Askep Perforasi Gaster

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

”N” DENGAN POST


OPERASI PERFORASI GASTER DI RUANGAN BEDAH RSUD
PALEMBANG BARI

PEMBIMBING LAPANGAN :
Diana Novitasari, S.Kep, Ners

OLEH :
KELOMPOK 2
1. Riska Tri Komala (PO.71.20.1.18.076)
2. Rizky Yulinda (PO.71.20.1.18.077)
3. Rylis Triany (PO.71.20.1.18.078)
4. Salsabilla Sheilalia (PO.71.20.1.18.079)
5. Selvi Dwi Yanti (PO.71.20.1.18.080)
6. Sherly Breti (PO.71.20.1.18.081)
7. Silvy Anggraini (PO.71.20.1.18.082)
8. Siti Rahayu I.P.S (PO.71.20.1.18.083)
9. Suci Amelia (PO.71.20.1.18.084)
10. Tania Fasha Ibrahim (PO.71.20.1.18.085)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum WR.WB

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.”N” DENGAN POST
OPERASI PERFORASI GASTER DI RUANGAN BEDAH RSUD
PALEMBANG BARI TAHUN 2020. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih atas bimbingan dan masukan kepada kami dalam membuat
makalah ini serta penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr.Hj Makiani, S.H, M.M, MARS selaku direktur RSUD Palembang BARI
2. Muhammad Taswin S.Si, Apt, MM, M.Kes se;aku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang
3. Devi Mediarti S.Pd, S.Kep, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Palembang
4. Dr. Hj Hadi Asyik, Sp. A sebagai ketua komite Medic RSUD Palembang
BARI
5. Ns.Masrianah, S.Kep, M.Kes selaku Kepala Bidang Kesehatan RSUD
Palembang BARI
6. Ns. Ismardi, S.Kep selaku Ketua Komite Keperawatan RSUD Palembang
BARI
7. Mewi Andriani, SKM, M.Kes selaku Kepala Bidang Medis dan Pendidikan
RSUD Palembang BARI
8. Riska Primananda, SKM selaku Kepala Seksi Diklat RSUD Palembang
BARI
9. Diana Novitasari S.Kep, Ners selaku Kepala Ruangan di Ruang Bedah
RSUD Palembang BARI
10. Aguscik, S.Kep, M.Kes selaku pembimbing Akademik poltekkes
Kemenkes palembang
11. Seluruh karyawan dan karyawati RSUD Palembang BARI

Wassalamu’alaikum WR.WB

Palembang, Januari 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perforasi tukak gaster adalah penyakit yang disebabkan oleh komplikasi
serius dari penyakit tukak lambung. Tukak lambung merupakan luka yang terjadi
pada lapisan lambung akibat terkikisnya lapisan dinding lambung, yang juga bisa
terjadi pada dinding duodenum. Perforasi dalam bentuk apapun yang mengenai
saluran cerna merupakan kasus kegawatdaruratan bedah. Penyebab utama bisa
karena pemakaian OAINS, steroids, merokok, infeksi Helicobacter Pylori (H.
Pylori) dan diet tinggi garam. Semua faktor ini dapat mempengaruhi sekresi asam
di dalam mukosa lambung. Sulit untuk dapat menentukan fakor penyebab pada
pasien, dan perforasi tukak gaster mungkin disebabkan oleh beberapa faktor.
Kecederaan berkaitan usus yang disebabkan oleh endoskopi (endoscopy-associated
bowel injuries) jarang menyebabkan terjadinya perforasi. Contohnya, dilaporkan
perforasi yang berkaitan dengan endoscopy retrograde cholangiopancreatography
(ERCP) terjadi pada 1% pasien. Tatalaksana dari perforasi tukak gaster bisa
dilakukan secara konservatif, atau dilakukan pembedahan. Bila terlambat ditangani,
perforasi bisa menyebabkan peritonitis yang bisa mengancam nyawa.
10%-14% kasus diantaranya mengalami komplikasi dari tukak gaster dan
2%-14% tukak akan mengalami perforasi Perforasi tukak gaster merupakan kasus
yang jarang, namun dapat mengancam nyawa.Angka mortalitasnya berkisar dari
19% -40%. Setiap tahunnya dilaporkan 4miliyar orang diseluruh dunia menderita
penyakit tukak gaster. Di Indonesia kasus perforasi gaster contohnya terdata di
Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dengan jumlah kasus 38 orang pada
tahun 2017 dan meningkat menjadi 57 orang pada tahun 2018
(https://eprints.uns.ac.id.2349/1/S560908004_pendahuluan.pdf). Di Sumatera
Selatan data didapatkan di Rumah Sakit Moh.Hoesin pada tahun 2018 kasus
perforasi gaster berjumlah 61 orang dengan rata-rata penderita 61-70 tahun
(http://id.scribd.com/document/273988424/karakteristik-penderita-perforasi-
gaster-nontrauma-doc ). Di RSUD Palembang BARI kasus perforasi gaster pada
tahun 2019 terdapat 10 kasus (mendrecrsudpalembangbari).
Dengan banyaknya kasus perforasi gaster maka kami kelompok 2 tertarik
untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien perforasi gaster.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana karakteristik


perforasi gaster pada Tn. N di RSUD Palembang Bari.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu Menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Perforasi


Gaster dengan proses keperawatan di RSUD Palembang Bari tahun
2020.

1.3.2 Tujuan khusus


1. Mampu melakukan pengkajian secara langsung pada pasien dengan
perforasi gaster
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien perforasi
gaster
3. Mampu membuat rencana keperawatan pada pasien perforasi gaster
4. Mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada pasien
perforasi gaster
5. Mampu melakukan evaluasi pada pasien perforasi gaster

1.4 Tempat dan waktu

1.4.1 Tempat
Ruangan Bedah Rumah sakit Umum Palembang BARI Tahun 2020

1.4.2 Waktu

Waktu Pengkajian dan pelaksanaan Asuhan keperawatan dilakukan


pada tanggal 14 januari 2020 s/d 17 januari 2020
1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1 Bagi Mahasiwa

Mahasiswa mampu mengaplikasikan pengalaman dan pemahaman


tentang perforasi gaster dan prosedur pemasangan infuse pada pasien dalam
situasi nyata.

1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dengan hasil makalah ini dapat memberikan informasi yang baru


dan masukan kepada instistusi maupun mahasiswa yang akan datang
tentang perforasi gaster dan menambah kepustakaan serta referensi sebagai
bahan dan sumber bacaan khususnya mahasiswa Keperawatan.

1.5.3 Bagi Institusi Rumah Sakit

Hasil makalah ini dapat digunakan sebagai masukan bahan lahan


praktik keperawatan untuk tetap mempertahankan mutu pelayanan yang
baik dan optimal dalam melakukan penatalaksanaan pada klien dengan
perforasi gaster.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Rumah Sakit

2.1.1 Selayang Pandang

Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur


penunjang pemerintah daerah dibidang pelayanan kesehatan yang merupakan
satu-satunya rumah sakit milik pemerintah kota Palembang. Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI terletak di jalan Panca Usaha No.1
Kelurahan 5 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 dan berdiri diatas tanah seluas
4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan
Kertapati.Sejak tahun 2001, dibuat jalan alternatif dari jalan Jakabaring
menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.

2.1.2 Visi, Misi, Motto dan Tujuan Visi


Menjadi rumah sakit unggul, amanah, dan terpercaya di Indonesia.

Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi
pada keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan
pada etika dan profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan.

3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit


pendidikan dan pelatihan di indonesia.

Motto
Kesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah kebahagian kami.
Tujuan
1. Mengoptimal pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standar
mutu.

2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menjangkau


seluruh lapisan masyarakat.
3. Menciptakan pelayanan kesehatan dan berkualitas dan mampu
bersaing di era pasar bebas.
4. Meningkatkan kemampuan SDM yang berkompeten
dibidangnya.

5. Menyelenggarakan manajemen pengelolahan rumah sakit yang


kondusif dan profesional.

2.1.3 Sejarah
2.1.3.1 Sejarah Berdirinya
1. Pada tahun 1986 sampai dengan 1994 RSUD Palembang
BARI merupakan gedung Poli Klinik/ Puskesmas Panca
Usaha.

2. Seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana, pada


tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang
BARI dengan SK Depkes Nomor 1326/Menkes/XI/1997,
dan tanggal 10 November 1997 ditetapkan menjadi Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI Kelas C.
3. Kepmenkes RI Nomor: HK.00.06.2.2.4646 Tentang
Pemberian Status

Akreditasi Penuh Tingkat Dasar kepada RSUD Palembang


BARI, tanggal 7 November 2003.
4. Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/I3/334/08 tentang
Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut kepada
RSUD Palembang BARI, tanggal 5 November 2008.
5. Telah ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang
BARI berdasarkan keputusan Wali Kota Palembang
No.915B Tahun 2008 tentang penetapan RSUD Palembang
BARI sebagai SKPD Palembang yang merupakan pola
pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
6. Kemudiandengan SK Depkes Nomor
241/Menkes/SK/IV/2009, tanggal 2 April 2009 ditetapkan
menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B.
7. KAKS-SERT/363/5/2012 tentang Status Akreditasi Lulus
Tingkat Lengkap kepada RSUD Palembang BARI tanggal
25 Januari 2012.
2.1.3.2 Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
1. Tahun 1986 s/d 1994:dr.Jane Lidia Jilahelu sebagai kepala
poliklinik/puskesmas panca usaha.
2. Tanggal 1 juli 1996 s/d juni2000 :dr.H.Eddy Zakarty
Monasir. SpOG Sebagaidirektur RSUD palembang BARI.
3. Bulan juli 2000 s/d November 2000 pelaksanaan petugas
dr.H. Dachlan Abbas S.PB
4. Bulan Desember 2000 s/d Febuari 2001 pelaksanaan
petugas dr. M.Faisal soleh. SpPD
5. Tanggal 14 november 2000 s/d Januari 2012 : dr.Hj.Indah
Puspita

6. H.A.MARS sebagai Direktur RSUD palembang BARI.

7. Bulan Febuari 2012 s/d sekarang : dr. Hj. MAKIANI


M.Kes.,MM.,MARS sebagai direktur RSUD palembang
BARI

2.1.4 Fasilitas dan Pelayanan


2.1.4.1 Fasilitas
1. Instalasi Gawat Darurat 24 Jam
2. Farmasi / Apotek 24 Jam
3. Rawat Jalan / Poliklinik
4. Rawat Inap
5. Bedah Sentral
6. Rehabilitasi Medik
7. Radiologi 24 jam
8. Laboratorium Klinik 24 Jam
9. Patologi Anatomi
10. Bank Darah
11. Hemodialisa
12. Medical Check Up
13. ECG / EEG
14. USG 4 Dimensi
15. Endoscopy
16. Kamar Jenazah
17. CT Scan 64 Slices
2.1.4.2 Pelayanan Rawat Jalan
1. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
2. Poliklinik Spesialis Bedah
3. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Poliklinik Spesialis Anak
5. Poliklinik Spesialis Mata
6. Poliklinik Spesialis THT
7. Poliklinik Saraf
8. Poliklinik Kulit dan Kelamin
9. Poliklinik Spesialis Jiwa
10. Poliklinik Rehabilitasi Medik
11. Poliklinik Spesialis Jantung
12. Poliklinik Spesialis Gigi
13. Poliklinik Spesialis Psikologi
14. Poliklinik Spesialis Terpadu
15. Poliklinik PKBRS
2.1.4.3 Pelayanan Rawat Inap
1. Graha Eksekutif
2.1.4.4 Fasilitas Kendaraan Operasional
1. Ambulance 118
2. Ambulance Bangsal
3. Ambulance Siaga Bencana
4. Ambulance Trauma Center
5. Mobil Jenazah
2.1.4.5 Pelayanan Rawat Inap
1. Perawatan VIP dan VVIP
2. Perawatan Kelas I, II, dan III
3. Perawatan Penyakit Dalam Perempuan
4. Perawatan Penyakit Dalam Laki-laki
5. Perawatan Anak
6. Perawatan Bedah
7. Perawatan ICU
8. Perawatan Kebidanan
9. Perawatan Neonatus/Nicu/Picu
2.1.4.6 Pelayanan Penunjang
1. Instalasi Laboratorium Klinik
2. Instalasi Radiologi
3. Instalasi Bedah Sentral
4. Instalasi Farmasi (Apotek)
5. Instalasi Gizi
6. Instalasi Laundry
7. Central Sterilized Suplay Departemen (CSSD)
8. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)
9. Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
10. Bank Darah
11. Kasir
12. Hemodialisa
13. Instalasi Rehabilitasi Medis
2.2 Teoritis Kasus (perforasi gaster)
A. Definisi
Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang
komplek dari lambung, usus halus, usus besar, akibat dari bocornya isi dari
usus ke dalam rongga perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara
potensial untuk terjadinya kontaminasi bakteri dalam rongga perut (keadaan
ini dikenal dengan istilah peritonitis) (Mansjoer, 2010).
Tukak gaster/perforasi gaster adalah luka pada lapisan perut. Tukak
gaster dapat diobati Sebagian kecil dari tukak ini mungkin menjadi kanker
(McCoy, 2010). Tukak gaster merupakan luka terbuka dengan pinggir
edema disertai indurasi dengan dasar tukak ditutupi debris (Tarigan, 2001).

B. Anatomi Fisiologi
 Anatomi Lambung
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen
atas tepat di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung menyerupai
tabung bentuk J, dan bila penuh, berbentuk seperti buah pir raksasa.
Kapasitas normal lambung adalah 1 sampai 2 liter. Secara anatomis
lambung terbagi atas fundus, korpus, dan antrumpilorikum atau pilorus.
Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor,
dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Lambung
tersusun atas empat lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar merupakan
bagian dari peritonium viseralis. Dua lapisan peritonium viseralis menyatu
pada kurvatura minor lambung dan duodenum kemudian terus memanjang
ke hati, membentuk omentum minus. Lipatan peritonium yang keluar dari
satu organ menuju ke organ lain disebut sebagai ligamentum. Jadi omentum
minus (disebut juga ligamentum hepatogastrikum atau hepatoduodenalis)
menyokong lambung sepanjang kurvatura minor sampai ke hati.

 Fisiologi Lambung
1) Fungsi motorik
a. Fungsi menampung : Menyimpan makanan sampai makanan.
Tersebut sedikit demi sedikit dicerna dan bergerak pada saluran
cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah
tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos; diperantarai oleh
nervus vagus dan dirangsang oleh gastrin
b. Fungsi mencampur : Memecahkan makanan menjadi partikel-
partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui
kontraksi otot yang mengelilingi lambung. Konstraksi peristaltik
diatur oleh suatu irama listrik dasar.
c. Fungsi pengosongan lambung : Diatur oleh pembukaan sfingter
pilorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman,
aktivitas osmotik, keadaan fisik, serta oleh emosi, obat-obatan, dan
olahraga. Pengosongan lambung diatur oleh faktor saraf dan
hormonal, seperti kolesistokinin.

