Revisi Gastritis Erosif
Revisi Gastritis Erosif
Revisi Gastritis Erosif
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di lingkungan
masyarakat dan masalah kesehatan saluran pencernaan yang banyak terjadi di
masyarakat. Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap
beberapa Negara di dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis
di dunia, diantaranya Inggris 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis 29,5%
(Gustin,2012). Gastritis yang terjadi di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya (WHO,2013).
Di Indonesia prevalensi gastritis sebanyak 0,99% dan insiden gastritis sebesar
115/100.000 penduduk. Persentase angka kejadian gastritis di indonesia menurut WHO
adalah 40%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia pada tahun
2011 cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk.
Gastritis merupakan salah satu penyakit terbanyak pada pasien gawat inap di rumah sakit
Indonesia (Gustin, 2012).
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa lambung dan submukosa lambung
gastritis merupakan gangguan kesehatan dimana pada umumnya di diagnosa berdasarkan
gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi saja. Gastritis erosive atau leserasi
lambung atau duodenum yang telah mencapai sistem pembuluh darah lambang atau
duodenum dapat terjadi secara akut atau kronis. (seafanidkk, 2012).
Gastritis akut erosif adalah peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi tidak
lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Perjalanan penyakit ini biasanya ringan,
walaupun demikian kadang-kadang dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni
perdarahan saluran cerna bagian atas. Penderita gastritis akut erosif yang tidak
mengalami pendarahan sering diagnosisnya tidak tercapai.
Pada gastritis sering mengeluhkan rasa sakit uluhati, rasa terbakar, mual, dan
muntah. Hal ini sering menggangu aktifitas sehari-hari yang pada akhirnya menyebabkan
produktifitas dan kualitas hidup pasien menurun. Terapi yang tidak optimal
menyebabkan gastritis berkembang menjadi ulkus peptikum yang pada akhirnya
mengalami komplikasi perdarahan
.
1
di
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Gastritis erosif ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan medical bedah 1 pada klien dengan
kasus gastritis erosif secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-
sosio-spiritual dengan pendekatan proses keperawatan di Ruang Penyakit Dalam
Perempuan RSUD Palembang BARI Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif pada pasien
gastritis erosif di Ruang Penyakit Dalam Perempuan RSUD Palembang BARI.
b. Mahasiswa mampu menegakan diagnose keperawatan pada pasien gastritis erosif
di Ruang Penyakit Dalam Perempuan RSUD Palembang BARI.
c. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada pasien gastritis erosif
di Ruang Penyakit Dalam Perempuan RSUD Palembang BARI.
d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan intervensi keperawatan pada pasien
gastritis erosif di Ruang Penyakit Dalam Perempuan RSUD Palembang BARI.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada pasien gastritis erosif di Ruang
Penyakit Dalam Perempuan RSUD Palembang BARI.
f. Mahasiwa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny”M” dengan
gastritis erosif di Ruang Penyakit Dalam Perempuan RSUD Palembang BARI.
g. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan injeksi Intravena.
D. Manfaat
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan hasil makalah ini dapat memberikan informasi yang baru dan masukan
kepada instistusi maupun mahasiswa yang akan datang tentang Gastritis dan
menambah kepustakaan serta referensi sebagai abahan dan sumber bacaan
khususnya mahasiswa Keperawatan.
b. Bagi Institusi Rumah Sakit
Hasil makalah ini dapat digunakan sebagai masukan bahan lahan praktik
keperawatan untuk tetap mempertahankan mutu pelayanan yang baik dan optimal
dalam melakukan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gastritis.
c. Bagi Mahasiwa
2
di
2. Waktu
Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan pada tanggal 11 februari 2019 di di Ruang
Penyakit Dalam Perempuan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
3
di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
di
a. Sejarah
a. Sejarah berdirinya RSUD Palembang BARI
1) Pada tahun 1986 sampai dengan 1994 RSUD Palembang Bari merupakan gedung
Poli Klinik/ Puskesmas Panca Usaha.
2) Seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana, pada tanggal 19 Juni 1995
diresmikan menjadi RSUD Palembang Bari dengan SK Depkes nomor
1326/Menkes/XI/1997, dan tanggal 10 November 1997 ditetapkan menjadi
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari kelas C.
3) Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian status akreditasi
penuh tingkat dasar keapada RSUD Palembang Bari, tanggal 07 November 2003.
4) Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/13/334/08 tentang Pemberian Status
Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut kepada RSUD Palembang Bari, tanggal 05
November 2008
5) Telah ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang Bari berdasarkan
keputusan Wali Kota Palembang No.915 B Tahun 2008 tentang penetapan RSUD
Palembang Bari sebagai SKPD alembang yang merupakan pola pengelolaan
keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
6) Kemudian dengan SK Depkes Nomor 241/Menkes/SK/IV/2009, tanggal 02 April
2009 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B.
7) KAKS-SERT/363/5/2012 tentang Status Akreditasi Lulus Tingkat Lenka
8) kepada RSUD Palembang Bari tanggal 25 Januari 2012.
b. Sejarah pemegang jabatan direktur
1) Tahun 1986 s.d 1994 : dr. Jane Lidya Yitahelu sebagai Kepala Poliklinik Panca
Usaha.
2) Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir, Sp.OG sebagai
Direktur RSUD Palembang BARI.
3) Bulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksana Tugas dr. H. Dachlan Abbas,
Sp.B.
4) Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksana Tugas dr. M. Faisal Saleh,
Sp.DP.
5) Tanggal 14 November 2000 s.d Januari 2012 : dr. Hj. Indah Puspita.H.A.Mars
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
6) Bulan Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, SH, M.,. MARS sebagai
direktur RSUD Palembang BARI.
5
di
6
di
7
di
B. Anatomi
Gambar 2.1
Anatomi Lambung
www.google.com ( gambar lambung )
Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak
terutama didaerah epigaster, dan sebagian di sebelah kiri daerah hipokondriak dan
umbilikal. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan osofagus
melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diapragma di depan pankreas dan limpa,
menempel disebelah kiri fundus uteri.
Secara anatomis lambung terdiri dari :
1. Fundus Fentrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteum
kardium dan biasanya penuh berisi gas.
2. Korpus Ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvantura minor.
3. Antrum Pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk spinter pilorus.
8
di
9
di
10
di
C. Klasifikasi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar
merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk
gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah:
a. Gastritis akut erosif
Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada
mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
b. Gastritis akut hemoragic
Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan
mukosa lambung dalan berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti
hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai
inflamasi pada mukosa lambung tersebut. ( Hirlan, 2001)
2. Gastritis Kronis
Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai berikut:
a. Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , serta
perdarahan dan erosi mukosa.
b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan mukosa pada
perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta
anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel
parietal dan sel chief.
c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada
mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, dan hemoragik.
D. Etiologi
Menurut Muttaqin(2011) Penyebab dari gastritis antara lain :
1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin, ibuprofen,
dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi (mitomisin, 5-
fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
11
di
E. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan
dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang
mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus),
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.Zat kimia maupun makanan yang
merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk
menghasilkan mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya
untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa
lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel
mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam
klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan
menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa
nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster.
12
di
2. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkusbenigna atau
maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory ) Gastritis
Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut
sebagai gastritis autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis) mempengaruhi antrum dan
pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum) ini dihubungkan dengan bakteri
Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan
dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung. (Smeltzer dan Bare,
2001)
F. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
1. Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi:
a. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.
b. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan
anoreksia.disertai muntah dan cegukan.
c. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin akan
hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer, 2001)
2. Gastritis Kronis
Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk
gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia
13
di
( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di
mulut, atau mual dan muntah. (Smeltzer dan Bare, 2001)
G. PemeriksaanDiagnosik
Pemeriksaan dignostik menurut Dermawan( 2010) dan Doenges( 2000 ) sebagai
berikut :
1. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas
2. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik
3. Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida
4. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk perdarahan
gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau
cidera
5. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis.
6. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan
pembentukan asam noktura.
7. l penyebab ulkus duodenal.
8. Feses: tes feses akan positifH. PyloryKreatinin : biasanya tidak meningkat bila
perfusi ginjal di pertahankan.
9. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu metabolisme
dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah besar diberikan
10. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan
cairan tubuh.
11. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau muntah
atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadisetelah trasfusi darah.
12. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis.
