Implementasi Produk Pembiayaan Arrum BPKB

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

IMPLEMENTASI PRODUK PEMBIAYAAN ARRUM BPKB


DALAM MENINGKATKAN USAHA MIKRO NASABAH
PEGADAIAN SYARIAH

(Study Penelitian Kantor Pegadaian Syariah Cabang Ampera Jayapura)

DISUSUN OLEH :

Adil Faijin
016161002

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
FATTAHUL MULUK PAPUA
TAHUN AKADEMIK
2019
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
IMPLEMENTASI PRODUK PEMBIAYAAN ARRUM BPKB
DALAM MENINGKATKAN USAHA MIKRO NASABAH
PEGADAIAN SYARIAH

(Study Penelitian Kantor Pegadaian Syariah Cabang Ampera Jayapura)

DISUSUN OLEH :

Adil Faijin
016161002

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
FATTAHUL MULUK PAPUA
TAHUN AKADEMIK
2019

i
PERSETUJUAN

Naskah laporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Tahun 2019 di


Kantor Cabang Pegadaian Syariah Ampera Jayapura ini telah disusun sesuai
dengan petunjuk dan karena itu kami menyetujui naskah tersebut yang merupakan
komponen penyelesaian progam Praktik Kerja Lapangan (PKL).

Hari : Selasa

Tanggal : 02 Juli 2019

Jayapura, 02 Juli 2019

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Lapangan Pembimbing Lapangan

Ira Eka Pratiwi, M.Si Pieping Ch. Murti. SE


NIP. 198603232018012001 NIP. P.74.02.3322

Mengetahui

Kepala KCP Pegadaian Syariah Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Cabang Ampera Jayapura IAIN Fattahul Muluk Papua

Pieping Ch. Murti. SE Dr. M. Anang Firdaus, S.Ag, M.Fil.I


NIP. P.74.02.3322 NIP. 197604142006041002

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kenikmatan dan kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan PKL dengan baik. Laporan yang berjudul “Implementasi Produk
Pembiayaan Arrum BPKB Dalam Meningkatkan Usaha Kecil Mikro Nasabah
Kantor Pegadaian Syariah Ampera Jayapura” untuk memenuhi salah satu tugas
akhir pada mata kuliah praktek kerja lapangan.
Tidak lupa sholawat serta salam, selalu tercurahkan kepada Nabi Agung
Nabi Muhammad SAW yang selalu di nanti-nantikan syafaatnya di yaumil
kiyamah nanti. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada beliau beserta
keluarga, sahabat, tabi’in dan semua orang yang mengikuti ajarannya.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
selesainya laporan PKL ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta
bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materil, oleh
karenanya, kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih antara lain kepada :
1. Bapak Dr. H. Idrus Al Hamid, S.Ag., M.Si, selaku Rektor Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di IAIN Fattahul Muluk
Jayapura.
2. Bapak Dr. M. Anang Firdaus, S.Ag., M.Fil.I, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam.
3. Bapak Pahri M.E selaku Ketua Prodi Ekonomi Syariah.
4. Bapak pembimbing lapangan dan selaku Pimpinan Cabang Kantor Pegadaian
Syariah Jayapura Pieping Chrisno Hari Murti,S.E yang telah memberikan
bimbingan, motivasi serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan laporan PKL.
5. Seluruh pegawai Pegadain Syariah jayapura yang selalu memberikan arahan
serta dukungan dalam menjalankan PKL.

iii
6. Kepada kedua orang tua saya yang saya cintai terimakasih atas segala do’a,
kepercayaan, cinta dan kasih sayang yang tiada henti diberikan kepada
penulis.
7. Tak lupa ucapan terimaksih kepada teman-teman satu angkatan dan adek-adek
tingkat yang selalu memberikan semangat serta dukungan doa.
Meskipun penulis telah menyusun dengan maksimal namun penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan ini, baik dalam penulisan,
tata bahasa serta tanda baca, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca sekalian.
Akhir kata, semoga laporan ini bisa bermanfaat untuk penulis maupun
pembaca.

Jayapura, 02 Juli 2019

Adil Faijin

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


PERSETUJUAN .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4

E. Metode Penelitian ............................................................................................. 4

F. Analisis Penelitian ............................................................................................ 6

BAB II GAMBARAN UMUM


A. Profil Kantor Cabang Pegadaian Syariah Jayapura ......................................... 8

B. Visi dan Misi .................................................................................................. 12

C. Struktur Oragaisasi dan Tugas Pokok PT. Pegadaian Syariah CPS Jayapura 13

D. Ruang Lingkup Wewenang dan Mekanisme ................................................ 16

E. Sumber Dana Pegadaian Syariah .................................................................... 17

BAB III LANDASAN TEORI


A. Pembiayaan Ar-Rahn ..................................................................................... 18

B. Pengertian Gadai (Rahn) ................................................................................ 18

C. Dasar Hukum Rahn ........................................................................................ 19

D. Rukun Dan Syarat Rahn .................................................................................. 22

E. Pengertian Usaha Mikro .................................................................................. 24

F. Ciri-Ciri Usaha ............................................................................................... 26

v
G. Peluang Bisnis UMKM .................................................................................. 28

H. Kendala Yang Dihadapi UMKM Di Indonesia .............................................. 28

I. Prinsip-Prinsip Penbembangan UMKM ......................................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Implementasi Produk Pembiayaan ARRUM BPKB Di Pegadaian Syariah
Kantor Jayapura ............................................................................................. 35

B. Peran Pegadain Syariah Dalam Meningkatkan Usaha Mikro Nasabah Melalui


Pembiayaan ARRUM BPKB .......................................................................... 37

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 39

B. Saran ................................................................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 41


LAMPIRAN ........................................................................................................ 42

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga keuangan merupakan lembaga perantara dari pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, memiliki
fungsi sebagai perantara keuangan masyarakat. Lembaga keuanagan adalah
semua badan yang kegiatanya bidang keuangan, melakukan menghimpun dan
menyalurkan dana kepada masyarakat.
Lembaga keuangan terdiri dari lembaga bank dan lembaga keuangan
non bank. Lembaga keuangan sangat berperan penting dalam perekonomian di
Indonesia dan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan
manusia baik dalam bertransaksi, penyimpanan, pembiayaan, layanan
pembayaran, maupun kebutuhan dana.
Lembaga keuangan meliputi pegadaian, perusahaan asuransi, koperasi
dan lain sebagainya baik dan ada yang berbasis syariah dan konvensional,
Lembaga keuangan bukan bank terutama pegadaian dalam operasinya hampir
sama dengan bank seperti pelayanan jasa, investasi berupa kepemilikan
kendaraan bermotor dan logam mulia, pembiayaan usaha serta kebutuhan akan
dana. Dan tujuananya adalaha mengatasi agar masyrakat yang sedang
membutuhkan uang tidak jatuh kepada tukang ijon atau rentenir dengan bunga
yang sangat tinggi. Perusahaan pegadaiaan menyediakan pinjaman uang
dengan jaminan barang-barang berharga. Jika seseorang membutuhkan dana
dapat mengajukan ke berbagai sumber dana, seperti meminjam uang ke bank
dan sistem keuangan lain. Namun yang menjadi kendala utamanya adalah
prosedur dan persyaratan yang rumit dan memakan waktu relative lebih lama,
disamping persyaratan yang lebih sulit. begitu pula dengan barang jaminan
tentu tidak semua barang jaminan bisa dijadikan jaminan.
Pegadaian syariah merupakan lembaga keuangan yang hadir dengan
tujuan dan berperan penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
terutama golongan menegah kebawah dalam suatu wilayah seperti Usaha

1
2

mikro (UMKM) yang merupakan salah satu bagian penting dalam


membangun perekonomian suatu daerah dengan beberapa factor kendala yang
dihadapi UMKM yaitu kurangnya modal. Hal ini terbukti dari bertahannya
sektor UKM di tengah krisi hebat yang melanda pada tahun 1998,
dibandingkan dengan sektor lain yang lebih besar. Usaha Mikro, kecil, dan
Menegah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia begitu penting, memiliki
karakteristik positif seperti mampu berkontribusi terhadap pertambahan output
bruto yang mana mencapai 54%-57%. Sumbangan UMKM terhadap
penyerapan tenaga kerja sekitar 96%, dan sebanyak 91% UMKM melakukan
kegiatan ekspor melalui pihak ketiga eksportir/pedagang. Sisahnya 8,8% yang
berhubungan langsung dengan pembeli/importir di luar negeri.1
Peraturan pemerintah No. 10 tahun 1990 dimaksud diubah menjadi
peraturan pemerintah No.103 tahun 2009 tentang penggadaian. Aturan ini
menandai kedinamisan ruang gerak pegadaian dalam menjalankan usaha
dalam status sebagai perusahaan umum dengan mengemban misis, yaitu:2 a.
turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menegah
kebawah melaluipenyediaan dana atas dasarhukum gadai dan bidang
keuangan lainya berdasarkan peraturan undang-undang yang berlaku. b.
menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, riba, dan pinjaman tidak wajar
lainya. Soal kemudahan, prosedur pencairan uang pinjaman sangat sederhana
di perum pegadaian, yaitu seseorang datang ke kantor pegadaian, langsung ke
locket penaksir dan menyerahkan barang yang akan digadaikan, serta
memperlihatkan identitas diri berupa kartu tanda pengenal (KTP) atau surat
kuasa apabila barang yang akan digadai bukan milik pembawa agunan.
Demikian juga apabila seseorang ingin melunasi pinjamannya.3
Pegadaian syariah merupakan unit usaha dari PT. Pegadaian, salah satu
lembaga keuangan milik pemerintah yang mana didalamnya tidak hanya
menyediakan produk berbasis gadai, melainkan memberikan layanan

1
Said Isya Mustafa, Reformasi Lembaga Keuangan Mikro Menuju Pola Syariah,Empatdua,
Malang, 2018, Hlm 33.
2
Zainuddin Ali. Hukum Gadai Syariah. Jakarta, Sinar Mas 2008. Hlm 11.
3
Ibid. hlm 12.
3

pembiayaan lain dengan prinsip syariah. Berikut adalah jenis produk yang ada
di pegadaian syariah; 1. Arrum Haji, 2. Arrum BPKB, 3. Amanah, 4. Rahn
(Gadai Syariah), 5.Multi pembayaran Online, 6. Tabungan emas, 7.Mulia, 8.
Konsinyasi emas.4 Yang mana produk ARRUM BPKB adalah Salah satu
produk pembiayaan yang dikeluarkan oleh pegadaian syariah untuk
memudahkan para pengusaha kecil (UMKM) untuk mendapatkan modal usaha
dengan jaminan BPKB kendaraan bermotor. Kendaraan tetap pada pemiliknya
sehingga dapat digunakan untuk mendukung usaha. Oleh karena itu saya
mengangkat judul “IMLEMENTASI PRODUK PEMBIAYAAN ARRUM
BPKB DALAM MENINGKATKAN USAHA KECIL MIKRO NASABAH
PADA KANTOR PEGADAIAN SYARIAH AMPERA JAYAPURA. Untuk
mengetahui lebih mendalam mengenai produk tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Implementasi Produk Pembiayaan ARRUM BPKB Di Kantor


