Askep Perforasi Gaster
Askep Perforasi Gaster
Askep Perforasi Gaster
PEMBIMBING LAPANGAN :
Diana Novitasari, S.Kep, Ners
OLEH :
KELOMPOK 2
1. Riska Tri Komala (PO.71.20.1.18.076)
2. Rizky Yulinda (PO.71.20.1.18.077)
3. Rylis Triany (PO.71.20.1.18.078)
4. Salsabilla Sheilalia (PO.71.20.1.18.079)
5. Selvi Dwi Yanti (PO.71.20.1.18.080)
6. Sherly Breti (PO.71.20.1.18.081)
7. Silvy Anggraini (PO.71.20.1.18.082)
8. Siti Rahayu I.P.S (PO.71.20.1.18.083)
9. Suci Amelia (PO.71.20.1.18.084)
10. Tania Fasha Ibrahim (PO.71.20.1.18.085)
Assalamu’alaikum WR.WB
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.”N” DENGAN POST
OPERASI PERFORASI GASTER DI RUANGAN BEDAH RSUD
PALEMBANG BARI TAHUN 2020. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih atas bimbingan dan masukan kepada kami dalam membuat
makalah ini serta penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr.Hj Makiani, S.H, M.M, MARS selaku direktur RSUD Palembang BARI
2. Muhammad Taswin S.Si, Apt, MM, M.Kes se;aku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang
3. Devi Mediarti S.Pd, S.Kep, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Palembang
4. Dr. Hj Hadi Asyik, Sp. A sebagai ketua komite Medic RSUD Palembang
BARI
5. Ns.Masrianah, S.Kep, M.Kes selaku Kepala Bidang Kesehatan RSUD
Palembang BARI
6. Ns. Ismardi, S.Kep selaku Ketua Komite Keperawatan RSUD Palembang
BARI
7. Mewi Andriani, SKM, M.Kes selaku Kepala Bidang Medis dan Pendidikan
RSUD Palembang BARI
8. Riska Primananda, SKM selaku Kepala Seksi Diklat RSUD Palembang
BARI
9. Diana Novitasari S.Kep, Ners selaku Kepala Ruangan di Ruang Bedah
RSUD Palembang BARI
10. Aguscik, S.Kep, M.Kes selaku pembimbing Akademik poltekkes
Kemenkes palembang
11. Seluruh karyawan dan karyawati RSUD Palembang BARI
Wassalamu’alaikum WR.WB
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4.1 Tempat
Ruangan Bedah Rumah sakit Umum Palembang BARI Tahun 2020
1.4.2 Waktu
Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi
pada keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan
pada etika dan profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan.
Motto
Kesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah kebahagian kami.
Tujuan
1. Mengoptimal pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standar
mutu.
2.1.3 Sejarah
2.1.3.1 Sejarah Berdirinya
1. Pada tahun 1986 sampai dengan 1994 RSUD Palembang
BARI merupakan gedung Poli Klinik/ Puskesmas Panca
Usaha.
B. Anatomi Fisiologi
Anatomi Lambung
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen
atas tepat di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung menyerupai
tabung bentuk J, dan bila penuh, berbentuk seperti buah pir raksasa.
Kapasitas normal lambung adalah 1 sampai 2 liter. Secara anatomis
lambung terbagi atas fundus, korpus, dan antrumpilorikum atau pilorus.
Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor,
dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Lambung
tersusun atas empat lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar merupakan
bagian dari peritonium viseralis. Dua lapisan peritonium viseralis menyatu
pada kurvatura minor lambung dan duodenum kemudian terus memanjang
ke hati, membentuk omentum minus. Lipatan peritonium yang keluar dari
satu organ menuju ke organ lain disebut sebagai ligamentum. Jadi omentum
minus (disebut juga ligamentum hepatogastrikum atau hepatoduodenalis)
menyokong lambung sepanjang kurvatura minor sampai ke hati.
Fisiologi Lambung
1) Fungsi motorik
a. Fungsi menampung : Menyimpan makanan sampai makanan.
Tersebut sedikit demi sedikit dicerna dan bergerak pada saluran
cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah
tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos; diperantarai oleh
nervus vagus dan dirangsang oleh gastrin
b. Fungsi mencampur : Memecahkan makanan menjadi partikel-
partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui
kontraksi otot yang mengelilingi lambung. Konstraksi peristaltik
diatur oleh suatu irama listrik dasar.
c. Fungsi pengosongan lambung : Diatur oleh pembukaan sfingter
pilorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman,
aktivitas osmotik, keadaan fisik, serta oleh emosi, obat-obatan, dan
olahraga. Pengosongan lambung diatur oleh faktor saraf dan
hormonal, seperti kolesistokinin.