2) Fungsi pencernaan dan sekresi


a. Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL dimulai disini;
pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam
lambung kecil peranannya. Pepsin berfungsi memecah putih telur
menjadi asam amino (albumin dan pepton). Asam garam (HCL)
berfungsi mengasamkan makanan, sebagai antiseptik dan
desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehinhha
menjadi pepsin.
b. Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang
dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum, dan rangsangan
vagus.
c. Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari
usus halus bagian distal.
d. Sekresi mukus membentuk selubung yang melindungi lambung
serta berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah
diangkut.
e. Sekresi bikarbonat, bersama dengan sekresi gel mukus, tampaknya
berperan sebagai barier dari asam lumen dan pepsin.
C. Etiologi
1. Cedera tembus yang mengenai dada bagian bawah atau perut (contoh:
trauma tertusuk pisau) Trauma tumpul perut yang mengenai lambung.
Lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.
2. Obat aspirin, NSAID (misalnya fenilbutazon, antalgin,dan natrium
diclofenac) serta golongan obat anti inflamasi steroid diantaranya
deksametason dan prednisone. Sering ditemukan pada orang dewasa.
3. Kondisi yang mempredisposisi : ulkus peptikum, appendicitis akut,
divertikulosis akut, dan divertikulum Meckel yang terinflamasi.
4. Appendicitis akut: kondisi ini masih menjadi salah satu penyebab umum
perforasi usus pada pasien yang lebih tua dan berhubungan dengan hasil
akhir yang buruk.
5. Luka usus yang berhubungan dengan endoscopic : luka dapat terjadi
oleh ERCP dan colonoscopy.
6. Fungsi usus sebagai suatu komplikasi laparoscopic: faktor yang
mungkin mempredisposisikan pasien ini adalah obesitas, kehamilan,
inflamasi usus akut dan kronik dan obstruksi usus.
7. Infeksi bakteri: infeksi bakteri ( demam typoid) mempunyai komplikasi
menjadi perforasi usus pada sekitar 5 % pasien. Komplikasi perforasi
pada pasien ini sering tidak terduga terjadi pada saat kondisi pasien
mulai membaik.
8. Penyakit inflamasi usus : perforasi usus dapat muncul pada paien
dengan colitis ulceratif akut, dan perforasi ileum terminal dapat muncul
pada pasien dengan Crohn’s disease.
9. Perforasi sekunder dari iskemik usus (colitis iskemik) dapat timbul.
10. Perforasi usus dapat terjadi karena keganasan didalam perut atau
limphoma
11. Radiotherapi dari keganasan cervik dan keganasan intra abdominal
lainnya dapat berhubungan dengan komplikasi lanjut, termasuk
obstruksi usus dan perforasi usus.
12. Benda asing ( misalnya tusuk gigi atau jarum pentul) dapat
menyebabkan perforasi oesophagus, gaster, atau usus kecil dengan
infeksi intra abdomen, peritonitis, dan sepsis.

D. Patofisiologi
Secara fisiologis, gaster relatif bebas dari bakteri dan
mikroorganisme lainnya karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi.
Kebanyakan orang yang mengalami trauma abdominal memiliki fungsi
gaster yang normal dan tidak berada pada resiko kontaminasi bakteri yang
mengikuti perforasi gaster. Bagaimana pun juga mereka yang memiliki
maslah gaster sebelumnya berada pada resiko kontaminasi peritoneal pada
perforasi gaster. Kebocoran asam lambung kedalam rongga peritoneum
sering menimbulkan peritonitis kimia. Bila kebocoran tidak ditutup dan
partikel makanan mengenai rongga peritoneum, peritonitis kimia akan
diperparah oleh perkembangan yang bertahap dari peritonitis bakterial.
Pasien dapat asimptomatik untuk beberapa jam antara peritonitis kimia awal
dan peritonitis bakterial lanjut. Mikrobiologi dari usus kecil berubah dari
proksimal samapi ke distalnya. Beberapa bakteri menempati bagian
proksimal dari usus kecil dimana, pada bagian distal dari usus kecil
(jejunum dan ileum) ditempati oleh bakteri aerob
(E.Coli) dan anaerob ( Bacteriodes fragilis (lebih banyak)).
Kecenderungan infeksi intra abdominal atau luka meningkat pada perforasi
usus bagian distal. Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang
masuknya sel-sel inflamasi akut. Omentum dan organ-organ visceral
cenderung melokalisir proses peradangan, mengahasilkan phlegmon (ini
biasanya terjadi pada perforasi kolon). Hypoksia yang diakibatkannya
didaerah itu memfasilisasi tumbuhnya bakteri anaerob dan menggangu
aktifitas bakterisidal dari granulosit, yang mana mengarah pada peningkatan
aktifitas fagosit daripada granulosit, degradasi sel-sel, dan pengentalan
cairan sehingga membentuk abscess, efek osmotik, dan pergeseran cairan
yang lebih banyak ke lokasi abscess, dan diikuti pembesaran absces pada
perut. Jika tidak ditangani terjadi bakteriemia, sepsis, multiple organ failure
dan shock.
E. Manifestasi Klinis
Nyeri perut hebat yang makin meningkat dengan adanya pergerakan
disertai nausea, vomitus, pada keadaan lanjut disertai demam dan mengigil.
F. Pemeriksaan Penunjang
Sejalan dengan penemuan klinis, metode tambahan yang dapat
dilakukan adalah :
1. Foto polos abdomen pada posisi berdiri.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah metode awal untuk kebanyakan kondisi
akut abdomen. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi cairan bebas
dengan berbagai densitas, yang pada kasus ini adalah sangat tidak
homogen karena terdapat kandungan lambung..
3. CT-scan
CT scan abdomen adalah metode yang jauh lebih sensitif untuk
mendeteksi udara setelah perforasi, bahkan jika udara tampak seperti
gelembung dan saat pada foto rontgen murni dinyatakan negatif. Oleh
karena itu, CT scan sangat efisien untuk deteksi dini perforasi gaster
G. Komplikasi
Komplikasi pada perforasi gaster, sebagai berikut:
1. Infeksi Luka, angka kejadian infeksi berkaitan dengan muatan bakteri
pada gaster.
2. Kegagalan luka operasi, Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau
total pada setiap lapisan luka operasi) dapat terjadi segera atau lambat.
Faktor-faktor berikut ini dihubungkan dengan kegagalan luka operasi.
 Malnutrisi
 Sepsis
 Uremia
 Diabetes mellitus
 Terapi kortikosteroid
 Obesitas
 Batuk yang berat
 Hematoma (dengan atau tanpa infeksi)
3. Abses abdominal terlokalisasi
4. Kegagalan multiorgan dan syok septic :
a. Septikemia adalah proliferasi bakteri dalam darah yang menimbulkan
manifestasi sistemik, seperti kekakuan, demam, hipotermi (pada
septikemia gram negatif dengan endotoksemia), leukositosis atau
leukopenia (pada septikemia berat), takikardi, dan kolaps sirkuler.
b. Syok septik dihubungkan dengan kombinasi hal-hal berikut :
 Hilangnya tonus vasomotor
 Peningkatan permeabilitas kapiler
 Depresi myokardial
 Pemakaian leukosit dan trombosit
 Penyebaran substansi vasoaktif kuat, seperti histamin, serotonin
dan prostaglandin, menyebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler
 Aktivasi komplemen dan kerusakan endotel kapiler
c. Infeksi gram-negatif dihubungkan dengan prognosis yang lebih buruk
dari gram-positif, mungkin karena hubungan dengan endotoksemia.
d. Gagal ginjal dan ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan pH
e. Perdarahan mukosa gaster. Komplikasi ini biasanya dihubungkan
dengan kegagalan sistem multipel organ dan mungkin berhubungan
dengan defek proteksi oleh mukosa gaster Obstruksi mekanik, sering
disebabkan karena adesi postoperatif. Delirium post-operatif. Faktor
berikut dapat menyebabkan predisposisi delirium postoperatif:
a) Usia lanjut
b) Ketergantungan obat
c) Demensia
d) Abnormalitan metabolik
e) Infeksi
f) Riwayat delirium sebelumnya
g) Hipoksia
h) Hipotensi Intraoperatif/postoperative
H. Penatalaksanaan
Penderita yang lambungnya mengalami perforasi harus diperbaiki
keadaan umumnya sebelum operasi. Pemberian cairan dan koreksi
elektrolit, pemasangan pipa nasogastrik, dan pemberian antibiotik mutlak
diberikan. Jika gejala dan tanda-tanda perforasi umum tidak ada, kebijakan
nonoperatif mungkin digunakan dengan terapi antibiotik langsung terhadap
bakteri gram-negatif dan anaerob.
Penderita yang gasternya mengalami perforasi harus diperbaiki
keadaan umumnya sebelum operasi. Pemberian cairan dan koreksi
elektrolit, pemasangan pipa nasogastrik, dan pemberian antibiotik mutlak
diberikan. Jika gejala dan tanda-tanda peritonitis umum tidak ada, kebijakan
nonoperatif mungkin digunakan dengan terapi antibiotik langsung terhadap
bakteri gram-negatif dan anaerob.
Tujuan dari terapi bedah adalah :
• Koreksi masalah anatomi yang mendasari
• Koreksi penyebab peritonitis
• Membuang setiap material asing di rongga peritoneum yang dapat
menghambat fungsi leukosit dan mendorong pertumbuhan bakteri (seperti
darah, makanan, sekresi gaster).
Laparotomi dilakukan segera setelah upaya suportif dikerjakan.
Jahitan saja setelah eksisi tukak yang perforasi belum mengatasi penyakit
primernya, tetapi tindakan ini dianjurkan bila keadaan umum kurang baik,
penderita usia lanjut, dan terdapat peritonitis purulenta. Bila keadaan
memungkinkan, tambahan tindakan vagotomi dan antrektomi dianjurkan
untuk mencegah kekambuhan perforasi gaster.
Gambaran patologis dan klinis konsisten dengan overdistensi
mekanik daripada iskemia sebagai penyebab perforasi. Tanda dan gejala
perforasi gaster biasanya mereka dengan gejala akut abdomen disertai sepsis
dan gagal napas. Pemeriksaan abdominal adanya distensi abdominal yang
signifikan. Vomitus adalah gejala yang tidak konsisten.
2.3 Konsep Dasar Melatih Nafas Dalam
2.3.1. Pengertian
Latihan nafas dalam adalah bernafas dengan perlahan dan
menggnakan diafragma, sehingga kemungkinan abdomen terangkat
perlahan dan dada mengembang penuh (Parsudi, dkk. 2002)