(Persero) Syariah Cabang Ampera Jayapura ?
2. Bagaimana Peran Pegadaian Syariah Dalam Meningkatkan Usaha Mikro
Nasabah Melalui Pembiayaan Produk ARRUM BPKB?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Implementasi Produk Pembiayaan ARRUM BPKB Di
Kantor Pegadaian Syariah Cabang Ampera Jayapura!
2. Untuk mengetahui Peran Pegadaian Syariah Cabang Ampera Jayapura
Dalam Meningkatkan Usaha Mikro Nasabah Melalui Pembiayaan Produk
ARRUM BPKB

4
www.pegadaian.co.id, diakses Pada Tanggal 04 Juli 2019, Pukul, 21.00 WIT.
4

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuandan pengalaman peneliti pada bidang
penelitian, dan lebih mengetahui system kerja didalam dunia pegadaian
serta dapat mengetahui perbedaan Implementasi secara teori dalam
perkuliahan dan secara praktik di dalam pegadaian.
2. Bagi Masyarakat
Peneliti dapat menjelaskan secara jelas tentang pegadaian kepada
masyarakat terutama dalam pembiayaan produk Arrum BPKB melakukan
gadai sehingga masyarakat lebih mengenal dan mengetahui produk-produk
di dalam pegadaian.
3. Bagi PT. Pegadaian Syariah CPS Ampera Jayapura
Semoga apa yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian dapat
dijadikan acuan pegadaian untuk lebih baik dalam meningkatkan kepuasan
nasabah dan dalam mengembangkan produk-produk yang ada di
pegadaian.

E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunaan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamaiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sembel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowbaal, tekhnik pengumpulan dengan
trianggulasi (gabungan), analisi data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekan makna daripada generalisasi.
5

Beberapa langkah-langkah dasar yang harus dijalankan terkait metode


penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Jenis penelitian dan sumber data
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek
penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau pengambilan data
langsung pada sumber objek sebagai sumber informasi yang dicari.
Data tersebut diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan
menejer dan pihak marketing. Dengan data ini penulis mendapatkan
gambaran umum tentang pegadaian syaiah cabang jayapura dan
menjelaskan mengenai produk-produk pegadain syariah lainnya.
b. Data skunder adalah data yang diperoleh dari studi keputusan,
literature,jurnal atau data-data yang berhubungan dengan penelitian.
Sumber data yang diperoleh penulis dari kantor cabang pegadaian
syariah ampere jayapura yakni wawancara, observasi, serta
dokumentasi dan data-data yang di ambil dari internet, jurnal dan
buku-buku yang beraitan dengan penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Tekhnik Observasi
Teknik observasi ini mula-mula dipergunakan dalam etnografi.
Etnografi adalah studi tentang suatu kebudayaan. Tujuan utama
etnografi adalah memahami suatu cara hidup dari pandangan orang
orang yang terlibat didalamnya. Apa yang dikerjakan, apa yang
diketahui, dan benda-benda apa yang dibuat dan dipergunakan, ketiga
aspek ini yang dipelajari, apabila peneliti ingin memahami suatu
kultur.
b. Teknik Wawancara
Wawancara dinyatakan sebagai suatu percakapan dengan
bertujuan untuk memperoleh kontruksi yang terjadi sekarang tentang
orang, kejadian, aktivitas, organisasi, prasaan, motivasi, pengakuan,
6

keseriusan dan sebagainya, selanjutnya rekrontruksi keadaan tersebut


dapat diharapkan terjadi pada masa yang akan datang, dan merupakan
verifikasi, pengecekan dan pengembangan informasi.
c. Teknik Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data
yang digunakan dalalam metodologi penelitian social. Singkatnya,
dengan demikian, dalam penelitian sejarah, bahan documenter
memegang peranan yang sangat penting. Dokumen merupakan sumber
data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber
tertulis, film, gambar, dan karya-karya monumental, yang semuanya
itu memberikan informasi.

F. Analisis Penelitian
Analisis dalam penelitian ini yaitu dengan analisis non statistic atau
deskriptif Yang merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu
gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau masalah aktual. Dengan
menganalisa fakta yang terjadi dengan materi yang ada. Dalam penelitian
deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada
uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperimen.5
Analisis ini didapatkan dari fakta-fakta pihak pegadaian syariah
cabang ampera jayapura tentang aplikasi pembiayaan akad rahn untuk usaha
mikro ARRUM BPKB terhadap usaha mikro yang dimiliki nasabah.

5
Mega Linarwati, dkk, Studi Deskriptif Pelatihan Dan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Serta Penggunaan Metode Behavioral Event Interview Dalam Merekrut Karyawan Baru Di Bank
Mega Cabang Kudus, Vol.2, No.2. Hlm 1.
BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Profil Kantor Cabang Pegadaian Syariah Jayapura


1. Sejarah Pegadain
Gadai merupakan praktik transaksi keuanagn yang sudah lama
dalam sejarah peradaban manusia. Sistem rumah gadai yang paling tua
terdapat di Negara cina pada 3.000 tahun yang silam, juga di benua Eropa
dan kawasan Laut Tengah pada zaman Romawi dahulu. Namun di
Indonesia , praktik gadai sudah berumur ratusan tahun, yaitu warga
masyarakat telah terbiasa melakukan transaksi utang-piutang dengan
jaminan barang bergerak.
Sejarah pegadain dimulai saat VOC (Vereenigde Oostindishe
Compagnie) mendirikan Bank Van Leening Pada Tahun 1746, sebagai
lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan sistem gadai. Pada
tahun 1811 pemerintah inggris mengambil alih dan membubarkan Bank
Van Leening, mayarakat diberikan usaha pegadaian, pada tahun 1901
didirikan pegadain Negara pertama di Sukabumi (Jawa Barat pada tanggal
1 April 1901). Tahun1905 pegadaian sudah berbentuk lembaga resmi
“JAWATAN” selanjutnya pada tahun 1961 bentuk badan hukum berubah
dari “JAWATAN” ke “PN” Berdasarkan peraturan pemerintah pengganti
Undang-Undang (Perpu) No. 19 Tahun 1960 Jo Peraturan Pemerintah (PP)
No. 178 Tahun 1961, Kemudian pada tahun 1969 bentuk badan hukum
berubah dari “PN” ke “PERJAN” berdasarkan peraturan (PP) No. 7 Tahun
1969, kemudian berubah lagi dari “PERJEN” ke “PERUM” pada tahun
1990 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 10 Tahun 1990 yang
diperbarui dengan Peraturan pemerintah (PP) No. 103 Tahun 200.
Kemudian pada tahun 2012
bentuk hukum berubah dari “PERUM” ke “PERSERO” yakni pada

8
9

tanggal 1 April 2012 berdasarkan PP No.51 Tahun 2011.6


Berdasarkan catatan sejarah yang ada, lembaga pegadaian dikenal
di Indonesia sejak tahun 1746 yang ditandai dengan Gubernur jendral
VOC Van Imhoff mendirikan Bankn Van Leening. Namun diyakini oleh
bangsa Indonesia bahwa jauh sebelum itu, masyarakat Indonesia telah
mengenal transaksi gadai dengan menjalankan praktik utang
piutangdengan jaminan barang bergerak.oleh karena itu, perum pegadaian
merupakan sarana alternative pertama dan sudah ada sejak lama serta
sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Apalagi dikota-kota
besar dan kecil diseluruh Indonesia. Namun banyak orang yang merasa
malu untuk datang ke kantor pegadaian terdekat. Hal itu, menunjukkan
bahwa pegadaian sangat identic dengan kesusahan atau kesengsaraan bagi
seseorang yang ingin melakukan transaksi gadai. Oleh karena itu
perumpegadaian mulai tampil dan membangun citra baru melalui berbagai
media, termasuk media elevisi, dengan moto barunya, “Menyelesaikan
Masalah Tanpa Masalah”
Lembaga kredit dengan sistem gadai pertama kali hadir di bumi
nusantara pada saat Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) datang
di nusantara ini dan berkuasa. Institusi yang menjalankan usaha dimaksud
adalah Bank Van Leening. Bank ini didirikan oleh gubernur Jendral Van
Imhoff melalui surat keputusan tanggal 28 Agustus 1746, dengan modal
awal sebesar F7.500.000, yang terdiri dari 2/3 modal milik VOCdan
sisahnya milik swasta. Namun ketika VOC bubar di Indonesia pada tahun
1800 maka usaha pegadaiana dimaksud, diambil alih oleh pemerintah
Hindia-Belanda. Di masa pemerintahan Daendels, dikeluarkan peraturan
tentang barang yang dapat diterima sebagai jaminan gadai, seperti
perhiasan, kain, dna lain-lain.
Pada tahun 1811, kekuasaan diambil alih oleh Inggris , yaitu
Raffles selakupenguasa yang mengeluarkan peraturan bahwa setiap orang