D. Patofisiologi
Secara fisiologis, gaster relatif bebas dari bakteri dan
mikroorganisme lainnya karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi.
Kebanyakan orang yang mengalami trauma abdominal memiliki fungsi
gaster yang normal dan tidak berada pada resiko kontaminasi bakteri yang
mengikuti perforasi gaster. Bagaimana pun juga mereka yang memiliki
maslah gaster sebelumnya berada pada resiko kontaminasi peritoneal pada
perforasi gaster. Kebocoran asam lambung kedalam rongga peritoneum
sering menimbulkan peritonitis kimia. Bila kebocoran tidak ditutup dan
partikel makanan mengenai rongga peritoneum, peritonitis kimia akan
diperparah oleh perkembangan yang bertahap dari peritonitis bakterial.
Pasien dapat asimptomatik untuk beberapa jam antara peritonitis kimia awal
dan peritonitis bakterial lanjut. Mikrobiologi dari usus kecil berubah dari
proksimal samapi ke distalnya. Beberapa bakteri menempati bagian
proksimal dari usus kecil dimana, pada bagian distal dari usus kecil
(jejunum dan ileum) ditempati oleh bakteri aerob
(E.Coli) dan anaerob ( Bacteriodes fragilis (lebih banyak)).
Kecenderungan infeksi intra abdominal atau luka meningkat pada perforasi
usus bagian distal. Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang
masuknya sel-sel inflamasi akut. Omentum dan organ-organ visceral
cenderung melokalisir proses peradangan, mengahasilkan phlegmon (ini
biasanya terjadi pada perforasi kolon). Hypoksia yang diakibatkannya
didaerah itu memfasilisasi tumbuhnya bakteri anaerob dan menggangu
aktifitas bakterisidal dari granulosit, yang mana mengarah pada peningkatan
aktifitas fagosit daripada granulosit, degradasi sel-sel, dan pengentalan
cairan sehingga membentuk abscess, efek osmotik, dan pergeseran cairan
yang lebih banyak ke lokasi abscess, dan diikuti pembesaran absces pada
perut. Jika tidak ditangani terjadi bakteriemia, sepsis, multiple organ failure
dan shock.
E. Manifestasi Klinis
Nyeri perut hebat yang makin meningkat dengan adanya pergerakan
disertai nausea, vomitus, pada keadaan lanjut disertai demam dan mengigil.
F. Pemeriksaan Penunjang
Sejalan dengan penemuan klinis, metode tambahan yang dapat
dilakukan adalah :
1. Foto polos abdomen pada posisi berdiri.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah metode awal untuk kebanyakan kondisi
akut abdomen. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi cairan bebas
dengan berbagai densitas, yang pada kasus ini adalah sangat tidak
homogen karena terdapat kandungan lambung..
3. CT-scan
CT scan abdomen adalah metode yang jauh lebih sensitif untuk
mendeteksi udara setelah perforasi, bahkan jika udara tampak seperti
gelembung dan saat pada foto rontgen murni dinyatakan negatif. Oleh
karena itu, CT scan sangat efisien untuk deteksi dini perforasi gaster
G. Komplikasi
Komplikasi pada perforasi gaster, sebagai berikut:
1. Infeksi Luka, angka kejadian infeksi berkaitan dengan muatan bakteri
pada gaster.
2. Kegagalan luka operasi, Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau
total pada setiap lapisan luka operasi) dapat terjadi segera atau lambat.
Faktor-faktor berikut ini dihubungkan dengan kegagalan luka operasi.
Malnutrisi
Sepsis
Uremia
Diabetes mellitus
Terapi kortikosteroid
Obesitas
Batuk yang berat
Hematoma (dengan atau tanpa infeksi)
3. Abses abdominal terlokalisasi
4. Kegagalan multiorgan dan syok septic :
a. Septikemia adalah proliferasi bakteri dalam darah yang menimbulkan
manifestasi sistemik, seperti kekakuan, demam, hipotermi (pada
septikemia gram negatif dengan endotoksemia), leukositosis atau
leukopenia (pada septikemia berat), takikardi, dan kolaps sirkuler.