Latihan nafas dalam bukanlah bentuk dari latihan fisik, ini


merupakan teknik jiwa dan tubuh yang bisa ditambahkan dalam berbagai
rutinitas guna mendapatkan efek relaks. Praktik jangka panjang dari lathan
nafas dalam akan memperbaiki kesehatan. Bernafas pelan adalah bentuk
paling sehat dari pernafasan dalam. (Suddarth&Brunners, 2002)

2.3.2. Tujuan
Tujuan nafas dalam adalah untuk mencapai ventilasi yang lebih
terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi kerja bernafas, meningkatkan
relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktivitas otot-
otot pernafasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan
frekuensi pernafasan, mengurangi udara yang terperangkap serta
mengurangi kerja bernafas. (Brunner&Suddarth, 2002)
2.3.3 Indikasi
1. Terdapat penumpukan sekret pada saluran nafas yang dibuktikan
dengan pengkajian fisik, X-ray dan data klinis.
2. Sulit mengeluarkan atau membatukkan sekret yang terdapat pada
saluran pernapasan.
3. Pada pasien yang mengalami pada saat post operasi.

2.3.4 Kontraindikasi
 Hemoptisis
Batuk darah (hemoptisis) adalah darah atau dahak berdarah yang
dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu
mulai dari glottis kearah distal, batuk darah akan berhenti sendiri
jika asal robekkan pembuluh darah tidak luas, sehingga penutupan
luka dengan cepat terjadi (HoodAlsagaff, 1995, hal 301).
Hempotisis adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada
saluran napas dibawah laring atau perdarahan yang keluar ke
saluran napas dibawah laring.
 Penyakit jantung
Penyakit jantung adalah penyakit yang terjadi pada jantung
dikarenakan gangguan kinerja jantung memopa darah yang
disebabkan oleh rokok, makan makanan yang banyak mengandung
kolesterol tinggi, kurangnya berolahraga, kurang istirahat, stress
yang tinggi, kegemukkan, darah tinggi, diabetes melitus, dan
riwayat
 Serangan asma akut
Seangan asma akut adalah suatu keadaan terjadinya spasme
bronkus yang reversibel yang ditandai dengan batuk tinggi dan
sesak napas
 Deformitas struktur dinding dada dan tulang belakang
 Nyeri meningkat
 Sakit kepala (pusing)
 Kelelahan.
2.4. Standar Prosedur Operasional (SPO) Melatih Nafas Dalam

a. Pengertian
Melatih pasien melatih nafas dalam.

b. Tujuan
1. Meningkatkan kapasitas paru
2. Mencegah atelektasis.
3. Meringankan nyeri pada kondisi tertentu.

c. Kebijakan
Pasien dengan gangguan paru obstruktif dan restriktif.

d. Prosedur
1. Tahap Pra interaksi
- Mengecek program terapi
- Mencuci tangan

2. Tahap orientasi
- Memberikan salam dan menyapa nama pasien
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
- Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

3. Tahap kerja

- Menjaga privacy pasien


- Mempersiapkan pasien
- Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen.
- Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam
melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
- Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah
lengkung pada punggung)
- Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
- Meminta menghembuskan napas perlahan dalam 3 hitungan (lewat
mulut bibir seperti meniup)
- Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi
dari otot
- Merapikan pasien.

4. Tahap terminasi

- Melakukan evaluasi tindakan


- Berpamitan dengan klien
- Mencuci tangan
- Mencatat kegiatan daam lembar catatan keperawatan.
2.4. Asuhan Keperawatan Teoritis

A. Identitas
Meliputi : Nama pasien, Umur, Jenis kelamin, Suku /Bangsa, Pendidikan,
Pekerjaan, Alamat, No. RM.
B. Keluhan utama:
Keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kesakitan di bagian perut
sebelah kanan dan menjalar ke pinggang.
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Perforasi dapat terjadi pada seseorang dengan peradangan iskemia,
peritoneal diawali terkontaminasi material, sindrom nefrotik, gagal
ginjal kronik, lupus eritematosus, dan sirosis hepatis dengan asites.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Seseorang dengan peritonotis pernah ruptur saluran cerna, komplikasi
post operasi, operasi yang tidak steril dan akibat pembedahan, trauma
pada kecelakaan seperti ruptur limpa dan ruptur hati.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi peritonitis tidak diturunkan, namun jika peritonitis ini
disebabkan oleh bakterial primer, seperti: Tubercolosis. Maka
kemungkinan diturunkan ada.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem pernafasan (B1)
Pola nafas irregular (RR> 20x/menit), dispnea, retraksi otot bantu
pernafasan serta menggunakan otot bantu pernafasan.
2. Sistem kardiovaskuler (B2)
Klien mengalami takikardi karena mediator inflamasi dan hipovelemia
vaskular karena anoreksia dan vomit. Didapatkan irama jantung
irregular akibat pasien syok (neurogenik, hipovolemik atau septik),
akral : dingin, basah, dan pucat.
3. Sistem Persarafan (B3)
Klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak namun
hanya mengalami penurunan kesadaran.
4. Sistem Perkemihan (B4)
Terjadi penurunan produksi urin.
5. Sistem Pencernaan (B5)
Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Vomit dapat muncul
akibat proses ptologis organ visceral (seperti obstruksi) atau secara
sekunder akibat iritasi peritoneal. Selain itu terjadi distensi abdomen,
bising usus menurun, dan gerakan peristaltic usus turun (<12x/menit).
6. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Penderita peritonitis mengalami letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan
aktivitas. Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot
mengalami kelelahan, dan turgor kulit menurun akibat kekurangan
volume cairan.
7. Pengkajian Psikososial
Interaksi sosial menurun terkait dengan keikutsertaan pada aktivitas
sosial yang sering dilakukan.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Kekurangan Volume Cairan
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan

1 Batasan karakteristik :  Stimulus nyeri menstimulasi Nyeri akut


 Laporan secara verbal atau non nosiseptor di perifer
verbal  Impuls nyeri diteruskan oleh
 Fakta dari observasi serabut
 Posisi antalgic untuk saraf afferen (A-delta & C)
menghindari nyeri ke medulla spinalis
 Gerakan melindungi melalui dorsal horn
 Tingkah laku berhati-hati  Impuls bersinapsis di
 Muka topeng substansia gelatinosa (lamina

 Gangguan tidur (mata sayu, II dan III)

tampak capek, sulit atau  Impuls melewati traktus


gerakan kacau, menyeringai) spinothalamus.