H. Penatalaksanaan
1. Pengobatan pada gastritis meliputi:
a) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
b) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda,
untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
14
di
15
di
c) Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada
interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-agar
dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan kemudian makanan-
makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis
superficial yang kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus
menghindari makanan yang berbumbu banyak atau berminyak. (Dermawan, 2010)
I. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut Dermawan
( 2010) adalah:
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas
2. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamain
B12
J. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian fokus terkait dengan penyakit gastritis meliputi :
a. Pola Pemeliharaan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi
terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan
menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
b. Pola Nurtisi –Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan,
pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, makanan kesukaan.
c. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit. Kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri dll),
penggunaan kateter, frekuensi defekasidan miksi, Karakteristik urin dan
feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih dll.
d. Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain, Range OfMotion (ROM), riwayat
16
di
f. Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energi.
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau
mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.
g. Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri,
peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana
keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya.
Disamping sebagai system terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-
psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam pandangan secara holistik.Adanya
kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak sakit terhadap
diri, kontak mata, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya,
gugup atau relaks.
h. Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien.Pekerjaan, tempat
tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif terhadap orang
lain, masalah keuangan dll.
i. Pola Reproduksi/Seksual
17
di
K. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges(2000) pada klien gastritis ditemukan diagnosakeperawatan
sebagaiberikut
a. Nyeri berhungan dengan mukosa lambung teriritasi
b. Resiko kekurangan volume cairan, (kehilangan aktif) b/d perdarahan, mual,
muntah dan anoreksia
c. Resiko ketidak seimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia, mual dan munta
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian, nyeri
18
di
L. Pathway Gastritis
Tabel 2.2
Obat-obatan (NSIAD, aspirin, H.phylori Kafein
Sulfanomida steroid, digital)
Melekat pada epitel lambung Me produksi
Membantu pembentukan sawar bikoarbonat (HCO3̄)
Mukosa lambung Menghancurkan lapisan mukosa
Sel lambung Me kemampuan
Protektif terhadap
asam
Lambung
Nyeri epigastrium
19
di
20
di
21
di
22
di
23
di
Aman dari marabahaya, luka fisik atau kerusakan system kekebalan, penjagaan atau
kehilangan dan perlindungan keselamatan dan keamanan Infection: (infeksi) :
Respon-respon setempat setelah invasi Patogenik Injury: (luka Fisik) : Luka tubuh
yang membahayakan Violence: (Kekerasan) penggunaan kekuatan atau tenaga yang
berlebihan sehingga menimbulkan luka atau siksaan Environmental Hazards: (tanda
bahaya lingkungan) sember-sumber bahaya yang ada dilingkungan sekitar kita
Defensive Processes: (proses mempertahankan diri) proses seseorang
mempertahankan diri dari luar
Thermoregulation: proses fisiologis untuk mengatur panas dan energy di dalam tubuh
untuk tujuan melindungi organisms.
l. Kenyamanan
Meliputi status kenyamanan klien selama perawatan di rumah sakit
5. Diagnosa Keperawaatan
Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul diidentifikasi
untuk menentukan masalah melalui analisa data, pengelompokkan data dan menentukan
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah keputusan atau kesimpulan yang
terjadi akibat dari
hasil pengkajian keperawatan. Menurut Judith M (2011) dalam buku saku keperawatan
NANDA NIC NOC, diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dapat
24
di
6. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan,
dengan ditemukannya diagnosa keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, maka tujuan dan kriteria hasil serta intervensi Judith (2011) dalam buku
saku keperawatan NANDA NIC NOC dapat dijelaskan pada tabel sebagai berikut:
25
di
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri daerah ulu hati sejak 1 bulan yang lalu, nyeri berat sejak 1
hari ini. Mual (+), muntah (-), BAB biasa, BAB berwarna hitam sebelum di rawat
di RSUD BARI PALEMBANG, yaitu klien mengatakan nyeri terjadi saat telat
makan dan yang pedas, nyeri seperti di tusuk-tusuk dan hilang timbul, dengan
skala nyeri 5 (sedang).
b. Upaya yang telah dilakukan
Upaya yang dilakukan klien untuk mengurangi rasa nyeri mengurangi bergerak dan
minum air, namun hanya berefek sementara saja
c. Terapi/operasi yang pernah dilakukan
Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan tindakan operasi.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Tn. M mengatakan tidak pernah dioperasi dan pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya dengan penyakit yang sama. Klien tidak ada riwayat alergi.
26
di
? 59 ? ? 50 ? ?