b. Syok septik dihubungkan dengan kombinasi hal-hal berikut :
Hilangnya tonus vasomotor
Peningkatan permeabilitas kapiler
Depresi myokardial
Pemakaian leukosit dan trombosit
Penyebaran substansi vasoaktif kuat, seperti histamin, serotonin
dan prostaglandin, menyebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler
Aktivasi komplemen dan kerusakan endotel kapiler
c. Infeksi gram-negatif dihubungkan dengan prognosis yang lebih buruk
dari gram-positif, mungkin karena hubungan dengan endotoksemia.
d. Gagal ginjal dan ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan pH
e. Perdarahan mukosa gaster. Komplikasi ini biasanya dihubungkan
dengan kegagalan sistem multipel organ dan mungkin berhubungan
dengan defek proteksi oleh mukosa gaster Obstruksi mekanik, sering
disebabkan karena adesi postoperatif. Delirium post-operatif. Faktor
berikut dapat menyebabkan predisposisi delirium postoperatif:
a) Usia lanjut
b) Ketergantungan obat
c) Demensia
d) Abnormalitan metabolik
e) Infeksi
f) Riwayat delirium sebelumnya
g) Hipoksia
h) Hipotensi Intraoperatif/postoperative
H. Penatalaksanaan
Penderita yang lambungnya mengalami perforasi harus diperbaiki
keadaan umumnya sebelum operasi. Pemberian cairan dan koreksi
elektrolit, pemasangan pipa nasogastrik, dan pemberian antibiotik mutlak
diberikan. Jika gejala dan tanda-tanda perforasi umum tidak ada, kebijakan
nonoperatif mungkin digunakan dengan terapi antibiotik langsung terhadap
bakteri gram-negatif dan anaerob.
Penderita yang gasternya mengalami perforasi harus diperbaiki
keadaan umumnya sebelum operasi. Pemberian cairan dan koreksi
elektrolit, pemasangan pipa nasogastrik, dan pemberian antibiotik mutlak
diberikan. Jika gejala dan tanda-tanda peritonitis umum tidak ada, kebijakan
nonoperatif mungkin digunakan dengan terapi antibiotik langsung terhadap
bakteri gram-negatif dan anaerob.
Tujuan dari terapi bedah adalah :
• Koreksi masalah anatomi yang mendasari
• Koreksi penyebab peritonitis
• Membuang setiap material asing di rongga peritoneum yang dapat
menghambat fungsi leukosit dan mendorong pertumbuhan bakteri (seperti
darah, makanan, sekresi gaster).
Laparotomi dilakukan segera setelah upaya suportif dikerjakan.
Jahitan saja setelah eksisi tukak yang perforasi belum mengatasi penyakit
primernya, tetapi tindakan ini dianjurkan bila keadaan umum kurang baik,
penderita usia lanjut, dan terdapat peritonitis purulenta. Bila keadaan
memungkinkan, tambahan tindakan vagotomi dan antrektomi dianjurkan
untuk mencegah kekambuhan perforasi gaster.
Gambaran patologis dan klinis konsisten dengan overdistensi
mekanik daripada iskemia sebagai penyebab perforasi. Tanda dan gejala
perforasi gaster biasanya mereka dengan gejala akut abdomen disertai sepsis
dan gagal napas. Pemeriksaan abdominal adanya distensi abdominal yang
signifikan. Vomitus adalah gejala yang tidak konsisten.
2.3 Konsep Dasar Melatih Nafas Dalam
2.3.1. Pengertian
Latihan nafas dalam adalah bernafas dengan perlahan dan
menggnakan diafragma, sehingga kemungkinan abdomen terangkat
perlahan dan dada mengembang penuh (Parsudi, dkk. 2002)
2.3.2. Tujuan
Tujuan nafas dalam adalah untuk mencapai ventilasi yang lebih
terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi kerja bernafas, meningkatkan
relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktivitas otot-
otot pernafasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan
frekuensi pernafasan, mengurangi udara yang terperangkap serta
mengurangi kerja bernafas. (Brunner&Suddarth, 2002)
2.3.3 Indikasi
1. Terdapat penumpukan sekret pada saluran nafas yang dibuktikan
dengan pengkajian fisik, X-ray dan data klinis.
2. Sulit mengeluarkan atau membatukkan sekret yang terdapat pada
saluran pernapasan.
3. Pada pasien yang mengalami pada saat post operasi.
2.3.4 Kontraindikasi
Hemoptisis
Batuk darah (hemoptisis) adalah darah atau dahak berdarah yang
dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu
mulai dari glottis kearah distal, batuk darah akan berhenti sendiri
jika asal robekkan pembuluh darah tidak luas, sehingga penutupan
luka dengan cepat terjadi (HoodAlsagaff, 1995, hal 301).