 Terfokus pada diri sendiri  Impuls masuk ke formation


retikularis
 Fokus menyempit (penurunan  Nyeri
persepsi waktu, kerusakan
proses berpikir, penurunan
interaksi dengan orang dan
lingkungan)
 Tingkah laku distraksi, contoh
: jalan-jalan, menemui orang
lain dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
 Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi
dan dilatasi pupil)
 Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
 Tingkah laku ekspresif (contoh
: gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
 Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
 Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis)

2 Definisi : Penurunan cairan  Pembedahan operasi Defisit volume


intravaskuler, interstisial,  Luka Insisi cairan
dan/atau intrasellular. Ini  Kehilangan cairan secara aktiv
mengarah ke dehidrasi,  Defisit Volume cairan
kehilangan cairan dengan
pengeluaran sodium
Batasan Karakteristik :
 Kelemahan
 Haus
 Penurunan turgor kulit/lidah
 Membran mukosa/kulit kering
 Peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah,
penurunan volume/tekanan
nadi
 Pengisian vena menurun
 Perubahan status mental
 Konsentrasi urine meningkat
 Temperatur tubuh meningkat
 Hematokrit meninggi
 Kehilangan berat badan
seketika (kecuali pada third
spacing)
 Faktor-faktor yang
berhubungan:
- Kehilangan volume cairan
secara aktif
- Kegagalan mekanisme
pengaturan
3 Definisi:Peningkatan resiko  Pembedahan operasi Resiko infeksi
masuknya organisme patogen  Luka Insisi

Faktor-faktor resiko :  Peningkatan paparan patogen


dari lingkungan
 Prosedur Infasif
 Jalan masuk Patogen
 Resiko Infeksi
 Ketidakcukupan pengetahuan
untuk menghindari paparan
patogen
 Trauma
 Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan
lingkungan
 Ruptur membran amnion
 Agen farmasi (imunosupresan)
 Malnutrisi
 Peningkatan paparan
lingkungan patogen
 Imonusupresi
 Ketidakadekuatan imum
buatan
 Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon
inflamasi)
 Tidak adekuat pertahanan
tubuh primer (kulit tidak utuh,
trauma jaringan, penurunan
kerja silia, cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik)
 Penyakit kronik

Masalah keperawatan
a. Nyeri akut
b. Kekurangan volume cairan
c. Resiko infeksi
Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b/d cidera fisik akibat pembedahan
b. Kekurangan volume cairan b/d tindakan Invasif
c. Resiko Infeksi b/d tindakan invasivif

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


Definisi : Pengalaman keperawatan selama 3x24 jam (1400)
sensorik atau emosional diharapkan gangguan terasa nyaman - Lakukan
yang berkaitan dengan yang dialami pasien akan teratasi pengkajian nyeri
kerusakan jaringan aktual dengan secara
atau fungsional, dengan Kriteria hasil: komperehensif
onset mendadak atau - Skala nyeri berkurang dari 4 - Gunakan teknik
lambat dan berintensitas menjadi 2 komunikasi
ringan hingga berat yang - Mampu mengontrol nyeri teraupetik untuk
berlangsung kurang dari 3 - Menyatakan rasa nyaman mengetaui
bulan. setelah nyeri berkurang pengalaman
- Kualitas tidur meningkat nyeri pasien
- Berikutnya
tentukan akibat
dari pengalaman
nyeri terhadap
kualitas hidup
pasien
- Kurangi faktor
pencetus
/presipitasi
- Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
- Kendalikan
faktor likungan
yang dapat
mempengaruhi
respon pasien
terhadap ketidak
nyamanan
Imajinasi terbimbing
(6000)
- Saran kan klien
dengan posisi
yang nyaman
dengan pakain
longgar dan
mata tertutup
- Sediakan
lingkungan yang
nyaman
- Diskusikan
imajinasi yang
menyenangkan
yang pernah
dialami dan
membuat nya
rileks
- Saran kan untuk
meningkatkan
rileksasi
Monitor tanda-tanda
vital (6680)
- Monitor tekanan
darah nadi dan
status
pernapasan
dengan cepat
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab
perubahan
tanda-tanda vital

2. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan


cairan keperawatan selama 3x24 jam  Fluid management
 Definisi : Kondisi diharapkan pasien mampu  Timbang
ketika individu memenuhi kekurangan volume popok/pembalut jika
mengalami atau cairan dengan diperlukan
mengalami resiko Kriteria hasil:  Pertahankan catatan
dehidrasi Status cairan mebaik dengan intake dan output
vascular,interstisial kriteria hasil: yang akurat
,atau intravaskular. 1. Kekuatan nadi meningkat skala  Monitor status
5. hidrasi (kelembaban
2. Turgor kulit meningkat dengan membran mukosa,
skala 5. nadi adekuat,
3. Output urine meningkat dengan tekanan darah
skala 5. ortostatik ), jika
4. Pengisian vena meningkat diperlukan
dengan skala 5.  Monitor vital sign
 Monitor masukan
makanan / cairan
dan hitung intake
kalori harian
 Kolaborasikan
pemberian cairan
intravena IV
 Monitor status
nutrisi
 Dorong masukan
oral
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
 Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
 Tawarkan snack
(jus buah, buah
segar)
 Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk
 Atur kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk
tranfusi

Hypovolemia
Management
 Monitor status
cairan termasuk
intake dan ourput
cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
 Monitor tanda vital
 Monitor
responpasien
terhadap
penambahan cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk
menambah intake
oral
 Pemberian cairan Iv
monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihanvolume
cairan
 Monitor adanya
tanda gagal ginjal
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan  Bersihkan
 Definisi : Beresiko keperawatan selama 3x 24 jam lingkungan setelah
mengalami pasien diharapkan tidak terkena dipakai pasien lain
peningkatan infeksi  Pertahankan teknik
terserang, isolasi
Skala indikator
organisme,patogenik  Batasi pengunjung
1. Tidak pernah
 Faktor-faktor resiko : bila perlu
2. Jarang
- Penyakit kronis  Instruksikan pada
3. Kadang-kadang
(mis.diabetes pengunjung untuk
4. Sering
militus) mencuci tangan saat
5. Selalu
- Efek prosedur berkunjung dan
invasif setelah berkunjung
- Malnutrisi meninggalkan
- Peningkatan paparan pasien
organisme patogen
lingkungan
- Ketidakadekuatan  Gunakan sabun
perlahanan tubuh antimikrobia untuk
primer cuci tangan
- Ketidakadekuatan  Cuci tangan setiap
pertahanan tubu sebelum dan
sekunder sesudah tindakan
kperawtan
 Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
 Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
 Ganti letak IV
perifer dan line
central dan dressing
sesuai dengan
petunjuk umum
 Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
 Tingktkan intake
nutrisi
 Berikan terapi
antibiotik bila perlu

Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
 Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
 Monitor hitung
granulosit, WBC
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
 Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
 Pertahankan teknik
isolasi k/p
 Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka
/ insisi bedah
 Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
 Dorong masukan
cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tempat Praktik : Ruang Bedah RSUD Palembang Bari

Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2020-17Januari 2020

I. Identitas Klien

Nama (inisial) : Tn. “N”

TTL (kab/kota,umur) : Palembang / 67 Tahun

Jenis kelamin : Laki- Laki

Alamat : Keramasan

Tanggal MRS : 13 Januari 2020

Tanggal operasi : 13 Januari 2020

Sumber informasi : Anak Klien

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Suku : Melayu

Pekerjaan : Tani

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi segera (Orangtua/wali/suami/istri/dll)

Nama : Tn. “G”

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Keramasan
II. Status Kesehatan saat ini
1. Alasan kunjungan/ : Nyeri pada luka daerah operasi
Keluhan utama
2. Faktor pencetus : Apabila klien banyak bergerak

3. Lamanya keluhan : Kurang lebih 5 menit

4. Timbulnya keluhan : Hilang timbul

5. Faktor yang memperberat : Banyak gerak

6. Upaya yang dilakukan untuk


mengatasinya
Sendiri : Relaksasi
Orang lain : Membantu kebutuhan klien sehari-hari

7. Diagnosis medis : Post operasi perforasi gaster

8. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmhg

Denyut nadi : 82 x/m

Pernapasan : 22 x/m

Suhu tubuh : 36,7 ° celcius

III. Riwayat kesehatan yang lalu


1. Penyakit yang pernah dialami
a. Kanak-kanak : Tidak ada
b. Kecelakaan : Tidak pernah
c. Pernah dirawat : Tidak pernah
d. Operasi : Tidak pernah