29 25
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Tinggal Serumah
27
di
c. Tanda-tanda vital
28
di
makan, klien mengatakan mual dan muntah. Klien mengatakan ada gangguan
pada pola eliminasi BAB karena warna fesesnya hitam.
7) Sistem endokrin
Klien tidak menggunakan terapi hormon, tidak ada masalah pada sitem
endokrin.
5. Pola Aktivitas
a. Makan
Frekuensi makan klien 3x/hari dengan porsi tidak dihabiskan, jenis menu: nasi, ikan,
sayur yang disediakan Rumah Sakit, klien tidak ada alergi pada makanan, klien
mengatakan mual setelah makan.
b. Minum
Frekuensi minum klien 5-6 gelas/hari, jenis minuman air putih.
c. Kebersihan perorangan
Klien mengatakan selama sakit membersihkan badan dengan mengelap basah saja,
sikat gigi satu kali sehari, klien hanya mengganti pakaian dan dibantu keluarga.
d. Istrahat dan aktivitas
Klien tidur siang selama 1 jam mulai jam 13.00 s/d jam 14.00 dan tidur
malam selama 7 jam : jam 22.00 s/d jam 05.00, klien kadang terbangun.
29
di
No Hematologi dan
Hasil Nilai Rujukan
. Kimia darah
1. Hemoglobin 6,2 12,0-14,0 g/dL
2. Eritrosit 3,2 4,0-4,5 10*6/uL
3. Leukosit 10,5 5,0-10,0 10*3/uL
4. Trombosit 734 150,0-400,0 10*3/uL
5. Hematokrit 22 37,0-43,0 %
6.
Hitung jenis
-Basofil 0 0,0-1,0 %
-Eosinofil 2 1,0-3,0 %
-Batang 0 2,0-6,0 %
-Segmen 68 50,0-70,0 %
-Limfosit 23 20,0-8,0 %
-Monosit 7 2,0-8,0 %
7. Glukosa darah sewaktu 88 <180,0 mg/dL
8. Ureum 28,0 20,0-40,0 mg/dL
9. Creatinine 0,7 0,6-1,1 mg/dL
10. Uric Acid 3,9 2,4-5,7 mg/dL
11. Natrium 138,0 135,0-155,0 mmol/L
12. Kalium 4,89 3,6-6,5 mmol/L
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal pemeriksaan 09 Februari 2019
Tabel 3.2
30
di
31
di
mencegah
antibiotik
infeksi yang
g) sefalosporin cephalosporin dan
disebabkan oleh
Neonatus
bakteri
Hipersensitif terhadap
sucralfate, tidak
Tukak usus
dianjurkan digunakan
duabelas jari,
4 Sucralfate syrup 4x2 (2 g) Antiulcerant oleh anak usia <15
inapepsa obat
tahun, dan hindari
maag
pada pasien gagal
ginjal kronis
No. RM : 569201
32
di
Do :
- Keadaan umum lemah
- Klien nampak meringis
- Skala nyeri 5 (sedang)
- TTV :
TD : 110/80 mmHg,
N :92x/menit,
T: 36,2ºC
RR: 22x/menit
33
di
2 Ds : Gastritis Devisiensi
− Klien mengatakan tidak
Pengetahuan
paham tentang penyakit
penyakitnya saat ini
− Klien mengatakan Perubahan status kesehatan
berharap bisa cepat sembuh
dan bisa beraktivitas seperti
Biasanya
Kurang informasi
Devisiensi Pengetahuan
Do :
- Keadaan umum lemah
34
di
1. Nyeri Akut
2. Defisiensi Pengetahuan
Diagnosa Keperawatan :
1.nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
2. defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurangnya
keinginan untuk mencari informasi
35
di
36
di
37
di
38
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No. RM : 569201
39
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification
Nursing Intervention Classification (NIC)
(NOC)
Do : nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
- Keadaan umum lemah kebisingan
− Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Klien nampak meringis
− Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Skala nyeri 5 (sedang) − Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
− Tingkatkan istirahat
- TTV : TD : 110/80 mmHg,
N 92 x/m, RR 22x/m, S : 36,2℃ − Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
pernapasan : 20 dan tindakan nyeri tidak berhasil
0
kali/menit, suhu : 36,2 C
2. Defisiensi Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan − Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam pasien tentang proses penyakit yang spesifik
keterbatasan kognitif dan diharapkan Kowlwdge : − Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
40
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification
Nursing Intervention Classification (NIC)
(NOC)
penyakit penyakitnya saat ini Menyatakan pemahaman tentang − Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
− Klien mengatakan tidak penyakit, kondisi, prognosis dan muncul pada penyakit, dengan cara yang