Hempotisis adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada
saluran napas dibawah laring atau perdarahan yang keluar ke
saluran napas dibawah laring.
Penyakit jantung
Penyakit jantung adalah penyakit yang terjadi pada jantung
dikarenakan gangguan kinerja jantung memopa darah yang
disebabkan oleh rokok, makan makanan yang banyak mengandung
kolesterol tinggi, kurangnya berolahraga, kurang istirahat, stress
yang tinggi, kegemukkan, darah tinggi, diabetes melitus, dan
riwayat
Serangan asma akut
Seangan asma akut adalah suatu keadaan terjadinya spasme
bronkus yang reversibel yang ditandai dengan batuk tinggi dan
sesak napas
Deformitas struktur dinding dada dan tulang belakang
Nyeri meningkat
Sakit kepala (pusing)
Kelelahan.
2.4. Standar Prosedur Operasional (SPO) Melatih Nafas Dalam
a. Pengertian
Melatih pasien melatih nafas dalam.
b. Tujuan
1. Meningkatkan kapasitas paru
2. Mencegah atelektasis.
3. Meringankan nyeri pada kondisi tertentu.
c. Kebijakan
Pasien dengan gangguan paru obstruktif dan restriktif.
d. Prosedur
1. Tahap Pra interaksi
- Mengecek program terapi
- Mencuci tangan
2. Tahap orientasi
- Memberikan salam dan menyapa nama pasien
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
- Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
3. Tahap kerja
4. Tahap terminasi
A. Identitas
Meliputi : Nama pasien, Umur, Jenis kelamin, Suku /Bangsa, Pendidikan,
Pekerjaan, Alamat, No. RM.
B. Keluhan utama:
Keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kesakitan di bagian perut
sebelah kanan dan menjalar ke pinggang.
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Perforasi dapat terjadi pada seseorang dengan peradangan iskemia,
peritoneal diawali terkontaminasi material, sindrom nefrotik, gagal
ginjal kronik, lupus eritematosus, dan sirosis hepatis dengan asites.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Seseorang dengan peritonotis pernah ruptur saluran cerna, komplikasi
post operasi, operasi yang tidak steril dan akibat pembedahan, trauma
pada kecelakaan seperti ruptur limpa dan ruptur hati.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi peritonitis tidak diturunkan, namun jika peritonitis ini
disebabkan oleh bakterial primer, seperti: Tubercolosis. Maka
kemungkinan diturunkan ada.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem pernafasan (B1)
Pola nafas irregular (RR> 20x/menit), dispnea, retraksi otot bantu
pernafasan serta menggunakan otot bantu pernafasan.
2. Sistem kardiovaskuler (B2)
Klien mengalami takikardi karena mediator inflamasi dan hipovelemia
vaskular karena anoreksia dan vomit. Didapatkan irama jantung
irregular akibat pasien syok (neurogenik, hipovolemik atau septik),
akral : dingin, basah, dan pucat.
3. Sistem Persarafan (B3)
Klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak namun
hanya mengalami penurunan kesadaran.
4. Sistem Perkemihan (B4)
Terjadi penurunan produksi urin.
5. Sistem Pencernaan (B5)
Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Vomit dapat muncul
akibat proses ptologis organ visceral (seperti obstruksi) atau secara
sekunder akibat iritasi peritoneal. Selain itu terjadi distensi abdomen,
bising usus menurun, dan gerakan peristaltic usus turun (<12x/menit).
6. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Penderita peritonitis mengalami letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan
aktivitas. Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot
mengalami kelelahan, dan turgor kulit menurun akibat kekurangan
volume cairan.