2. Alergi : Tidak ada

3. Imunisasi : Tidak dikaji

4. Kebiasaan : Merokok, minum kopi


5. Obat-obatan : Tidak mengkonsumsi obat-obatan

6. Pola nutrisi
a. Frekuensi makan : 3 x/hari
b. Berat Badan : 49 kg
c. Tinggi badan : 158 cm
d. Jenis makanan : Nasi, lauk pauk, sayur mayur
e. Nafsu makan : Baik
f. Perubahan BB : Tetap

7. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
Frekuensi : 2x sehari
Waktu : Pagi
Warna : Kuning
Konsistensi : Lunak
b. Buang air kecil
Frekuensi : 4-5 kali sehari
Warna : Kuning
Bau : Khas

8. Pola tidur dan istirahat


a. Waktu tidur (jam) : 21.00 WIB
b. Lama tidur (jam) : 6-7 jam
c. Kebiasaan : Tidak ada
Pengantar tidur
d. Kesulitan dalam : Menjelang tidur
Hal tidur

9. Pola aktifitas dan latihan


a. Kegiatan dalam : Tidak ada masalah
pekerjaan
b. Olahraga : Tidak ada masalah
c. Kegiatan dalam : Tidak ada
waktu luang
d. Kesulitan/keluhan
Dalam hal : - Pergerakan tubuh (Nyeri saat bergerak)

- Mandi menggenakan pakaian (Dibantu


keluarga)
- Sesak napas setelah mengadakan
aktifitas (Tidak pernah)
- Mudah kelelahan (Tidak pernah)
10. Pola Bekerja
a. Jenis pekerjaan : Tani
b. Jumlah jam kerja : Tidak menentu
c. Jadwal kerja : Tidak menentu

IV. Riwayat Keluarga

Genogram

Keterangan :

: Klien

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Tinggal serumah
V. Riwayat Lingkungan

a. kebersihan : Cukup

b. Bahaya : Tidak ada

c. Polusi : Cukup

VI. Aspek Psiksosial


1. Pola pikir dan persepsi
a. Alat bantu yang : Tidak ada
digunakan

b. Kesulitan yang : Tidak ada


dialami

2. Persepsi diri
a. Hal yang sangat : Klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya
dipikirkan saat ini

b. Harapan setelah : Penyakit klien tidak terulang kembali


menjalani perawatan

c. Perubahan yang : Tidak mersakan nyeri pada ulu hati


dirasa setelah sakit

d. Suasana Hati : Baik

e. Hubungan / komunikasi
1) Bahasa utama : Palembang
2) Bicara : Jelas
3) Tempat tinggal : Sendiri
4) Kehidupan : Baik
keluarga
Kesulitan dalam : Tidak ada masalah
keluarga
f. Kebiasaan seksual
1) Gangguan seksual
disebabkan kondisi : Tidak ada masalah

2) Pemahaman terhadap
Fungsi Seksual : Baik

g. Pertahanan koping
1) Pengambilan keputusan : Musyawarah
2) Yang disukai diri sendiri : Tidak ada
3) Yang ingin dirubah dari : Tidak ada
Kehidupan
Yang dilakukan saat : Tidak ada
Saat stress

h. Sistem nilai kepercayaan


1) Siapa atau apa sumber : Tidak ada
kekuatan
2) Apakah Tuhan ,agama, : Ya
kepercayaaan
3) Tingkat perkembangan : Tidak ada

VII. Pengkajian Fisik


1. Kepala
a. Bentuk : Normal
b. Keluhan.yang berhubungan: Tidak ada

2. Mata
a. Ukuran pupil : Normal
b. Reaksi terhadap cahaya : Normal
c. Akomodasi : Normal
d. Bentuk : Normal
e. Konjungtiva : Normal
f. Fungsi penglihan : Baik
g. Tanda-tanda radang : Tidak ada
h. Pemeriksaaan mata : Normal

3. Hidung
a. Reaksi alergi : Tidak ada
b. Pernah mengalami flu : Pernah

4. Mulut dan gigi


a. Gigi : Tidak ada masalah
b. Kesulitan dalam menelan : Iya

5. Pernafasan
a. Suara napas : Normal
b. Frekuensi : 22x/m

6. Sistem Kardiovaskular
a. Inspeksi : Normal Palpasi
b. Denyut Nadi : 80x / menit
c. Ictu Cordis : Teraba

7. Nutrisi : Baik

8. Eliminasi : Normal
Buang Air Besar : Normal
Buang Air Kecil : Normal

9. Sistem Saraf Pusat


Bicara : Spontan
Status Motorik : Normal

10. Kulit
Warna Kulit : Normal
Turgor : Turgor Baik
Luka : Tidak Ada
Memar : Tidak Ada

VIII. Data Laboratorium


Jenis Hasil Tanggal
KIMIA DARAH
- Ureum 38 13-01-2020
- Creatinine 1.2 13-01-2020

IX. Pengobatan
Obat Dosis Tanggal
- Ceftriaxone 1 x 2 gr 13-01-2020
- Ketorolac 3 x 30 13-01-2020
- Metronidazole 3 x 500 13-01-2020
- Omeprazole 1 x1 gr 13-01-2020
- Ceftriaxone 1 x 2 gr 14-01-2020
- Ketorolac 3 x 30 14-01-2020
- Metronidazole 3x1 14-01-2020
- Omeprazole 1 x1 gr 14-01-2020

X. Hasil Pemeriksaan Penunjang lainnya

Jenis Hasil Tanggal

- EKG Sinus rhythm with occasional 13-01-2020


ventrikular premature complexes

XI. Persepsi Klien terhadap Penyakitnya

Klien berasumsi bahwa tidak harapan untuk sembuh.

XII. Kesimpulan

Tn. N didiagnosa perforasi gaster dan telah dilakukan operasi pada tanggal
13 Januari 2020 dan sesuai dengan hasil yang diinginkan.
ANALISA DATA

NAMA PASIEN : TN. “N”

RUANGAN : RUANG BEDAH

UMUR : 67 TAHUN

NO.RM : 58.01.76

NO. DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Klien mengatakan nyeri Agen cidera fisik Nyeri akut
luka post operasi
DO : KU sedang, sens
compos mentis, skala nyeri 4
TD : 150/80 mmHg
N : 88x/menit
T : 36,6 °celcius
RR: 27x/menit
DL (+)
NGT (+)

2. DS : Klien mengatakan BAB Pindahnya cairan Kekurangan


5 kali sehari intravaskuler ke volume cairan
DO : suhu tubuh 37.6 °celcius ekstravaskuler
RR : 32 x/menit cepat dan
dangkal
Klien tampak kurus
Mukosa bibir kering

3. DS : - Terpaparnya luka Resiko infeksi


DO: Luka jahitan di area terbuka
abdomen
TD : 150/80 mmHg
N : 88x/menit
T : 36,6 °celcius
RR: 27x/menit
DL (+)
NGT (+)
RENCANA KEPERAWATAN

NO Tanggal Diagnosa
Perencanaan Rasional
. Keperawatan
Tujuan/ Rencana
Kriteria Hasil Tindakan
1. 14 Nyeri akut Setelah - Kaji nyeri Pasien
Januari b/d cidera dilakukan melaporkan
2020 fisik akibat tindakan nyeri biasanya
pembedahan keperawatan diatas tingkat
selama 1x24 cidera
jam diharapkan
- Bantu pasien
gangguan Nyeri
dalam
terasa nyaman dipengaruhi
identifikasi
yang dialami oleh
faktor pencetus
pasien akan kecemasan,
teratasi dengan ketegangan,
Kriteria hasil: suhu, distensi
- Skala nyeri kandung
berkurang kemih,
dari 4 terbaring lama
menjadi 2 dan pada
- Mampu kondisi
mengontrol tertentu
nyeri misalnya pada
- Menyatakan pasien post
rasa nyaman operasi
setelah nyeri
- Dorong pasien
berkurang Dapat
menggunakan
- Kualitas mengurangi
teknik
tidur nyeri,
relaksasi napas
meningkat merupakan
dalam
salah satu
teknik
relaksasi