6
http://www.pegadaian.co.id/profil/sejarah-perusahaan Diakses Pada Tanggal 02 Juli 2019, Pkl
20.00 wit.
10

dapat mendirikan Bank Van Leerning, selam ia mendapat izin penguasa


atau pemerintah setempat, yang disebut Licentiestelse. Berdasarkan hal
domaksud, maka lembaga pegadaian tidak lagi dimonopoli oleh
pemerintah. Namun , sistem Licentiestelsel ternyata tidak meguntungkan
pemerintah sehingga diganti dengan Pachstelsel, yang juga bisa didirikan
oleh anggota masyarakat umum berdasarkan persyaratan, yaitu sanggup
membayar sewa yang tinggi kepada pihak pemerintah selanjutnya pada
tahun 1816, Hindia-Belanda kembali menguasai Indonesia, dan membuat
Pachstelsel yang semakin berkembang pada saat itu, banyak Pachstelsel
yang melakukan perbuatan sewenag-wenang seperti menikan suku bunga
dan memiliki barang jaminan yang kadaluarsa.
Berdasarkan adanya pelanggaran hukum, Pachstelsel dihapuskan
kembali oleh pemerintah Hindia-Belandapada tahun1870, dan diganti
dengan Licentiestelsel. Hal ini dimaksud bertujuan untuk mengurangi
pelanggaran yang merugikan masyarakat umum dan pemerinta. Usaha ini
tidak berhasil karena ternyata tidakan penyelewengan masih berjalan tanpa
menghiraukan peraturan pemerintah sehingga timbul kehendak pemerintah
untuk menguasai sendiri badan usaha ini. Pada tahun 1900 pihak
pemerintah Hindia-Belanda melakukan penelitian mengenai kemungkinan
penguaaan pemerinatah terhadap lembaga tersebut. Hasil penelitian itu
berkesimpulan bahwa badan usaha dimaksud cukup menguntungkan pihak
pemerinta, sehingga didirikan Pilot Project di Sukabumi, setelah proyek
ini, dinyatakan berhasil, maka dikeluarkan Staatbland No.131 pada
tanggal 1 April 1901, sebagai dasar hukum bagi pendirian Pegadaian
Negeri pertama di Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu pegadaian
negeri terus bekembang dengan baik, sehingga, pemerintahan Hindia-
Belanda mengeluarkan peraturan monopoli, yaitu Staatsblad No.749
Tahun 1914, dan Staatsblad No. 28 tahun 1921. Sanksi terhadap
pelanggaran peraturan monopoli pun diatur oleh pihak pemerintah Hindia-
Belanda dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang tercantrum
dalam paal 509 dan Staatsblad No. 266 Tahun 1930.
11

Setelah bangsa Indonesia memprolamirkan kemerdekaan pada


tahun 1945, yaitu tanggal 1 januari 1967 penguasaan terhadap Pegadaian
Negara mengalami peralihan sehingga Pegadaian Negara dijadikan
perusahaan Negara (PN) dan berada dalam lingkup Departemen Keuangan
Pemerintah RI berdasarkan peraturan pemerintah No.176 Tahun 1961.
Selanjutnya status badan hukum pegadaian sebagai Perusahaan Pegadaian
Negara kembali mengalami perubahan untuk kesekian kalinya menjadi
Perusahaan Jawatan (Perjan) berdasarkan intruksi Presiden No.17 Tahun
1969; Undang-Undang No.9 Tahun 1969, dan peraturan pemerintah No.17
tahun 169; serta surat keputusan Menteri Keuangan RI
No.Kep.664/MK/91969, yang berlaku efektif mulai tanggal 1 mei 1969.
Penyebab perubahan Negara sebagi satu perusahaan yang seringkali
mengalami kerugian.7

2. Sejarah Pegadain Syariah


Hadirnya Pegadaian syariah dilatar belakangi oleh maraknya
aspirasi dari warga masyarakat Islam di berbagai daerah yang
menginginkan pelaksanaan hukum Islam dalam berbagai aspeknya
termasuk pegadaian syariah. Selain itu, semakin populernya praktik bisnis
ekonomi syariah dan mempunyai peluang yang cerah untuk
dikembangkan.
Berdasarkan hal diatas pemerintah mengeluarkan peraturan
perundang-undangan untuk melegitimasi secra hukum positif pelaksanaan
praktik bisnis sesuai dengan syariah yang termasuk gadai syariah. Karena
itu, pihak pemerintah bersama DPR merumuskan rancangan peraturan
perundang-undangan yang kemudian disahkan pada bulan mei menjadi
UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Undang-Undang dimaksud,
memberi peluang untuk diterapkan praktik perekonomian sesuai syariah di
bawah perlindungan hukum Positif.8

7
Zainuddin, Op.Cit., hlm 11.
8
Ibid, Hlm 15.
12

Berdasarkan undang-undang tersebut maka terwujud lembaga-


lembaga keuangan syariah (LKS). Pada awalnya, muncul lembaga
perbankan syariah, yaitu Bank Muamalat menjadi pionirnya, dan
seterusnya bermunculan lembaga keuangan syariah lainya, seperti lembaga
asuransi syariah, lembaga pegadaian syariah, dan lain-lainnya.
Sedangan pegadaian syariah merupakan salah satu unit layanan
syariah yang dilaksanakan oleh perum pegadaian. Berdirinya layana unit
syariah ini didasarkan atas perjanjian musyarakah dengan sistem bagi hasil
antara perum pegadaian dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI) untuk
tujuan melayani nasabah BankMuamalat Indonesia (BMI) maupun
nasabah perum pegadaian yang ingin memanfaatkan jasa dengan
menggunakan prinsip syariah.

B. Visi dan Misi


Visi:
Sebagai solusi bisnis terpadu terutama bersbasis gadai yang selalu
menjadi market leader dan mikro berbasis findusia selalu menjadi yang
terbaikuntuk masyarakat menengah kebawah.

Misi:
a. Memberikan manfaat dan keuntungn optimal bagi seluruh pemangku
kepentingan dengan mengembangkan bisnis inti.
b. Membangun bisnis yang lebih beragam dengan mengembangkan bisnis
baru untuk menambah proposisi nilai kenasabah dan pemangku
kepentingan.
c. Memberikan service exelence dengan fokus nasabah melalui: bisnis proses
yang lebih sederhana, praktek menejemen resiko yang kokoh, SDM yang
professional berbudaya kinerja baik.9

9
http://www.pegadaian.co.id, Diakses Pada Tanggal 02 Juli 2019, Pkl 20.00 wit.
13

C. Struktur Oragaisasi dan Tugas Pokok PT. Pegadaian Syariah CPS


Jayapura

Pimpinan Cabang

Penaksir Kasir Penyimpan

Personalia PT. Pegadaian Syariah Cabang Jayapura


Berikut adalah susunan Personalia Pegadaian Syariah Kantor Cabang
Jayapura
Pimpinan cabang : Pieping Chrisno Hari Murti, S.E

Penaksir : Iriyana Rachman

Kasir : Hastria Novilda Salim,S.E

Penyimpan : Alimin, S.E

Sekuriti : Ruslan,Dahlan Rumakat,Yusuf Rumakat, AfanWahyudin

Seperti halnya kantor cabang yang lain, kantor cabang PT. Pegadaian
Syariah Ampera ini memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda. Begitu juga
tugas yang dilaksanakan oleh para pegawai yang aka disebutkan berikut yaitu
uraian jabatan kantor cabang berdasarkan peraturan direksi PT. Pegadaian.
14

1. PINCA (Pimpinan Cabang)


Fungsinya pimpinan cabang adalah merencanakan,
mengorganisasikan, menyelenggarakan dan mengendalikankegiatan
oprasional, admistrasi dan keuangan usaha gadai dan usaha lain kantor
cabang serta unit pelayanan cabang (UPC). Untuk menyelenggarakan
fungsi tersebut pemimpin cabang mempunyai tugas:
a. menyusun rencana kerja beserta anggaran kantor cabang dan UPC
berdasarkan acuan yang telah ditetapkan.
b. Merencanakan, mengorganisasikan, menyelenggarakan, dan
mengendalikan oprasional usaha gadai dan usaha lain.
c. Merencanakan, mengorganisasikan, menyelenggarakan dan
mengendalikan oprasional UPC.
d. Merencanakan, mengorganisasikan, menyelenggarakan dan
mengendalikan penatausahaan barang jaminan bermasalah.
e. Merencanakan, mengorganisasikan, menyelenggarakan mengendalikan
pengelolaan modal kerja.
f. Merencanakan, mengorganisasikan, penyelenggarakan dan
mengendalikan pengelolaan administrasi serta pembuatan laporan
kegiatan oprasional kantor cabang.
g. Merencanakan, mengorganisasikan, penyelenggarakan dan
mengendalikan kebutuhan dan penggunaan sarana prasarana, serta
kebersihan dan ketertibankantor cabang dan UPC.
h. Merencanakan, mengorganisasikan, penyelenggarakan dan
mengendalikan pemasaran dan pelayanan konsumen.
i. Mewakili kepentingan perusahaan baik kedalam maupun keluar
berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh atasan.
2. Penaksir
Fungsinya melaksanakan penaksiran terhadap barang jaminan
untuk menentukan mutu dan nilai barang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam rangka mewujudkan penetapan taksiran dan uang pinjaman
15

yang wajar serta citra baik perusahaan. Untuk menyelenggarakan fungsi


tersebut, penaksir mempunyai tugas :
a. Menerima barang gadai/jaminan (marhun) dari nasabah (rahin), dan
menetapkan biaya nilai taksiran dan melaksanakan penaksiran terhadap
barang jaminan untuk mengetahui barang jaminan yang bermutu dari
nilai barang serta bukti kepemilikannya berupa Surat Bukti Rahn
(SBR) dalam rangka menentukan dan menetapkan golongan taksiran
dan uang pinjaman. 10
b. Melaksanakan penaksiran terhadapa barang pinjaman yang akan
dilelang, untuk mengetahui mutu dari nilai, dalam menentukan harga
dasar barang yang akan dilelang.
c. Merencanakan dan menyiapkan barang jaminan yang akan disimpan
agar terjamin keamanannya.
3. Kasir
Fungsinya melakukan tugas penerimaan,penyimpanan dan
pembayaran uang sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran
pelaksanaan oprasional kantor cabang. Untuk menyelenggaraka fungsi
tersebut, kasir mempunyai tugas:
a. Melaksanakan penerimanaan, pelunasan uang pinjaman dari nasabah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Menerima uang dari hasil penjualan barang jaminan yang dilelang.
c. Membayarkan uang pinjaman kredit kepada nasabah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
d. Melakukan pembayaran segala pengeluaran yang terjadi di kantor
cabang.
4. Penyimpanan
Tugas penyimpanan:
a. Secara berkala melakukan pemeriksaan keadaan gudang penyimpanan
barang jaminan, agar tercipta keamanan dan keutuhan untuk serah
terima jabatan.

10
Zainuddin Ali. Op.Cit., Hlm 60.
16

b. Mengeluarkan barang jaminan emas, perhiasan dan dokumen kredit


umtuk keperluan pelunasan, pemeriksaan atasaan dan pihak lain.
c. Merawat barang jaminan emas dan perhatian dan gudang
penyimpanan, agar barang jaminan tersebut tetap dalam keadaan baik
dan aman.
d. Melakukan pencatatan mutasi penerimaan dan pengeluaran barang
jaminan emas yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Melakukan perhitungan barang jaminan emas dan perhiasan secara
terprogam sehingga keakuratan saldo.
5. Sekuriti
Tugas dan fungsi:
a. Bertanggung jawab atas keamanan lingkungan gedung kantor
pegadaian.
b. Sebagai pegawai outsourcing.
c. Membersihkan selurung ruangan, pintu-pintu dan jendela pada gedung
kantor pegadaian.
d. Menyimpan makanan dan minuman bagi pegawai kantor pegadaian.
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh pengelola
kantor pegadaian.