7. Pengkajian Psikososial
Interaksi sosial menurun terkait dengan keikutsertaan pada aktivitas
sosial yang sering dilakukan.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Kekurangan Volume Cairan
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
Masalah keperawatan
a. Nyeri akut
b. Kekurangan volume cairan
c. Resiko infeksi
Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b/d cidera fisik akibat pembedahan
b. Kekurangan volume cairan b/d tindakan Invasif
c. Resiko Infeksi b/d tindakan invasivif
Hypovolemia
Management
Monitor status
cairan termasuk
intake dan ourput
cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor
responpasien
terhadap
penambahan cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk
menambah intake
oral
Pemberian cairan Iv
monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihanvolume
cairan
Monitor adanya
tanda gagal ginjal
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Bersihkan
Definisi : Beresiko keperawatan selama 3x 24 jam lingkungan setelah
mengalami pasien diharapkan tidak terkena dipakai pasien lain
peningkatan infeksi Pertahankan teknik
terserang, isolasi
Skala indikator
organisme,patogenik Batasi pengunjung
1. Tidak pernah
Faktor-faktor resiko : bila perlu
2. Jarang
- Penyakit kronis Instruksikan pada
3. Kadang-kadang
(mis.diabetes pengunjung untuk
4. Sering
militus) mencuci tangan saat
5. Selalu
- Efek prosedur berkunjung dan
invasif setelah berkunjung
- Malnutrisi meninggalkan
- Peningkatan paparan pasien
organisme patogen
lingkungan
- Ketidakadekuatan Gunakan sabun
perlahanan tubuh antimikrobia untuk
primer cuci tangan
- Ketidakadekuatan Cuci tangan setiap
pertahanan tubu sebelum dan
sekunder sesudah tindakan
kperawtan
Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
Ganti letak IV
perifer dan line
central dan dressing
sesuai dengan
petunjuk umum
Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingktkan intake
nutrisi
Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka
/ insisi bedah
Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Dorong masukan
cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Identitas Klien
Alamat : Keramasan
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Keramasan
II. Status Kesehatan saat ini
1. Alasan kunjungan/ : Nyeri pada luka daerah operasi
Keluhan utama
2. Faktor pencetus : Apabila klien banyak bergerak
8. Tanda-tanda vital
Pernapasan : 22 x/m
6. Pola nutrisi
a. Frekuensi makan : 3 x/hari
b. Berat Badan : 49 kg
c. Tinggi badan : 158 cm
d. Jenis makanan : Nasi, lauk pauk, sayur mayur
e. Nafsu makan : Baik
f. Perubahan BB : Tetap
7. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
Frekuensi : 2x sehari
Waktu : Pagi
Warna : Kuning
Konsistensi : Lunak
b. Buang air kecil
Frekuensi : 4-5 kali sehari
Warna : Kuning
Bau : Khas
Genogram
Keterangan :