Untuk
- Kelola
menghilangkan
pemberian anti
nyeri atau
nyeri
untuk
menghilangkan
kecemasan dan
meningkatkan
istirahat

- Kaji cairan
2. 15 Kekurangan Setelah Membuat klien
yang disukai
Januari volume dilakukan lebih
klien dalam
2020 cairan b/d tindakan kooperatif
batas diet
tindakan keperawatan
invasif selama 1x24 Mempermudah
- Merencanakan
jam diharapkan untuk
target
kebutuhan memantau
pemberian
cairan kondisi klien
asupan cairan
terpenuhi
untuk setiap
terpenuhi Pemahaman
shift, misal
sesuai dengan tentang alasan
siang 1000 ml,
kebutuhan tersebut
sore 800 ml
tubuh membantu
dan malam
Kriteria hasil : klien dalam
200 ml
1.Terjadi mengatasi
peningkatan gangguan
- Kaji
asupan
pemahaman
cairan
klien tentang
minimal alasan Untuk
2000ml/hari mempertahan- mengetahui
(kecuali ada kan hidrasi perkembangan
kontraindi- yang adekuat status
kasi) kesehatan
- Menjelaskan klien
- Catat asupan
perlunya
dan haluaran
meningkat- Untuk
kan asupan - Pantau asupan mengontrol
cairan pada per oral, asupan klien
saat stres minimal
atau saat 1500ml per 24
cuaca panas jam
- Memperta-
- Pantau
hankan berat
haluaran cairan
jenis urine
1000-1500ml
dalma batas
per 24 jam
normal
- Tidak
- Pantau berat
menimbul-
jenis urin
kan tanda
dehidrasi

3. 16-17 Resiko Setelah Pertahankan Agar terjaga


Januari infeksi b/d dilakukan teknik isolasi kebersihannya
2020 tindakan tindakan Cuci tangan Mempertahan-
invasif asuhan sebelum dan kan kesterilan
keperawatan sesudah
selama 15 tindakan
menit Gunakan APD Agar terhindar
diharapkan baik buat perawt dari kontak
tidak terlihat dan klien dengan pasien
tanda – tanda Kolaborasi
infeksi pada dengan dokter
pasien,
dengan
kriteria hasil:
- bebas dari
tanda- tanda
infeksi,
(tidak ada
kemerahan,
pus, darah,
bengkak,
nyeri, dll)
IMPLEMENTASI

No. Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan (SOAP)
1. 14 Januari Nyeri akut - Mengobservasi Pukul :
2020 adanya petunjuk 08.00-20.00
Pukul 08.00- non verbal S : klien
20.00 mengenai mengatakan
ketidaknyamanan nyeri masih
terutama pada terasa
mereka yang O :skala
tidak bisa nyeri 4 , KU
berkomunikasi lemah
secara efektif. A : masalah
- Menggali belum
bersama pasien teratasi
faktor yang dapat P : lanjutkan
menurunkan dan intervensi
memperberat
nyeri.
- Mengajarkan
prinsip-prinsip
manajemen nyeri
- Mengkolaborasi
dengan pasien,
keluarga dan tim
medis.
Kekurangan - Mengkaji cairan S : klien
volume cairan yang disukai mengatakan
klien dalam batas terasa lemah
diet
- Merencanakan O : output
target pemberian urine
asupan cairan dengan
untuk setiap sif, skala 2
mis siang 1000 A : masalah
ml, sore 800 ml belum
dan malam 200 teratasi
ml. P : lanjutkan
- Mengkaji intervensi
pemahaman klien
tentang alasan
memperhatikan
hidrasi yang
adekuat
- Mencatat
asupan dan
keluaran
- Memantau
asupan per-oral,
minimal 1500
ml/24 jam
- Memantau
keluaran cairan
1000-1500 ml/24
jam
- Pantau berat
jenis cairan
Resiko infeksi 1. lakukan teknik S : klien
isolasi mengatakan
2. melakukan cuci muncul
tangan setiap tanda-tanda
infeksi yaitu
sebelum dan terdapat
sesudah tindakan cairan yang
3. menggunakan bau keluar
APD baik buat dari luka
perawat maupun post operasi
klien O : cairan
4. melakukan berbau dan
kolaborasi dengan kemerahan
dokter pada luka
- melakukan post operasi
pemasangan infus A : masalah
RL 8 jam per kolf belum
- memberikan teratasi
obat anti jamur P : lanjutkan
cazetindrop intervensi
-merujuk ke rs
pengayoman

2. 15 januari Nyeri akut - Mengobservasi Pukul


2020 adanya petunjuk 08.00-20.00
Pukul 08.00- non verbal S : Klien
20.00 mengenai mengatakan
ketidaknyamanan nyeri hilang
terutama pada timbul
mereka yang O : KU
tidak bisa lemah ,
berkomunikasi skala 3
secara efektif. A : masalah
- Menggali teratasi
bersama pasien sebagian
faktor yang dapat P : lanjutkan
menurunkan dan intervensi
memperberat
nyeri.
- Mengajarkan
prinsip-prinsip
manajemen nyeri
- Mengkolaborasi
dengan pasien,
keluarga dan tim
medis.
Kekurangan - Mengkaji cairan S : klien
volume cairan yang disukai mengatakan
klien dalam batas badan masih
diet lemas
- Merencanakan O : output
target pemberian urine masih
asupan caira dengan
untuk setiap sif, skala 2
mis siang 1000 A : masalah
ml, sore 800 ml teratasi
dan malam 200 sebagian
ml. P : lanjutkan
- Mengkaji intervensi
pemahaman klien
tentang alasan
memperhatikan
hidrasi yang
adekuat
- Mencatat
asupan dan
keluaran
- Memantau
asupan per-oral,
minimal 1500
ml/24 jam
- Memantau
keluaran cairan
1000-1500 ml/24
jam
- Pantau berat
jenis cairan
Resiko infeksi 1. lakukan teknik S : klien
isolasi mengatakan
2. melakukan cuci cairan pada
tangan setiap luka post
sebelum dan operasi
sesudah tindakan masih
3. menggunakan keluar
APD baik buat O : masih
perawat maupun terdapat
klien kemerahan
4. melakukan pada luka
kolaborasi dengan postoperasi
dokter A : masalah
- melakukan teratasi
pemasangan infus sebagian
RL 8 jam per kolf P : lanjutkan
- memberikan intervensi
obat anti jamur
cazetindrop
-merujuk ke rs
pengayoman
3. 16 januari Nyeri akut - Mengobservasi Pukul
2020 adanya petunjuk 08.00-20.00
non verbal
Pukul 08.00- mengenai S : klien
20.00 ketidaknyamanan mengatakan
terutama pada nyeri mulai
mereka yang berkurang
tidak bisa O : KU
berkomunikasi sedang ,
secara efektif. skala 2
- Menggali A : masalah
bersama pasien teratasi
faktor yang dapat sebagian
menurunkan dan P : lanjutkan
memperberat intervensi
nyeri.
- Mengajarkan
prinsip-prinsip
manajemen nyeri
- Mengkolaborasi
dengan pasien,
keluarga dan tim
medis.
Kekurangan - Mengkaji cairan S : klien
volume cairan yang disukai mengatakan
klien dalam batas badan terasa
diet lemas pada
- Merencanakan saat tertentu
target pemberian saja
asupan cairan O : output
untuk setiap sif, urine
mis siang 1000 dengan
ml, sore 800 ml skala 3
dan malam 200
ml.
- Mengkaji A : masalah
pemahaman klien teratasi
tentang alasan sebagian
memperhatikan P : lanjutkan
hidrasi yang intervensi
adekuat
- Mencatat
asupan dan
keluaran
- Memantau
asupan per-oral,
minimal 1500
ml/24 jam
- Memantau
keluaran cairan
1000-1500 ml/24
jam
- Pantau berat
jenis cairan
Resiko infeksi 1. lakukan teknik S : klien
isolasi mengatakan
2. melakukan cuci cairan pada
tangan setiap luka post
sebelum dan operasi
sesudah tindakan berkurang
3. menggunakan O:
APD baik buat kemerahan
perawat maupun pada luka
klien post operasi
4. melakukan berkurang
kolaborasi dengan
dokter
- melakukan A : masalah
pemasangan infus teratasi
RL 8 jam per kolf sebagian
- memberikan P : lanjutkan
obat anti jamur intervensi
cazetindrop
-merujuk ke rs
pengayoman
4. 17 januari Nyeri akut - Mengobservasi Pukul
2020 adanya petunjuk 08.00-20.00
Pukul 08.00- non verbal S : klien
20.00 mengenai mengatakan
ketidaknyamanan nyeri
terutama pada membaik
mereka yang O : KU
tidak bisa sedang ,
berkomunikasi skala 2
secara efektif. A : masalah
- Menggali teratasi
bersama pasien sebagian
faktor yang dapat P : lanjutkan
menurunkan dan intervensi
memperberat
nyeri.
- Mengajarkan
prinsip-prinsip
manajemen nyeri
- Mengkolaborasi
dengan pasien,
keluarga dan tim
medis.
Kekurangan - Mengkaji cairan S : klien
volume cairan yang disukai mengatakan
klien dalam batas lemas
diet berkurang
- Merencanakan O : output
target pemberian urine
asupan cairan meningkat
untuk setiap sif, dengan
mis siang 1000 skala 4
ml, sore 800 ml A : masalah
dan malam 200 teratasi
ml. sebagian
- Mengkaji P : lanjutkan
pemahaman klien intervensi
tentang alasan
memperhatikan
hidrasi yang
adekuat
- Mencatat
asupan dan
keluaran
- Memantau
asupan per-oral,
minimal 1500
ml/24 jam
- Memantau
keluaran cairan
1000-1500 ml/24
jam
- Pantau berat
jenis cairan
Resiko infeksi 1. lakukan teknik S : klien
isolasi mengatakan
2. melakukan cuci cairan pada
tangan setiap luka post
sebelum dan operasi
sesudah tindakan berkurang
3. menggunakan O : cairan
APD baik buat berbau dan
perawat maupun kemerahan
klien A : masalah
4. melakukan teratasi
kolaborasi dengan sebagian
dokter P : lanjutkan
- melakukan intervensi
pemasangan infus
RL 8 jam per kolf
- memberikan
obat anti jamur
cazetindrop
-merujuk ke rs
pengayoman
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam makalah ini akan dibahas pengkajian keperawatan pada pasien Tn.
“N” dengan perforasi gaster serta hubungan tindakan melatih nafas dalam pada
pasien dengan perforasi gaster.