D. Ruang Lingkup Wewenang dan Mekanisme


Adapun rang lingkup dan wewenang dari kantor PT. Pegadaian
Syariah CPS Ampera sebagai berikut:
1. Cabang pelayanan syariah yang kemudian disebut menjadi CPS, adalaha
outlet pelayanan yang merupakan cabang pertama yang langsung
berhubungan atau melayani pelanggan atau nasabah yang membutuhkan
kredit gadai, bisnis emas dan produk jasa lainnya.
2. CPS dipimpin langsung oleh seorang pemimpin cabang di bantu oleh
pegawai pegadaian seperti: pengelola, penaksir,kasir, penyimpan dan
beberapa sekuriti guna menjaga keamanan dan ketertiban.
17

3. Kegiatan oprasional sehari-hari di lakukan didalam kantor Pegadaian


Syariah. Terkadang juga dilakukan diluar pada saat-saat tertentu.
4. Kantor Pegadaian Syariah melayani masyarakat yang melakukan
gadai,bisnis emas, ARRUM BPKB, dan produk-produk lainnya.
5. Penyimpanan barang gadai langsug disimpan oleh penyimpan atau
pimpinan cabang di dalam brangkas yang tersimpan didalam kantor.
6. Pengawasan dan pembinaan terhadap para pegawai pegadaian langsung
ditangani oleh pimpinan cabang.

E. Sumber Dana Pegadaian Syariah


Pegadaian sebagai lembaga keuangan non bank tidak diperkenankan
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
misalnya :giro, deposito, dan tabungan sebagaimana halnya sumber dana
konvensional perbankan. Untuk memenuhi kebutuhan dananya, perum
pegadaian memiliki sumber-sumber dana sebagai berikut:11
1. Modal sendiri.
2. Penyertaan modal pemerintah.
3. Pinjaman jangka pendek dari perbankan
4. Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya (utang dari nasabah, pajak dan
lain-lain)
5. Dari masyarakat melalui obligasi.

11
Http://www.academia.edu/11010755/PEGADAIAN, diakses pada tanggal 04 Juli 2019, pukul
08.00
BAB III
LANDASAN TEORI

A. Pembiayaan Ar-Rahn
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain
pendanaan dilakukan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah yang
dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersemakan dengan itu berupa12
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahinya bittamlik
c. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang murabahah, slam dan
istisna
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qard
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

B. Pengertian Gadai (Rahn)


Transaksi hukum gadai dalam fikih disebut Ar-rahn. Ar-rahn adalah
suatu jenis perjanjian untuk menahan suatu barang sebagai tanggungan utang.
Pengertian Ar-rahn dalam bahasa arab adalah Ats-tsubut wa ad-dawam yang
berarti “tetap”dan “kekal”, seperti dalam kalimat maun rahin yang berarti air
yang tenang. hal itu, berdasarkan firman Allah SWT dalam QS. Al-Muddatsir
(74) ayat 38 sebagai berikut:

َُ ‫كُلُُنَفُسُُبُ َُماُ َُك‬


َُ‫سبَُتُُ َُرهُيُن‬

12
Siskawati Sholihah, Analisis Efektivitas Pembiayaan Keuangan Syariah Terhadap
Perkembangan Usaha Nasabah Di Sektor Riil,Vol.6, No.1, Hlm 18-19.

18
19

Terjemahan :

"Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,"

Pengertian “tetap” dan kekal berarti menahan. Kata ini merupakan makna
yang bersifat materiil. Karena itu, secara bahasa kata Ar-rahn berarti
“menjadikan sesuatu barang yang bersifat materi sebagai pengikat utang”
Pengertian gadai (rahn) secara bahasa seperti diungkapkan di atas
adalah tetap, kekal, dan jaminan; sedangkan dalam pengertian istilah adalah
menyandra sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan
dapat diambil kembali sejumlah harta dimaksud sesudah ditebus. 13 Namun,
pengertian gadai yang terungkap dalam pasal 1150 kitab Undang-Undang
Hukum Perdata adalah suatu hak yang diperbolehkan seseorang yang
mempunyai piutang atas suatu barang bergerak, yaitu barang bergerak tersebut
diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh orang yang mempunyai utang
atau orang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Karena itu, makna
gadai (rahn) dalam bahasa hukum adalah perundang-undangan disebut
sebagai barang jaminan, agunan, dan rugguhan.

C. Dasar Hukum Rahn


Dasar hukum yang menjadi landasan gadai syariah ayat-ayat Al-Quran,
hadis Nabi Muhammad saw, Ijma’ Ulama, dan Fatwa MUI, hal dimaksud
diungkap kan sebagai berikut:14

1. Al-quran
QS. Al-Baqarah (2) ayat 283 yang digunakan sebagai dasar dalam
membangun konsep gadai adalah berikut,

ُ َ‫ضةٌُفَإنُأَمن‬ َ ‫َانُ َمقبو‬ ٌ ‫ُولَمُتَجدواُ َكاتبًاُفَره‬ َ ُ‫َوإنُكنتمُ َعلَى‬


َ ‫سفَ ٍر‬
ُ‫ُو ََلُتَكتموا‬
َ ‫ُربَّه‬ َّ ‫ضاُفَلي َؤدُالَّذيُاؤتمنَ ُأ َ َمانَتَهُ َول َيتَّق‬
َ َ‫َُّللا‬ ً ‫َبعضكمُ َبع‬
‫َّللاُب َماُتَع َملونَ َعلي ٌُم‬
َّ ‫ُو‬ َ ‫ش َهادَة ََُو َمنُ َيكتم َهاُفَإنَّهُآَث ٌمُقَلبه‬
َّ ‫ال‬

13
Zainuddin Ali, Op.Ci.,hlm 1-2.
14
Ibid, hlm 8.
20

Terjemahan;
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah
ada barang tanggungan yang dipegang [6] (oleh yang berpiutang). Akan
tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu
(para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al
Baqarah : 283)

2. As-sunnah
Dasar hukum yang kedua untuk dijadikan rujukan dalam membuat
rumusan gadai syariah adalah hadis nabi Muhammad saw, yang antara lain
diungkapkan sebagai berikut.

Hadis A’isyah ra. Yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang berbunyi:

ُ‫ُاَخبَ َرنَا‬:ُ‫ل‬ َُ َ ‫يُو َعليُبنُ َحش َرمُُقَُا‬


َ ‫ظل‬ َ ‫َح ُدَُّثَنَاُإس َحاقُبنُإبُ َراهيمُال َحن‬
َُ‫شة‬َ ُ‫عنُ َعائ‬ َ ُ‫شُ َعنُإب َراهيمُ َعنُاْلَُس َود‬ َ ‫سُبنُيونسُبَُنُالعَ َم‬ َ ‫عن‬
َُ‫اُو َرُهنه‬ َ ‫طعَا ًم‬ َ ٍُ‫ىُرسولُهللاُبيبشُﷺُمنُيَهودي‬ َ ‫ُاشت َ َر‬:ُ‫قَالَت‬
)‫در َعاُمُنُ َحدي ٍُدُ(رواهُمسلم‬
Telah meriwayatkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali
dan Ali bin Khasyram berkata : Keduanya menggambarkan kepada kami
Isya bin Yunus bin ‘Amasy dari Ibrahim dari A’iysah berkata:
Bahwasanya Rasulullah saw, membeli makanan dari seorang Yahudi
dengan menggadaikan baju besinya. (HR. Muslim)
3. Ijma’
Jumhur ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai. Hal ini
dimaksud, berdasarkan pada kisah nabi Muhammad saw. Yang
menggadaikan baju besinya untuk mendapatkan makanan dari seorang
Yahudi. Para ulama juga mengambil indikasi dari contoh Nabi
Muhammad saw, tersebut, ketika beliau beralih dari yang biasanya
21

bertransaksi kepada para sahabat yang kaya kepada seorang Yahudi,


bahwa hal itu tidak lebih sebagai sikap Nabi Muhammad saw. Yang tidak
mau memberatkan para sahabat yang biasanya enggan mengambil ganti
ataupun harga yang diberikan oleh Nabi Muhammadsaw, kepada
mereka.15

4. Fatwa Dewan Syariah Nasional


Fatwa Dewan Syariah Nasional Ulama Indonesia (DSN-MUI)
menjadi salah satu rujukan yang berkenaan gadai syariah, di antaranya
ditentukan sebagai berikut.16
1) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Indonesia No: 25/DSN-
MUI/III/2002, tentang Rahn.
2) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Indonesia No: 26/DSN-
MUI/III/2002,
Tentang Rahn Emas;
3) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Indonesia No: 09/DSN-
MUI/IV/2000,
Tentang Pembiayaan Ijarah.
4) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Indonesia No: 10/DSN-
MUI/IV/2000
Tentang Wakalah;
5) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Indonesia No: 43/DSN-
MUI/VIII/2004, tentang Ganti Rugi.