: Klien
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal serumah
V. Riwayat Lingkungan
a. kebersihan : Cukup
c. Polusi : Cukup
2. Persepsi diri
a. Hal yang sangat : Klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya
dipikirkan saat ini
e. Hubungan / komunikasi
1) Bahasa utama : Palembang
2) Bicara : Jelas
3) Tempat tinggal : Sendiri
4) Kehidupan : Baik
keluarga
Kesulitan dalam : Tidak ada masalah
keluarga
f. Kebiasaan seksual
1) Gangguan seksual
disebabkan kondisi : Tidak ada masalah
2) Pemahaman terhadap
Fungsi Seksual : Baik
g. Pertahanan koping
1) Pengambilan keputusan : Musyawarah
2) Yang disukai diri sendiri : Tidak ada
3) Yang ingin dirubah dari : Tidak ada
Kehidupan
Yang dilakukan saat : Tidak ada
Saat stress
2. Mata
a. Ukuran pupil : Normal
b. Reaksi terhadap cahaya : Normal
c. Akomodasi : Normal
d. Bentuk : Normal
e. Konjungtiva : Normal
f. Fungsi penglihan : Baik
g. Tanda-tanda radang : Tidak ada
h. Pemeriksaaan mata : Normal
3. Hidung
a. Reaksi alergi : Tidak ada
b. Pernah mengalami flu : Pernah
5. Pernafasan
a. Suara napas : Normal
b. Frekuensi : 22x/m
6. Sistem Kardiovaskular
a. Inspeksi : Normal Palpasi
b. Denyut Nadi : 80x / menit
c. Ictu Cordis : Teraba
7. Nutrisi : Baik
8. Eliminasi : Normal
Buang Air Besar : Normal
Buang Air Kecil : Normal
10. Kulit
Warna Kulit : Normal
Turgor : Turgor Baik
Luka : Tidak Ada
Memar : Tidak Ada
IX. Pengobatan
Obat Dosis Tanggal
- Ceftriaxone 1 x 2 gr 13-01-2020
- Ketorolac 3 x 30 13-01-2020
- Metronidazole 3 x 500 13-01-2020
- Omeprazole 1 x1 gr 13-01-2020
- Ceftriaxone 1 x 2 gr 14-01-2020
- Ketorolac 3 x 30 14-01-2020
- Metronidazole 3x1 14-01-2020
- Omeprazole 1 x1 gr 14-01-2020
XII. Kesimpulan
Tn. N didiagnosa perforasi gaster dan telah dilakukan operasi pada tanggal
13 Januari 2020 dan sesuai dengan hasil yang diinginkan.
ANALISA DATA
UMUR : 67 TAHUN
NO.RM : 58.01.76
NO Tanggal Diagnosa
Perencanaan Rasional
. Keperawatan
Tujuan/ Rencana
Kriteria Hasil Tindakan
1. 14 Nyeri akut Setelah - Kaji nyeri Pasien
Januari b/d cidera dilakukan melaporkan
2020 fisik akibat tindakan nyeri biasanya
pembedahan keperawatan diatas tingkat
selama 1x24 cidera
jam diharapkan
- Bantu pasien
gangguan Nyeri
dalam
terasa nyaman dipengaruhi
identifikasi
yang dialami oleh
faktor pencetus
pasien akan kecemasan,
teratasi dengan ketegangan,
Kriteria hasil: suhu, distensi
- Skala nyeri kandung
berkurang kemih,
dari 4 terbaring lama
menjadi 2 dan pada
- Mampu kondisi
mengontrol tertentu
nyeri misalnya pada
- Menyatakan pasien post
rasa nyaman operasi
setelah nyeri
- Dorong pasien
berkurang Dapat
menggunakan
- Kualitas mengurangi
teknik
tidur nyeri,
relaksasi napas
meningkat merupakan
dalam
salah satu
teknik
relaksasi
Untuk
- Kelola
menghilangkan
pemberian anti
nyeri atau
nyeri
untuk
menghilangkan
kecemasan dan
meningkatkan
istirahat
- Kaji cairan
2. 15 Kekurangan Setelah Membuat klien
yang disukai
Januari volume dilakukan lebih
klien dalam
2020 cairan b/d tindakan kooperatif
batas diet
tindakan keperawatan
invasif selama 1x24 Mempermudah
- Merencanakan
jam diharapkan untuk
target
kebutuhan memantau
pemberian
cairan kondisi klien
asupan cairan
terpenuhi
untuk setiap
terpenuhi Pemahaman
shift, misal
sesuai dengan tentang alasan
siang 1000 ml,
kebutuhan tersebut
sore 800 ml
tubuh membantu
dan malam
Kriteria hasil : klien dalam
200 ml
1.Terjadi mengatasi
peningkatan gangguan
- Kaji
asupan
pemahaman
cairan
klien tentang
minimal alasan Untuk
2000ml/hari mempertahan- mengetahui
(kecuali ada kan hidrasi perkembangan
kontraindi- yang adekuat status
kasi) kesehatan
- Menjelaskan klien
- Catat asupan
perlunya
dan haluaran
meningkat- Untuk
kan asupan - Pantau asupan mengontrol
cairan pada per oral, asupan klien
saat stres minimal
atau saat 1500ml per 24
cuaca panas jam
- Memperta-
- Pantau
hankan berat
haluaran cairan
jenis urine
1000-1500ml
dalma batas
per 24 jam
normal
- Tidak
- Pantau berat
menimbul-
jenis urin
kan tanda
dehidrasi
PEMBAHASAN
Dalam makalah ini akan dibahas pengkajian keperawatan pada pasien Tn.
“N” dengan perforasi gaster serta hubungan tindakan melatih nafas dalam pada
pasien dengan perforasi gaster.
4.1 Pengkajian
1. Sarankan klien dengan posisi yang nyaman, sediakan lingkungan yang nyaman,
monitor TTV, sarankan untuk meningkatkan relaksasi.
2. Monitor status hidrasi, pertahankan catatan intake dan output yang akurat,
monitor status nutrisi, dorong pasien untuk menambah intake oral, monitor
adanya tanda gagal ginjal.
3. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain, gunakan baju, sarung tangan
sebagai APD, tingkatkan intake nutrisi.
4.5 Evaluasi
Semua masalah yang muncul dari kasus perforasi gaster teratasi dengan
evaluasi teoritis.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st edn. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st edn. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st edn. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
a. Pengertian
Melatih pasien melatih nafas dalam.
b. Tujuan
1. Meningkatkan kapasitas paru
2. Mencegah atelektasis.
3. Meringankan nyeri pada kondisi tertentu.
c. Kebijakan
Pasien dengan gangguan paru obstruktif dan restriktif.
d. Prosedur
1. Tahap Pra interaksi
- Mengecek program terapi
- Mencuci tangan
2. Tahap orientasi
- Memberikan salam dan menyapa nama pasien
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
- Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
3. Tahap kerja
4. Tahap terminasi