mengerti cara pengobatan yang program pengobatan tepat
diberikan untuk penyembuhan - Pasien dan keluarga mampu − Gambarkan proses penyakit, dengan cara
penyakitnya melaksanakan prosedur yang tepat
− Klien mengatakan berharap bias yang dijelaskan secara benar − Identifikasi kemungkinan penyebab,
cepat sembuh dan bisa beraktivitas dengna cara yang tepat
seperti biasanya − Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
Do : − Hindari harapan yang kosong
- Keadaan umum lemah − Sediakan bagi keluarga
- Klien nampak gelisah informasi tentang kemajuan pasien
- Klien selalu bertanya tentang dengan cara yang tepat
kondisinya − Diskusikan perubahan gaya hidup yang
- Klien terilhat bingung mungkin
− diperlukan untuk mencegah komplikasi di
masa
41
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification
Nursing Intervention Classification (NIC)
(NOC)
yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
− Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas
− lokal, dengan cara yang tepat
42
G. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No. RM : 569201
HARI,
DIAGNOSA TANGGAL
IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
KEPERAWATAN DAN JAM
1. 12/02/2019 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S : Klien mengatakan nyeri mulai berkurang
komprehensif termasuk lokasi, Klien mengatakan nyerinya hilang timbul perlahan
09.00 karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas berkurang
dan faktor presipitasi
Hasil : Skala nyeri 5 (sedang), Sifat
keluhan :
Terus menerus dan hilang timbul,
Lokasi penyebaran : pada ulu hati
43
HARI,
DIAGNOSA
TANGGAL
KEPERAWA EVALUASI (SOAP)
DAN JAM IMPLEMENTASI
TAN
2. Mengobservasi reaksi nonverbal O:
dari ketidaknyamanan Keadaan umum baik
Hasil : Klien Nampak meringis
Klien Nampak tenang
44
HARI,
DIAGNOSA
TANGGAL
KEPERAWA EVALUASI (SOAP)
DAN JAM IMPLEMENTASI
TAN
6. Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
Hasil : injeksi ranitidine 1 ampul/8
jam/IV, injeksi ketorolac 1 ampul/12
jam/IV
7. Mengevaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Hasil : Masih proses reaksi mengurangi
nyeri dari obat yang di berikan dan
teknik nafas dalam yang di ajarkan
64
45
HARI,
DIAGNOSA
TANGGAL
KEPERAWA EVALUASI (SOAP)
DAN JAM IMPLEMENTASI
TAN
8. Tingkatkan istirahat Hasil :
Klien mendengarkan instruksi yang di
berikan
9. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
46
HARI,
DIAGNOSA
TANGGAL
KEPERAWA EVALUASI (SOAP)
DAN JAM IMPLEMENTASI
TAN
yang spesifik Hasil: sedikit tentang penyakitnya
Klien tidak paham tentang penyakitnya Klien mengatakan berharap
saat ini
ingin cepat sembuh dan bias
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
dan bagaimana hal ini berhubungan Pulang
dengan anatomi dan fisiologi, dengan
cara yang tepat.
Hasil :
O:
HE tentang Gastritis Keadaan umum baik
47
HARI,
DIAGNOSA
TANGGAL
KEPERAWA IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
DAN JAM
TAN
HE tentang Gastritis yang telah di berikan
pendidikan kesehatan
4. Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
Hasil :
HE
48
HARI,
DIAGNOSA
TANGGAL
KEPERAWA IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
DAN JAM
TAN
7. Hindari harapan yang kosong
Hasil :
Pemberian informasi yang tepat dan
mudah di pahami klien
8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat Hasil :
Menginformasikan perkembangan
Klien pada keluarga
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Hasil :
49
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam makalah ini akan dibahas masalah keperawatan kepada pasien dengan asuhan
keperawatan pada ny. M dengan Gastritis erosif. Asuhan keperawatan tersebut diterapkan
sesuai dengan tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Menggali informasi dari pasien
ruangan (autoanamnesa) dan informasi dari keluarga pasien (alloanamnesa) serta dengan data-
data rekam medic pasien yang selalu digunakan dalam aspek atau tindakan yang pernah
dilakukan terhadap pasien.
Dari data pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12 Februari 2019 didapatkan bahwa tanda-
tanda vital pasien Ny.M : TD 110/80 mmHg, Nadi 88x/menit, T 36,5ºC, dengan keluhan
nyeri ulu hati, diagnose dokter yaitu penyakit gastritis erosif.
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan Endoskopi
Catatan : Massa Esofagus 1/3 distal curiga keganasan. Disarankan periksa CA 19-9
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifkasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (a. Carpenito, 2000)
Setiap pasien memiliki keluhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Namun sebagian besar mengalami kejadian yang sama. Untuk keluhan yang berbeda akan
menimbulkan diagnose keperawatan yang berbeda pula. Berikut adalah diagnose
keperawatan pada pasien dengan penyakit gastritois erosif, pada pasien kelolaan ini
didapatkan diagnose keperawatan sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimia ditandai dengan perubahan selera
makan, mengekspresikan perilaku, perilaku berjaga-jaga atau melindungi area nyeri,
melaporkan nyeri secara verbal.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan kulit kering, peningkatan suhu tubuh, haus, kelemahan, membrane mukosa
kering, peningkatan hematokrit.
51
c. Diare berhubungan dengan kontaminan ditandai dengan makan kontaminan ditandai
dengan nyeri abdomen, sedikitnya tiga kali buang air besar cair per hari, ada
dorongan.
d. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan makan kontaminan ditandai
dengan nyeri abdomen, distensi abdomen, diare, perubahan bising usus, mual, muntah.
e. Mual berhubungan dengan iritasi lambung ditandai dengan melaporkan mual, rasa
asam dimulut, peningkatan salivasi, keengganan terhadap makanan.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor
biologis ditandai dengan nyeri abdomen, diare, bising usus hiperaktif,
ketidakmampuan mencerna makanan, kurang minat pada makanan, membrane mukosa
pucat.
C. Intervensi Keperawatan
Pada rencana keperawatan lebih menekankan untuk mengatasi diagnosa yang muncul
lebih dominan. Perawat lebih mengutamakan tindakan kolaborasi daripada tindakan
mandiri dengan tujuan dapat mencapai keberhasilan dalam hal perawatan pasien dengan
diagnose penyakit gastritis erofis. Pada pasien kelolaan lebih diutamakan untuk mengstasi
nyeri ulu hati yang dialami. Untuk mengatasi nyeri maka dilakukan Nyeri akut
berhubungan dengan Agen injuri, ditandai dengan mual,muntah, dan feses berwarna hitam.
Untuk mengatasi gangguan gastritis erosif dengan pemberian obat analgetik. Serta pada
tindakan ini diberikan cairan RL dengan gtt 20x/m, omeprazole, vitamin k, ceptriaxone,
sucralfate syrup.
D. Implementasi
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses penilaian dicapai meliputi pencapaian tujuan dan
kriteria hasil. Evaluasi keperawatan dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan
52
dilakukan evaluasi ulang ke pasien sebelum dilakukan pertukaran shift. Evaluasi yang
kami lakukan sesuai dengan teoritis yakni berdasarkan analisa SOAP (subjektif, objektif,
analisis, planning). Planning diberhentikan karena pasien diperbolehkan pulang.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
53
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan Gastritis Erosif
diruang penyakit dalam perempuan RSUD Palembang BARI, penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian pada asuhan keperawatan pada klien dengan Gastritis Erosif
difokuskan pada masalah yang dialami klien dengan dibandingkan teoritis
yang ada, pengkajian ini dilakukan pada tanggal 12 Februari 2019.
2. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Ny.M dengan penyakit Gastritis
Erosif, diagnosa yang muncul pada dasarnya sudah sesuai dengan diagnosa
yang ada dalam asuhan keperawatan teoritis.
3. Dalam pemberian implementasi yang dilakukan selama tiga hari pencapaian
target yang diinginkan telat tercapai.
4. Keberhasilan tidaknya proses keperawatan itu salah satunya disebabkan karena
adanya kerjasama, baik itu diantara perawat atau petugas kesehatan lain
dengan pasien itu sendiri.