15
Ibid, Hlm 8.
16
Ibid.
22

D. Rukun Dan Syarat


Rahn Pada umumnya aspek hukum keperdataan Islam (Fiqh
Mu’amalah) dalam hal transaksi baik dalam bentuk jual beli, sewa-menyewa,
gadai maupun yang semacamnya mempersyaratkan rukun dan syarat sah
termasuk dalam transaksi gadai. Demikian juga hak dan kewajiban bagi pihak-
pihak yang melakukan transaksi gadai. Hal dimaksud diungkapkan sebagai
berikut:17
1. Rukun Gadai
Dalam fiqih empat Mazhab (Fiqh al-mazhab’ah) diungkapkan rukun gadai
sebagai berikut:
a. Orang yang bertransaksi (Aqid)
Aqid adalah orang yang melakukan akad yang meliputi 2 (dua)
arah, yaitu (a)Rahin (Orang yang mengadaikan barangnya), dan (b)
Murtahin (orang yang berpiutang dan menerima barang gadai), atau
menerima gadai. Hal dimaksud, didasari oleh Shighat, yaitu ucapan berupa
ijab qabul (Serah-terima antara penggadai dengan penerima gadai). Untuk
melakukan akad rahn yang memenuhi kriteria syarat Islam, sehingga akad
yang dibuat oleh 2 (2) pihak atau lebih harus memenuhi beberapa rukun
dan syarat.
b. Ma’qud ‘alaih (Barang yang diakadkan)
Ma’qud ‘alaih meliputi 2 (dua) hal yaitu (a) Marhun (Barang yang
digadai) dan (b) Marhun bihi (dain), atau utang yang karenanya diadakan
akad rahn. Namun demikian, ulama fiqh berbeda pendapat mengenai
maksud shighat sebagai rukun dari terjadinya rahn. Ulama mazhab Hanafi
perpendapat bahwa shighat tidak termasuk sebagai agunan bagi pemilik
barang) dan Ijab (pernyataan menyerahkan barang sebagaiagunan bagi
pemilik barang) dan qabul (pernyataan kesediaan dan memberi utang, dan
menerima barang agunantersebut)

17
Zainuddin Ali hlm 20-23.
23

2. Syarat-syarat Gadai
Selain rukun yang harus terpenuhi dalam transaksi gadai, maka
diperyaratkan juga syarat. Syarat-syarat gadai dimaksud, terdiri atas : (a)
shighat, (b) pihak-pihak yang berakad cakap menurut hukum, (c) utang
(marhun bih), dan (d) marhun. Keempat syarat dimaksud, diuraikan
sebagai berikut.
a. Shighat
Syarat Shighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan waktu
yang akan datang. Misalnya orang yang menggadaikan hartanya
mempersyaratkan tenggang waktu habis belum terbayar, sehingga
pihak gadai dapat diperpanjang atau satu bulan tenggang waktunya.
Kecuali jika syarat itu mendukung kelancaran akad maka
diperbolehkan. Sebagai contoh, pihak penerima gadai meminta supaya
akad itu disaksikan oleh dua orang saksi.
b. Pihak-pihak yang berakat cakap menurut hukum
Pihak-pihak yang berakad cakap menurut hukum mempunyai
pengertian bahwa pihak rahin dan marhun cakap melakukan perbuatan
hukum, yang ditandai dengan aqil baligh, berakal sehat, dan mampu
melakukan akad.
c. Uang (Marhun Bih)
Utang (marhun bih) mempunyai pengertian bahwa : (a) utang adalah
kewajiban bagi pihak berutang untuk membayar kepada pihak yang
memberi piutang; (b) merupakan barang yang dapat dimanfaatkan, jika
tidak bermanfaat maka tidak sah; (c) barang tersebut dapat di hitung
jumlahnya.
d. Marhun
Marhun adalah harta yang dipegang oleh murtahin (penerima gadai)
atau wakilnya, sebagai jaminan utang. Para ulama menyepakati bahwa
syarat yang berlaku pada barang gadai adalah syarat yang berlaku pada
barang yang dapat diperjual belikan, yang ketentuannya adalah:
24

1. Agunan itu harus bernilai dan dapat dimanfaatkan menurut


ketentuan Syarariat Islam; sebaliknya agunan yang tidak bernilai
dan tidak dapat dimanfaatkan menurut Syariat Islam maka tidak
dapat dijadikan agunan.
2. Agunan itu harus dapat dijual dan nilainya seimbang dengan
besarnya utang;
3. Agunan itu harus jelas dan tertentu (harus dapat ditentukan secara
spesifik);
4. Agunan itu sah milik debitur;
5. Agunan itu tidak terikat dengan hak orang lain (bukan milik orang
lain, baik sebagian maupun seluruhnya.
6. Agunan itu harus harta yang utuh, tidak berada di beberapa tempat.
Lain halnya dalam praktek perbankan konvensional, agunan kredit
boleh berupa tagihan (yang dibuktikan dengan surat utang atau
bukti lainya).
7. Agunan itu dapat diserahkan kepada pihak lain, baik materinya
maupun manfaatnya.

E. Pengertian Usaha Mikro


Usaha mikro dan kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh perorangan atau rumah tangga maupun suatu badan usaha yang
bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagaan secara
komersial dan mempunyai omset penjualan sebesar satu miliar rupiah atau
kurang. Sementara usaha menegah didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi
yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan
usaha bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan
secara komersial dan mempunyai omset penjualn lebih dari satu miliar.
Menurut departemen perindustrin (1993) UMKM didefinisikan sebagai
perusahaan yang dimiliki oleh warga Negara Indonesia (WNI), memiliki total
aset total tidak lebih dari Rp600 juta (di luar area perumahan dan perkebunan).
Sedangkan definisi yang digunakan oleh biro pusat statistic (BPJS) lebih
25

mengarah pada skala usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap. Usaha
mikro/kecil menggunakan kurang dari lima orang kariawan, sedangkan usaha
skala menegah menyerap antara 5-19 tenaga kerja.18 Berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha Mikro, kecil
dan menengah (UMKM), UMKM Didefinisikan sebagai berikut:19
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kreteria sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000.00 (Lima
puluh juta rupiah) tidak termauk tananh dan bangunan tempat usaha
atau;
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 300.000.000.00 (tiga
ratus juta rupiah)
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha, yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kreteri kecil sebagai
berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari RP5 50.000.000.00 (lima juta
rupiah) paling banyak Rp 500.000.000.00 (Lima ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000.00 (dua
miliar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha menegah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha, yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

18
Said Insya Mustafa, Op.Cit., hlm 29.
19
Rachmawan Budiarto dkk, Ipusnas, Pengembanagan UMKM Antara Konseptual Dan
Pengalaman Praktis. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, hlm 2-3.
26

dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan dengan kriteria sebagai berikut.
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000.00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000.00
(sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000.00 (dua
miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000.00 (lima puluh miliar rupiah).

F. Ciri-Ciri Usaha Mikro


Menurut Departemen Perindustrian (1993) UMKM didefinisikan
sebagai perusahaan yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI),
memiliki total aset tidak lebih dari Rp 600 juta (di luar area perumahan dan
perkebunan). Sedangkan definisi yang digunakan oleh Biro Pusat Statistik
(BPS) lebih mengarah pada skala usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap.
Usaha mikro/kecil menggunakan kurang dari lima orang kariawan, sedangkan
usaha skala menengah menyerap antara 5-19 tenaga kerja.
1. manajemen berdiri sendiri, dengan kata lain, tidak ada pemisahan yang
tegas antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah
sekaligus pengelola dalam UMKM.
2. Modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik
modal.
3. Daerah operasinya umumnya local, walaupun terdapat juga Negara-negara
mitra perdagangan.
4. Ukuran perusahaan , baik dari segi total aset, jumlah karyawan dan sarana
yang kecil.
5. Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2008 bahwa kriteria UMKM
digambarkan pada tabel berikut:20

20
Said Insya Mustofa, Op.Cit., hlm 30.
27

Tabel II. Kriteria UMKM


KRITERIA
No Uraian Aset Omzet
1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2 Usaha Kecil >50 Juta-500 Juta >300 Juta-2,5 M
3 Usaha Menegah >50 Juta-10 M >2.5 M-50 M

Pandangaan umum bahwa umkm itu memiliki sifat dan jiwa


entrepreneurship (kewirausahaan) adalah kurang tepat. Ada sub kelompok
UMKM yang memiliki sifat entrepreneurship tetapi ada pula yang tidak
menunjukkan sifat tersebut. Dengan menggunakan kriteria entrepreneurship
maka kita dapat membagi UMKM dalam empat bagian, yakni:
a. Livelihood Activities
Umkm yang masuk kategori ini pada umumnya mencari kesempatan kerja
untuk mencari nafkah. Para pelaku dikelompok ini tidak memiliki jiwa
entrepreneurship. Kelompok ini disebut sebagai sektor informal. Di
Indonesia Jumlah UMKM kategori ini adalah yang terbesar.
b. Micro Enterprise
UMKM ini lebih bersifat “artisan” (pengrajinan) dan tidak bersifat
entrepreneurship (kewirausahaan). Jumlah UMKM ini di Indonesia juga
relatif besar.
c. Small Dynamic Enterprises
UMKM ini sering memiliki jiwa entrepreneurship. Banyak pengusaha
skala menegah dan besar yang tadinya berasal dari kategori ini. Kalau
dibina dengan baik maka sebagian dari UMKM Kategori ini akan masuk
kategori empat. Jumlah kelompok UMKM ini jauh lebihkecil dari jumlah
UMKM yang masuk kategori satu dan dua. Kelompok UMKM ini sudah
bisa menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
d. Fast Moving Enterprises
Ini adalah UMKM tulen yang memiliki jiwa entrepreneurship yang sejati.
Dari kelopok ini kemudian akan muncul usaha skala menegah dan besar.
Kelompok ini jumlahnya juga lebih sedikit dari UKM kategori satu dan
dua.
28

G. Peluang Bisnis UMKM


Peranan Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah dalam penyerapan tenaga
kerja yang lebih besar dari Usaha Besar juga terlihat selama periode 2002-
2005. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah memberikan kontribusi terhadap
penyerapan tenaga kerja rata-rata sebesar 96,66% terhadap total keseluruhan
tenaga kerja nasional, sedangkan usaha besar hanya memberikan kontribusi
rata-rata 3,32% terhadap tenaga kerja nasional. Dan sumbangan UKM
terhadap Produk domestik bruto mencapai 54%-57%. Sebanyak 91% UKM
melakukan kegiatan ekspor melalui pihak ketiga eksportir/pedagang perantara.
Hanya 8,8% yang berhubungan langsung dengan pembeli/importir di luar
negeri.21
Menurut Bank Indonesia peran strategis lain dari sektor ekonomi;
antara lain:
1. Jumlahnya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi;
2. Menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih
banyak kesempatan kerja,;
3. Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan
harga terjangkau.

