillosis. Menurut MacLachlan dan Dubovi (2017),

Colibacillosis adalah penyakit infeksius pada unggas yang disebabkanoleh bakteri

Escherichia coli patogen sebagai agen primer ataupun sekunder. Colisepticemia dapat

terjadi pada ayam pedaging dan petelur dari semuakelompok umur, serta unggas

lainnya seperti kalkun dan itik.

Penegakkan diagnosa dilakukan berdasarkan temuan lesi atau area necrotic

pada organ ayam pada saat dilakukan nekropsi atau bedah bangkai. Hasil temuan dari

organ ayam antara lain : eksudat caseosa pada pericardium, terdapat nodul nodul

putih-keabu abuan, ptechie pada hepar, juga warna hepar lebih gelap, serta adanya

distensi usus.

30
Nodul putih pada hepar (Fibrinous hepatitis)

31
Caseosa pada hepar

Patologis anatomi yang didapatkan dari beberapa bedah bangkai, dapat

ditetapkan sebagai suspect bacillosis. Untuk mengetahui apakah terdapat agen infeksi

yang lain, perlu dilakukan isolasi bakteri sehingga dapat dikatakan infeksi murni koli.

Outbreak Escherichia coli pada kandang ayam dua dan kandang ayam tiga

menyebabkan meningkatnya deplesi kematian yang cukup tinggi. Deplesi kematian

yang tinggi ini berpotensi membuat kerugian secara ekonomi.

32
Dari hasil temuan di lapangan, tanda tanda klinis yang sering terjadi pada

ayam suspect colibacillosis adalah ayam kurus, bulu kusam, nafsu makan menurun,

pertumbuhan terganggu, diare dan bulu kotor atau lengket disekitar pantatnya.

Susutnya berat badan ini juga mampu menyebabkan kerugian bagi farma dikarenakan

penjualan ayam berdasarkan berat kilogram. Semakin kurus ayam, maka semakin

turun harga perjualannya.

Pemberian antibiotik enrofloxacin yang dicampur dengan air minum efektif

untuk mengurangi angka deplesi. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Glisson et al. (2004), setiap kelompok yang terdiri dari 20 kandang acak (ulangan)

diberi satu dari empat perlakuan air. Ayam yang menerima enrofloxacin memiliki

angka kematian yang secara signifikan lebih sedikit (P <0,01), skor gross patologi

(colibacillosis) yang lebih rendah (P <0,01), dan rasio konversi pakan yang lebih baik

(P <0,05) daripada ayam yang menerima oxytetracycline atau tanpa pengobatan.

Ayam yang menerima enrofloxacin memiliki mortalitas yang lebih sedikit dan skor

patologi yang lebih rendah daripada yang menerima sulfadimethoxine dan konversi

pakan yang secara numerik lebih rendah daripada kelompok sulfadimethoxine. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa enrofloxacin lebih unggul daripada

oxytetracycline dan sulfadimethoxine untuk kontrol morbiditas dan mortalitas yang

disebabkan oleh E. coli pada ayam broiler.

33

Anda mungkin juga menyukai