B. Saran
1. Bagi RSUD Palembang BARI
Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
melalui intravena yang dapat diterapkan dan memberikan edukasi kepada
pasien dengan penyakit Gastritis Erosif.
2. Bagi AKPER Poltekkes Palembang
Diharapkan bagi institusi pendidikan untuk menambah referensi secara teoritis
yang berkaitan dengan asuhan keperawatan penyakit Gastritis Erosif.
3. Bagi pasien
Diharapkan pasien dengan adanya informasi yang diberikan oleh tenaga
kesehatan dapat mengerti dan mau melakukan anjuran yang diberikan tenaga
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
54
Jakarta: Depkes RI pp.89-97
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Jilid 2. Salemba Medika
Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pengangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan
pada Gastritis. Sagung Seto: Jakarta
55
D. SOP Simulasi Injeksi Intravena (IV)
1. Kompetensi
Kompetensi Khusus
2. Startegi Pembelajaran
3. Persyaratan
Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasi ilmu dasar anatomi fisiologi pada system
kardiovaskuler.
56
4. Pengertian injeksi Intravena
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena
dengan menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah
yang menghantarkan darah ke jantung. ( Joyce, K & Everlyn, R.H. 1996 ).
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat
langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam pembuluh darah
menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah,
obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat.
Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek
yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001).
Pada seseorang dengan penyakit berat obat melalui intravena langsung masuk
ke dalam jalur peredaran darah.
Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat
menelan obat ( ada sumbatan disaluran cerna atas).
Kesadaran menurun dan beresiko terjadi aspirasi (tersedak-obat masuk ke
pernapasan ), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan
melalui injeksi bolus(suntikan langsung pembuluh balik/vena). Peningkatan
cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai
57
Macam-macam pemberian obat Intravena
58
2 Tahap Orientasi
1. Memberi salam
2. Menjelaskan prosedur tindakan
yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien
4. Jaga privasi pasien
3 Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Identifikasi pasien dengan prinsip 5
benar ( benar obat, benar dosis,
benar pasien, cara pemberian dan
waktu pemberian )
3. Pasang Handscoon
4. Pasang perlak / pengalas dibawah
lengan atau tungkai tempat vena
yang telah dipilih untuk penusukan
5. Pasang tourniquet sedikit mungkin
disekitar area penusukan.
6. Pilih area penusukan yang bebas
dari tanda kekakuan, peradangan,
atau rasa gatal. Menghindari
gangguan absorbs obat atau cidera
dan nyeri yang berlebihan.
7. Bersihkan area penusukan dengan
menggunakan kapas alkohol,
dengan gerakan sirkuler dari arah
dalam keluar dengan diameter
sekitar 5 cm. tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk
membuang sekresi sari kulit yang
mengandung mikroorganisme.
8. Pegang kapas alkohol, dengan jari-
jari tengah pada tangan non
59
dominan.
9. Buka tutup jarum tarik kulit
kebawah kurang lebih 2,5 cm
dibawah area penusukan dengan
tangan non dominan. Membuat
kulit menjadi lebih kencang dan
vena tidak bergeser, memudahkan
penusukan.sejajar vena yang akan
ditusuk perlahan dan pasti. Pegang
jarum pada posisi 30.
10. Rendahkan posisi jarum sejajar
kulit dan teruskan jarum ke dalam
vena.
11. Lakukan aspirasi dengan tangan
non dominan menahan barel dari
spuit dan tangan dominan menarik
plunger.
12. Observasi adanya darah pada spuit
13. Jika ada darah, lepaskan tourniquet
dan masukan obat perlahan-lahan
14. Keluarkan jarum dengan sudut
yang sama seperti saat dimasukkan,
sambil melakukan penekanan
dengan menggunakan kapas
alkohol pada area penusukan.
15. Tutup area penusukan dengan
menggunakan kassa steril yang
diberi betadin.
16. Kembalikan posisi pasien.
17. Buang peralatan yang sudah tidak
diperlukan kedalam bengkok.
18. Buka handscoon.
19. Cuci tangan.
4 Tahap Terminasi
60
1. Jelaskan pada pasien bahwa injeksi
intravena telah selesai dilakukan.
2. Evaluasi prosedur pelaksanaan dan
hasilnya.
3. Catat prosedur, jenis obat, waktu,
nama pasien, dan hasil dalam
dokumentasi keperawatan.
61