H. Kendala Yang Dihadapi UMKM di Indonesia

Dari berbagai studi yang telah dilakukan, sebagaimana diketahui


bahwa dalam pengembangan usahanya, UMKM menghadapi berbagai kendala
baik yang bersifat internal maupun eksternal, permasalahan-permasalahan
tersebut antara lain: Manajemen, permodalan, teknologi, bahan baku,
informasi dan pemasaran, infrastruktur, birokrasi, dan penguatan, kemitraan.22

21
Said Insya Mustofa, Op.Cit., hlm 32-33.
22
Ibid, Hlm 37.
29

Sedangkan menurut I Gusti, tantangan yang dihadapi UMKM dan


Koperasi, antara lain:
1. Teknologi
Komoditi yang dihasilkan pengusaha Mikro, Kecil dan Menegah, dan
koprasi masih menggunakan teknologi relatif rendah. Berangkat dari
situasi tersebut daya saing produk di daerah relative kalah bersaing
dibanding produk-produk dari Negara-negara yang sudah berorientasi pada
teknologi maju. Kendala penggunaan teknologi terbesar adalah biayanya
yang cukup besar (mahal).
2. Sumber Daya Manusia
Selama ini sebagian besar tenaga kerja yang bergerak dalam usaha mikro,
kecil dan menengah dan koperasi bukan merupakan tenaga kerja yang
professional, yang mampu mengelola usaha dengan baik .
3. Manajemen
Banyak perusahaan yang memiliki teknologi, sumber daya manusia
dengan skill yang memadai dan modal yang cukup, namun kinerja masih
belum memenuhi harapan.
4. Permodalan
Perkembangan permodalan para usaha mikro saat ini masih sangat lambat.
Dan karenanya masih sering memerlukan bantuan baik dari pemerintah
maupun dari pengusaha besar. Modal adalah bagian yang tak terpisahkan
dalam usaha pengembangan suatu bisnis, karena itu akses modal baik yang
terwujud kredit, barang produksi merupakan sarana yang sangat
diperlukan dalam meningkatkan daya saing pengusaha mikro, kecil, dan
menengah dan koprasi.
5. Organisasi dan Kelembagaan
Masih banyak terjadi bahwa perusahaan-perusahaan yang masuk UMKM
san Koprasi belum benunjukkan kejelasan prinsip-prinsip organisasi
seperti kejelasan tujuan, kejelasan misi, kejelasan aktivitas, kejelasan
rentang kendali. Adalah kenyataan, pada umumnya para pengusaha MIkro,
Kecil, dan Menengah, dan Koprasi sering mempergunakan organisasi yang
30

sangat sederhana yang akibatnya berpengaruh terhadap perkembangan dan


peningkatan daya saing.
Permasalahan eksternal
Permasalahan eksternal merupakan-permasalahan yang berasal dari
luar UMKM itu sendiri, tetapi dapat menghambat perkembangan sektor
ini. Dakam beberapa tahun ke depan, akan terjadi berbagai dinamika
bersifat eksternal yang akan berpengaruh terhadap perkembangan UMKM
masalah tersebut meliputi sebagai berikut:23
1. Iklim Usaha Sepenuhnya Kondusif
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk menumbuh
kembangkan UMKM, meskipun dari tahun ketahun terus
disempurnakan, dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat
antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara
pengusaha kecil dengan pengusaha besar. Tantangan lainnya ialah
kurang memadainya kelembagaan yang mendukung pengembangan
keahlian, teknologi, pasar dan informasi bagi UMKM.
Birokrasi dan prosedur perizinan yang cukup rumit bagi pelaku
usaha untuk mengembangkan ushanya turut andil dalam menciptakan
iklim usaha yang kurang kondusif. Iklim usaha yang tidak kondusif
dalam pengembangan UMKM seperti terlihat pada masih rendahnya
pelayanan publik kurangnya kepastian hukum dan berbagai peraturan
daerah yang tidak probisnis merupakan bukti adanya iklim yang
kurang kondusif. Selain itu, perkembangan umkm juga seringkali
dihambat dengan berbagai persoalan dalam perijinan seperti waktu
pengurusan izin investasi yang diperlukan selama, prosedur export
yang lambat dan kompleks sehingga membuat biaya logistik dan
transpor menjadi tidak kompetitif, ditambah korupsi yang masih
berlanjut di bea cukai, jalan jalan raya dan pelabuhan belum lagi masih
lemahnya koordinasi lintas instansi dalam pemberdayaan umkm serta

23
Rachmawan Budiarto, dkk, Ipusnas,Pengembangan UMKM :Atara Konseptual Dan
Pengalaman Praktis, Gajah Mada Univesity Press, 2015, Hlm 39-48.
31

adanya peraturan perundangan yang tidak sejalan dengan semangat


pengembangan UMKM.
2. Terbatasnya Sarana Dan Prasarana Usaha
Keterbatasan infrastruktur juga menjadi salah satu kendala
penghambat kinerja UMKM terkadang produk-produk UMKM kuat di
mulut tetapi lemah di hilir. Artinya produk-produk UMKM sebenarnya
memiliki kualitas yang tidak kalah sayang dibanding produk-produk
buatan industri maju. Namun produk-produk UMKM seringkali lemah
dalam infrastruktur promosi dan pemasaran. Sebagai contoh, produk
olahan jamu tradisional. Dengan keterbatasan sarana prasarana yang
ada, mau tidak mau pengemasan atau packaging produk tersebut hanya
seadanya tanpa melalui proses yang higienis dan menjamin ketahanan
mutu dari produk tersebut. Maka pada akhirnya kepercayaan
konsumen terhadap produk olahan jamu tradisional yang sebenarnya
berkhasiat tersebut menjadi berkurang dan cenderung memilih produk
jenis lain yang lebih terpercaya.
Selain itu tidak jarang pula UMKM mengalami kesulitan dalam
memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya yang disebabkan
mahalnya harga sewa atau tempat yang ada kurang strategis. Hal ini
tentunya juga berkaitan dengan minimnya modal usaha untuk dapat
memperoleh tempat yang representatif dalam memasarkan produknya
maka tidak heran jika sebagian besar pelaku UMKM menjadikan
rumah tinggalnya sebagai tempat produksi sekaligus tempat untuk
memasarkan produknya.
3. Implikasi Otonomi Daerah
Dengan berlakunya undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang Otonomi Daerah. Pemerintah daerah mempunyai otonomi
untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Semangat
otonomi daerah cenderung akan semakin meningkat dalam beberapa
tahun mendatang. Implikasi semangat otonomi daerah secara tepat
akan mampu memaksimalkan potensi ekonomi lokal menjadi kekuatan
32

ekonomi rill dalam kondisi seperti ini otonomi daerah menjadi faktor
pendorong pengembangan UMKM.
4. Implikasi perdagangan bebas
Ketika mulai diberlakukan ACFTA yang beri implikasi
terjadinya perdagangan yang bebas atau Fair Trade pemerintah tidak
bisa menjadikan UMKM Head To Head dengan businessman dari
CINA atau ASEAN karena UMKM jelas belum mampu melaksanakan
standar produksi (ISO 9000) maupun standar lingkungan (ISO 14000)
belum lagi masalah efisiensi produksi serta tingginya biaya upah
peserta biaya lainnya di indonesia.
5. Kebijakan Pemerintah yang cenderung tidak konsisten dan
diskriminatif
Dalam banyak dokumen resmi pemerintah telah dinyatakan
mengenai pentingnya peranan UMKM. Dari waktu ke waktu
pemerintah juga telah banyak melahirkan instrumen kebijakan untuk
pengembangan sektor tersebut, mulai dari area kebijakan yang bersifat
bantuan finansial, bantuan teknis, hingga bantuan keberpihakan politik
melalui peraturan-peraturan tertentu. Meskipun demikian, dalam
perjalanannya, banyak dari istrumen kebijakan itu yang telah dicabut
atau diganti, terutama yang masuk dalam area kebijakan bantuan
finansial dan bantuan keberpihakan politik. Hal tersebut dapat silihat
sebagai cerminan sikap inkonsistensi dan melemahnya komitmen
pemerintah terhadap pembangunan UMKM.
6. Ekspansi pasar modern
Kehadiran pasar modern yang semakin ekspansif menyebabkan
terpinggirnya para pelaku UMKM. Sebagai hasil kajian menunjukkan
bahwa kehadiran pasar modern telah berdampak negative bagi
keberadaan para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM)
yang terlibat di warung-warung, toko-toko kelontong maupun pasar
tradisional.
33

I. Prinsip-Prinsip Pengembangan UMKM


Berikut prinsip-prinsip pengembagan UMKM:24
1. Kemaslahatan
Kemaslahatan di sini mengandung makna kebaikan dan
kemanfaatan bersama. Secara umum , pola pengembangan UMKM harus
mendatangkan kemanfaatan yang nyata dan dirasakan oleh seluruh
stakeholders yang terlibat. Orientasi manfaat ini akan menjadi lebih
intensif dengan mengikuti prinsip umum kerja sama masa kini, yaitu
saling menguntungkan dan mendatangkan kebaikan dan manfaat
bersamaantara berbagai mitra (pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
pengembangan UMKM).

2. Kemandirian Bangsa
Pengembangan UMKM diarahkan agar UMKM semakin kokoh
sebagai kekuatan utama perekonomian Indonesia. di dalamnya juga
terkandung tujuan agar UMKM mampu memasok sebagian besar
kebutuhan dalam negeri dengan produk barang maupun layanan hasil
karya anak bangsa sendiri. Ini menjadikan makin kokohnya UMKM
sebagai pilar kemandirian bangsa.

3. Terukur
Program pengembangan UMKM harus mempunyai tujuan dan
sasaran yang tepat. Program harus dirancang dengan saksama. Tahap-
tahapan sasaran yang akan dicapai harus jelas. Akhir pada setiap program
harus dapat diukur tingkat keberhasilannya. Ukuran keberhasilan dari
program tersebut dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

24
Ibid, hlm 96.
34

4. Komprehensif
Program pengembangan UMKM melibatkan beberapa institusi
selaku pemangku kepentingan. Untuk itu, perlu disesuaikan program-
program yang akan dilaksanakan agar masing-masing institusi dapat
mengikuti program tersebut dengan baik. Penyelesaian masalah dan
pemberdayaan UMKM harus mendapatkan skala prioritas yang tinggi
dalam merencanakan program. Persoalan dalam UMKM tidak dapat
diselesaikan oleh satu disiplin ilmu saja. Olehkarena itu, sifat
komprehensif harus diterapkan dalam pelaksanaan pengembangan
UMKM.

5. Berkelanjutan
Untuk membentuk UMKM yang unggul dan semakin mandiri,
pengembangan UMKM tidak bisa dilaksanakan dalam waktu yang
singkat. Kesinambungan program perlu dilakukan agar pengembangan
UMKM untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik dapat
berlangsung secara terus-menerus.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Implementasi Produk Pembiayaan ARRUM BPKB Di Pegadaian


Syariah Kantor Jayapura
Pembiayaan Ar-rahn merupakan pendanaa yang diberikan oleh pihak
pegadaian syariah kepada nasabah dengan menggunakan akad rahn (Gadai)
dengan menggunakan jaminan barang yang memiliki nilai dan kegunaan.
Produk ARRUM BPKB merupakan produk khusus yang ditujukan oleh
para pengusaha Mikro sebagai tambahan modal usaha dengan barang jaminan
berupa BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor) mobil atau sepeda motor
yang aman barang masih bisa dimanfaatkan oleh nasabah. Transaksi Produk
Pembiayaan ARRUM BPKB di kantor Cabang Syariah Jayapura menggunakan
akad Ar-rahn dengan jaminan BPKB kendaraan bermotor baik berupa mobil
atau sepeda motor.
Adapun wawancara penulis dengan Marketing Pegadaian syariah
Cabang Ampera Jayapura. Tentang promosi dan kendala produk ARRUM
BPKB. “itu hari-hari kadang, kanvasing sebar brosur atau door to door, kalau
ada survey promosi berselangan dengan promosi entah lewat medsos lihat
kondisi saja, kendala saat surve kebanyakan surat keterangan usaha kalau
nasabahnya pengusaha kalau pegawai biasanya surat rekomendasi atasan dan
batas peminjaman tergantung jaminan minimal 1 juta sampai dengan 450 juta”
25

Promosi yang dilakukan oleh tim pegadain syariah terkait produk


ARRUM BPKB, dilakukan setiap hari baik dengan sistem online dan offline.
Online yaitu melalui Sosial Media, offline dapat dilakukan dengan door to
door. Cukup banyak minat para pengusaha Usaha Mikro yang mengajukan
pembiayaan Produk ARRUM BPKB, pada Pegadaian Syaraiah Cabang
Ampera Jayapura, namun ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Tim Surve

25
Wawancara dengan Indah Yani, Marketing Pegadaian Syariah Cabang Jayapura, (Pada
Tanggal 09 Juli 2019)

35
36

dan Analisisnya, dalam pemenuhan pembiayaan ARRUM BPKB kepada


nasabah diantaranya adalah kurangnya berkas persyaratan Pembiayaan
ARRUM BPKB, pengunduran waktu jadwal surve yang disebabkan nasabah
mendadak ada keperluan lain, hal ini yang menyebabkan penundaan waktu
surve.
Mekanisme pembiayaan yang dapat dilakukan pada kantor pegadaian
canbang syariah jayapura dapat dilakukan dengan cara nasabah datang ke
kantor pegadaian syariah untuk mengajukan pembiayaan ARRUM BPKB
dengan membawa jaminan berupa BPKB kendaraan bermotor dengan akad ar-
rahn, dari pembiayaan ini calon nasabah memperoleh pinjaman dengan cara
menggadaikan BPKB dan mendapatkan tambahan modal bisa mencapai 70%
dari nilai taksiran yang ditentukan atas harga barang tersebut.
Setelah memenuhi persyaratan yang di minta, selanjutnya adalah
proses surve atau peninjauan lokasi usaha, apakah layak mendapatkan
pembiayaan atau tidak, sesuai kriteria yang ditentukan oleh devisi usaha mikro
kantor cabang syariah jayapura. Proses ini dilakukan paling cepat 3 hari paling
lambat 1 minggu tergantung dari analisis perlengkapan berkas dan surve
setelah proses pengajuan pembiayaan. Selanjutnya keputusan terakhir adalah
asmen mikro atau debuti yang menerima berkas dan peninjauan tempat dan
usahanya dari devisi mikro. Memutuskan apakan layak mendapat pembiayaan
atau tidak.
Selain itu pembiayaan ARRUM BPKB menggunakan akad Ijarah
sebagai jasa simpan atas marhun nasabah yang mana atas akad ini pegadaian
mendapat keuntungan. Dan pengambilan keuntungannya 1% dari besar dan
kecilnya pinjaman nasabah . Hal ini sesuai dengan fatwa DSN-MUI No.
25/DSN-MUI/III/2002 yang menyetakan tentang “besar biaya pemeliharaan
dan penyimpanan marhun tidak boleh berdasarkan jumlah pinjaman.26

26
Khurin Fijria Nuzula, Tinjauan Implementasi Fatwa DSN N0. 25/DSN-MUI/III/2002 Pada
Plaksanaan Penjualan Barang Gadai Yang Tidak Ditebus Jatim Syariah, Vol. 3. No. 5, 2016, hlm
425.
37

B. Peran Pegadain Syariah Dalam Meningkatkan Usaha Mikro Nasabah


Melalui Pembiayaan ARRUM BPKB

Pegadaian syariah sangat berperan penting dalam meningkatkan Usaha


Mikro Yang mana salah satu kendala pada UMKM adalah minimnya modal
untuk menunjang usahanya, jika UMKM kesulitan untuk mendapatkan dana
disebabkan tidak memiliki laporan keuangan, maka UMKM dapat
memberikan agunan kepada pemberi modal berupa seluruh atau sebagian aset
dari UMKM bersangkutan.27
Pegadaian syariah berupaya memberikan solusi atas kendala akses
pembiayaan yang dialami oleh usaha mikro atau UMKM tersebut dengan
meluncurkan Produk ARRUM sebagai pemberi permodalan. Landasan
Peluncuran Prduk ARRUM untuk Pengembangan Usaha Mikro dan menegah
(UMKM) sesuai fatwa Dewan Sayariah Nasional MUI No. 68/DSN-
MUI/III/2008 tentang Ranh Tasjily- disebut juga dengan Rahn Ta’mini, Rahn
Resmi atau Rahn Hukmi- bahwa “jaminan dalam bentuk barang atas utang
dengan kesepakatan bahwa yang diserahkan kepada penerima jaminan
(Murtahin) hanya bukti sah kepemilikannya sedangkan fisik barang tersebut
(Marhun) tetap berada dalam penguasaan dan pemanfaatan pemberi jaminan
(Rahin). 28
Produk pembiayaan ARRUM BPKB merupakan pembiayaan berupa
pinjaman bagi Usaha Mikro dengan ketentuan pengembalian secara angsuran.
Bagi nasabah yang membutuhkan dana dapat menjaminkan BPKB kendaraan
bermotor nasabah memperoleh pinjaman dengan cara menggadaikan BPKB
dan mendapatkan tambahan modal bisa mencapai 70% dari nilai taksiran yang
ditentukan atas harga barang tersebut.dengan persyaratan sebagai berikut:29
1. Memiliki Usaha dan Memenuhi Kriteria kelayakan serta telah berjalan 1
(Satu tahun atau lebih).
2. Fotocopy KTP dan Kartu Keluarga

27
Said Insya Mustafa, Op. Cit., Hlm 42.
28
Muhammad Fuad, Analisis Peran Pembiayaan Oleh Pegadaian Syariah Bagi Pengembangan
UMKM, (Studi Kasus Produk ARRUM BPKB Di Kota LAngsa), Vol.3, No.2, 2018, hal 225.
29
Brosur ARRUM BPKB Pegadaian Syariah
38

3. Menyerahkan Dokumen yang diperlukan


a. Surat Keterangan Usaha
b. BPKB Asli
c. Fotocopy STNK dan Faktur Pembelian.

Dengan simulasi angsuran (Angsuran pokok + mu’nah) mu’nah setara 1%/


bulan.
Dengan biaya-biaya yang dikelurkan pada saat akad:
Biaya administrasi

a. 12 bulan = Rp. 105.000,-


b. 24 bulan = Rp. 148.800,-
c. 36 bulan = Rp. 185.500,-
Produk pembiyaan ARRUM BPKB menunjukkan komitmen Pegadaian
Syariah memiliki peran penting bagi pembangunan ekonomi Nasional,
terutama solusi bagi pemberdayaan UMKM melalui pemecahan masalah
tekanan permodalan yang dihadapi oleh UMKM.
Dalam penelitian mengidentifikasi adanya pertumbuhan secara
berkelanjutan dari nilai realisasi pembiayaan ARRUM untuk UMKM selama
periode 2011 sampai dengan 2015sebesar 205,8 persen. Data tersebut
menunjukkan adanya permintaan terus meningkat dari public atas peroduk
ARRUM. Namun ada beberapa masalah yang dihadapi pegadaian syariah
dalam memasarkan produk ARRUM, yaitu kurangnya Sosialisasi, Publikasi
baru dari rancangan undang-undang tentang sistem gadai yang menyebabkan
munculnya pembukaan bisnis gadai yang dilakukan oleh bank dengan sistem
syariah, serta kepercayaan publik yang rendah terhadap pegadaian islam.30

30
Muhammad Fuad, Vol.3, No.2, 2018, hal 226.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis produk pembiayaan ARRUM BPKB
dalam meningkatkan usaha mikro nasabah pada bab ini dapat ditarik
kesimpulan sebagi berikut:
1. Pembiayaan ARRUM BPKB di Pegadaian Syariah Kantor Cabang
Jayapura sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-
MUI/III/2002 yang menyetakan tentang “besar biaya pemeliharaan dan
penyimpanan marhun tidak boleh berdasarkan jumlah pinjaman.
2. Pegadaian Syariah sangat berperan penting bagi pembangunan
ekonomi Nasional, terutama solusi bagi pemberdayaan UMKM
melalui pemecahan masalah tekanan permodalan yang dihadapi oleh
UMKM.

B. Saran
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) akan menjadi maksimal
apabila semua pihak yang terkait juga maksimal dan sungguh-sungguh dalam
melaksanakan kewajibanya. Berikut ini beberapa saran sebagai koreksi dalam
kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL). Supaya lebih baik lagi pada kegiatan
yang sama pada tahun berikutnya.
1. Panitia
Hendaknya waktu Pelaksanaan Kerja Lapangan (PKL) dilakukan
dengan waktu yang telah sesuai sehingga mahasiswa tidak perlu lagi
memikirkan tugas kampus yang belum selesai agar mahasiswa bisa fokus
terhadap Pelaksanaan Kerja Lapangan (PKL)

2. Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)


Hendaknya Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) lebih intenstif
dalam membimbing di lokasi maupun di luar lokasi PKL, agar mahasiswa
tidak banyak menemukan hal-hal yang kurang dimengerti.

39
40

3. Peserta
Hendaknya peserta PKL lebih disiplin dan aktif di tempat lokasi
kegiatan PKL, agar proses pelaksanaan PKL berjalan dengan baik.

4. Pegadaian (Persero) Syariah Ampera Cabang Jayapura


Hendaknya pihak Pegadaian dapat memberikan banyak
kesempatan kepada peserta PKL agar dapat lebih merasakan bagaimana
dunia kerja Pegadaian yang sesungguhnya, mulai dari mencari nasabah,
melayani nasabah dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan Pegadaian
sehingga dapat menimbulkan ikatan emosional antara pegawai Pegadaian
dan peserta Praktik Kerja Lapangan (PKL).
41

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Gadai Syariah. Jakarta: Sinar Mas.


Brosur ARRUM BPKB.Pegadaian Syariah Cabang Jayapura.
Budiarto, Rachmawan, 2015. Ipusnas, Pengembanagan UMKM Antara
Konseptual Dan Pengalaman Praktis. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Fuad, Muhammad. 2018. Analisis Peran Pembiayaan Oleh Pegadaian Syariah
Bagi Pengembangan UMKM, (Studi Kasus Produk ARRUM BPKB Di Kota
LAngsa), Vol.3, No.2.
http://www.academia.edu/11010755/PEGADAIAN, diakses pada tanggal 04 Juli
2019, pukul 08.00
http://www.pegadaian.co.id, Diakses Pada Tanggal 02 Juli 2019, Pkl 20.00 wit.
http://www.pegadaian.co.id/profil/sejarah-perusahaan, Diakses Pada Tanggal 02
Juli 2019, Pkl 20.00 wit.
Linarwati, Mega. 2016. Studi Deskriptif Pelatihan Dan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Serta Penggunaan Metode Behavioral Event Interview
Dalam Merekrut Karyawan Baru Di Bank Mega Cabang Kudus, Vol.2, No.2.
Nuzula, Khurin Fijria. 2016. Tinjauan Implementasi Fatwa DSN N0. 25/DSN-
MUI/III/2002 Pada Plaksanaan Penjualan Barang Gadai Yang Tidak Ditebus
Jatim Syariah, Vol. 3. No. 5.
Said Isya, Mustafa. 2018. Reformasi Lembaga Keuangan Mikro Menuju Pola
Syariah. Malang: Empatdua.
Sholihah, Siskawati. 2015. Analisis Efektivitas Pembiayaan Keuangan Syariah
Terhadap Perkembangan Usaha Nasabah Di Sektor Riil. Vol.6, No.1.
Wawancara dengan Indah Yani, Marketing Pegadaian Syariah Cabang Syariah
Jayapura, (Pada Tanggal 09 Juli 2019)
www.pegadaian.co.id, Diakses Pada Tanggal 04 Juli 2019, Pukul, 21.00 WIT.
LAMPIRAN

A. Kegiatan Harian Di Tempat Magang

Nama : Adil Faijin


Nim : 016161002
Fakultas /Prodi : FEBI/ Ekonomi Syari’ah
Tempat PKL : PT. PEGADAIAN SYARIAH CABANG AMPERA
JAYAPURA
Pembimbing : Pieping Chrisno Hari Murti, S.E
TANGGAL / URAIAN KEGIATAN
HARI
Senin, 20 Mei  Hari pertama hanya penyerahan kepada pihak
2019 instansi
 Datang kekantor pukul 11.30 WIT.
 Pelepasan mahasiswa-mahasiswi, oleh dosen
Pahri, SE. kepada kepala cabang pegadaian
(persero) syariah ampera jayapura yaitu bapak
Pieping Chrisno Hari Murti, S.E
 pulang pukul 13.30 WIT.

Selasa, 21  Masuk kantor pukul 07.13 WIT.


Mei 2019  Mengurutkan entri buku tabungan emas
 Menyususun berkas-berkas.
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Kembali menyusun berkas
 Membantu membagikan tak’jil plus brosur-brosur.
pada pukul 17.00 WIT.
 Buka puasa bersama
 Pulang pukul 18. 15 WIT.
Rabu, 22 Mei  Masuk kantor pukul 07.37 WIT.
2019  Membantu Menyusun berkas

42
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Membantu pegawai mencatat OPR 21.
 Pulang pukul 17.00 WIT.
Kamis, 23  Masuk kantor pukul 07.49 WIT.
Mei 2019  Melanjutkan mencatat OPR 21.
 Membantu menyusun laporan kas bulanan
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Kembali membantu bekerja.
 Menukar uang pecahan di bank muamalat
 Pulang pukul 16.00 WIT.
Jumat, 24 Mei  Masuk kantor pukul 07.43 WIT.
2019  Mepersiapkan brosur dan formulir tabungan emas.
 Bagi-bagi brosur sekaligus mencari nasabah yang
ingin membuka tabungan emas.
 Istirahat pukul 11.30 s.d 13.30 WIT
 Ikut ke bsm untuk stor
 Membantu menjual barang lelang
 Pulang pukul 18.30 WIT.
Senin, 27 Mei  Masuk kantor pukul 07.36 WIT.
2019  Membantu menghitung uang
 ikut ke bsm untuk stor
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Kembali membantu pegawai bekerja dan
membantu melayani nasabah
 Pulang pukul 18.47 WIT.

Selasa, 28  Masuk kantor pukul 07.30 WIT.


Mei 2019  Menghitung uang
 Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani

43
nasabah.
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Kembali membantu pegawai dalam bekerja.
 Pulang pukul 16.30 WIT.
Rabu, 29 Mei  Masuk kantor pukul 07.41 WIT.
2019  Membantu melayani nasabah dan mebantu
pegawai dalam bekerja.
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Membantu pegawai bekerja
 Pulang pukul 16.40 WIT.
Senin, 10 Juni  Masuk kantor pukul 08.23 WIT.
2019  Mebantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Lanjut Membantu melayani nasabah
 Pulang pukul 17.10 WIT.
Selasa, 11  Masuk kantor pukul 07.52 WIT.
Juni 2019  Membantu pegawai melayani nasabah
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Kembali Membantu pegawai dalam bekerja
melayani nasabah
 Pulang pukul 17.03 WIT.

Rabu, 12 Juni  Masuk kantor pukul 07.45 WIT.


2019  Membantu pegawai dalam bekerja.
 Membantu melayani nasabah
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Kembali Membantu pegawai dalam melayani
nasabah

44
 Pulang pukul 17.30 WIT.
Kamis, 13  Masuk kantor pukul 07.30 WIT.
Juni 2019  Membantu dalam bekerja dan Melayani nasabah
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Kembali membantu dalam bekerja dan meayani
nasabah.
 Pulang pukul 16.30 WIT.
Jum’at, 14  Masuk kantor pukul 07.35 WIT.
Juni 2019  Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.
 Istirahat pukul 11.30 s.d 13.30 WIT.
 Kembali membantu dalam bekerja dan melayani
nasabah.
 Pulang pukul 17.15 WIT.
Sabtu, 15 Juni  Masuk kantor pukul 07.49 WIT.
2019  Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah..
 Pulang pukul 13.50 WIT.
Senin, 17 Juni  Masuk kantor pukul 07.52 WIT.
2019  Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Kembali Membantu pegawai dalam bekerja dan
melayani nasabah.
 Pulang pukul 16.28 WIT.
Rabu, 19 Juni  Masuk kantor pukul 07.50 WIT.
2019  Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.
 Ikut pergi ke BSM entrop untuk melakukan

45
penarikan uang dalam bentuk cek senilai 250 juta.
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah
 Pulang pukul 16.28 WIT.
Kamis, 20  Masuk kantor pukul 07.33 WIT.
Juni 2019  Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.
 Mencatat buku laporan keuangan.
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.
 Pulang pukul 16.05 WIT.
Jum’at, 21  Masuk kantor pukul 07.56 WIT.
Juni 2019  Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.
 Istirahat pukul 11.30 s.d 13.30 WIT
 Lanjut Membantu pegawai dalam bekerja dan
melayani nasabah.
 Pulang pukul 16.00 WIT.
Sabtu, 22 Juni  Masuk kantor pukul 07.40 WIT.
2019  Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.
 Pulang pukul 16.20 WIT.
Senin, 24 Juni  Masuk kantor pukul 07.40 WIT.
2019  Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.

46
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Kembali Membantu pegawai dalam bekerja dan
melayani nasabah.
 Pulang pukul 16.20 WIT.
Selasa, 25  Masuk kantor pukul 07.30 WIT.
Juni 2019  Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.
 Istirahat pukul 11.30 s.d 13.30 WIT.
 Kembali Membantu pegawai dalam bekerja dan
melayani nasabah.
 Pulang pukul 16.16 WIT.
Rabu, 26 Juni  Masuk kantor pukul 07.50 WIT.
2019  Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.
 Mencatat buku laporan keuangan.
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.
 Pulang pukul 16.15 WIT.
Kamis, 27  Masuk kantor pukul 07.30 WIT.
Jjuni 2019  Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Kembali Membantu pegawai dalam bekerja dan
melayani nasabah.
 Pulang pukul 16.00 WIT.

Jum’at, 28  Masuk kantor pukul 07.46 WIT.


Juni 2019  Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.

47
 Istirahat pukul 11.30 s.d 13.30 WIT.
 Kembali Membantu pegawai dalam bekerja dan
melayani nasabah.
 Pulang pukul 16.30 WIT.
Sabtu, 29  Masuk kantor pukul 07.50 WIT.
Juni 2019  Menyiapkan brosur untuk bagi-bagi brosur di
pasar kaget Ampera.
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Kembali Membantu pegawai dalam bekerja dan
melayani nasabah.
 Pulang pukul 15.31 WIT.

Senin, 01 Juli  Masuk kantor pukul 07.30 WIT.


2019  Membantu pegawai dalam bekerja dan melayani
nasabah.
 Istirahat pukul 12.00 s.d 13.00 WIT.
 Kembali Membantu pegawai dalam bekerja dan
melayani nasabah.
 Pulang pukul 16.00 WIT.
Selasa, 02 juli  Masuk kantor pukul 07.30 WIT.
2019  Menghitung uang
 Penarikan 09.00 WIT.
 Pulang pukul 16.30 WIT

48
B. Dokumentasi
1. Pelepasan Dan Penerimaan Mahasiswa Praktik Kerja Lapangan (PKL)
IAIN Fattahul Muluk Oleh DPL Kepada Pegadaian Syariah Cabang
Ampera Jayapura

2. Bagi-Bagi Takjil Dan Brosur Di Depan Kantor Pegadaian Syariah Cabang


Ampera Jayapura

49
3. Mengurutkan Nomor Buku Tabungan Emas

4. Marketing, Dan Pembagian Brosur Kepada Usaha Mikro Yang Ada Di


Kota Jayapura

50
5. Menyusun Berkas Oprasional, Logistik, SDM, Dan Lainnya

6. Menghitung Uang

51
7. Mencatat OPR 21

8. Menyusun Laporan Kas Bulanan

52
9. Menjual Emas Hasil Lelang Borongan

10. Rekreasi Bersama Kru Pegadaian Syariah Cabang Jayapura Di Bukit


Jokowi

53
11. Penarikan Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan (PKL) Di Kantor
Pegadaian Syariah Cabang Jayapura

54

Anda mungkin juga menyukai