4.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Menggali


informasi dari pasien ruangan (autoanamnesa) dan informasi dari keluarga pasien
(alloanamnesa) serta dengan data-data rekam medik pasien yang selalu digunakan
dalam aspek atau tindakan yang pernah dilakukan terhadap pasien.

Dari data pengkajian yang dilakukan pada tanggal 14 Januari 2020


didapatkan bahwa tanda-tanda vital pasien Tn.”N” : TD 120/80 mmHg, Nadi 82
x/menit, RR 22 x/menit, T 36,7ºC, dengan keluhan nyeri, diagnose dokter yaitu
perforasi gaster

Pada pasien perforasi gaster terdapat lubang pada dinding lambung.


Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. Pasien perforasi gaster lama
kelamaan akan mengalami nyeri, maka dari itu untuk mengatasi hal tersebut
dilakuka tindakan melatih nafas dalam. Manfaat dari melatih nafas dalam untuk
meringankan nyeri yang dirasakan klien.

4.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien perforasi gaster yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik akibat pembedahan

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan invasif

3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka


4.3 Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa diatas rencana keperawatan yang akan dilakukan


sebagai berikut :

1. Sarankan klien dengan posisi yang nyaman, sediakan lingkungan yang nyaman,
monitor TTV, sarankan untuk meningkatkan relaksasi.

2. Monitor status hidrasi, pertahankan catatan intake dan output yang akurat,
monitor status nutrisi, dorong pasien untuk menambah intake oral, monitor
adanya tanda gagal ginjal.

3. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain, gunakan baju, sarung tangan
sebagai APD, tingkatkan intake nutrisi.

4.4 Implementasi Keperawatan

Tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang


ditetapkan. Sebelum dilakukan tindakan kami membuat rencana dan setiap
berinteraksi dengan pasien kami mengevaluasi kesadaran dan keadaan umum
pasien.

4.5 Evaluasi

Semua masalah yang muncul dari kasus perforasi gaster teratasi dengan
evaluasi teoritis.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari data pengkajian yang dilakukan pada tanggal 14 Januari 2020


didapatkan bahwa tanda-tanda vital pasien Tn.”N” : TD 120/80 mmHg, Nadi 82
x/menit, RR 22 x/menit, T 36,7ºC, dengan keluhan nyeri, diagnose dokter yaitu
perforasi gaster. Pada pasien perforasi gaster terdapat lubang pada dinding
lambung.
Diagnosa keperawatan yang didapat pada perforasi gaster yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik akibat pembedahan dengan
intervensi pemberian obat analgetic dan melakukan latihan nafas dalam.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan invasif dengan
intervensi pantau intake dan output.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbukan dengan intervensi mencuci
tangan dan menggunakan APD.

5.2. Saran

1. Poltekkes Kemenkes Palembang


Sebagai bahan rujukan tentang praktik yang dilaksanakan RSUD
Palembang BARI dan literatur sastra bagi kegiatan praktik klinik
keperawatan berikutnya, sebagai dapat dijadikan bahan masukan untuk
penelitian.
2. RSUD Palembang BARI
Memfasilitasi dan bekerjasama dengan tim keperawatan, praktikum
keperawatan dasar dan format pelaksanaan ronde rawat inap, melakukan
supervise terhadap pengetahuan tentang keperawatan.
3. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palembang
Sebagai bahan pembelajaran tentang praktik yang dilaksanakan di
RSUD Palembang BARI dan dapat dijadikan bahan masukan untuk
penelitian.
4. Ruangan Bedah RSUD Palembang BARI
Memberikan motivasi secara terus terjadwal kepada perawat
ruangan tentang pemberian asuhan keperawatan di ruangan bedah RSUD
Palembang BARI.
DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Sudarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st edn. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st edn. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st edn. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Dinda, Vickry Cynk. 2015. Lp perforasi gaster


https://www.scribd.com/doc/275321414/Lp-Perforasi-Gaster (Diakses pada
14 Januari 2020, pukul 10.30 WIB)

Galuh, Zek. 2018. Perforasi


gaster.https://www.academia.edu/32558314/PERFORASI_GASTER
(Diakses pada 14 Januari 2020, pukul 12.00 WIB )

Munandar, Aris. 2017. Asuhan Keperawatan perforasi gaster.


http://arismunandar20.blogspot.com/2017/03/asuhan-keperawatan-
perforasi-gaster.html(Diakses pada 14 Januari 2020, pukul 09.00 WIB)
LAMPIRAN

Standar Prosedur Operasional (SPO) Melatih Nafas Dalam

a. Pengertian
Melatih pasien melatih nafas dalam.

b. Tujuan
1. Meningkatkan kapasitas paru
2. Mencegah atelektasis.
3. Meringankan nyeri pada kondisi tertentu.

c. Kebijakan
Pasien dengan gangguan paru obstruktif dan restriktif.

d. Prosedur
1. Tahap Pra interaksi
- Mengecek program terapi

- Mencuci tangan

2. Tahap orientasi
- Memberikan salam dan menyapa nama pasien
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
- Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

3. Tahap kerja

- Menjaga privacy pasien


- Mempersiapkan pasien
- Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen.
- Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam
melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
- Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah
lengkung pada punggung)
- Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
- Meminta menghembuskan napas perlahan dalam 3 hitungan (lewat
mulut bibir seperti meniup)
- Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi
dari otot
- Merapikan pasien.

4. Tahap terminasi

- Melakukan evaluasi tindakan


- Berpamitan dengan klien
- Mencuci tangan
- Mencatat kegiatan daam lembar catatan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai